Recent Post


[Sinopsis Novel] Putri Huan Zhu/ Huan Zhu Ge Ge 1 Bagian 14

Do you want to share?

Do you like this story?



Judul Asli : Huan Zhu Ge Ge 3: Chen Hsiang Ta Pai
Pengarang : Chiung Yao (Qiong Yao)
Penerbit : Crown Publishing Co., Taipei – Thaiwan.

Judul Bahasa Indonesia: Putri Huan Zhu 3: Indahnya Kebenaran
Alih bahasa : Pangesti A. Bernardus (koordinator), Yasmin Kania Dewi, Tilly Zaman, Wisnu Adi Hartono
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, Desember 1999 (edisi pertama)

Cerita Sebelumnya:
Sejak peristiwa tertikam belati, Qianlong menaruh perhatian besar pada Ziwei. Dia berniat mengangkat Ziwei sebagai selir setelah kunjungan Raja Tibet selesai. Putri Tibet, Saiya, rupanya memilih Erkang sebagai calon suami. Membuat Xiao Yanzi berang dan menuntut Qianlong untuk membatalkan perjodohan tersebut. Dan Qianlong sama sekali tidak pernah menyangka - kalau pada saat inilah kebenaran identitas Ziwei terungkap…

XIV

Ziwei berlutut. Dengan suara jernih dia berkata,

“‘Xia Yuhe itu ibarat setangkai rumput. Sedang pria yang dicintainya ibarat batu karang. Setangkai rumput, takkan mampu menggeser batu karang….’”

Splash!!! Qianlong terhuyung-huyung. Rasanya seperti baru disambar halilintar. Lidahnya kelu. Dia terpaku.

Melihat Qianlong yang tidak bisa berkata apa-apa, Permaisuri segera maju menangani situasi.

“Yang Mulia! Masalah hubungan darah Kekaisaran ini tidak bisa dianggap sepele! Ini benar-benar pencemaran! Sejak semula mereka sudah sangat mencurigakan! Sebenarnya, anak perempuan Xia Yuhe ada berapa? Mengapa keduanya mengaku dari Danau Daming di Jinan? Hal ini harus diusut sampai tuntas!”

Beberapa saat kemudian, Qianlong, Permaisuri, Selir Ling, Xiao Yanzi, Ziwei dan lain-lainnya berkumpul di istana Qianlong. Fuqin dan Fulun juga dipanggil menghadap. Mereka mendengarkan keterangan Xiao Yanzi dan Ziwei dari awal hingga akhir. Xiao Yanzi mengatakan semua sambil berurai air mata.

“Demikianlah keseluruhan kisahnya. Aku sebetulnya hanya kurir Ziwei. Aku bukan Gege. Waktu itu aku kebingungan sehingga tak dapat menjelaskan. Aku selalu menunggu saat yang tepat… tapi saat yang tepat itu tak pernah datang. Aku juga telah mengatakan kalau aku bukan Gege, tapi semua orang termasuk Huang Ama tidak percaya! Orang-orang mewanti-wanti kalau aku berani bilang aku bukan Gege, kepalaku bisa melayang! Membuatku ketakutan hingga tak berani bicara!”

Kali ini Permaisuri benar-benar merasa di atas angin. Dengan sombong dia memperlihatkan wibawanya.

“Pembohong! Aku sama sekali tidak percaya dengan kata-katamu! Xiao Yanzi, kau memang pandai menipu! Semua ini sudah diatur! Kalian semua bersekongkol! Sekarang Ziwei mengaku sebagai Gege, lain kali giliran Jinshuo! Kalian sebenarnya mempersiapkan berapa Putri palsu untuk menjebak keluarga Kaisar? Ayo cepat katakan!”

“Kami sama sekali tidak bermaksud menjebak! Yang kukatakan tadi semuanya benar!” jawab Xiao Yanzi. Ditatapnya Qianlong yang sejak tadi membisu. “Huang Ama! Mengapa Huang Ama tidak bicara apapun?”

Hati Qianlong seperti dipukul hingga hancur berkeping-keping. Pukulannya terasa sampai ke atas kepala. Dia merasa sangat kacau, tak dapat berpikir jernih.

Ditatapnya Xiao Yanzi dan Ziwei bergantian. Qianlong sungguh tak tahu bagaimana menempatkan diri dalam masalah ini. Xiao Yanzi sudah terlanjur dikiranya putri Xia Yuhe. Sedang Ziwei telah menempati posisi wanita idaman dalam hatinya. Perubahan ini terlalu mendadak! Semuanya nyaris tak dapat dipertanggungjawabkannya selaku Kaisar…

Akhirnya dengan suara parau Qianlong berkata, “Xiao Yanzi… Ziwei…, aku begitu mempercayai kalian… tapi kalian malah menipuku… mempermainkanku hingga seperti ini… Kalau cerita ini memang benar, kenapa saat Ziwei masuk istana kalian tidak mengungkapkannya padaku?”

Ziwei bersujud. Air matanya berlinangan.

“Yang Mulia! Sebelum saya berhasil menjamin nyawa Xiao Yanzi, bagaimana mungkin kebenaran ini dapat diungkap? Walau saya sangat ingin mengaku, saya juga tak dapat membiarkan Xiao Yanzi mati! Kami tidak punya cara lain! Namun, sebenarnya setiap kali Yang Mulia bertanya soal Ibu, saya diam-diam telah memberi Anda petunjuk!”

Permaisuri khawatir sekali Qianlong akan terbujuk oleh kata-kata Ziwei dan Xiao Yanzi. Dia segera menukas, “Yang Mulia! Anda sudah berbuat salah sekali! Jangan sampai mengulangnya lagi! Mereka telah mempermalukan kita di hadapan tamu negara! Apa Yang Mulia ingin kesalahan ini diketahui seluruh dunia dan semua orang menertawakan Anda?”

Selir Ling menyela, “Paduka Permaisuri, Anda jangan mendesak Yang Mulia! Biarkan Beliau memutuskan masalah ini sendiri!”

Permaisuri menoleh ke arah Selir Ling dan berkata tajam.

“Dari dulu aku sudah bilang Xiao Yanzi ini tidak mungkin keturunan Kaisar! Tapi siapa yang waktu itu dengan yakin mengatakan kalau alis dan matanya mirip Yang Mulia? Kau telah berbuat kesalahan besar, Selir Ling! Orang yang telah menipu Kaisar seperti ini adalah kesalahan yang tidak layak diampuni! Xiao Yanzi harus dihukum mati!”

Qianlong tenggelam dalam amarah. “Fulun, kalian sekeluarga telah mengetahui rahasia ini sejak awal – mengapa tidak memberitahuku?”

Fulun membungkuk ketakutan. “Yang Mulia, ada begitu banyak pertimbangan yang membuat hamba terpaksa menyembunyikannya…”

Fuqin buru-buru menyambung, “Yang Mulia, mohon dengarkan penjelasan hamba! Semula, kami juga curiga dengan identitas Ziwei. Tapi setelah dia dan Xiao Yanzi bertemu, kami pun mempercayai kisah mereka. Selanjutnya, kami mengusahakan agar Ziwei dapat masuk istana untuk menemui Yang Mulia. Kami memang menipu, tapi kami terpaksa melakukannya…”

Erkang juga menyambung, “Yang Mulia, mohon pertimbangkanlah semuanya dengan adil! Ketika kami pertama kali mengetahui keberadaan Ziwei serta kesalahan dalam pengangkatan Putri Huanzhu, kami bisa saja membunuh Ziwei untuk menutup rahasia ini selamanya. Atau kami bisa membuang Ziwei jauh dari sini agar tidak bisa menjumpai Yang Mulia. Tapi kami tidak melakukannya! Kami justru membiarkan Ziwei tinggal di rumah kami dan memasukkannya ke dalam istana. Dengan harapan, cinta kasih dan bakti Ziwei sebagai anak membuat Kaisar tak dapat menolaknya…”

Permaisuri marah sekali mendengar penuturan Erkang. Dia menggebrak meja dan berseru lantang, “Lancang! Keluarga Fulun rupanya telah bersekongkol dengan Selir Ling untuk melakukan penipuan ini! Sekarang setelah semua kebohongan terbongkar, kalian malah coba membuat Yang Mulia kalut! Kalian semua memang pantas mati!”

Lalu Permaisuri berkata kepada Qianlong, “Yang Mulia! Sedari dulu saya selalu mengingatkan Anda tentang Putri Huanzhu ini – tapi Anda sama sekali tidak menggubris saya! Sekarang, Yang Mulia jangan sampai tertipu lagi oleh mereka!”

Qianlong melihat orang-orang dengan kemarahan dan kepedihan mendalam.

“Benar kata Permaisuri… Aku tidak boleh melakukan kesalahan lagi…Aku tidak mau mempercayai cerita kalian satu bagian pun!”

Xiao Yanzi berseru pilu, “Mengapa Huang Ama tidak percaya? Ziwei ini benar-benar darah daging Huang Ama! Huang Ama boleh tidak mengakuiku – tapi tidak boleh tidak mengakui Ziwei!”

Erkang turut memohon, “Yang Mulia! Pikirkanlah peristiwa ketika Ziwei tertikam karena melindungi Anda! Kekuatan apa yang mendorongnya untuk berani berbuat begitu? Tidak lain karena bakti seorang anak! Coba Anda renungkanlah segala tindakan Ziwei. Apakah Anda sama sekali tidak dapat memahaminya?”

Permaisuri menukas, “Fu Erkang! Kau sungguh tidak pantas berkata begitu! Kenyataannya, Ziwei dan Xiao Yanzi bersalah - tak bisa dihindari lagi! Mereka harus dipenjara dan diserahkan ke Pengadilan Kerajaan! Kau pun akan senasib dengan mereka!”

Selir Ling langsung berseru pada Qianlong, “Yang Mulia! Anda harus berpikir bijaksana! Keluarga Fu telah mengabdi pada Dinasti ini selama turun-temurun! Dan Fu Erkang adalah calon menantu Raja Tibet! Anda jangan sampai menyakiti kerabat sendiri dan memutuskan sesuatu hanya karena kemarahan sesaat!”

Adu mulut antara Permaisuri dan Selir Ling membuat pikiran Qianlong semakin kacau. Dia pun berseru lantang, “Cukup! Semuanya tak usah bicara lagi! Pengawal! Lekas seret Ziwei dan Xiao Yanzi ke penjara! Keluarga Fulun sementra waktu kuijinkan pulang - tapi kediaman mereka harus diawasi terus!”

Xiao Yanzi, Ziwei, Jinshuo, Yongqi, Erkang dan Ertai terkejut mendengar perintah Qianlong. XiaoYanzi merangkak maju di hadapan Qianlong.

“Huang Ama! Penggal saja kepalaku! Tapi jangan memenggal kepala Ziwei!” Xiao Yanzi mencoba memegang tangan Qianlong, “Huang Ama! Sadarlah! Ziwei benar-benar darah daging Huang Ama! Apa Huang Ama tega membunuhnya?”

Qianlong menepis tangan Xiao Yanzi dengan kasar dan membentak, “Pengawal! Cepat bawa kedua gadis ini ke penjara!”

Para pengawal bergegas maju dan meringkus Ziwei serta Xiao Yanzi. Erkang panik dan berseru, “Yang Mulia! Mohon pertimbangkanlah dengan seksama!”

Hati Qianlong telah dikuasai kebencian dan sakit hati. Dia berteriak pada Erkang, “Aku tidak peduli kau menantu pilihan Raja Tibet atau bukan!” Ditudingnya Fulun dan Fuqin, “Kalian semua telah menipuku! Kalian semua tak akan lolos dari hukuman mati!”

Erkang sangat terperanjat. Ditatapnya Fuqin serta Fulun - ayah dan ibunya yang sudah tua - hatinya terasa hancur. Erkang lalu menatap Ziwei dan Xiao Yanzi, dia sungguh-sungguh tak berdaya…

Ziwei sangat khawatir Erkang akan melawan. Maka dia cepat-cepat berkata, “Fulun, Fuqin, Erkang dan Ertai, kalian semua sangat baik! Aku sangat berterima kasih atas bantuan kalian yang begitu besar…”

Ziwei beralih menatap Qianlong, “Yang Mulia, sebelum saya dibawa, ijinkan saya bicara sepatah-dua patah kata lagi!”

“Katakan!” Qianlong tanpa sadar ternyata tak dapat menolak permohonan Ziwei meski di saat-saat seperti ini sekalipun.

“Yang Mulia, Langit dan Bumi adalah saksi – perasaan saya terhadap Anda seluas angkasa raya! Saya tidak menyesal jika harus mati! Ibu saya, Xia Yuhe, akan menjemput saya di gerbang kematian! Namun Yang Mulia harus ingat sesaat sebelum belati saya dicabut, Anda sudah berjanji akan mengampuni Xiao Yanzi dari hukuman mati! Waktu itu ada banyak orang sebagai saksi! Anda seorang pemimpin! Dan seorang pemimpin harus memenuhi janjinya! Anda boleh membunuh saya tapi lepaskan Xiao Yanzi!”

Jinshuo langsung histeris sewaktu mendengar perkataan Ziwei, “Nona! Kau tak boleh menukar kepalamu dengan Xiao Yanzi! Kalaupun Yang Mulia harus memenggal kepala seseorang untuk melampiaskan kemarahannya, penggal saja kepalaku! Aku hanya seorang budak! Aku telah berutang budi pada keluarga Xia karena Xia Yuhe yang membesarkanku! Biar aku saja yang mati menggantikan kalian berdua! Kalian tidak bermaksud menyakiti siapapun! Kalian hanya ingin menjadi putri Kaisar bersama-sama!”

Permaisuri segera memerintahkan, “Kurung Jinshuo ini bersama mereka!”

“Baik!” para pengawal pun menyergap Jinshuo.

Qianlong menatap ketiganya dengan nelangsa. Dia tidak tahu apakah masih mencintai atau membenci Ziwei serta Xiao Yanzi? Qianlong hanya merasa, dia kini seperti orang tua yang mendadak dipukul oleh kenyataan ini – menyebabkan dia terluka dan terlihat mengenaskan!

“Kalian semua sudah berbuat kesalahan besar! Meskipun nantinya kalian bisa terlepas dari hukuman mati, kalian tak akan terlepas dari hukuman lainnya! Kalian tetap harus menjalani proses persidangan di Pengadilan Kerajaan! Aku tak akan memakai perasaanku untuk memutuskan hal ini lagi! Aku khawatir perasaanku akan salah lagi…”

Xiao Yanzi langsung berteriak, “Huang Ama! Huang Ama kelak akan menyesal! Akulah yang bersalah! Lepaskan Ziwei dan Jinshuo! Kalau Huang Ama bisa mengakui orang lain sebagai anak, mengapa Huang Ama tidak mau mengakui Ziwei – yang jelas-jelas adalah anak kandung sendiri?”

“Xiao Yanzi, sudahlah…,” kata Ziwei. Anehnya, dia mulai tenang dan terkendali. Bahkan tidak disangka masih bisa tertawa! Meski tawanya pahit. Ziwei mengangkat kepala menatap Qianlong dengan seksama.

“Yang Mulia, hati Anda begitu angkuh. Anda telah terbiasa dipuja-puji dan diagung-agungkan. Hati Anda begitu tinggi dan tak terjangkau sehingga… Anda sudah tidak bisa lagi merasakan hal yang paling sederhana dalam hubungan antar manusia…”

Qianlong sangat terpukul mendengar perkataan Ziwei. Permaisuri segera mengambil alih, “Bawa mereka semuaya pergi! Cepat!”

Ketiga gadis itu pun dibawa pergi. Sementara Yongqi, Erkang dan Ertai hanya bisa bungkam sambil melihat ketiganya diseret – tidak berani sembarang bertindak gegabah.

***

Xiao Yanzi, Ziwei dan Jinshuo dikurung di penjara kerajaan. Segera begitu ketiganya dimasukkan ke dalam sel, pintu ditutup dan dipasangai rantai serta gembok.

Xiao Yanzi menghambur ke jeruji, berteriak sambil mengguncang-guncang terali.

“Keluarkan kami! Aku tidak mau dikurung! Aku masih mau bicara dengan Kaisar! Aku masih mau menjelaskan satu hal padanya!”

Salah seorang sipir menyahut Xiao Yanzi dengan nada mengejek, “Percuma saja kau berteriak-teriak begitu! Kaisar tidak mungkin mendengarmu! Begitu kau masuk kemari, saat keluar nanti kau sudah berupa mayat. Di sini kau tinggal menunggu kematianmu. Kau tak akan pernah bertemu Kaisar lagi!”

Xiao Yanzi tidak dapat lagi menahan putus asanya. Tangisnya pecah. Dia merosot turun.

“Mengapa begini? Mengapa? Aku tidak percaya… Sungguh tidak percaya!”

Ziwei dan Jinshuo mendekatinya. “Sudahlah, jangan menangis. Kita harus menerima nasib kita…”

“Aku tidak sudi menerima nasib seperti ini!” raung Xiao Yanzi. “Aku tidak mengerti mengapa Huang Ama berubah sekejam ini? Apa karena kita telah membohonginya, seluruh kebaikan kita pun ikut lenyap?!”

Xiao Yanzi menatap Ziwei dan Jinshuo. Hatinya semakin sedih dan penuh sesal. “Akulah yang bersalah… aku telah mencelakakan kalian…,” tangisnya.

Melihat Xiao Yanzi menangis, Jinshuo pun ikut menangis. Ziwei lalu mengembangkan kedua tangannya untuk memeluk keduanya.

“Kalian jangan menangis dan menyalahkan diri sendiri! Peristiwa ini suatu hari pasti tiba – kita tak mungkin menghindarinya. Untunglah kita bertiga dikurung dalam satu sel sehingga kita masih bisa saling bercerita. Tak usah sedih, sekarang mari kita duduk dan mengobrol.”

Ziwei menarik keduanya ke tumpukan jerami kering di sebuah sudut. Ketiganya lalu duduk di sana. Tiba-tiba Jinshuo menjerit.

“Kecoak! Ada kecoak!”

Xiao Yanzi menunduk dan melihat di lantai ada begitu banyak kecoak merayap sana-sini.

“Sial! Saat aku sedang apes – bahkan kecoak pun ikut mengganggu!”

Xiao Yanzi melepas sepatunya dan mulai membantai kecoak-kecoak itu dengan emosi meluap-luap.

Ziwei tetap duduk tenang seolah tidak terjadi sesuatu. Dia memandang langit-langit dan mendapati tikus-tikus sedang mencicit di atas. Tiba-tiba Ziwei berpuisi.

“Berjalan masuk ruangan. Di keempat sisi ada tembok. Kuangkat kepala menatap tikus. Kutundukkan kepala melihat kecoak…” Ziwei menatap Xiao Yanzi. “Puisi yang kau buat waktu itu… ternyata adalah ramalan saat ini, ya?”

Xiao Yanzi melihat ke segala arah dan merasa ada kemiripan tempat itu dengan puisinya. Akhirnya, dengan air mata berlinangan, Xiao Yanzi menyusut hidung dan tertawa. Ditunjuknya Ziwei, “Cuma kau! Yang dalam keadaaan seperti ini masih bisa meledekku hingga tertawa!”

***

Malamnya, Qianlong tidak bisa tidur. Kemarahan telah menyulut dirinya hingga terseret dalam luapan emosi yang labil.

Selir Ling diam-diam mengamati Kaisar yang berjalan mondar-mandir seperti hewan buas. Dia merasa amat kasihan sekaligus bersalah.

“Yang Mulia, jika Anda marah, keluarkanlah kemarahan Anda itu. Jangan bermuram durja saja…”

Qianlong segera membalikkan badan dan menatap Selir Ling dengan tajam.

“Di antara sekian banyak Selir, kaulah yang paling kupercayai! Aku tahu Permaisuri selalu ingin mencelakaimu! Tapi aku pun berusaha senantiasa melindungimu! Kenapa sekarang kau malah bersekongkol dengan Keluarga Fu untuk membohongiku? Kau membuatku terjebak dalam komedi besar ini! Sekarang sekarang, bagaimana aku harus bersikap dan menjelaskannya pada semua orang?”

Selir Ling berlutut sambil menangis.

“Yang Mulia, saya bersumpah, baru hari ini saya tahu kalau Xiao Yanzi itu adalah Putri palsu. Kalau sedari dulu saya tahu, saya pasti tak akan berani menutupinya dari Yang Mulia!”

“Kau masih berkelit?” hardik Qianlong. “Bukankah kau yang memasukkan Ziwei dan Jinshuo ke istana?”

“Yang Mulia, memang saya yang memasukkan Ziwei dan Jinshuo di istana. Tapi seperti Anda – saya pun tidak tahu apa-apa! Saya hanya ingin menyenangkan Xiao Yanzi agar bisa berdekatan dengan saudari angkatnya. Sama sekali tak ada niat jelek!”

“Niat! Niat! Semua orang bicara soal niat! Sepertinya kalian semua punya niat yang baik, tulus serta tidak bersalah! Tapi semuanya malah menjerumuskanku pada kesulitan!”

“Kedua gadis itu – entah siapa yang asli atau malah dua-duanya palsu – mereka telah menipu dan menyalah gunakan kepercayaanku! Yang menyebalkan, yang satu kelihatan begitu polos dan tulus, yang lain begitu suci dan lembut. Aku tak akan menggunakan perasaanku lagi dalam membereskan masalah! Biarkan saja mereka merasakan nikmatnya dipenjara!”

Qianlong menumpahkan kemarahannya pada Selir Ling. Selir Ling hanya bisa menunduk dan mendengarkan semuanya tanpa bicara apa-apa lagi.

Selir Ling memahami perasaaan Kaisar yang penuh kontradiksi. Hati Qianlong terluka karena dibohongi. Kaisar terutama paling sulit menerima kalau Ziwei - yang semula dipersiapkan sebagai calon selir, kini berubah menjadi anak perempuannya.

Kemarahan Qianlong kembali tersulut keesokan harinya saat Yongqi dan Erkang menghadap.

Yongqi memberanikan diri bicara. “Huang Ama, mohon ampunilah dua gadis yang kami cintai. Sewaktu perjalanan keluar istana, Hunag Ama pasti telah melihat kalau aku dekat dengan Xiao Yanzi dan Erkang dekat dengan Ziwei kami sudah saling mengikat janji untuk bersama dan setia. Mohon Huang Ama sudi mempertimbangkan sifat-sifat baik mereka dan memaafkanlah keduanya.”

Qianlong sangat terkejut dengan pengakuan Yongqi. Ditatapnya Yongqi dan Erkang dengan tajam sambil berseru, “Janji untuk bersama dan setia? Cinta kalian saking tak terbendungnya? Apa kalian tidak mengerti pentingnya menjaga kesucian seorang wanita di istana ini?”

Qianlong melihat kedua pemuda itu dengan mata berkilat-kilat. “Permaisuri sudah pernah memperingatkanku soal kalian yang sering mengunjungi Paviliun Shuofang hingga menjadi pergunjingan seluruh istana belakang! Tapi aku tak menggubrisnya! Semula Xiao Yanzi dan Ziwei bersalah karena telah menipu Kaisar – sekarang kesalahan mereka bertambah karena telah berperilaku tidak pantas!”

Tak bisa menahan diri pada tuduhan Kaisar, Erkang maju dan berkata, “Yang Mulia, antara kami berempat memang terjalin asmara, tapi saya serta Pangeran Kelima menjamin Ziwei dan Xiao Yanzi masih merupakan gadis yang suci! Kami sama sekali tidak pernah melanggar batas kesusilaan. Kami juga masih mempertahankan tata krama hubungan antara pria dan wanita yang belum menikah!”

“Gadis yang suci?” sahut Qianlong sengit. “Seorang gadis yang menentukan urusan perjodohannya sendiri – masih bisa dikatakan sebagai gadis yang suci?”

“Yang Mulia, cinta itu bukanlah sesuatu hal yang bisa dibicarakan dengan logika. Anda dulu juga pernah muda. Tentu memahami apa yang disebut cinta yang tak terbendung. Cinta semacam itulah yang menyebabkan semua hal ini terjadi. Jika cinta semacam itu tak ada, maka tidak ada pula Xia Yuhe. Seorang Ziwei tak akan terlahir ke dunia. Dan Xiao Yanzi tak akan keliru diakui sebagai Putri. Secara keseluruhan, kisah Putri Huanzhu ini tak akan pernah ada!”

Kata-kata Erkang menohok Qianlong tepat di sasaran hingga dia menjadi malu dan rasa malu itu berubah menjadi kemarahan.

“Lancang!” Qianlong menggebrak meja. “Jadi maksudmu, semua ini pada awalnya merupakan kesalahanku?”

Erkang bersujud. Tanpa memedulikan apa-apa dia terus berusaha meyakinkan Kaisar.

“Yang Mulia, sekarang ada dua gadis belia yang tak beruntung sedang dipenjara. Di sana, mereka tak mendapat pertolongan meski telah berteriak pada Langit dan Bumi. Kesalahan terbesar mereka bukanlah berbohong - tapi merancang berbagai upaya agar dapat Anda akui sebagai anak. Yang Mulia, keliru mengakui anak bukanlah suatu kesalahan fatal. Tapi bila salah membuhuh anak sendirilah yang akan menjadi penyesalan seumur hidup!”

Kemarahan Qianlong serasa naik ke ubun-ubun. Dia menuding Erkang dengan emosi. “Kau sungguh bernyali besar! Berani-beraninya kau menyinggungku! Kalau bukan karena Putri Saiya telah memilihmu sebagai calon suami, aku pasti telah menghukummu!”

Erkang kembali bersujud. “Saya tidak akan menikah dengan Putri Saiya.”

“Apa? Kau berani melanggar pernikahan yang sudah diatur oleh Kaisar?”

Yongqi segera menimpali, “Huang Ama, Erkang hanya bisa menambatkan cintanya pada satu wanita - yakni Ziwei. Huang Ama seorang pengagung cinta. Mengapa Huang Ama tidak mengagumi perasaannya dan bersimpati?”

Wajah Qianlong merah padam karena marah diserang oleh Yongqi serta Erkang.

“Kurang Ajar! Apa kalian juga mau dihukum bersama kedua gadis itu? Masalah Ziwei dan Xiao Yanzi ini adalah urusanku! Apapun keputusanku terhadap mereka, tak seorang pun boleh meminta belas kasihanku! Cepat pergi!”

Yongqi dan Erkang saling pandang. Mereka sadar kalau usaha mereka telah menghadapi jalan buntu. Terpaksa… mereka harus memikirkan cara lain…

***

Sementara itu di penjara, Xiao Yanzi, Ziwei dan Jinshuo tengah digiring dan diseret menuju sebuah ruangan interogasi.

Di ruangan itu beraneka alat hukuman bergelantungan. Ada rantai besi, cambuk dan sebagainya.

Ruangan itu adalah ruangan bawah tanah yang gelap. Sumber cahaya hanya berasal dari api obor. Di tengah-tengah ruangan terdapat meja. Seorang pejabat sedang duduk di depan meja tersebut. Sedang di atas meja terdapat tiga lembar surat pengakuan, kuas dan tinta.

Pejabat di ruangan itu mengetukkan palu dan berkata tegas, “Kalian tiga perempuan bernyali besar! Beraninya mengatur penyamaran putri palsu. Apakah itu skenario untuk mencelakakan Kaisar? Ayo lekas mengaku!”

Suara pejabat itu terasa akrab di telinga Jinshuo. Dia mengangkat kepala dan melihat.

“Itu kan Pejabat Liang?” bisik Jinshuo. (Liang Dinggui – kawan-kawan masih ingat kan di episode pertama?)

Ziwei dan Xiao Yanzi juga mengamati pejabat itu. “Kita rupanya bertemu kenalan lama…”

Melihat ketiganya yang sedang berbisik, Pejabat Liang jadi marah dan berkata keras, “Sedang apa kalian bisik-bisik? Cepat kemari dan tanda tangani surat-surat pengakuan ini!”

Beberapa sipir menyeret ketiga gadis hingga ke hadapan surat-surat itu. Xiao Yanzi sama sekali tidak sudi membaca atau menanda tangani surat-surat itu. Dia malah mengejek Pejabat Liang.

“Yang Mulia, bukankah kau pernah memaksa anak gadis orang untuk menikahi anakmu? Tapi kemudian, pengantin wanita itu hilang, kan?”

Pejabat Liang tersentak. Diamatinya Xiao Yanzi, Ziwei dan Jinshuo dengan seksama. Dia pun teringat.

“Kalian bertiga rupanya! Dasar maling! Kalian bertiga pernah menyusup ke rumahku! Mengacaukan pesta pernikahan putraku! Serta menculik calon menantuku! Dendam lamaku belum terbalas, kalian kini malah menipu Kaisar! Cepat hajar mereka! hajar sekeras-kerasnya!”

Para sipir langsung mengambil cambuk dan melecuti ketiga gadis. Pakaian mereka pun jadi tercabik-cabk dan tubuh mereka jadi penuh bilur dan luka.

Xiao Yanzi berteriak, “Dasar pejabat keparat! Akan kukirim kau ke liang lahat!”

Dalam sekejap, beberapa sipir membekap mulut Xiao Yanzi dan menekan kepalanya ke lantai.

Pejabat Liang jadi gusar, “Benar-benar keterlaluan! Cepat tanda tangani surat pengakuan itu! aku tak punya waktu bermain-main dengan kalian!”

Di bawah tekanan para sipir, Xiao Yanzi berusaha mendongakkan kepalanya dan bertanya pada Ziwei, “Apa bunyi tulisan itu?”

Ziwei pun membaca surat pengakuan itu, “Tiga perempuan hina: Xia Ziwei, Xiao Yanzi dan Jinshuo – telah berkonspirasi dengan keluarga Pejabat Fulun dan Selir Ling untuk dapat masuk istana dan menyamar sebagai Putri. Mereka mencari kesempatan untuk membunuh Kaisar!” Ziwei berhenti membaca. Tiba-tiba saja dia tertawa histeris.

“Ha! Ha! Ha! Sungguh menggelikan! Aku belum pernah membaca surat pengakuan yang demikian sembarangnya! Ha! Ha! Ha!”

“Cepat tanda tangan! Tunggu apa lagi?” bentak Pejabat Liang.

Xiao Yanzi meludah. “Cuih! Tanda tangan kepalamu! Kau memang makhluk yang serupa anjing, babi, berekor dan…” (pokoknya Xiao Yanzi memakinya dengan nama-nama hewan penghuni Rangunan).

Pejabat Liang sangat marah hingga kepalanya nyaris berasap.

“Hajar mereka! Hajar sampai mereka mau tanda tangan!”

Cambuk kembali melecuti ketiga gadis. Jeritan Jinshuo melengking karena kesakitan sehingga Pejabat Liang menendang punggungnya keras-keras.

“Kita lihat sesakti apa kalian? Apa kalian bisa menyihir biji kacang menjadi pasukan penyelamat kalian? Atau apakah kalian bisa berubah wujud menjadi raksasa untuk meloloskan diri?”

Ziwei berteriak, “Kami tak punya ilmu sihir apapun! Kami hanya punya keberanian! Bagaimanapun kalian memukuli kami, kami takkan sudi menandatangani surat pengakuan itu! Meski kami harus mati!”

Pejabat Liang meneyengir kejam. “Tarik tangan mereka!”

Para sipir sudah menarik tangan ketiga gadis dan bersiap memasukkan jari-jari mereka ke alat hukuman penjepit. Tiba-tiba, Ziwei berseru, “Baik! Baik! Aku akan menandatangani surat pengakuan itu!”

Para sipir akhirnya menekan tangan Ziwei ke meja. Ziwei mengambil kuas dan menulis besar-besar di atas kertas, “ANJING!”

Pejabat Liang menampar Ziwei sekuat tenaga. Dia juga menendangnya.

Xiao Yanzi berteriak geram, “Kau yang bermarga Liang! Kelak aku akan membuat perhitungan denganmu! Aku akan menusuk dan melubangi tubuhmu!”

Pejabat Liang tertawa mengejek. “Aku akan sabar menanti. Kalian tidak mau tanda tangan hari ini masih ada besok. Tak mau besok masih ada lusa! Kalian nikmati saja siksaan di sini! Kita lihat siapa yang akhirnya menyerah.”

“Bawa mereka keluar! Besok kita interogasi lagi!”

Para sipir menarik ketiga perempuan itu kembali ke sel. Sesampainya di sel, ketiga gadis itu dalam keadaan mengenaskan. Pakaian mereka tercabik-cabik dan luka-luka di sekujur tubuh. Ketiganya saling mengusap dan meniup.

Xiao Yanzi menangis keras-keras. “Aku tak mengerti, mengapa Huang Ama tega menyiksa kita di tempat ini? Kemana perginya semua sifat pemurah dan penuh perhatiannya?”

Ziwei merenung. Dia lalu berkata, “Kau jangan khawatir. Yang Mulia sedang memikirkan kita. Dia tidak tahu kondisi kita sekarang. Surat pengakuan itu palsu! Jelas-jelas bermaksud untuk menghabisi kita dan mencelakakan keluarga Fu serta Selir Ling.
Tunggulah sampai Kaisar memahami semuanya. Barangkali malah dia yang langsung datang menolong kita!”

“Aku masih percaya, di dasar hatinya, Kaisar masih memiliki kasih sayang,” Ziwei memeluk Xiao Yanzi dan Jinshuo. “Kita akan tetap saling memiliki, menenangkan dan menghibur!”

***

Seperti dugaan Ziwei, malam itu, Kaisar kembali tak dapat tidur sepanjang malam. Dia teringat pada Ziwei dan Xiao Yanzi. Dalam lamunannya, lagu yang pernah dinyanyikan Ziwei terngiang-ngiang di telinganya.

”Gunung yang nun jauh di sana. Sungai yang juga jauh disana.
Gunung dan sungai yang jauh, jalan yang terbentang pun begitu jauh.
Semalam aku berharap. Pagi ini kembali berharap.
Berharap dan berharap, semangatku pun semakin pudar karenanya...”

Kini Qianlong mengerti. Lagu ini adalah lagu Xia Yuhe. Suara hatinya. Rintihannya. Serta kerinduannya.

Selanjutnya, bayangan Ziwei dan Xiao Yanzi muncul bergantian dalam benaknya. Entah sudah berapa kali kedua gadis itu memberi petunjuk tentang identitas mereka tapi Qianlong-lah yang gagal menangkapnya.

“Huang Ama – kukatakan sejujurnya! Aku bukan Gege! Jadi biarlah aku pergi!” kata Xiao Yanzi.

“Ayahku…, demi menggapai cita-citanya, dulu sekali pergi meninggalkan ibuku. Hingga sekarang tak ada kabarnya,” kata Ziwei.

“Ayahku bukan Kaisar! Siapa ayahku yang sesungguhnya, aku pun tak tahu!”

“Ibuku… dia pernah mengatakan, ‘menanti seumur hidup, membenci, merindukan dan marah seumur hidup…’ Tapi dia tetap berterima kasih. Karena dia telah diberikan seseorang yang patut dinanti, patut dibenci serta dirindukan…”

“Huang Ama, kalau begitu, angkatlah dia sebagai Gege juga!”

“Yang Mulia… berjanjilah pada hamba… kelak tak peduli kesalahan apapun yang dilakukan Xiao Yanzi… ampunilah dia! Anda tidak boleh menghukum mati dia…”

“Sebelum ini aku tak tahu betapa bahagianya punya ayah. Huang Ama, aku sangat takut jika Anda begitu baik padaku seperti ini, maka aku benar-benar tak dapat berpisah dengan Anda!”

“Yang Mulia tak perlu berlebihan. Tindakan hamba itu hanya refleks semata.”

“Menganggap Huang Ama seperti ayah – tentu saja!”

“Hamba juga demikian. Walau hamba sadar hal ini tidak pantas…”

Benak Qianlong dipenuhi suara serta bayangan Ziwei dan Xiao Yanzi yang saling berkelabat. Xiao Yanzi yang spontan, Ziwei yang tenang. Xiao Yanzi yang penuh kehangatan, Ziwei yang penuh perhatian. Mau tak mau, Qianlong merasa dia menyayangi Xiao Yanzi plus mengasihi Ziwei pula.

Akhirnya Qianlong memahami semuanya. Dia pun terbenam dalam renungan yang dalam.

Selir Ling memperhatikan Kaisar sejak tadi. Akhirnya dia memberanikan diri mendekat.
“Yang Mulia…” ucapnya lirih.

Qianlong mengangkat kepala dan menatap Selir Ling dengan gundah.

“Yang Mulia, mohon jangan gundah. Anda telah salah mengakui Putri karena kesalahan saya. Hukumlah saya saja.”

“Menghukummu? Atau menghukumku?” Qianlong mendesah letih. “Kata-kata Erkang memang benar. Perasaan cinta terhadap Yuhe yang tak dapat kupendam itulah penyebab semua ini. Akulah yang seharusnya bertanggung jawab – bukan kedua gadis itu.”

Selir Ling lalu berkata dengan tulus, “Selama ini, meski di sisi Yang Mulia ada begitu banyak putra dan putri, tak satupun di antara mereka yang menyerupai Xiao Yanzi atau Ziwei – yang dengan sengaja mencari cara agar Anda senang. Mencintai serta melindungi mereka, tentunya adalah suatu kebahagiaan tersendiri.”

Qianlong sangat tersentuh. Pancaran matanya melunak. Selir Ling sangat berharap banyak. Semoga Qianlong telah memahami semuanya dan segala kesalahan ini akan menjadi indah ibarat pohon willow yang menghijau serta bunga-bunga bermekaran di musim semi. Kebahagiaan pun akhirnya terbentang di hadapan mata.

***

Yang sama sekali tak diketahui Qianlong, kondisi Xiao Yanzi, Ziwei dan Jinshuo kini sangat mengenaskan di penjara.

Hari itu ketiganya kembali digiring ke ruang hukuman. Tangan ketiganya digantung pada palang. Tak jauh dari tempat ketiganya digantung, Sebaskom arang menyala dan sebuah stempel besi tengah dipanaskan.

Para sipir kembali mencambuki mereka. pejabat Liang yang turut menyaksikan tidak hentinya berteriak memberi aba-aba, “Hajar mereka sekeras-kerasnya! Hajar mereka sampai mau tanda tangan!”

Cambuk pun menyambar ketiganya. Jinshuo memekik kesakitan.

“Jinshuo! Mari kita bernyanyi saja!” seru Ziwei. Dia pun bernyanyi, “Cuaca hari ini sangat cerah. Di mana-mana terlihat pemandangan indah. Kupu-kupu, lebah dan burung-burung sibuk beterbangan. Awan putih juga berarak. Langkah kuda berayun-ayun. Kelopak bunga yang berguguran menebarkan aroma wangi.”

Untuk menekan rasa sakit, Jinshuo dan Ziwei pun ikut bernyanyi, “Onta-onta beriringan dengan lonceng berdentang-denting. Di sini bernyanyi, di sana juga bernyanyi.
Tanah yang membentang hijau dengan cakrawala luas membiru!”

Pejabat Liang semakin marah. “Kalian bertiga benar-benar makhluk rendahan! Ajal sudah dekat tapi masih belum mau mengaku juga! Ayo cepat mengaku dan tanda tangan surat pernyataan!”

Ketiganya tak memedulikan seruan Pejabat Liang – malah bernyanyi semakin keras.

“Petugas! Stempel wajah mereka dengan besi panas!” perintah Pejabat Liang.

Seorang petugas mengambil besi yang dipanaskan dalam arang dan bersiap mencapnya di wajah ketiganya. Xiao Yanzi, Ziwei dan Jinshuo sintak berteriak histeris.

Tepat pada saat itulah terdengar seruan mendekat, “Titah Kaisar tiba! Titah Kaisar tiba!”

Xiao Yanzi terkejut sekaligus senang. Dia langsung terpekik, “Pertolongan datang! Pertolongan datang! Huang Ama telah menolong kita!”

Pejabat Liang dan para sipir terperanjat, buru-buru berlutut.

Ziwei merasa ragu. Dilayangkannya pandangan ke arah datangnya suara itu. Yang terlihat adalah Yongqi – yang tengah berjalan masuk sambil membawa Titah Kaisar pada selembar kain kuning. Di belakangnya mengikuti Erkang, Ertai, Liu Qing dan Liu Hong.

Begitu tiba di ruang hukuman itu, Yongqi langsung membaca Titah Kaisar tersebut, “Yang Mulia memerintahkan agar Xiao Yanzi, Ziwei dan Jinshuo dibebaskan segera! Perintah ini harus dilaksanakan sekarang juga!”

Pejabat Liang merasa curiga. “Sebentar, biar kulihat dulu Titah Kaisar itu…”

Yongqi langsung membentak. “Mau lihat apa lagi? Apa kau tidak percaya padaku? Aku adalah Pangeran Kelima!”

Melihat kondisi Xiao Yanzi, Ziwei dan Jinshuo yang mengenaskan, Yongqi semakin geram, “Aku melihat dengan mataku sendiri – kalian telah menyiksa ketiganya dengan diam-diam! Kaisar hanya memerintahkan mereka ditahan di penjara! Bukan untuk dihukum!”

Erkang dan Ertai telah menghunus pedang mereka dan menyerang ke arah para sipir. Liu Qing dan Liu Hong juga. Akhirnya keempatnya berhasil menaklukkan para sipir dan merebut kunci. Dengan kunci itu, mereka melepas rantai-rantai yang membelit tangan dan kaki ketiga gadis itu.

“Liu Qing, Liu Hong, bagaimana kalian bisa kemari?” tanya Xiao Yanzi.

“Ssst…,” Liu Qing memperingati dengan suara rendah. “Kami datang menolong kalian. Sekarang mari kita bertarung agar dapat keluar dari tempat ini bersama-sama!”

Ketiga gadis itu akhirnya tahu kalau Yongqi dan lain-lainnya datang bukan karena Titah Kaisar. Tapi mereka telah merencanakan semua ini diam-diam.

Pejabat Liang serta-merta berteriak, “Tolong! Ada yang mendobrak penjara! TOLONG!”
Para prajurit segera menyerbu tempat itu. terjadilah pertarungan seru. Xiao Yanzi, tanpa memedulikan luka-luka di tubuhnya, menarik sebilah pedang dari salah satu sipir dan mulai mengejar Pejabat Liang.

Pejabat Liang tersentak. Dia berteriak ketakutan melihat pedang Xiao Yanzi melayang, berputar membabi buta ke arahnya.

“Maharani ampuni aku! Tuan Putri ampuni aku! Dewi Yang Mulia ampuni akuuuuuu!!!”

Xiao Yanzi berteriak garang, “Sekarang tak ada gunanya kau memanggilku dewa sekalipun!”

Pedang Xiao Yanzi berayun dengan sembarangan. Mengenai pakaian serta menggores lengan Pejabat Liang sampau berdarah. Pejabat Liang begitu ketakutan hingga kencing celana.

“Ampuni aku! Ampuni aku! AMPUUUNNN!!!”

Sekarang kondisinya benar-benar terbalik (dan jangan lupa – untuk urusan balas dendam, Xiao Yanzi-lah jagonya). Pedangnya kembali mengenai Pejabat Liang. Kali ini menusuk bahu serta kakinya. Pejabat Liang jatuh terkapar dan mengaduh-aduh.

Para sipir sudah berhasil ditundukkan. Erkang berseru, “Jangan bertarung lagi! Ziwei dan Jinshuo sudah tak dapat bertahan! Yang terpenting kita harus keluar dari sini!”

Yongqi berseru pada Pejabat Liang yang masih tergeletak di lantai, “Perhatikan baik-baik! Yang mendobrak penjara adalah aku! Pangeran Kelima! Jangan sampai kau sembarang melapor nanti!”

Erkang menggendong Ziwei. Liu Hong membopong Jinshuo. Dan Yongqi menggandeng Xiao Yanzi. Mereka semua pun bergegas keluar dari tempat itu!

***

Tak lama kemudian, sebuah kereta kuda melesat cepat menuju luar kota Beijing.

Kereta itu dikusiri Liu Qing dan Liu Hong. Di dalam kereta ada Xiao Yanzi, Ziwei, Jinshuo, Yongqi, Erkang dan Ertai.

“Aku sungguh tidak menyangka kalian akan mendobrak penjara! Sekarang, apa yang akan kalian lakukan?”

Yongqi menjawab mantap, “Kita akan mengembara bersama hingga ke ujung dunia!”

Xiao Yanzi terkejut. “Bagaimana bisa? Kau kan Pangeran Kelima!”

“Memangnya kenapa? Yang kuinginkan hanya hidup bersamamu meski sebagai pasangan rakyat jelata!”

Hati Xiao Yanzi terasa hangat. Air matanya menetes. “Kata-katamu sudah cukup bagiku. Tapi aku tak mungkin merebut putra kesayangan Huang Ama setelah melakukan kesalahan begini padanya. Kau seharusnya kembali ke istana!”

Ziwei melihat Erkang dan bertanya, “Bagaimana dengan kau? Apakah kau juga bermaksud tidak kembali?”

“Benar! Sejak memutuskan untuk mendobrak penjara, kami sadar tidak bisa pulang lagi!”

Ziwei terkejut. “Lalu bagaimana dengan Ayahmu? Kaisar pasti akan murka dan menghukum mereka!”

Erkang berkata dengan marah, “Tak perlu lagi menyebut Kaisar! Dia begitu kejam hingga tak berperi kemanusiaan! Menjebloskan putri kandungnya ke penjara kemudian disiksa seperti ini! Dia tak pantas mendapat perhatianmu lagi!”

Ertai segera menyela, “Ziwei, kau tenanglah. Setelah sampai di luar kota Beijing, aku akan turun dan kembali ke istana untuk menemui Kaisar. Aku yang akan merawat ayah dan ibu. Mulai saat ini kakakku, Erkang, akan kuserahkan padamu. Jagalah dia dengan baik!”

Ziwei dan Xiao Yanzi terperanjat. “Apa… apa yang kau lakukan bila Kaisar murka?”

Ertai tertawa pias. Dia menjawab, “Maka yang terjadi adalah ‘Jika Yang Mulia menginginkan nyawaku, akan kuserahkan!’”

Kereta akhirnya sampai di sebuah padang luas. Semuanya turun. Ertai pun mengucapkan kata-kata perpisahan,

“Aku hanya mengantar sampai sini. Kalian semua, jagalah diri baik-baik!”

Erkang maju dan mendekap tangan Ertai erat-erat.

“Sungguh tak disangka, setelah tumbuh bersama sekian tahun, kita harus berpisah seperti ini. Mulai hari ini kau harus memikul tanggung jawab berbakti pada ayah dan ibu. Aku tak tahu harus berkata apa selain – memiliki adik lelaki seperti kau adalah suatu hal paling membanggakan dalam hidupku!”

Yongqi menepuk bahu Ertai. Dia menyampaikan terima kasihnya dengan sedih. “Kau harus berhati-hati. Huang Ama akan murka dengan kejadian ini…”

Xiao Yanzi tidak tahan lagi. Dia maju dan menggenggam erat tangan Ertai.

“Ertai! Kau jangan kembali! Kau ikut kami saja! Kebahagiaan dan kesusahan harus kita nikmati bersama.” (Jadi ingat kata-kata khasnya Ertai, “kalau mau gila pun harus sama-sama!”)

Sambil tersenyum, Ertai melepas genggaman tangan Xiao Yanzi perlahan. Dilihatnya Xiao Yanzi dengan tatapan penuh kasih dan sayang. Lalu perlahan-lahan Ertai mundur. Pakaiannya melambai-lambai ditiup angin. Dia seperti ‘Pendekar yang pergi berkorban demi kawan sejati’. Ertai tampak begitu tegar, begitu kuat serta penuh percaya diri.

“Kalian pergilah…,” kata Ertai sambil berjalan mundur. “Sekarang aku akan kembali. Kesalahan telah terjadi. Seseorang harus bertanggung jawab untuk itu. Ayah-Ibuku telah kehilangan Erkang. mereka tak boleh kehilangan aku juga. Aku akan kembali untuk bertanggung jawab. Kalian tak usah khawatir. Pada dasarnya Kaisar orang yang penuh welas asih. Aku percaya dia pasti memaafkanku. Sampai jumpa! Jika masih berjodoh, kelak kita pasti bertemu lagi.”

Ertai membalikkan badan dan berjalan terus. Xiao Yanzi berteriak memanggil namanya sambil menangis, “Ertai!” – tapi Ertai sama sekali tidak menoleh lagi ke belakang.

“Kalau sampai terjadi sesuatu pada Ertai, selamanya aku tak akan memaafkan diriku!” isak Xiao Yanzi pilu.

Air mata Xiao Yanzi mengalir deras. Semua orang di situ menyaksikan kepergian Ertai dengan sedih.

Bersambung

BACA JUGA SINOPSIS LAINNYA



0 comments:

Post a Comment


Friend Link List