Recent Post


[Preview K-Drama] Ja Myung Go

Do you want to share?

Do you like this story?


(Kisah kakek dan cucu, dengan cinta yang tidak dapat bersatu karena dari 2 kerajaan yang berbeda)
Legenda mengatakan bahwa lebih dari 2000 tahun yang lalu, Kerajaan Nangnang memiliki Drum mistik Ja Myung (Ja Myung Go) yang akan terdengar dengan sendirinya ketika musuh menyerang. Pada kenyataannya, Ja Myung Go tidak mewakili drum tetapi sebaliknya, ini diwujudkan oleh putri raja yaitu Putri Ja Myung. Putri Ja Myung dan Putri Nangnang (Rae Hee) dilahirkan pada hari dan waktu yang sama dari satu ayah yang sama tetapi berbeda ibu. Telah diramalkan bahwa satu putri akan menjadi penyelamat bangsa, sementara yang lain akan menjadi penyebab kehancuran bangsa. Dengan menggunakan latar belakang keluarga yang kuat, ibu Rae Hee berhasil membentuk opini publik yang kuat bahwa anaknya adalah sang penyelamat sementara Putri Ja Myung, adalah bakal biang kehancuran Nangnang. Puteri Ja Myung lolos dari kematian dengan bantuan ibunya dan tumbuh di antara rakyat biasa. Ketika ia mengetahui identitas sejatinya sebagai tuan puteri, Putri Ja Myung lalu kembali ke Kerajaan.Dan menghasilkan gelombang baru internal dan perebutan kekuasaan politik.
Putri Ja Myung dan Pangeran Hodong dari negara saingan dari Goguryeo jatuh cinta namun nasib mengatakan bahwa mereka tidak dapat bersama-sama. Putri Rae Hee, yang juga cinta dengan Pangeran, rela memberikan bangsa-nya kepada Hodong dengan menghancurkan gendang Ja Myung. Putri Ja Myung, berjuang untuk menyelamatkan bangsa, akhirnya mengangkat pedang nya ke arah Pangeran kesayangannya Hodong …

Sinopsis Singkat:


Sejak dahulu kerajaan Goguryeo yang dibawah pimpinan Daemusin sangat berhasrat ingin memiliki kerajaan Nangnang. Kerajaan tetangga yang kecil tapi makmur dan damai. Sementara itu di kerajaan Nangnang, memiliki 2 jenderal yang disegani, Jenderal Wang Geng dan Jenderal Chae Ri (adik ipar Wang Geng). Seorang peramal memberitahu raja bahwa salah satu anak dari Chae Ri kelak akan menjadi penyebab kehancuran Nangnang. Chae Ri saat itu memiliki 2 orang isteri yang sama-sama sedang hamil tua, Mo Ha So dan Wang Ja Shi (adik Wang Geng). Raja yang termakan ramalan itu (apalagi dia tidak memiliki seorang pewaris kerajan), lalu memerintahkan anak buahnya untuk mengambil ‘anak’ yang diramalkan akan menjadi pembawa bencana itu (drama saeguk pasti tidak terlepas dari ramalam !_!).
Kebetulan kedua isteri Chae Ri melahirkan di hari dan waktu yang sama. Ja Shi yang lebih dulu melahirkan, karena takut statusnya terancam, lalu merayu sang peramal yang memang telah lama menyukainya,agar bayinya tidak ditunjuk sebagai anak yang membawa bencana bagi Nangnang, sebaliknya agar peramal mau menunjuk bayi Mo Ha So sebagai anak pembawa kehancuran itu. Akhirnya sang peramal menurut dan mengikuti kata-katanya. Sialnya perbuatan mereka terlihat oleh salah seorang pelayan Mo Ha So. Ja Shi lalu mencari cara agar bisa membunuh wanita itu. Sementara itu Mo Ha So tidak tega untuk menyerahkan bayinya pada suaminya untuk dibunuh, setengah mati dia memohon kepada Chae Ri untuk mengasihani bayi mereka. Tiba-tiba Ja Shi masuk ke ruangan—dengan segudang akal terus menyalahkan bayi Mo Ha So, agar mau diserahkan kepada prajurit raja untuk dieksekusi. Karena Mo Ha So terus merengek, Ja Shi lalu dengan tega menusuk dada bayi malang itu dengan tusuk kondenya. Chae Ri dan Mo Ha So terkejut melihat perbuatan keji Ja Shi. Betapa gusarnya Chae Ri. Melihat bayi itu terdiam, Chae Ri lalu memperlihatkan bayinya pada perwira bawahan raja bahwa anaknya sudah meninggal. Padahal detak bayi itu masih ada meski sangat pelan (alias sekarat).
Chae Ri dan Mo Ha So menghanyutkan bayi itu dalam sebuah kapal sampan bersama seorang bocah laki-laki, Il Pom (anak dari pelayan yang melihat perbuatan Ja Shi). Agak kejauhan bayi itu tiba-tiba menangis kencang. Mo Ha So memberi nama puterinya Ja Myung, yang artinya menangis untuk bertahan hidup. Kapal sampan itu lalu bersandar di negeri lain. Il Pom dan Ja Myung ditemukan oleh sepasang suami isteri pemilik sirkus akrobat, Cha Cha Song dan Mi Chu. Mereka lalu menyelamatkan Ja Myung. Mereka juga membesarkan kedua bocah itu yang dipikir mereka adalah kakak beradik. Mereka diberi nama baru, Heng-kai (Il Pom) dan Pu Ku (Ja Myung). Kira-kira 8-9 tahun kemudian, di kerajaan Nangnang terjadi peralihan kekuasaan. Jenderal Wang Geng akhirnya menjadi raja Nangnang. Sayangnya dia memerintah dengan kejam. Adik Wang Geng, Ja Shi, yang ingin suaminya menggantikan Wang Geng menjadi raja, nekat membunuh kakaknya sendiri. Sialnya perbuatannya dilihat oleh Ra Hee (anak Chae Ri dan Ja Shi). Dan isteri Wang Geng, Mo Young Hae juga mencium andil Ja Shi yang menyebabkan suaminya terbunuh. Ia berniat kudeta, tapi digagalkan oleh Chae Ri yang kemudian naik tahta dan mengangkat Mo Ha So sebagai Ratu (mengapa Ja Shi tidak diangkat sebagai Ratu, padahal dia ibu kandung Puteri Raja Ra Hee, itu dikarenakan peristiwa lampau yang menyebabkan Chae Ri dendam pada Ja Shi). Adik Wang Geng dan Ja Shi yang masih remaja, Wang Hol lalu meminta ampunan kepada Chae Ri. Ia lalu menikahi Young Hae, kakak iparnya, agar wanita itu bisa terlepas dari hukuman.

Sementara itu Pu Ku dan Heng-kai berguru pada seorang laki-laki cacat yang ternyata mantan perwira raja dulu yang digantikan almarhum Wang Geng (yang diserahi tugas untuk melihat bayi Chae Ri yang ‘katanya’ mati itu). Karena dendam pada Wang Geng dan Chae Ri, dia berniat memperalat Pu Ku yang sudah lama dia tau kalau gadis kecil itu adalah puteri Chae Ri. Pangeran Hodong kecil dari Goguryeo berkunjung ke Nangnang, meninggalkan bekas terdalam bagi Rae Hee yang langsung menyukai anak dari negeri musuhnya itu (ck..ck..ck.. kecil-kecil sudah naksir cowok!). Sementara Ratu Mo Ha So telah beberapa kali menyuruh pelayannya, Dong Go Bi (bibi Il Pom) untuk mencari keberadaan Ja Myung. Padahal sebenarnya beberapa kali mereka pernah bertemu—–karena sirkus akrobat Pu Ku pernah beraksi didepan Ratu, Selir Ja Shi dan Rae Hee. Bahkan keahlian Pu Ku membuat Hodong terkesan. Bertahun-tahun kemudian, akrobat Pu Ku mendapat perintah tampil di sebuah perjamuan dimana Rae Hee dan Hodong menjadi tamunya. Guru Pu Ku merasa ini peluang yang tepat untuk membunuh Rae Hee sekaligus menjebak Pu Ku. Maka dia menyandera orangtua angkat Pu Ku—-sehingga mau tak mau Pu Ku harus memenuhi perintahnya.
Tapi sayangnya usaha membunuh Rae Hee gagal berkat pengamatan jeli Hodong dan kewaspadaan Jenderal Wang Hol.
Hodong mengenali Pu Ku sebagai gadis kecil yang dulu membuatnya terkesan, maka demi menghindari Pu Ku mendapat masalah, gadis itu lalu diangkat menjadi pengawal pribadi Hodong. Ja Shi yang curiga Pu Ku adalah Ja Myung, maka memerintah Wang Hol menyelidikinya. Saat Pu Ku tertidur, Wang Hol masuk ke kamarnya dan ‘maaf’ memeriksa pakaian Pu Ku. Benar saja, ada bekas tanda lahir (bekas tusukan) di tubuh Pu Ku. Ja Shi menyuruh adiknya itu membunuh Pu Ku, tapi ditolak oleh Wang Hol.
Kata Wang Hol: Seorang puteri lain menikmati kemewahan di istana, sedangkan puteri raja yang satunya lagi harus hidup melarat dan tinggal di jalanan. Tanpa sadar Wang Hol memiliki perasaan khusus pada Pu Ku. Ratu Mo Ha So menyuruh pembantunya, Dong Go Bi, mencari tau keberadaan Ja Myung—–tanpa sadar sebenarnya beberapa kali dia pernah bertemu Pu Ku saat gadis itu masih kanak-kanak dulu. Mengetahui Ratu mencari keberadaan Ja Myung, Ja Shi tidak tinggal diam. Ia menyuruh pelayannya yang juga sama liciknya dengan dia, Chi So, untuk menghalangi langkah Go Bi menemukan Pu Ku. Dan ketika Go Bi mengetahui Pu Ku adalah Ja Myung, Chi So sengaja meracuninya hingga wanita itu terluka dan bisu. Pu Ku kini tinggal di Goguryeo. Beberapa kali dia memendam perasaan melihat kedekatan Rae Hee dengan Hodong (cukup aneh, sih, negara saling bermusuhan, tapi mereka bisa ketemu terus). Dan kedekatan Hodong dengan Rae Hee sebenarnya tidak benar-benar tulus, karena dia menginginkan Rae Hee benar-benar jatuh hati padanya—–dan ketika dia bisa menikahi Rae Hee, otomatis Nangnang akan jatuh ke tangannya. Padahal hati Hodong sebenarnya untuk Pu Ku. Ini menyebabkan Rae Hee (yang agak curiga dengan perasaan Hodong padanya) mulai tidak menyukai Pu Ku. Pu Ku sangat heran dengan sikap Wang Hol yang tidak menginginkan dia menginjak Nangnang, dan karena gadis itu keras kepala dan memilih untuk mati setelah tau segalanya dari Wang Hol, pria itu terpaksa angkat bicara kalau Pu Ku sebenarnya adalah puteri yang terbuang, anak Raja Chae Ri dan Ratu Mo Ha So. Wang Hol yang walau berkata harus membunuh Pu Ku setelah menceritakan segalanya tapi tetap saja pedangnya tidak sanggup menyentuh Pu Ku yang sudah bersemayam di hatinya itu. Pu Ku memutuskan pergi dari Goguryeo dan meninggalkan Hodong. Niatnya satu: menemui orangtuanya di Nangnang. Sayangnya niatnya itu terbentur pada sebuah peristiwa meninggalnya seorang perwira Nangnang karena dia, mengakibatkan dia ditangkap. Ratu Mo Ha So yang sudah mengetahui identitas Pu Ku dari Go Bi yang telah pulih dari sakitnya berusaha membelanya. Untuk beberapa saat Pu Ku alias Ja Myung aman. Ia tinggal di kediaman Wang Hol. Kakak ipar sekaligus isteri Wang Hol, Mo Young Hae, yang memang membenci Ja Shi dan Rae Hee, memilih mendekat ke Ja Myung. Wang Hol berpikir untuk menyelamatkan Ja Myung dengan meminta kepada Chae Ri agar dia bisa menikahi Ja Myung, tapi sayang niatnya ditolak Ja Myung. Pu Ku yang menghilang terang saja membuat gusar Hodong. Betapapun dia memaksa orangtua angkat Pu Ku dan Heng-kai bicara, tetap saja mereka tutup mulut. Lalu dia mendengar kabar Pu Ku berada di Nangnang, akan menikahi Wang Hol (padahal sebenarnya nggak, sih). Ia pun nekat ke Nangnang dan hampir tertangkap pasukan Wang Hol—untung ada Rae Hee yang malah mengira Hodong sengaja datang ke Nangnang untuk menemuinya. Mengira Pu Ku benar-benar dinikahi Wang Hol, Hodong memiliki dendam kesumat pada Nangnang. Ia lalu mengatur strategi dengan Daemusin——seolah-olah Daemusin membenci puteranya, hingga menyuruhnya mengasingkan diri di tempat yang dipenuhi prajurit-prajurit yang bermental ‘berontak’. Bersamaan itu Chae Ri mengatur siasat agar Ja Myung terhindar dari kematian dan kemarahan rakyat. Sengaja mengatur agar ‘Pu Ku’ dihukum minum racun (yang sebenarnya kadar racunnya sudah dikurangi) di hadapan para pejabat istana. Tapi Ja Shi dan Chi So malah menambah dosis racun itu—–untungnya terlihat oleh seorang pendeta wanita yang akan memimpin upacara itu. Lagi-lagi untuk kesekian kalinya Ja Shi selalu ceroboh dalam menjalankan rencana kejinya—–ada saja orang lain yang melihat perbuatannya. Di hadapan umum, Pu Ku dinyatakan meninggal. Tubuhnya lalu dibawa oleh si pendeta wanita yang langsung menyembunyikannya dalam biara, dibantu Heng-kai dan orangtua angkat Pu Ku. Selama beberapa tahun Ja Myung menjadi murid si pendeta wanita—–tak pernah meninggalkan biara hingga akhirnya suatu hari dia diberi berkat bisa melihat mimpi di masa depan. Dalam mimpinya, Nangnang jatuh di tangan Hodong yang memimpin perang. Mimpi itu terus berulang-ulang, hingga membuat Ja Myung resah. Ja Myung yang kini menjadi pendeta wanita lalu meminta Chae Ri membuat satu drum ajaib besar yang terbuat dari kulit kerbau—–yang akan dijadikannya sebagai barang pusaka Nangnang yang selama ini disembunyikan dari umum. Drum Ja Myung yang akan berbunyi jika kerajaan lain datang menyerang Nangnang.
Pekerjaan rahasia ini hanya diketahui Chae Ri, orangtua angkat Ja Myung, Heng-kai dan segelintir pejabat istana yang dipercaya. Bahkan Ratu Mo Ha So, Ja Shi dan Rae Hee pun tidak tau menahu soal drum ajaib ini. Kemunculan tiba-tiba Ja Myung membuat Ja Shi dan Rae Hee terkejut—lebih-lebih setelah dia diangkat menjadi pendeta tertinggi Nangnang yang ‘setiap kata dan tindakannya’ adalah sama dengan Chae Ri. Artinya setiap pejabat, keluarga kerajaan dan rakyat harus patuh kepadanya. Hal ini membuat gusar Ja Shi dan Rae Hee.

Hodong akhirnya menjalankan rencananya. Setelah pura-pura akan dibunuh oleh prajurit yang diperintah Daemusin hingga melarikan diri ke Nangnang lalu diterima oleh Chae Ri dengan ‘welcome’. Ia lalu diangkat sebagai anak angkat Chae Ri dan diijinkan menikahi Rae Hee. Hodong lalu mengetahui Pu Ku masih hidup. Dan mengapa dia bisa tinggal di istana? Dan betapa kagetnya dia mengetahui Pu Ku kini menjadi pendeta Nangnang. Hodong yang kesal meminta penjelasan Pu Ku kenapa dia meninggalkan dirinya, dan mengapa Nangnang begitu penting baginya. Tapi Ja Myung tetap merahasiakan jati dirinya, hingga membuat Hodong bertambah kesal—–apalagi Ja Myung tau niat Hodong untuk menikahi Rae Hee adalah untuk menghancurkan Nangnang. Hodong yang marah tanpa sadar malah berujar—-jika dia berhasil merebut Nangnang, dia kan membawa paksa Pu Ku ke Goguryeo untuk menjadi isterinya. Kepada pengawal setianya, Hodong meminta diadakan penyelidikan secara diam-diam, mengapa Pu Ku bisa memperoleh posisi tinggi tersebut, pasti lah orang tua aslinya bukan orang sembarangan (tapi sepertinya tidak berhasil). Daemusin beralasan menyerang Nangnang karena Chae Ri lancang telah melindungi Hodong. Tidak disangka Drum Ja Myung berbunyi lantang ke seluruh penjuru negeri dengan suara yang begitu memekakkan telinga, hingga membuat gentar pasukan Daemusin dan membangkitkan keingintahuan Hodong seperti apa rupa drum ajaib itu. Lalu Hodong menikahi Rae Hee. Meski sedih, Ja Myung menyimpan kelukaannya itu seorang diri. Ada kesepakatan bersama antara Hodong-Pu Ku jauh sebelum mereka berpisah dulu, jika Pu Ku ingin bertemu dengan Hodong, maka yang perlu dilakukan Pu Ku adalah meniup peluit (pemberian Hodong) yang sebenarnya adalah peluit pemanggil elang. Maka betapa pun jarak antara mereka, Hodong pasti mendengar panggilan itu dan akan datang menemui Pu Ku. Tidak disangka-sangka Ja Myung meniup peluit itu. Hodong yang sedang di dalam kamar bersama Rae Hee, mendengar suara peluit itu—-diam-diam meninggalkan Rae Hee yang tertidur (padahal tidak) dan menemui Ja Myung.



Ternyata alasan Ja Myung meniup peluit itu karena melihat ada elang yang terbang mengitari istana, dan dia mengenali elang itu adalah peliharaan pengawal Hodong. Rupanya elang itu membawa pesan tersembunyi—yang berasal dari Daemusin yang menginginkan Hodong menghancurkan drum ajaib itu. Ja Myung memerintahkan Hodong membaca isi surat itu. Hodong berpura-pura kalau ayahnya sedang sakit dan ingin dia kembali ke Goguryeo menengoknya. Ja Myung langsung marah dan menarik pedangnya karena tau isi surat itu (dia sudah belajar membaca, sih, sejak menjadi murid si pendeta wanita). Hodong yang tak gentar malah balik menantang Ja Myung agar mau membunuhnya. Ja Myung benar-benar serius—hingga Hodong marah, sekali lagi menanyakan menapa Nangnang begitu berarti bagi Pu Ku. Lalu Ja Myung menjawab, kalau dia adalah saudara Rae Hee, puteri raja Chae Ri dan Ratu Mo Ha So—-dan sudah kewajibannya melindungi Nangnang dari Goguryeo. Seluruh tubuh Hodong langsung lemas. Tapi dia tidak bisa melupakan rencananya semula untuk menghancurkan Nangnang, maka dengan alasan Daemusin sakit, Hodong meminta Rae Hee datang ke Goguryeo menjenguknya.
Tidak disangka Daemusin meminta Rae Hee menghancurkan drum Ja Myung jika benar-benar menginginkan rakyat Nangnang selamat. Demi membuktikan kesetiannya pada Hodong, dan meski mengetahui suaminya tidak mencintai dirinya, dia menyanggupi permintaan Hodong dan Daemusin. Rae Hee kembali ke Nangnang, dimana Ja Myung sudah menyadari maksud kakaknya itu. Akhirnya dua bersaudara itu saling mengangkat senjata. Ja Myung yang lengah akhirnya ditusuk oleh tusuk rambut Rae Hee (persis di tempat yang sama ketika Ja Shi berniat membunuhnya dulu). Sekali lagi Ja Myung hampir dimbang kematian.
Rae Hee lalu menghancurkan drum ajaib itu, yang ternyata didalamnya berisi ratusan kelelawar yang sengaja dipelihara Ja Myung. Rupanya bunyi drum yang memekakkan telinga itu bukan lain keributan yang dibuat kelelawar-kelelawar itu setelah elang peliharaan Ja Myung masuk ke dalam tempat tersembunyi drum itu (lewat perintah peluit Ja Myung) dan mengejar-ngejar mangsanya di dalam drum itu. Kepak-kepak sayap kelelawar-kelelawar itu yang menghasilkan bunyi yang keras.


Sementara itu Goguryeo berhasil menjatuhkan Nangnang. Penyesalan Rae Hee tidak ada habis-habisnya. Selain ayahnya—-Chae Ri harus dipenggal mati (oleh Hodong), dia pun dimusuhi oleh rakyat Nangnang. Rakyat yang gusar melemparinya dengan batu hingga tewas bersama Ratu Mo Ha So yang bersikeras melindungi Rae Hee.

Hodong kehilangan jejak Ja Myung untuk kedua kalinya. Suatu hari grup kesenian orang tua angkat Ja Myung mempertunjukkan pertunjukan semacam wayang di hadapan tamu-tamu, termasuk Hodong dan paman-bibinya. Pertunjukan wayang itu mengisahkan tentang kerajaan Nangnang, kedua puteri Nangnang, Hodong dan drum ajaib itu.



Tidak disangka Hodong menemukan tempat persembunyian Ja Myung yang tidak lain di bawah gedung pertunjukan itu. Tapi Ja Myung malah gusar dan berniat membunuh Hodong atas apa yang menimpa keluarganya. Sempat damai sejenak, tapi tiba-tiba pasukan kerajaan Goguryeo datang. Karena tidak ingin Ja Myung mati di tangan mereka, Hodong lantas memeluk Ja Myung, lalu mengeluarkan pedangnya menusuk tubuh mereka hingga tembus.

Sebelum meninggal Hodong berkata: "jika di kehidupan akan datang, dia ingin bertemu Ja Myung lagi dan mencintai Ja Myung seperti sekarang", tapi Ja Myung dengan senyum perih malah berkata:"bahwa di kehidupan sekarang dia sudah menerima cinta yang banyak dari Hodong dan menginginkan di kehidupan berikutnya bisa menjadi ibu Hodong hingga bisa memberinya cinta yang banyak, yang tidak bisa Hodong terima karena kematian ibunya semenjak dia kecil dulu, dan Hodong harus memberikan cintanya pada Rae Hee yang tidak bisa diberikannya di kehidupan sekarang"

Lalu keduanya meninggal bersamaan. SAD ENDING (seperti Queen Seon-Deok-BiDeok).

credit : luvkoreandrama dengan sedikit gubahan,sbs.co.kr

NB : Untuk memahami cerita sebaiknya tonton dulu Jumong kemudian The Kingdom of the Winds baru Ja Myung Go agar lebih mengerti :)

Baca : Sinopsis Ja Myung Go Episode 1

BACA JUGA SINOPSIS LAINNYA



0 comments:

Post a Comment


Friend Link List