Recent Post


[Sinopsis] Protect The Boss Episode 2

Do you want to share?

Do you like this story?



Pagi ini, Ensul sudah standby di meja kerjanya, ia pun menyambut kedatangan Jihun dengan semangat, namun yang disapa melengos pun tidak. Karena Eunsul tidak juga berhenti ngomong, Jihun pun mendekatinya dengan wajah menyeramkan sehingga Eunsul salah tingkah.

“Wajahmu membuatku bad mood”seru Jihun kemudian ia meminta CV Eunsul pada pegawai di sebelah Eunsul. Ia pun membacanya lalu tersenyum sinis, “kamu nakasan”serunya kepada Eunsul sehingga membuat Eunsul kaget.

Jihun bergegas meninggalkan Eunsul, kemudia Muwon muncul dan menyapanya. Namun Jihun malah bertanya apakah Eunsul “Nakasan”Muwon. Muwon mencoba menjelaskan kalau Ensul adalah sekretaris pilihannya untuk Jihun, namun Jihun malah ngoceh ga karuan, dan menuduh Eunsul seorang mata-mata yang dikirim untuk mengawasinya.

Muwon tertawa mendengar tuduhan Jihun, ia pun berargumen untuk apa ia mengirim mata-mata, sehingga percakapan mereka pun berubah menjadi adu mulut. Jihun mendekatkan wajahnya ke Muwon, Muwon menantangnya, sehingga mereka terlibat dalam adu pandang yang seru, kekeke. Hal ini membuat Eunsul berinisiatif maju menengahi mereka. Ia menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi, ia berkata kalau direktur Cha Muwon memilihnya karena keunikan yang dimilikinya. Hal ini membuat Jihun bertanya keunikan itu, sehingga Eunsul kebingungan menjawabnya. Muwon hanya tersenyum simpul mendengarnya. Jihun kesal, ia pun mengusir Eunsul dari kantor.

Malam harinya, Myungran mengadakan makan-makan untuk merayakan hari pertama kerja Eunsul. Eunsul hanya bisa meratapi nasibnya, ia pun bercerita tentang doanya di gereja, kuil, dan masjid. Harapannya menemukan pekerjaan, dan bertemu bos yang baik.

Myungran menyemangatinya, mereka pun minum bersama sambil tertawa. Eunsul pun menyampaikan keinginan untuk mengubah doanya yaitu semoga ia bisa bertahan dan tidak gampang menyerah dan bisa mengalahkan Cha Jihun.

Keesokan harinya, Jihun memasuki kantor, namun langkahnya tiba-tiba terhenti ketika melihat Eunsul ada disana. Ia pun berlalu dengan cuek, Eunsul menyapanya, namun Jihun membalasnya dengan bantingan pintu. Dan hal ini terjadi berhari-hari, sampai akhirnya Eunsul memutuskan masuk ke ruangan Jihun, namun sialnya saat ia hendak masuk, Jihun membuka pintu sehingga Eunsul terdorong pintu dan terjatuh. Jihun kaget, ia pun memandangi Eunsul sambil memainkan pipinya lalu ia pun berucap,“kau ingin melanjutkan pekerjaanmu untuk Cha Muwon yang telah memilihmu?”

Eunsul kaget, lalu Jihun pun menyuruh Eunsul mencobanya, Eunsul makin kaget tidak percaya, ia pun membungkuk 2x mengucapkan terimakasih, dan Jihun menyuruhnya membungkuk lagi. Eunsul sangat senang, ia pun berjanji akan bekerja lebih giat lagi. Jihun pun menjelaskan pekerjaan Eunsul, ia tidak suka kalo mengulang perintah, ia pun meminta Eunsul mengangkat hp sebelum dering yang ke dua. Ia meminta udara di ruangannya segar, pencahayaan, suhu, design interior, ac, dan bersih-bersih ruangan. Eunsul mendengarkan dengan semangat walaupun terlihat ia ga ngerti, karena Jihun bicara terlalu cepat. Jihun kembali meneruskan komandonya, ia meminta Eunsul berdandan yang rapih, menyiapkan kopi dll.

Eunsul kembali ke mejanya dan bersiap menulis apa yang didengarnya tadi, namun telpon berdering yang tak lain dari Jihun yang meminta dibelikan makan siang, Jihun mengucapkan daftar makanan yang ingin dimakannya dengan cepat, sehingga Eunsul kelabakan menulisnya. Kejadian seperti ini terulang esoknya, Eunsul sedang bersusah payah membawakan pesanan si Bos, namun lagi-lagi Jihun menelpon dan memberi perintah sehingga pekerjaan Eunsul tidak ada yang beres.

Eunsul membawakan burger berisi wortel untuk Jihun. Jihun menatap burger, “aku sudah bilang, aku benci wortel”, ia pun menyentil wortel kearah wajah Eusnsul sehingga mengenai Eunsul. Eunsul berusaha sabar menghadapi Jihun. Eunsul menyiapkan es teh, dan selalu saja ada salah untuk Eunsul. Dalam fikiran Eunsul, ia berkhayal bisa memukul kepala Jihun, namun yang keluar ia tetap bersikap manis dan menuruti semua perintah Jihun.

Jihun menghempaskan tubuhnya ke kasur, ia stress memikirkan Eunsul yang tidak mau menyerah juga.

Di kamarnya, Eunsul pun menghempaskan tubuhnya ke kasur, sehingga Myungran terganggu. Myungran menyuruh Eunsul ganti pakaian, Eunsul malah terbangun dengan mengigau menjalankan perintah Jihun. Myungran prihatin terhadap keadaan Eunsul, ia pun mengajak Eunsul mandi bersama. Sambil mandi mereka berscerita tentang betapa pinginnya mereka membunuh Jihun. Ketika sedang asyik menyusun rencana membunuh Jihun, Hp Eunsul berdering, ia pun mengamabil Hpnya dengan hati-hati, namun sialnya Hp ny malah tercebur ke dalam bak. Ia pun menjerit histeris.

Di kantor, Jihun memarahi Eunsul, ia kesal sekali karena teleponnya tidak diangkat Eunsul. Eungsul ketakutan. Jihun pun menuduh Eunsul ke sauna, Eunsul tidak bisa mengelak, Jihun mengomentari mata, dan wajah Eunsul, Eunsul diam saja, Jihun pun bertanya, “kenapa kamu diam saja?”.

“Karena kau bilang aku tidak boleh menjawab perkataanmu”jawab Eunsul dengan polos. Jihun mendesah kesal. Jihun pun mengajak Eunsul meeting.

Dalam ruangan meeting, Muwon menjelaskan proyek dengan percaya diri, sementara itu Jihun sibuk menulis tidak jelas, sesekali ia tampak berfikir keras, semakin lama ulah Jihun semakin mencolok, sehingga menarik perhatian Chairman Cha. Ia meminta Jihun menjelaskan ulang materi rapat, Jihun yang sedang sibuk menulis, tidak mendengar perintah ayahnya , sehingga paman sebelah menegurnya. Jihun menjawab sekenanya sehingga Chairman marah dan membentaknya.

Jihun keluar ruangan diikuti Muwon, ia menanyakan bagaimana kabar Eunsul bersama Jihun, Jihun pun kesal lalu ia berkata, “pernah dengar potongan kalimat dr Slumdunk?, musuh harus menyelesaikan masalahnya sendiri”. Muwon kesal ia pun meninggalkan Jihun. Jihun hendak berjalan, namun ia menemukan tisu, ia mengambilnya dan meletakkannya dalam tong sampah.

Di rumahnya, Eunsul merapihkan dapur sambil menyemangati dirinya dan pekerjaannya, lalu tiba-tiba telepon bordering, ia berlari dan mengangkat telepon, ia pun menyapa orang di seberang dengan sebutan direktur. Dan ternyata yang menelpon Chairman.

Di dalam kantornya, Chairman menanyakan keadaan Jihun pada Muwon, ia berharap Jihun bisa memperbaiki image nya sehingga orang-orang disekitar mempercayainya dan bisa melanjutkan perusahaan. Muwon hanya mengangguk mengiyakan kata-kata Chairman. Chairman berkata lagi bahwa ia tidak khawatir dengan Muwon, karena Muwon mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga Muwon bisa meneruskan perusahaan ibunya. Dan mendengar ini Muwon langsung terdiam, dan rona wajahnya berubah. Chairman masih meneruskan kata-katanya, “perusahaan itu adalah peninggalan ayahmu, sebagai anaknya, sudah menjadi kewajibanmu untuk meneruskannya?”. Muwon tersenyum lagi dan berkata, "tentu. Mengenai Jihun, jangan khawatir, aku akan memikirkannya baik-baik”. Muwon pun pergi meninggalkan ruangan, setelah membelakangi Chairman, senyumannya pun menghilang.

Eunsul masuk ke dalam ruangan Chairman, ia duduk dengan tegang. Chairman menyapanya kenapa ia kelihatan nervous dengan nada setengah membentak. Dan hal ini membuat Eunsul makin stress. Chairman pun memarahi Eunsul, ia tidak terima dengan pekerjaan Eunsul yang masih belum bisa mengatur bos nya membiarkan bos nya datang terlambat ke kantor setiap hari. Eunsul kebingungan ia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Chairman pun meminta Eunsul untuk datang tiap hari ke rumah nya sebelum jam 9.00 dan membangunkan bos nya(JIHUN) supaya tidak terlambat lagi ke kantor. Chairman pun meminta Eunsul menjaga Jihun agar tidak keluar kantor. Eunsul yang masih tegang pun menyanggupi pekerjaannya. Namun Eunsul meminta izin mengatakan suatu kebenaran. Chairman pun tertawa mendengar keinginan Eunsul, ia pun mempersilahkan Eunsul berbicara. Eunsul dengan polosnya mengatakan, “ini semua karena Chairman tidak melakukannya, itulah kenapa kamu menyuruhku untuk melakukannya, benarkan?”. Chairman pun berdalih karena ia sibuk. Eunsul masih kebingungan, Chairman mendesaknya mengatakan idenya, namun Eunsul tampak stress. Chairman pun tertawa ia mengatakan kalo Eunsul bodoh, jaman kuliahnya pasti memiliki prestasi yang jelek. Eunsul makin salah tingkah, ia berdalih bahwa semua manusia memiliki sisi buruk. Chairman pun tertawa, ia mengatakan kalo dirinya dan Eunsul memiliki kesamaan. Akhirnya mereka berdua pun tertawa bersama.

Keesokan harinya, Eunsul mendatangi rumah Jihun. Seorang bibi pembersih taman mengantar Eunsul menemui Jihun. Si bibi pun bertanya apa tujuan Eunsul datang. Eunsul berkata bahwa mulai hari ini ia akan membawa si Bos datang ke kantor tepat waktu. Si Bibi meragukan Eunsul, dan Eunsul pun mulai menunjukkan kenarsisannya. Ia pun menyemangati si bibi. Si bibi hanya tertawa melepas kepergian Eunsul.

Eunsul sudah tiba di depan kamar Jihun. Pelayan memperingati bahwa tidak ada satu orang pun yang bisa membangunkan Jihun. Eunsul mulai mengetuk pintu kamar, 1x-2x namun tidak ada sahutan. Ia pun membuka pintu kamar, ia masuk ke dalamnya sambil meminta izn. Dan mulai mendekati tempat tidur Jihun. Ia pun membangunkan Jihun, bukannya bangun, Jihun malah membalikkan badan dan menarik selimut sehingga celana dalamnya kelihatan, Eunsul sibuk membuang muka, sampai akhirnya Jihun terbangun dan kaget melihat ada Eunsul disana. Jihun pun mulai teriak-teriak sambil mencoba menutupi celananya.

Jihun pun beranjak mandi, dalam kamar mandi ia kesal dan memaki Eunsul. Sementara itu Eunsul sibuk mengagumi interior kamar Jihun. Lalu ia melihat stand karakter yang mirip sekali dengan dirinya, lalu melihat sebelah sepatunya diatas meja tepat di depan stand karakter tadi. Ingatan Eunsul pun melayang ke peristiwa malam itu. Ucapan Muwon dan terakhir komentar Jihun tentang gaya rambutnya.

Eunsul pun terduduk lemas di lantai. Ia melempar sepatu tadi, dan tepat saat itu Jihun sedang menuju ke arahnya.

“Apa yang kau lakukan”seru Jihun. Ia bertanya apakah sepatunya pas dengan ukuran kaki Eunsul. Eunsul pun dengan cepat mengatakan tidak. Jihun mengambil sepatu tadi dan meletakkannya diatas meja, “kamu tidak boleh menyentuh ini, ini merupakan bukti penting, aku harusnya memfotonya, selain gulungan rambutnya, aku tidak bisa mengingat apapun”ucap Jihun. Eunsul pun semakin stress. Jihun pun melepar anak panah ke stand karakter tadi dan tepat mengenai pundak. Ensul pun seperti merasakan sakit tusukan panah di karakter tadi. Jihun pun terus-terusan melemparkan anak panah nya sambil ngomel-ngomel tentang kejadian malam itu, Eunsul pun hanya bisa mengelus-elus dadanya. Jihun pun berjanji akan menangkap wanita itu, karena ia telah menghancurkan reputasinya, menggagalkan projektnya, dan menyebabkan ia di hukum oleh ayahnya.

Eunsul memcoba melakukan pembelaan, “jika orang itu tahu ia menyebabkan direktur Cha menderita, aku yakin, orang itu akan sangat sedih juga, jadi aku harap, sedikit saja, maafkan dia”.

“Maafkan?”seru Jihun sambil membelalakkan matanya.

“Jangan maafkan, jangan maafkan dia, kamu harus menangkapnya!”ucap Eunsul gelagapan.

“Baiklah, kita harus menangkapnya, Eunsul, kamu harus berusaha menangkapnya”perintah Jihun pada Eunsul. Sementara Eunsul masih menyembunyikan kepanikannya, “apa?”serunya kaget.

“Jangan ceritakan pada siapapun yang telah aku ceritakan padamu, aku tidak peduli kau pakai cara apa, atau menyelidiki diam-diam, kamu harus menangkapnya!”seru Jihun seraya melemparkan sepatu tadi kepada Eunsul.

Jihun dan Eunsul pergi ke kantor bersamaan, Eunsul masih terlihat cemas, sehingga Jihun berfikir Eunsul tidak bahagia karena bekerja full time untuknya. Eunsul pun mengatakan ia sangat senang bekerja fulltime. Jihun memintanya besok-besok untuk permisi dulu sebelum masuk kamarnya. Eunsul mengatakan ia akan hati-hati dan tidak akan melihat underware Jihun lagi. Sontak saja Jihun menghentikan langkahnya dan menutup mulut Eunsul. Hal itu terlihat oleh Chairman, sehingga Chairman membentak Jihun. Mereka pun akhirnya berada dalam 1 lift.

Di dalam lift Chairman, mengancam apabila esok mereka berdua telat lagi, maka Chairman akan memecat mereka. Dengan tanpa dosa Jihun mengatakan kalau ayahnya juga datang terlambat. Dan hal ini membuat Chairman marah, “aku melakukan tugas sosial, kurang ajar kamu!”serunya kemudian menendangi bokong Jihun, anak buah Chairman sibuk menyuruh Eunsul menutupi CCTV, Eunsul pun naik ke atas punggung asisten tadi untuk menutupi CCTV.

Jihun berusaha complain tentang adanya Eunsul di rumahnya, namun Chairman justru makin menendanginya. Eunsul pun akhirnya memisahkan mereka berdua. Chairman menyuruh Eunsul menyingkir, namun sebelum Eunsul beranjak, tangan Chairman sudah mendarat di pipi Eunsul. Semuanya terperangah.

Eunsul, Jihun, dan Chairman berbicara di ruangan, Chairman mencoba memberikan cek sebagai permintaan maafnya kepada Eunsul. Namun Eunsul menolaknya, ia memohon kepada Chairman kejadian ini akan menjadi penebus baginya suatu hari nanti apabila ia (Eunsul) melakukan kesalahan, dan menukarnya menjadi maaf. Chairman tertawa, Eunsul memandangi amplop tadi, Chairman pun mengira Eunsul menyesal menolak amplop tadi. Seperti biasa Eunsul mulai ngeles, “ jika kamu memberikan uang, ada bagian kecil hatiku tidak menolaknya”.

Eunsul pun keluar ruangan bersama Jihun dengan girang, uang tadi sudah di tangannya, namun sesaat ia terdiam. Jihun heran kenapa ia diam, ia bertanya apakah Eunsul sakit kepala. Ia menyuruh Eunsul berobat. Eunsul justru mengatakan ia tidak perlu berobat karena bekas tamparan tadi bisa diobati dengan air ludah. Jihun pun meninggalkan Eunsul.

Jihun duduk termenung di ruangannya, ia teringat kejadian dalam lift saat Eunsul berusaha melerai, ada sebuah kalimat Eunsul yg mengusik hati Jihun, yaitu, “dia adalah bosku, sudah sepantasnya aku membelanya, Chairman”. Jihun pun bergerak ingin menelpon Eunsul, namun tidak jadi. Ia pun keluar ruangan mencari Eunsul.

Diluar ternyata Eunsul sedang di bully oleh rekan kerjanya,(seniornya), Jihun pun bergumam pelan, “dia sekretarisku, bukan sekretarismu”.

Eunsul membuatkan kopi pesanan seniornya tadi, Si senior pun meninggalkan Eunsul dan berjalan melewati Jihun . Jihun berniat menghalangi mereka namun tidak jadi. Yang ada ia malah berteriak memanggil Eunsul, “Noh Eun Sul”. Eunsul pun berlari mendekati Jihun yang ternyata berdiri tidak jauh dari meja senior tadi.

“Siapa yang menyuruhmu bergerak dari mejamu? Bukankah aku sudah bilang sebelumnya, apapun yang terjadi kau harus tetap ditempatmu. Apakah aku minum teh? Kopi? Lalu apa yang kau cuci? Bila kau lakukan ini lagi, maka aku akan menukar pekerjaanmu menjadi tukang cuci”seru nya dengan nada galak ke arah 2 senior tadi. Ia meminta Eunsul mencopot sarung tangan dan meninggalkan kegiatan mencucinya tadi, karena akan banyak bakteri . Eunsul dengan polos mengatakan ia telah mendisinfektan tempat tadi. Sehingga Jihun kesal, ia pun marah sambil loncat-loncat di depan kedua senior Eunsul tadi.

Jihun memasuki ruangan nya dengan gaya emosinya, Eunsul dan 2 orang seniornya hanya saling pandang.



Eunsul pun membersihkan ruangan Jihun, Jihun pun berpura-pura memberantaki mejanya dan mengatur Eunsul bersih-bersih, Eunsul pun dengan sigap mengikuti perintah bosnya. Lalu Eunsul mengeluarkan kotak obat dari laci meja, Jihun pun berteriak “obat-obat” (maksud hati mau kasih tahu Eunsul itu obat untuk dia, tabi karena salah tingkah, Eunsul ga ngerti). Jihun pun memukul dahinya karena Eunsul ga ngeh dengan obat di depannya, lalu Jihun pun mendekati kotak obat, memindah posisi salep dan berkata, “obat-obat” lalu duduk di kursi membelakangi Eunsul, dan kali ini Eunsul mengerti, “apakah kau mengkhawatirkan aku?”. Jihun pun pura-pura tidak peduli, kekeke.



Eunsul mengusapkan salep ke luka di pipinya, Jihun mengamati nya dengan rasa tidak puas, ia pun berkomentar lalu maju mendekati wajah Eunsul dalam jarak beberapa cm dan mengoleskan salep pada lukanya, aisshhh, kalo aku jd Eunsul, deg-degan tuh….Jihun konsentrasi mengusapkan salep sambil memainkan pipi Eunsul, lalu mereka saling pandang dan…… eits sama-sama menghindar dengan mendorong tubuh mereka untuk saling menjauhi, (pasti dah berfikiran yang tidak-tidak).

Jihun meminta Eunsul untuk mendekat supaya bisa diobati, dan Eunsul pun menurut, kali ini dengan jarak 1 meter dan saling membuang muka, lalu Jihun pun sibuk meminta tissue, handytizer, dan meminta tangannya dibersihkan, Eunsul pun dengan sigap membersihkan tangan bosnya.

Jihun menerima telepon dari seseorang yang mengatakan telah menemukan wanita dengan gulungan rambut, Jihun terperanjat, Eunsul yang berada di dekatnya pun mendekat untuk menguping. Jihun berteriak kegirangan karena telah menemukan informasi tentang si gulungan rambut, sedangkan Eunsul menanggapi kegirangan bosnya dengan harap-harap cemas. Ia pun meminta izin ke kamar mandi.

Eunsul menghambur ke luar ruangan, ia turun mencari pria pembawa informasi untuk Jihun, setelah menemukan pria tadi, Eunsul pun merampas map yang ada di tangan pria itu, dan menghajarnya, ia mengancam pria itu untuk tutup mulut. Karena kecerobohan Eunsul itulah si pria akhirnya tahu kalo Eunsul adalah si wanita gulungan rambut.

Eunsul pun ke ruangan Jihun, ia menjelaskan kesetiaannya untuk melayani Jihun, Jihun heran karena Eunsul sudah mengatakan sebelumnya, namun Eunsul tetap berbicara. Akhirnya Jihun mengajak Eunsul pergi.

Mereka pergi ke swalayan, disana Jihun sudah di sambut oleh jajaran managernya dan disalami, kali ini tugas Eunsul memberikan handytizer setiap kali Jihun habis salaman. Jihun mengeluhkan banyaknya orang, lalu ia pun mengeluh haus, Eunsul segera berlari mencari air minum meninggalkan Jihun sendirian.

Jihun berteriak-teriak memanggil Eunsul, lalu lewat lah segerombol ibu dan anak, Jihun pun ketakutan, ia mencoba menelpon Eunsul, semakin mendekat, Jihun semakin terlihat stress, ia kesulitan bernafas, ia pun mencoba latihan menghadapi ketakutan yang pernah di pelajarinya sambil sesekali memanggil nama Eunsul, dan sampai akhirnya Jihun hampir tumbang. Beruntung Eunsul cepat datang dan menangkap Jihun, Jihun pun pingsan di pelukan Eunsul. Begitu sadar ia langsung mendorong tubuh Eunsul.

Jihun pulang ke rumahnya, ia pun gelisah tak karuan, membayagkan pelukan Eunsul, ia pun mencoba mengusir bayangan itu.

Di rumah Eunsul, ia sibuk berselancar di google mencari tips untuk mengatasi kecemasan yang menyerang Jihun. Myungran mengamatinya dari tempat tidur. Lalu Myungran pun berteriak," hah kau menemukan sepatumu?”tanya nya begitu melihat sepatu Eunsul yang ia bawa dari rumah Jihun. Eunsul pun mulai merengek.

Keesokan harinya, Eunsul datang untuk merapikah ruangan Jihun, ia pun mencoba memuka laci Jihun yang penuh obat, kemudian Jihun datang sehingga Eunsul mengurungkan niatnya. Eunsul pun berbasa-basi memberi tahu apa yang di bawanya untuk Jihun yaitu berupa tiket makanan dan beberapa news. Jihun mendekati tumpukan tiket dan news tadi. Dan seperti biasa, Jihun mengomel di pagi hari karena Eunsul salah beli tiket.

Eunsul pun keluar ruangan membawa tiket tadi sambil mengeluh, di depannya tampak Muwon berjalan ke arahnya. Muwon pun tersenyum kepada Eunsul.

Muwon membawakan kopi untuk Eunsul yang sudah lebih dulu duduk di taman, Muwon menanyakan pekerjaan Eunsul dan Eunsul pun mengeluh kalau ia selalu melakukan kesalahan. Muwon pun meledekinya dengan kesalahan membeli tiket makan hari ini. Muwon pun menghibur Eunsul dengan mengatakan kalau semua orang pernah melakukan kesalahan. Eunsul pun berterimakasih karena Muwon selalu berada di sisinya, menolongnya , dan menyemangatinya. Muwon pun tersenyum dan mengatakan ia juga berterimakasih, karena Eunsul dia juga bisa mempelajari sesuatu. Eunsul pun menanyakan kondisi Jihun.

“Apakah direktur Cha JiHun sakit?”tanya Eunsul.

“Kenapa? Apakah ia terlihat tidak sehat?”

“Tidak, hanya saja insiden kemarin…”

“Insiden kemarin?”

“Ah tidak, hanya terfikirkan sesuatu hal, itu bukan masalah besar”seru Eunsul mengelak. Muwon pun tersenyum.

“Oke kalau begitu, semangat. Jangan menyerah karena hal kecil. Legenda Bosamdongryu, semangat!”seru Muwon. Eunsul pun menyemangatinya dan tersenyum.

Muwon meminta salah satu karyawannya untuk mengecek catatan kesehatan Jihun. Karyawan itu menjelaskan kalo Jihun menderita penyakit Neuropsychologi yang disebut gangguan kecemasan. Karena gejala masing-masing orang penderita gangguan kecemasan berbeda-beda, aka karyawan tersebut tidak bisa mengecek gejala spesifik yang dialami Jihun. Muwon pun teringat tingkah-tingkah laku Jihun yang suka gupek sendiri. Muwon pun menyuruh orang karyawan tadi pergi.

Di ruangan meeting, Muwon melakukan presentasi, seperti biasa Jihun sibuk memainkan tabletnya bukan memperhatikan Muwon. Dalam presentasinya, Muwon menyarankan direktur Cha menjadi pemberi pidato pada acara Ulang tahun perusahaan. Chairman kaget, begitu juga Jihun. Ia langsung memandangi Muwon. Muwon dengan bijak mengatakan kalau Jihun calon penerus, dan ia harus memperbaiki reputasinya, sehingga hal ini bisa menjadi sarana Jihun. Peserta meeting pun setuju. Chairman bertanya pada Jihun, “lalu bagaimana pendapat mu? Tidak, aku tidak peduli yang kamu fikirkan. Apapun alasannya kamu harus melakukannya!”. Jihun menolaknya, sehingga Chairman mengeraskan nada bicaranya. Jihun semakin menolak lalu meninggalkan ruangan meeting.

Chairman kesal, ia pun mengikuti Jihun sampai ke ruangan. Jihun tetap menolak, Chairman berkata,”Hanya kamu, hanya kamu yang bisa meneruskan kesuksesanku, sejak kita kehilangan abang mu, hanya kamu yang tersisa di dunia ini,aku tidak memaksakan mu untuk menjadi lebih baik dari siapapun, aku hanya ingin kamu menjadi baik seperti yang lain”.

“Keinginanmu terlalu tinggi”seru Jihun.

“Jangan biarkan ayah, salah paham lagi”seru Chairman seraya meninggalkan Jihun. Jihun terdiam, Eunsul yang ingin masuk membawakan minuman, mengurungkan niatnya.

Jihun mengantarkan Eunsul pulang, ia mengatakan kalau ia tidak akan masuk kerja beberapa hari ke depan, dan meminta Eunsul untuk istirahat juga. Eunsul bertanya apakah ia perlu datang ke rumah Jihun, Jihun pun kesal mendengarnya.

Di rumah nya, Jihun membuka draft pidato yang diberikan Muwon. Ia mengingat ucapan Muwon saat itu, “aku ingin kau melakukannya dengan baik, itulah harapanku”.

Di kantor, Eunsul sedang rapat membahas acara ulang tahun perusahaan, ia pun meminta izin untuk mengunjungi rumah Jihun. Awalnya seniornya melarang, namun setelah Eunsul mencoba menelepon, mereka pun mengizinkan Eunsul.

Eunsul membuka pintu kamar Jihun, ia melihat Jihun sedang terduduk di meja kerjanya sambil mempelajari draft pidato. Eunsul tersenyum melihatnya, ia pun menutup kembali pintu kamar Jihun. Ia menunggu di depan kamar Jihun, menguping semua yang diucapkan Jihun sampai terkantuk-kantuk. Jihun curiga kenapa pintunya agak terbuka, ia pun mendekati pintu tersebut dan membukanya, ia pun berteriak menyebut nama Eunsul sehingga Eunsul terbangun dan terjatuh di lantai. Jihun menarik Eunsul dan berniat mengusirnya. Namun seperti biasa Eunsul mengomentari cara belajar Jihun, sehingga Jihun pun mengajak Eunsul menemani nya belajar.

Muwon mengunjungi ibunya yang sedang melakukan persiapan dekorasi acara ulang tahun kantor, sementara di rumah Jihun, Jihun bersiap menggunakan pakaian dengan perasaan tak menentu. Eunsul mencoba membantu Jihun dan menyemangatinya. Di perjalanan Jihun sibuk menghapal pidatonya.

Dan saatnya pun tiba, Jihun memberikan pidato sambutan, tepuk tangan hadirin terdengar riuh menyambutnya. Jihun dengan gupek maju ke atas podium, ia mengamati semua wajah di hadapannya, ia pun memulai pidatonya dengan perlahan, lalu muncullah mantan pacarnya, Jihun terdiam, hadirin ribut, Jihun gemetaran, ia pun meminta Eunsul melanjutkan pidato nya. Semua hadirin kaget, Eunsul lebih kaget, namun ia bergegas maju ke podium.

Jihun berlari meninggalkan auditorium, di ikuti oleh mantan pacarnya. Para hadirin sibuk membicarakan Jihun, mereka meremehkan Jihun, sehingga Chairman emosi mendengarnya.

Eunsul menemui Jihun yang sedang main PS di kamarnya, Jihun pun menanyakan kabar pidatonya, Eunsul menawarkan diri bertanding PS dg Jihun.

“Noh Eunsul, kenapa kau tidak mengatakan sesuatu? Bukan kah kau datang pada ku untuk meminta penjelasanku?”seru Jihun.

“Apakah kau perlu menjelaskan?”ucap Eunsul.

“Siapa bilang? Tentu tidak. Hanya ada 1 hal yang perlu aku sampaikan padamu, kalau kamu kesal, menangislah. Mengatakan hal seperti itu membuat mood orang jelek. Oleh karena itu, marahlah padaku!”.

“Kamu ingin menangis? Di depanku”tanya Eunsul.

“Bukan seperti itu, lupakan, kita hentikan di sini”seru Jihun. Mereka pun melanjutkan permainan.

“Walaupun aku memangis atau tidak, itu hak ku. Kekuatan apa yang aku miliki untuk melakukan itu padamu? Itu juga bentuk pengabdian. Direktur, lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan, oke? Aku akan menghentikan ini sekarang”seru Eunsul.

“Tentu, kau juga sangat gila”seru Jihun.

Chairman memasuki kamar Jihun, sehingga Jihun dan Eunsul kaget, Jihun melanjutkan permainannya, Eunsul berdiri menyambut Chairman. Chairman kesal, ia mencabut PS, ia pun berseru, “apa alasanmu? Tidak peduli bagaimana kau menjelaskan alasanmu, aku tidak akan menerimanya. Tapi aku akan melakukan yang terbaik. Jadi, katakan padaku”.

“Aku tidak bisa seperti itu”seru Jihun sehingga Chairman kaget.

“Aku tidak bisa seperti itu, aku hanya ingin melakukan itu…cukup?”seru Jihun. Hal ini membuat Chairman kesal dan menampar Jihun.

‘"Itulah kenapa, aku katakan beri aku alasannya, walupun itu tidak benar, atau tidak masuk akal, cukup katakan saja, kau benar-benar kurang ajar! Cukup katakan padaku kenapa kamu seperti ini.

“Aku tidak ada yang ingin diucapkan”

“Keluar, keluar dari rumah ini, jangan pernah muncul di hadapanku“seru Chairman. Jihun pun keluar dari kamarnya.

Chairman pun lemas. Eunsul mendekati Chairman, “pasti ada alasannya. Walaupun aku tidak mengerti kenapa. Dan walaupun aku tahu, tapi direktur Cha melarangnya, aku pun tidak akan mengucapkannya. Tapi aku yakin pasti ada alasannya. Itulah yang bisa aku katakan saat ini pada mu”. Kemudian Eunsul pun mohon pamit.

Cha Mu Won sedang makan malam bersama mantan Jihun.

“Walaupun kau tidak mengatakannya sampai akhir, kenapa aku perlu datang?”.

“Aku tahu, kau akan mengatakannya”seru Muwon.

“Oke, kalau begitu mari kita persiapkan, kemudian aku ingin kembali ke sisi Jihun”

Eunsul mengikuti Jihun dari belakang, Jihun meminta nya pergi. Namun Eunsul bersikeras mengikutinya, Jihun pun berbalik ingin memarahi Eunsul, namun Eunsul tidak tampak, Jihun pun sibuk mencari Eunsul, Eunsul yang bersembunyi di balik gerobak pun muncul dan mengageti Jihun. Jihun kaget sampai terjatuh, ia memarahi Eunsul. Eunsul berdalih kalau kakinya lecet, Jihun pun pergi berlalu. Eunsul mengatakan kalau ia akan pergi duluan. Jihun kesal, ia berbalik dan di lihatnya Eunsul mulai jalan berlawaanan arah dengan nya. Jihun pun mengejar Eunsul. Ia mengatakan pada Eusnul kalau ia tidak punya uang dan tidak membawa hp.

Eunsul pun mengajak Jihun naik bus, namun Jihun bilang dia tidak bisa naik bus, Eunsul mencoba menarik ATM, namun ternyata ATM nya hanya berisi beberapa won saja. Akhirnya mereka pun pulang naik taxi menuju rumah Eunsul.

Sesampai di rumah, Eunsul menjelaskan kalau ia tinggal bersama temannya. Jihun mengucapkan terimakasih atas kerja keras Eunsul hari ini, mata nya berkeliling ke seluruh ruangan dan berhenti di sepasang sepatu.

Eunsul mencoba mengikuti pandangan Jihun, dan ia pun berlari mencoba menyembunyikan sepatu tadi.





Written By Saa Rf, Support Piku by April Rf & Ari Rf @pelangidrama

BACA JUGA SINOPSIS LAINNYA



0 comments:

Post a Comment


Friend Link List