Do you like this story?
Park Kyu yang mulas kebelet sakit perut akhirnya memutuskan bab ke laut.
Saat sedang duduk mau bab Park Kyu dari jauh melihat porselen mirip pispot. Tak Jauh dari tempat itu William yang berjalan-jalan di sekitar situ pun melihat porselen miliknya. William pun berlari ke arah porselen itu sebaliknya di lain arah Park Kyu juga berlari ke arah porselen itu.
Tapi di tengah jalan William dihadang oleh kakek tua yang makan ikan bersama kemarin.
Park Kyu pun bahagia mendapatkan porselen itu. Ia pun berteriak kegirangan. William pun mau teriak namun dibekap oleh kakek tua. Park Kyu melihat ke sekelilingnya dilihtanya nggak ada orang dibawanya porselen itu. William pun hanya bisa melihat hartanya dibawa pergi Park Kyu dengan lemah di sekapan kakek supaya William nggak berteriak.
Ternyata Park Kyu menjadikan porselen itu sebagai pispot , ia pun membuang babnya dikandang babi.
Dengan senyum penuh percaya diri ia berkata,”itu benar, itu benar. Bagaimana rasanya ini adalah milik bangsawan ?”serunya (huekssssss mual-mual saia wkkwkw).
Park Kyu pun menyimpan pispot itu dalam kamarnya dengan hati-hati.
Sementara itu William bersama kakek tua duduk bersama. Kakek tua menakut-nakuti William menggunakan topengnya. Ia pun menepuk-nepuk William dan mempergakan orang dipotong lehernya.
“Sampai sekarang belum ada orang asing meninggalkan Chosun(Korea) dalam keadaan hidup”ujarnya. Tapi William nggak ngerti apa yang dibicarakan kakek tua itu. Lalu kakek tua itu menoleh dan dilihatnya wig rambut pirang.”Oh!apa ini?”tanyanya sambil mengambil wig itu.
Lalu kakek tua itu memperhatikan wig itu mirip rambut William lalu ia mencoba mencari tahu cara pakainya, ia pun memakainya. William pun tertawa kecil diikuti kakek tua itu. Lalu kakek tua itu memberikan topengnya ke William.
“Ambil ini, aku akan mengambil ini”ujar kakek tua sambil memegang kepalanya yang sudah memakai wig, ceritanya jadi barter nih wig buat kakek, topeng buat William hahaha.
“Ini adalah pertukaran yang adil”serunya.
William masih memperhatikan topeng itu, lalu kakek menyentuh topeng itu dan berkata,”Ini adalah topeng raja, orang-orang tak peduli siapa pun ingin menjadi raja bahkan dengan membunuh ayahnya sendiri dan bahkan membunuh saudaranya sendiri”ujarnya. Kakek tua William mana tahu apa yang kakek bilang hahaha.
Sementara itu di pos ronda penjaga upeti untuk istana di lembah Sanbang tertidur pulas. Seorang pencuri datang membuka kandang kuda yang akan jadikan upeti. Semua kuda terbaik yang sudah disipakan untuk upeti itu pun dibawa semua oleh pencuri.
Keesokan paginya di rumah keluarga Jang. Ny. Choi mencampur makanan di dipan luar tengah . Park Kyu melihatnya dengan agak jijik. “Apakah itu benar-benar makanan untuk manusia? Apa yang berbeda dari makanan untuk babi?”gumannya. Lalu ia berdiri untuk menyaksikan langsung makanan itu. Ny. Choi, Tn. Jang, Beo Seol pun memakan makanan itu bersama, Ny. Choi menengok ke arah Park Kyu yang diikuti Tn. Jang. “Ingin makan sedikit juga? Jika kamu ingin makan, bekerjalah. Di sini tanganmu diam, maka mulutmu juga akan diam. Mengerti?”seru Ny. Choi .
“Bagaimana tidak sopan menyuruhku untuk bekerja. Aku tidak mau makan bahkan jika anda memintaku untuk memakannya. Yang tampak seperti makanan untuk babi begitu”seru Park Kyu lantang, berdehem lalu melangkah pergi.
“Dia belum cukup lapar”ujar Ny. Choi meneruskan makannya.
“Seberapa kuat….sepertinya sejak dia datang ke sini, dia tidak makan apa pun”ujar Tn. Jang.
“Lemah….. yah! Dia bukan orang yang dipengasingan kita, kita sudah banyak menampung mereka. Orang-orang yang kaku lehernya awalnya perlu kelaparan untuk membuat leher mereka lentur seperti daging dari landak laut”seru Ny. Choi mendebat suaminya. Tn. Jang pun ngambek lalu istrinya Ny. Choi menyuwirkan ikan dan menaruh disendok Tn. Jang. Tn. Jang pun tersenyum lalu sepertinya minta disuapin.
Begitu menengok dilihatnya anaknya Beo Seol memperhatikan kedua orang tuanya ini dengan jutek. Beo Seol pun kesal lalu menaruh sendoknya.”Aku akan meninggalkan kalian sendirian, sehingga kalian dapat melanjutkan apa yang kalian lakukan”serunya lalu mengambil tas perlngkapan tulisnya dan melanngkah pergi.
Tinggallah berdua kedua orang tua ini, lalu Tn. Jang bersiap disuapi dia pun menyerahkan sendoknya pada istrinya. “Makan sendiri”ujar istrinya, namun Tn. Jang tetap meminta istrinya menyuapinya, istrinya pun akhirnya menyuapi suaminya. Mereka pun tersenyum.
Di lain tempat penjaga yang semalam berjaga di pos ronda dibawa ke kantor kepolisian.
“Tuan! Tunggu sebentar”teriak istri penjaga. Akhirnya istri penjaga itu menghadang kedua opsir yang membawa suaminya.
“Beri kami satu hari lagi, kami pasti akan menemukan kudanya”pintanya.
“kami tidak bisa melakukan apa-apa. Pejabat itu memerintahkan kami untuk membawanya segera…”seru opsir kurus.
“Dia bahkan tidak bisa tidur untuk melindungi kuda-kuda yang dijadikan upeti! Dan sekarang dia harus ditangkap dan dihukum?”protes istri penjaga.
Dari jauh Park Kyu memperhatikan dan mendengarkan percakapan orang-orang ini.
“Ah!apakah kamu tahu kejahatan besar itu adalah membiarkan upeti dicuri?”seru opsir gendut.
“Hanya memberi kami satu hari lagi! Satu hari lagi!”rengek istrinya memohon, tapi kedua opsir penjaga ini tidak mengindahkan permintaan istri penjaga upeti. Kedua opsir pun menerobos istri penjaga yang menghadang dan membawa penjaga pergi. “Tuan, tuan!”teriak istrinya. Park Kyu pun melihat orang itu di bawa pergi .
Di kantor kepolisian, kepala kepolisian memperintahkan menghukum penjaga yang menghilangkan barang upeti tadi.
“Hukum orang yang bersalah karena kejahatannya!”teriaknya. Lalu Yi Bang pun mengingatkan lagi karena belum juga dihukum.
“Apa yang kalian lakukan?”serunya. Penjaga itu pun ditengkurapkan dalam papan dan disiram air lalu mulai dipukul pantatnya secara bergantian oleh dua orang algojo. Penjaga itu hanya bisa berteriak kesakitan setiap dipukul.
Di luar gerbang istrinya memohon supaya suaminya dilepaskan.
“Ayahnya Yang Son bisa mati!”teriak istrinya mencoba menerobos masuk namun dihadang 2 opsir pengawal. Istrinya terdakwa itu pun terdorong jatuh oleh kedua opsir. Banyak orang yang melihat kejadiaan ini tanpa mampu berbuat apa-apa, ternyata Park Kyu juga ada, mungkin ia mengikutinya tadi seperti ia berpikir ada yang tidak beres dengan kejadiaan ini makanya dia mengikuti.
“Aigoo, ini sangat tidak adil! Tidak adil!”protes istrinya. Park Kyu pun melihat ketidakadilan ini.
Malamnya Park Kyu memperhatikan sebuah peta, sepertinya peta daerah Tamna ini, ia berpikir kemana kuda-kuda itu akan dibawa lewat peta tersebut. Ia mencoba menulis kata kuda dalam peta itu. “Kuda” (dalam bahasa Cina “Ma”, Korea “Mal”) tulisnya
Keesokan paginya, berbekal peta semalam Park Kyu berkunjung ke sebuah pos penjaga upeti di Lembah Dae Jung Hyun. Ia ingin mengecek apakah kuda-kuda yang dicuri semalam ada di tempat itu.
Sesampainya di pos penjagaan yang dijaga seorang laki-laki tua, buru-buru penjaga itu menemui Park Kyu. Penjaga itu siap mengayunkan kayunya” Siapa Anda?”tanyanya.
“Aku orang yang tinggal di pengasingan di desa Sanbang. Aku datang hanya untuk melihat kuda-kuda”jelas Park Kyu pada penjaga.
“Kehidupan di pengasingan apakah begitu santai”ujar penjaga.
“Aku mendengar tempat ini….memegang kuda upeti untuk raja, tetapi kuda-kudanya agak banyak….”seru Park Kyu.
“Itulah yang aku katakan, kuda-kuda untuk raja hilang”ujar penjaga.
“Apakah kamu mengatakan bahwa kamu sedang dirampok?”tanya Park Kyu.
“Hanya sehat dan kuat yang diperuntukkan bagi raja, diambil tikus dan burung tanpa memperhatikan peternak dari sini dan ada yang diambil oleh polisi”jawabnya.
“Aku tidak bisa tidur malam ini, aku terus mengawasi mereka”lanjut penjaga itu lalu melangkah pergi. Park Kyu pun mendengarkannya dengan seksama dan berpikir.
Sementara itu William di laut mengawasi para wanita menyelam yang sedang bercakap-cakap.
“Di rumahku semua kue beras dalam toples benar-benar menghilang kemarin”seru salah seorang penyelam.
“Kue beras hilang tidak masalah, kalian tahu bahwa kuda yang diperuntukkan bagi raja hilang”seru Ny. Choi. Salah seorang penyelam gemuk sedang menguliti ikan segar.
“Tapi, apa yang sebenarnya terjadi? Kita dikenal tidak memiliki pencuri di desa kita”tanya Ny. Choi pemimpin penyelam.
William yang melihat salah seorang penyelam mengguliti ikan segar dengan pisau dan memakannya mentah-mentah begidik ketakutan.
“Aigoo, rasanya benar-benar segar!”ujar salah seorang penyelam setelah makan ikan yang dikulitinya mentah-mentah (huekssss).
Penyelam lainnya dan Ny. Choi pun mengambil ikan dan memakannya. “Ikan terbaik adalah ketika kalian memakannya langsung setelah menangkapnya”seru Ny. Choi lalu memasukkan ikan mentah ke mulutnya.
William yang melihatnya dari jauh pun kaget dan merasa jijik lalu mundur ke belakang yang menimbulkan bunyi. Dengan sigap ketiga wanita penyelam ini mengambil pisaunya dan melangkah menuju asal suara. William yang melihatnya pun langsung pergi meninggalkan tempat persembunyiannya itu. Dan ketika ketiga penyelam ke tempat itu sudah tidak ada siapa-siapa.
“Kurasa aku mendengar sesuatu….”ujar seorang penyelam. “Aku juga mendengarnya”ujar penyelam gendut menimpali. “Oh, mungkin ada babi liar?”pikirnya. Ia dan penyelam gendut pun antusia bersiap menangkapnya.
“Kita harus menghemat energi kita untuk menyelam ke dalam laut”seru Ny. Choi lalu melangkah pergi, penyelam gendut pun mengikutinya.
Malam hari Beo Jin dan William duduk di pinggir pantai, Beo Jin mengajari William tidur memakai selimut dari anyaman daun kelapa.
“Jika kamu kedinginan di malam hari, kamu dapat menutup diri dengan ini”seru Beo Jin sampil mempraktekannya.
“Kesepian di tempat asing mungkin membuatmu merasa lebih kedinginan”tanya Beo Jin.
“Penutup?”tanya William sambil mempraktekkannya. Beo Jin pun mengangguk. (Beginilah nasib dua orang yang tidak bisa berkomunikasi dalam bahasa yang sama, bahasa isyarat pun jadi hahahaha).
“Me Too” darimana kau berasal? Seberapa jauh kau datang?”tanya Beo Jin.
“Aku juga”ujar William sambil menunjuk dirinya.
“Me Too, kau. Kau darimana datang ke sini?”ulang Beo Jin. Sepertinya William mulai menyadari kesalahapaham ini, William mulai menyadari Beo Jin menganggap namanya “Me Too” ia pun mengklarisikasinya.
“Tidak, tidak, aku William, William J. Spencer”jelas William sambil menunjuk ke arahnya sendiri.
“Dari mana kau datang, bahwa kamu tidak tahu bagaimana berbicara dengan bahasa kami?”ujar Beo Jin sambil memperhatikan William. Beo Jin pun mengambil tangan William dan memegangnya.
“Aku ingin tahu sedikit, tapi itu baik-baik saja. Percaya saja. Karena kita berteman sekarang “Me Too”. Aku akan melindungimu”ujar Beo Jin menjelaskan.
Lalu tiba-tiba William terpikir sesuatu mengambar untuk menceritakan kejadian William bisa terdampar di pulau itu. “Aku datang dari lautan di Inggris, terus menjauh dari ibuku yang menakutkan dan jauh dari tunanganku karena aku takut bersamanya. Dengan sahabatku Ya, aku berangkat ke Nagasaki untuk mencari keramik yang indah. Setelah perjalan panjang, kami hamper dekat dengan Nagasaki tapi karena tiba-tiba terjadi badai, aku jatuh ke laut. Aku pikir aku akan mati…. Untungnya aku William selamat, seorang anak laki-laki yang beruntung! Sekarang aku masih hidup dan jatuh ke pulau ini yang indah di Asia Timur. Aku bahkan bertemu dengan seorang putri duyung yang cantik. Dan itu adalah…..”ujar William sambil menggambarkan ilustrasinya di atas pasir.
“Apakah itu aku? Benarkah?”tanya Beo Jin. “Namaku Beo Jin”ujar Beo Jin sambil menujuk ke dirinya sendiri. William pun terdiam masih belum mengerti apa yang dibicarakan Beo Jin, lalu Beo Jin terpikir ia pun menuliskan namanya di pasir pakai hangul. “Tunggu apakah ini benar?”guman Beo Jin lalu menambah huruf lagi. “apakah ini?”gumannya (Beo Jin kamu nulis benar atau salah William juga nggak tahu hahahaha).
“Anyway…namaku Beo Jin. Beo Jin.”seru Beo Jin terpatah-patah mengejanya.
“Beo Jin”ulang William. Beo Jin pun mengangguk.”Jadi itu namamu?”seru William lalu ia akhirnya ngeh. “Ah…aku…William”lanjut William terputus-putus.
“Will….i….am”ulang Beo Jin.
“William. Wi-li-am”ujar William terputus-putus supaya Beo Jin bisa mengikutinya.
“Wi….li…am”ulang Beo Jin. William pun mengangguk.
“Namamu William? Aku pikir namamu adalah “Me Too”seru Beo Jin tertawa.
“Itu benar-benar nama yang aneh. William, William, William”ulang Beo Jin sambil tertawa menghafal nama William. William pun tertawa lalu mereka menikmati pemandangan malam di tepi pantai.
Keesokan paginya Beo Jin bertugas mengambil air di sumur bersama.
“Hei, semua!”sapa beo Jin sambil melambaikan tangannya. “Apa yang kalian bicarakan?”tanya Beo Jin yang sudah mendekat ke arah Kkeut Boon dan kedua temannya.
“Seseorang yang beruntung bahwa ia adalah putri seseorang”jawab Kkeut Boon.
“aku mendengar kamu dalam perjalanan menyelam?”tanya salah satu teman Kkeut Boon.
“Kenapa aku?”tanya Beo Jin melongo.
“Ibumu… kamu bahkan bukan seorang penyelam yang terampil tetapi kamu bisa pergi juga. Kamu beruntung”jawab teman Kkeut Boon tadi.
“itu tidak masuk akal”ujar Beo Jin.
“Alih-alih Kkeut Boon yang merupakan penyelam terbaik. Beo Jin mungkin akan mempromosikan kelompok kita yang pertama”ujar teman Kkeut Boon yang lain.
Beo Jin pun panik dia segera kembali pulang tidak jadi ngambil air. Kkeut Boon yang kesal dengan Beo Jin langsung meminum air langsung dari gayung yang dipakai untuk mengambil airnya dan membantingnya kwkwk.
Sesampainya di rumah Beo Jin langsung menghadap ibunya.
“Ibu, aku benar-benar akan ikut menyelam ke dalam laut dalam? Mengapa aku harus ikut pergi?”tanya Beo Jin. “Ibu, kau sudah tahu keterampilan menyelamku. Penyelam akan mengalami banyak kesulitan dalam perjalanan ini, bagaimana aku bisa mengatasinya?”keluh Beo Jin.
Lalu tiba-tiba ibunya Kkeut Boon datang dan menyela,”Siapa yang tidak tahu? Tidak apa-apa kau tidak pergi” Lalu Ibunya Kkeut Boon ikut duduk dan berkata,”Ibumu ingin kau pergi supaya kamu memahami kekurangan dalam dirimu. Kita akan lihat besok. Kita bahkan mungkin harus menangkap untuk kehidupan atau mati dilaut”ujar ibunya Kkeut Boon. Beo Jin pun hanya mendengarkan dengan masam.
“Itu hanya bicara yang tidak masuk akal…pergi dan bersiap-siap untuk besok”bentak Ny. Choi pada ibunya Kkeut Boon. Lalu tiba-tiba Tn. Jang keluar rumah, segera ibunya kkeut Boon berdiri dan menyerahkan makanan yang dibawanya.
“Oppa!”serunya sambil menyerahkan makanannya dan Tn. Jang pun menerimanya.
“Aku…aku akan dalam perjalan menyelam dan besok akan kembali”lanjutnya.
“Selamat jalan”seru Tn. Jang.
“kau satu-satunya orang yang mengkhawatirkanku”seru ibunya Kkeut Boon.
“Apakah kau tidak pergi?”tanya Ny. Choi melihat suaminya digoda wanita lain cemburulah. Ibunya Kkeut Boon tersenyum lalu melangkah pergi. Ny. Choi pun melihat isi klenting Beo Jin masih kosong, sebelum dimarahi dengan sigap Beo Jin pun mengambilnya dan bergegas lari.
“Itu,……anak itu….bahwa…..bahwa…”omel ibunya sambil mau mengajar Beo Jin tapi ditahan ibunya.
“Sayang, Aaakh….”seru Tn. Jang sambil mengambil makanan yang dibawanya untuk disuapkan ke mulut istrinya. Tn. Jang pun menyuruh istrinya membuka mulut untuk disuapi. Istrinya pun menerima suapan suaminya.
Ternyata ibunya Kkeut Boon belum pulang ke rumah, ia masih bersembunyi dibalik batu ketika dilihat makanan yang sengaja dibuatkan untuk Tn. Jang diberikan pada istrinya apalagi dengan mesra begitu, ibunya Kkeut Boon pun cemburu dan marah. “Oppa!!!”teriaknya. Ny. Choi pun kaget dan salting lalu ia menghambur pergi yangdiikuti suaminya kwkwk.
Keesokannya penyelam yang sudah terbagi dalam 3 grup berangkat menyelam. Beo Jin pun ikut serta.
Kkeut Boon dan kedua temannya melihatnya dari jauh. “beo jin sangat beruntung!”puji salah satu teman Kkeut Boon. Dengan wajah kesal Kkeut Boon mengusap pisaunya. (wahhh nggak luka ntu hahaha).
Sementara itu di rumah Tn. Jang Park Kyu meminum langsung air dari gentong penyimpanan air sesaji.
“Apakah Anda tahu air apa itu?”tanya Beo Seol didepan pintu.
“Apakah ini air kotor?”ujar Park Kyu.
“Ini air baru yang diambil untuk nenek Sulmoondae dimana kami berdoa untuk kesejahteraan penyelam kami”seru Beo Seol menjelaskan.
“Lalu ini harus bersih?”tanya Park Kyu.
“Apakah itu semua yang dapat anda pikirkan?”tanya Beo Seol.
“Apa yang kamu maksud dengan ini?”ujar Park Kyu.
“Orang yang diasingkan itu!”ujar teman Kkeut Boon, Park Kyu melihat seorang ibu-ibu kecapean membawa airnya, tidak tega ia pun meletakkan klentingnya dan membantu membawakan kelnting ibu itu ke atas.
“Biarkan aku membantumu”ujar Park Kyu lalu mengambil klenting ibu itu dan membawanya ke atas.
“Biarkan aku membantumu….biarkan aku membantumu”bisik teman Kkeut Boon pada temannya.
Setelah selesai membantu ibu tadi Park Kyu kembali tapi begitu ia kembali, banyak wanita sudah mengantri minta ditolong wkkwkwkw. Mereka mengeluh sakit punggungnya , mau tak mau Park Kyu pun membantu mengangkatkan klenting mereka satu persatu. Begitu seterusnya, dan dihitung oleh kedua teman Kkeut Boon yang duduk santi di depan barisan pengantri.
Selesai membantu mengangkat sebanyak 3 kali, begitu Park Kyu kembali disana ada Kkeut Boon duduk di atas batu dengan menggoda.
“Capek, bukan?”tanya Kkeut Boon. Lalu Kkeut Boon berdiri sambil berkata,”haruskah kita pergi ke suatu tempat sambil minum teh?”tanya Kkeut Boon menggoda. Park Kyu pun hanya tersenyum dan bersiap melanjutkan pekerjaannya. Kkeut Boon melihat rayuannya tidak berhasil pun tidak kehilangan akal.
“Ah,dia malu….”ujarnya lalu mulai mendekati Park Kyu dan mengendus-ngedusnya (mirip anjing hahaha).
“Setiap orang seperti itu di awal…”kata Kkeut Boon. Park Kyu tidak mengindahklan rayuan Kkeut Boon, ia melangkah pergi namun tangannya segera di tarik Kkeut Boon.
“Jangan takut!”ujar Kkeut Boon sambil memeluk Park Kyu.
Tiba-tiba terdengar Yi Bang datang melihat semua itu. “Hei, kau….”teriak Yi Bang.
Kkeut Boon dan semua wanita yang mengantri tadi pun menghambur pergi.
“Aku sudah bilang untuk memperbaiki caramu… dan kamu masih belum belajar? Bagaimana mungkin kamu berjalan di sekitar dimana ada banyak perempuan tanpa pakaian lengkapmu sebagai bangsawan?”seru Yi Bang.
“Berhati-hatilah dari apa yang anda katakan?”ujar Park Kyu.
“Kau pikir bercanda dengan wanita masih ok?”tanya Yi Bang.
“Anda harus memperhatikan diri anda dengan kebiasaan desa. Meskipun penduduk desa bekerja tanpa lelah kehidupan mereka yang menyedihkan! Bukankah ini tanggung jawab bagi mereka yang bertanggung jawab?”seru Park Kyu menjelaskan.
“Bagaimana kamu bisa berkata kasar seperti itu? Bagaimana orang di pengasingan begitu mudah berbicara tentang orang lain begitu?”ujar Yi Bang tidak percaya.
“Aku….aku berada di tengah-tengah pekerjaanku. Anda harus memaafkanku”ujar Park Kyu lalu melangkah melanjutkan tugasnya.
Sementara itu di pinggir laut para penyelam bersiap-siap dengan melakukan pemanasan. Mereka melakukan beberapa gerakan menyelam. (ngakak ni nontonnya lucu hahahaha). Beo Jin yang ikut dalam pemanasan itu berguman”William pasti lapar”. Beo Jin pikirannya dimana tapi jiwanya ada bersama para penyelam .
Di lain tempat William mencari-cari ikan di laut dengan bambu runcing sebagai senjata. Ia kesal karena tidak mendapatkan satu ekor ikan pun.
Para penyelam pun sudah mulai penyelam, tiba-tiba dua orang penyelam berteriak ke permukaan bahwa mereka menemukan kerang besar,”itu raja kerang!raja kerang!”seru duaorang penyelam. Ketua penyelam (ibunya Beo Jin) pun menyelam ke dalam air, Beo Jin yang kesal pun mau tak mau ikut menyelam.
Para penyelam pun menyelam menuju kerang yang disebutkan tadi, Ibunya Beo Jin dan ibunya Kkeut Boon berusaha mengeluarkan kerang besarnya, Beo Jin yang datang berusaha membantu diusir hehehe. (mereka menyelam diiringi ost keren banget, tim ost dan lyric request ya, lagi susah ngudek-udek google saia). Beo Jin pun kembali ke permukaan.
Kerang besar tadi diangkat dengan tambang . Akhirnya kerang itu pun berhasil muncul ke permukaan. Para penyelam pun pun bersorak kegirangan.
Sementara itu Park Kyu berjalan-jalan sambil menyelidiki jejak pencurian. Dia pun menyentuh jejak kuda dan terbesit suatu pikiran.
Ternyata Park Kyu masuk ke dalam hutan. Dan di dalam hutan itu ada William yang sedang mencari makanan yang bisa dimakan. William yang baru memetik beberapa buah langsung pergi ketika melihat Park Kyu. Park Kyu yang menoleh menyadari ada dahan pohon bergoyang pun menghampirinya, dilihatnya ada bekas batang baru saja patah, ia pun menyentuhnya lalu berpikir.
Kembali ke para penyelam. Para penyelam membakar sebagian ikan yang diperoleh. Beo Jin kembali sambil membawa kayu bakar.
“Apakah kau belajar sesuatu, kamu hanya terampil menyelam di air yang dangkal dan mengumpulkan rumput laut. Kamu seharusnya tidak ikut bersama kami. Bagaimana kau bisa ikut dalam perjalanan menyelam ini?”protes ibunya Kkeut Boon. Lalu ibunya Beo Jin pemimpin penyelam datang dan duduk bersama .
“Dengan mendengarkan semua pembicaraan ini, kamu harus masih memiliki sisa kekuatan. Aku ingin menyelam lagi besok untuk Raja kerang lain. Bagaimana?”seru Ny. Choi.
“Oh, gee! Meninggalkan penyelam terburuk, putri seseorang sendirian dan tidak membiarkan kita beristirahat”protes ibunya Kkeut Boon.
“eee…dari hal tampilan, bahkan kamu tidak bisa menyelam dengan baik”bentak Ny. Choi pada Beo Jin. Beo Jin pun matanya sudah kembang kempis mau nangis.
“Ketika kita pulang besok, kau harus pergi menyelam ke tempat dangkal, setidaknya untuk belajar menyelam kali ini”lanjut ibunya.
“Bu, tidak bisakah kamu melihat betapa sulitnya ini untukku?”tanya Beo Jin yang sudah tidak dapat menahan tangisnya.
“Jika kamu menginginkan sesuatu yang lebih besar begitu banyak di sekitar kita. Anda hanya menggantinya dengan sapi!”protes Beo Jin.
“apa itu! Ini…ini….mulutmu! jika kamu adalah orang pertama yang datang menyelam mendalam dengan kami, kamu harusnya berhati bangga. Kamu telah mengerjakan yang paling sulit”ujar Ny. Choi pada Beo Jin.
Beo Jin pun menangis dengan keras.”Aku bukan seperti it. Siapa bilang aku ingin menjadi seorang penyelam””protes Beo Jin sambil menangis.
“Jika kamu lahir di Tamna, kamu ditakdirkan untuk menjadi seorang penyelam. Mengapa kau menangis?”seru ibunya.
“Mengapa aku lahir sebagai putrimu?”protes Beo Jin lalu bergegas pergi. “aish……aish….”guman ibunya menghadapi kekeras kepalaan Beo Jin.
Beo Jin menyendiri di tepi laut sambil melihat matahari terbenam. (kerennnnnn).
Sementara itu Park Kyu yang sedang membaca buku di kamar mendengar seseorang berteriak ada pencuri.
“Tangkap pencuri, Semua orang keluar!”teriak orang yang datang. Semua rang pun telah berkumpul.
“Apa yang terjadi? Tenang . Apa itu?”ujar Tn. Jang pada pembawa berita itu.
“Aku sedang tidur, kemudian aku mendengar sesuatu. Perlahan aku keluar bayangan gelap masuk dan mengambil sesuatu”jelas pembawa berita itu.
“Mungkinkah seekor babi hutan? Mungkin?”tanya salah seorang warga.
“Tidak, bukan itu….aku melihat hati-hati, itu manusia!”jelas pembawa berita.
Tiba-tiba Yi Bang datang mengagetkan semua orang.
“Sudah larut malam, keributan apa ini?”seru Yi Bang.
“tuan, apa yang terjadi pada larut malam ini….”ujar salah seorang warga.
“Aku tanya keributan apa ini?”tanya Yi Bang lagi.
“Pencuri datang ke rumahku”jawab pembawa berita tadi.
“Apakah kau mengatakan pencuri? Apakah seseorang mencuri barang yang dikenakan pajak lagi?”tanya Yi Bang.
“Bukan itu.. hanya beberapa tiram kering. Bukan barang kena pajak. Mengambil pisauku… bahkan telur rebus yang ingin kumakan “jawab pembawa berita tadi.
“Bahkan rumah kami, beras yang telah disiapkan untuk acara ritual juga hilang”ujar salah seorang warga.
“Itu tidak masuk akal. Pencurian kecil semacam itu harus dilaporkan ke polisi dengan tenang. Semua kekacauan ini akan mengkhawatirkan orang lain? Kembali ke rumah masing-masing. Cepat!”seru Yi Bang.
Park Kyu pun mendengarkan dengan seksama di dekat orang-orang itu.
Saat sedang duduk mau bab Park Kyu dari jauh melihat porselen mirip pispot. Tak Jauh dari tempat itu William yang berjalan-jalan di sekitar situ pun melihat porselen miliknya. William pun berlari ke arah porselen itu sebaliknya di lain arah Park Kyu juga berlari ke arah porselen itu.
Tapi di tengah jalan William dihadang oleh kakek tua yang makan ikan bersama kemarin.
Park Kyu pun bahagia mendapatkan porselen itu. Ia pun berteriak kegirangan. William pun mau teriak namun dibekap oleh kakek tua. Park Kyu melihat ke sekelilingnya dilihtanya nggak ada orang dibawanya porselen itu. William pun hanya bisa melihat hartanya dibawa pergi Park Kyu dengan lemah di sekapan kakek supaya William nggak berteriak.
Ternyata Park Kyu menjadikan porselen itu sebagai pispot , ia pun membuang babnya dikandang babi.
Dengan senyum penuh percaya diri ia berkata,”itu benar, itu benar. Bagaimana rasanya ini adalah milik bangsawan ?”serunya (huekssssss mual-mual saia wkkwkw).
Park Kyu pun menyimpan pispot itu dalam kamarnya dengan hati-hati.
Sementara itu William bersama kakek tua duduk bersama. Kakek tua menakut-nakuti William menggunakan topengnya. Ia pun menepuk-nepuk William dan mempergakan orang dipotong lehernya.
“Sampai sekarang belum ada orang asing meninggalkan Chosun(Korea) dalam keadaan hidup”ujarnya. Tapi William nggak ngerti apa yang dibicarakan kakek tua itu. Lalu kakek tua itu menoleh dan dilihatnya wig rambut pirang.”Oh!apa ini?”tanyanya sambil mengambil wig itu.
Lalu kakek tua itu memperhatikan wig itu mirip rambut William lalu ia mencoba mencari tahu cara pakainya, ia pun memakainya. William pun tertawa kecil diikuti kakek tua itu. Lalu kakek tua itu memberikan topengnya ke William.
“Ambil ini, aku akan mengambil ini”ujar kakek tua sambil memegang kepalanya yang sudah memakai wig, ceritanya jadi barter nih wig buat kakek, topeng buat William hahaha.
“Ini adalah pertukaran yang adil”serunya.
William masih memperhatikan topeng itu, lalu kakek menyentuh topeng itu dan berkata,”Ini adalah topeng raja, orang-orang tak peduli siapa pun ingin menjadi raja bahkan dengan membunuh ayahnya sendiri dan bahkan membunuh saudaranya sendiri”ujarnya. Kakek tua William mana tahu apa yang kakek bilang hahaha.
Sementara itu di pos ronda penjaga upeti untuk istana di lembah Sanbang tertidur pulas. Seorang pencuri datang membuka kandang kuda yang akan jadikan upeti. Semua kuda terbaik yang sudah disipakan untuk upeti itu pun dibawa semua oleh pencuri.
Keesokan paginya di rumah keluarga Jang. Ny. Choi mencampur makanan di dipan luar tengah . Park Kyu melihatnya dengan agak jijik. “Apakah itu benar-benar makanan untuk manusia? Apa yang berbeda dari makanan untuk babi?”gumannya. Lalu ia berdiri untuk menyaksikan langsung makanan itu. Ny. Choi, Tn. Jang, Beo Seol pun memakan makanan itu bersama, Ny. Choi menengok ke arah Park Kyu yang diikuti Tn. Jang. “Ingin makan sedikit juga? Jika kamu ingin makan, bekerjalah. Di sini tanganmu diam, maka mulutmu juga akan diam. Mengerti?”seru Ny. Choi .
“Bagaimana tidak sopan menyuruhku untuk bekerja. Aku tidak mau makan bahkan jika anda memintaku untuk memakannya. Yang tampak seperti makanan untuk babi begitu”seru Park Kyu lantang, berdehem lalu melangkah pergi.
“Dia belum cukup lapar”ujar Ny. Choi meneruskan makannya.
“Seberapa kuat….sepertinya sejak dia datang ke sini, dia tidak makan apa pun”ujar Tn. Jang.
“Lemah….. yah! Dia bukan orang yang dipengasingan kita, kita sudah banyak menampung mereka. Orang-orang yang kaku lehernya awalnya perlu kelaparan untuk membuat leher mereka lentur seperti daging dari landak laut”seru Ny. Choi mendebat suaminya. Tn. Jang pun ngambek lalu istrinya Ny. Choi menyuwirkan ikan dan menaruh disendok Tn. Jang. Tn. Jang pun tersenyum lalu sepertinya minta disuapin.
Begitu menengok dilihatnya anaknya Beo Seol memperhatikan kedua orang tuanya ini dengan jutek. Beo Seol pun kesal lalu menaruh sendoknya.”Aku akan meninggalkan kalian sendirian, sehingga kalian dapat melanjutkan apa yang kalian lakukan”serunya lalu mengambil tas perlngkapan tulisnya dan melanngkah pergi.
Tinggallah berdua kedua orang tua ini, lalu Tn. Jang bersiap disuapi dia pun menyerahkan sendoknya pada istrinya. “Makan sendiri”ujar istrinya, namun Tn. Jang tetap meminta istrinya menyuapinya, istrinya pun akhirnya menyuapi suaminya. Mereka pun tersenyum.
Di lain tempat penjaga yang semalam berjaga di pos ronda dibawa ke kantor kepolisian.
“Tuan! Tunggu sebentar”teriak istri penjaga. Akhirnya istri penjaga itu menghadang kedua opsir yang membawa suaminya.
“Beri kami satu hari lagi, kami pasti akan menemukan kudanya”pintanya.
“kami tidak bisa melakukan apa-apa. Pejabat itu memerintahkan kami untuk membawanya segera…”seru opsir kurus.
“Dia bahkan tidak bisa tidur untuk melindungi kuda-kuda yang dijadikan upeti! Dan sekarang dia harus ditangkap dan dihukum?”protes istri penjaga.
Dari jauh Park Kyu memperhatikan dan mendengarkan percakapan orang-orang ini.
“Ah!apakah kamu tahu kejahatan besar itu adalah membiarkan upeti dicuri?”seru opsir gendut.
“Hanya memberi kami satu hari lagi! Satu hari lagi!”rengek istrinya memohon, tapi kedua opsir penjaga ini tidak mengindahkan permintaan istri penjaga upeti. Kedua opsir pun menerobos istri penjaga yang menghadang dan membawa penjaga pergi. “Tuan, tuan!”teriak istrinya. Park Kyu pun melihat orang itu di bawa pergi .
Di kantor kepolisian, kepala kepolisian memperintahkan menghukum penjaga yang menghilangkan barang upeti tadi.
“Hukum orang yang bersalah karena kejahatannya!”teriaknya. Lalu Yi Bang pun mengingatkan lagi karena belum juga dihukum.
“Apa yang kalian lakukan?”serunya. Penjaga itu pun ditengkurapkan dalam papan dan disiram air lalu mulai dipukul pantatnya secara bergantian oleh dua orang algojo. Penjaga itu hanya bisa berteriak kesakitan setiap dipukul.
Di luar gerbang istrinya memohon supaya suaminya dilepaskan.
“Ayahnya Yang Son bisa mati!”teriak istrinya mencoba menerobos masuk namun dihadang 2 opsir pengawal. Istrinya terdakwa itu pun terdorong jatuh oleh kedua opsir. Banyak orang yang melihat kejadiaan ini tanpa mampu berbuat apa-apa, ternyata Park Kyu juga ada, mungkin ia mengikutinya tadi seperti ia berpikir ada yang tidak beres dengan kejadiaan ini makanya dia mengikuti.
“Aigoo, ini sangat tidak adil! Tidak adil!”protes istrinya. Park Kyu pun melihat ketidakadilan ini.
Malamnya Park Kyu memperhatikan sebuah peta, sepertinya peta daerah Tamna ini, ia berpikir kemana kuda-kuda itu akan dibawa lewat peta tersebut. Ia mencoba menulis kata kuda dalam peta itu. “Kuda” (dalam bahasa Cina “Ma”, Korea “Mal”) tulisnya
Keesokan paginya, berbekal peta semalam Park Kyu berkunjung ke sebuah pos penjaga upeti di Lembah Dae Jung Hyun. Ia ingin mengecek apakah kuda-kuda yang dicuri semalam ada di tempat itu.
Sesampainya di pos penjagaan yang dijaga seorang laki-laki tua, buru-buru penjaga itu menemui Park Kyu. Penjaga itu siap mengayunkan kayunya” Siapa Anda?”tanyanya.
“Aku orang yang tinggal di pengasingan di desa Sanbang. Aku datang hanya untuk melihat kuda-kuda”jelas Park Kyu pada penjaga.
“Kehidupan di pengasingan apakah begitu santai”ujar penjaga.
“Aku mendengar tempat ini….memegang kuda upeti untuk raja, tetapi kuda-kudanya agak banyak….”seru Park Kyu.
“Itulah yang aku katakan, kuda-kuda untuk raja hilang”ujar penjaga.
“Apakah kamu mengatakan bahwa kamu sedang dirampok?”tanya Park Kyu.
“Hanya sehat dan kuat yang diperuntukkan bagi raja, diambil tikus dan burung tanpa memperhatikan peternak dari sini dan ada yang diambil oleh polisi”jawabnya.
“Aku tidak bisa tidur malam ini, aku terus mengawasi mereka”lanjut penjaga itu lalu melangkah pergi. Park Kyu pun mendengarkannya dengan seksama dan berpikir.
Sementara itu William di laut mengawasi para wanita menyelam yang sedang bercakap-cakap.
“Di rumahku semua kue beras dalam toples benar-benar menghilang kemarin”seru salah seorang penyelam.
“Kue beras hilang tidak masalah, kalian tahu bahwa kuda yang diperuntukkan bagi raja hilang”seru Ny. Choi. Salah seorang penyelam gemuk sedang menguliti ikan segar.
“Tapi, apa yang sebenarnya terjadi? Kita dikenal tidak memiliki pencuri di desa kita”tanya Ny. Choi pemimpin penyelam.
William yang melihat salah seorang penyelam mengguliti ikan segar dengan pisau dan memakannya mentah-mentah begidik ketakutan.
“Aigoo, rasanya benar-benar segar!”ujar salah seorang penyelam setelah makan ikan yang dikulitinya mentah-mentah (huekssss).
Penyelam lainnya dan Ny. Choi pun mengambil ikan dan memakannya. “Ikan terbaik adalah ketika kalian memakannya langsung setelah menangkapnya”seru Ny. Choi lalu memasukkan ikan mentah ke mulutnya.
William yang melihatnya dari jauh pun kaget dan merasa jijik lalu mundur ke belakang yang menimbulkan bunyi. Dengan sigap ketiga wanita penyelam ini mengambil pisaunya dan melangkah menuju asal suara. William yang melihatnya pun langsung pergi meninggalkan tempat persembunyiannya itu. Dan ketika ketiga penyelam ke tempat itu sudah tidak ada siapa-siapa.
“Kurasa aku mendengar sesuatu….”ujar seorang penyelam. “Aku juga mendengarnya”ujar penyelam gendut menimpali. “Oh, mungkin ada babi liar?”pikirnya. Ia dan penyelam gendut pun antusia bersiap menangkapnya.
“Kita harus menghemat energi kita untuk menyelam ke dalam laut”seru Ny. Choi lalu melangkah pergi, penyelam gendut pun mengikutinya.
Malam hari Beo Jin dan William duduk di pinggir pantai, Beo Jin mengajari William tidur memakai selimut dari anyaman daun kelapa.
“Jika kamu kedinginan di malam hari, kamu dapat menutup diri dengan ini”seru Beo Jin sampil mempraktekannya.
“Kesepian di tempat asing mungkin membuatmu merasa lebih kedinginan”tanya Beo Jin.
“Penutup?”tanya William sambil mempraktekkannya. Beo Jin pun mengangguk. (Beginilah nasib dua orang yang tidak bisa berkomunikasi dalam bahasa yang sama, bahasa isyarat pun jadi hahahaha).
“Me Too” darimana kau berasal? Seberapa jauh kau datang?”tanya Beo Jin.
“Aku juga”ujar William sambil menunjuk dirinya.
“Me Too, kau. Kau darimana datang ke sini?”ulang Beo Jin. Sepertinya William mulai menyadari kesalahapaham ini, William mulai menyadari Beo Jin menganggap namanya “Me Too” ia pun mengklarisikasinya.
“Tidak, tidak, aku William, William J. Spencer”jelas William sambil menunjuk ke arahnya sendiri.
“Dari mana kau datang, bahwa kamu tidak tahu bagaimana berbicara dengan bahasa kami?”ujar Beo Jin sambil memperhatikan William. Beo Jin pun mengambil tangan William dan memegangnya.
“Aku ingin tahu sedikit, tapi itu baik-baik saja. Percaya saja. Karena kita berteman sekarang “Me Too”. Aku akan melindungimu”ujar Beo Jin menjelaskan.
Lalu tiba-tiba William terpikir sesuatu mengambar untuk menceritakan kejadian William bisa terdampar di pulau itu. “Aku datang dari lautan di Inggris, terus menjauh dari ibuku yang menakutkan dan jauh dari tunanganku karena aku takut bersamanya. Dengan sahabatku Ya, aku berangkat ke Nagasaki untuk mencari keramik yang indah. Setelah perjalan panjang, kami hamper dekat dengan Nagasaki tapi karena tiba-tiba terjadi badai, aku jatuh ke laut. Aku pikir aku akan mati…. Untungnya aku William selamat, seorang anak laki-laki yang beruntung! Sekarang aku masih hidup dan jatuh ke pulau ini yang indah di Asia Timur. Aku bahkan bertemu dengan seorang putri duyung yang cantik. Dan itu adalah…..”ujar William sambil menggambarkan ilustrasinya di atas pasir.
“Apakah itu aku? Benarkah?”tanya Beo Jin. “Namaku Beo Jin”ujar Beo Jin sambil menujuk ke dirinya sendiri. William pun terdiam masih belum mengerti apa yang dibicarakan Beo Jin, lalu Beo Jin terpikir ia pun menuliskan namanya di pasir pakai hangul. “Tunggu apakah ini benar?”guman Beo Jin lalu menambah huruf lagi. “apakah ini?”gumannya (Beo Jin kamu nulis benar atau salah William juga nggak tahu hahahaha).
“Anyway…namaku Beo Jin. Beo Jin.”seru Beo Jin terpatah-patah mengejanya.
“Beo Jin”ulang William. Beo Jin pun mengangguk.”Jadi itu namamu?”seru William lalu ia akhirnya ngeh. “Ah…aku…William”lanjut William terputus-putus.
“Will….i….am”ulang Beo Jin.
“William. Wi-li-am”ujar William terputus-putus supaya Beo Jin bisa mengikutinya.
“Wi….li…am”ulang Beo Jin. William pun mengangguk.
“Namamu William? Aku pikir namamu adalah “Me Too”seru Beo Jin tertawa.
“Itu benar-benar nama yang aneh. William, William, William”ulang Beo Jin sambil tertawa menghafal nama William. William pun tertawa lalu mereka menikmati pemandangan malam di tepi pantai.
Keesokan paginya Beo Jin bertugas mengambil air di sumur bersama.
“Hei, semua!”sapa beo Jin sambil melambaikan tangannya. “Apa yang kalian bicarakan?”tanya Beo Jin yang sudah mendekat ke arah Kkeut Boon dan kedua temannya.
“Seseorang yang beruntung bahwa ia adalah putri seseorang”jawab Kkeut Boon.
“aku mendengar kamu dalam perjalanan menyelam?”tanya salah satu teman Kkeut Boon.
“Kenapa aku?”tanya Beo Jin melongo.
“Ibumu… kamu bahkan bukan seorang penyelam yang terampil tetapi kamu bisa pergi juga. Kamu beruntung”jawab teman Kkeut Boon tadi.
“itu tidak masuk akal”ujar Beo Jin.
“Alih-alih Kkeut Boon yang merupakan penyelam terbaik. Beo Jin mungkin akan mempromosikan kelompok kita yang pertama”ujar teman Kkeut Boon yang lain.
Beo Jin pun panik dia segera kembali pulang tidak jadi ngambil air. Kkeut Boon yang kesal dengan Beo Jin langsung meminum air langsung dari gayung yang dipakai untuk mengambil airnya dan membantingnya kwkwk.
Sesampainya di rumah Beo Jin langsung menghadap ibunya.
“Ibu, aku benar-benar akan ikut menyelam ke dalam laut dalam? Mengapa aku harus ikut pergi?”tanya Beo Jin. “Ibu, kau sudah tahu keterampilan menyelamku. Penyelam akan mengalami banyak kesulitan dalam perjalanan ini, bagaimana aku bisa mengatasinya?”keluh Beo Jin.
Lalu tiba-tiba ibunya Kkeut Boon datang dan menyela,”Siapa yang tidak tahu? Tidak apa-apa kau tidak pergi” Lalu Ibunya Kkeut Boon ikut duduk dan berkata,”Ibumu ingin kau pergi supaya kamu memahami kekurangan dalam dirimu. Kita akan lihat besok. Kita bahkan mungkin harus menangkap untuk kehidupan atau mati dilaut”ujar ibunya Kkeut Boon. Beo Jin pun hanya mendengarkan dengan masam.
“Itu hanya bicara yang tidak masuk akal…pergi dan bersiap-siap untuk besok”bentak Ny. Choi pada ibunya Kkeut Boon. Lalu tiba-tiba Tn. Jang keluar rumah, segera ibunya kkeut Boon berdiri dan menyerahkan makanan yang dibawanya.
“Oppa!”serunya sambil menyerahkan makanannya dan Tn. Jang pun menerimanya.
“Aku…aku akan dalam perjalan menyelam dan besok akan kembali”lanjutnya.
“Selamat jalan”seru Tn. Jang.
“kau satu-satunya orang yang mengkhawatirkanku”seru ibunya Kkeut Boon.
“Apakah kau tidak pergi?”tanya Ny. Choi melihat suaminya digoda wanita lain cemburulah. Ibunya Kkeut Boon tersenyum lalu melangkah pergi. Ny. Choi pun melihat isi klenting Beo Jin masih kosong, sebelum dimarahi dengan sigap Beo Jin pun mengambilnya dan bergegas lari.
“Itu,……anak itu….bahwa…..bahwa…”omel ibunya sambil mau mengajar Beo Jin tapi ditahan ibunya.
“Sayang, Aaakh….”seru Tn. Jang sambil mengambil makanan yang dibawanya untuk disuapkan ke mulut istrinya. Tn. Jang pun menyuruh istrinya membuka mulut untuk disuapi. Istrinya pun menerima suapan suaminya.
Ternyata ibunya Kkeut Boon belum pulang ke rumah, ia masih bersembunyi dibalik batu ketika dilihat makanan yang sengaja dibuatkan untuk Tn. Jang diberikan pada istrinya apalagi dengan mesra begitu, ibunya Kkeut Boon pun cemburu dan marah. “Oppa!!!”teriaknya. Ny. Choi pun kaget dan salting lalu ia menghambur pergi yangdiikuti suaminya kwkwk.
Keesokannya penyelam yang sudah terbagi dalam 3 grup berangkat menyelam. Beo Jin pun ikut serta.
Kkeut Boon dan kedua temannya melihatnya dari jauh. “beo jin sangat beruntung!”puji salah satu teman Kkeut Boon. Dengan wajah kesal Kkeut Boon mengusap pisaunya. (wahhh nggak luka ntu hahaha).
Sementara itu di rumah Tn. Jang Park Kyu meminum langsung air dari gentong penyimpanan air sesaji.
“Apakah Anda tahu air apa itu?”tanya Beo Seol didepan pintu.
“Apakah ini air kotor?”ujar Park Kyu.
“Ini air baru yang diambil untuk nenek Sulmoondae dimana kami berdoa untuk kesejahteraan penyelam kami”seru Beo Seol menjelaskan.
“Lalu ini harus bersih?”tanya Park Kyu.
“Apakah itu semua yang dapat anda pikirkan?”tanya Beo Seol.
“Apa yang kamu maksud dengan ini?”ujar Park Kyu.
Lalu tiba-tiba Tn. Jang menanyakan ke Park Kyu apakah ia baru saja meminum air sesaji itu dengan isyarat karena suara Tn. Jang hilag, lau ia berdehem suaranya pun kembali.
“Kami tidak ingin nenek Sulmoondae marah….”ujar Tn. Jang lalu ia terpikir sesuatu.
“Itu baik-baik saja…. Aku akan pergi mengambil air”serunya sambil melangkah pergi.
“Ayah, aku yang akan mengambil air”ujar Beo Seol merasa kasian dengan kondisi ayahnya lalu mulai menggendong tempat air yang biasa dipakai Beo Jin. Ayahnya melarang Beo Seol tapi Beo Seol kekeuh di gendongnya tempat itu lalu bersiap pergi.
“Itu cukup”seru Park Kyu lalu melangkah keluar menghampiri Beo Seol.
“Aku akan pergi dan mengambil air”serunya lalu mengambil klenting (bingung mau dinamain apa ari namain klenting aja biasanya dijawa gitu ini agak mirip jadi namain klenting aja hahahaha) dari gendongan Beo Seol lalu melangkah pergi.
“Seperti yang diharapkan, rakyat jelata percaya pada takhyul”guman Park Kyu sambil berjalan.
Tn. Jang yang mendengar pun berkomentar,”Bangsawan, tentu saja ningrat berbeda karena anda akan tetap pergi dan bawa banyak air supaya tidak pergi untuk kedua kalinya, bawa banyak air untuk minum dan untuk mencuci beras”ujar Tn. Jang menjelaskan. Park Kyu pun menoleh ke arah Tn. Jang dengan penuh tanda tanya, Tn. Jang pun berkedip tersenyum, Park Kyu pun berdehem dan melanjutkan langkahnya.
Sementara itu di tempat pengambil air bersama sudah banyak orang mengantri mengambil air.“Kami tidak ingin nenek Sulmoondae marah….”ujar Tn. Jang lalu ia terpikir sesuatu.
“Itu baik-baik saja…. Aku akan pergi mengambil air”serunya sambil melangkah pergi.
“Ayah, aku yang akan mengambil air”ujar Beo Seol merasa kasian dengan kondisi ayahnya lalu mulai menggendong tempat air yang biasa dipakai Beo Jin. Ayahnya melarang Beo Seol tapi Beo Seol kekeuh di gendongnya tempat itu lalu bersiap pergi.
“Itu cukup”seru Park Kyu lalu melangkah keluar menghampiri Beo Seol.
“Aku akan pergi dan mengambil air”serunya lalu mengambil klenting (bingung mau dinamain apa ari namain klenting aja biasanya dijawa gitu ini agak mirip jadi namain klenting aja hahahaha) dari gendongan Beo Seol lalu melangkah pergi.
“Seperti yang diharapkan, rakyat jelata percaya pada takhyul”guman Park Kyu sambil berjalan.
Tn. Jang yang mendengar pun berkomentar,”Bangsawan, tentu saja ningrat berbeda karena anda akan tetap pergi dan bawa banyak air supaya tidak pergi untuk kedua kalinya, bawa banyak air untuk minum dan untuk mencuci beras”ujar Tn. Jang menjelaskan. Park Kyu pun menoleh ke arah Tn. Jang dengan penuh tanda tanya, Tn. Jang pun berkedip tersenyum, Park Kyu pun berdehem dan melanjutkan langkahnya.
“Orang yang diasingkan itu!”ujar teman Kkeut Boon, Park Kyu melihat seorang ibu-ibu kecapean membawa airnya, tidak tega ia pun meletakkan klentingnya dan membantu membawakan kelnting ibu itu ke atas.
“Biarkan aku membantumu”ujar Park Kyu lalu mengambil klenting ibu itu dan membawanya ke atas.
“Biarkan aku membantumu….biarkan aku membantumu”bisik teman Kkeut Boon pada temannya.
Setelah selesai membantu ibu tadi Park Kyu kembali tapi begitu ia kembali, banyak wanita sudah mengantri minta ditolong wkkwkwkw. Mereka mengeluh sakit punggungnya , mau tak mau Park Kyu pun membantu mengangkatkan klenting mereka satu persatu. Begitu seterusnya, dan dihitung oleh kedua teman Kkeut Boon yang duduk santi di depan barisan pengantri.
Selesai membantu mengangkat sebanyak 3 kali, begitu Park Kyu kembali disana ada Kkeut Boon duduk di atas batu dengan menggoda.
“Capek, bukan?”tanya Kkeut Boon. Lalu Kkeut Boon berdiri sambil berkata,”haruskah kita pergi ke suatu tempat sambil minum teh?”tanya Kkeut Boon menggoda. Park Kyu pun hanya tersenyum dan bersiap melanjutkan pekerjaannya. Kkeut Boon melihat rayuannya tidak berhasil pun tidak kehilangan akal.
“Ah,dia malu….”ujarnya lalu mulai mendekati Park Kyu dan mengendus-ngedusnya (mirip anjing hahaha).
“Setiap orang seperti itu di awal…”kata Kkeut Boon. Park Kyu tidak mengindahklan rayuan Kkeut Boon, ia melangkah pergi namun tangannya segera di tarik Kkeut Boon.
“Jangan takut!”ujar Kkeut Boon sambil memeluk Park Kyu.
Tiba-tiba terdengar Yi Bang datang melihat semua itu. “Hei, kau….”teriak Yi Bang.
Kkeut Boon dan semua wanita yang mengantri tadi pun menghambur pergi.
“Aku sudah bilang untuk memperbaiki caramu… dan kamu masih belum belajar? Bagaimana mungkin kamu berjalan di sekitar dimana ada banyak perempuan tanpa pakaian lengkapmu sebagai bangsawan?”seru Yi Bang.
“Berhati-hatilah dari apa yang anda katakan?”ujar Park Kyu.
“Kau pikir bercanda dengan wanita masih ok?”tanya Yi Bang.
“Anda harus memperhatikan diri anda dengan kebiasaan desa. Meskipun penduduk desa bekerja tanpa lelah kehidupan mereka yang menyedihkan! Bukankah ini tanggung jawab bagi mereka yang bertanggung jawab?”seru Park Kyu menjelaskan.
“Bagaimana kamu bisa berkata kasar seperti itu? Bagaimana orang di pengasingan begitu mudah berbicara tentang orang lain begitu?”ujar Yi Bang tidak percaya.
“Aku….aku berada di tengah-tengah pekerjaanku. Anda harus memaafkanku”ujar Park Kyu lalu melangkah melanjutkan tugasnya.
Sementara itu di pinggir laut para penyelam bersiap-siap dengan melakukan pemanasan. Mereka melakukan beberapa gerakan menyelam. (ngakak ni nontonnya lucu hahahaha). Beo Jin yang ikut dalam pemanasan itu berguman”William pasti lapar”. Beo Jin pikirannya dimana tapi jiwanya ada bersama para penyelam .
Di lain tempat William mencari-cari ikan di laut dengan bambu runcing sebagai senjata. Ia kesal karena tidak mendapatkan satu ekor ikan pun.
Para penyelam pun sudah mulai penyelam, tiba-tiba dua orang penyelam berteriak ke permukaan bahwa mereka menemukan kerang besar,”itu raja kerang!raja kerang!”seru duaorang penyelam. Ketua penyelam (ibunya Beo Jin) pun menyelam ke dalam air, Beo Jin yang kesal pun mau tak mau ikut menyelam.
Para penyelam pun menyelam menuju kerang yang disebutkan tadi, Ibunya Beo Jin dan ibunya Kkeut Boon berusaha mengeluarkan kerang besarnya, Beo Jin yang datang berusaha membantu diusir hehehe. (mereka menyelam diiringi ost keren banget, tim ost dan lyric request ya, lagi susah ngudek-udek google saia). Beo Jin pun kembali ke permukaan.
Kerang besar tadi diangkat dengan tambang . Akhirnya kerang itu pun berhasil muncul ke permukaan. Para penyelam pun pun bersorak kegirangan.
Sementara itu Park Kyu berjalan-jalan sambil menyelidiki jejak pencurian. Dia pun menyentuh jejak kuda dan terbesit suatu pikiran.
Ternyata Park Kyu masuk ke dalam hutan. Dan di dalam hutan itu ada William yang sedang mencari makanan yang bisa dimakan. William yang baru memetik beberapa buah langsung pergi ketika melihat Park Kyu. Park Kyu yang menoleh menyadari ada dahan pohon bergoyang pun menghampirinya, dilihatnya ada bekas batang baru saja patah, ia pun menyentuhnya lalu berpikir.
Kembali ke para penyelam. Para penyelam membakar sebagian ikan yang diperoleh. Beo Jin kembali sambil membawa kayu bakar.
“Apakah kau belajar sesuatu, kamu hanya terampil menyelam di air yang dangkal dan mengumpulkan rumput laut. Kamu seharusnya tidak ikut bersama kami. Bagaimana kau bisa ikut dalam perjalanan menyelam ini?”protes ibunya Kkeut Boon. Lalu ibunya Beo Jin pemimpin penyelam datang dan duduk bersama .
“Dengan mendengarkan semua pembicaraan ini, kamu harus masih memiliki sisa kekuatan. Aku ingin menyelam lagi besok untuk Raja kerang lain. Bagaimana?”seru Ny. Choi.
“Oh, gee! Meninggalkan penyelam terburuk, putri seseorang sendirian dan tidak membiarkan kita beristirahat”protes ibunya Kkeut Boon.
“eee…dari hal tampilan, bahkan kamu tidak bisa menyelam dengan baik”bentak Ny. Choi pada Beo Jin. Beo Jin pun matanya sudah kembang kempis mau nangis.
“Ketika kita pulang besok, kau harus pergi menyelam ke tempat dangkal, setidaknya untuk belajar menyelam kali ini”lanjut ibunya.
“Bu, tidak bisakah kamu melihat betapa sulitnya ini untukku?”tanya Beo Jin yang sudah tidak dapat menahan tangisnya.
“Jika kamu menginginkan sesuatu yang lebih besar begitu banyak di sekitar kita. Anda hanya menggantinya dengan sapi!”protes Beo Jin.
“apa itu! Ini…ini….mulutmu! jika kamu adalah orang pertama yang datang menyelam mendalam dengan kami, kamu harusnya berhati bangga. Kamu telah mengerjakan yang paling sulit”ujar Ny. Choi pada Beo Jin.
Beo Jin pun menangis dengan keras.”Aku bukan seperti it. Siapa bilang aku ingin menjadi seorang penyelam””protes Beo Jin sambil menangis.
“Jika kamu lahir di Tamna, kamu ditakdirkan untuk menjadi seorang penyelam. Mengapa kau menangis?”seru ibunya.
“Mengapa aku lahir sebagai putrimu?”protes Beo Jin lalu bergegas pergi. “aish……aish….”guman ibunya menghadapi kekeras kepalaan Beo Jin.
Beo Jin menyendiri di tepi laut sambil melihat matahari terbenam. (kerennnnnn).
Sementara itu Park Kyu yang sedang membaca buku di kamar mendengar seseorang berteriak ada pencuri.
“Tangkap pencuri, Semua orang keluar!”teriak orang yang datang. Semua rang pun telah berkumpul.
“Apa yang terjadi? Tenang . Apa itu?”ujar Tn. Jang pada pembawa berita itu.
“Aku sedang tidur, kemudian aku mendengar sesuatu. Perlahan aku keluar bayangan gelap masuk dan mengambil sesuatu”jelas pembawa berita itu.
“Mungkinkah seekor babi hutan? Mungkin?”tanya salah seorang warga.
“Tidak, bukan itu….aku melihat hati-hati, itu manusia!”jelas pembawa berita.
Tiba-tiba Yi Bang datang mengagetkan semua orang.
“Sudah larut malam, keributan apa ini?”seru Yi Bang.
“tuan, apa yang terjadi pada larut malam ini….”ujar salah seorang warga.
“Aku tanya keributan apa ini?”tanya Yi Bang lagi.
“Pencuri datang ke rumahku”jawab pembawa berita tadi.
“Apakah kau mengatakan pencuri? Apakah seseorang mencuri barang yang dikenakan pajak lagi?”tanya Yi Bang.
“Bukan itu.. hanya beberapa tiram kering. Bukan barang kena pajak. Mengambil pisauku… bahkan telur rebus yang ingin kumakan “jawab pembawa berita tadi.
“Bahkan rumah kami, beras yang telah disiapkan untuk acara ritual juga hilang”ujar salah seorang warga.
“Itu tidak masuk akal. Pencurian kecil semacam itu harus dilaporkan ke polisi dengan tenang. Semua kekacauan ini akan mengkhawatirkan orang lain? Kembali ke rumah masing-masing. Cepat!”seru Yi Bang.
Park Kyu pun mendengarkan dengan seksama di dekat orang-orang itu.
0 comments:
Post a Comment