Do you like this story?
Ayah sangat marah melihat Chae Ryung, putri yang sangat disayanginya diperlakukan tidak sepantasnya oleh Duk Gi. Ayah mencengkeram kerah baju Duk Gi dan mulai marah kepada Duk Gi. Duk Gi tidak terima dengan perlakuan Ayah Chae Ryung. Duk Gi dengan serta merta meninju perut Ayah hingga Ayah terjatuh.
“Ayah…. Ayah….” Panggil Chae Ryung ketakutan
Beberapa orang pria datang dan berusaha menahan Chae Ryung “siapa kalian?” teriak Chae Ryung berusaha melepaskan diri “tetaplah tenang disini” ucap salah satu pria yang bernama Sun Do “itu Ayahku” teriak Chae Ryung.
Sun Do dan temannya berusaha membantu Ayah Chae Ryung untuk bangun, sementara itu di samping mobil terlihat Byung Chun yang ketakutan melihat apa yang terjadi.
“Hei, Choi Duk Gi, kamu datang kesini” panggil Sun Do. Duk Gi yang baru saja ingin pergi berbalik ke arah Sun Do.
Chae Ryung yang masih ketakutan dengan cepat menelepon polisi. Byung Chun yang mendengarnya kemudian bergegas pergi.
Duk Gi tersenyum tipis pada Ayah Chae Ryung yang terus menatapnya.
“bagaimana kau bisa melakukan hal ini pada anakku?kamu pikir dirimu siapa? Apa kesalahan yang anakku perbuat padamu? Dia bukan orang seperti itu. Kamu…..” ucap Ayah Chae Ryung emosi dan memukul dada Duk Gi dengan kekuatan yang dimilikinya.
“oke, aku bersalah, berhenti melakukan tindakan sia-sia dengan kekuatanmu, hah….. aku akan memukul diriku sendiri, seperti ini, seperti ini, seperti ini. Apa itu membuatmu merasa lebih baik?” ucap Duk Gi meremehkan Ayah dan meninju perutnya sendiri.
Ayah Chae Ryung semakin emosi mendengar ucapan Duk Gi. Ayah berusaha ingin menarik kerah baju Duk Gi namun Duk Gi dengan cepat menghindar. Ayah terjatuh dan Duk Gi sendiri kepalanya terbentur di tembok persis di belakangnya.
Duk Gi memegangi kepalanya yang kesakitan dan mulai mengumpat “karena kamu, kepalaku hampir saja retak. Karena kamu telah menyebabkan kepalaku sakit, sekarang kita impas. Mari kita berpura-pura ini tidak pernah terjadi”.
“mengapa kamu bertindak seperti ini, kita saling mengenal, aku hanya bermain-main saja” ucap Duk Gi kesal ketika Sun Do dan Yun Do (Min Hyuk CN BLUE) berusaha menahannya.
“hei, Choi Duk Gi jika kamu seperti ini, aku akan membunuhmu” ucap Yun Do
“astaga, ini benar-benar tidak adil” keluh Duk Gi dan merasa masalah menjadi bertambah parah.
Tiba-tiba suara sirine terdengar. Polisi yang ditelepon Chae Ryung akhirnya tiba di lokasi kejadian. Duk Gi berusaha melarikan diri, namun Sun Do dan yang lainnya menahannya. Chae Ryung bernafas lega dan memeluk Ayahnya erat.
Sementara itu Jong Seok dari kejauhan diam-diam memperhatikan mereka. Timbul rasa marah di dalam hatinya karena rencana yang sudah dipersiapkannya matang-matang gagal dikarenakan kedatangan Ayah Chae Ryung yang tidak pernah disangka Jong Seok sebelumnya.Rencananya untuk menjadi pahlawan di mata Chae Ryung harus dikuburnya dalam-dalam.
Jong Seok kembali menemui Bora di Club. Bora yang sedang mabuk berat menyandarkan kepalanya di bahu Jong Seok dan bertanya pada Jong Seok darimana saja dirinya. Jong Seok tidak menjawab pertanyaan Bora dan menarik Bora untuk segera pergi dari Club.
Man Soo berlari tergesa-gesa menuju kantor polisi. Di depan kantor polisi langkahnya terhenti saat melihat mobil Eun Ki Hwan, saudara iparnya terparkir. “kamu pasti orang yang meneleponku?” tanya Man Soo saat bertemu dengan Yun Do dan temannya “iya. Dia meninggalkan handphonenya dan aku berpikir harus memberitahumu” jawab Yun Do “benar, kamu sudah melakukan tindakan yang benar. Bagaimana keadaan saudara iparku? Bagaimana keadaan Chae Ryung? Apakah dia di dalam?” tanya Man Soo lagi semakin khawatir “ah ya, dia di dalam sedang membuat laporan, anda sebaiknya masuk saja”
Raut wajah Man Soo seketika berubah saat mendengar kata laporan. Man Soo ternyata pernah menjual barang-barang palsu dan takut jika bertemu dengan polisi dan mereka sampai mengetahuinya. Yun Do hanya saling berpandangan dengan temannya, tidak mengerti apa yang sedang diucapkan Paman Chae Ryung.
Sun Do keluar dari kantor polisi
“Hyung, apa dia sudah mengatakan sesuatu?” tanya teman Sun Do dan Yun Do (yang dimaksud adalah Duk Gi) “ada bukti dan sanksi, sehingga tidak ada gunanya dan tidak ada jalan keluar untuk Duk Gi, tapi Paman itu terlalu baik” jawab Yun Do
Man Soo membenarkan ucapan Yun Do “saudara iparku tidak hanya baik, dia juga seperti malaikat. Ngomong-ngomong terima kasih karena sudah disini selarut ini. Kakakku sedang mengurusi pernikahan putri tertuanya sehingga dia tidak bisa dihubungi”. Man Soo kemudian memasukkan tangannya ke dalam saku celana dan memberikan sesuatu kepada Yun Do. Yun Do tersenyum saat menerima beberapa lembar uang dari Man Soo. Man Soo kemudian masuk ke dalam kantor polisi setelah menguatkan hatinya kalau tidak akan terjadi apa-apa.
“apa itu?” tanya teman Yun Do sepeninggal Man Soo. Yun Do tersenyum senang dan memperlihatkan uang 20 dolar kepada temannya dan Sun Do.
Di dalam kantor polisi, Man Soo tidak henti-hentinya memarahi Duk Gi.
“apa Ayahmu tidak pernah mengajarimu agar tidak memukul Ayah orang lain, ayo kita akhiri disini malam ini, hanya berdua saja”.
Chae Ryung dan Ayahnya berusaha mencegah Man Soo. Mereka berdua sudah menjalani pemeriksaan.
“apa kalian baik-baik saja?” tanya Man Soo “kami baik-baik saja” jawab Chae Ryung lesu.
Ayah mendekati Duk Gi dan memaksanya untuk berdiri.
“lihatlah baik-baik”
“pada apa?” tanya Duk Gi
“wajahku”
“kenapa anda seperti ini?” tanya Duk Gi dan berusaha memalingkan mukanya
“untuk anda, mungkin ini sudah berakhir, tetapi aku sebagai Ayah Chae Ryung ini adalah sesuatu yang tidak akan terjadi lagi dan sesuatu yang seharusnya tidak pernah terjadi. Jika kamu sekali lagi melakukan hal ini kepada putriku yang paling berharga, aku akan…….. (ucapan Ayah Chae Ryung terhenti sesaat) aku akan mempertaruhkan nyawaku. Aku mungkin lebih tua dari anda dan kekuatanku mungkin tidak sebesar kekuatan anda, tapi aku akan menang. Jadi, jangan pernah melakukan hal ini lagi kepada putriku dan kepada anak perempuan siapapun, untuk anak setiap ayah”.
Mata Duk Gi, Chae Ryung dan Man Soo berkaca-kaca. Bagi Chae Ryung, perkataan Ayahnya adalah seperti sebuah oase di padang pasir dan Chae Ryung sangat beruntung memiliki Ayah seperti Ayahnya. Tapi bagi Duk Gi, perkataan Ayah Chae Ryung menusuk sanubarinya, air mata Duk Gi perlahan-lahan menetes.
Chae Ryung, Ayah dan Man Soo mengucapkan terima kasih pada polisi yang sudah membantu mereka. Mereka pun pergi.
Duk Gi kembali terduduk di kursi dengan air mata yang tidak berhenti menetes. Polisi yang melihatnya mengatakan kepada Duk Gi kalau Duk Gi juga boleh pergi. “aku bisa pergi, aku? Aku punya saksi yang memberatkanku” ucap Duk Gi tak percaya
“dia mengatakan untuk membiarkanmu pergi”
“orang itu? Dia bahkan ingin memakanku hidup-hidup dengan tatapan matanya, mengapa?” tanya Duk Gi lagi
“karena dengan berjalannya waktu, dia mengatakan kalau kau juga akan menjadi seorang Ayah, dia mengatakan untuk membiarkanmu pergi” jawab Polisi.
Duk Gi tersenyum kesal “aish”. Polisi heran melihat ekspresi wajah Duk Gi yang terlihat tidak senang dan malah semakin sedih.
“mengapa dia mengatakan hal seperti itu? Ayahku saja tidak pernah mengatakan hal seperti itu kepada anak-anaknya. Dia adalah orang asing bagiku. Orang tuaku tidak pernah mengkhawatirkan masa depanku, mengapa? Mengapa aku harus mendengarnya dari Ayah orang lain?” teriak Duk Gi. Polisi hanya terdiam mendengar apa yang diucapkan Duk Gi.
Di dalam mobil, Chae Ryung terus memandangi Ayahnya.
“mianhae, Ayah, aku salah, aku minta maaf. Aku tidak mendengarkan anda dan memakai rok pendek. Aku tidak mendengarkan anda dan bermain dengan anak-anak nakal, maafkan aku. Aku berpikir kamu akan mati untukku, karena kau dipukul dan terjatuh, aku pikir sesuatu akan terjadi padamu, aku sangat terkejut dan sekarang jantungku terus berdebar-debar”.
Ayah menarik Chae Ryung kepelukannya “tidak apa-apa, kamu tidak bersalah, sekarang kita hanya perlu berhati-hati mulai dari sekarang, tidak apa-apa anak Ayah”.
Ae Ryung berusaha menuntup pintu saat Profesor Park datang ke rumahnya. Ae Ryung tidak ingin bertemu dengan Profesor Park lagi setelah semua hal yang sudah terjadi, apalagi Ibu Profesor Park tidak merestui hubungan mereka. Ae Ryung juga mengatakan kalau dia tidak akan menikah kecuali Ayahnya mengijinkan dan menyetujuinya. Profesor Park terkejut mendengar ucapan Ae Ryung dan bertanya apa Ae Ryung lebih memilih Ayahnya daripada orang yang dia cintai. Ae Ryung dengan tegas menjawab YA. Profesor Park terdiam dan perlahan-lahan melepaskan gagang pintu yang daritadi dipegangnya. Profesor Park mengatakan kalau dia akan berbicara dengan Ayah Ae Ryung bahkan jika mereka putus.
Ae Ryung kembali ke kamarnya dan berusaha berkonsentrasi dengan buku yang ada di hadapannya. Pandangan Ae Ryung teralih kepada foto dirinya, Chae Ryung dan Ayahnya.
“jangan khawatir Ayah, putri ayah akan baik-baik saja” gumam Ae Ryung dengan mata berkaca-kaca.
Ayah memberikan sebuah obat kepada Chae Ryung. Chae Ryung mengeluh kepada Ayahnya tentang rasa obat yang sangat tidak enak. Ayah tersenyum dan menyuruh Chae Ryung untuk tidur. (kamar Chae Ryung cantik banget, serba pink, jadi ingat Sungmin Oppa).
Begitu Ayah keluar, Chae Ryung bangkit dari tempat tidur dan menyalakan lampu kamar yang sempat dimatikan Ayah. Chae Ryung memeluk selimut dan kejadian buruk yang sempat dialaminya bersama sang Ayah kembali terngiang di kepalanya. “Putri Ayah akan baik-baik saja, aku akan baik-baik saja” gumam Chae Ryung pada dirinya sendiri (kalimat ini seperti sebuah senjata untuk Chae Ryung dan Ae Ryung chingudeul). Chae Ryung kemudian berusaha menutup mata dan tidur.
Man Soo kembali membuat minuman obat yang berisi campuran madu. Man Soo kemudian memberikannya kepada Eun Ki Hwan. "kakak juga harus meminumnya" ucap Man Soo “dimana kakakmu sehingga dia tidak mengangkat telepon?” tanya Eun Ki Hwan “katanya dia sedang pijat” jawab Man Soo.
Dan memang benar, Soo Hee sedang melakukan pijat refleksi ,tapi dia tanpa sengaja tertidur. Teman Ibu Jin Goo menyuruh pelayan untuk membangunkannya namun pelayan menolaknya dan mengatakan kalau dia tidak akan bangun (sepertinya Soo Hee sering melakukannya).
Teman Ibu Jin Goo menemui Ibu Jin Goo, dia memutuskan meninggalkan Soo Hee yang masih tertidur. Jin Goo tiba-tiba muncul dan memotong percakapan Ibunya.
“kalian ingin aku menikah?” tanya Jin Goo dengan sekaleng minuman di tangannya
“bagaimana jika Ayahmu pulang dan melihatmu seperti itu?” keluh Ibunya
“kemungkinan Ayah pulang cepat sama dengan kemungkinan aku bisa menjadi dokter. Ibu, kau ingin aku menikah berdasarkan kebohongan, lebih baik jika aku hanya mengalahkan Ayah saja dan mendapatkan warisannya”
“kapan kau bisa mengalahkannya, cobalah hidup lurus jika tidak aku pada akhirnya akan bercerai dengannya” ucap Ibu Jin Goo menasehati anak lelaki satu-satunya yang dia miliki
“kau bisa menikah lagi dan mendapatkan banyak uang dari harta Ayah” jawab Jin Goo seenaknya
“apakah menurutmu pernikahan itu adalah sebuah lelucon? Dasar anak busuk” teriak Ibu Jin Goo dan melempari Jin Goo dengan bantal kursi yang kebetulan sedang dipegangnya.
Teman Ibu Jin Goo berusaha menasehatinya juga “kau harus menikah dengan baik, baru setelah itu kau bisa mendapatkan rumah dan warisan”. Jin Goo kesal dinasehati dua orang tua sekaligus “aku mengerti, tapi aku punya gaya hidup sendiri”.
Adik Jin Goo tiba-tiba muncul dan berteriak kalau Ayah sudah pulang “Oppa, kenapa kau ada disini?” tanya Adik Jin Goo ketakutan. Namun semuanya terlambat, beberapa detik kemudian, Ayah Jin Goo muncul dan terlihat sangat marah melihat Jin Goo dan sekaleng minuman di meja. Dia kemudian berlalu pergi ke ruang kerjanya. Ibu Jin Goo kembali memukuli Jin Goo dengan bantal kursi. Teman Ibu Jin Goo hanya bisa terdiam melihat tingkah keluarga temannya.
Ibu Jin Goo masuk ke ruang kerja suaminya dan berusaha menggantungkan jas suaminya, namun suaminya menepiskan tangannya.
“jangan mencoba untuk membeli anak gadis orang lain untuknya”
“aku tidak melakukannya” elak istrinya
“jangan berbohong demi menciptakan sebuah pernikahan” tambah Ayah Jin Goo
“aigoo, suamiku, kenapa kau membuat masa lalu seperti mengunyah kaki cumi-cumi saja” jawab Ibu Jin Goo dan berlari keluar ruangan suaminya saat suaminya ingin mendekat dan memarahinya.
Ibu Jin Goo keluar dan sekarang giliran Adik Jin Goo yang masuk ke ruangan kerja sang Ayah. “Ayah, kau minum lagi?”. Ayah mempersilahkan adik Jin Goo masuk. Adik Jin Goo tersenyum malu-malu dengan sebuah kertas yang disembunyikannya. Adik Jin Goo kemudian memperlihatkan kertas tersebut kepada Ayahnya “Ayah, aku berhasil diterima di sebuah sekolah medis”. Ekspresi Ayah Jin Goo datar “kau sudah berusaha keras” ucap sang Ayah “Ayah, mestinya kau mengatakan “good job” anakku” ucapnya sedih dan keluar dari ruang kerja Ayahnya. Namun tanpa diketahui Adik Jin Goo, Ayahnya sangat senang mendengar berita ini, karena harapan satu-satunya pada Jin Goo pupus sudah.
Duk Gi berdiri di bawah sebuah jembatan. Duk Gi sepertinya sedang menunggu seseorang. Duk Gi melirik ke kanan dan melihat sebuah mobil mendekat. Senyuman Duk Gi terkembang, karena yang ditunggunya akhirnya datang.
Duk Gi bergerak ke tengah jalan, mobil yang ditunggunya semakin dekat dan menghentikan mobilnya setelah sebelumnya menabrak kaki Duk Gi. Duk Gi sekali lagi tersenyum.
Pria diatas mobil turun.
“kamu begitu marah dan sangat ingin membunuhku kan? Aku bisa melihatnya dari caramu menghentikan mobil” ucap Duk Gi membuka pembicaraan
Pria tersebut kesal dan ingin mencekik leher Duk Gi. Duk Gi tersenyum saat pria tersebut mengurungkan niatnya. “kamu kacau, jadi sekarang kembalikan uangku” ucap Pria yang tak lain adalah Jong Seok.
“kamu memberiku 30 % tapi ingin aku mengembalikannya 100%, aku ingin lebih”
“apa?”
“2000 dolar agar aku tidak memberitahu mereka dan 2000 dolar agar kau tidak berurusan dengan polisi, jadi totalnya 4000 dolar. Jika kamu berpikir kata-kataku lucu, kau akan menyakiti dirimu sendiri Hyungnim, aku ingin berada di pihak Chae Ryung, ah tidak di pihak Ayah Chae Ryung. Aku sudah membuat sebuah ikatan dengannya semenjak di kantor polisi”
“aku tidak bisa hanya memberikannya kepadamu, aku sekarang merasa seperti sampah. Jadi aku ingin memukulmu, lagipula kau dibayar untuk itu kan?”
Duk Gi tersenyum tipis dan membuka resleting jaketnya “aku sudah siap”.
Jong Seok bergerak menuju bagasi mobilnya dan mengambil sebuah tongkat golf
“Hyungnim, Eun Chae Ryung terlihat lebih baik dengan ayahnya, jadi menyerahlah” ucap Duk Gi pada Jong Seok dan tidak menyadari kalau Jong Seok hendak melakukan sesuatu hal yang buruk kepadanya.
Jong Seok membuka jaketnya dan melihat kesekeliling, tidak ada siapapun. Jong Seok mengambil sebuah tas berwarna coklat dan meletakkannya di samping Duk Gi. “aku bukan Hyungnim anda dan jika kamu melakukan sesuatu, kamu harus melakukannya dengan benar. Jika kau memukuli seseorang, seperti ini caranya, seperti ini ,lakukan dengan benar. Kalau aku bilang kau harus menjatuhkannya maka kau harus melakukannya. Jika kau berurusan denganku, kau harus menutup mulutmu rapat-rapat” ucap Jong Seok kesal dan melayangkan pukulan dengan tongkat golf ke perut Duk Gi berkali-kali. Duk Gi menatap tajam Jong Seok dan berusaha menahan rasa sakit.
“ini salahku Hyungnim, maafkan aku” pinta Duk Gi dan berlutut di hadapan Jong Seok
“aku sudah katakan, jangan memanggil aku Hyungnim anda” teriak Jong Seok dan hendak memukul Duk Gi lagi dengan tongkat golfnya
“aku minta maaf dan lupakan semua yang sudah aku katakan” pinta Duk Gi sekali lagi dan berusaha menahan tangan Jong Seok
“dimatamu apa aku terlihat seperti seseorang yang gampang melupakan semuanya? Ketika aku membuat janji maka aku akan memenuhinya”.
Jong Seok melempar tongkat golfnya dan mengambil tas berwarna coklat yang diletakkannya disamping Duk Gi. Jong Seok mengeluarkan isi tas dan di dalamnya terdapat sebuah tas lagi yang hendak diberikannya kepada Chae Ryung. Jong Seok membukanya dan memakaikannya ke kepala Duk Gi. “aku bahkan tidak bisa menemukan kesenangan karenamu, tas ini bernilai 3000 dan sangat cocok denganmu dan sisanya 1000 dolar….”
Jong Seok mendorong Duk Gi dan membuka mobilnya. “ambil ini” ucap Jong Seok dan menerbangkan semua uang di tangannya ke udara. Duk Gi memunguti semua uang dengan mata berkaca-kaca layaknya seorang pengemis. (kasihan Duk Gi, hikz,hikz,hikz….. walaupun Duk Gi anak nakal, tetapi dia sangat menyayangi saudara-saudaranya…. Siapa ya saudara Duk Gi????).
Di rumah Chae Ryung
Soo Hee pulang ke rumah. Soo Hee terkejut ketika mengetahui dari Man Soo kalau Chae Ryung membuat masalah.
“aku sudah mengatakan untuk memilih teman dengan bijaksana, jangan seperti Bora yang tidak memiliki apapun” ucap Soo Hee membangunkan Chae Ryung yang sudah tertidur
“Bora bilang, dia punya sesuatu untuk mengatakan pada Jong Seok”
“anak pengacara terkenal itu?” tanya Soo Hee sedikit terkejut
“ya”jawab Chae Ryung lesu
“dia berada disana, tapi tidak berbuat apa-apa?”
“dia sebenarnya tidak ada disana”
“kalau begitu suruh dia bertemu denganku besok, aku ingin membuat kesepakatan tentang hubunganmu dengannya”
“berhentilah mengatakan omong kosong Ibu dan cepat keluar, aku ingin tidur” teriak Chae Ryung
“kakakmu sudah kehilangan anak direktur rumah sakit, setidaknya kau bisa mendapatkan anak pengacara itu”
Tiba-tiba sebuah suara menghentikan perdebatan Ibu dan Anak
“Hentikan” teriak Ayah
“kau mengagetkanku dengan teriakanmu”
“berhenti untuk menikahkan anak-anakmu dengan keserakahanmu itu, aku tidak akan tinggal diam dan hanya menonton saja”
“jadi apa yang akan kau lakukan?kau akan mengusirku?” tanya Soo Hee
“aku akan membawa anak-anak denganku” jawab Ayah dan kemudian pergi. Ayah tidak memperdulikan teriakan istrinya yang terus bergema di kamar Chae Ryung. Chae Ryung yang kesal dengan sikap ibunya menyuruh ibunya untuk diam dan berhenti menyalahkan Ayah. Soo Hee tak kalah kesalnya dan menyuruh Chae Ryung untuk bisa dekat dengan Jong Seok bagaimanapun caranya.
Jong Seok bergumam dan mengulangi apa yang dikatakan Duk Gi “berhenti untuk mendekati Chae Ryung karena dia jauh lebih baik jika bersama Ayahnya”. Jong Seok semakin kesal karena Duk Gi menganggapnya tidak pantas dengan Chae Ryung. Jong Seok memundurkan mobilnya dan memacunya melaju dengan kencang ke arah Duk Gi. Duk Gi yang masih memunguti uang terkejut dan dengan cepat menghindar. Sayang, kepala Duk Gi kembali terbentur di aspal.
Byung Chun tiba-tiba muncul dan membantu Duk Gi bangun.Byung Chun rupanya bersembunyi agar Jong Seok tidak melihatnya.
“hey, Shin Byung Chun” panggil Jong Seok ketika turun dari mobil
“bukankah ini sudah lebih dari cukup?” ucap Byung Chun kesal melihat kelakuan Jong Seok yang semena-mena terhadap Duk Gi, sahabatnya
“kau tidak tahu apa-apa”
“aku tahu semuanya” teriak Byung Chun
“kau tahu semuanya, tutup mulutmu jika tidak ingin sesuatu hal yang buruk terjadi padamu. Kau berbeda dari Duk Gi dan harus selalu mengingatnya” ancam Jong Seok dan kembali ke mobilnya. Jong Seok mengemudikan mobilnya dan berlalu pergi.
Di sebuah tempat pencucian baju (Laundry) terlihat seorang pria yang sangat tampan (*ngelirik Un Aida) sedang mengeluarkan baju dari mesin cuci.
Saat mendorong troli, dirinya tanpa sengaja menabrak seseorang yang mengenakan pakaian tentara. “Hyung” panggil Pria tampan yang bernama Wook Ki, sedangkan seseorang yang dipanggil Hyung bernama Hyuk Ki.
Wook Ki dan Hyuk Ki kembali ke rumah. Mereka terkejut saat mendapati saudara mereka tergolek lemas di lantai kamar dengan beberapa luka memar. “apa yang terjadi?bangunlah” tanya Hyuk Ki “Hyung, kau terluka? Apakah kamu berkelahi lagi” tanya Wook Ki juga “tidak, ambil itu” ucap Duk Gi dan menunjuk sebuah tas berwarna coklat.
“apa ini, kamu menghamburkan uangmu hanya untuk membeli tas ini?” tanya Wook Ki “tidak, aku membelinya untuk Ibu, tetapi di perjalanan pulang aku tertabrak mobil” jawab Duk Gi dan hendak ke kamarnya “Hyung, kau baik-baik saja? Apakah kamu ingin ke rumah sakit?” tanya Wook Ki semakin khawatir “bagian mana yang terluka?” tanya Hyuk Ki “aku tidak apa-apa, ambil tas itu. Kalian sama sekali tidak mengerti dan membuat kepalaku semakin sakit saja”.
Wook Ki memeriksa isi tas dan kembali terkejut saat mendapati beberapa lembar uang di dalam tas. Wook Ki memperlihatkan pada Hyuk Ki. Hyuk Ki masuk ke kamar Duk Gi dan menanyakan darimana Duk Gi mendapatkan uang sebanyak itu.
“aku bekerja di klub sebagai sopir bukankah kau tahu itu, ” ucap Duk Gi
“Hyung, kau tidak mengganggu gadis-gadis dan menghasilkan uang kan?” tanya Wook Ki
“apa kau pikir aku orang seperti itu, apa kau pikir aku mencurinya? Banyak anak yang membawa tas seperti itu dan aku membelinya, aku memasukkan uang dan ingin memberikannya pada ibu. Di perjalanan aku tertabrak mobil, puas”
“kau tidak sengaja menabrakkan dirimu kan?” tanya Hyuk Ki
“apa kalian pikir aku gila hingga melakukan hal seperti itu, aku lebih senang jika mendapatkan pukulan dari orang yang sedang marah dan memukulku dengan tongkat golf”
“berhenti untuk hidup seperti ini, cobalah mencari pekerjaan yang baik” ucap Wook Ki menasehati
“kau pikir aku ingin menjadi seperti ibu dan ayah yang hanya tahu menjalani hidup dengan membersihkan sampah dan memberikan kepada kita makanan busuk. Jaga ucapanmu, kamu bukan satu-satunya orang yang berjuang agar kita keluar dari garis kemiskinan, kamu bukan satu-satunya orang yang hidup di bawah atap ini, memiliki orang tua yang depresi dan tidak pernah mendukung anak-anaknya” teriak Duk Gi.
Hyuk Ki yang mendengarnya tentu saja marah dan melayangkan sebuah pukulan ke wajah Duk Gi hingga Duk Gi hampir terjatuh (untuk ada Donghae Oppa yang sigap menahannya).
“jika kamu mengatakan hal seperti itu lagi, aku tidak akan tinggal diam”
“pukulanmu memiliki emosi yang sangat kuat dan itu artinya kamu membenarkan apa yang aku ucapkan tadi” ucap Duk Gi.
Wook Ki berusaha menahan Hyuk Ki yang hendak memukul Duk Gi lagi. Wook Ki juga mengingatkan kalau mereka tidak boleh seperti ini, apalagi ulang tahun Ayah mereka ke 60 tahun tinggal beberapa hari lagi. Duk Gi tertawa mendengar ucapan Wook Ki “kau masih memikirkan hal itu. Dia meminta anaknya untuk mengumpulkan uang kuliah mereka dan menggunakannya sebagai biaya perjalanan di ulang tahunnya, membuat anaknya yang mendapatkan beasiswa untuk kuliah terpaksa harus cuti satu semester demi bekerja, apa itu yang disebut orang tua. Ayah kita tidak tampak seperti seorang Ayah”.
Wook Ki meneteskan air mata mendengar ucapan Hyungnya, begitupun dengan Hyuk Ki yang terdiam mendengar ucapan dongsaengnya. Ucapan Duk Gi memang benar. Wook Ki dan dirinya terpaksa harus cuti kuliah dan harus rela bekerja apapun demi memenuhi permintaan aneh orang tua mereka.
Hyuk Ki memeluk Wook Ki “Wook Ki maafkan aku”. Sedangkan Duk Gi menangis di luar rumah. Pandangannya diedarkan ke gedung-gedung pencakar langit yang terbentang di hadapannya. Duk Gi membandingkan gedung tersebut dengan rumahnya sendiri, rumah yang bukan milik mereka namun hanya rumah sewaan. Duk Gi merasa bersalah karena sudah berbicara kasar terhadap saudaranya.
Keesokan harinya
Jong Seok menelepon Chae Ryung dan bertanya kenapa Chae Ryung kemarin tiba-tiba menghilang. Jong Seok jelas-jelas sudah tahu jawabannya dan dirinyalah penyebab semua yang terjadi pada Chae Ryung dan Ayahnya. Chae Ryung hanya menjawab seadanya, dirinya sedang sibuk menyiapkan makan siang untuk Ayah tercinta dan mengatakan kalau akan menjelaskan detailnya nanti jika mereka bertemu.
Sementara itu di rumah Hyuk Ki.
Hyuk Ki menemui orang tuanya dan mengatakan kepada mereka untuk mengingatkan Duk Gi ke rumah sakit. Orang tua Hyuk KI jelas marah karena Hyuk Ki lebih memperhatikan Duk Gi yang jelas-jelas masih muda daripada mereka yang sudah tua. Hyuk Ki ingin memberitahukan tentang rencana kepergian Ayahnya namun Ayahnya dengan cepat berkata kalau dia tidak ingin kemana-mana selain pulau Jeju.
“Ayah, rencana di tunda saja, tunggu sampai aku menyelesaikan wamilku dan bekerja, aku pasti akan membawamu kesana, untuk saat ini kita makan malam saja”
“aku setiap hari makan, apa kamu pikir ulang tahun ke 60-ku tidak ada artinya? 60 tahun adalah bahwa kamu sudah hidup selama itu. Aku bahkan sudah merawatmu, membesarkanmu dan kalian bertiga tidak memperdulikan ulang tahunku. Jika kamu bersikap seperti itu, jangan memanggilku Ayah dan jangan pernah tunjukkan wajahmu di depanku lagi” ucap Ayah Hyuk Ki dan menyiramkan air yang berada di mangkok ke wajah Hyuk Ki. (menyebalkan, orang tua kok tega sama anak sendiri). Hyuk Ki hanya bisa terdiam dan terus tertunduk.
Ayah sedang sibuk bekerja. Tiba-tiba, Ayah teringat dengan anak-anaknya dan mulai menelepon mereka dimulai dari Ae Ryung.
“Ayah, aku baru saja ingin berangkat ke sekolah. Ayah tidak menelepon karena terjadi sesuatu kan?”
“tidak, aku hanya ingin mendengarkan suara anakku saja, apakah kamu sibuk?
“ah tidak, aku juga senang mendengar suara Ayah. Apa Ayah sudah ke rumah sakit? Mengapa tidak, aku sudah mengingatkan untuk segera pergi”
“aku tahu, Ayah akan segera pergi, di luar sangat dingin jadi jangan lupa memakai baju hangat dan berhati-hatilah. Putriku, Hwaiting”.
Ayah baru saja ingin pergi namun Ayah dari Ah Young (pacar Ho Ryung) tiba-tiba datang. Ayah Ah Young ingin meminjam uang sebanyak 100 ribu dolar dengan alasan untuk membayar hutang-hutangnya.
Wook Ki sedang membagikan makan siang kepada pekerja lainnya disaat Hyuk Ki datang. Raut wajah Hyuk Ki terlihat sedih saat melihat dongsaengnya bekerja banting tulang menjadi kuli bangunan.
Hyuk Ki mengatakan kepada Wook Ki untuk menyuruh Duk Gi ke rumah sakit karena Duk Gi terus mengeluh mengenai kepalanya. Hyuk Ki juga mengatakan kalau dia merasa bersalah karena belum bisa menjadi Hyung yang baik untuk mereka berdua. Wook Ki tertawa dan mengatakan kalau dia akan mengurus semuanya dan menyuruh Hyungnya untuk berkonsentrasi pada tugas wamilnya. Wook Ki bahkan memberikan nasi kotak pada Hyuk Ki sebagai bekal di perjalanan. (Omo, terharu lihat persaudaraan Hyuk Ki bersaudara. Berharap Hyuk Ki dan Wook Ki ada di dunia nyata, hehehe).
Chae Ryung bersiap-siap ke kantor Ayahnya. Di depan rumah Chae Ryung tanpa sengaja berpapasan dengan Pamannya yang baru saja kembali dari bepergian.
“kau mau kemana?” tanya Man Soo
“membawakan makan siang untuk Ayah” jawab Chae Ryung dan memperlihatkan tas yang berisi makanan pada Pamannya
“apa kau tidak mengingat pamanmu juga?” tanya Man Soo lagi.
Cha Ryung tersenyum dan mengeluarkan 2 lembar uang 10000 dan memberikannya kepada Man Soo “terima kasih kemarin Paman”
Man Soo tersenyum “hati-hati di jalan” teriak Man Soo “ah, keponakanku memang benar-benar baik, dia tahu kalau Pamannya ini sangat berharga” gumam Man Soo dan bergegas masuk ke dalam rumah karena cuaca di luar sangat dingin.
Man Soo bertemu dengan Kakaknya, Soo Hee yang sedang berada di dapur. Man Soo menegur Soo Hee yang terlalu boros menggunakan tissue untuk mengelap meja.
“Noona, kata Kakak Ipar pakailah kain untuk membersihkan, jangan gunakan tissue”
“apa yang diketahui olehnya, aku tumbuh sebagai miss korea”
“Miss korea? Noona bagaimana dengan anak direktur rumah sakit? Apa semuanya benar sudah berakhir?”
“aku mengatakan kepada mereka kalau aku dulunya Miss Korea.aku sudah hampir gila dibuatnya, aku membuat kekacauan dengan mendengkur disaat sedang dipijat”keluh Soo Hee
Jin Goo menerima telepon dari sahabatnya yang sedang berada di salon. Mereka meminta Jin Goo untuk segera keluar dan bergabung dengan mereka. Jin Goo tentu saja ingin, tetapi keadaan tidak mengizinkannya. Kartu kredit Jin Goo diambil dan sekarang dirinya dikurung.
Jin Goo menutup telepon dan disaat bersamaan, Marco dan Ricardo sahabat Jin Goo mendapat durian runtuh. Dua orang gadis masuk ke dalam salon dan mengalihkan perhatian mereka sejenak dari memikirkan Jin Goo.
Jin Goo yang bosan mulai bernyanyi dan tidak menyadari kehadiran Ibunya. Sebuah pukulan mendarat di lengan Jin Goo. Ibunya kembali memarahinya karena Jin Goo hanya tahu bersenang-senang dan sama sekali tidak berpikir untuk menjadi dokter seperti Ayahnya.Jin Goo mulai mengungkit masa lalunya namun pukulan kembali dilayangkan sang Ibu kepada Jin Goo.
“Ibu, hentikan, baiklah aku akan menikah”
“benarkah?”
“iya, seorang gadis yang ibu sukai, ah tidak seorang gadis yang Ayah sukai. Mari kita berpikir, bagaimana kalau Ae Ryung, aku akan menikahinya”
Ibu Jin Goo tidak percaya dengan apa yang di dengarnya namun Jin Goo berusaha menyakinkan Ibunya kalau dirinya kali ini serius.
Ae Ryung sedang berada di toko sepatu. Ae Ryung ingin membelikan sepatu untuk Ayah tercinta. Proffesor Park tiba-tiba muncul dan terjadi kesalahpahaman diantara mereka.
“aku bertemu dengan gadis lain dan kau juga ingin bertemu dengan pria lain?”
“jangan menggangguku, aku tidak punya waktu”
Ae Ryung kemudian menuju kasir dan menuliskan alamat tempat pengiriman sepatu. Proffesor park merebut kertas dari tangan Ae Ryung.
“maaf, aku tidak tahu. Apa ada sesuatu yang terjadi pada Ayahmu? Mengapa kamu sangat focus terhadapnya?”
“ini bukan focus,tetapi perhatian seorang Anak pada Ayahnya, sepatu Ayahku sudah sangat tua. Aku tidak punya waktu bertengkar denganmu. Aku akan menjadi seorang professor dan mendapatkan Phd seperti yang diharapkan Ayahku, jadi jika kamu ingin bersama dengan gadis itu silahkan dan tidak usah memperdulikanku lagi”
“berapa harganya?” tanya Ae Ryung pada kasir
Proffesor Park mengeluarkan kartu kreditnya dan berniat membayar sepatu yang dibeli Ae Ryung
“apa yang kamu lakukan?”
“apa yang salah jika aku ingin membelikan sepatu untuk Ayahmu?”
“aku yang akan membelinya. Ayah sudah merawatku dengan sangat baik, aku akan membelikannya dengan uangku sendiri”
“kenapa kau selalu menyebut Ayahku, Ayahku, Ayahku??? Apa Ayah tidak menyukaiku dan kau juga ingin melakukan hal yang sama?”
“berhenti bertanya? Hyun Go urusi urusanmu sendiri dan cari jalan keluar sendiri”.
Profesor Park kesal dengan sikap Ae Ryung yang hanya memikirkan Ayahnya saja dan bahkan hubungan mereka tidak berarti lagi.
Ayah melihat buku tabungan yang saldonya sudah berkurang. Ayah terpaksa harus meminjamkan uang kepada Ayah dari pacar Ho Ryung, anak lelakinya. Teller Bank merasa heran dengan raut wajahnya dan bertanya apa ada yang salah. Ayah hanya tersenyum dan beranjak pergi. Ayah merasa bersalah pada dirinya karena lebih mementingkan anak orang lain daripada anaknya sendiri, Chae Ryung yang menginginkan sebuah tas.
“kau dimana?” tanya Ayah ketika menelepon Chae Ryung
“aku sekarang duduk di kursimu Ayah, aku berpikir untuk memberimu kejutan. Kurasa telepatinya bekerja. Cepat datang Ayah”.
Baru saja Ayah menutup telepon, Hp-nya kembali berdering. Ho Ryung menelepon Ayahnya dan mengatakan untuk jangan lagi memberikan uang kepada keluarga Ah Young. Ayah menyuruh Ho Ryung agar jangan memikirkannya dan tetap fokus pada tugas wamilnya.
Sekretaris Ayah menemuinya dan mengucapkan terima kasih karena sudah meminjamkan uang untuknya. Dia berkata akan menggantinya sedikit demi sedikit. Ayah hanya tersenyum dan mengatakan untuk jangan terlalu memikirkannya. (omo, Ayah benar-benar baik, jadi ingat Appa)
“aku sudah mengemas ini sedemikian menarik agar Ayah bisa memakannya” ucap Chae Ryung sambil membuka tempat makan yang sengaja disiapkan untuk Ayah.
“apa aku harus makan dulu atau membeli tas dulu?” ucap Ayah tersenyum sambil menggoda putrinya
Chae Ryung terkejut mendengarnya. Chae Ryung seperti bermimpi di siang bolong mendengar Ayah akan membelikan tas yang sangat diinginkannya. Chae Ryung memeluk Ayahnya dan berkata “Ayah, I Love U, I Love U”.
Ayah tersenyum senang melihat tingkah anak bungsunya yang sangat senang bisa mendapatkan keinginannya. Ayah kemudian mengajak Chae Ryung ke coffee house.
“Ayah harus kembali ke kantor”
“pergilah” ucap Chae Ryung dan tidak melihat Ayahnya dan sibuk dengan tasnya sendiri
“apakah kamu tidak membutuhkan Ayah lagi setelah kamu mendapatkan tas baru?”
“itu, setelah kejadian kemarin, aku berjanji bertemu dengan Jeong Seok dan Bora disini dan mereka sebentar lagi akan sampai” jawab Chae Ryung dan nyengir
“kamu tidak berpikir untuk ke tempat itu lagi kan?”
“tidak Ayah, mana mungkin aku kembali lagi kesana”
“Ayah harus kembali kesana dan berterima kasih kepada orang yang sudah membantu kita"
Tiba-tiba Hp Ayah berbunyi. Seseorang mengabarkan kepadanya kalau kejadian kemarin merenggut korban jiwa. Seorang Pemuda telah meninggal dan dia adalah Duk Gi.
Un Aida silahkan dinikmati wajah tampan nan mempesona Donghae Oppa, bisa-bisa sebentar lagi aku mabuk Donghae nich.... Mian Yesung Oppa aku ngelirik sebentar aja dongsaengmu tapi jangan khawatir Oppa, aku tetap setia kepadamu....
Sampai ketemu di Episode 4.
Sinopsis 3 aku serahkan pada Ooppie ^___^
“Ayah…. Ayah….” Panggil Chae Ryung ketakutan
Beberapa orang pria datang dan berusaha menahan Chae Ryung “siapa kalian?” teriak Chae Ryung berusaha melepaskan diri “tetaplah tenang disini” ucap salah satu pria yang bernama Sun Do “itu Ayahku” teriak Chae Ryung.
Sun Do dan temannya berusaha membantu Ayah Chae Ryung untuk bangun, sementara itu di samping mobil terlihat Byung Chun yang ketakutan melihat apa yang terjadi.
“Hei, Choi Duk Gi, kamu datang kesini” panggil Sun Do. Duk Gi yang baru saja ingin pergi berbalik ke arah Sun Do.
Chae Ryung yang masih ketakutan dengan cepat menelepon polisi. Byung Chun yang mendengarnya kemudian bergegas pergi.
Duk Gi tersenyum tipis pada Ayah Chae Ryung yang terus menatapnya.
“bagaimana kau bisa melakukan hal ini pada anakku?kamu pikir dirimu siapa? Apa kesalahan yang anakku perbuat padamu? Dia bukan orang seperti itu. Kamu…..” ucap Ayah Chae Ryung emosi dan memukul dada Duk Gi dengan kekuatan yang dimilikinya.
“oke, aku bersalah, berhenti melakukan tindakan sia-sia dengan kekuatanmu, hah….. aku akan memukul diriku sendiri, seperti ini, seperti ini, seperti ini. Apa itu membuatmu merasa lebih baik?” ucap Duk Gi meremehkan Ayah dan meninju perutnya sendiri.
Ayah Chae Ryung semakin emosi mendengar ucapan Duk Gi. Ayah berusaha ingin menarik kerah baju Duk Gi namun Duk Gi dengan cepat menghindar. Ayah terjatuh dan Duk Gi sendiri kepalanya terbentur di tembok persis di belakangnya.
Duk Gi memegangi kepalanya yang kesakitan dan mulai mengumpat “karena kamu, kepalaku hampir saja retak. Karena kamu telah menyebabkan kepalaku sakit, sekarang kita impas. Mari kita berpura-pura ini tidak pernah terjadi”.
“mengapa kamu bertindak seperti ini, kita saling mengenal, aku hanya bermain-main saja” ucap Duk Gi kesal ketika Sun Do dan Yun Do (Min Hyuk CN BLUE) berusaha menahannya.
“hei, Choi Duk Gi jika kamu seperti ini, aku akan membunuhmu” ucap Yun Do
“astaga, ini benar-benar tidak adil” keluh Duk Gi dan merasa masalah menjadi bertambah parah.
Tiba-tiba suara sirine terdengar. Polisi yang ditelepon Chae Ryung akhirnya tiba di lokasi kejadian. Duk Gi berusaha melarikan diri, namun Sun Do dan yang lainnya menahannya. Chae Ryung bernafas lega dan memeluk Ayahnya erat.
Sementara itu Jong Seok dari kejauhan diam-diam memperhatikan mereka. Timbul rasa marah di dalam hatinya karena rencana yang sudah dipersiapkannya matang-matang gagal dikarenakan kedatangan Ayah Chae Ryung yang tidak pernah disangka Jong Seok sebelumnya.Rencananya untuk menjadi pahlawan di mata Chae Ryung harus dikuburnya dalam-dalam.
Jong Seok kembali menemui Bora di Club. Bora yang sedang mabuk berat menyandarkan kepalanya di bahu Jong Seok dan bertanya pada Jong Seok darimana saja dirinya. Jong Seok tidak menjawab pertanyaan Bora dan menarik Bora untuk segera pergi dari Club.
Man Soo berlari tergesa-gesa menuju kantor polisi. Di depan kantor polisi langkahnya terhenti saat melihat mobil Eun Ki Hwan, saudara iparnya terparkir. “kamu pasti orang yang meneleponku?” tanya Man Soo saat bertemu dengan Yun Do dan temannya “iya. Dia meninggalkan handphonenya dan aku berpikir harus memberitahumu” jawab Yun Do “benar, kamu sudah melakukan tindakan yang benar. Bagaimana keadaan saudara iparku? Bagaimana keadaan Chae Ryung? Apakah dia di dalam?” tanya Man Soo lagi semakin khawatir “ah ya, dia di dalam sedang membuat laporan, anda sebaiknya masuk saja”
Raut wajah Man Soo seketika berubah saat mendengar kata laporan. Man Soo ternyata pernah menjual barang-barang palsu dan takut jika bertemu dengan polisi dan mereka sampai mengetahuinya. Yun Do hanya saling berpandangan dengan temannya, tidak mengerti apa yang sedang diucapkan Paman Chae Ryung.
Sun Do keluar dari kantor polisi
“Hyung, apa dia sudah mengatakan sesuatu?” tanya teman Sun Do dan Yun Do (yang dimaksud adalah Duk Gi) “ada bukti dan sanksi, sehingga tidak ada gunanya dan tidak ada jalan keluar untuk Duk Gi, tapi Paman itu terlalu baik” jawab Yun Do
Man Soo membenarkan ucapan Yun Do “saudara iparku tidak hanya baik, dia juga seperti malaikat. Ngomong-ngomong terima kasih karena sudah disini selarut ini. Kakakku sedang mengurusi pernikahan putri tertuanya sehingga dia tidak bisa dihubungi”. Man Soo kemudian memasukkan tangannya ke dalam saku celana dan memberikan sesuatu kepada Yun Do. Yun Do tersenyum saat menerima beberapa lembar uang dari Man Soo. Man Soo kemudian masuk ke dalam kantor polisi setelah menguatkan hatinya kalau tidak akan terjadi apa-apa.
“apa itu?” tanya teman Yun Do sepeninggal Man Soo. Yun Do tersenyum senang dan memperlihatkan uang 20 dolar kepada temannya dan Sun Do.
Di dalam kantor polisi, Man Soo tidak henti-hentinya memarahi Duk Gi.
“apa Ayahmu tidak pernah mengajarimu agar tidak memukul Ayah orang lain, ayo kita akhiri disini malam ini, hanya berdua saja”.
Chae Ryung dan Ayahnya berusaha mencegah Man Soo. Mereka berdua sudah menjalani pemeriksaan.
“apa kalian baik-baik saja?” tanya Man Soo “kami baik-baik saja” jawab Chae Ryung lesu.
Ayah mendekati Duk Gi dan memaksanya untuk berdiri.
“lihatlah baik-baik”
“pada apa?” tanya Duk Gi
“wajahku”
“kenapa anda seperti ini?” tanya Duk Gi dan berusaha memalingkan mukanya
“untuk anda, mungkin ini sudah berakhir, tetapi aku sebagai Ayah Chae Ryung ini adalah sesuatu yang tidak akan terjadi lagi dan sesuatu yang seharusnya tidak pernah terjadi. Jika kamu sekali lagi melakukan hal ini kepada putriku yang paling berharga, aku akan…….. (ucapan Ayah Chae Ryung terhenti sesaat) aku akan mempertaruhkan nyawaku. Aku mungkin lebih tua dari anda dan kekuatanku mungkin tidak sebesar kekuatan anda, tapi aku akan menang. Jadi, jangan pernah melakukan hal ini lagi kepada putriku dan kepada anak perempuan siapapun, untuk anak setiap ayah”.
Mata Duk Gi, Chae Ryung dan Man Soo berkaca-kaca. Bagi Chae Ryung, perkataan Ayahnya adalah seperti sebuah oase di padang pasir dan Chae Ryung sangat beruntung memiliki Ayah seperti Ayahnya. Tapi bagi Duk Gi, perkataan Ayah Chae Ryung menusuk sanubarinya, air mata Duk Gi perlahan-lahan menetes.
Chae Ryung, Ayah dan Man Soo mengucapkan terima kasih pada polisi yang sudah membantu mereka. Mereka pun pergi.
Duk Gi kembali terduduk di kursi dengan air mata yang tidak berhenti menetes. Polisi yang melihatnya mengatakan kepada Duk Gi kalau Duk Gi juga boleh pergi. “aku bisa pergi, aku? Aku punya saksi yang memberatkanku” ucap Duk Gi tak percaya
“dia mengatakan untuk membiarkanmu pergi”
“orang itu? Dia bahkan ingin memakanku hidup-hidup dengan tatapan matanya, mengapa?” tanya Duk Gi lagi
“karena dengan berjalannya waktu, dia mengatakan kalau kau juga akan menjadi seorang Ayah, dia mengatakan untuk membiarkanmu pergi” jawab Polisi.
Duk Gi tersenyum kesal “aish”. Polisi heran melihat ekspresi wajah Duk Gi yang terlihat tidak senang dan malah semakin sedih.
“mengapa dia mengatakan hal seperti itu? Ayahku saja tidak pernah mengatakan hal seperti itu kepada anak-anaknya. Dia adalah orang asing bagiku. Orang tuaku tidak pernah mengkhawatirkan masa depanku, mengapa? Mengapa aku harus mendengarnya dari Ayah orang lain?” teriak Duk Gi. Polisi hanya terdiam mendengar apa yang diucapkan Duk Gi.
Di dalam mobil, Chae Ryung terus memandangi Ayahnya.
“mianhae, Ayah, aku salah, aku minta maaf. Aku tidak mendengarkan anda dan memakai rok pendek. Aku tidak mendengarkan anda dan bermain dengan anak-anak nakal, maafkan aku. Aku berpikir kamu akan mati untukku, karena kau dipukul dan terjatuh, aku pikir sesuatu akan terjadi padamu, aku sangat terkejut dan sekarang jantungku terus berdebar-debar”.
Ayah menarik Chae Ryung kepelukannya “tidak apa-apa, kamu tidak bersalah, sekarang kita hanya perlu berhati-hati mulai dari sekarang, tidak apa-apa anak Ayah”.
Ae Ryung berusaha menuntup pintu saat Profesor Park datang ke rumahnya. Ae Ryung tidak ingin bertemu dengan Profesor Park lagi setelah semua hal yang sudah terjadi, apalagi Ibu Profesor Park tidak merestui hubungan mereka. Ae Ryung juga mengatakan kalau dia tidak akan menikah kecuali Ayahnya mengijinkan dan menyetujuinya. Profesor Park terkejut mendengar ucapan Ae Ryung dan bertanya apa Ae Ryung lebih memilih Ayahnya daripada orang yang dia cintai. Ae Ryung dengan tegas menjawab YA. Profesor Park terdiam dan perlahan-lahan melepaskan gagang pintu yang daritadi dipegangnya. Profesor Park mengatakan kalau dia akan berbicara dengan Ayah Ae Ryung bahkan jika mereka putus.
Ae Ryung kembali ke kamarnya dan berusaha berkonsentrasi dengan buku yang ada di hadapannya. Pandangan Ae Ryung teralih kepada foto dirinya, Chae Ryung dan Ayahnya.
“jangan khawatir Ayah, putri ayah akan baik-baik saja” gumam Ae Ryung dengan mata berkaca-kaca.
Ayah memberikan sebuah obat kepada Chae Ryung. Chae Ryung mengeluh kepada Ayahnya tentang rasa obat yang sangat tidak enak. Ayah tersenyum dan menyuruh Chae Ryung untuk tidur. (kamar Chae Ryung cantik banget, serba pink, jadi ingat Sungmin Oppa).
Begitu Ayah keluar, Chae Ryung bangkit dari tempat tidur dan menyalakan lampu kamar yang sempat dimatikan Ayah. Chae Ryung memeluk selimut dan kejadian buruk yang sempat dialaminya bersama sang Ayah kembali terngiang di kepalanya. “Putri Ayah akan baik-baik saja, aku akan baik-baik saja” gumam Chae Ryung pada dirinya sendiri (kalimat ini seperti sebuah senjata untuk Chae Ryung dan Ae Ryung chingudeul). Chae Ryung kemudian berusaha menutup mata dan tidur.
Man Soo kembali membuat minuman obat yang berisi campuran madu. Man Soo kemudian memberikannya kepada Eun Ki Hwan. "kakak juga harus meminumnya" ucap Man Soo “dimana kakakmu sehingga dia tidak mengangkat telepon?” tanya Eun Ki Hwan “katanya dia sedang pijat” jawab Man Soo.
Dan memang benar, Soo Hee sedang melakukan pijat refleksi ,tapi dia tanpa sengaja tertidur. Teman Ibu Jin Goo menyuruh pelayan untuk membangunkannya namun pelayan menolaknya dan mengatakan kalau dia tidak akan bangun (sepertinya Soo Hee sering melakukannya).
Teman Ibu Jin Goo menemui Ibu Jin Goo, dia memutuskan meninggalkan Soo Hee yang masih tertidur. Jin Goo tiba-tiba muncul dan memotong percakapan Ibunya.
“kalian ingin aku menikah?” tanya Jin Goo dengan sekaleng minuman di tangannya
“bagaimana jika Ayahmu pulang dan melihatmu seperti itu?” keluh Ibunya
“kemungkinan Ayah pulang cepat sama dengan kemungkinan aku bisa menjadi dokter. Ibu, kau ingin aku menikah berdasarkan kebohongan, lebih baik jika aku hanya mengalahkan Ayah saja dan mendapatkan warisannya”
“kapan kau bisa mengalahkannya, cobalah hidup lurus jika tidak aku pada akhirnya akan bercerai dengannya” ucap Ibu Jin Goo menasehati anak lelaki satu-satunya yang dia miliki
“kau bisa menikah lagi dan mendapatkan banyak uang dari harta Ayah” jawab Jin Goo seenaknya
“apakah menurutmu pernikahan itu adalah sebuah lelucon? Dasar anak busuk” teriak Ibu Jin Goo dan melempari Jin Goo dengan bantal kursi yang kebetulan sedang dipegangnya.
Teman Ibu Jin Goo berusaha menasehatinya juga “kau harus menikah dengan baik, baru setelah itu kau bisa mendapatkan rumah dan warisan”. Jin Goo kesal dinasehati dua orang tua sekaligus “aku mengerti, tapi aku punya gaya hidup sendiri”.
Adik Jin Goo tiba-tiba muncul dan berteriak kalau Ayah sudah pulang “Oppa, kenapa kau ada disini?” tanya Adik Jin Goo ketakutan. Namun semuanya terlambat, beberapa detik kemudian, Ayah Jin Goo muncul dan terlihat sangat marah melihat Jin Goo dan sekaleng minuman di meja. Dia kemudian berlalu pergi ke ruang kerjanya. Ibu Jin Goo kembali memukuli Jin Goo dengan bantal kursi. Teman Ibu Jin Goo hanya bisa terdiam melihat tingkah keluarga temannya.
Ibu Jin Goo masuk ke ruang kerja suaminya dan berusaha menggantungkan jas suaminya, namun suaminya menepiskan tangannya.
“jangan mencoba untuk membeli anak gadis orang lain untuknya”
“aku tidak melakukannya” elak istrinya
“jangan berbohong demi menciptakan sebuah pernikahan” tambah Ayah Jin Goo
“aigoo, suamiku, kenapa kau membuat masa lalu seperti mengunyah kaki cumi-cumi saja” jawab Ibu Jin Goo dan berlari keluar ruangan suaminya saat suaminya ingin mendekat dan memarahinya.
Ibu Jin Goo keluar dan sekarang giliran Adik Jin Goo yang masuk ke ruangan kerja sang Ayah. “Ayah, kau minum lagi?”. Ayah mempersilahkan adik Jin Goo masuk. Adik Jin Goo tersenyum malu-malu dengan sebuah kertas yang disembunyikannya. Adik Jin Goo kemudian memperlihatkan kertas tersebut kepada Ayahnya “Ayah, aku berhasil diterima di sebuah sekolah medis”. Ekspresi Ayah Jin Goo datar “kau sudah berusaha keras” ucap sang Ayah “Ayah, mestinya kau mengatakan “good job” anakku” ucapnya sedih dan keluar dari ruang kerja Ayahnya. Namun tanpa diketahui Adik Jin Goo, Ayahnya sangat senang mendengar berita ini, karena harapan satu-satunya pada Jin Goo pupus sudah.
Duk Gi berdiri di bawah sebuah jembatan. Duk Gi sepertinya sedang menunggu seseorang. Duk Gi melirik ke kanan dan melihat sebuah mobil mendekat. Senyuman Duk Gi terkembang, karena yang ditunggunya akhirnya datang.
Duk Gi bergerak ke tengah jalan, mobil yang ditunggunya semakin dekat dan menghentikan mobilnya setelah sebelumnya menabrak kaki Duk Gi. Duk Gi sekali lagi tersenyum.
Pria diatas mobil turun.
“kamu begitu marah dan sangat ingin membunuhku kan? Aku bisa melihatnya dari caramu menghentikan mobil” ucap Duk Gi membuka pembicaraan
Pria tersebut kesal dan ingin mencekik leher Duk Gi. Duk Gi tersenyum saat pria tersebut mengurungkan niatnya. “kamu kacau, jadi sekarang kembalikan uangku” ucap Pria yang tak lain adalah Jong Seok.
“kamu memberiku 30 % tapi ingin aku mengembalikannya 100%, aku ingin lebih”
“apa?”
“2000 dolar agar aku tidak memberitahu mereka dan 2000 dolar agar kau tidak berurusan dengan polisi, jadi totalnya 4000 dolar. Jika kamu berpikir kata-kataku lucu, kau akan menyakiti dirimu sendiri Hyungnim, aku ingin berada di pihak Chae Ryung, ah tidak di pihak Ayah Chae Ryung. Aku sudah membuat sebuah ikatan dengannya semenjak di kantor polisi”
“aku tidak bisa hanya memberikannya kepadamu, aku sekarang merasa seperti sampah. Jadi aku ingin memukulmu, lagipula kau dibayar untuk itu kan?”
Duk Gi tersenyum tipis dan membuka resleting jaketnya “aku sudah siap”.
Jong Seok bergerak menuju bagasi mobilnya dan mengambil sebuah tongkat golf
“Hyungnim, Eun Chae Ryung terlihat lebih baik dengan ayahnya, jadi menyerahlah” ucap Duk Gi pada Jong Seok dan tidak menyadari kalau Jong Seok hendak melakukan sesuatu hal yang buruk kepadanya.
Jong Seok membuka jaketnya dan melihat kesekeliling, tidak ada siapapun. Jong Seok mengambil sebuah tas berwarna coklat dan meletakkannya di samping Duk Gi. “aku bukan Hyungnim anda dan jika kamu melakukan sesuatu, kamu harus melakukannya dengan benar. Jika kau memukuli seseorang, seperti ini caranya, seperti ini ,lakukan dengan benar. Kalau aku bilang kau harus menjatuhkannya maka kau harus melakukannya. Jika kau berurusan denganku, kau harus menutup mulutmu rapat-rapat” ucap Jong Seok kesal dan melayangkan pukulan dengan tongkat golf ke perut Duk Gi berkali-kali. Duk Gi menatap tajam Jong Seok dan berusaha menahan rasa sakit.
“ini salahku Hyungnim, maafkan aku” pinta Duk Gi dan berlutut di hadapan Jong Seok
“aku sudah katakan, jangan memanggil aku Hyungnim anda” teriak Jong Seok dan hendak memukul Duk Gi lagi dengan tongkat golfnya
“aku minta maaf dan lupakan semua yang sudah aku katakan” pinta Duk Gi sekali lagi dan berusaha menahan tangan Jong Seok
“dimatamu apa aku terlihat seperti seseorang yang gampang melupakan semuanya? Ketika aku membuat janji maka aku akan memenuhinya”.
Jong Seok melempar tongkat golfnya dan mengambil tas berwarna coklat yang diletakkannya disamping Duk Gi. Jong Seok mengeluarkan isi tas dan di dalamnya terdapat sebuah tas lagi yang hendak diberikannya kepada Chae Ryung. Jong Seok membukanya dan memakaikannya ke kepala Duk Gi. “aku bahkan tidak bisa menemukan kesenangan karenamu, tas ini bernilai 3000 dan sangat cocok denganmu dan sisanya 1000 dolar….”
Jong Seok mendorong Duk Gi dan membuka mobilnya. “ambil ini” ucap Jong Seok dan menerbangkan semua uang di tangannya ke udara. Duk Gi memunguti semua uang dengan mata berkaca-kaca layaknya seorang pengemis. (kasihan Duk Gi, hikz,hikz,hikz….. walaupun Duk Gi anak nakal, tetapi dia sangat menyayangi saudara-saudaranya…. Siapa ya saudara Duk Gi????).
Di rumah Chae Ryung
Soo Hee pulang ke rumah. Soo Hee terkejut ketika mengetahui dari Man Soo kalau Chae Ryung membuat masalah.
“aku sudah mengatakan untuk memilih teman dengan bijaksana, jangan seperti Bora yang tidak memiliki apapun” ucap Soo Hee membangunkan Chae Ryung yang sudah tertidur
“Bora bilang, dia punya sesuatu untuk mengatakan pada Jong Seok”
“anak pengacara terkenal itu?” tanya Soo Hee sedikit terkejut
“ya”jawab Chae Ryung lesu
“dia berada disana, tapi tidak berbuat apa-apa?”
“dia sebenarnya tidak ada disana”
“kalau begitu suruh dia bertemu denganku besok, aku ingin membuat kesepakatan tentang hubunganmu dengannya”
“berhentilah mengatakan omong kosong Ibu dan cepat keluar, aku ingin tidur” teriak Chae Ryung
“kakakmu sudah kehilangan anak direktur rumah sakit, setidaknya kau bisa mendapatkan anak pengacara itu”
Tiba-tiba sebuah suara menghentikan perdebatan Ibu dan Anak
“Hentikan” teriak Ayah
“kau mengagetkanku dengan teriakanmu”
“berhenti untuk menikahkan anak-anakmu dengan keserakahanmu itu, aku tidak akan tinggal diam dan hanya menonton saja”
“jadi apa yang akan kau lakukan?kau akan mengusirku?” tanya Soo Hee
“aku akan membawa anak-anak denganku” jawab Ayah dan kemudian pergi. Ayah tidak memperdulikan teriakan istrinya yang terus bergema di kamar Chae Ryung. Chae Ryung yang kesal dengan sikap ibunya menyuruh ibunya untuk diam dan berhenti menyalahkan Ayah. Soo Hee tak kalah kesalnya dan menyuruh Chae Ryung untuk bisa dekat dengan Jong Seok bagaimanapun caranya.
Jong Seok bergumam dan mengulangi apa yang dikatakan Duk Gi “berhenti untuk mendekati Chae Ryung karena dia jauh lebih baik jika bersama Ayahnya”. Jong Seok semakin kesal karena Duk Gi menganggapnya tidak pantas dengan Chae Ryung. Jong Seok memundurkan mobilnya dan memacunya melaju dengan kencang ke arah Duk Gi. Duk Gi yang masih memunguti uang terkejut dan dengan cepat menghindar. Sayang, kepala Duk Gi kembali terbentur di aspal.
Byung Chun tiba-tiba muncul dan membantu Duk Gi bangun.Byung Chun rupanya bersembunyi agar Jong Seok tidak melihatnya.
“hey, Shin Byung Chun” panggil Jong Seok ketika turun dari mobil
“bukankah ini sudah lebih dari cukup?” ucap Byung Chun kesal melihat kelakuan Jong Seok yang semena-mena terhadap Duk Gi, sahabatnya
“kau tidak tahu apa-apa”
“aku tahu semuanya” teriak Byung Chun
“kau tahu semuanya, tutup mulutmu jika tidak ingin sesuatu hal yang buruk terjadi padamu. Kau berbeda dari Duk Gi dan harus selalu mengingatnya” ancam Jong Seok dan kembali ke mobilnya. Jong Seok mengemudikan mobilnya dan berlalu pergi.
Di sebuah tempat pencucian baju (Laundry) terlihat seorang pria yang sangat tampan (*ngelirik Un Aida) sedang mengeluarkan baju dari mesin cuci.
Saat mendorong troli, dirinya tanpa sengaja menabrak seseorang yang mengenakan pakaian tentara. “Hyung” panggil Pria tampan yang bernama Wook Ki, sedangkan seseorang yang dipanggil Hyung bernama Hyuk Ki.
Wook Ki dan Hyuk Ki kembali ke rumah. Mereka terkejut saat mendapati saudara mereka tergolek lemas di lantai kamar dengan beberapa luka memar. “apa yang terjadi?bangunlah” tanya Hyuk Ki “Hyung, kau terluka? Apakah kamu berkelahi lagi” tanya Wook Ki juga “tidak, ambil itu” ucap Duk Gi dan menunjuk sebuah tas berwarna coklat.
“apa ini, kamu menghamburkan uangmu hanya untuk membeli tas ini?” tanya Wook Ki “tidak, aku membelinya untuk Ibu, tetapi di perjalanan pulang aku tertabrak mobil” jawab Duk Gi dan hendak ke kamarnya “Hyung, kau baik-baik saja? Apakah kamu ingin ke rumah sakit?” tanya Wook Ki semakin khawatir “bagian mana yang terluka?” tanya Hyuk Ki “aku tidak apa-apa, ambil tas itu. Kalian sama sekali tidak mengerti dan membuat kepalaku semakin sakit saja”.
Wook Ki memeriksa isi tas dan kembali terkejut saat mendapati beberapa lembar uang di dalam tas. Wook Ki memperlihatkan pada Hyuk Ki. Hyuk Ki masuk ke kamar Duk Gi dan menanyakan darimana Duk Gi mendapatkan uang sebanyak itu.
“aku bekerja di klub sebagai sopir bukankah kau tahu itu, ” ucap Duk Gi
“Hyung, kau tidak mengganggu gadis-gadis dan menghasilkan uang kan?” tanya Wook Ki
“apa kau pikir aku orang seperti itu, apa kau pikir aku mencurinya? Banyak anak yang membawa tas seperti itu dan aku membelinya, aku memasukkan uang dan ingin memberikannya pada ibu. Di perjalanan aku tertabrak mobil, puas”
“kau tidak sengaja menabrakkan dirimu kan?” tanya Hyuk Ki
“apa kalian pikir aku gila hingga melakukan hal seperti itu, aku lebih senang jika mendapatkan pukulan dari orang yang sedang marah dan memukulku dengan tongkat golf”
“berhenti untuk hidup seperti ini, cobalah mencari pekerjaan yang baik” ucap Wook Ki menasehati
“kau pikir aku ingin menjadi seperti ibu dan ayah yang hanya tahu menjalani hidup dengan membersihkan sampah dan memberikan kepada kita makanan busuk. Jaga ucapanmu, kamu bukan satu-satunya orang yang berjuang agar kita keluar dari garis kemiskinan, kamu bukan satu-satunya orang yang hidup di bawah atap ini, memiliki orang tua yang depresi dan tidak pernah mendukung anak-anaknya” teriak Duk Gi.
Hyuk Ki yang mendengarnya tentu saja marah dan melayangkan sebuah pukulan ke wajah Duk Gi hingga Duk Gi hampir terjatuh (untuk ada Donghae Oppa yang sigap menahannya).
“jika kamu mengatakan hal seperti itu lagi, aku tidak akan tinggal diam”
“pukulanmu memiliki emosi yang sangat kuat dan itu artinya kamu membenarkan apa yang aku ucapkan tadi” ucap Duk Gi.
Wook Ki berusaha menahan Hyuk Ki yang hendak memukul Duk Gi lagi. Wook Ki juga mengingatkan kalau mereka tidak boleh seperti ini, apalagi ulang tahun Ayah mereka ke 60 tahun tinggal beberapa hari lagi. Duk Gi tertawa mendengar ucapan Wook Ki “kau masih memikirkan hal itu. Dia meminta anaknya untuk mengumpulkan uang kuliah mereka dan menggunakannya sebagai biaya perjalanan di ulang tahunnya, membuat anaknya yang mendapatkan beasiswa untuk kuliah terpaksa harus cuti satu semester demi bekerja, apa itu yang disebut orang tua. Ayah kita tidak tampak seperti seorang Ayah”.
Wook Ki meneteskan air mata mendengar ucapan Hyungnya, begitupun dengan Hyuk Ki yang terdiam mendengar ucapan dongsaengnya. Ucapan Duk Gi memang benar. Wook Ki dan dirinya terpaksa harus cuti kuliah dan harus rela bekerja apapun demi memenuhi permintaan aneh orang tua mereka.
Hyuk Ki memeluk Wook Ki “Wook Ki maafkan aku”. Sedangkan Duk Gi menangis di luar rumah. Pandangannya diedarkan ke gedung-gedung pencakar langit yang terbentang di hadapannya. Duk Gi membandingkan gedung tersebut dengan rumahnya sendiri, rumah yang bukan milik mereka namun hanya rumah sewaan. Duk Gi merasa bersalah karena sudah berbicara kasar terhadap saudaranya.
Keesokan harinya
Jong Seok menelepon Chae Ryung dan bertanya kenapa Chae Ryung kemarin tiba-tiba menghilang. Jong Seok jelas-jelas sudah tahu jawabannya dan dirinyalah penyebab semua yang terjadi pada Chae Ryung dan Ayahnya. Chae Ryung hanya menjawab seadanya, dirinya sedang sibuk menyiapkan makan siang untuk Ayah tercinta dan mengatakan kalau akan menjelaskan detailnya nanti jika mereka bertemu.
Sementara itu di rumah Hyuk Ki.
Hyuk Ki menemui orang tuanya dan mengatakan kepada mereka untuk mengingatkan Duk Gi ke rumah sakit. Orang tua Hyuk KI jelas marah karena Hyuk Ki lebih memperhatikan Duk Gi yang jelas-jelas masih muda daripada mereka yang sudah tua. Hyuk Ki ingin memberitahukan tentang rencana kepergian Ayahnya namun Ayahnya dengan cepat berkata kalau dia tidak ingin kemana-mana selain pulau Jeju.
“Ayah, rencana di tunda saja, tunggu sampai aku menyelesaikan wamilku dan bekerja, aku pasti akan membawamu kesana, untuk saat ini kita makan malam saja”
“aku setiap hari makan, apa kamu pikir ulang tahun ke 60-ku tidak ada artinya? 60 tahun adalah bahwa kamu sudah hidup selama itu. Aku bahkan sudah merawatmu, membesarkanmu dan kalian bertiga tidak memperdulikan ulang tahunku. Jika kamu bersikap seperti itu, jangan memanggilku Ayah dan jangan pernah tunjukkan wajahmu di depanku lagi” ucap Ayah Hyuk Ki dan menyiramkan air yang berada di mangkok ke wajah Hyuk Ki. (menyebalkan, orang tua kok tega sama anak sendiri). Hyuk Ki hanya bisa terdiam dan terus tertunduk.
Ayah sedang sibuk bekerja. Tiba-tiba, Ayah teringat dengan anak-anaknya dan mulai menelepon mereka dimulai dari Ae Ryung.
“Ayah, aku baru saja ingin berangkat ke sekolah. Ayah tidak menelepon karena terjadi sesuatu kan?”
“tidak, aku hanya ingin mendengarkan suara anakku saja, apakah kamu sibuk?
“ah tidak, aku juga senang mendengar suara Ayah. Apa Ayah sudah ke rumah sakit? Mengapa tidak, aku sudah mengingatkan untuk segera pergi”
“aku tahu, Ayah akan segera pergi, di luar sangat dingin jadi jangan lupa memakai baju hangat dan berhati-hatilah. Putriku, Hwaiting”.
Ayah baru saja ingin pergi namun Ayah dari Ah Young (pacar Ho Ryung) tiba-tiba datang. Ayah Ah Young ingin meminjam uang sebanyak 100 ribu dolar dengan alasan untuk membayar hutang-hutangnya.
Wook Ki sedang membagikan makan siang kepada pekerja lainnya disaat Hyuk Ki datang. Raut wajah Hyuk Ki terlihat sedih saat melihat dongsaengnya bekerja banting tulang menjadi kuli bangunan.
Hyuk Ki mengatakan kepada Wook Ki untuk menyuruh Duk Gi ke rumah sakit karena Duk Gi terus mengeluh mengenai kepalanya. Hyuk Ki juga mengatakan kalau dia merasa bersalah karena belum bisa menjadi Hyung yang baik untuk mereka berdua. Wook Ki tertawa dan mengatakan kalau dia akan mengurus semuanya dan menyuruh Hyungnya untuk berkonsentrasi pada tugas wamilnya. Wook Ki bahkan memberikan nasi kotak pada Hyuk Ki sebagai bekal di perjalanan. (Omo, terharu lihat persaudaraan Hyuk Ki bersaudara. Berharap Hyuk Ki dan Wook Ki ada di dunia nyata, hehehe).
Chae Ryung bersiap-siap ke kantor Ayahnya. Di depan rumah Chae Ryung tanpa sengaja berpapasan dengan Pamannya yang baru saja kembali dari bepergian.
“kau mau kemana?” tanya Man Soo
“membawakan makan siang untuk Ayah” jawab Chae Ryung dan memperlihatkan tas yang berisi makanan pada Pamannya
“apa kau tidak mengingat pamanmu juga?” tanya Man Soo lagi.
Cha Ryung tersenyum dan mengeluarkan 2 lembar uang 10000 dan memberikannya kepada Man Soo “terima kasih kemarin Paman”
Man Soo tersenyum “hati-hati di jalan” teriak Man Soo “ah, keponakanku memang benar-benar baik, dia tahu kalau Pamannya ini sangat berharga” gumam Man Soo dan bergegas masuk ke dalam rumah karena cuaca di luar sangat dingin.
Man Soo bertemu dengan Kakaknya, Soo Hee yang sedang berada di dapur. Man Soo menegur Soo Hee yang terlalu boros menggunakan tissue untuk mengelap meja.
“Noona, kata Kakak Ipar pakailah kain untuk membersihkan, jangan gunakan tissue”
“apa yang diketahui olehnya, aku tumbuh sebagai miss korea”
“Miss korea? Noona bagaimana dengan anak direktur rumah sakit? Apa semuanya benar sudah berakhir?”
“aku mengatakan kepada mereka kalau aku dulunya Miss Korea.aku sudah hampir gila dibuatnya, aku membuat kekacauan dengan mendengkur disaat sedang dipijat”keluh Soo Hee
Jin Goo menerima telepon dari sahabatnya yang sedang berada di salon. Mereka meminta Jin Goo untuk segera keluar dan bergabung dengan mereka. Jin Goo tentu saja ingin, tetapi keadaan tidak mengizinkannya. Kartu kredit Jin Goo diambil dan sekarang dirinya dikurung.
Jin Goo menutup telepon dan disaat bersamaan, Marco dan Ricardo sahabat Jin Goo mendapat durian runtuh. Dua orang gadis masuk ke dalam salon dan mengalihkan perhatian mereka sejenak dari memikirkan Jin Goo.
Jin Goo yang bosan mulai bernyanyi dan tidak menyadari kehadiran Ibunya. Sebuah pukulan mendarat di lengan Jin Goo. Ibunya kembali memarahinya karena Jin Goo hanya tahu bersenang-senang dan sama sekali tidak berpikir untuk menjadi dokter seperti Ayahnya.Jin Goo mulai mengungkit masa lalunya namun pukulan kembali dilayangkan sang Ibu kepada Jin Goo.
“Ibu, hentikan, baiklah aku akan menikah”
“benarkah?”
“iya, seorang gadis yang ibu sukai, ah tidak seorang gadis yang Ayah sukai. Mari kita berpikir, bagaimana kalau Ae Ryung, aku akan menikahinya”
Ibu Jin Goo tidak percaya dengan apa yang di dengarnya namun Jin Goo berusaha menyakinkan Ibunya kalau dirinya kali ini serius.
Ae Ryung sedang berada di toko sepatu. Ae Ryung ingin membelikan sepatu untuk Ayah tercinta. Proffesor Park tiba-tiba muncul dan terjadi kesalahpahaman diantara mereka.
“aku bertemu dengan gadis lain dan kau juga ingin bertemu dengan pria lain?”
“jangan menggangguku, aku tidak punya waktu”
Ae Ryung kemudian menuju kasir dan menuliskan alamat tempat pengiriman sepatu. Proffesor park merebut kertas dari tangan Ae Ryung.
“maaf, aku tidak tahu. Apa ada sesuatu yang terjadi pada Ayahmu? Mengapa kamu sangat focus terhadapnya?”
“ini bukan focus,tetapi perhatian seorang Anak pada Ayahnya, sepatu Ayahku sudah sangat tua. Aku tidak punya waktu bertengkar denganmu. Aku akan menjadi seorang professor dan mendapatkan Phd seperti yang diharapkan Ayahku, jadi jika kamu ingin bersama dengan gadis itu silahkan dan tidak usah memperdulikanku lagi”
“berapa harganya?” tanya Ae Ryung pada kasir
Proffesor Park mengeluarkan kartu kreditnya dan berniat membayar sepatu yang dibeli Ae Ryung
“apa yang kamu lakukan?”
“apa yang salah jika aku ingin membelikan sepatu untuk Ayahmu?”
“aku yang akan membelinya. Ayah sudah merawatku dengan sangat baik, aku akan membelikannya dengan uangku sendiri”
“kenapa kau selalu menyebut Ayahku, Ayahku, Ayahku??? Apa Ayah tidak menyukaiku dan kau juga ingin melakukan hal yang sama?”
“berhenti bertanya? Hyun Go urusi urusanmu sendiri dan cari jalan keluar sendiri”.
Profesor Park kesal dengan sikap Ae Ryung yang hanya memikirkan Ayahnya saja dan bahkan hubungan mereka tidak berarti lagi.
Ayah melihat buku tabungan yang saldonya sudah berkurang. Ayah terpaksa harus meminjamkan uang kepada Ayah dari pacar Ho Ryung, anak lelakinya. Teller Bank merasa heran dengan raut wajahnya dan bertanya apa ada yang salah. Ayah hanya tersenyum dan beranjak pergi. Ayah merasa bersalah pada dirinya karena lebih mementingkan anak orang lain daripada anaknya sendiri, Chae Ryung yang menginginkan sebuah tas.
“kau dimana?” tanya Ayah ketika menelepon Chae Ryung
“aku sekarang duduk di kursimu Ayah, aku berpikir untuk memberimu kejutan. Kurasa telepatinya bekerja. Cepat datang Ayah”.
Baru saja Ayah menutup telepon, Hp-nya kembali berdering. Ho Ryung menelepon Ayahnya dan mengatakan untuk jangan lagi memberikan uang kepada keluarga Ah Young. Ayah menyuruh Ho Ryung agar jangan memikirkannya dan tetap fokus pada tugas wamilnya.
Sekretaris Ayah menemuinya dan mengucapkan terima kasih karena sudah meminjamkan uang untuknya. Dia berkata akan menggantinya sedikit demi sedikit. Ayah hanya tersenyum dan mengatakan untuk jangan terlalu memikirkannya. (omo, Ayah benar-benar baik, jadi ingat Appa)
“aku sudah mengemas ini sedemikian menarik agar Ayah bisa memakannya” ucap Chae Ryung sambil membuka tempat makan yang sengaja disiapkan untuk Ayah.
“apa aku harus makan dulu atau membeli tas dulu?” ucap Ayah tersenyum sambil menggoda putrinya
Chae Ryung terkejut mendengarnya. Chae Ryung seperti bermimpi di siang bolong mendengar Ayah akan membelikan tas yang sangat diinginkannya. Chae Ryung memeluk Ayahnya dan berkata “Ayah, I Love U, I Love U”.
Ayah tersenyum senang melihat tingkah anak bungsunya yang sangat senang bisa mendapatkan keinginannya. Ayah kemudian mengajak Chae Ryung ke coffee house.
“Ayah harus kembali ke kantor”
“pergilah” ucap Chae Ryung dan tidak melihat Ayahnya dan sibuk dengan tasnya sendiri
“apakah kamu tidak membutuhkan Ayah lagi setelah kamu mendapatkan tas baru?”
“itu, setelah kejadian kemarin, aku berjanji bertemu dengan Jeong Seok dan Bora disini dan mereka sebentar lagi akan sampai” jawab Chae Ryung dan nyengir
“kamu tidak berpikir untuk ke tempat itu lagi kan?”
“tidak Ayah, mana mungkin aku kembali lagi kesana”
“Ayah harus kembali kesana dan berterima kasih kepada orang yang sudah membantu kita"
Tiba-tiba Hp Ayah berbunyi. Seseorang mengabarkan kepadanya kalau kejadian kemarin merenggut korban jiwa. Seorang Pemuda telah meninggal dan dia adalah Duk Gi.
=BERSAMBUNG=
Un Aida silahkan dinikmati wajah tampan nan mempesona Donghae Oppa, bisa-bisa sebentar lagi aku mabuk Donghae nich.... Mian Yesung Oppa aku ngelirik sebentar aja dongsaengmu tapi jangan khawatir Oppa, aku tetap setia kepadamu....
Sampai ketemu di Episode 4.
Sinopsis 3 aku serahkan pada Ooppie ^___^
0 comments:
Post a Comment