Recent Post


Sinopsis Paradise Ranch Episode 5

Do you want to share?

Do you like this story?

PARADISE RANCH
EPISODE 5

Yun Ho sangat kaget saat melihat Dong Joo keluar dari rumahnya Da Ji. Da Ji juga kebingungan untuk menjelaskan situasi seperti ini. Yun Ho berkata pada Dong Joo, "Aku dengar bahwa kau tidak tinggal di Resort, tapi aku tidak menyangka bahwa kau tinggal disini." Da Ji kebingungan, "Hmm itu..." Dong Joo pun menjawab, "Aku tinggal disini hanya sampai mendapatkan surat persetujuan masyarakat." Da Ji berkomentar, "Ya jadi ini saling menguntungkan." Yun Ho bertanya pada Da Ji, "Kau membantunya untuk mendapatkan surat persetujuan masyarakat?" Da Ji mengangguk. Dong Joo kembali menjelaskan, "Aku berjanji padanya jika dia membantuku mendapatkan surat persetujuan masyarakat maka dia akan mendapatkan saham peternakan ini. Selain urusan surat persetujuan itu aku tidak akan menganggunya." Da Ji berkomentar, "Aku seharusnya meminta maaf." Yun Ho berkata pada Yun Ho, "Aku mengerti. Kau juga bekerja keraslah...." Dong Joo menatap kesal pada Yun Ho dan kembali masuk kedalam rumah.


Da Ji dan Yun Ho berjalan-jalan di peternakan sambil bergandengan tangan dan mereka mengobrol bersama. Da Ji berusaha mengungkit masalah Dong Joo tadi dan Yun Ho berkomentar, "Han Dong Joo membutuhkan surat persetujuan itu dan kau juga tetap memiliki peternakanmu. Bukankah itu saling menguntungkan? Apakah itu sebuah masalah?" Da Ji menjawab lemas, "Tidak... Itu bukan masalah." Yun Ho kembali berkata, "Sebenarnya, ada sesuatu perasaan yang tidak bisa di jelaskan. Bukankah begitu? Bagaimanapun juga rasanya tidak nyaman. Apakah kalian tinggal di kamar yang sama?" Da Ji dengan cepat menjawab, "Tentu saja tidak." Yun Ho kembali tersenyum dan membelai lembut rambutnya Da Ji.


Da Ji pulang ke rumah dengan bahagia dan senyum di bibirnya langsung hilang saat bertemu dengan Dong Joo. Dong Joo berkata dengan dingin, "Apa kalian dekat? Hanya mimpi hah? Seberapa besar kay mengenal dia? Kau menyukainya? Kau sangat menyukainya?" Da Ji balas bertanya dengan kesal, "Seberapa besar kau mengetahui dia hingga kau bertingkah seperti ini?" Dong Joo menjawab dengan kasar, "Aku mengenalnya lebih baik dari pada kau! Merayu wanita dengan uang dan membuar mereka menangis..."

Da Ji berteriak kesal, "Apakah kau akan senang jika aku berlaku tidak sopan juga pada gadis yang kau suka? Kenapa? Kau tidak ada hubungan dengan dia. Faktanya, dia datang ke kamar hotelmu. Memelukmu dan berkata 'Aku merindukanmu' Bukankah rasanya itu tidak enak hah? Dan membuatmu marah? Aku juga merasa seperti itu!!!" Dong Joo sangat emosi mendengar kata-kata Da Ji, "Aku seharusnya tidak tinggal disini..." Da Ji balas berkata, "Aku tidak pernah meminta kau untuk datang!" Dong Joo membentak, "Baiklah, aku akan pergi! Walaupun jika aku tidak punya tempat untuk pergi, aku seharunya tidak pernah tinggal di rumah mantan istriku lagi! Apalagi kau berpacaran dengan seseorang yang aku temui setiap hari saat bekerja." Dong Joo pergi begitu saja meninggalkan rumah Da Ji.


Tiba-tiba terdengar suara Da Eun dari lantai atas, "Aku terkejut. Tapi apakah kau benar-benar berpacaran dengan Paman Yun Ho? Aku pikir itu hnya cinta bertepuk sebelah tangan. Apakah Paman itu juga menyukaimu? Apakah paman itu tau bahwa kau sudah bercerai? Jika dia mengetahui bahwa mantan suamimu adalah Han Dong Joo, maka itu akan menjadi masalah besar." Da Ji terdiam memikirkan kata-kata Da Eun.


Dong Joo sedang berada di ruangannya dan Asistennya berlari kearahnya, "Kepala Seo Yun Ho memintabertemu dengan anda sekarang juga." Dong Joo menatap kesal asistennya itu, "Jika orang itu memintaku melakukan sesuatu, haruskah aku mengikutinya?" Asisten Dong Joo hanya terdiam.


Tapi akhirnya Dong Joo menemui Yun Ho. Dong Joo bertanya, "Apa ada sesuatu yang berubah? Pohon ini dan batuannya bukankah asli?" Asistennya menjawab, "Ya. Ini disamakan dengan yang di Resort, mereka yang meminta hal ini." Yun Ho berkata, "Aku lah yang memint semua ini. Tapi hal ini juga bagus. Dapat menghemat biaya. Mengapa harus merubah pepohonan dan batu yang masih dalam kondisi baik hanya untuk merubahnya dengan pohon yang lebih mahal? Lagi pula inilah pemandangan asli Pulau Jeju." Dong Joo menatap kesal, "Kita sudah memutuskannya sejak awal, kita sepertinya tidak bisa membantu banyak Kepala Seo." Yun Ho tersenyum, "Sejak awal kau sudah membantu banyak dengan memberikan banyak informasi."

Dong Joo berkata pada Asistennya, "Baguslah. Natinya, jangan terlalu terburu-buru mengambil keputusan untuk perubahan. Dan kau juga harus memikirkan referensi dan keuntungannya. Dan biarkan Kepala Seo mengerti semua ini juga." Asisen Dong Joo menjawab, "Ya baiklah." Dong Joo kemudian pergi begitu saja meninggalkan Yun Ho.


Dong Joo berjalan pergi dan dia bertemu dengan Jin Young. Jin Young terlihat salah tingkah kaena kejadian semalam. Jin Young memberikan sebuah berkas pada Dong Joo, "Ini proposal untuk rekonstruksi. Ah jadi malu begini..." Dong Joo tersenyum, "Um... Kemarin aku mabuk. Ini salahku. Jangan terlalu memikirkannya." Jin Young balas tersenyum "Terima kasih. Kata-katamu pada saat itu memberikan aku kekuatan lebih." Dong Joo berkata, "Jika itu karena aku maka jangan lah berpura-pura." Jin Young terlihat kecewa, "Apakah aku terlihat seperti sedang berpura-pura? Aku ingin mencoba yang terbaik. Jika kau bisa.... Hmm aku merindukanmu... Apakah kau merindukanku juga? Kenapa kau bisa menyukaiku? Seberapa besar perasaanmu itu padaku? Apakah kau selalu sibuk? Lalu bagaimana kita bisa bertemu? Apakah kau makan dengan baik? Aku ingin sekali mengatakan kata-kata itu padamu. Aku pikir kau akan mengerti mengapa ini begitu sulit. Tapi bagimu untuk mengatakan kata-kata ini akan menjadi aneh. Maafkan aku."

Jin Young berbalik dan berniat berjalan pergi, namun Dong Joo segera mencegahnya. Dong Joo bertanya, "Apakah kau sibik hari ini?" Jin Young menjawab, "Ya." Dong Joo kembali bertanya, "Lalu bagaimana kita bisa bertemu? Aku punya waktu malam ini dan besok. Kau bisa memutuskan apa yang akan kita makan. Aku bukan pemilih makanan." Jin Young menangguk senang. Dong Joo mendekatinya dan memeluk Jin Young. Dong Joo lalu berkata pada Jin Young, "Aku tidak mau aku yang menghubungimu lebih dulu." Jin Young tersenyum mendengarnya.


Da Ji berjalan keluar dari Resort dan terkejut saat melihat Dong Joo yang sedang berpelukan dengan Jin Young.


Da Ji pergi ke peternakan dan mulai mengomel kesal, "Huh apa karena dia Direktur maka dia bisa memeluk seorang wanita didepan umum hah?" Da Ji lalu tersenyum saat melihat Yun Ho yang berjalan meninggalkan peternakan bersama dengan beberapa orang dari perusahaan. Da Ji tiba-tiba teringat kata-kata Da Eun, "Apakah kau sudah memberitahukan mengenai perceraianmu itu? Jika Dong Joo bertemu dengan Ahjusshi di kantor maka suasananya akan aneh sekali. Ah bukankah Dong Joo akan segera pergi? Kalau begitu bersikap lah kau tidak tau apa-apa. Kau hanya perlu memberitahu masalah perceraian ini saat Ahjusshi benar-benar mencintaimu hingga dia tidak bisa meninggalkanmu." Da Ji bergumam pelan, "Huh aku benar-benar tidak tau apa yang harus kulakukan..." HP Da Ji berbunyi dan Da Ji mengangkatnya dengan kasar.


Da Ji bertemu dengan Dong Joo di tempat pembuatan surat tanah. Dong Joo berkata pada Da Ji, "Aku sudah mengatakannya sebelumnya bahwa aku menunggu surat persetujuan masyarakat. Bagaimanapun juga aku telah membuat keputusan yang sangat penting untuk memberikan peternakan itu padamu. Setelah surat persetujuan itu di dapatkan maka jangan ada salah pengertian lagi." Da Ji berkata, "Aku akan membayar 30.000.000 won bulan ini." Dengan dinginnya Dong Joo berkomentar, "Aku tidak butuh uang. Bagaimanapun juga jangan katakan apapun padaku dalam 24 jam kedepan. Kau ambil saja itu." Da Ji kesal, "Kau pikir aku ini pengemis hah? Tidak, pokoknya kau ambil uang itu. Aku harus memberikannya padamu." Dong Joo lalu berkata kembali, "Dan setelah hari ini kita sebaiknya tidak bertemu lagi."

Da Ji bertanya, "Kenapa? Kau takut hah kalau pacarmu itu tau bahwa kau tinggal di rumah mantan istrimu?" Dong Joo marah, "YA! Kau harus segera menyelesaikan ini! 80% peternakan ini adalah milikku!" Da Ji balas marah, "Hanya tanahnya yang milikmu!" Tiba-tiba saja orang yang membuat surat tanah itu berkata, "Penjulan ini tidak bisa di lakukan." Da Ji dan Dong Joo kaget mendengarnya.


Da Ji dan Dong Joo pun keluar dari tempat itu dengan penuh kekesalan. Dong Joo marah, "Hal ini benar-benar membuatku marah!!" Da Ji bertanya pada Dong Joo, "Apakah kita bisa mendapatkan tanah peternakan itu dalam waktu 2 bulan?" Dong Joo menatap kesal pada Da Ji dan menjawab, "Bagaimanapun juga tanah itu milikku!!" Da Ji berteriak kesal, "Hanya tanahnya yang milikmu!! Kau bahkan tidak akan bisa mendapatkannya tanpa upayamu itu!!" Dong Joo bertanya, "Berapa sih tanah itu? Hey bukankah kau bilang akan membantuku?" Da Ji menjelaskan, "Ini bukan masalah uang. Bukankah ini sangat aneh? Kalau kau di usir dari resort itu maka satu-satunya tempat kau bisa tinggal itu hanya di rumah kami dan peternakan itu." Dong Joo kembali membentak marah, "Bukankah aku sudah bilang bahwa aku tidak akan tinggal di rumahmu hah?" Dong Joo masuk kedalam mobilnya dan pergi begitu saja.


Da Ji sedang mengangkat jemuran di rumahnya dan etap mengomel kesal saat melihat pakaian Dong Joo yang ada di jemuran. Dong Joo berjalan pulang ke rumah Da Ji dan Da Ji menyindirnya, "Huh bukankah kau bilang bahwa kita tidak perlu bertemu kembali?" Dong Joo menjawab, "Aku kemari untuk mengambil koperku." Dong Joo langsung masuk kedalam rumah dan semakin membuat Da Ji kesal.

"DA JI AH!!" Da Ji kaget saat mendengar teriakan itu. Da Ji menoleh ke arah jalan masuk peternakan dan melihat Ayahnya sedang berjalan sambil melambaikan tangan. Da Ji cepat-cepat menyimpan jemuran dan berlari masuk kedalam rumah. Ayah Da Ji bingung melihatnya.
Da Ji denagn cepat masuk kedalam kamar Dong Joo, Dong Joo yang sedang berganti baju pun sangat kaget melihat Da Ji. Da Ji berkata dengan panik, "Ayah... Ayahku datang." Dong Joo ikut panik mendengar hal itu. Dong Joo dan Da Ji pun segera membereskan semua pakaian Dong Joo dan di pindahkan ke kamar Da Ji yang ada di lantai 2. Sementara Ayah Da Ji terus menerus mengetuk pintu rumah yang di kunci oleh Da Ji. (Dong Joo selama ini tidur di kamar Ayahnya Da Ji.)


Da Ji merapihkan dirinya dan kemudian tersenyum saat membukakan pintu rumah untuk Ayahnya. Ayah Da Ji masuk kedalam rumah sambil membawa pakaian jemuran yang tadi di tinggalkan Da Ji di luar rumah. Ayah Da Ji bertanya, "Kenapa kau mengunci pintu? Bukankah tadi kau melihat Ayah datang?" Da Ji kebingungan menjawab, "Itu... Ah tadi aku merasa sakit perut." Ayah Da Ji tertawa, "Ah pantas saja kau lari terbirit-birit." Da Ji bertanya, "Mengapa kau tidak mengatakan padaku bahwa kau akan kembali?" Ayah Da Ji menjawab, "Aku ada bisnis di dekat sini. Kenapa? Apakah kau tidak senang melihatku pulang?" Dengan cepat Da Ji menjawab, "Tidak. Jika kau mengatakan padaku maka aku bisa menyiapkan sup ayam."

Ayah Da Ji duduk dan mulai melipat pakaian yang dijemur itu. Da Ji melihat ada Boxer milik Dong Joo di tumpukan jemuran itu sehingga dia berusaha mengambil boxer itu. Ayah Da Ji bertanya, "Mengapa mukamu begitu merah? Kau sakit?" Da Ji menjawab, "Ya... Aku sedikit kedinginan." Ayah Da Ji berkata, "Ah di lantai 2 ada obat." Ayah Da Ji berniat pergi kelantai 2 untuk mengambil obat namun Da Ji segera menghentikannya, "Tidak. Ah Aku sudah minum obat. Ayah sebaiknya kau mengganti pakaianmu dulu saja." Ayah Da Ji baru saja mau berdiri namun kemudian terdengar suara HP berbunyi (HP Dong Joo berbunyi dan Dong Joo dengan cepat melepaskan batre HPnya.) Da Ji berkomentar, "Ah telfonnya sudah mati. Ini HP Da Eun." Ayah Da Ji bertanya, "Menganai Resort... Apakah Tuan Yang mengatakan sesuatu?" Da Ji menjawab, "Tunggu dan lihat saja. Gantilah pakaianmu terlebih dahulu."


Ayah Da Ji melihat pakaian laki-laki di tumpukan baju dan dia bertanya, "Pakaian siapa ini?" Da Ji kaget dan menjawab, "Ah aku membeli pakaian itu untuk Ayah." Ayah Da Ji tertawa, "Baju ini untuk anak muda. " Da Ji berkomentar, "Aku juga ingin agar kau terlihat lebih muda." Ayah Da Ji tersenyum, "Kalau begitu nanti kita pergi makan bersama Da Eun." Ayah Da Ji kemudian pergi ke kamarnya.

Da Ji segera berlari ke kamarnya dan menemui Dong Joo, "Kau cepatlah keluar!!!"


Sementara itu di depan rumah Da Ji terlihat Yun Ho yang datang bersama Asistennya. Yun Ho tersenyum saat melihat ada mobil Dong Joo di rumah Da Ji. Yun Ho berkata pada Asistennya, "Aku akan pulang sendiri, jadi Hyung pulanglah duluan."

Da Eun pulang ke rumah dan melihat Yun Ho, "Apakah kau datang untuk bertemu dengan kakak-ku? Ahjussi apakah kau benar-benar pacaran dengan kakak-ku?" Yun Ho tersenyum, "Kenapa? Apakah kau tidak suka aku? " Da Eun menjawab, "Tidak penting apakah aku suka atau tidak padamu, yang penting Kakak-ku suka padamu. Walaupun kau tidak melihat penampilan fisik, tapi apakah kau tidak memeprtimbangkannya hah?" Yun Ho tersenyum mendengarnya.

Yun Ho lalu berkata pada Asistennya, "Hyung kau pulanglah lebih dulu." Da Eun melihat asisten Yun Ho dan terpana karena sangat tampan. Da Eun dengan cepat berkata, "Ahjusshi, Kakak-ku ada di rumah. Makan malam lah dulu. Ah Ahjusshi itu juga ikutlah makan malam bersama(Asistennya Yun Ho)"



Ayah Da Ji memakai pakaian yang tadi Da Ji bilang bahwa pakaian itu di beli untuknya, padahal sebenarnya pakaian itu milik Dong Joo. Ayah Da Ji mengamati kamarnya dan kebingungan saat melihat ada celana training milik laki-laki dan juga ada kemeja laki-laki. Da Ji dan Dong Joo yang awalnya mau pergi dari rumah secara diam-diam pun akhirnya tidak jadi pergi karena mendengar suara Ayah Da Ji.

Ayah Da Ji mengumpulkan barang-barang laki-laki yang dia temukan dan bertanya pada Da Ji, "Kemana orang yang memiliki barang-barang ini?" Da Ji kaget dan kebingungan menjelaskannya. Ayah Da Ji kembali berkata, "Aku benar-benar marah kali ini. Bagaimana bisa aku mempercayaimu?" Dong Joo berniat keluar menemui Ayah Da Ji untuk menjelaskan semuanya namun tiba-tiba terdengar suara Da Eun, "Unni, Ahjusshi datang kemari." Da Ji yang melihat kedatangan Yun Ho pun terkejut. Da Eun yang tidak tau apa yang sedang terjadi pun dengan santainya memperkenalkan Yun Ho pada Ayahnya, "Ahjusshi, Ini adalah Ayah kami. Ayah, ini adalah pacarnya Kakak." Yun Ho pun menunduk dan memberikan salam pada Ayah Da Ji.

Ayah Da Ji to the point bertanya pada Yun Ho, "Apakah barang ini milikmu? Aku sedang bertanya padamu!" Da Ji semakin panik. Yun Ho tiba-tiba menjawab, "Ya ini milikku." Da Ji kaget mendengarnya. Dong Joo yang diam-diam menguping pembicaraan ini pun kaget mendengarnya. Yun Ho berkata kembali, "Tempat tinggalku belum disiapkan sehingga aku tinggal disini beberapa hari. Maaf membuat anda khawatir." Da Ji mencoba menjelaskan yang sebenarnya namun Da Eun segera mengalihkan pembicaraan, "Ayah, Pacar Kakak ini bukankah dia tampan? Hey apakah kita terus membuat tamu kita berdiri seperti ini?"


Akhirnya Yun Ho di perbolehkan duduk. Da Eun melihat kartu nama Yun Ho yang di berikan pada Ayah Da Ji dan dia berkomentar, "Bukankah perusahaan Friends ini sangat terkenal? Jabatanmu adalah seorang investor, wow itukan jabatan yang sangat tinggi." Ayah Da Ji berkomentar, "Lalu kenapa jika dia memiliki jabatan yang tinggi? Yang terpenting adalah memiliki sopan santun!!" Da Ji terdiam mendengarnya. Lalu Ayah Da Ji menatap Yun Ho, "Mengapa kau tinggal disini? Di tempat ini ada 2 orang anak perempuan yang tinggal." Yun Ho meminta maaf pada Ayah Da Ji. Da Ji berusaha menjelaskan yang sebenarnya namun lagi-lagi Da Eun memotong ucapannya, "Ayah kau tidak boleh seperti ini. Ahjusshi ini sudah banyak membantu dia saat di Australia. Saat Tuan Yang marah juga dia ini sangat membantu. Dia sangat membantu kami. Tidak bolehkah dia tinggal hanya beberapa hari saja?" Da Ji berkata pelan pada Ayahnya, "Ayah, saat Ahjusshi pergi maka aku akan menjelaskan semuanya padamu."

Ayah Da Ji meminum sojunya dan Yun Ho dengan cepat menuangkan kembali soju pada gelas Ayah Da Ji. Ayah Da Ji berkata, "Aku tau bahwa anakkku ini bukanlah tipe orang yang membiarkan seorang laki-laki tinggal di rumah dengan begitu mudah. Apa hubunganmu dengan Da Ji?" Yun Ho menjawab, "Walaupun kami belum lama mengenal tapi kami saling merasa nyaman." Da Eun langsung tersenyum ke arah Da Ji. Sementara Dong Joo yang mendengar semua itu hanya terdiam. Ayah Da Ji berkata, "Bagaimanapun juga di rumah ini ada 2 orang anak perempuan. Dan ada tetangga, juga ada seorang adik disiini." Da Eun berkomentar, "Lalu, jika tidak ada aku dan tetangga maka mereka bisa tinggal bersama?" Ayah Da Ji pun memarahi Da Eun, "Kau naiklah ke atas." Da Eun cembuerut mendengarnya.


Da Ji berkata, "Ayah, dalam keadaan perut yang kosong maka jangan terlalu banyak minum." Ayah Da Ji tidak mempedulikan ucapan Da Ji dan dia bertanya pada Yun Ho, "Apa yang kau suka dari Da Ji?" Yun Ho menjawab, "Dia orang yang ceria. Saat aku melihatnya maka aku pun merasa ikut bahagia." Dong Joo yang mendengar hal itu berkomentar, "Bahagia apanya? Bahkan aku tidak bisa bernafas jika ada di dekatnya..." Ayah Da Ji bertanya pada Da Ji, "Da Ji apakah kau pikir dia orang yang baik? Aku bertanya padamu apakah dia orang yang baik?" Da Ji mengangguk sambil tersenyum. Ayah Da Ji lalu berkata kembali, "Karena anakku bilang bahwa kau adalah orang baik maka kau pasti orang baik. Walaupun aku adalah Ayahnya, tapi jika dia suka padamu maka aku tidak bisa melarangnya." Dong Joo lagi-lagi terlihat tidak senang mendengar hal ini. (Dong Joo kayanya kesel karena mantan mertuanya justru menyetujui hubungan Da Ji dan Yun Ho)

Ayah Da Ji lalu menuangkan soju pada gelasnya Yun Ho, "Dia ini anak yang jenius dalam pelajaran matematika." Da Ji terlihat malu, "Ayah untuk apa membahas masa lalu?" Da Eun ikut bergumam kesal, "Itu hanya sejarah lama." Ayah Da Ji berkata lagi, "Dia bisa saja memiliki karir yang bagus, namun sayangnya dia memiliki Ayah sepertiku. Dia menyerahkan beasiswanya karena kami di kejar-kejar penagih hutang.Anak ini seharusnya tidak bekerja disini." Dong Joo terdiam mendengar ucapan Ayah Da Ji itu. Da Ji berkata pada Ayahnya, "Lalu bagaimana dengan peternakan ini? Bukankah aku sudah mengatakan bahwa ini adalah mimpiku."



Da Ji berjalan keluar rumah bersama dengan Yun Ho. Da Ji berkata, "Ahjusshi maafkan aku." Yun Ho balas tersenyum dan berkata, "3495 dikalikan 2834 berapa hasilnya?" Da Ji bingung dengan pertanyaan Yun Ho, Yun Ho kemudian berkata kembali, "Apakah ini yang namanya jenius dalam matematika?" Da Ji berfikir sesaat dan menjawab, "28340." Yun Ho kaget mendengarnya, "Benarkah?" Yun Ho mengeluarkan HPnya dan berniat memeriksa jawaban Da Ji, namun Da Ji segera menghentikannya dan berkata, "Maaf. Ini benar-benar memalukan." Yun Ho tersenyum dan menjawab, "Ini hal bagus untuk mengetahui banyak hal tentangmu. Hmm sepertinya aku harus berterima kasih pada Han Dong Joo karena hal ini." Da Ji terdiam dan ingin menjelaskan hubungan dia yang sebenarnya dengan Dong Joo namun dia tidak berani mengatakannya.

Yun Ho berkata, "Ekspresimu itu seperti benar-benar menyesal. Jika kau ingin meminta maaf maka besok ayo kita makan malam bersama. Aku akan memberikan masakan yang lezat." Da Ji tersenyum, "Baiklah kalau bgitu aku akan makan yang banyak." Yun Ho berkata, "Bukankah wajahmu ini terlihat sangat pintar?" Da Ji tertawa, "Banyak orang yang mengatakan hal seperti itu." Yun Ho ikut tertawa mendengarnya.


Da Ji masuk kedalam kamarnya dan dia kebingungan saat melihat tidak ada Dong Joo di dalam kamarnya itu. Da Ji berusaha menelfon HP Dong Joo namun tidak aktif. Da Ji pun kebingungan, "Kemana dia pergi??"
Ternyata Dong Joo sudah berhasil keluar dari Rumah Da Ji. Dong Joo menatap Rumah Da Ji dan ingat kata-kata Ayah Da Ji tadi, "Anak ini tidak seharusnya bekerja disini."


Dong Joo pulang ke rumahnya di Seoul dan kaget saat melihat ada Ibunya di dalam rumah, "Kau berbaikan dengan Ayah??" Ibu Dong Joo menjawab, "Bukankah kau datang karena menerima telfon? Kakek sakit. Ayo masuklah kekamarnya." Dong Joo kaget mendengarnya.

Kakek Dong Joo berbaring di tempat tidur dan ada dokter di sampingnya. Ayah Dong Joo berkata pada dokter, "Bagaimana bisa dia terkena serangan jantung? Hingga kemarin dia masih bisa berteriak padaku. Aigooo... Ayah!!" Dong Joo berkata pada Dokter, "Bukankah sebaiknya dia segera di operasi? Cepatlah bawa dia ke rumah sakit." Kakek mencubit Dokter sehingga Dokter dengan cepat berkata, "Karena usianya yang sudah tua maka operasi ini tidak disarankan.Dan dari pada di rawat di rumah sakit.... Di rawat di rumah oleh anggota keluarganya adalah hal yang lebih baik. Keluarganya harus memperhatikan dia dan jangan membuatnya stress." Kakek berkata, "Huh lupakan semua itu. Siapa yang akan merawatku? Sebaiknya cari saja rumah perawatan untukku." Ayah Dong Joo kaget mendengarnya, "Ayaaah jangan berkata seperti itu."

Dong Joo berkata pada Kakek, "Aku akan tinggal disini. Aku akan kembali dari Pulau Jeju itu untuk merawatmu." Kakek mencibir ucapan Dong Joo, "Huh apa yang bisa kau lakukan? Aigoo... Aku seharusnya mati dalam jalan ini." Ibu Dong Joo berkata, "Ayah mengapa kau mengatakan hal seperti itu? Aku akan kembali." Kakek berkata, "Bagaimana mungkin aku menyusahkanmu seperti ini? Suamimu ini dan Dong Joo pasti sudah sangat menyusahkanmu." Ibu Dong Jo berkata kembali, "Jangan berkata seperti itu. Aku akan merawat Ayah." Kakek berkata kembali, "Bok Shim ah, jika kau kembali maka kau harus tetap menerima surat permintaan maaf dari putraku itu."


Dong Joo pergi keluar kamar Kakek bersama dengan Ayahnya. Dong Joo bertanya pada Ayahnya, "Apakah Kakek akan baik-baik saja?" Ayah Dong Joo menjawab, "Jangan khawatir. Dia akan segera sehat.Jika saja Kakek mati maka kita bisa menjadi miskin." Dong Joo marah mendengarnya, "Apa yang kau bicarakan? Kakek tidak akan mati!! Lagi pula kita sedang membangun di Pulau Jeju (Peternakan Da Ji)." Ayah Dong Joo berkomentar, "Aigoo bocah ini berbicara terlalu keras. Apa yang kau maksud dengan pembangunan? Huh tidak mudah mengatur wanita itu(Ibu Doong Joo)." Dong Joo bertanya kebingungan, "Apakah aku tidak perlu mengurus surat persetujuan masyarakat itu?" Ayah Dong Joo berkata, "Huh surat persetujuan itu hanya membuang-buang waktu saja. Aku akan bisa mendapatkan itu bulan depan. Kau hanya cukup tetap tinggal di sana hingga waktu yang ditentukan."

Ibu Dong Joo datang dan bilang bahwa Kakek mencari Dong Joo. Dong Joo dan Ayahnya pun langsung masuk kedalam kamar Kakek kembali.


Da Ji kaget saat mendengar bahwa Tuan Yang ingin memasukan Paulist kedalam sebuah kompetisi kuda.Da Ji bertanya, "Kau mau dia berkompetisi?" Tuan Yang menjawab "Tentu saja. Apalagi hadiah yang di tawarkan mereka sangat besar. Aku akan menyerahkan masalah ini padamu karena kaulah yang membuat aku membeli kuda seharga 20.000.000 won ini." Da Ji kebingungan, "Tapi untuk membuat kuda ini berkompetisi ini sangat sulit." Tuan Yng berkata, "Apakah kau lupa bahwa aku yang membeli kuda ini?? Huh kuda ini benar-benar payah. Pokoknya kau harus membuat dia juara 1, aku tidak menerima juara 2!!"


Dong Joo berbicara pada Kakek, "Aku berencana untuk fokus pada tanah itu. Aku akan mencari tempat disana untuk tinggal sementara." Ayah Dong Joo kaget mendengarnya, "YA!! Bukankah sudah di beri tahu oleh dokter bahwa kau tidak boleh membuat dia stress?" Kakek bertanya pada Dong Joo, "Jadi kau kembali kemari untuk membicarakan masalah ini?" Dong Joo menjawab, "Tidak. Aku sudah memikirkan hal ini sejak lama... Memikirkan jika Kakek kehilangan sebagian tanah itu.... dan masalah lainnya. Kakek, aku sudah mendapatkan 2 buah surat persetujuan masyarakat." Kakek kaget, "Kau sudah mendapatkan 2 buah surat? Cepat sekali." Dong Joo tersenyum, "Bulan depan aku yakin aku bisa mendapatkan surat persetujuan itu. Bagaimanapun juga jangan menjual tanah itu. Itu yang ingin aku katakan padamu." Ayah Dong Joo terlihat kesal dengan ucapan Dong Joo.

Sementara itu Kakek Dong Joo terlihat kaget dengan perubahan sikap Dong Joo, "Walaupun kau(Ayah Dong Joo) berusaha merubah dia namun pada akhirnya tetap saja Dong Joo ini mirip denganku. Kau tidak perlu khawatir cucuku, aku tentu saja tidak akan menjual tempat itu."

(Jadi gini maksudnya, Ayah Dong Joo ingin menjual kembali tanah peternakan itu dan Ayah Dong Joo sudah mengatakan hal ini pada Dong Joo. Namun ternyata Dong Joo justru meminta Kakek untuk tidak menjual tanah itu karena dia akan bekerja keras mendapatkan surat persetujuan masyarakat.)


Ayah Dong Joo masuk kedalam kamar dan melihat Ibu Dong Joo sedang melipat baju. Ayah Dong Joo berkata, "Kau sepertinya sudah mempersiapkan semua bajumu kembali untuk kembali kemari." Ayah Dong Joo membuka pintu lemari dan kaget saat melihat pakaiannya tidak ada. Ibu Dong Joo berkata, "Semua barangmu sudah di pindahkan ke kamar Dong Joo." Ayah Dong Joo kaget sekaligus kesal, "Kenapa aku harus pindah ke kamar Dong Joo?? Ini adalah kamarku!!" Ibu Dong Joo berkata, "Lalu kau ingin berbagi kamar denganku hah?" Ayah Dong Joo menjawab, "Siapa yang bilang bahwa aku ingin berbagi kamar denganmu? Melihat bayanganmu saja aku tidak mau!!!" Ibu Dong Joo dengan santainya berkata, "Itulah sebabnya aku membantu memindahkan barang-barangmu."


Dong Joo kembali pulang ke rumah Da Ji. Da Ji berkomentar, "Kau ini bukan anak kecil lagi, mengapa kabur dari rumah?" Dong Joo bertanya, "Apakah ini rumahku?" Da Ji kesal, "Apakah kau tau berapa kali aku mencoba menelfonmu? Kau pergi bukan untuk bekerja kan?" Dong Joo berkata pelan, "Apakah kau sedang mengintrogasiku? Saat aku mendapatkan surat persetujuan masyarakat maka aku akan mengembalikan peternakan ini padamu." Da Ji menjawab, "Aku akan mulai mendapatkan surat persetujuan itu besok." Dong Joo balas berkata, "Aku kemari untuk mengambil koperku. Tinggal disini tidak baik untukmu dan aku..." Da Ji bertanya, "Kenapa? Apakah pacarmu itu akan tidak senang? Jika begitu..." Dong Joo berkata, "Kau tidak khawatir dengan Yun Ho? Jika kita terus seperti ini, apakah kau tidak memikirkan pikiran dia? Kau dan aku.... Hmm jika aku pindah maka dia justru akan senang sekalo." Da Ji terdiam dan berkomentar, "Kau melakukan hal ini untuk peternakan... Kau tidak bisa tinggal di Resort dan kau harus mendapatkan surat persetujuan. Walaupun kau tidak nyaman tinggal di rumahku, tapi hanya inilah yang aku bisa lakukan. Kau istirahatlah."



Dong Joo pergi ke kamarnya dan kaget saat melihat semua pakaian di kopernya sudah tersusun rapih di dalam lemari. Da Ji datang dan berkata, "Aku harus pergi ke luar sebentar. Makan malam sudah disiapkan, ingat lah untuk memakannya. Dan itu... Memberi tahu Yun Ho mengenai hubungan kita, Apakah iu tidak apa-apa? Da Eun mengatakan padaku agar tidak mengatakan hal ini." Dong Joo berkata, "Ya terkadang kejujuran itu bisa menyakitkan. Dia tidak tau itu akan jauh lebih baik." Da Ji mengerti, "Ya aku tau. Aku akan segera pulang nanti."

Dong Joo lalu berkata, "Jika kau mau pergi ke Restaurant(Milik Ahjusshi dan Ahjumma) maka ayo pergi bersama." Da Ji tersenyum bingung dan menjawab, "Aku tidak pergi kesana." Dong Joo langsung bertanya, "Kau pergi bertemu dengan Seo Yun Ho?" Da Ji mengangguk ketakutan, "Ahjusshi bilang bahwa dia menyiapkan makan malam. Apakah kau perlu tau mengenai kehidupan pribadiku?" Dong Joo menghela nafas lemah, "Pergilah."


Da Ji pergi ke Resort tempat Yun Ho menginap dan dia sempat memikirkan masalah Dong Joo namun dengan cepat menghapus pikiran itu. Yun Ho membukakan pintu untuk Da Ji dan tersenyum, "Apakah kau sudah mencuci rambutmu?" Da Ji menajawab, "Tentu saja." Yun Ho melihat Da Ji membawa sesuatu dan dia pun bertanya, "Apa yang kau bawa?" Da Ji berkata, "Ini bir.Perkebunan kami memiliki kualitas bir yang terbaik. Ini sangat enak. Aku dengar kau sangat menyukai bir." Yun Ho bertanya, "Itu ada 2 botol. Apakah kau bisa minum bir juga? Ayo kau masuklah kedalam." Da Ji tersenyum dan masuk kedalam tempat tinggal Yun Ho.


Dong Joo bekerja di Restaurant Ahjusshi itu sendirian karena tidak ada Da Ji yang membantu. Dong Joo terlihat sangat kesusahan bekerja sendirian. Ahjumma bertanya padanya, "Sangat sibuk disini. Mengapa Da Ji tidak ada disini?" Dong Joo mengeluarkan jam-nya dan terlihat kesal karena sudah sangat malam namun Da Ji belum juga pulang.


Da Ji masih berada di tempat Yun Ho dan Yun Ho sedang menggambarnya. Da Ji bertanya, "Kau sangat sibuk namun kau tetap meluangkan waktu untuk makan bersamaku dan menggambarku, Apakah itu baik-baik saja?" Yun Ho tetap fokus menggambar dan menjawab, "Tentu itu tidak baik-baik saja." Da Ji cemberut dan kembali bertanya, "Apakah ini benar-benar membuat masalah untukmu?" Yun Ho menjawab, "Walaupun ini masalah, tapi kita harus tetap bertemu, Meluangkan waktu untuk bertemu dan menyempatkan waktu special. Karena kau sangat special." Da Ji tersenyum mendengarnya dan berkomentar, "Aku tidak begitu menyukai kata 'special'.... Apakah kau begitu menyukaiku? Ahjusshi, sejak kapan kau menyukaiku?" Yun Ho berfikir sambil terud menggambar, "Hmm mulai kapan ya? Aku tidak begitu ingat dengan jelas." Da Ji cemberut dan bertanya kembali, "Kalau begitu, apa yang kau suka tentang aku?" Yun Ho menatap Da Ji dan balas bertanya, "Kalau kau apa yang kau suka tentang aku?" Da Ji menjawab, "Itu rahasia...."

Da Ji berusaha melihat hasil lukisan Yun Ho namun Yun Ho melarangnya, "Jika kau tidak mengatakan alasannya padaku maka aku tidak akan memperlihatkan hasil lukisannya padamu." Da Ji diam cemberut dan berkomentar, "Hmm dadamu. Aku bisa melihatnya karena kemejamu terbuka. Ini menggodaku. Itu sebabnya aku tidak mengatakan hal itu." Yun Ho tersenyum dan menjahili Da Ji dengan sengaja membuka kancing bajunya, "Berapa banyak kancing? Apa 2 kancing di buka sudah cukup? Atau tiga? Empat?" Da Ji tertawa mendengarnya.


Da Ji pulang ke rumah dengan perasaan begitu bahagia sambil membawa hasil gambaran Yun Ho. Dong Joo yang melihat kertas gambar itu pun merebutnya dan berkomentar, "Huh apakah ini bagus? Ini terlihat sangat kuno, Kakimu juga terlihat sangat pendek. Ini tidak terlihat seperti gambar, tetapi seperti foto." Da Ji dengan sangat kesal merebut kembali kertas itu dan menatap Ding Jii, "Huh mengapa kau mencari masalah??" Dong Joo berkomentar, "Huh kau pulang terlambat... Seorang gadis sepertimu pergi begitu larut malam ke rumah laki-laki lain." Da Ji berkata marah pada Dong Joo, "Bukankah kau sudah bilang bahwa kita tidak usah saling mengurusi kehidupan pribadi?" Dong Joo menjawab, "Ini sudah larut malam. Dan lagi kau meninggalkan adikmu sendirian di dalam rumah. Apakah kau ini tidak berfikir dengan jernih hah? Sepertinya adikmu itu banyak belajar hal tidak baik darimu. Dan lagi aku harus bekerja sendirian di Restaurant. Kau tau kan bahwa bekerja sendiri itu sangat melelahkan?"

Da Ji terlihat bener-benar sangat kesal dengan omelan Dong Joo. Dong Joo kembali mengomel, "Dengan kau makan bersama Yun Ho itu apakah kau bisa mendapatkan surat persetujuan masyarakat hah? Ingat kau harus mengurus surat persetujuan itu!!" Dong Joo berjalan pergi kedalam rumah begitu saja.


Pagi harinya Da Ji sedang melatih Paulist agar bisa mengikuti kompetisi. Dong Joo keluar dari rumah dan Da Ji pun meminta bantuan Dong Joo, "Kau bantulah aku!!" Dong Joo bertanya, "Mengapa aku harus membantumu?" Da Ji menjawab, "Kuda ini bahkan tidak mudah untuk berpindah satu inci pun, padahal 2 minggu lagi dia harus mengikuti sebuah kompetisi. Bukankah kau pandai menjinakkan kuda? Ayolah bantu aku...." Dong Joo berkata, "Tidak mau. Aku tidak ingin dekat-dekat dengan kuda." Da Ji kebingungan, "Apa kau pikir aku tidak tau? Bukankah kau sangat mencintai kuda?" Dong Joo bertanya kesal, "Apa kau berfikir bahwa kau sangat mengenal aku hah?" Da Ji menjawab, "Kau... Dulu kau sangat meraway Da Dong kita." Dong Joo kaget dan berkata kesal, "Apakah bagimu membahas masa lalu itu begitu mudah hah?" Da Ji terdiam mendengarnya. (Da Dong?? Siapa?)


Dong Joo pergi ke toko kue dan tersenyum saat memilih kue yang akan di berikan pada Jin Young. Dong Joo lalu melihat sebuah kue dan meminta pelayan toko untuk membungkus kue itu juga.


Jin Young sedang berada di Resort dan mendesign, Jin Young berdiskusi dengan temannya itu dan mereka membahas banyak hal mengenai pencahayaan, perabotan dan biaya untuk project ini. Saat Jin Young akan pergi, dia bertemu dengan Yun Ho yang sedang berdiri di depan pintu.


Jin Young dan Yun Ho pun pergi bersama untuk berbincang-bincang. Yun Ho berkomentar, "Sepertinya kau sedang stress. Kau ini tidak terlihat seperti designer, kau terlihat benar-benar seperti seorang pengusaha. Apa ada sesuatu yang salah?" Jin Young tidak menjawab dan hanya tersenyum. Yun Ho lalu mengeluarkan sebuah buku dan memebrikannya pada Jin Young, "Lihatlah ini. Ini adalah buku terbaru. Bukankah kau sangat menyukai dunia design?" Jin Young kembali tersenyum, "Oppa benar-benar tahu banyak tentang aku. Kenapa? Kau tidak nyaman ya saat aku menjauhimu?" Yun Ho bertanya, "Ya! Bukan begitu. Aku hanya ingin meminta maaf atas hal yang sebelumnya." Jin Young berkomentar, "Mengapa harus mengungkit masa lalu? Itu memalukan."

Yun Ho berkata, "Kau sepertinya terlihat bahagia." Jin Young tersenyum dan balas bertanya, "Kau juga akan hidup bahagia kan?" Yun Ho menganggukan kepala dan berkata, "Sungguh aku berharap kau akan bahagia selamanya.


Jin Young kembali ke ruangannya dan melihat ada kue kiriman dari Dong Joo. Jin Young tersenyum melihat surat yang ditinggalkan oleh Dong Joo itu.



Da Ji pergi ke pantai bersama Paulist dan berniat melatihnya. Da Ji menatap Paulist dan berkata, "Baiklah ayo kita lakukan ini. Kau harus mempercayai aku dan membawaku ya." Da Ji menunggangi Paulist dan ternyata Paulist tetap tidak mau jalan. Da Ji kecewa melihatnya. Lalu Yun Ho datang dan berkomentar, "Sepertinya Paulist gugup karena mambawa seorang wanita." Da Ji senang melihat kedatangan Yun Ho. Yun Ho bertanya, "Apakah keadaan Paulist masih sama?" Da Ji menjawab, "Ya. Kompetisi tinggal 2 minggu lagi dan Paulist tetap tidak mau berjalan." Yun Ho berkata, "Aku yang membeli kuda ini san sepertinya aku harus bertanggung jawab. Bukankah aku ini pelatih kuda yang cukup baik? Baiklah aku akan mencoba melatihnya." Da Ji berkata, "Jika kau tidak bisa melatihnya maka aku bisa memecatmu." Yun Ho bertanya, "Bagaimana jika sebaliknya?" Da Ji menjawab, "Hmm aku akan meneraktir segelas bir." Yun Ho tersneyum dan memnggiring Paulist untuk berjalan.

Dan ternyata dari kejauhan terlihat Dong Joo yang membawa sekotak kue. Dong Joo terlihat kecewa saat melihat Da Ji sedang bersama Yun Ho. (Ternyata kue yang tadi dia beli oleh Dong Joo itu untuk Jin Young dan juga untuk Da Ji.)


Malamnya Dong Joo pergi ke kandang kuda dan dia terdiam lama menatap Paulist. Dong Joo tiba-tiba mengingat masa lalunya...



FLASHBACK..

Kakek berjalan sambil mengiring satu ekor kuda pada Dong Joo dan Da Ji. Kakek berkata, "Ini hadiah pernikahan untuk kalian. Mulai sekarang kau harus menjaganya." Dong Joo tersenyum senang dan bertanya, "Tapi mengapa hanya satu?" Kakek menjawab, "Bila kau memiliki anak, maka aku akan memberikan satu ekor kuda lagi untuk anak kalian." Dong Joo berkata, "Aku tidak ingin, Da Ji ini baru 19 tahun." Kakek berkata, "Kenapa tidak? Bukankah yang penting sudah menikah?" Dong Joo menjawab, "Melahirkan itu menyakitkan." Kakek betanya, "Apa kau pernah merasakan melahirkan hah?" Dong Joo menjawab, "Aku tidak ingin Da Ji kesakitan karena dia ini sungguh berharga. Da Ji ayo kita tunggangi kuda ini." Dong Joo menganggam tangan Da Ji dan pergi menunggangi kuda itu berdua.


Sambil menunggangi kuda itu, Da Ji bertanya, "Dong Joo, apa kita harus memberi nama kuda ini?" Dong Joo berkata, Bagaimana jika Da dari Da Ji dan Dong dari Dong Joo? Jadi namanya Da Dong?" Da Ji berkomentar, "Ya Da Dong nama yang bagus." (Oh Da Dong ternyata nama kuda mereka. Dan mungkin ini sebabnya Dong Joo benci kuda. Maksudnya Dong Joo sekarang benci kuda karena dulu kuda itu adalah kado pernikahan dia dan Da Ji.)


FLASHBACK selesai...

Dong Joo membuka kandang Paulist dan masuk kedalamnya. Dong Joo ingin menyentuh Paulist namun dia mengurungkan niatnya dan segera pergi meninggalkan kandang kuda tanpa mengunci kandang kuda Paulist.


Pagi harinya Da Ji pergi ke kandang dan sangat kaget saat melihat bahwa Paulist tidak ada di dalam kandang. Da Ji berlari memberikan info ini pada Da Eun. Dong Joo yang melihat kepanikan Da Ji pun bertanya, "Ada masalah apa pagi-pagi begini?" Da Ji menjawab, "Paulist hilang." Dong Joo kaget, "Hilang? Semalam dia masih ada di kandangnya." Da Ji kaget mendengarnya, "Kau pergi ke kandang kuda semalam? Dan membuka pintu kandang kuda?" Dong Joo baru sadar bahwa kemarin dia lupa kembali untuk menutup pintu kandang kuda.


Da Ji, Da Eun, Jong Dae Dan Dong Joo pulang ke rumah dengan lesu karena tidak berhasil menemukan Paulist. Da Ji berkata, "Huh dia tidak bisa ikut kompetisi ini. Bagaimana?" Da Eun berkomentar, "Jika Tuan Yang tau bahwa Paulist hilang maka dia akan membunuh Kakak." Dong Joo kebingungan, "Hmm kalau begitu, Mengapa tidak meminta ku untuk bertanggung jawab saja?" Semuanya langsung menatap kesal pada Dong Joo. Da Ji berkata, "Tapi tetap saja kita harus mencarinya terlebih dahulu! Paulist bahkan tidak berani berjalan jauh, dan kita tidak tau apa yang terjadi. Ini hal yang sangat mengkhawatirkan. Apakah kemampuanmu itu hanya bisa membuat orang sakit hati? Bukankah kau bilang tidak suka kuda? Bukankah kau bilang tidak ingin dekat kuda? Lalu mengapa kau pergi ke kandang kuda hah?" Dong Joo bingung menjawabnya dan tiba-tiba dia berkata, "Cepet berikan aku foto Paulist.


Dong Joo pergi ke tempat kuda dan berniat mencari Paulist. Namun dimatanya Dong Joo semua kuda itu sama semuanya." Da Ji kesat mendengar Dong Joo yang mengeluh dan meminta Dong Joo untuk serius mencari Paulist.


Yun Ho datang ke Restaurant milik Ahjumma dan Ahjusshi sambil terus mencoba menghubungi Da Ji anmun HP Da Ji tidak diangkat-angkat terus. Ahjumma dan Ahjusshi sedang membicarakan masalah Da Ji dan Yun Ho mendengar pembicaraan itu. Ahjumma bertanya, "Apakah kuda itu belum di temukan?" Ahjusshi menjawab, "Sepertinya belum. Coba kau hubungi Da Ji." Jong Dae Menjawab, "HP Da Ji tidak di angkat dan aku tidak memiliki nomor Dong Joo." Ahjumma berkomentar, "Sudahlah biarkan mereka berdua. Biarkan dua orang itu pergi bersama dan mungkin menumbuhkan kembali perasaan mereka. Bagaimana jika perasaan mereka kembali lagi? Sudah kukatakan bahwa dia sedang bersama suaminya, jadi apa yang harus di khawatirkan?" Yun Ho sangat kaget mendengar hal tersebut.

Ahjumma berkata, "Walaupun mereka sudah bercerai, tapi kalian tau kan betapa Dong Joo sangat menyukai Da Ji sejak kecil? Apalagi sekarang mereka tinggal di satu rumah. Mereka berdua selalu bersama. Bagaimana mungkin mereka bisa di pisahkan?" Yun Ho berfikir dan dia ingat saat pertemuannya dengan Jin Young, Dong Joo dan Da Ji. pada saat itu Jin Young bilang bahwa dia bertemu dengan Da Ji di kamar hotelnya Dong Joo. Yun Ho sangat kecewa mengetahui hal ini.


Dong Joo melihat seekor kuda dan dia berteriak senang pada Da Ji, "Hey aku menemukannya." Da Ji berlari dengan cepat ke arah Dong Joo dan memperhatikan kuda yang di temukan Dong Joo, "Bukan. Dia tidak sama." Dong Joo kesal, "Apanya yang berbeda? Warnanya benar-benar sama..." Da Ji menjawab, "Paulist itu memiliki tanda, namun kuda ini tidak." Tiba-tiba pemilik peternakan kuda itu datang dan berteriak pada Dong Joo dan Da Ji. Dong Joo dan Da Ji sangat kaget dan langsung lari untuk melarikan diri. Dan saat berlari itu Kaki Da Ji terseleo.


Setelah di rasa sudah aman, Da Ji dan Dong Joo pun duduk untuk beristirahat. Saat Da Ji mau minu, Dong Joo merebut minumannya dan menghabiskannya. Hal ini membuat Da Ji sangat kesal. Dong Joo melihat seekor kuda di dalam sebuah mobil dan dia berkata pada Da Ji, "Hey bukankah itu dia?" Da Ji datang mendekati mobil itu dan memperhatikan kuda itu dengan baik, "Hmm bukan. Paulist tidak memiliki perban dikakinya." Dong Joo berkomentar, "Mungkin saja dia terluka sehingga di perban." Da Ji menjawab, "Bukan. Ini Choi Kang(Tipe??)" Da Ji melihat nama mobil yang mengangkut kuda itu dan kaget saat mengetahui bahwa mobil itu adalah mobil dari tempat pemotongan daging kuda.


Da Ji bertemu dengan Paman pemilik Choi Kang itu dan berkata, "Paman, mereka ini mau mencuri Choi Kang." Paman itu menjawab, "Tidak... Bukan begitu. Akulah yang menjualnya. Kuda itu tidak bisa berlari. Lalu untuk apa aku memeliharanya? Setidaknya aku bisa mendapatkan uang dari dagingnya itu." Da Ji berkata, "Paman, tapi ini adalah Choi Kang. Dia sudah bersama dengan keluargamu selama 5 tahun. Hanya karena dia tidak bisa berlari maka kau ingin menjualnya?" Paman itu menjadi marah, "Huh diamlah. Sudah kalian pergi saja." Dong Joo berkata, "Paman, jika dia terluka lalu kenapa tidak di berikan perawatan saja agar dia lebih baik? Setelah perawatan maka dia mungkin bisa berlari."Paman itu kembali marah, "Kau pikir berapa ongkos perawatan itu hah? Untuk memberi makan saja menghabiskan 1.000.000 won per bulannya. Lalu harus berapa banyak lagi uang yang aku harus keluarkan?"

Dong Joo berkata, "Kalau begitu jual padaku." Paman itu bertanya, "Untuk apa membeli kuda yang tidak bisa berjalan?" Dong Joo menjawab, "Simpanlah kuda itu di peternakan untuk dilatih. Dia tidak berlari karena mungkn lelah. Dan seharusnya peternakan yang dijadikan tempat penyimpanannya itu harus di tumbuhi rumput yang luas. Biarkan kuda itu tenang." Da Ji terdiam mendengar kata-kata Dong Joo karena ternyata Dong Joo masih tau banyak hal mengenai kuda.


Da Ji dan Dong Joo berjalan pulang ke peternakan. Dong Joo berkata, "Huh masalah besar. Uangku di potong untuk membayar gandum itu, dan juga untuk membeli kuda. Ah sudah aku tidak peduli."Da Ji berisitirahat di pinggir jalan dan Dong Joo mengomel, "Sudah kukatakan sebaiknya kita naik taxi." Da Ji berkomentar, "Hanya perlu waktu 10 menit untuk ke rumah. Untuk apa membuang-buang uang?" Da Ji lalu berkata, "Tadi kau sangat keren." Da Ji mengikuti ucapan Dong Joo pada Paman tadi dan Dong Joo tersenyum mendengarnya. Da Ji lalu bertanya, "Jika kau begitu menyukai kuda, Mengapa mengatakan tidak mau dekat-dekat dengan kuda? Kau hanya tidak suka membantuku saja kan?" Dong Joo salah tingkah dan segera mengalihkan pembicaraan, "Ayo cepatlah pulang. Apa kau mau pulang setelah matahari terbenam hah?"

Da Ji tiba-tiba bertanya, "Bagaimana kabar Da Dong? Terkadang aku benar-benar memikirkannya. Apakah dia sudah melahirkan? Apakah dia masih tetap tinggal di peternakan?" Dong Joo menjawab, "Dia sudah meninggal." Da Ji kaget mendengarnya. Dong Joo melanjutkan ucapannya, "Selama beberapa hari, aku terus mengendarai kuda itu. Aku tidak sadar bahwa dia sedang hamil. Akhirnya dia meninggal saat melahirkan. Dan anaknya pun mati. Aku hanya memikirkan masalahku dan akulah salah satu yang telah membunuh dia." Mata Da Ji berkaca-kaca, "Kapan hal itu terjadi?" Dong Joo terdiam tidak menjawab. Da Ji kembali bertanya, "Apakah setelah kau dan aku berpisah? Itu pasti masa yang menyulitkan bagimu. Aku sangat tau bahwa kau menyukai kuda." Dong Joo berkomentar, "Sudahlah. Jangan bahas kuda lagi dan lagi aku sudah tidak pernah menunggangi kuda." Da Ji menunduk meminta maaf, "Maafkan aku Dong Joo. Aku tidak tau bahwa hal ini sangat berat bagimu." Dong Joo berkata, "Sudah ayo kita pergi."


Dong Joo berjalan didepan dan Da Ji berjalan di belakangnya. Kaki Da Ji tadi terseleo sehingga dia sulit berjalan. Dong Joo sadar bahwa Da Ji berjalan dengan sangat pelan dan dia bertanya, "Ada apa?" Da Ji menjawab, "Aku sedikit terluka tadi." Dong Joo berjalan menghampiri Da Ji dan berjongkok di depan Da Ji agar Da Ji bisa naik ke punggungnya. Da Ji kaget dan berkata, "Tidak usah. Aku bisa berjalan." Dong Joo berkomentar, "Tapi jalanmu itu sangat lambat. Aku ingin segera pulang untuk beristirahat. Sudah naik saja, saat kau mabuk juga aku yang menggendongmu." Da Ji pun akhirnya memeluk leher Dong Joo dan naik ke punggung Dong Joo.


Yun Ho keluar dari Restaurant dengan tatapan kosong. Dan Dia kaget saat melihat Da Ji yang sedang di gendong oleh Dong Joo. Dong Joo dan Da Ji pun sama terkejutnya melihat kehadiran Yun Ho.



BACA JUGA SINOPSIS LAINNYA



0 comments:

Post a Comment


Friend Link List