Do you like this story?
Suatu malam di sudut Kota Hong Kong, Makio sedang diberi perintah oleh seseorang hanya lewat telefon. Perintah yang sangat jelas, Makio hanya perlu mengatakan no jika negosiasi dengan mafia dari Hongkong kurang dari $27juta.
“Kau harus tegas, kurasa mereka tidak akan berani menggunakan kekerasan!”jelas suara di seberang.
“Baik 27jt bukan”saut Makio mantab.
Suara di seberang mewanti-wanti agar Makio untuk tidak mencari masalah. “Aku mengerti boss! Jangan khawatir”potong Makio.
Terdengar bunyi telepon ditutup. Makio mengingatkan diri sendiri, ‘no’ jika di bawah 27juta! Di belakang, anak-anak buah Makio mengingatkan sudah waktunya untuk bernegosiasi. Makio mengerti, dia melangkah pergi dengan wajah garang, layaknya anggota yakuza lain diikuti dengan anak buahnya.
Di sebuah ruangan yang luas, hanya terdapat meja panjang, yang masing-masing duduk di ujung Makio dan boss dari Hongkong, sedang masing-masing anak buah mereka saling berdiri. Makio siap bernegosiasi bisnis penuh percaya diri. Makio memajukan badan, meletakan tangannya di bawah meja tanpa diketahui yang lain.
Di mulai dengan nominal 20jt dari pihak seberang, tidak! Balas Makio mentah-mentah.
“Tambah 5, aku tidak bisa menawar lebih tinggi lagi” ucap si orang Hongkong dengan bahasa Cina yang diterjemahkan orang lain.
Makio mulai menghitung dengan jarinya di bawah meja, 20+5? 25 juta. Makio sekilas melihat jari tangannya, “Tidak” jawab Makio menggelengkan kepala.
Si orang Hongkong menambahkan 5juta lagi. Makio mulai (lagi) menghitung dengan jari-jarinya, dia mengerjap-ngerjap matanya, tanda kebingungan.
“Tidak?” gumam Makio tidak yakin, anak buahnya yang mendengar terkejut. “Tidak!”pungkas Makio mantab.
Orang Hongkong pun dibuat kesal, dan menyebut yakuza Jepang sungguh serakah, dia akhirnya menambah menjadi 35 juta. Makio masih dengan keyakinan diri, menjawab TIDAK!. Orang Hongkong kesal dan memaki Makio dengan sebutan orang bodoh! Keadaan menjadi menegangkan di kedua kubu sedang Makio yang belum sadar dirinya diejek.
“Tidak? 20+5+5+5..lebih sedikit dari 27 atau lebih banyak ya?”gumam Makio. Anak buah Makio makin binggung.
Si orang Hongkong sudah kehilangan kesabaran dan berteriak apa Makio bodoh? Dan na’as, diterjemahkan ke bahasa Jepang. Makio mendekati si orang Hongkong, menggerak meja Brak! Menatap tajam dan bertanya siapa yang disebutnya orang bodoh?
“Aku katakan sekali lagi, bodoh!”ucap orang Hong Kong, kali ini dengan bahasa yang dimengerti Makio.
Sontak makio marah dan akhirnya melemparkan meja, jauh! Perkelahian tak terhindarkan. Makio dengan kekuatannya membabat abis orang-orang yang mengejeknya.
Aku adalah boss setan dari geng Kantau Sharp Fang, Sakaki Makio. Umur 27 tahun, zodiac Scorpio, hal yang aku suka : Minuman, uang, wanita dan berkelahi. Orang memanggilku ‘Tornado Makio”.
Hah?
Apa itu tornado? Whaah! Walaupun aku tidak tahu artinya, menurutku itu sesuatu hal yang kuat dan keren! Ya! Aku yang terkuat di Jepang! Yakuza yang paling kuat!
Makio menang dan perkelahian, dia memperlihatkan senyum kudanya.
Di sebuah rumah sekaligus markas besar geng Kantau Sharp Feng, ketua geng yang sekaligus ayah Makio marah besar mengetahui Makio memporak-porandakan transaksi bisnis mereka, 27 juta dollar melayang. Makio dan Kuroi membungkuk meminta maaf, Makio pun meminta kesempatan sekali lagi.
Ayah Makio memberikan tanda agar anak buah yang lain selain Kuroi untuk pergi meninggalkan dirinya dan Makio.
“Bodoh! Bodoh! Kau benar-benar bodoh!”ujar ayah Makio, sedang Makio hanya tertunduk dihadapan ayahnya.
Ayah Makio pun menjelaskan bahwa darinya tadinya berniat untuk menunjuk Makio sebagai penerusnya sebagai ketua geng Kantau Sharp Feng, namun kini tidak akan karena dia terlalu bodoh. Makio terhenyak mendengarnya.
“Tunggu sebentar ayah! Aku tidak pernah kalah dalam berkelahi dengan siapapun!”sewot Makio.
“Diam! Dengar Makio, sekarang bukan jamannya lagi kekuatan tapi dengan otak! Orang tidak mau bekerja dengan Yakuza yang tidak memiliki Otak!”.
Makio menahan emosi, tak mampu berbicara, “Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! “teriak Makio tidak jelas. Ayahnya yang tak mengerti memandang Kuroi sebagai tangan kanan Makio. “Aku ingin menjadi bos! Apapun yang terjadi!”jelas Kuroi menerjemahkan sikap Makio barusan.
Ayah Makio menanyakan keseriusan Makio akan menjadi bos selanjutnya.
“Ya! Ya!”jawab Makio Mantab.
“Aku berikan kesempatan terakhir, Makio kembalilah ke SMA!”
“Hah!” Makio terbelalak tak percaya begitu juga degan Kuroi.
Rupanya ayahnya sudah menyiapkan segalanya bagi Makio untuk kembali ke SMA, dengan bantuan teman lamanya yang menjadi Kepala Sekolah, Makio bisa masuk ke St. Agnes Academy sebaga murid pindahan dan langsung masuk ke kelas 3.
Makio menolaknya mentah-mentah karena dia tahu artinya sekolah baginya. Ayahnya mengerti namun, “Tidak ada burung tak akan bisa terbang, kecuali dia tahu bagaimana menggunakan sayapnya!”ucap ayah Makio dan menyuruh Makio untuk musim semi tahun depan membawa kelulusan dirinya, jika tidak adiknya, Mikio yang akan menjadi ketua geng ke 3 selanjutnya!
Di ruangan pribadinya, Makio menahan emosi sambil memakan pudding kesukaannya. “Kau pasti bercanda..SMA?! Aku bahkan tidak pernah masuk SMP! Aku selalu berkelahi dan mengacau daripada belajar!”teriak Makio marah-marah.
Di sampingnya, Kuroi malah menyuruh Makio untuk pergi ke sekolah jika itu jalan satu-satunya dia untuk menjadi Boss. “Aku ingin kau menjadi bos di masa depan!”ucap Kuroi. “Kami juga!”teriak yang lain.
”Tolong berfikirlah positif!”desak Kuroi lagi.
Baiklah aku akan berfkir positif, jawab Makio lalu melakukan kebiasannya. Berdiam diri sebentar memikirkan semua. Lalu membayangkan dirinya di musim semi tahun depan dirinya lulus, disambut oleh anak buahnya. Dirinya menjadi bos, diarak keliling kota dengan sebuah parade yang wah. Yeah, dipikirnya begitu mudah saja.
”Boleh dicoba”ucap Makio sambil senyam senyum pede. Kazuya, pengikut setia Makio yang lain memotong, apa bisa Makio mengambil keputusan secepat itu?
”Diam! Dia tidak perlu berfikir positif dalam 90 detik!”bentak Kuroi.
Makio tertawa lalu berubah serius, “Aku, Sakaki Makio demi masyarakat, untuk negaraku aku akan kembali ke SMA!!”. Sungguh lebay bukan Yakuza satu ini.ckckckkc
Keesokan harinya, semuanya dipersiapkan. Kuroi mengingatkan akan aturan sekolah, hanya kepala Sekolah yang tahu identitas dirinya. Bahkan mengajari bagaimana Makio menjawab saat absensi di kelas.
Saatnya Makio untuk mencoba seragam sekolah SMA barunya. Semuanya pertepuk tangan bagi Makio. Penampilan Makio dirubah agar tidak mencolok (mata).
Makio siap masuk ke Sekolah barunya. Di depan Makio disambut anak buahnya, membungkuk melihat Makio sudah rapi jail berseragam.
“Aniki. Selamat telah mengambil jalan ini!”ujar Kazuya dan diikuti yang lain.
“Aku pergi sekarang”jawab Makio mantab.
Musim Semi aku menjadi murid SMA, lihat saja Ayah aku akan lulus SMA!
Sebelum masuk sekolah, Kuroi meminta rokok dan kartu pengenal Yakuza Makio. Apapun yang terjadi jangan terlihat seperti yakuza! Kuroi mewanti-wanti Makio. Makio mengangguk-angguk.
Kazuya membantu memakaikan Makio jas sekolahnya. “Aku tahu”jawab Makio. Dan alangkah terkejutnya saat melihat jas dalamnya, terdapat jahitan simbol yakuza. Dan bertulisakan, Kantou Sharp Feng Generasi 3 Sakaki Makio telah datang! Semuanya terbelalak melihanya kecuali Kazuya.
Kazuya mengaku dia yang menjahitnya semalaman. Makio yang emosi tinggi langsung marah-marah, Kuroi menenangkan jika dirinya tidak membuka jas maka tidak akan ada yang tahu.
Setelah merasakan grogi bercampur baur dengan anak sekolah lain, di gerbang sekolah Makio dicegat oleh sensei (guru) olahraga yang bernama Kikujima. Guru tersebut menanyakan berapa umur Makio? Tak percaya tampang Makio yang sebagai anak sekolahn.
“Tujuh..tujuh..tujuh belas”jawab Makio gugup.
“17???”teriak sensei tersebut tidak percaya dan memperhatikan Makio dalam-dalam.
Makio terselamatkan dengan interupsi pria tua yang menyuruh Makio membawakan bunga. Makio heran karena pria tua itu tahu nama dirinya.
Makio diajak ke ruang guru, Kepala Sekolah memperkenalkan kepada guru lain bahwa Makio adalah murid baru. Mendadak Manami-sensei datang, “Aku tidak mengerti ini ayah! Ada murid pindahan hari ini, kelas kita hampir penuh!”cerocos Minami-sensei.
“Jangan panggil aku ayah di sekolah. Ah Sakaki-kun, ini Minami-sensei wali kelasmu”
Makio yang masih grogi hanya mengangguk saja saat dikenalkan.
Kini hanya mereka berdua, Makio dan kepala Sekolah. Di sini hanya aku yang tahu identitasmu, ayahmu adalah teman lamaku tapi aku tidak memberikan perlakuan khusus untukmu, kau datang dan belajar seperti murid lain, jika kau tidak mau aku tidak akan membiarkanmu lulus! Glek.
Bunyi bel berdentang tanda masuk kelas tepat kepala sekolah mengakhiri wejangannya. Makio mengerti. “Bersenang-senanglah di sekolah ini”ucap kepala sekolah dengan senyum hangat.
Kelas 3A, Makio masuk bersama Minami-sensei dan dia pun langsung diperkanalkan dengan yang lain. Semua mata memandang Makio, dan Makio pun makin gugup. Minami-sensei menyuruh Makio menulis namanya.
Tangan Makio gemetar memegang kapur, dia menuliskan namanya dalam huruf kanji. “Sial! Aku lupa menulis KI di kata MAKIO!”.
Makio pun menulis seingatnya lalu menghapusnya. Semua murid memandang heran, begitu juga Minami-sensei. Makio mencoba menulisnya lagi dengan ragu-ragu. Selesai, Makio berbalik menghadap murd lain.
”Aku..aku..Sa..Sakaki Makio, senang bertemu dengan kalian”. Semuanya tertawa kecil melihat sikap Makio. Makio semakin grogi.
Minami-sensei menyuruh Makio untuk duduk di kursi kosong, di sebelah gadis cantik yang bernama Umemura. Umemura menyapa ramah Makio, dan malu-malu Makio juga menyapa teman sebelahnya, Sakurakoji yang hanya diam saja.
Jam mata perlajaran pertama Matematika, spontan anak-anak lain mengeluarkan buku pelajaran mereka. Makio clingak-clinguk binggung. Tiba-tiba insting dia mengatakan lain saat terdengar bunyi tembakan. “Berlindung!!”teriak Makio membayangkan musuhnya menyerang masuk.
Makio menendang meja, dan mendekati jendela berbekal penggaris seakan menjadi senjatanya. Minami-sensei tak kalah kebingungan begitu pula dengan anak lain.
“Keluarga Kumada..jadi kau tahu dimana aku berada! Berlindung! Berlindung saja!”.
Anak-anak lain megikuti perintahnya dengan bersembunyi di bawah kursi, begitu juga Minami-sensei yang tadinya menghardik Makio.
Makio mengintip jendela, terlihat guru olah raga sedang mengajar lari cepat kepada anak-anak menggunakan tembakan palsu. Makio mengerjap-ngerjapkan matanya.
“Sialan! Pistolnya kosong! Jangan menakutiku dengan seperti itu”.
Makio hendak kembali ke mejanya. Dan dilihatnya anak-anak lain..
“Sakaki-kun, apa kau berniat mengacaukan kelasku setelah kepindahanmu?”kata Minamai-sensei dingin.
“Tidak, aku minta maaf, aku minta maaf”
Semua anak kembali ke tempat duduknya, Mengambil tasnya dan dompetnya. Sakurakoji mengira itu dompetnya, dia melihat sekeliling dan melihat dompetnya tergeletak. Dompet Makio dan Sakurakoji sama persis!.
Pelajaran di mulai, Makio membuka buku matematikanya. “Whaa?? Apa-apan ini?!”teriaknya dalam hati melihat angka-angka kalkulus yang terpampang di depannya. Dan mata pelajaran yang lain? Sama saja tidak dimengerti oleh Makio.
Dan saat salah satu guru akan menunjuk salah satu murid untuk menjawab pertanyaan, Makio memohon untuk waktu cepat berakhir. Sialnya, guru tersebut memandang Makio,
”Jangan lakukan itu! Jangan paksa aku menjawab pria kecil!!”batin Makio sambil memasang muka garang, segarang mungkin. Guru tersebut langsung menciut.
“Jika kau melakukan itu, aku akan membunuhmu!!”
Beruntung, bel istirihat berbunyi. Makio menghela nafas lega. Makio sembunyi di sebuah gudang olah raga. Merasa capek sekali. Mencari rokoknya yang disembunyikan disela kaos kakinya di balik celana. Terdengar suara anak lak-laki yang rupanya sedang memalak Sakurakoji, teman sekelas Makio.
“Wah, anak-anak badung”gumam makio melihat mereka sedang memukul, tak peduli dan mencari korek api. Makio mengeluarkan dompetnya, terbelalak melihat kartu pelajar yang di dalamnya. Dompet itu milik Sakurakoji!
Makio langsung melongok mereka, terlihat Sakurakoji mengerluarkan dompet yang sebenarnya milik Makio, gawat kartu pengenal Makio di dalam!
”Sial itu dompet aku!”. Makio menganga mengetahuinya.
”Tunggu!”teriak Makio dan menghampiri mereka. Tanpa basa-basi langsung menukar dompet mereka. Alih-alih memalak Sakurakoji, kini mereka memilih memalak Makio sebagai anak baru.
”Hah! Aku dipelototi anak kecil?”. Makio tersenyum kecut.
“Kau berani memelototi Hoshino? Dia orang yang terkuat di sekolah ini”teriak siswa yang memalak tadi.
"Bodoh..jangan bilang begitu itu tidak keren”balas Hoshino malu-malu dan mengajak Makio berkelahi.
Makio bersiap memukul, mendadak muncul Kuroi dan Kazuya memberikan tanda ke Makio agar jangan meladeni. Belum sempat Makio menanggapi, dia sudah memukul Makio.
Kemarahan Makio muncul, namun “aduh!”erang Makio pura-pura.
Sakurakoji sontak mendekati Makio dan bertanya apa dia baik-baik saja, Makio malah nenyuruhnya untuk pergi saat Hoshino memegangi jasnya dan tersingkap simbol yakuza! Makio sedikit panik.
“Hoshino, dompetnya penuh dengan uang banyak!”
Hoshino dkk mengambil uang Makio dan berterimakasih karenanya, merekapun pergi. Makio hanya tersenyum kecut.
Kuroi dan Kazuya menemui Makio yang sedang menahan amarah. Kuroi sengaja di sekolah karena marasa cemas dengan Makio yang hari pertama sekolah.
“Sialan anak kecil, aku bunuh mereka!”geram Kazuya yang memang loyal dengan Makio.
“Jangan, jika aku lulus aku akan membuat mereka tidak bisa berjalan lagi!”.
Makio kembali ke sekolah, dan ke kantin, saat dilihatnya seorang siswa dengan begitu nikmatnya menikmati setiap sendok puding yang memang terlihat lezat. Demi melihat puding, air liur Makio hampir menetes. Makio segera ingin membelinya.
“Beli pudding 1”.
“Hah? Sudah terjual habis untuk hari ini”.
“Apa se-seenak itu??”.
“Itu lembut, creamynya..itu enak sekali. Itu buatan rumah, jadi tidak di jual banyak. Murid-murid banyak yang merebutkannya”
Makio pun tidak bisa memesan puding untuk besok, mereka harus berlari untuk mendapatkannya. Makio terlihat kecewa, dan lihatnya pengumuman, Puding Agnes dijual mulai jam 12:00. Hanya dibuat 12 per hari.
Makio berlari kencang saat jam sekolah usai, langsung masuk ke mobilnya meminta rokok. “B*k*ngku gatal duduk terus. Kazuya puding.puding”. Kazuya langsung memberikannya.
“Bagaimana di kelas?”tanya Kuroi.
“Di kelas, aku hampir dipanggil aku melotot dan aku membuat guru itu tidak bicara lagi kepadaku. Itulah yang terjadi saat aku serius sedikit”.
“Bagus Aniki”puji Kazuya.
Kuroi hanya terdiam, masih belum berubah bukan om kelakuannya si Mikio ini?LOL.
Di rumah, Kuroi mengeluh kemampuan Makio yang payah dalam pelajaran apapun, karena itu Kuroi menyuruh Makio belajar dari tingkat dasar alias dari pelajaran sekolah esde. Haha. Makio pun melongo harus belajar juga di rumah.
Seorang pelayan tua memberikan telepon bahwa adiknya, Mikio yang berada di Amerika meneleponnya. Adik Makio dari dulu lemah, dan dirawat di rumah sakit sana, sekalian menyelesaikan studinya. Setelah berbasa-basi menanyakan kabar, Mikio mengabarkan dirinya akan pindah kuliah ke Jepang minggu depan.
Whaa?! Makio syok. Hati-hatilah saat pulang, sampai jumpa. Makio menutup telepon. Panik, dia langsung mencari-cari pensil, berniat belajar, sadar kini dia tidak bisa main-main lagi.
”Bagaimanapun aku harus giat belajar dan lulus dari sini! Posisiku dalam bahaya!”.
Keesokan harinya, Makio ditunjuk Minami-sensei untuk menjawab pertanyaan, sial jurusnya kali ini tidak berhasil.
“Sakaki-kun, aku terkesan kau menyukai matematika! Jadilah seperti dia anak-anak”
Makio berdiri, dan terpaksa jujur dia tidak bisa. Hah? Anak-anak menertawakannya. Umemura menggantikan menjawab.
Anak-anak lain mulai menggunjingkan Makio, bahwa Makio bodoh, tak punya otak dsb. Makio terdiam. “Menurutku sekolah adalah tempat yang sia-sia. Anak-anak yang tak berguna, kelas yang membosankan, dan kau tidak tahu apa itu akan menolongmu kelak” batin Makio melihat sekelilingnya.
“Satu-satunya yang menarik di sini hanya puding”gumanan Makio terdengar Umemura.
Bunyi bel istirahat berbunyi, Makio langsung tersadar dan bergegas keluar tanpa mempedulikan guru yang belum membubarkan kelasnya. 12 puding terlezat di St. Agnes sudah disiapkan. Makio berlari menuju kantin.
Mendadak langkahnya terhenti dikoridor, Merasakan hawa-hawa jahat? Mendadak loker bergetar kencang seakan bumi gonjang ganjing (sorry lebay). Makio ternganga melihat anak-anak satu sekolah St. Agnes berebutan berlari ke arah kantin bagai gelombang tsunami! Dari segala penjuru arah.
Kekerasan pun saling dilancarkan untuk menghalangi yang lain ke kantin. Tidak peduli itu siswa atau siswi! Makio berjuang mati-matian untuk sampai ke kantin terlebih dahulu, namun tentu saja dihalangi yang lain. “Pudiiing!!”gumam Makio saat meliaht satu persatu puding terjual. Sisa satu puding, Makio mendapatkannya, namun disentak dan terlempar ke atas. Makio berusaha menangkapnya, naas tetap terlepas ke siswa lain. Makio gagal, Sakurakoji yang melihatnya tersenyum geli melihatnya.
Makio duduk dibawah pohon rindang, mendesah. “Sekolah adalah sampah, tidak ada artinya cuma hal-hal bodoh”gumam Makio yang tidak disadarinya didengar oleh Sakurakoji yang tersenyum saja. Makio menengok dan melihat Sakurakoji, tapi tetap cuek. Sakurakoji pun menjelaskan letak kelas mereka paling jauh dari kantin dan di gedung yang berbeda, itu sebabnya murid kelas 3A pada menyerah.
“Membeli puding itu hampir mustahil”.
Seorang wanita petugas kesehatan yang bernama Mizusima-sensei lewat, dan bertanya siapa Makio.
Sakurakoji membawa Makio ke ruang kesehatan. Mengompres bekas di pipi Makio atas tragedi puding. Sakurakoji sedang menulis absensi dan bertanya menulis Ki dan O dalam Makio”jawab Makio.
Mizusima kini tahu Makio murid pindahan. “Dia bilang sekolah itu sampah”ujar Sakurakoji mengadu. Keduanya tertawa. Makio terlihat malu.
“Bagus, sekarang kalian berteman”senyum Mizusima-sensei kepada Sakurakoji.
“Apaa? Oh, kami bukan benar-benar berteman..”
Makio berterimakasih dan bermaksud untuk pergi namun di tahannya oleh Mizusima-sensei.
“Apa kau tahu kebahagiaan masa muda?”.
“Hah?” Makio terhenti langkahnya dan tidak mengerti.
“Arti KI di KIDOAIRAKU (emosi)? Ada banyak kebahagiaan di sekolah contohnya kebahagiaan dalam belajar”jelas Mizusima lembut.
Dia pun menceritakan kisah Hellen Keller yang bisu, tuli dan buta, tak ada seorangpun yang memahami sampai suatu saat datang seorang guru yang mengajarkannya, kata pertamanya adalah air.
“Dia menemukan kebahagiaan dalam pengetahuan dan belajar. Kau juga, harus menikmati sekolah dan belajar”.
Makio berjalan keluar menuju kelasnya, Sakurakoji membuntutinya dan memanggil Makio. Terlihat Makio kesal.
“Aku juga benci sekolah. Benci orang-orang di sini. Mereka belajar karena ingin ke perguruan tinggi, tidak mau sendiri dan berpura-pura berteman”cerosos Sakurakoji
Namun Sakurakoji mendadak mengangumi Makio, dia merasa Makio tidak ada apa-apanya. Dia lemah namun bisa keren di saat yang bersamaan. Jadi untuk pertamakali Sakurakoji ingin berteman.
“Aku tidak seperti yang kau fikirkan”. Makio memasang muka serius. Menyuruh Sakurakoji menjauh dari dirinya.
Malam harinya, Makio jalan-jalan disertai dengan anak buahnya.Merekapun bertemu degan keluarga Kumada. Makio menyuruh mereka pulang karena Makio sedang tidak ingin mencari gara-gara. Namun Keluarga Kumada malah menyindir Makio tentang desas-desus dirinya tersingkir dari calon ketua geng.
“Daripada idiot sepertimu adikmu yang sarjana akan menjadi yang ke 3”.
“Jangan cari masalah, aku yang akan menjadi ke 3!”.
Keluarga Kumada trus saja menghina Makio, sehingga kemarahan Makio memuncak dan berniat untuk berkelahi dengannya. Ditahannya Makio saat dia melihat segerombolan anak kelas 3A.
“Kurasa berkelahi adalah satu-satunya nilai plusmu..kau membosankan. Pulanglah dan belajar agar tidak kalah dari adikmu”cemooh Kumada dan pergi.
Makio bergetar menahan amarahnya, Kazuya yang tidak terima bossnya dihina bertanya Makio tidak membalas dan hanya diam?
’Tidak peduli sebodoh apa dirimu, aku mengagumimu, kau kuat..tangguh, jika kau tidak menjadi diri sendiri maka harus berhenti sekolah!!”teriak Kazuya yang langsung menerima pukulan dari Kuroi.
Semua pergi kecuali Makio yang masih saja berdiam diri, hujan turun namun Makio tidak peduli. Kuroi berbalik memandang Makio.
Di kediaman Sakaki, ayah Makio berbincang dengan Kuroi. Ayah Makio mencurahkan isi hatinya kenapa dia mengirim Makio ke sekolah. Dia ingin melakukan sesuatu bukan sebagai boss tapi sebagai seorang ayah, yang ingin anaknya bukan saja tumbuh sebagai pria kuat tapi juga pintar.
Keesokan harinya, pelajaran sastra. Giliran Makio untuk membacakan sebuah puisi. Makio yang kurang lancar dalam membaca kanji tidak bisa,walau dibantu Umemura. Siswa lain yang pintar mencemooh Makio karena membuang waktu, dia yang akhirnya menjawab. Makio hanya terdiam, anak lain pun ikut menetertawakan Makio.
Cukup, Makio menggebrak meja tiba-tiba. Dia keluar tanpa menghiraukan yang lain.
”Aku cuma bodoh! Maaf kalau aku bodoh! Ada masalah dengan itu? Sialan?!”teriak Makio diluar sambil menendang loker. “Si bodoh yang tidak bisa membaca kanji, Aku tahu sekolah hanya sia-sia! Apa ini tentang belajar, cinta dan pertemanan? Masa bodoh!”.
Makio berada di atap sekolah, dia merasa dirinya menyerah saja. Tertelentang begitu santainya, dan dikagetkan dengan munculnya Sakurakoji.
“Apa kau anak badung, Makio?”tanya Sakurakoji. “Kau depresi?”
“Mungkin, rasanya seperti lompat dari atap ini”
“Jadi apa kau mau makan puding?”
Hah? Makio melongo sejenak. Sakurakoji menawarkan jalan pintas lain agar bisa mencapai kantin. Sakurakoji memperlihatkan denah bangunan atara kelas mereka dan kantin yang letaknya beda gedung. Sakurakoji menjelaskan bagaimana kerasnya berlari tetap akan kalah degan lain, kecuali Makio mengambil jalan pendek.
“Melompat dari sini ke sana!”teriak Sakurakoji menunjuk seberang gedung. “Apa? Melompat?’. Makio seakan tak percaya.
Jarak gedung 15 meter, jika kau berlari 12.1 meter/ detik dan melompat 45 derajat, kau akan membuat parabola sempurna dan bisa melompat 15 meter. Sakurakoji mencoba menjelaskan.
Ok, ini termasuk pelajaran matematika, bagi Makio tentu tak akan paham. Sakurakoji melanjutkan Makio tinggal berlari ke kantin setelah melompat ke gedung sebelah.
“Menakjubkan”puji Makio.
“Sudah aku bilang aku cukup pintar”
Makio memikirkannya, sedang Sakurakoji menjelaskan lagi bahwa hal ini mustahil dilakukan karena berlari 12.1 meter/detik sama saja dengan kecepatan 43km/jm. Mana ada yang bisa?
“Aku akan melakukannya”tegas Makio demi puding pujaannya.
“Whah? Aku cuma becanda, itu semua hanya teori! Kau bodoh jika melakukannya!” Sakurakoji langsung terdiam tahu menyinggung Makio.
Makio pun sadar hal itu mustahil. “Di dunia nyata tidak ada manusia pahlawan yang bisa menentang hukum fisika dan terbang”jelas Sakuraoji.
“Ya, tidak mungkin bagiku menjadi hero..ataupun bos”renung Makio, “Apa aku harus melarikan diri lagi?”. Sakurakoji yang mendengarnya tampak kebingungan. Makio menarik nafas, sejenak melihat bendera sekolah yang berkibar.
“Hei pendek, bantu aku!”
Kedunya menurunkan bendera, melarikan diri lalu menuju ke perpustakaan. Mereka mempersiapkan proyek bersama, mengikuti jejak Wright Brothers. Mencoba untuk terbang!
Hari datang, saatnya puding terlezat keluar, dan siap untuk direbutkan. Baik Makio dan Sakurakoji tidak konsen menunggu waktu istirahat. Ternyata hampir satu sekolah St. Agnes! Kecuali kelas 3A tentunya yang tidak berniat memperebutkannya. Semua siswa dari kelas 1 sampai 3 bukannya mendengarkan guru malah mempersiap diri.
Jam berdentang tanda istirahat, Makio dan Sakurakoji sontak berdiri dan berlari, tidak menghiraukan yang lain.
Di atap gedung, Makio menggunakan bendera sebagai sayap bak supermen, dibantu dengan Sakurakoji yang sangat cemas jika Makio gagal, dan malah jatuh dan mati!
“Dengarkan aku pendek..”
“Namaku Sakurakoji!”
“Dengarkan baik-baik Sakura-apa ajalah! Aku tidak akan mati. Di sekolah ini, aku merasa tidak akan bertahan hidup. Aku merasa aku sepertinya sudah mati. Aku senang bertemu denganmu”.
Makio bersiap untuk berlari sambil mengibarkan sayapnya. “Berlari 12.1 meter/ detik dan melompat 45 derajat!”teriak Makio berlari sekencangnya, dan dibantu dengan semacam alat pelontar membantu Makio melompat tinggi..
Semua anak berhenti berlari, tak luput anak kelas 3A yang melihat dari kelasnya dengan terkejutnya. Makio sampai di gedung seberang walau awalnya hampir tidak mencapai. Sakurakoji lega akhirnya dan menyuruh Makio cepat berlari ke kantin.
Makio berlari, berlomba-lomba dengan anak yang lain, kali ini Makio berhasil mendapatkannya. Dan tidak membiarkan puding terakhir direbut yang lain.
“Puding 1”ujar Makio.
“110 yen”
Makio mengeluarkan uang 1000 yen. Ambil kembaliannya!.
Makio berjalan kelelahan namun bahagia sambil mengacungkan puding ke arah Sakurakoji, Sakurakoji yang melihatnya kegirangan dan takjub. Makio berhasil melakukannya! Makio menyodorkan puding ke Sakurakoji, berniat memberikannya. Namun Sakurakoji menolaknya, “Aku tidak terbiasa makan manis”jawab Sakurakoji.
“Kau benar-benar menakjubakan! Kau terbang dengan fantastis! Tadi parabola yang cantik!”
“Benarkah? Jadi tadi yang namanya parabola”gumam Makio sambil memandang erat si puding.
“Ini pertama kalinya aku bersemangat dalam hidupku!”.
“Aku juga, perasaan apa ini? Aku begitu bahagia”teriak Makio tak terasa air mata bahagia di pelupuk mata. Keduanya tertawa bersama.
“Kita berhasil Sakura-apa ajalah!”teriak Makio, memeluk Sakurakoji. Makio cepat-cepat menghapus air matanya. Dia teriangat dengan kisah Helen Keller yang bahagia mengenal kata pertamanya, air!
“Waters!” teriak Makio kegirangan, “Ikuti aku, waters!”. Sakurakoji pun ikut meneriakan mirip gaya Makio. “Waters!”teriak mereka.
Makio mencicipi sendok pertamanya. “Enak?”tanya Sakurakoji. Makio yang masih terpesona dengan rasanya hanya menjawab iya, lezat sekali.
Mendadak muncul rombongan siswa kelas 3A dan Minami-sensei.
”Apa yang kalian berdua lakukan?!”tanya Minami-sensei. Dia memungut sayap bendera Makio. “Jadi semuanya hanya untuk pudding??”.
Minami-sensei marah atas kelakuan Makio yang dianggapnya berbahaya dan memintanya tidak mengulanginya. Sedang Makio cuek dan tetap menikmati pudingnya.
“Ini bukan waktunya untuk makan!”hardik Minami-sensei.
“Tapi ini enak sekali”.
Semuanya menatap Makio yang benar-benar sedang menikmati pudingnya. “Bodoh sekali”celetuk salah satu siswa, dan merekapun membubaran diri.
“Tapi kelihatannya..keren sekali”gumam Umemura. Dia pun ikut bergegas pergi.
Sepeninggal semua siswa, kini hanya Makio dan Sakurakoji berdua, “Hey Makio-kun, sekarang kita berteman bukan?”
“Teman? Bagaiman aku tahu!”. Ucapan Makio langsung mengecewakan Sakurakoji.
“Sekolah hanya omong kosong”lanjut Makio, dan Sakurakoji pun tertawa mendengarnya. Tertawa bersama.
Tak jauh dari mereka, Kazuya dan Kuroi muncul. “Aniki tertawa?” Kazuya keheranan.
“Dia tertawa normal” Kuroi menimpali.
Akhirnya Makio dan Sakurakoji dipanggil ke ruangan guru oleh Minami-sensei, dan diberikan masing-masing buku jurnal, yang harus diisi oleh mereka selama 3 bulan.
Mereka pun tetap harus menjalani hukuman, berlari keliling lapangan 20 kali.
Jadi aku telah memutuskan untuk memulai menjalani sekolah. Sekolah adalah omong kosong! Tapi hari ini, aku mungkin belajar sedikit tentang senang dalam belajar, dan senang di masa muda.
Tak disadari, Ayah Makio melihat Makio belari dan tersenyum. Lantas berlalu.. Kehidupan Makio di Sekolah SMA baru saja dimulai..
Note :
Aku dedikasikan sinopsis ini untuk my beloved Pelangi Drama tercinta. Setahun sudah aku mengenal blog ini kalo jadi Author mah belum lama, setahun sudah cinta ini melekat (kekek..lebay!). Mengajariku arti persahatan yang tak mengenal batas waktu dan jarak. Kamsahmida sudah diberi kesempatan buat berkarya di sini..Bansai!! Bansai!! Bansai!! \^^/
Yang paling aku suka dari dorama Jepang adalah pembelajaran yang bisa didapat, keren bukan jika kita benar-benar bisa senang saat belajar? Melewati batas kata bosan belajar, malas dsb! Dan apa kalian termasuk orang yang merasa bosan akan kehidupan saat SMA? dan ingin cepat berlalu? Don't be! Karena kau tidak akan melewatinya kedua kalinya, tentu saja kalau kalian mau menjadi siswa abadi.LOL.
Jadi, temukanlah kebahagian dalam pengetahuan dan belajar..see you next episode. ^^v
written & pictures by Asri RF @pelangidrama
edited by Ari RF @pelangidrama
1 comments:
menarik sekali sinopsisnya, thanks ya
Post a Comment