Do you like this story?
Jin-ho mengemudikan mobilnya dengan gila-gilaan. Ia teringat kejadian saat pengakuan tadi yang ternyata ada Kae-in di sana.
Sementara itu saat Kae-in menampar Chang-ryul, saat itu In-hae ternyata juga berada tak jauh dari sana. In-hae tak percaya dan kesal Kae-in bisa bertindak seperti itu. Tapi saat In-hae tahu Kae-in marah karena Jin-ho. In-hae malah bertambah kaget karena mengetahui bahwa Jin-ho telah mengakui bahwa dirinya adalah gay.
Chang-ryul kesal pada Kae-in ia memberitahu kalau Jin-ho itu gay dan memanfaatkan Kae-in untuk mendekati Do-bin sehingga bisa memenangkan tander museum. Kae-in tak percaya dengan penjelasan Chang-ryul, ia berkata kalau Jin-ho bukan orang yang bisa menggunakan cinta untuk bisnis. Chang-ryul curiga bagaimana bisa Kae-in tahu banyak tentang Jin-ho. Kae-in tak mau menjelaskan dan langsung pergi dari sana.
Chang-ryul jadi kesal, In-hae mendekatinya dan bertanya sebenarnya apa yang terjadi. Chang-ryul berkata kalau Jin-ho memanfaatkan kekurangannya untuk mendekati Do-bin sehingga bisa memenangkan tander museum.
Kae-in sangat khawatir dengan keadaan Jin-ho, ia mencoba menelepon Jin-ho tapi tak diangkat. Kae-in lalu meninggalkan sebuah pesan suara untuk Jin-ho.
Sementara itu saat Kae-in menampar Chang-ryul, saat itu In-hae ternyata juga berada tak jauh dari sana. In-hae tak percaya dan kesal Kae-in bisa bertindak seperti itu. Tapi saat In-hae tahu Kae-in marah karena Jin-ho. In-hae malah bertambah kaget karena mengetahui bahwa Jin-ho telah mengakui bahwa dirinya adalah gay.
Chang-ryul kesal pada Kae-in ia memberitahu kalau Jin-ho itu gay dan memanfaatkan Kae-in untuk mendekati Do-bin sehingga bisa memenangkan tander museum. Kae-in tak percaya dengan penjelasan Chang-ryul, ia berkata kalau Jin-ho bukan orang yang bisa menggunakan cinta untuk bisnis. Chang-ryul curiga bagaimana bisa Kae-in tahu banyak tentang Jin-ho. Kae-in tak mau menjelaskan dan langsung pergi dari sana.
Chang-ryul jadi kesal, In-hae mendekatinya dan bertanya sebenarnya apa yang terjadi. Chang-ryul berkata kalau Jin-ho memanfaatkan kekurangannya untuk mendekati Do-bin sehingga bisa memenangkan tander museum.
Kae-in sangat khawatir dengan keadaan Jin-ho, ia mencoba menelepon Jin-ho tapi tak diangkat. Kae-in lalu meninggalkan sebuah pesan suara untuk Jin-ho.


Setelah Hye-mi pergi, Sang-joon bercanda dengan bertanya pada Jin-ho apa benar ia mencintai Jin-ho dan tidak tertarik dengan wanita. Jin-ho tak mau menanggapinya dan dengan dingin menyuruh Sang-joon keluar dari kamarnya saja (lagi sensitif tau..). Jin-ho dan keluarganya kemudian melakukan upacara peringatan kematian ayahnya. Jin-ho terlihat sedih karena belum berhasil balas dendam.





Kae-in sedang menunggu Jin-ho pulang di teras, tapi saat Jin-ho datang ia beralasan tidak bisa tidur. Karena melihat Jin-ho habis minum, Kae-in menyuruh Jin-ho langsung tidur saja. Jin-ho menurut tapi saat akan mau masuk ke kamar tiba-tiba Kae-in bertanya bagaimana keadaan Jin-ho setelah kejadian tadi siang. Jin-ho diam, Kae-in minta maaf dan menyuruh Jin-ho masuk saja. Tapi Jin-ho malah ikut duduk di teras bersama Kae-in.
Jin-ho kemudian bercerita kalau saat itu ia melihat Do-bin dengan mata sedih sehingga ia tidak bisa bilang tidak pada Chang-ryul. Jin-ho juga berkata kalau ia juga tidak tahu apakah ia memanfaatkan itu untuk menang dari Chang-ryul atau memang karena Do-bin. Kae-in berkata kalau itu pasti karena Do-bin. Jin-ho bertanya bagaimana Kae-in bisa begitu yakin kepadanya. Kae-in berkata karena mereka adalah teman jadi harus saling percaya. Jin-ho memperingatkan Kae-in agar tidak mudah percaya pada orang lain. Kae-in berkata kalau ia tidak tolol dan bisa menilai Jin-ho sesungguhnya bagaimana. Jin-ho jadi tidak enak, ia lalu mau mengatakan yang sebenarnya tentang dirinya. Tapi Kae-in berkata kalau sudah malam dan sebaiknya Jin-ho pergi tidur saja (Gagal lagi deh..).










Di tempat lain ayah Chang-ryul yang juga mendengar kabar itu terlihat kesal sekali. Ia minta penjelasan dari gedung Meiseu, dan merek berkata kalau direktur Choi (Ayah Do-bin) tak bisa menolak lagi keinginan anaknya. Ayah Chang-ryul semakin kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa. Chang-ryul berkata apa mungkin karena kedekatan Jin-ho dengan Do-bin sehingga terjadi keputusana seperti itu. Ayah Chang-ryul kesal dan meminta Chang-ryul lebih waspada. Setelah Chang-ryul pergi, ayah Chang-ryul berfikir kalau Jin-ho bisa menggunakan cara khusus maka ia juga kan menggunakan cara khusus. Chang-ryul menemui seorang dedektif, ia minta dedektif itu menyelidiki tentang Jin-ho.
Sang-joon terkejut mendengar dari Young-soon kalau Jin-ho telah mengaku bahwa dirinya adalah gay di depan Chang-ryul dan Do-bin. Young-soon juga terkejut bagaimana bisa Sang-joon tidak mengetahui kejadian itu dan bertanya apa ia takut Jin-ho direbut Do-bin. Sang-joon berpura-pura sedih. Young-soon berkata agar Sang-joon jangan bersikap seperti itu, karena dia dan Kae-in juga tahu bahwa Sang-joon selingkuh dengan Tae-hoon. Sang-joon terkejut dan mau menjelaskan. Tapi Young-soon terus bicara, Young-soon merasa hubungan pria dan perempuan sudah rumit tapi ternyata hubungan pria dan pria lebih rumit lagi. Sang-joon lalu buru-buru pamit pergi dari sana.











Jin-ho baru saja tiba saat mendengar suara barang jatuh di ruang kerja Kae-in. Ia segera menuju kesana. Ternyata Kae-in sedang kesal hingga tak konsentrasi bekerja dan membuat tangannya terluka. Jin-ho langsung mau menolong, tapi Kae-in menolak dan langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan lukanya sendiri. Jin-ho menyusul ke kamar mandi dan bertanya sebenarnya ada apa. Kae-in hanya diam. Jin-ho lalu berkata kalau Kae-in punya kebiasaan buruk menyakiti diri sendiri. Ia juga berkata walapun hati sedang kesal seharusnya Kae-in tidak menyakiti diri sendiri.
“Karena aku bodoh. Dan Karena ayahku semua orang baru tunduk padaku” kata Kae-in akhirnya.











“Silakan naik tuan putri” kata Jin-ho.
Kae-in jadi malu mendengarnya. Jin-ho berkata wanita harus membuat dirinya mulia dan hal yang ia lakukan adalah penghormatan pada yang mulia. Kae-in mengerti, kemudian ia bersikap seperti perkataan Jin-ho.


Jin-ho dan Kae-in pergi menonton film. Jin-ho tanya Kae-in mau menonton apa. Tapi Kae-in berkata terserah Jin-ho saja. Jin-ho kesal, ia lalu memberi pelajaran lagi bahwa setiap wanita harus punya pendirian sendiri tidak tergantung terus pada pasangannya. Jin-ho lalu berkata kalau ia ingin nonton film action, Kae-in dengan tegas berkata kalau ia tidak mau dan mau menonton film komedi saja. Jin-ho kaget tapi kemudian ia tertawa karena Kae-in ternyata mengerti maksud perkataannya tadi.
Lalu tiba-tiba seseorang dari belakang memanggil Jin-ho. Mereka lalu berbalik, Jin-ho terlihat kaget melihat Eun Soo adik kelasnya ada di sana (Hayo... siapa yang ga kenal ngacung??? aduh kenapa postingan kali ini jadi guru terusnya...). Eun Soo bertanya siapa gadis yang bersama Jin-ho. Jin-ho memperkenalkan Kae-in pada Eun Soo. Eun Soo lalu bertanya apa Kae-in adalah pacar Jin-ho. Jin-ho berkata bukan, Kae-in langsung berkata bukankah dia adalah pacar Jin-hoo (pura-pura). Jin-ho kaget mendengarnya, Eun Soo malah tertawa mendengarnya.
Jin-ho mengantar Eun Soo sampai luar. Di luar Eun Soo berkata kalau ia ingin sekali bertanya pada Jin-ho, apakah Jin-ho menyesal dulu, sebelum ia pergi luar negeri Jin-ho tak mau menahannya karena jika saat itu Jin-ho melakukannya ia pasti akan tinggal demi Jin-ho. Jin-ho berkata kalau ia menyesal. Tapi Eun Soo tahu itu bohong, ia berkata karena sikap Jin-ho seperti itulah yang membuatnya menyukainya. Eun Soo kemudian pergi, tapi sebelum pergi ia berkata kalau Kae-in adalah gadis yang baik. Eun Soo pergi dan Jin-ho hanya bisa menatapnya saja. Kae-in kemudian datang, ia bertanya apa Jin-ho dan Eun Soo dulu ada hubungan. Jin-hoo berkata kalau ia hidup untuk laki-laki, dan perempuan seperti Eun Soo hanya menunjukan bahwa ia terobsesi dengan perempuan. Kae-in lalu berkata sepertinya Eun Soo memiliki kepribadian yang bagus. Jin-ho berkata keberanian Eun Soo adalah yang selama ini membutakannya merasakan ada sesuatu seperti penyakit dalam hatinya. Jin-ho lalu mengalihkan pembicaraan dan mengajak Kae-in masuk lagi untuk menonton film. Kae-in berkata kalau sikap Eun Soo tadi seperti perempuan yang pernah menjadi mantan pacar Jin-ho. Jin-ho kaget mendengaranya (Soalnya emang bener Eun Soo itu mantanya Jin-ho).
Malam harinya Kae-in dan Jin-ho pergi ke atas suatu bukit.
Kae-in jadi malu mendengarnya. Jin-ho berkata wanita harus membuat dirinya mulia dan hal yang ia lakukan adalah penghormatan pada yang mulia. Kae-in mengerti, kemudian ia bersikap seperti perkataan Jin-ho.




Mereka lalu ngobrol di sebuah restoran. Kae-in merasa heran karean Eun Soo dan Jin-ho ternyata beda jurusan tapi sangat akrab. Jin-ho tersenyum mendengarnya. Eun Soo menjelaskan kalau mereka berdua sering bertemu di perpustakaan. Jin-hoo lalu berkata bahwa sekarang Eun Soo sepertinya sudah mulai hidup normal dengan pergi keluar menonton film. Eun-soo berkata kalau ia sudah 3 tahun tidak menoton film, ia juga berkata kalau ia iri dengan Jin-ho yang ternyata sudah hidup normal dengan pergi menonton film bersama pacar pula. Kae-in lalu jadi malu dan berkata sesungguhnya ia bukanlah pacar Jin-ho. Jin-ho berkata kalau Eun Soo adalah orang yang sibuk sehingga tidak ada waktu untuk hal-hal seperti itu. Eun Soo berkata seharusnya Jin-ho berkata yang baik-baik sebagai teman lamanya. Jin-ho berkata kenapa harus. Eun Soo kaget mendengarnya. Jin-ho tersenyum dan berkata apakah hubungan mereka bisa disebut teman lama. Eun Soo semakin kaget mendengarnya dan berkata apakah Jin-ho tak mau menjadi temannya. Melihat suasana jadi kaku Kae-in lalu mengalihkan pembicaraan. Eun Soo lalu bertanya bagaiman awalnya Kae-in bertemu Jin-ho. Kae-in tertawa ia berkata kalau awal pertemuan mereka sangat unik karena saat itu Jin-ho memegang pantatnya. Jin-ho langsung mencegah Kae-in bercerita lebih lanjut. Eun Soo kaget mendengarnya sekaligus senang (suasana kembali cair).
Beberapa saat kemudian Eun Soo pamit mau pergi. Kaee-in berkata kenapa Jin-ho tidak mengundang Eun Soo makan bersama mereka. Eun Soo berkata tidak perlu karena ia tidak ingin mengganggu Jin-ho dan Kae-in lagi. Eun Soo kemudian pamit pergi lagi.


“Aku mencintaimu” kata Jin-ho tiba-tiba.
Kae-in kaget dan menoleh untuk melihat Jin-ho.
“Ramalan cuaca Park Kae-in untuk besok. Aroma bunga selama berhari-hari. Teman jika kau lahir kembali aku harap kau bisa jatuh cinta pada wanita. Ketika seeorang tak punya kepentingan apapaun... ramalan cuaca Park Kae-in pun berakhir di sini”.
Keesokan harinya saat berangkat kerja bersama. Jin-ho berkata kalau pria tertarik dengan wanita yang punya rasa humor tinggi. Kae-in berkata kalau hal seperti itu pasti ia bisa. Jin-ho lalu menantang Kae-in agar hari itu mengajukan hal-hal yang bisa membuatnya tertawa. Kae-in langsung merasa tertantang, ia segera mengajukan sebuah plesetan dan menyuruh Jin-ho menebaknya. Tapi Jin-ho tak tahu, Kae-in memberi tahu jawabannya dan jadi tertawa sendiri. Kae-in lalu bertanya apa Jin-ho masih ragu padanya. Jin-ho lalu merasa kesal karena Kae-in ternyata ahli dalam hal itu. Kae-in berkata kalau hari ini ia kan menunggu telepon dari Jin-ho agar Jin-ho bisa mengujinya.
Di kantor saat makan siang bersama Sang-joon dan Tae-hoon, tiba-tiba Jin-ho bertanya apa mereka berdua punya cerita atau plesetan lucu. Sang-joon dan Tae-hoon merasa curiga kalau Jin-ho sedang jatuh cinta. Jin-ho tentu menyangkalnya, ia berkata kalau ia hanya sedang bosan saja. Sang-joon lalu menceritakan sebuah kisah lucu dan Jin-ho segera menelepon Kae-in untuk mengujinya. Jin-ho yang menceritakan hal tersebut tanpa basa-basi membuat Kae-in kaget tapi kemudian ia mengerti kalau itu adalah ujin humor. Kae-in berkata kalau ia akan membiarkan Jin-ho menang kali ini. Tapi Jin-ho tetap memaksa Kae-in menjawabnya. Kae-in tak mau dan berakta kalau ia kan menutup telepon Jin-ho. Kae-in senang bisa mengerjai Jin-ho sementara Jin-ho merasa kesal karena ceritanya tak berhasil.
Jin-ho menelepon lagi saat Kae-in berada di pabrik kayu hinata. Kae-in meminta agar Jin-ho kali ini benar-benar memberikan plesetan yang lucu. Jin-ho memberikan pertanyaannya dan Kae-in menjawabnya dengan mudah.


Jin-ho pergi sambil menelepon mencari pabrik kayu yang dimaksud Kae-in tadi. Setelah berhasil Jin-ho menelepon paberik itu dan pegawai disana bilang kalau Kae-in sudah di bawa ke rumah sakit. Jin-ho langsung banting setir menuju rumah sakit. Sesampainya dirumah sakit Jin-ho mersa lega bisa menemukan Kae-in dalam keadaan baik-baik saja. Tapi saat akan mendekat tiba-tiba Chang-ryul datang membawa minuman untuk Kae-in. Jin-ho pun berhenti dan melihat Chang-ryul dengan mesra membantu Kae-in minum.
Jin-ho datang menghampiri Kae-in dan menyuruh Chang-ryul pergi dari sana. Kae-in dan Chang-ryul kaget melihat Jin-ho di sana. Jin-ho langsung mendekati Kae-in untuk melihat lukanya tanpa memperdulikan Chang-ryul. Chang-ryul tak terima ia berkata kalau Jin-ho tak mungkin mencintai seorang wanita. Jin-ho tak mau kalah dan berkata bahwa Chang-ryul juga sama seperti dia tak dapat mencintai wanita.. Kae-in kaget mendengarnya, Jin-ho lalu bertanya apa Kae-in cukup kuat untuk pergi dari sana. Kae-in mengangguk, kemudian Jin-ho menggandeng Kae-in pergi dari sana. Chang-ryul mencegah dan bertanya apa Jin-ho sudah mau berhubungan dengan wanita. Jin-ho berkata “Ya” dan minta Chang-ryul tak mengganggu wanitannya lagi (wiu... akhinya...rasa itu datang jg.. hehe). Jin-ho menarik tangan Kae-in hingga sampai di luar. Jin-ho lalu menoleh melihat Kae-in yang tampak kebingungan. Tapi tiba-tiba sosok Kae-in hilang dan tangan Jin-ho tak menggenggam apapun. Atau dengan kata lain itu hanya bayangan Jin-ho saja (yah walapun cuma khayalan Jin-ho saja, tapi paling tidak sekarang Jin-ho sadar perasaannya sama Kae-in bagaimana... betul tak?).
“Latihan ini dilakukan untuk balas dendam dan bahkan kau membantunya. Lalu mengapa kau sekarang harus mencegahnya Jeon Jin-ho” kata Jin-ho memperingatkan dirinya sendiri.
Sementara itu Kae-in bersikap dingin pada Chang-ryul karena ia lebih mengharapkan Jin-ho yang datang membantunya bukan Chang-ryul. Kae-in sudah kesal pada Chang-ryul ia meminta Chang-ryul tidak usah perpura-pura peduli dengannya karena ia tidak mempercayai Chang-ryul lagi. Chang-ryul kecewa dan berkata bagaimana mereka bisa memulai hubungan baru jika Kae-in tidak mempercayainya. Jin-ho sendiri datang ke ruang adaminstrasi dan membayar biaya pengobatan Kae-in serta menanyakan keadaan Kae-in. Jin-ho merasa hanya itu yang bisa ia lakukan untuk Kae-in.


“Karena kau membuatku tertawa setiap harinya” kata Jin-ho lagi.
Kae-in jadi gugup mendengaranya. Jin-ho lalu berakata bahwa kata-kata seperti itu biasanya akan diucapkan seorang laki-laki yang mengajak seorang wanita kencan dan kemudian mereka pergi ke seatu tempat yang tinggi. Kae-in keget dan akhirnya mengerti bahwa tadi adalah sebuah pembelajaran bukan sungguhan (aku rasa itu sungghan dari hati Jin-ho yg paling dalam...). Jin-ho lalu teringat saat ia jadian dengan Eun Soo dulu. Saat itu Jin-ho nembak Eun Soo di sebuah puncak bukit dengan pemandangan kota yag indah. Tiba-tiba Jin-ho berkata kalau kelas hari ini sudah cukup dan mau pergi pulang. Tapi Kae-in mencegah ia minta Jin-ho diam di tempat dan jangan melihat ke belakang. Kae-in kemudian menulis sesuatu di punggung Jin-ho.
Kae-in jadi gugup mendengaranya. Jin-ho lalu berakata bahwa kata-kata seperti itu biasanya akan diucapkan seorang laki-laki yang mengajak seorang wanita kencan dan kemudian mereka pergi ke seatu tempat yang tinggi. Kae-in keget dan akhirnya mengerti bahwa tadi adalah sebuah pembelajaran bukan sungguhan (aku rasa itu sungghan dari hati Jin-ho yg paling dalam...). Jin-ho lalu teringat saat ia jadian dengan Eun Soo dulu. Saat itu Jin-ho nembak Eun Soo di sebuah puncak bukit dengan pemandangan kota yag indah. Tiba-tiba Jin-ho berkata kalau kelas hari ini sudah cukup dan mau pergi pulang. Tapi Kae-in mencegah ia minta Jin-ho diam di tempat dan jangan melihat ke belakang. Kae-in kemudian menulis sesuatu di punggung Jin-ho.

Keesokan harinya saat berangkat kerja bersama. Jin-ho berkata kalau pria tertarik dengan wanita yang punya rasa humor tinggi. Kae-in berkata kalau hal seperti itu pasti ia bisa. Jin-ho lalu menantang Kae-in agar hari itu mengajukan hal-hal yang bisa membuatnya tertawa. Kae-in langsung merasa tertantang, ia segera mengajukan sebuah plesetan dan menyuruh Jin-ho menebaknya. Tapi Jin-ho tak tahu, Kae-in memberi tahu jawabannya dan jadi tertawa sendiri. Kae-in lalu bertanya apa Jin-ho masih ragu padanya. Jin-ho lalu merasa kesal karena Kae-in ternyata ahli dalam hal itu. Kae-in berkata kalau hari ini ia kan menunggu telepon dari Jin-ho agar Jin-ho bisa mengujinya.
Di kantor saat makan siang bersama Sang-joon dan Tae-hoon, tiba-tiba Jin-ho bertanya apa mereka berdua punya cerita atau plesetan lucu. Sang-joon dan Tae-hoon merasa curiga kalau Jin-ho sedang jatuh cinta. Jin-ho tentu menyangkalnya, ia berkata kalau ia hanya sedang bosan saja. Sang-joon lalu menceritakan sebuah kisah lucu dan Jin-ho segera menelepon Kae-in untuk mengujinya. Jin-ho yang menceritakan hal tersebut tanpa basa-basi membuat Kae-in kaget tapi kemudian ia mengerti kalau itu adalah ujin humor. Kae-in berkata kalau ia akan membiarkan Jin-ho menang kali ini. Tapi Jin-ho tetap memaksa Kae-in menjawabnya. Kae-in tak mau dan berakta kalau ia kan menutup telepon Jin-ho. Kae-in senang bisa mengerjai Jin-ho sementara Jin-ho merasa kesal karena ceritanya tak berhasil.
Jin-ho menelepon lagi saat Kae-in berada di pabrik kayu hinata. Kae-in meminta agar Jin-ho kali ini benar-benar memberikan plesetan yang lucu. Jin-ho memberikan pertanyaannya dan Kae-in menjawabnya dengan mudah.
Kae-in sedang melihat jenis-jenis kayu yang ditujukan pegawai pabrik saat Chang-ryul meneleponnya. Karena Kae-in sibuk bertelepon, pegawai pabrik meninggalkannya sebentar. Chang-ryul bertanya Kae-in ada di pabrik kayu mana dan kenapa tidak minta bantuannya untuk mengantarkan ke sana. Kae-in berkata kalau itu tidak perlu. Chang-ryul lalu berkata kalau ia akan menjemput Kae-in. Jin-ho menelepon kembali dan mengajukan sebuah lelucon dan kali ini berhasil membuat Kae-in tertawa. Jin-ho merasa senang karenanya. Lalu tiba-tiba tumpukan kayu menjatuhi tubuh Kae-in. Telepon Kae-in yang tiba-tiba putus membuat Jin-ho sangat khawatir dan langsung memutuskan pergi mencari Kae-in. Para pekerja pabrik segera membawa Kae-in ke rumah sakit.





“Latihan ini dilakukan untuk balas dendam dan bahkan kau membantunya. Lalu mengapa kau sekarang harus mencegahnya Jeon Jin-ho” kata Jin-ho memperingatkan dirinya sendiri.



Kae-in memaksa untuk pulang tapi Chang-ryul juga berusaha mencegah.Chang-ryul sangat mencemaskan kesehatan Kae-in dan memintannya tetap tinggal di rumah sakit. Hal ini membuat Kae-in mulai ragu karena Chang-ryul terlihat serius mengkhawatirkannya.
Credit : maldoeopsi
Credit : maldoeopsi
0 comments:
Post a Comment