Recent Post


[Sinopsis] Personal Taste Episode 12 part 1

Do you want to share?

Do you like this story?

Jin-ho minta maaf pada Do-bin dan berkata kalau ia mencintai Park Kae-in. Do-bin kaget mendengar Jin-ho bukanlah gay. Sementara itu Kae-in sudah selesai bicara dengan Chang-ryul, tiba-tiba Chang-ryul bertanya apakah Kae-in dan Jin-ho bahagia. Kae-in berbalik dan mengangguk, Chang-ryul tersenyum lega karena itu artinya ia bisa melepaskan Kae-in selamanya dengan rasa tenang. Kae-in pergi tapi Chang-ryul melihat sebuah truk berjalan kencang menuju arah Kae-in berada. Chang-ryul reflek berlari menyelamatkan Kae-in.

Di tempat lain Do-bin berjalan lunglai meninggalkan Jin-ho. Sementara itu Chang-ryul berhasil menyelamatkan Kae-in dan mereka terjatuh dipinggir jalan. Kae-in selamat tapi Chang-ryul tak sadarkan diri sehingga membuat Kae-in panik.
Chang-ryul dibawa ke rumah sakit, dokter berkata Chang-ryul tidak apa-apa tapi harus tetap dirawat disana sampai ia sadar. Do-bin kembali ke kamarnya dengan perasaan sangat syok dan kecewa, ia membuang hadiah yang telah ia siapkan untuk Jin-ho.

Kae-in menunggui Chang-ryul dengan perasaan cemas.
Sementara itu Young-soon pergi minum dengan Sang-joon. Mereka senang karena rencana mereka mempersatukan Jin-ho dan Kae-in lagi berhasil. Young-soon berkata jika dulu ia tahu Sang-joon bukan gay, ia pasti tidak bisa berteman akrab dengan Sang-joon karena jika Sang-joon adalah pria normal maka ia pasti tidak akan memperdulikannya. Sang-joon tidak terima karena ia merasa saat ia pura-pura gay ia masih tetap memiliki aura kejantanan yang dapat menarik wanita. Ia lalu berusaha menunjukan itu dengan merayu seorang wanita yang duduk tak jauh dari mereka. Tapi tiba-tiba pacar wanita itu datang dan Sang-joon pura-pura tidak melakukan apa-apa dan kembali kemejanya. Young-soon geli melihatnya. Sang-joon senang bisa membuat Young-soon tertawa karena itu artinya hubungan mereka kembali akrab seperti dulu.
Jin-ho mencari Kae-in di kamarnya tapi tidak ada jawaban dari dalam. Lalu In-hae datang dan berkata kalau Kae-in sedang bersama Chang-ryul. Jin-ho tak percaya ia kemudian mencari Kae-in di lobby hotel tapi tetap tak menemukannya, ia kemudian mencoba menelepon Kae-in. Kae-in yang masih ada dirumah sakit mengangkat teleponnya, Jin-ho segera tanya Kae-in ada dimana. Kae-in mencoba menjelaskan tapi Jin-ho langsung tanya lagi Kae-in bersama siapa. Kae-in mencoba menjelaskan lagi kalau Chang-ryul sedang dirawat di rumah sakit, tapi belum selasai Kae-in menjelasakan Jin-ho sudah marah dan langsung menutup teleponnya. Kae-in bingung kenapa Jin-ho tiba-tiba menutup teleponnya.

Chang-ryul mulai sadar dan terkejut Kae-in ada disana. Kae-in langsung tanya bagaimana keadaan Chang-ryul. Chang-ryul berkata dia tidak apa-apa tapi Kae-in masih kawatir karena tadi kepala Chang-ryul terbentur aspal jalan. Chang-ryul mulai ingat kejadian kecelakaan itu dan tetap berkata kalau ia tidak apa-apa. Kae-in berkata Chang-ryul sudah tidak sadarkan diri selama 5 jam. Chang-ryul terharu karena selama itu Kae-in terus menjaganya. Kae-in berkata tentu saja ia harus melakukan itu karena Chang-ryul terluka karena mencoba melindunginya. Chang-ryul berkata tentu saja ia harus melindungi Kae-in bahkan apa pun ia akan lakukan demi Kae-in. Kae-in jadi tak enak. Chang-ryul tersenyum dan berkata ia hanya bercanda. Tapi Kae-in tetap tak enak. Chang-ryul berkata Kae-in tak perlu mencemaskannya lagi karena ia adalah laki-laki yang kuat, yang akan keluar membantu jika Kae-in ada masalah. Kae-in mengucapkan terima kasih. Chang-ryul berkata itu tak perlu karena apa yang dilakuannya saat ini tidak ada bisa dibandingkan dengan apa yang telah dilaukan Kae-in dulu kepadanya.

Jin-ho pergi minum-minum sendirian di bar hotel, tiba-tiba In-hae datang dan memanasi dengan menebak bahwa Jin-ho minum-minum pasti karena Kae-in sedang bersama Chang-ryul. In-hae berkata kalau hubungan Kae-in dan Chang-ryul dulu berjalan lama jadi membutuhkan waktu untuk melupakan masing-masing. Jin-ho berkata kalau ia ingin minum sendirian. In-hae bukannya pergi malah berkata bahwa ia tahu Jin-ho itu orang seperti apa sejak pertama kali bertemu.
“Barang yang diinginkan, sebelum mendapatkannya tak akan dilepaskan. Kalau sekali tak berhasil maka akan mencoba lagi” kata In-hae.
Jin-ho hanya diam tak membalas (berarti benar yak??). In-hae kemudian bertanya apakah Jin-ho sudah menjelaskan semuanya kepada Do-bin. Jin-ho belum menjawab. Tapi In-hae sudah bisa menebak, ia kecewa karena jin-ho tak perlu melakukannya, Jin-ho hanya perlu menjadi teman Do-bin agar memenangkan tender itu. Kali ini Ji-ho menimpali. Ia berkata jika ia melakukan hal seperti itu maka itu namanya penipuan. In-hae tak percaya, ia berkata kalau Jin-ho tak berniat menipu orang lain maka sejak awal seharusnya Jin-ho tidak mengaku gay. Jin-ho tak bisa menjawabnya lagi. In-hae kembali berkata kalau ia sebetulnya ada sedikit pertanyaan tentang kenapa Jin-ho pura-pura menjadi gay untuk tinggal di Sang Go Jae. Jin-ho kaget mendengar hal itu.
Do-bin pergi minum-minum dipinggir pantai. Ia memikirkan jawaban Jin-ho saat dituduh memanfaatkan kedekatan Jin-ho denganya (saat pengakuan kalau dia gay) dan saat ia mengakui kalau dia bukan gay. Saat itu Jin-ho berkata kalau ia rela jika dikeluarkan dari tender museum karena ia tidak ingin mengecewakan ketulusan hati Do-bin terhadapnya selama ini.
“Jika kamu benaran ingin menipu saya, saya rela untuk menerimanya (jiah... om ini)” kata Do-bin dalam hatinya.

Chang-ryul dan Kae-in kembali ke hotel. Kae-in sedikit khawatir karena Chang-ryul terlihat masih kesakitan. Chang-ryul bilang kalau Kae-in tak perlu merisaukan dia karena luka itu tidak ada artinya dibandingkan rasa sakit saat melihat Kae-in bergandengan tangan dengan Jin-ho. Kae-in jadi tidak enak. Chang-ryul menenangkan Kae-in dengan berkata kalau ia sekarang sudah bisa menerima hubungan Kae-in dengan Jin-ho.

Jin-ho buru-buru pergi menuju lift. In-hae terus mengejarnya dan mendesak Jin-ho mengakui bahwa tebakannya tentang niat Jin-ho tinggal di Sang Go-jae adalah benar. Jin-ho meminta In-hae untuk diam. In-hae bertanya apa Jin-ho takut karena niatnya Jin-ho sesungguhnya sudah terbaca olehnya. Jin-ho dengan dingin menyuruh In-hae diam. In-hae terus berbicara. Ia menebak karena desain musium damn dulunya diserahkan pada Prof. Park maka jika Jin-ho menjadi menantu Pof Park akan.... Belum selesai In-hae bicara, Jin-ho mendorong In-hae ke pinggir lift. Jin-ho memperingatkan agar In-hae menjaga bicaranya. In-hae malah tersenyum, ia berkata dengan reaksi Jin-ho seperti itu maka sudah menjawab bahwa tebakannya adalah benar.
Kae-in dan Chang-ryul menuju lift. Dan bersamaan dengan itu lift Jin-ho dan In-hae juga telah sampai. Yap lift yang sama dengan yang ditunggu Kae-in dan Chang-ryul. Kae-in kaget melihat Jin-ho dengan In-hae. Jin-ho pun kesal melihat Kae-in bersama Chang-ryul. Jin-ho segera keluar dari lift tanpa bicara apapun dengan Kae-in (bukannya Kae-in yang harusnya cemburu melihat adegan Jin-ho dan In-hae).
Kae-in yang bingung dengan sikap Jin-ho segera mengejarnya. In-hae keluar dari lift dan menyindir Chang-ryul yang masih dekat dengan Kae-in. In-hae mengajak Chang-ryul untuk bekerja sama lagi memisahkan Kae-in dan Jin-ho. Chang-ryul tak percaya dengan sikap In-hae yang masih belum putus asa.
Kae-in berhasil menyusul Jin-ho. Ia tanya kenapa Jin-ho tak mau mendengar penjelasannya, tapi malah menutup telepon. Jin-ho dengan kesal kemudian bertanya apa yang harus dilakukan Kae-in bersama dengan Chang-ryul. Kae-in menjelaskan kalau ia terpakasa harus bersama dengan Chang-ryul tadi. Jin-ho memotong karena ia tak percaya hanya karena terpaksa maka Kae-in terus bersama Chang-ryul. Jin-ho memarahi Kae-in yang terus memberi peluang pada Chang-ryul untuk kembali. Kae-in tak tahan ia berkata kalau ia tak pernah memberikan Chang-ryul peluang dan mereka tadi bertemu untuk mengucapkan perpisahan. Jin-ho tetap tak percaya dan berkata buat apa perpisahan memerlukan waktu yang lama. Kae-in meminta Jin-ho tidak berbicara seperti itu, karena tadi demi menolongnya Chang-ryul terluka dan harus dirawat dirumah sakit sehingga ia tak bisa meninggalkan Chang-ryul begitu saja. Jin-ho terkejut mendengar Kae-in hampir kecelakaan tapi ia kesal karena Kae-in dan Chang-ryul masih saling mengkhawatirkan. Kae-in berkata kalau ia tak ada apa-apa dengan Chang-ryul. Tapi Jin-ho keburu berkata kalau ia bisa marah walaupun karena masalah kecil (ia bisa cemburu meski karena masalah kecil). Jin-ho kemudian pergi meninggalkan Kae-in. Kae-in tak percaya Jin-ho bersikap seperti itu. Dari kejauhan Chang-ryul melihat Kae-in sedang sedih karena bertengkar dengan Jin-ho.
Jin-ho menyendiri di sebuah tempat. Ketua Choi melihatnya dan menghampirinya. Jin-ho langsung memberi hormat kepada Do-bin. Ketua Choi berkata apakah Jin-ho tidak menyesal mengatakan yang sejujurnya kepadanya padahal ia bisa terus berbohong. Jin-ho berkata kalau ia pernah memikirkan hal itu, tapi melihat kebaikan Do-bin kepadanya, ia mengurungkan niatnya itu. Jin-ho juga merasa kalau ia meneruskan kebohongan itu maka tidak adil bagi gadis yang ia cintai. Do-bin merasa Jin-ho keterlaluan karena baru mengungkapkan kebenarannya sekarang. Jin-ho tertunduk merasa bersalah. Tapi kemudaian Do-bin berkata kalau ia sekarang bahagia. Karena berkat Jin-ho, sekarang ia bisa berani menerima keadaan dirinya yang berbeda dari orang lain. Jin-ho minta maaf karena membuat Do-bin terluka. Do-bin kemudian bertanya apakah saat Jin-ho mengakui kalau ia gay didepan Chang-ryul adalah karena merasa kasihan padanya. Jin-ho hanya diam. Do-bin mengerti apa artinya itu, ia kemudian berkata kalau ia akan berusaha melupakan masa lalu karena ia tak ingin kehilangan teman.
Keesokan harinya Kae-in masih cemas dengan kejadian semalam. Young-soon bangun dalam keadaan pusing karena mabuk setelah meranyakan keberhasilannya. Tapi begitu melihat wajah Kae-in yang murung Young-soon langsung kecewa karena itu berarti usahanya gagal. Kae-in mencoba menjelaskan kalau itu terjadi karena Chang-ryul... Belum selesai menjelaskan Young-soon sudah meledak karena mendengar nama Chang-ryul, Young-soon bertanya apa yang dilakukan Chang-ryul hingga Kae-in gagal baikan dengan Jin-ho. Kae-in menjelaskan semua kejadian kemarin pada Young-soon. Young-soon berkata wajar jika Jin-ho marah karena Kae-in berkata kalau ia bersama Chang-ryul seharian. Kae-in tak terima disalahkan begitu saja karena ia sama sekali tak melakukan apa-apa dengan Chang-ryul. Young-soon tentu saja tahu hal itu. Ia kemudian berkata kalau Jin-ho sepertinya sangat mencintai Kae-in hingga bisa cemburu karena masalah kecil. Hal ini sama seperti dirinya yang suka cemburu bila suaminya bersama wanita lain.
“Apa kamu tidak merasakan hal sama, saat melihat Jin-ho bersama wanita lain?” tanya Young-soon sedikit curiga dengan Kae-in.

Jin-ho dan Sang-joon baru saja selesai mengikuti pertemuan. Tiba-tiba Chang-ryul datang dan berkata kalau ia ingin bicara empat mata dengan Jin-ho. Chang-ryul dan Jin-ho kemudian bicara empat mata dipinggir pantai. Chang-ryul menjelaskan kalau kemarin Kae-in hanya menemaninya dirumah sakit saja. Jin-ho berkata kalau ia sudah tahu. Chang-ryul tersenyum tipis dan berkata kalau kemarin ia sudah mau melepaskan Kae-in tapi malah terjadi kecelakaan itu. Jin-ho segera berkata kalau ia sudah mendengar hal itu. Jin-ho dengan ketus bertanya apa demi menjelaskan hal ini Chang-ryul menemuinya. Bukannya menjawab, Chang-ryul malah menjelaskan hal lain. Chang-ryul berkata kalau ia tidak menyangka ayahnya menemui Kae-in di Sang Go-jae, padahal ayahnya tahu kalau ia dan Kae-in tidak memiliki hubungan apa-apa. Jin-ho sedikit kaget mendengarnya. Untuk menjaga gengsinya Chang-ryul berkata kalau ia juga sebenarnya tak mau menjelaskan semuanya tapi demi tidak melihat Kae-in sedih ia mau melakukan hal itu. Jin-ho kemudian minta agar Chang-ryul tidak memperdulikan apa-apa lagi yang berhungan dengan Kae-in.
Chang-ryul tertawa karena menganggap Jin-ho lucu. Chang-ryul berkata dulu jika masalah perkerjaan Jin-ho tidak pernah bereaksi lebih seperti sekarang tapi sekarang hanya karena masalah Kae-in, Jin-ho bisa bersikap seperti itu. Jin-ho tak mau menanggapi. Ia berkata kalau tidak ada hal yang ingin dibicarakan lagi ia akan pergi. Jin-ho pergi. Chang-ryul tiba-tiba berkata kalau ia iri melihat pertengakaran Jin-ho dan Kae-in. Jin-ho terhenti saat mendengar hal itu.
Chang-ryul berkata kalau ia dulu sama sekali tak pernah bertengkar dengan Kae-in karena Kae-in selalu mengerti dirinya. Jin-ho berbalik dan menanyakan tentang luka Chang-ryul.
Chang-ryul tersenyum senang dan berkata “Apa? Kamu masih bisa perhatian pada saya! Karena cinta apakah dendam kepadaku sudah hilang?” .
“Tidak peduli. Kamu karena wanita saya baru bisa terluka. Terimakasih” kata Jin-ho dengan sedikit gengsi.
“Hay Jon Jin-ho. Walaupun masalah percintaan saya mengalah kepadamu. Tapi kamu jangan mengira saya akan mengalah dalam hal pekerjaan. Kali ini saya tidak akan main belakang. Saya ingin bersaing secara sehat denganmu. Setuju?” kata Chang-ryul tak kalah jaim. Jin-ho tersenyum kecil dan berkata “Setuju”. Kemudian mereka berpisah.
Jin-ho ke kamar Kae-in. Ia masih ragu untuk berbaikan dengan Kae-in, ia juga kesal karena Kae-in tidak mengangkat telepon darinya. Jin-ho akhirnya memutuskan pergi dari sana tapi kemudian kembali dan mencoba untuk mengetuk pintu kamar Kae-in. Dan ternyata saat itu Kae-in juga hendak keluar kamar. Jin-ho jadi salah tingkah. Kae-in menatap Jin-ho penuh curiga.
“Kenapa kamu tidak mengangkat telepon saya?” kata Jin-ho sedik kesal dan sedikit jaim.
“Apa pedulimu” kata Kae-in tak kalah kesal dan mau pergi dari sana.
Jin-ho menghalangi jalan Kae-in dengan tangannya.
“Kenapa? Kamu ada yang ingin dibicarakan dengan saya kah?” tanya Kae-in.
Jin-ho diam saja.
“Tidakkah kau ingin berkata maaf atau apa kepadaku!” sindir Kae-in.
“Maaf karena membuatmu marah atau apa” kata Jin-ho.
Kae-in pura-pura masih terlihat tidak senang kemudian pergi dari sana.
“Kamu mau pergi kemana?” kata Jin-ho sambil menarik tangan kae-in.
Kae-in melepas tangan Jin-ho sambil tersenyum kecil.
Jin-ho termakan permainan Kae-in. Ia akhirnya pergi mengejar Kae-in.
Kae-in dan Jin-ho pergi ke mall. Kae-in terlihat heran melihat-lihat mall itu karena dulu terakhir ia datang ke pulau jeju belum ada mall itu. Jin-ho masih terlihat kesal dipermainkan Kae-in tadi.
“Kamu tidak beli apa-apa.. buat apa datang kesini” kata Jin-ho kesal.
“Aku mau beli” kata Kae-in yakin.
“Beli apa?” kata Jin-ho penasaran.
“Buat apa membertitahumu” kata kae-in kesal.
“Kalau begitu kenapa kau membawaku kesini?” kata Jin-ho kesal.
“Karena saya tidak kenal jalan” kata Kae-in kesal.
Kae-in kemudian melihat-liat syal yang dipajang tak jauh darinya.
“Ah... kamu hanya mencari alasan” kata Jin-ho.
Kae-in tak menanggapi ia sibuk melihat-lihat.
“Kamu mau beli ini? Ibu saya yang dengan usia yang begitu juga tidak akan menggunakan ini” kata Jin-ho menyindir.
“Kalau begitu mana yang ia suka” kata Kae-in.
Jin-ho terlihat kaget.
“Kamu datang untuk membelikan hadiah untuk ibu sayakah?” kata Jin-ho penasaran.
Kaae-in terlihat sedikit putus asa, ia berkata “Saya tahu ini masih tidak cukup, tapi saya...”.
Jin-ho tersenyum senang ia jadi gemas pada Kae-in sehingga mencubit pipinya.
Kae-in kaget tapi kemudian ikut tersenyum. Mereka lalu melihat ada game untuk pasangan kekasih. Kae-in berkata dengan semangat kalau hadiahnya jam tangan yang ditawarkan itu adalah jam tangan mahal. Jin-ho menyindir apa Kae-in dengan kata lain ingin mengajaknya ikut game itu. Kae-in berlagak jaim. Ia berkata kenapa ia harus mengajak Jin-ho. Jin-ho berkata bukankah itu game pasangan kekasih jadi harus dilakukan bersama-sama. Kae-in menolak mengikuti game itu karena ia bukan ahlinya. Jin-ho berkata kalau Kae-in tak perlu memusingkan hal itu. Kae-in jadi tertarik. Ia bertanya apa Jin-ho ahli dalam game itu.
“Kamu kira saya tidak bisa memecahkan code itu” kata Jin-ho.
“Itu siapa yang tahu” kata Kae-in.
Jin-ho kemudian menarik tangan Kae-in dan mengajaknya untuk main game itu.
Jin-ho berusaha sendirian untuk memecahkan code itu tapi gagal berkali-kali. Kae-in mencoba membantu tapi ditolak Jin-ho. Akhhinya Kae-in tak tahan, ia mengambil alih permainan dan dengan asal memasukan code. Tapi malah berhasil. Jin-ho, Kae-in dan pengunjung lain kaget melihatnya. Dan sebagai pemenang mereka harus foto pasangan dengan hadiahnya.

Sementara itu In-hae mengajak Chang-ryul untuk bicara empat mata. Begitu tiba Chang-ryul langsung bertanya maksud In-hae mengajaknya bertemu. Bukannya menjawab. In-hae malah bertanya apa Chang-ryul tau ide dasar museum kesenian di mana?. Chang-ryul terlihat bingung.
“Sang Go Jae” kata In-hae.
“Sang Go Jae! bukankah itu rumah Kae-in” kata Chang-ryul heran.
“Dari awal ketua Choi sudah memutuskan untuk menggunakan desain Sang Go Jae” kata In-hae.
“Kenapa kamu bisa tahu?” tanya Chang-ryul kaget sekaligus heran.
“Waktu berbicara dengan sekretaris pengarah baru tahu. Kamu tidak heran kenapa Jin-ho mau masuk ke Sang Go Jae?” tanya In-hae.
Chang-ryul tambah kaget dan menatap In-hae tajam.
“Kamu kira dia masuk karena kebetulankah?” pancing In-hae.
“Apa! Tunggu jadi masud kamu Jin-ho masuk Sang Go Jae karena tahu rahasia ide dasar itu?” kata Chang-ryul.
“Otak kamu akhirnya berputar juga” kata In-hae sambil tersenyum menang.
“kalau begitu maksud kamu ia berpacaran dengan Kae-in juga karena alasan itu?” tanya Chang-ryul.
“Kalau bukan begitu bagaimana menjelaskan kebetulan itu” kata In-hae.
Chang-ryul terlihat kesal mendengarnya.
“Jeon Jin-ho adalah orang yang tak boleh kamu remehkan. Jadi kamu masih relakah Jin-ho bersama Kae-in” kata In-hae memanasi.
“Jeon Jin-ho, brengsek!” kata Chang-ryul sudah tak dapat menahan marahnya.
Ia segera pergi mau mencari Jin-ho.
Jin-ho sendiri tengah asik berjalan-jalan dipantai bersama Kae-in. Dan saat pulang naik mobil Kae-in berteriak kalau ia sangat mencintai Jin-ho.
In-hae berusaha mencegah Chang-ryul. Tapi Chang-ryul sudah terlanjur marah dan tak dapat dihentikan. In-hae kemudian berkata buat apa Chang-ryul mencari Jin-ho saat ini. Jika Chang-ryul mengungkapkan kebenaran saat ini Jin-ho hanya perlu minta maaf pada Kae-in dan mereka akan kembali lagi. Ia minta Chang-ryul menunggu waktu yang tepat untuk membongkar rahasia ini. Saat Kae-in mengetahui betapa hinanya Jin-ho. Lagi –lagi Chang-ryul termakan omongan In-hae.. cihhh...

bersambung.... kekee....sampai ada waktu n mood...

BACA JUGA SINOPSIS LAINNYA



0 comments:

Post a Comment


Friend Link List