Recent Post


[Sinopsis] Personal Taste Episode 1

Do you want to share?

Do you like this story?

Buat yang nungguin PT, maaf ya biar hemat waktu dan tidak menyusahkan anak-anak RF lain recap kali ini di import dari blog Syaoran RF dan sudah dapat ijin dari yang bersangkutan (ya iyalah.. lha yang nulis ini emang siapa????). Dan maaf kalo tidak memuaskan... (ini recap drama ke-2 yang aku bikin jadi masih berantakan... mian ya semua)

sudah cukup basa-basinya.. kita mulai saja ok!

Di rumah yang berantakan Kae-in bangun terlambat. Padahal hari itu dia ada acara penting. Kae-in sedang siap-siap saat temannya menelpon dan menyuruh dia untuk tampil cantik hari itu. Kae-in bingung ia tidak punya baju bagus dan akhirnya ia menggunakan baju teman satu rumahnya. Saat ia sudah siap akan berangkat tiba-tiba sepatu highhellsnya patah sehingga ia harus ganti pakaian lagi. Akhirnya Kae-in pergi dengan gaya pakaiannya sendiri yakni rok pendek dan jaket serta rambut kuncir.

Park Kae-in adalah seorang perancang furniture dan hari ini adalah hari ia mengadakan pameran pertama hasil karyanya. Selam 29 tahun ia hidup, ia merasa tidak bahagia tapi sekarang ia yakin setelah pameran ini hari-harinya yang akan datang pasti akan bahagia.
Sementara itu di suatu kamar yang rapi Joen Jin-ho bangun sesuai dengan alarm yang ia pasang. Tapi saat dia bangun, dia kaget melihat Na Hye-mi tidur di sisinya. Ia kaget Hye-mi ada di sana tapi ia tidak kaget dengan kelakukan Hye-mi itu. Jin-ho menyuruh Hye-mi segera bangun karena ia tahu Hye-mi hanya pura-pura. Hye-mi kesal karena Jin-ho menolaknya, ia bertanya apa Jin-ho lebih menyukai pria daripada wanita seksi seperti dia. Jin-ho dengan bercanda membenarkan hal itu dan menyuruh Hye-mi segera pergi dari sana.
Tiba-tiba ada suara ibu Jin-ho yang memanggil-manggil Jin-ho, Hye-mi sengaja menyahut panggilan itu. Jin-ho kaget, ia menubruk Hye-mi yang masih di atas ranjang dan menyuruh Hye-mi diam karena ia tidak ingin ibunya tahu kalau Hye-mi ada di sana. Jin-ho menemui ibunya, ibu Jin-ho bertanya apakah Jin-ho bertemu Hye-mi karena ia merasa Hye-mi datang kesana. Jin-ho berbohong dan berkata bahwa Hye-mi masih berada di Kanada padahal kenyataannya Hye-mi ia kurung di balkon. Jin-ho segera menjauhkan ibunya dari kamarnya agar tidak mendengar teriakan Hye-mi.
Jin-ho berangkat kerja dengan membawa maket tapi saat sampai tempat parkir mobil Jin-ho tidak bisa keluar, ia terpaksa pergi ke Halte bus. Di halte bus Jin-ho berusaha menghentikan taxi tapi tiba-tiba ada perempuan yang juga ingin naik taxi itu. Jin-ho kesal dan berkata bahwa ia duluan yang menghentikan taxi itu. Kae-in, perempuan itu tidak mau kalah ia melihat nomor plat taxi itu dan berkata bahwa ia duluan yang melihat taxi itu. Saat mereka berdua bertengkar taxi telah pergi karena sudah ada penumpang lain yang masuk. Jin-ho dan Kae-in saling memandang kesal satu sama lain. Jin-ho berusaha menghentikan taxi berikutnya tapi Kae-in juga tak mau kalah ia berdiri lebih depan agar mendapatkan taxi lebih dulu. Jin-ho dan Kae-in terus melakukan persaingan itu, tapi akhirnya mereka pergi menggunakan bus yang sama.
Didalam bus Kae-in tidur sambil berdiri, Jin-ho yang juga berdiri di sebelahnya kesal, ia terpaksa harus berusaha melindungi maketnya agar tidak tertimpa Kae-in. Saat penumpang di depan mereka akan turun Jin-ho dan Kae-in berebut tempat duduk. Kae-in akhirnya terpaksa mengalah karena Jin-ho kelihatannya susah berdiri dengan membawa maketnya. Jin-ho tidak sengaja melihat pantat Kae-in, ia tertegun melihat sesuatu di pantat Kae-in. Kae-in merasa tidak enak karena Jin-ho yang duduk di depannya terus-terusan melihat kearah pantatnya, ia berusaha membetulkan pakaiannya. Tapi saat itu bus tiba-tiba berhenti Kae-in terjatuh kearah Jin-ho. Jin-ho refleks memegang pantat Kae-in. Kae-in berteriak marah-marah karena ia merasa Jin-ho melakukan pelecehan kepadanya. Jin-ho yang merasa tidak bersalah tenang-tenang saja dan berkata bahwa ia hanya berusaha melindungi maketnya. Kae-in kesal ia menganggap Jin-ho lebih menghargai maketnya dari pada pantatnya (hihi...), ia kemudian mengancam akan melaporkan Jin-ho ke polisi. Tapi Jin-ho tetap tenang dan menyuruh Kae-in melakukan apa saja yang ia mau. Kae-in marah dan berteriak meminta sopir bus agar langsung pergi ke kantor polisi saja. Jin-ho tetap tenang saja dan berkata bahwa tidak ada saksi atau bukti yang menunjukan bahwa ia melakukan pelecehan. Jin-ho juga menyuruh Kae-in berpikir lagi karena tindakan egois Kae-in itu akan membuat orang-orang di bus itu kehilangan waktu berharga mereka padahal mereka semua sedang terburu-buru. Orang-orang di dalam bus mengecam tindakan Kae-in, Kae-in tambah kesal ia mengambil maket Jin-ho dan berusaha untuk membantingnya tapi Jin-ho bangkit dan berhasil mengambil maketnya kembali. Kae-in tambah kesal dan entah apa yang ia pikirkan ia balas memegang pantat Jin-ho. Jin-ho kaget dan ia tidak segaja menjatuhkan maketnya. Kae-in yang merasa bersalah langsung pergi turun dari bus itu (kabur.... kasian maket bagus-bagus hancur begitu saja).
Jin-ho dibantu rekan kerjanya No Sang-joon memperbaiki maket tadi di lobby. Sang-joon hanya bisa mendapatkan bahan seadanya karena mereka tidak ada waktu lagi untuk kembali ke kantor mereka. Jin-ho melihat korden plastik di jendela lobby, ia menyuruh Sang-joon untuk memotongnya. Sang-joon diam-diam memotong korden itu. Jin-ho dengan sungguh-sungguh memperbaiki maketnya, sedangkan Kae-in dengan perasaan bahagia datang ke tempat pameran furniturenya. Ia minta maaf pada rekan kerjanya Lee Won-ho karena terlambat dan ia juga bertanya apa sudah ada pengunjung yang datang ke stannya. Won-ho hanya menggeleng dan memaklumi keterlambatan Kae-in karena tidak ada orang yang peduli dengan Kae-in selama ini. Kae-in berkata bahwa masih ada Han Chang-ryul yang peduli denganya. Won-ho berkata Chang ryul hanya bisa mengirim bunga dan tidak bisa datang membantu Kae-in padahal Kae-in sedang ada acara penting. Kae-in beralasan Chang-ryul sedang sibuk karena ada presentasi proyek sehingga tidak bisa membantunya dan ia sudah sangat bahagia meski hanya bunga dari Chang-ryul saja yang datang. Temannya berkata bahwa presentasi itu ada di lantai atas tempat mereka melakukan pameran jadi seharusnya ada cara untuk Chang-ryul menemui Kae-in. Kae-in kaget mendengarnya ia memandang ke lantai atas.
Di lobby lantai atas itu gedung itu juga ternyata Jin-ho memperbaiki maketnya. Tiba-tiba seorang rival kerja Jin-ho datang dengan asistenya. Han Chang Ryul, rival kerja itu mengatakan agar Jin-ho tidak usah serius memperbaiki maketnya karena itu tidak ada gunanya. Jin-ho tidak memperdulikannya dan terus sibuk dengan maketnya. Chang Ryul menyuruh asistennya sekretaris Kim untuk menyerahkan undangan pada Jin-ho dan Sang-joon. Jin-ho masih tak peduli, Sang-joon membuka undangan itu ia heran Chang Ryul akan menikah besok. Chang Ryul berkata agar Jin-ho datang, ia juga memperbolehkan Jin-ho datang membawa semua karyawannya untuk makan enak di sana, karena ia pikir karyawan Jin-ho paling hanya 5 orang. Jin-ho dengan dingin berkata “Jadi karyawanmu ada 50 orang kah?”. Chang-ryul menganggug-anggug membenarkan. “Jadi jika kau buat masalah orang-orang itu bisa membantumu dari belakang” sindir Jin-ho. Sang-joon tertawa senang, Chang-ryul meski kesal tapi ia tidak menggapi Jin-ho dan pergi dari sana. Sang-joo berkata Jin-ho harus datang demi menjaga hubungan selama ini. Jin-ho tidak suka karena ia dan Chang-ryul tidak memiliki hubungan yang baik selama ini. Sang-joon bertanya apa Jin-ho tidak penasaran dengan siapa Chang-ryul akan menikah tapi Jin-ho tetap tak peduli.
Saat presentasi. Chang-ryul mempresentasikan hasil karya perusahaannya untuk proyek dream art center yang mengedapankan 3 macam perbedaan karya ini dibandingkan dengan karya-karya yang ada selama ini. Yakni paling awal, paling tinggi, dan paling besar. Tapi tiba-tiba presentasi Chang-ryul terhenti karena slide presentasinya tidak sesuai dengan apa yang akan ia terangkan. Asisten Kim memberi kode agar Chang-ryul menekan suatu tombol di laptopnya. Tapi Chang-ryul tak mengerti ia memberi isyarat balik agar asisten Kim datang ke podium untuk menekan tombol yang ia maksud. Chang-ryul minta maaf kepada hadirin akan masalah teknis itu, asisten Kim ke depan dan memperbaikinya sehingga Chang-ryul dapat menyelesaikan presentasinya.
Jin-ho memeperkenalkan diri sebelum presentasi, Sang-joon mematikan lampu dan sebuah Hologram pemandangan site pyoyek ada di meja dewan juri. Para dewan juri dan orang-orang yang ada disana terlihat kagum (termasuk aku...kapan di Indonesia bisa kayak gini ya???). Jin-ho meletakan maketnya di meja dewan juri sehingga bangunan rancangan Jin-ho seperti benar-benar sudah ada dilokasi proyek tersebut. Jin-ho menerangkan bahwa lokasi proyek yang ada di gunung dan terdapat sungai serta pantai di dekatnya memberikan ia konsep bahwa bangunan yang harusnya ada disana adalah bangunan yang bisa menyatu dengan alam. Semua orang di sana senang dengan presentasi Jin-ho dan ia memperoleh banyak tepuk tangan. Chang-ryul terlihat kesal ia melirik ke arah sebuah meja dan orang di meja tersebut terlihat dingin dan tidak ikut bertepuk tangan.

Saat istirahat acara, Jin-ho dan Sang-joon datang ke acara pameran di lantai bawah. Sambil jalan Jin-ho berkata ia masih kesal karena maketnya yang jatuh tadi pagi. Sang-joon berkata bahwa Jin-ho tidak perlu kesal karena presentasinya tadi berjalan sempurna. Kae-in di stan pamerannya sedang mempresentasikan hasil karyanya yakni sebuah meja makan multifungsi yang bisa digunakan untuk bercermin dan menyimpan laptop. Tapi ternyata yang melihat presentasi itu hanya anak-anak kecil. Kae-in menghela nafas saat presentasi berakhir, ia lalu bertanya pada anak-anak itu di mana ibu mereka, tapi mereka malah ketakutan dan berlari mencari ibunya masing-masing. Kae-in berusaha mencegah mereka lari tapi gagal, ia bergumam bahwa ia tadi hanya berniat menyuruh anak-anak itu datang mengajak ibunya ke stannya. Seorang pria tua tiba-tiba menepuk bahu Kae-in dan berkata ia menyukainya. Kae-in ketakutan ia berkta bahwa ia sudah punya pacar, pria itu menjelaskan ia tertarik dengan meja Kae-in bukan Kae-in (makanya jangan kegeran.. hihi). Kae-in senang sekali akhirnya furniturenya laku, ia lalu memangil Won-ho yang merangkap sebagai asistennya. Tapi Won-ho tidak mendengar ia tengah sibuk membicarakan suatu bisnis ditelepon. Won-ho baru sadar kalau ia dipanggil setelah Kae-in berteriak memanggilnya lagi. Kae-in berkata bahwa ada pelanggan yang harus ia layani. Won-ho tidak percaya ada pelanggan, ia bertanya pada pelanggan tersebut apa ia benar-benar tertarik dengan meja karya Kae-in. Pelanggan itu membenarkan, Won-ho lalu menyambut hangat pelanggan tersebut dan mereka duduk disuatu tempat untuk membicarakan proses selanjutnya.
Kae-in merasa senang sekali tapi ia kemudian melihat sosok Jin-ho berjalan ke arahnya. Kae-in langsung sembunyi. Sang-joon dan Jin-hoo berhenti di stan Kae-in. Sang-joon berkata ia menyukai ide meja multifungsi rancangan Kae-in, Kae-in mendengarnya sambil tersenyum-senyum. Tapi Jin-ho malah menganggap karya itu tidak bagus karena jika hanya duduk terus di sana bisa menumpuk lemak di badan dan, ia menebak bahwa perancang furniture itu pasti orang yang tidak pernah memasak untuk orang lain, tidak bisa bergaul dengan orang lain dan jika ia perempuan pasti, ia pasti seorang perawan tua yang kesepian. Kae-in tidak tahan mendengar kritik Jin-ho, ia keluar dari tempat persembunyiannnya. Jin-ho kaget melihat Kae-in, Sang-joon marah pada Kae-in karena merusak maket Jin-ho tadi pagi. Kae-in tak peduli, ia tetap marah pada Jin-ho yang menyebutnya perawan tua. Jin-ho beralasan sebuah meja makan seharusnya dibuat untuk semua anggota keluarga yang sedang berkumpul bukan hanya untuk 2 orang saja. Kae-in tak mau kalah ia berkata di dunia ini banyak orang yang tidak ditemani makan, ia mengusir Jin-ho dan berkata bahwa ia tidak akan menjualnya rancangannya kepada Jin-Ho. Jin-ho berkata bahwa ia juga tidak tetarik dengan rancangan Kae-in dan kalaupun tertarik ia tidak akan membelinya karena itu rancangan Kae-in.

Jin-ho kembali ke acaranya dan sekarang saatnya pengumunan pemenang konsep rancangan dream art center. Jin-ho dan Sang-joon terlihat tegang, Sang-joo berdoa pada Tuhan agar mereka menang karena ia telah melakukan kebaikkan tadi pagi, ia mengancam jika sampai gagal ia akan pindah tempat doa dari gereja ke vihara (lol). Pembawa acara mengumumkan bahwa pemenangnya adalah rancangan Chang-ryul. Jin-ho terlihat sangat kaget dan kecewa, dan pria yang dilirik Chang-ryul tadi melihat ekspresi Jin-ho. Setelah acara selesai semua orang keluar ruangan, Sang-joon dan Jin-ho masih duduk di tempatnya. Sang-joo teringat perkataan Chang-ryul tadi pagi yang menyuruh mereka tidak usah memperbaiki maket karena hal itu tidak ada gunanya. Ia curiga Chang-ryul sudah tahu hasilnya kan seperti ini sehingga berkata seperti itu.
Chang-ryul sedang bicara ditelepon dengan seseorang, ia berkata bahwa ia akan membuktikan sesuatu hari itu dan menyuruh orang diseberang telepon agar tidak cemas. Chang-ryul turun ke lantai satu, dan ia meminta satu undangan pada asisten Kim. Kae-in masih terus berusaha menarik pengunjung ke stannya saat Chang-ryul datang. Kae-in senang sekali Chang-ryul datang, mereka berdua lalu duduk disebuah tempat. Chang-ryul dengan perasaan terpaksa, bertanya, Kae-in pasti sudah mengenal dirinya yang tidak bisa pacaran lewat 1 bulan. Kae-in tersenyum dan membenarkannya tapi ia juga bilang sekarang Chang-ryul sudah berubah. Chang-ryul semakin tidak enak. Ia lalu bertanya lagi, Kae-in pasti sudah tahu kalau Kae-in bukanlah tipe wanita yang Chang-ryul sukai. Kae-in kembali tersenyum dan berkata bahwa Chang-ryul juga bukan tipenya dulu. Chang-ryul tidak tahu harus berbuat bagaimana lagi, ia berlutut di depan Kae-in dan berusaha memberikan undangan pernikahannya. Tapi Kae-in malah berpikiran bahwa Chang-ryul mau melamarnya.
Tiba-tiba Jin-ho datang menanyakan maksud perkataan Chang-ryul tadi pagi. Kae-in kaget melihat Jin-ho. Jin-ho bertanya apa kemenangan Chang-ryul sudah direncanakan, dan ia juga bertanya siapa yang merencakan itu, Chang-ryul atau paman Han (Ayah Chang-ryul). Chang-ryul tidak terima Jin-ho menyebut nama ayahnya secara langsung dan mereka hampir berkelahi jika tidak di pisahkan Kae-in. Chang-ryul yang masih kesal akhirnya pergi dari sana meninggalkan Kae-in. Kae-in berkata seharunya Jin-ho bia menerima kekalahanya bukan malah menantang seperti itu. Jin-ho pergi dan berkata agar Kae-in tidak usah ikut campur. Kae-in marah dan berkata bagaimana ia tidak bisa ikut campur padahal Jin-ho sudah merusak acara lamarannya. Jin-ho kaget, ia teringat undangan pernikahan Chang-ryul untuk besok pagi, ia lalu bertanya pada Kae-in kapan ia akan menikah. Kae-in bingung dan berkata jika tadi lamarannya jadi, maka paling lambat akhir tahun itu mereka menikah. Jin-ho tersenyum dan menyuruh Kae-in berpikir mana ada pria yang meninggalkan wanita yang akan dinikahinya sedirian disana. Kae-in bingung dan berkata bagaimana bisa Jin-ho berkata seperti itu padahal ia sudah merusak acara lamarannya. Jin-ho pergi, Kae-in tambah kesal pada Jin-ho.
Kae-in kembali ke stannya saat temannya Lee Young-sun datang. Young-sun menegur kenapa Kae-in memakai rok ketat yang memperlihatkan garis celana dalamnya (ini nih yang dilihat Jin-ho tadi pagi.. hehe). Kae-in kaget, ia beralasan sudah tidak mempunyai pakaian yang pantas lagi. Young-sun bertanya dimana Kim In-hee teman serumah Kae-in kenapa tidak datang membantunya. Kae-in berkata mana ada orang yang akan menikah besok bisa datang kesana. Young-sun sedikit kecewa, ia lalu berkata bahwa ia akan membantu Kae-in tapi Kae-in juga harus membantunya.

Jin-ho meninjau lokasi proyek yang sedang ia tangani. Mandor disana berkata bahwa pekerja disana kelelahan sehingga sepertinya tidak bisa menyelesaikan proyek tepat waktu. Jin-ho kesal karena ia sudah membayar sebagian gaji pekerja, ia tetap meminta proyek selesai tepat waktu dan jika para perkerja tetap mengeluh ia menyuruh mandor itu mencari pekerja lain yang mau bekerja lembur. Jin-ho dan Sang-joon kembali ke kantor mereka, Sang-joon berkata keuangan perusahaan mereka sudah pas-pasan karena biaya yang telah mereka keluarkan untuk proyek saat ini dan biaya ikut lelang proyek dream-art tadi. Sang-joo menyarankan agar tidak membayar dulu pekerja dilokasi proyek sekarang, Jin-ho tidak setuju ia menyarankan agar Sang-joon ikut lelang proyek museum Damn saja. Sang-joon tidak percaya Jin-ho mempertaruhkan sisa keuangan perusahaan mereka untuk ikut lelang proyek lagi. Jin-ho bersikeras ia menyuruh Sang-joon untuk mencari tahu jadwal Ketua Choi Do-bin (pemilik proyek itu). Sang-joon tidak bisa membantah Jin-ho yang keras kepala, ia lalu teringat sesuatu dan menyarankan agar Jin-ho datang ke acara pernikahan Chang-ryul saja karena wanita yang menikah dengan Chang-ryul kabarnya bekerja di museum Damn dan pasti ketua Choi Do-bin datang ke acara pernikahan karyawannya. Tiba-tiba Kim Tae-hoon datang menggebrak ruangan Jin-ho dan marah-marah atas kelakuan Jin-ho pada Hye-mi tadi pagi. Jin-ho malah mengingatkan Tae-hoon agar memanggilnya manager jika di kantor. Tae-hoon tidak peduli ia malah menantang Jin-ho untuk berkelahi seperti lelaki saja.
Kae-in sedang membantu Young-sun melakukan pemotretan di jalanan di depan rumah Kae-in. Kae-in bertanya pada Young-sun tetang kelakuan Chang-ryul tadi apakah benar itu sebuah lamaran. Young-sun membenarkannya, Kae-in sangat senang dan membantu Young-sun tanpa mengeluh. Meski ia heran kenapa Young-sun memotret dua orang lelaki. Young-sun beralasan sekarang sedang tren hubungan antar pria. Tiba-tiba In-hae datang, Kae-in dan Young-sun menyambutnya senang. Kae-in bertanya apakah hadiah ranjang kasur buatannya sudah diterima. In-hae mengiyakan, Kae-in sangat senang hadiahnya bisa berguna.
Jin-ho, Sang-joon dan Tae-hoon pergi minum. Jin-ho berkata ia tidak menyukai Hye-mi. Tapi Tae-hoon tambah kesal dan berkata jika Jin-ho tidak menyukai Hye-mi kenapa ia telah melihat dada Hye-mi. Jin-ho kaget hingga ia tersedak saat akan minum. Jin-ho tersenyum dan menjelaskan bahwa Hye-mi sudah ia anggap sebagai adik. Tae-hoon menyerang lagi ia berkata kenapa bila Hye-mi sudah dianggap adik tapi Jin-ho malah membuat surat perjanjian pernikahan. Jin-ho beralasan bahwa saat itu Hye-mi sedang menangis dan memintanya tanggung jawab, lagipula saat itu Jin-ho masih berumur 14 tahun.
Kae-in, Young-sun dan In-hae mengobrol di dalam rumah Kae-in. Young-sun sedih karena ini hari terakkhir In-hae tidur di rumahnya. Young-sun berkata Kae-in jangan bersikap seperti ibunya In-hae padahal mereka dulu sering berkelahi merebutkan pria. Kae-in dan In-hae menyangkalnya. Young-sun lalu mengingatkan tentang pria yang dulu ditaksir In-hae tapi malah memberi makanan pada Kae-in pada hari Valentine. Kae-in jadi kegeeran ia berkata saat itu ia banyak orang yang menaksir. Young-sun tidak percaya apa yang dikatakan Kae-in. In-hae lalu mengalihkan pembicaraan dengan bertanya bagaimana penjualan furniture Kae-in tadi. Kae-in dengan bahagia bahwa ia berhasil menjual dengan kemampuan ia sendiri. Young-sun memperingatkan Kae-in agar melakukan baik-baik pekerjaan yang ia sembunyikan selama ini dari ayahnya. Young-sun lalu bertanya lagi apa benar Chang-ryul tadi berlutut mau melamar Kae-in. Kae-in tidak percaya apa yang ia dengar, Kae-in dengan malu-malu membenarkan dan berkata bahwa ia akan menyusul In-hae kepelaminan. In-hae merasa ada sesuatu yang tidak beres, ia lalu pamit ke toilet sebentar. Di dalam toilet In-hae menelpon Chang-ryul dan marah-marah karena Chang-ryul belum mengatakan yang sebenarnya pada Kae-in. Chang-ryul berkata ia pasti akan melakukannya dan sekarang ia sudah berada di depan rumah Kae-in. Kae-in menyeret Young-sun yang sedang berusaha menguping In-hae di toilet. Young-sun beralasan ia heran kenapa ia dan Kae-in tidak mendapat undangan pernikan In-hae, dan mereka juga tidak pernah lihat kekasih In-hae. Kae-in menyuruh Young-sun memakluminya saja. Tiba-tiba In-hae keluar dari toilet, mereka menatap In-hae penuh curiga. In-hae bertanya ada apa hingga mereka melihatnya seperti itu. Young-sun berkata meraka sangat penasaran dengan kekasih In-hae, dan bertanya apa laki-laki itu sangat bagus sehingga harus dirahasikan seperti itu dari mereka. In-hae hanya tersenyum karena tidak bisa menjelaskan yang sesungguhnya.

Tiba-tiba Kae-in mendapat telepon dari Chang-ryul yang ingin bertemu. Kae-in sangat senang dan segera pergi menemui Chang-ryul, Young-sun juga ikut senang ia menyuruh Kae-in berganti pakaian dulu karena ia akan dilamar. Kae-in jadi malu tapi ia menuruti untuk berganti pakaian.

Kae-in dan Chang-ryul bertemu di sebuah restoran. Chang-ryul meminta maaf karena beberapa hari ini tidak memperhatikan Kae-in. Kae-in tidak marah ia bisa mengerti kalau Chang-ryul sedang sibuk sehingga tidak sempat memikirkannya. Chang-ryul merasa bersalah pada Kae-in, tapi Kae-in malah berkata Chang-ryul tidak perlu merasa bersalah karena ia sudah bersukur Chang-ryul menyukai gadis seperti dia. Chang-ryul akhirnya mendapatkan ide, ia berkata Kae-in adalah gadis yang ceria sehingga bila dapat tekanan akan segera sembuh. Kae-in jadi malu karena dipuji seperti itu. Chang-ryul jadi tidak enak, ia memangil nama Kae-in. Kae-in sangat gugup ia merasa Chang-ryul akan melamarnya. Chang-ryul mau mengeluarkan undangannya tapi Kae-in berpikir Chang-ryul akan mengeluarkan cincin dari jasnya. Chang-ryul tidak bisa melakukannya ia akhirnya berkata ingin pergi ke toilet. Di dalam toilet Chang-ryul berlatih cara-cara mengungkapkan kebenaran hubungnya dengan In-hae pada Kae-in. Kae-in ber-sms-an dengan Young-sun, yang menanyakan apa Kae-in sudah dilamar, Kae-in membalas bahwa ia belum melihat cincin. Chang-ryul kembali dari toilet. Kae-in bertanya apakah Chang-ryul besok ada waktu untuk berkencan dengannya karena mereka sudah lama tidak kencan, ia juga mengajak Chang-ryul untuk datang ke pernikahan In-hae bersamanya. Chang-ryul kaget hingga tersedak, Kae-in berusaha menolongnya. Chang-tyul menenangkan diri, kemudian memegang tangan Kae-in. Kae-in jadi malu dan tegang menunggu apa yang akan dikatakan Chang-ryul. Chang-ryul langsung to the point berkata kalau ia ingin putus. Kae-in kaget sekali mendengarnya (ya tentulah wanita mana yang g kaget berfikir mau dilamar.. e.. malah diputus).
In-hae sudah mau pergi dari rumah Kae-in, Young-sun berusaha mencegah. Ia mengatakan agar mereka tinggal hingga Kae-in datang dan menceritakan kabar gembiranya. In-hae dengan dingin berkata bukankah saat itu juga sudah waktunya anak Young-sun untuk tidur. Young-sun sadar dan melihat jam, ia akhirnya pergi dari rumah Kae-in bersama In-hae.

Kae-in bertanya, ia ada salah apa hingga Chang-ryul mau minta putus darinya. Chang-ryul tidak enak, ia berkata selama ini merasa tidak mencintai Kae-in dan ia hanya melihat Kae-in seperti melihat anjing dibawah hujan lebat. Kae-in kaget, ia bergumam “anjing kebasahan”. Chang-ryul menjelaskan maksudnya adalah selama ini ia melihat Kae-in selalu gagal dalam semua hal dan tak pernah mendapat cinta. Jadi ia merasa kasihan melihat Kae-in yang seperti itu, tapi ia merasa rasa kasihan tidak cukup untuk mereka melanjutkan hubungan hingga pernikahan. Chang-ryul minta maaf karena melukai Kae-in seperti ini dan saat Chang-ryul memcoba menjelaskan hungannya dengan In-hae, tapi Kae-in sudah tidak tahan dan telah pergi dari sana. Chang-ryul memanggil-manggil Kae-in dan berkata ada hal yang masih ia ingin jelaskan. Kae-in berhenti dan berbalik menghampiri Chang-ryul. Chang-ryul kaget, ia jadi ketakutan kalau Kae-in akan marah dan menyiramnya dengan air, tapi Kae-in hanya berkata
“Maaf karena kamu sudah berusaha tidak melukai hati saya terus tapi saya malah tidak menyadarinya sedikit pun dan tidak sadar tidak dapat bilang sampai jumpa lagi. Hati-hati”.
Kae-in pergi, Chang-ryul bingung ia masih belum mengatakan yang sebenarnya.
Kae-in pulang dengan naik bis ia merasa sangat sedih karena sepanjang jalan ia melihat pasangan kekasih yang tengah bermesraan. Tiba-tiba hp Kae-in berbunyi dan ada telepon Chang-ryul tapi Kae-in tidak mengangkatnya.
Di tempat lain Tae-hoon menantang Jin-ho minum dan bila ia menang ia meminta Jin-ho pergi kencan dengan Hye-mi. Jin-ho dan Sang-joon tak percaya ucapan Tae-hoon itu. Sang-joon berkata seharusnya Tae-hoon berkata jika ia menang maka Jin-ho tidak boleh mendekati Hye-mi lagi. Tae-hoon beralasan ia kan senang bila melihat orang yang ia sukai senang. Jin-ho menyuruh Tae-hoon dan Hye-mi berpacaran saja. Tae-hoon tetap ngotot. Sang-joon akhirnya menengahi dan berkata jika Jin-ho menang maka Tae-hoon harus pergi dari kantor Jin-ho. Tae-hoon setuju dan berkata ia tidak akan kalah. Jin-ho pun tak mau kalah. Mereka akhirnya lomba minum.
Kae-in sampai di depan rumahnya, ia melihat hp dan menghapus pesan dari Chang-ryul dari sana. Woon-hoo tiba-tiba keluar dari rumah Kae-in. Won-hoo kaget melihat Kae-in berdiri disana dan melihat muka Kae-in yang sedang sedih. Kae-in dan Won-hoo akhirnya pergi minum. Kae-in menceritakan apa yang ia alami, Won-hoo merasa iba dan berkata ia sudah pernah memperingatkan Kae-in tentang Chang-ryul. Kae-in tak mau mendengar itu lagi tapi Won-hoo terlanjur kesal ia merasa Chang-ryul tak tahu malu. Ia juga berkata bahwa Kae-in tak ada kekurangan dan mungkin Kae-in tidak tahu bahwa ada banyak laki-laki yang menyukainya termasuk ia yang sudah menyukai Kae-in sejak SMA. Tapi Kae-in sudah mabuk ia hanya menganggap cinta Won-hoo hanya cinta sebagai teman saja. Won-ho berusaha menjelaskan tapi Kae-in sudah tertidur karena mabuk. Won-ho berkata bila Kae-in mengantuk ia bisa bersandar padanya. Kae-in menyandarkan tubuhnya pada Won-ho. Won-ho senang dan berusaha mengambil kesempatan dengan mencium Kae-in, tapi Kae-in malah muntah saat ia hampir menciumnya.
Jin-ho membawa Tae-hoo yang sudah mabuk ke kamar hotel dan menidurkan dan membuka baju Tae-hoo yang terkena muntahan. Tae-hoon dengan setengah sadar terbangun dan berkata pada “Hyung, kau tau kan betapa aku menyukaimu?” . “Iya aku tahu makanya buka bajumu dulu yang bau itu”(Hihi bukan suka sesama jenis maksudnya lho). Tae-hoon tertidur lagi.
Won-ho membawa Kae-in ke hotel dan berusaha mencari kesempatan dengan keadaan Kae-in yang tertidur, tapi untung saat ia akan melakukan itu Kae-in bangun dan akhirnya ia marah dengan kelakukan tamannya itu. Ia mengejar-ngejar Won-ho untuk memberinya pembalasan. Jin-ho senang ia menulis ucapan selamat untuk Tae-hoon di kaca bahwa ia sekarang resmi di pecat dan menyuruh Tae-hoon pergi kencan dengan Hye-mi saja. Jin-ho kemudian pergi dari sana dan ia berpapasan dengan Kae-in yang sedang mengejar-ngejar Won-hoo yang berhasil melirikan diri. Jin-ho dan Kae-in kaget mereka bertemu lagi di sana.
Jin-ho menyindir “Katanya mau dilamar tepi kenapa sebentar saja sudah ganti laki-laki?”.
Kae-in kesal dan menyuruh Jin-ho jangan bicara sembarangan kalau tidak tahu permasalahannya. Tiba-tiba Tae-hoon keluar dengan bertelanjang dada dan memanggil-manggil Jin-ho. Kae-in kaget.
Tae-hoon menghampiri Jin-ho sambil merangkulnya dan berkata “Hyung, kamu mau kemana?”.
Kae-in berpikir Jin-ho ada hubungan dengan Tae-hoon. Jin-ho kesal dengan pikiran Kae-in yang macam-macam, ia pun mencoba melepaskan gandengan Tae-hoon.
Tapi Tae-hoon memelas dan berkata “Hyung, benarkah katamu yang tertulis di cermin? Hyung, aku bukan orang yang beginikan!!”.
“Bukankah kau yang menginginkan begini?” kata Jin-ho.
“Hyung, mohon kamu jangan begini, Saya hanya ada cara seperti ini” kata Tae-hoon sambil berlutut.
Kae-in melihatnya kasihan ia memarahi Jin-ho agar tidak berbuat keteralaluan. Jin-ho menyuruh Kae-in diam saja.
“Bukankah dia bilang cinta padamu?” kata Kae-in lagi (Haha.. yang satu ngomongin agar gak di pecat yang satu mikir Tae-hoon sedang ngungkapin cinta). Tae-hoon terus berlutut memohon.
“Bukan begitu” kata Jin-ho mencoba menjelaskan.
“Lepaskan, tidak baik dilihat orang” kata Jin-ho sebelum pergi.
“Hyung, jangan pergi! Kenapa Hyung tidak mengerti cinta?” kata Tae-hoon sambil menangis, tapi Jin-ho tetap pergi.
Kae-in jongkok menghampiri Tae-hoon dan berkata “Orang yang terlalu mencintai orang lain adalah orang yang lemah, baik laki-laki maupun perempuan sama saja”.
Tae-hoon memeluk Kae-in dan menangis dalam pelukannya. Kae-in mencoba menguatkan Tae-hoon agar tetap semangat.
Kae-in bertemu lagi dengan Jin-ho di luar hotel yang sedang menunggu taxi. Kae-in menghampiri Jin-ho dan berkata kalau ia minta maaf karena ia sudah salah paham dangan Jin-ho.
“Salah paham apa?” tanya Jin-ho.
Kae-in melirik pantat Jin-ho. Jin-ho mengerti dan tertawa karenanya.
“Memang susah cinta itu” kata Kae-in.
“Saya susahpun tidak akan sepertimu?” kata Jin-ho.
“Apa?” kata Kae-in.
“Besok. Tidak maksudku hari ini kau akan melakukan apa?” tanya Jin-ho.
Kae-in bingung dan berkata “Hari ini pergi ke pernikahan teman baik, kenapa?”.
“Pernikahan? Dengar baik-baik, ini adalah kisah temanku. Ia tidak tahu kalau pacarnya menikah dengan perempuan lain dan akhirnya pergi ke pernikahan itu”.
Kae-in tertawa “Dasar, memang kertelaluan. Mana ada perempuan begitu bodoh”.
Jin-ho tersenyum karena wanita yang ia maksud adalah Kae-in. Taxi datang Jin-ho menanggilanya ia menyebutkan nomor plat taxi itu dan berkata bahwa kali ini ia yang memanggil taxi duluan. Tapi Kae-in masih penasaran dengan nasib perempuan tadi.
“Lihat saja nanti kau juga akan tahu” kata Jin-ho pergi dengan taxi meninggalkan Kae-in dalam rasa penasarannya.
Chang-ryul dalam keadaan mabuk pergi kerumah Kae-in untuk menyerahkan undangannya lewat pintu. Ia kemudian menelpon Kae-in dan memberikan pesan bahwa ia adalah orang yang akan menikah dengan In-hae besok dan ia juga mengucapkan permintaan maaf dan memohon agar Kae-in jangan datang ke pernikahannya besok. Chang-ryul pergi dari rumah Kae-in tepat saat Kae-in sudah akan sampai rumahnya. Tapi Kae-in berjalan sambil menundukan kepala sehingga ia tidak melihatnya. Kae-in masuk rumahnya dengan perasaan sedih dan pikiran kosong, sehingga ia tidak melihat undangan dari Chang-ryul. Kae-in tertidur di teras rumahnya dan bergumam agar ibunya tidak menyalahkannya kelak. Ia merasa hidupnya begitu sial padahal namanya Kae-in berarti cuaca yang cerah.
Keesokan harinya. In-hae merasa khawatir Chang-ryul belum mengatakan hal sebenarnya pada Kae-in. Chang-ryul menyangkal ia berkata sudah melakukannya, tapi In-hae tidak percaya karena belum ada rekasi apa pun dari Kae-in kepadanya. Chang-ryul merayu In-hae bahwa ia tidak perlu khawatir karena ia sudah meninggalkan pesan untuk Kae-in dan sudah menyuruh orang untuk mencegah Kae-in masuk ke dalam gedung penikahan mereka. Chang-ryul menyerahkan foto Kae-in pada asisten Kim dan menyuruhnya mencegah Kae-in masuk bila ia datang. Tapi saat di luar asisten Kim tidak sengaja menabrak orang sehingga foto Kae-in jatuh. Saat asisten Kim mengambilnya foto Kae-in yang telah terkena kotoran sehingga terlihat memiliki tahi lalat. Asisten Kim berguman asal menemukan orang dengan tahi lalat itu sudah cukup.
Jin-ho dan Sang-joon datang keacara pernikahan Chang-ryul. Mereka naik lift berdua ke tempat itu. Sang-joon senang akhirnya Jin-ho mau datang, tapi Jin-ho berkata ia melakukan itu hanya agar Chang-ryul tidak memberi ia masalah. Sang-joon sibuk membetulkan resleting celananya. “Sebenarnya kamu sedang apa?” tanya Jin-ho. “E..tadi ke toilet tidak tarik resleting. Sepertinya sudah rusak” kata Sang-joon. “Tidak bisa tarik? Kamu ini memang... biar saya lihat” kata Jin-ho berusaha membantu. Jin-ho menunduk di depan Sang-joon agar dapat melihat resletingnya. Sang-joo tertawa dengan posisi mereka ia bercanda dengan mengeluarkan suara aneh-aneh. Jin-ho kesal tapi Sang-joon tetap melakukannya. Tiba-tiba lift terbuka Young-sun yang datang dengan anaknya kaget melihat kelakuan mereka. Ia menutup mata anaknya dan berkata kalau ia akan naik lift selanjutnya saja. Jin-ho berhasil membetulkan resletingnya. Sang-joon menyuruh Young-sun naik saja karena mereka sudah selesai. “Sudah selesai?” kata Young-sun tidak enak.
Young-sun akhirnya naik lift itu dengan anaknya. Di dalam lift Sang-joon bertanya apa yang terjadi dengan Tae-hoon tadi malam.
“Sudah jangan ungkit lagi, aku pergi ke hotel denganya. Capek” kata Jin-ho.
Sang-joon tertawa dan berkata “Aku sudah bilang. Ia kelihatan tidak bagus maka saya pecat saja” .
“ Lain kali kamu saja” kata Jin-ho.
“Dua laki-laki di hotel, seharusnya sangat senang kan?” kata Sang-joon.
Young-sun menutup telinga anaknya agar tak mendengarkan pembicaaan itu. (pecat kerja bukan pecat jadi pacar.. hehe..). Young-sun melirik mereka berdua. Jin-ho dan Sang-joon jadi tak enak.

Lift sudah sampai Young-sun segera keluar menuju tempat pernikahan In-hae tapi ia terkejut melihat foto prewedding In-hae dangan Chang-ryul. Chang-ryul sudah baikkan dengan In-hae. Mereka saling mengucapkan cinta saat Young-sun datang menghampiri mereka dengan marah-marah.
”Kamu sudah gilakah? Otakmu masuk air kah? Kim In-hae bukankah kamu ada banyak pacar? Kenapa harus pacar Kae-in. Bagi kau, rebut mudah lepaskan makin mudah, iya kan? Kae-in.. bagaimana dengan Kae-in” kata Young-sun.
Chang-ryul mencoba menenangkan tapi tak berhasil.
“Diam, kau orang jahat” kata Young-sun. Young-sun merebut buket bunga In-hae dan mau melemparkannya ke Chang-ryul tapi tidak jadi karena ingat Kae-in.
“Waktu bilang ia akan dapat bunga ini, kamu tahu betapa senangnya Kae-in? Kamu terlalu jahat” kata Young-sun.
“Young-sung-san, kelak kami akan kembalikan pada Kae-in pelan-pelan” kata In-hae mencoba menjelaskan.
Young-sun tak percaya “Kamu terlalu tak tahu malu. Kenapa? Kau takut aku akan kacaukan pernikahanmu? Ada Kae-in saya tidak perlu melakukan itu” kata Young-sun.
“Kae-in sudah saya kasih tahu” kata In-hae.
Young-sun kaget, ia melirik Chang-ryul yang berdiri ketakutan.
“Apa? Kae-in sudah tahu hal ini?” tanya Young-sun tak percaya.
“Chang-ryul sudah bilang padanya” kata In-hae.
Young-sun melirik Chang-ryul lagi “Jadi kemarin malam kamu datang cari dia bukan karena ingin melamar? Kalian berdua benar-benar sudah keterlaluan. Sudah lebih jahat dari pada binatang. Kamu dengar, jika saya adalah kamu, saya akan segera batalkan pernikahan ini” kata Young-sun.
Young-sun kemudian menyerahkan buketnya kembali pada Chang-ryul dan pergi dari sana. Chang-ryul berusaha memanggil Young-sun untuk menjelaskan lagi tapi tak berhasil.
Young-sun menelpon Kae-in dan bertanya ia ada di mana sekarang dan apa ia baik-baik saja. Kae-in berkata panjang ceritanya jika ia harus menceritakan itu sekarang, ia berkata sudah sampai di setasiun subway. Ia tanya, ia harus ke keluar lewat pintu berapa? 3 atau 4?.
“Sini keluarnya pintu 3. apa? Kae-in, kamu jangan kesini. Saya segera kesana” kata Young-soon panik tapi hp Kae-in sudah ditutup.
Young-sun segera berlari menemui Kae-in hingga tak sengaja menabrak Sang-joo yang tengah membawa minum dan minuman itu mengenai baju Jin-ho. Young-soon sedang panik dan tengah beruaha menelpon Kae-in sehingga tidak sadar Sang-joon memanggilnya.

“Benarkah kamu sudah bilang pada Kae-in?” tanya In-hae.
“Tentu, kamu jangan cemas” kata Chang-ryul.
Seseorang datang dan berkata bahwa mereka harus siap-siap karena pernikahan akan segera di mulai. “Baik tunggu sebentar. Bukankah aku ada disampingmu? Kamu jangan cemas. Aku cinta kamu” kata Chang-ryul. In-hae akhirnya luluh.

Kae-in sampai di gedung pernikahan. Asisten Kim mencegahnya di depan pintu utama. Tapi begitu melihat Kae-in tidak memiliki tahi lalat ia membiarkannya masuk. Kae-in terburu-buru karena ia merasa sudah telat, sehingga ia tidak menggunakan lift untuk naik tapi tangga. Lift terbuka dan Young-soon keluar dari sana tapi Kae-in sudah naik tangga. Young-soon cemas mencari Kae-in, anaknya berteriak memanggil Kae-in. Young-sun tanya ke anaknya di mana Kae-in. Anaknya menunjuk tanggga. Young-sun dan anaknya segera menyusul Kae-in dan berhasil menemukannya di tangga tepat dibawah lantai tempat pernikahan In-hae. Kae-in bertanya bagaiman penampilannya, apakah ia bisa menerima bunga itu. Young-sun mencoba menjelaskan situasinya. Kae-in bertanya ada apa, apakah situasinya tidak bagus. Young-sun memegang tangan Kae-in, Kae-in memandang ke lantai atas ia kaget melihat Jin-ho ada di sana. Young-sun ikut melihat, mereka melihat Sang-joon sedang membantu membersihakan baju Jin-ho.
“Bocah jahat ternyata ada kesukaan baru, makanya tinggalkan pacar lama” kata Kae-in.
“Kamu bilang apa?” tanya Young-sun bingung.
“Bocah tinggi itu kemarin tinggalkan pacarnya” kata Kae-in.
“Apa?” kata Young-sun.
“Tapi pacarnya adalah lelaki” kata Kae-in.
“Lelaki?” kata Young-sun tak percaya.
“Ya” kata Kae-in.
“Iyakah?”kata Young-sun masih tak percaya.
“Lumayan ganteng, tapi kita bisa bilang apa?” kata Kae-in.
Young-soon ingat ia ingin mengatakan apa.
“Kae-in, saya bilang padamu...” kata Young-sun.

Tiba-tiba ada suara pengeras suara.
“Pernikahan sudah mau dimulai, cepat masuk lah” kata Kae-in terus memperhatikan lantai atas. “Kae-in tunggu sebantar” cegah Young-sun.
“Kamu cepat katakan?” kata kae-in takut terlambat.
“Perutku sakit” kata Young-soon pura-pura.
“Bagaimana ini?” kata Kae-in bingung.
“Cepat bawa saya ke rumah sakit. Cepat suruh orang datang bantu”.

Kae-in melihat sekitar untuk mencari orang yang dapat dimintai bantuan, tapi tiba-tiba ia melihat sesuatu. Ia melihat In-hae dan Chang-ryul berjalan menuju tempat pelaminan. Kae-in kaget melihat hal itu dan tanpa sadar mengikutinya. di depan ruang pelaminan ia melihat foto prewedding In-hae dan Chang-ryul. Young-sun merasa tidak enak ia juga berjalan mengikuti Kae-in dan terus berusaha mencegahnya melakukan sesuatu. Kae-in teringat perkataan young-sun yang merasa aneh karena tidak menerima undangan dari In-hae dan perkataan Chang-ryul yang minta putus darinya. Kae-in masuk dan berjalan terus menuju altar tempat in-hae dan Chang-ryul. Semua orang disana heran melihat Kae-in termasuk Jin-ho melihatnya. Young-sun berusaha mencegah Kae-in dari samping tapi Kae-in tidak mendengar ia terus mendekat. Young-sun memanggil Kae-in berusaha menyadarkannya, Chang-ryul mendengar itu dan menoleh. Ia kaget melihat Kae-in ada tepat di belakangnya. In-hae juga kaget melihat Kae-in. In-hae memberi kode agar Chang-ryul tetap melanjutkan acara pernikannya.
Tapi Chang-ryul tak mengerti, ia malah tanya “Kae-in. kenapa kamu datang?”.
Kae-in yang masih syok tak menyangka kejadian itu semua ia menyibak penutup muka In-hae.

nb: bagi anak-anak rf yang mau melanjutkan dipersila hkan.. tapi kalau tidak ada ya import lagi deh dari blog aq...

credit : maldoeopsi

BACA JUGA SINOPSIS LAINNYA



0 comments:

Post a Comment


Friend Link List