Do you like this story?
Jin-ho mengemudikan mobilnya dengan gila-gilaan. Ia teringat kejadian saat pengakuan tadi yang ternyata ada Kae-in di sana.
Sementara itu saat Kae-in menampar Chang-ryul, saat itu In-hae ternyata juga berada tak jauh dari sana. In-hae tak percaya dan kesal Kae-in bisa bertindak seperti itu. Tapi saat In-hae tahu Kae-in marah karena Jin-ho. In-hae malah bertambah kaget karena mengetahui bahwa Jin-ho telah mengakui bahwa dirinya adalah gay.
Chang-ryul kesal pada Kae-in ia memberitahu kalau Jin-ho itu gay dan memanfaatkan Kae-in untuk mendekati Do-bin sehingga bisa memenangkan tander museum. Kae-in tak percaya dengan penjelasan Chang-ryul, ia berkata kalau Jin-ho bukan orang yang bisa menggunakan cinta untuk bisnis. Chang-ryul curiga bagaimana bisa Kae-in tahu banyak tentang Jin-ho. Kae-in tak mau menjelaskan dan langsung pergi dari sana.
Chang-ryul jadi kesal, In-hae mendekatinya dan bertanya sebenarnya apa yang terjadi. Chang-ryul berkata kalau Jin-ho memanfaatkan kekurangannya untuk mendekati Do-bin sehingga bisa memenangkan tander museum.
Kae-in sangat khawatir dengan keadaan Jin-ho, ia mencoba menelepon Jin-ho tapi tak diangkat. Kae-in lalu meninggalkan sebuah pesan suara untuk Jin-ho.
Sementara itu saat Kae-in menampar Chang-ryul, saat itu In-hae ternyata juga berada tak jauh dari sana. In-hae tak percaya dan kesal Kae-in bisa bertindak seperti itu. Tapi saat In-hae tahu Kae-in marah karena Jin-ho. In-hae malah bertambah kaget karena mengetahui bahwa Jin-ho telah mengakui bahwa dirinya adalah gay.
Chang-ryul kesal pada Kae-in ia memberitahu kalau Jin-ho itu gay dan memanfaatkan Kae-in untuk mendekati Do-bin sehingga bisa memenangkan tander museum. Kae-in tak percaya dengan penjelasan Chang-ryul, ia berkata kalau Jin-ho bukan orang yang bisa menggunakan cinta untuk bisnis. Chang-ryul curiga bagaimana bisa Kae-in tahu banyak tentang Jin-ho. Kae-in tak mau menjelaskan dan langsung pergi dari sana.
Chang-ryul jadi kesal, In-hae mendekatinya dan bertanya sebenarnya apa yang terjadi. Chang-ryul berkata kalau Jin-ho memanfaatkan kekurangannya untuk mendekati Do-bin sehingga bisa memenangkan tander museum.
Kae-in sangat khawatir dengan keadaan Jin-ho, ia mencoba menelepon Jin-ho tapi tak diangkat. Kae-in lalu meninggalkan sebuah pesan suara untuk Jin-ho.
Jin-ho berhenti di pinggir sungai setelah mendengar pesan dari Kae-in. Kae-in berpesan agar Jin-ho berhenti jika pikirannya masih kacau karena mengemudi dalam keadaan seperti itu tak ada gunananya dan bisa mengakibatkan kecelakaan. Kae-in juga menyuruh Jin-ho mengambil nafas untuk meredakan emosinya. Jin-ho kembali tersenyum setelah mengingat pesan (perhatian) Kae-in itu. Jin-ho kemudian mendapat pesan yang mengingatkan bahwa hari itu adalah hari peringatan meninggalnya ayah Jin-ho.
Jin-ho pulang ke rumahnya dan bersiap melakukan upacara peringatan. Sang-joon yang juga datang untuk upacara itu merasa heran dengan keadaan Jin-ho. Ia bertanya apa Jin-ho sedang memikirkan proyek museum atau masalah gay nya. Sang-joon mendekati Jin-ho dengan gerakan aneh dan terlihat oleh Hye-mi. Hye-mi merasa kedakatan Sang-joon dan Jin-ho aneh (seperti pasangan gay). Tapi kemudian ibu Jin-ho datang meminta bantuan Hye-mi.
Setelah Hye-mi pergi, Sang-joon bercanda dengan bertanya pada Jin-ho apa benar ia mencintai Jin-ho dan tidak tertarik dengan wanita. Jin-ho tak mau menanggapinya dan dengan dingin menyuruh Sang-joon keluar dari kamarnya saja (lagi sensitif tau..). Jin-ho dan keluarganya kemudian melakukan upacara peringatan kematian ayahnya. Jin-ho terlihat sedih karena belum berhasil balas dendam.
Setelah Hye-mi pergi, Sang-joon bercanda dengan bertanya pada Jin-ho apa benar ia mencintai Jin-ho dan tidak tertarik dengan wanita. Jin-ho tak mau menanggapinya dan dengan dingin menyuruh Sang-joon keluar dari kamarnya saja (lagi sensitif tau..). Jin-ho dan keluarganya kemudian melakukan upacara peringatan kematian ayahnya. Jin-ho terlihat sedih karena belum berhasil balas dendam.
Di rumah Kae-in, Kae-in sedang bercerita pada Young-soon tentang kejadian tadi siang. Young-soon kaget dan tidak menyangka Jin-ho seberani itu melakukan pengakuan di depan Chang-ryul. Kae-in berkata kalau ia khawatir dengan keadaan Jin-ho sekarang. Kae-in juga bercerita kalau tadi siang ia juga menampar Chang-ryul. Young-soon tambah kaget tak menyangka Kae-in berani berbuat begitu. Kae-in beralasan kalau ia sangat marah ketika Chang-ryul mengatai Jin-ho kotor. Young-soon semakin heran, ia merasa Kae-in punya perasaan tertentu sama Jin-ho. Kae-in berkata agar Young-soon jangan berpikiran yang aneh-aneh karena ia dan Jin-ho hanya bersahabat.
Jin-ho pergi ke warung soju dengan Sang-joon. Ia minum banyak disana. Sang-joon heran dan bertanya ada masalah apa. Tapi Jin-ho malah bertanya apa sebaiknya mereka menyerah terhadap tander museum kali ini. Sang-joon berkata bagaimana bisa menyerah kalau memang tidak ada kesempatan lagi (Sang-joon belum tahu kalau Do-bin sudah mengusahakan agar semua orang bisa ikut tander). Jin-ho lalu teringat Do-bin yang ada saat kejadian tadi siang. Jin-ho semakin stress dan akhirnya minum-minum lagi.
Kae-in sedang menunggu Jin-ho pulang di teras, tapi saat Jin-ho datang ia beralasan tidak bisa tidur. Karena melihat Jin-ho habis minum, Kae-in menyuruh Jin-ho langsung tidur saja. Jin-ho menurut tapi saat akan mau masuk ke kamar tiba-tiba Kae-in bertanya bagaimana keadaan Jin-ho setelah kejadian tadi siang. Jin-ho diam, Kae-in minta maaf dan menyuruh Jin-ho masuk saja. Tapi Jin-ho malah ikut duduk di teras bersama Kae-in.
Jin-ho kemudian bercerita kalau saat itu ia melihat Do-bin dengan mata sedih sehingga ia tidak bisa bilang tidak pada Chang-ryul. Jin-ho juga berkata kalau ia juga tidak tahu apakah ia memanfaatkan itu untuk menang dari Chang-ryul atau memang karena Do-bin. Kae-in berkata kalau itu pasti karena Do-bin. Jin-ho bertanya bagaimana Kae-in bisa begitu yakin kepadanya. Kae-in berkata karena mereka adalah teman jadi harus saling percaya. Jin-ho memperingatkan Kae-in agar tidak mudah percaya pada orang lain. Kae-in berkata kalau ia tidak tolol dan bisa menilai Jin-ho sesungguhnya bagaimana. Jin-ho jadi tidak enak, ia lalu mau mengatakan yang sebenarnya tentang dirinya. Tapi Kae-in berkata kalau sudah malam dan sebaiknya Jin-ho pergi tidur saja (Gagal lagi deh..).
Kae-in sedang menunggu Jin-ho pulang di teras, tapi saat Jin-ho datang ia beralasan tidak bisa tidur. Karena melihat Jin-ho habis minum, Kae-in menyuruh Jin-ho langsung tidur saja. Jin-ho menurut tapi saat akan mau masuk ke kamar tiba-tiba Kae-in bertanya bagaimana keadaan Jin-ho setelah kejadian tadi siang. Jin-ho diam, Kae-in minta maaf dan menyuruh Jin-ho masuk saja. Tapi Jin-ho malah ikut duduk di teras bersama Kae-in.
Jin-ho kemudian bercerita kalau saat itu ia melihat Do-bin dengan mata sedih sehingga ia tidak bisa bilang tidak pada Chang-ryul. Jin-ho juga berkata kalau ia juga tidak tahu apakah ia memanfaatkan itu untuk menang dari Chang-ryul atau memang karena Do-bin. Kae-in berkata kalau itu pasti karena Do-bin. Jin-ho bertanya bagaimana Kae-in bisa begitu yakin kepadanya. Kae-in berkata karena mereka adalah teman jadi harus saling percaya. Jin-ho memperingatkan Kae-in agar tidak mudah percaya pada orang lain. Kae-in berkata kalau ia tidak tolol dan bisa menilai Jin-ho sesungguhnya bagaimana. Jin-ho jadi tidak enak, ia lalu mau mengatakan yang sebenarnya tentang dirinya. Tapi Kae-in berkata kalau sudah malam dan sebaiknya Jin-ho pergi tidur saja (Gagal lagi deh..).
Kae-in kembali ke ruang kerjanya. Jin-ho melihat Kae-in kesulitan, ia lalu menghampirinya dan mau membantunya. Kae-in lalu mendapat ide bagaimana kalau mereka berdua bekerja sama saja membentuk usaha sampingan saja. Jin-ho berkata kalau ia tidak tertarik dengan ide itu. Kae-in memelas dan berkata apa Jin-ho sedang meremehkan kemampuannya. Jin-ho dengan tegas berkata “Ya”. Kae-in jadi sedikit kesal. Jin-ho berkata kalau Kae-in tak punya uang, Kae-in bisa kembali lagi bersama dengan Chang-ryul dan bisa minta dibelikan sesuatu. Kae-in berkata itu tak mungkin karena ini masalah harga dirinnya sekarang. Jin-ho bertanya apa Kae-in tahu apa maksud harga diri itu. Kae-in kesal ia lalu mengambil gergajinya, Jin-ho jadi ketakutan ia teringat saat hari pertama ia datang ke Sang Go-jae. Kae-in menakuti Jin-ho dengan gergaji. Melihat Jin-ho benar-benar ketakutan, Kae-in semakin jail, ia mengangkat gergajinya lagi dan bertanya apa ia masih tidak punya harga diri. Karena ketakutan Jin-ho akhirnya menyerah dan bilang kalau harga diri Kae-in sangat kuat (Hubungan mereka jadi baik lagi deh..).
Pagi hari Kae-in tidak seperti biasanya, ia berdandan dan memakai lipstik. Kae-in berangkat kerja bersama Jin-ho. Kae-in bertanya apa Jin-ho tidak merasa ada sesuatu yang berbeda dengan dirinya. Jin-ho berkata tidak ada dan tanya memangnya ada yang beda. Kae-in berkata kalau hari ini dia memakai topi dan lipstik. Jin-ho tersenyum mendengarnya. Kae-in kesal karena usahanya untuk berubah tidak dihargai, Kae-in lalu tiba-tiba meminta di turunkan di pemberhentian bus segera karena bus yang akan ia gunakan sudah tiba. Jin-ho menurutinya. Kae-in turun dan berlari mengejar bus agar bisa naik. Jin-ho tersenyum melihatnya. Setelah bus berhenti Kae-in langsung naik dan mengambil tempat duduk dekat jendela. Jin-ho tersenyum lagi saat melihat Kae-in melambaikan tangannya dari bus untuknya saat ia akan pergi (oppa minho dpt banyak senyum ya??? pantas rha jadi klepek2...).
Saat sampai di tempat kerjanya, Kae-in sudah ditunggu oleh Chang-ryul. Kae-in menghindar, tapi Chang-ryul memaksa untuk bicara berdua. Mereka lalu pergi ke sebuah restoran. Chang-ryul berkata kalau Kae-in sekarang benar-benar telah berubah. Kae-in hanya diam. Chang-ryul lalu berkata kalau ia ingin kembali menjalin hubungan dengan Kae-in. Kae-in kaget dan tak percaya mendengar perkataan Chang-ryul. Chang-ryul berkata kalau ia tahu persaaan Kae-in padanya saat ini dan ia berkata kalau ia akan sabar menunggu sampai Kae-in mau kembali kepadanya. Kae-in dengan dingin berkata agar Chang-ryul jangan bertindak sembarangan terhadapnya lagi. Chang-ryul berkata kalau ia sudah memikirkan hal itu, ia juga berkata kalau ia baru sadar kalau Kae-in adalah orang baik saat Kae-in bersedia menemainya bertemu ibunya. Kae-in tak tahan dan pergi dari sana.
Dikantor M, Sang-joon berteriak terkejut karena mendapat email pemberitahuan bahwa gedung Meiseu telah mengurangi persyaratan peserta tander. Semua pekerja pun terkejut dan senang mendengarnya karena itu berarti perusahaan mereka ada kesempatan lagi. Mereka lalu berlari ke ruangan Jin-ho untuk memberitahunya. Tapi Jin-ho hanya tenang-tenang saja dan menyuruh mereka kerja yang benar dan jangan terlalu senang (ya lah sudah tahu gitu lho...).
Di tempat lain ayah Chang-ryul yang juga mendengar kabar itu terlihat kesal sekali. Ia minta penjelasan dari gedung Meiseu, dan merek berkata kalau direktur Choi (Ayah Do-bin) tak bisa menolak lagi keinginan anaknya. Ayah Chang-ryul semakin kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa. Chang-ryul berkata apa mungkin karena kedekatan Jin-ho dengan Do-bin sehingga terjadi keputusana seperti itu. Ayah Chang-ryul kesal dan meminta Chang-ryul lebih waspada. Setelah Chang-ryul pergi, ayah Chang-ryul berfikir kalau Jin-ho bisa menggunakan cara khusus maka ia juga kan menggunakan cara khusus. Chang-ryul menemui seorang dedektif, ia minta dedektif itu menyelidiki tentang Jin-ho.
Sang-joon terkejut mendengar dari Young-soon kalau Jin-ho telah mengaku bahwa dirinya adalah gay di depan Chang-ryul dan Do-bin. Young-soon juga terkejut bagaimana bisa Sang-joon tidak mengetahui kejadian itu dan bertanya apa ia takut Jin-ho direbut Do-bin. Sang-joon berpura-pura sedih. Young-soon berkata agar Sang-joon jangan bersikap seperti itu, karena dia dan Kae-in juga tahu bahwa Sang-joon selingkuh dengan Tae-hoon. Sang-joon terkejut dan mau menjelaskan. Tapi Young-soon terus bicara, Young-soon merasa hubungan pria dan perempuan sudah rumit tapi ternyata hubungan pria dan pria lebih rumit lagi. Sang-joon lalu buru-buru pamit pergi dari sana.
Sang-joon lalu menemui Jin-ho. Ia bertanya bagaimana bisa Jin-ho melakukan pengakuan didepan Chang-ryul tentang gaynya dan bahkan didepan Do-bin. Jin-ho yang tengah bersiap pergi terkejut dan bertanya bagaimana Sang-joon bisa mendengar itu. Sang-joon berkata dari Young-soon. Jin-ho kesal karena Sang-joon terus berhubungan dengan Young-soon (berpura-pura seperti kakak adik). Sang-joon berkata bukan itu permasalahannya sekarang. Jin-ho lalu berkata kalau ia ingin pergi ke gedung Meiseu. Sang-joon tambah panik ia merasa Jin-ho akan mengatakan yang sebenarnya pada Do-bin kalau ia bukan gay. Dan benaran Jin-ho memang berniat mau melakukan itu. Sang-joon memaksa agar Jin-ho jangan melakukan itu demi perusahaan mereka. Ia minta Jin-ho minta maaf saja pada Do-bin.
Jin-ho menemui Do-bin di gedung Meiseu. Do-bin menyambut ramah Jin-ho, ia juga berkata kalau Jin-ho datang untuk mengucapkan terima kasih karena ia telah membuka kesempatan lagi untuk perusahaan Jin-ho, itu tidak perlu. Jin-ho dengan perasaan sedikit muram berkata kalau ia sangat berterima kasih kepada Do-bin akan masalah itu tapi ia juga tidak dapat membalas perasaan Do-bin kepadanya. Do-bin telihat kecewa. Jin-ho juga berkata kalau ia tidak ingin Do-bin berfikir kalau ia memanfaatkan kedekatannya dengan Do-bin untuk memenangkan tander museum. Do-bin bertanya apa ia jenis orang yang mencampurkan perasaan dengan pekerjaan. Jin-ho jadi tidak enak. Do-bin lalu mengalihkan pembicaraan dengan mencoba mengajak Jin-ho pergi macing lagi lain kali. Tapi Jin-ho masih terlihat muram. Do-bin lalu berkata kalau ia menyesal karena ia masih ada janji lain. Jin-ho berkata kalau ia merasa berhutang budi pada Do-bin, ia berjanji akan bekerja lebih keras untuk membayarnya. Do-bin berkata kalau hal itulah yang ia ingin dengar dan Jin-ho pun pamit pergi.
Di luar Jin-ho bertemu In-hae. In-hae mengucapkan selamat pada Jin-ho dan menagih janji Jin-ho untuk mentraktirnya makan. Mereka pun akhirnya pergi makan di sebuah restoran. Disana In-hae berkata kalau kemarin Kae-in menampar Chang-ryul hanya demi membela Jin-ho di depan Chang-ryul. In-hae merasa Kae-in mempunyai perasaan khusus kepada Jin-ho. Jin-ho keget mendengarnya, ia juga mulai tak tertarik dengan perkataan In-hae. In-hae berkata kalau ia tidak menyangka kalau Do-bin adalah gay karena selama bekerja di sana ia tidak melihat tanda-tanda itu. Jin-ho kesal ia minta maaf karena ia tidak tertarik mendengarnya dan mau pergi saja. Sebelum Jin-ho pergi, In-hae bertanya apakah Jin-ho benar-benar memanfaatkan Do-bin karena ia yakin Jin-ho bukan seorang gay. Jin-ho tak tertarik membalasnya dan pamit pergi dari sana.
Kae-in keget saat seseorang memanggilnya dan berkata kalau ia adalah ayah Chang-ryul. Kae-in dan ayah Chang-ryul lalu bebicara disebuah restoran. Disana Ayah Chang-ryul berkata kalau ia sengaja menunggu di depan Sang Go-jae karena ia takut Kae-in tak mau menemuinya. Ia juga berkata kalau ia minta maaf atas kelakuan anaknya. Kae-in berkata kalau itu sudah masa lalu. Ayah Chang-ryul lalu berkata kalau ia tahu Kae-in adalah anak Prof. Park, ia tentu tidak akan membiarkan keadaan menjadi seperti sekarang ini. Kae-in kaget mendengarnya. Ayah Chang-ryul terus mengoceh jika ia tahu sejak dulu tentu ia akan merasa terhormat menjadi besan Prof. Park arsitek terkenal Korea.
Setiba di rumah Kae-in merasa kesal sekali dengan perkataan ayah Chang-ryul dan juga pada Chang-ryul. Kae-in merasa Chang-ryul ingin kembali kepadanya karena ia telah tahu kalau dirinya adalah putri Prof. Park. Tiba-tiba Young-soon datang ke Sang Go-jae ia memberi kabar kalau furniture–furniture Kae-in yang ada ditokonya telah laku semua, Kae-in kaget dan senang mendengarnya. Tapi kemudian Young-soon memberitahu kalau yang membelinya adalah Chang-ryul. Kae-in jadi kesal ia merasa semakin terhina dengan tingkah Chang-ryul itu.
Jin-ho baru saja tiba saat mendengar suara barang jatuh di ruang kerja Kae-in. Ia segera menuju kesana. Ternyata Kae-in sedang kesal hingga tak konsentrasi bekerja dan membuat tangannya terluka. Jin-ho langsung mau menolong, tapi Kae-in menolak dan langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan lukanya sendiri. Jin-ho menyusul ke kamar mandi dan bertanya sebenarnya ada apa. Kae-in hanya diam. Jin-ho lalu berkata kalau Kae-in punya kebiasaan buruk menyakiti diri sendiri. Ia juga berkata walapun hati sedang kesal seharusnya Kae-in tidak menyakiti diri sendiri.
“Karena aku bodoh. Dan Karena ayahku semua orang baru tunduk padaku” kata Kae-in akhirnya.
Keesokan harinya. Kae-in bertemu Chang-ryul sambil menahan perasaan kesal. Chang-ryul sendiri merasa sangat senang karena Kae-in mengajaknya bertemu. Kae-in langsung menanyakan apa tujuan Chang-ryul membeli semua furniturenya. Chang-ryul berkata kalau ia mendengar tentang masalah furniture itu. Kae-in semakin curiga tapi ia malah mengucapkan terima kasih. Chang-ryul berkata kalau itu tidak perlu karena itu bantuan tak berarti baginya, lagi pula ia ingin menggunakan furniture itu untuk proyek perusahaannya nanti. Kae-in hanya diam saja. Chang-ryul berkata apa Kae-in tidak percaya dengan ketulusan hatinya. Kae-in lalu bertanya apa Chang-ryul serius ingin kembali dengannya. Chang-ryul kaget dan senang mendengarnya.
Jin-ho heran karena Kae-in pagi-pagi sudah bertindak aneh (sedang melakukan jungkir balik). Kae-in berkata kalau ia sedang menata pikirannya yang kacau. Tiba-tiba Kae-in berkata kalau ia ingin lari. Kae-in berlari mengelilingi tamanan dengan sekuat tenaga. Ternyata Kae-in sedang kesal memikirkan Chang-ryul dan ayahnya. Jin-ho melihatnya semakin heran, ia lalu menarik Kae-in agar berhenti berlari karena tubuh Kae-in tak akan mampu melakukan olahraga keras seperti itu. Jin-ho bertanya sebenarnya apa yang terjadi. Kae-in menatap Jin-ho dalam dan berkata kalau ia ingin balas dendam.
Jin-ho lalu pulang buru-buru. Ternyata Kae-in memintanya untuk membantu dia balas dendam pada Chang-ryul dan tentu saja Jin-ho menolaknya. Kae-in terus memaksa di sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Jin-ho sudah tak tahan ia berhenti kemudian memegang tubuh Kae-in seraya berkata kalau Kae-in tak mungkin bisa melakukan balas dendam karena itu sudah jadi fakor genetik pada diri Kae-in. Kae-in berkata kalau ia bisa dan benar-benar ingin menunjukan kepada orang-orang yang menganggapnya rendah bahwa ia juga bisa. Jin-ho lalu bercerita kalau didunia ini ia sangat mencintai ibunya. Kae-in tak mengerti kenapa tiba-tiba Jin-ho bercerita tentang ibunya. Jin-ho melanjutkan ceritanya bahwa yang paling membuatnya sedih didunia ini adalah ibunya. Jin-ho berkata kalau ibunya terlalu rapuh. Kae-in mulai paham tapi ia tetap ingin balas dendam. Jin-ho lalu berkata kalau ibunya juga ingin balas dendam tapi ia tidak bisa melakukannya karena ketika ia melihat orang-orang yang ingin dibalasnya ia akan langsung sedih. Jin-ho lalu berkata kalau ia bisa berteman dengan Kae-in karena Kae-in sama dengan ibunya, jadi Kae-in tak akan bisa balas dendam. Jin-ho lalu pergi pulang, Kae-in mencegah dan tetap memaksa agar Jin-ho membantunya balas dendam sambill menangis di tengah jalan.
Akhirnya Jin-ho mau membantu, Kae-in berjanji ia akan sungguh-sungguh untuk balas dendam pada Chang-ryul. Jin-ho berkata kalau janji Kae-in itu tak akan ada gunanya, yang dibutuhkan Kae-in adalah menjadi kuat dan percaya diri. Jin-ho lalu menyuruh Kae-in berlatih agar menjadi lebih percaya diri. Latihan pertama didepan cermin Kae-in gagal. Jin-ho berkata agar Kae-in memikirkan dendamnya agar berhasil. Kae-in mencoba lagi dan mulai berhasil (latihannya mengucapkan “AKU CANTIK” didepan cermin.. siapa yang ingin ikut latihan jadi pede ngacung???? Saya!!!). Jin-ho tersenyum melihat kesungguhan Kae-in.
Kae-in berdandan cantik saat akan latihan kencan dengan Jin-ho dan Jin-ho terpesona melihatnya. Saat akan naik mobil Jin-ho membukakan pintu untuk Kae-in. Kae-in bingung.
“Silakan naik tuan putri” kata Jin-ho.
Kae-in jadi malu mendengarnya. Jin-ho berkata wanita harus membuat dirinya mulia dan hal yang ia lakukan adalah penghormatan pada yang mulia. Kae-in mengerti, kemudian ia bersikap seperti perkataan Jin-ho.
Kae-in jadi malu mendengarnya. Jin-ho berkata wanita harus membuat dirinya mulia dan hal yang ia lakukan adalah penghormatan pada yang mulia. Kae-in mengerti, kemudian ia bersikap seperti perkataan Jin-ho.
Jin-ho dan Kae-in pergi menonton film. Jin-ho tanya Kae-in mau menonton apa. Tapi Kae-in berkata terserah Jin-ho saja. Jin-ho kesal, ia lalu memberi pelajaran lagi bahwa setiap wanita harus punya pendirian sendiri tidak tergantung terus pada pasangannya. Jin-ho lalu berkata kalau ia ingin nonton film action, Kae-in dengan tegas berkata kalau ia tidak mau dan mau menonton film komedi saja. Jin-ho kaget tapi kemudian ia tertawa karena Kae-in ternyata mengerti maksud perkataannya tadi.
Lalu tiba-tiba seseorang dari belakang memanggil Jin-ho. Mereka lalu berbalik, Jin-ho terlihat kaget melihat Eun Soo adik kelasnya ada di sana (Hayo... siapa yang ga kenal ngacung??? aduh kenapa postingan kali ini jadi guru terusnya...). Eun Soo bertanya siapa gadis yang bersama Jin-ho. Jin-ho memperkenalkan Kae-in pada Eun Soo. Eun Soo lalu bertanya apa Kae-in adalah pacar Jin-ho. Jin-ho berkata bukan, Kae-in langsung berkata bukankah dia adalah pacar Jin-hoo (pura-pura). Jin-ho kaget mendengarnya, Eun Soo malah tertawa mendengarnya.
Mereka lalu ngobrol di sebuah restoran. Kae-in merasa heran karean Eun Soo dan Jin-ho ternyata beda jurusan tapi sangat akrab. Jin-ho tersenyum mendengarnya. Eun Soo menjelaskan kalau mereka berdua sering bertemu di perpustakaan. Jin-hoo lalu berkata bahwa sekarang Eun Soo sepertinya sudah mulai hidup normal dengan pergi keluar menonton film. Eun-soo berkata kalau ia sudah 3 tahun tidak menoton film, ia juga berkata kalau ia iri dengan Jin-ho yang ternyata sudah hidup normal dengan pergi menonton film bersama pacar pula. Kae-in lalu jadi malu dan berkata sesungguhnya ia bukanlah pacar Jin-ho. Jin-ho berkata kalau Eun Soo adalah orang yang sibuk sehingga tidak ada waktu untuk hal-hal seperti itu. Eun Soo berkata seharusnya Jin-ho berkata yang baik-baik sebagai teman lamanya. Jin-ho berkata kenapa harus. Eun Soo kaget mendengarnya. Jin-ho tersenyum dan berkata apakah hubungan mereka bisa disebut teman lama. Eun Soo semakin kaget mendengarnya dan berkata apakah Jin-ho tak mau menjadi temannya. Melihat suasana jadi kaku Kae-in lalu mengalihkan pembicaraan. Eun Soo lalu bertanya bagaiman awalnya Kae-in bertemu Jin-ho. Kae-in tertawa ia berkata kalau awal pertemuan mereka sangat unik karena saat itu Jin-ho memegang pantatnya. Jin-ho langsung mencegah Kae-in bercerita lebih lanjut. Eun Soo kaget mendengarnya sekaligus senang (suasana kembali cair).
Beberapa saat kemudian Eun Soo pamit mau pergi. Kaee-in berkata kenapa Jin-ho tidak mengundang Eun Soo makan bersama mereka. Eun Soo berkata tidak perlu karena ia tidak ingin mengganggu Jin-ho dan Kae-in lagi. Eun Soo kemudian pamit pergi lagi.
Jin-ho mengantar Eun Soo sampai luar. Di luar Eun Soo berkata kalau ia ingin sekali bertanya pada Jin-ho, apakah Jin-ho menyesal dulu, sebelum ia pergi luar negeri Jin-ho tak mau menahannya karena jika saat itu Jin-ho melakukannya ia pasti akan tinggal demi Jin-ho. Jin-ho berkata kalau ia menyesal. Tapi Eun Soo tahu itu bohong, ia berkata karena sikap Jin-ho seperti itulah yang membuatnya menyukainya. Eun Soo kemudian pergi, tapi sebelum pergi ia berkata kalau Kae-in adalah gadis yang baik. Eun Soo pergi dan Jin-ho hanya bisa menatapnya saja. Kae-in kemudian datang, ia bertanya apa Jin-ho dan Eun Soo dulu ada hubungan. Jin-hoo berkata kalau ia hidup untuk laki-laki, dan perempuan seperti Eun Soo hanya menunjukan bahwa ia terobsesi dengan perempuan. Kae-in lalu berkata sepertinya Eun Soo memiliki kepribadian yang bagus. Jin-ho berkata keberanian Eun Soo adalah yang selama ini membutakannya merasakan ada sesuatu seperti penyakit dalam hatinya. Jin-ho lalu mengalihkan pembicaraan dan mengajak Kae-in masuk lagi untuk menonton film. Kae-in berkata kalau sikap Eun Soo tadi seperti perempuan yang pernah menjadi mantan pacar Jin-ho. Jin-ho kaget mendengaranya (Soalnya emang bener Eun Soo itu mantanya Jin-ho).
Malam harinya Kae-in dan Jin-ho pergi ke atas suatu bukit.
“Aku mencintaimu” kata Jin-ho tiba-tiba.
Kae-in kaget dan menoleh untuk melihat Jin-ho.
Keesokan harinya saat berangkat kerja bersama. Jin-ho berkata kalau pria tertarik dengan wanita yang punya rasa humor tinggi. Kae-in berkata kalau hal seperti itu pasti ia bisa. Jin-ho lalu menantang Kae-in agar hari itu mengajukan hal-hal yang bisa membuatnya tertawa. Kae-in langsung merasa tertantang, ia segera mengajukan sebuah plesetan dan menyuruh Jin-ho menebaknya. Tapi Jin-ho tak tahu, Kae-in memberi tahu jawabannya dan jadi tertawa sendiri. Kae-in lalu bertanya apa Jin-ho masih ragu padanya. Jin-ho lalu merasa kesal karena Kae-in ternyata ahli dalam hal itu. Kae-in berkata kalau hari ini ia kan menunggu telepon dari Jin-ho agar Jin-ho bisa mengujinya.
Di kantor saat makan siang bersama Sang-joon dan Tae-hoon, tiba-tiba Jin-ho bertanya apa mereka berdua punya cerita atau plesetan lucu. Sang-joon dan Tae-hoon merasa curiga kalau Jin-ho sedang jatuh cinta. Jin-ho tentu menyangkalnya, ia berkata kalau ia hanya sedang bosan saja. Sang-joon lalu menceritakan sebuah kisah lucu dan Jin-ho segera menelepon Kae-in untuk mengujinya. Jin-ho yang menceritakan hal tersebut tanpa basa-basi membuat Kae-in kaget tapi kemudian ia mengerti kalau itu adalah ujin humor. Kae-in berkata kalau ia akan membiarkan Jin-ho menang kali ini. Tapi Jin-ho tetap memaksa Kae-in menjawabnya. Kae-in tak mau dan berakta kalau ia kan menutup telepon Jin-ho. Kae-in senang bisa mengerjai Jin-ho sementara Jin-ho merasa kesal karena ceritanya tak berhasil.
Jin-ho menelepon lagi saat Kae-in berada di pabrik kayu hinata. Kae-in meminta agar Jin-ho kali ini benar-benar memberikan plesetan yang lucu. Jin-ho memberikan pertanyaannya dan Kae-in menjawabnya dengan mudah.
Kae-in kaget dan menoleh untuk melihat Jin-ho.
“Karena kau membuatku tertawa setiap harinya” kata Jin-ho lagi.
Kae-in jadi gugup mendengaranya. Jin-ho lalu berakata bahwa kata-kata seperti itu biasanya akan diucapkan seorang laki-laki yang mengajak seorang wanita kencan dan kemudian mereka pergi ke seatu tempat yang tinggi. Kae-in keget dan akhirnya mengerti bahwa tadi adalah sebuah pembelajaran bukan sungguhan (aku rasa itu sungghan dari hati Jin-ho yg paling dalam...). Jin-ho lalu teringat saat ia jadian dengan Eun Soo dulu. Saat itu Jin-ho nembak Eun Soo di sebuah puncak bukit dengan pemandangan kota yag indah. Tiba-tiba Jin-ho berkata kalau kelas hari ini sudah cukup dan mau pergi pulang. Tapi Kae-in mencegah ia minta Jin-ho diam di tempat dan jangan melihat ke belakang. Kae-in kemudian menulis sesuatu di punggung Jin-ho.
Kae-in jadi gugup mendengaranya. Jin-ho lalu berakata bahwa kata-kata seperti itu biasanya akan diucapkan seorang laki-laki yang mengajak seorang wanita kencan dan kemudian mereka pergi ke seatu tempat yang tinggi. Kae-in keget dan akhirnya mengerti bahwa tadi adalah sebuah pembelajaran bukan sungguhan (aku rasa itu sungghan dari hati Jin-ho yg paling dalam...). Jin-ho lalu teringat saat ia jadian dengan Eun Soo dulu. Saat itu Jin-ho nembak Eun Soo di sebuah puncak bukit dengan pemandangan kota yag indah. Tiba-tiba Jin-ho berkata kalau kelas hari ini sudah cukup dan mau pergi pulang. Tapi Kae-in mencegah ia minta Jin-ho diam di tempat dan jangan melihat ke belakang. Kae-in kemudian menulis sesuatu di punggung Jin-ho.
“Ramalan cuaca Park Kae-in untuk besok. Aroma bunga selama berhari-hari. Teman jika kau lahir kembali aku harap kau bisa jatuh cinta pada wanita. Ketika seeorang tak punya kepentingan apapaun... ramalan cuaca Park Kae-in pun berakhir di sini”.
Keesokan harinya saat berangkat kerja bersama. Jin-ho berkata kalau pria tertarik dengan wanita yang punya rasa humor tinggi. Kae-in berkata kalau hal seperti itu pasti ia bisa. Jin-ho lalu menantang Kae-in agar hari itu mengajukan hal-hal yang bisa membuatnya tertawa. Kae-in langsung merasa tertantang, ia segera mengajukan sebuah plesetan dan menyuruh Jin-ho menebaknya. Tapi Jin-ho tak tahu, Kae-in memberi tahu jawabannya dan jadi tertawa sendiri. Kae-in lalu bertanya apa Jin-ho masih ragu padanya. Jin-ho lalu merasa kesal karena Kae-in ternyata ahli dalam hal itu. Kae-in berkata kalau hari ini ia kan menunggu telepon dari Jin-ho agar Jin-ho bisa mengujinya.
Di kantor saat makan siang bersama Sang-joon dan Tae-hoon, tiba-tiba Jin-ho bertanya apa mereka berdua punya cerita atau plesetan lucu. Sang-joon dan Tae-hoon merasa curiga kalau Jin-ho sedang jatuh cinta. Jin-ho tentu menyangkalnya, ia berkata kalau ia hanya sedang bosan saja. Sang-joon lalu menceritakan sebuah kisah lucu dan Jin-ho segera menelepon Kae-in untuk mengujinya. Jin-ho yang menceritakan hal tersebut tanpa basa-basi membuat Kae-in kaget tapi kemudian ia mengerti kalau itu adalah ujin humor. Kae-in berkata kalau ia akan membiarkan Jin-ho menang kali ini. Tapi Jin-ho tetap memaksa Kae-in menjawabnya. Kae-in tak mau dan berakta kalau ia kan menutup telepon Jin-ho. Kae-in senang bisa mengerjai Jin-ho sementara Jin-ho merasa kesal karena ceritanya tak berhasil.
Jin-ho menelepon lagi saat Kae-in berada di pabrik kayu hinata. Kae-in meminta agar Jin-ho kali ini benar-benar memberikan plesetan yang lucu. Jin-ho memberikan pertanyaannya dan Kae-in menjawabnya dengan mudah.
Kae-in sedang melihat jenis-jenis kayu yang ditujukan pegawai pabrik saat Chang-ryul meneleponnya. Karena Kae-in sibuk bertelepon, pegawai pabrik meninggalkannya sebentar. Chang-ryul bertanya Kae-in ada di pabrik kayu mana dan kenapa tidak minta bantuannya untuk mengantarkan ke sana. Kae-in berkata kalau itu tidak perlu. Chang-ryul lalu berkata kalau ia akan menjemput Kae-in. Jin-ho menelepon kembali dan mengajukan sebuah lelucon dan kali ini berhasil membuat Kae-in tertawa. Jin-ho merasa senang karenanya. Lalu tiba-tiba tumpukan kayu menjatuhi tubuh Kae-in. Telepon Kae-in yang tiba-tiba putus membuat Jin-ho sangat khawatir dan langsung memutuskan pergi mencari Kae-in. Para pekerja pabrik segera membawa Kae-in ke rumah sakit.
Jin-ho pergi sambil menelepon mencari pabrik kayu yang dimaksud Kae-in tadi. Setelah berhasil Jin-ho menelepon paberik itu dan pegawai disana bilang kalau Kae-in sudah di bawa ke rumah sakit. Jin-ho langsung banting setir menuju rumah sakit. Sesampainya dirumah sakit Jin-ho mersa lega bisa menemukan Kae-in dalam keadaan baik-baik saja. Tapi saat akan mendekat tiba-tiba Chang-ryul datang membawa minuman untuk Kae-in. Jin-ho pun berhenti dan melihat Chang-ryul dengan mesra membantu Kae-in minum.
Jin-ho datang menghampiri Kae-in dan menyuruh Chang-ryul pergi dari sana. Kae-in dan Chang-ryul kaget melihat Jin-ho di sana. Jin-ho langsung mendekati Kae-in untuk melihat lukanya tanpa memperdulikan Chang-ryul. Chang-ryul tak terima ia berkata kalau Jin-ho tak mungkin mencintai seorang wanita. Jin-ho tak mau kalah dan berkata bahwa Chang-ryul juga sama seperti dia tak dapat mencintai wanita.. Kae-in kaget mendengarnya, Jin-ho lalu bertanya apa Kae-in cukup kuat untuk pergi dari sana. Kae-in mengangguk, kemudian Jin-ho menggandeng Kae-in pergi dari sana. Chang-ryul mencegah dan bertanya apa Jin-ho sudah mau berhubungan dengan wanita. Jin-ho berkata “Ya” dan minta Chang-ryul tak mengganggu wanitannya lagi (wiu... akhinya...rasa itu datang jg.. hehe). Jin-ho menarik tangan Kae-in hingga sampai di luar. Jin-ho lalu menoleh melihat Kae-in yang tampak kebingungan. Tapi tiba-tiba sosok Kae-in hilang dan tangan Jin-ho tak menggenggam apapun. Atau dengan kata lain itu hanya bayangan Jin-ho saja (yah walapun cuma khayalan Jin-ho saja, tapi paling tidak sekarang Jin-ho sadar perasaannya sama Kae-in bagaimana... betul tak?).
“Latihan ini dilakukan untuk balas dendam dan bahkan kau membantunya. Lalu mengapa kau sekarang harus mencegahnya Jeon Jin-ho” kata Jin-ho memperingatkan dirinya sendiri.
“Latihan ini dilakukan untuk balas dendam dan bahkan kau membantunya. Lalu mengapa kau sekarang harus mencegahnya Jeon Jin-ho” kata Jin-ho memperingatkan dirinya sendiri.
Sementara itu Kae-in bersikap dingin pada Chang-ryul karena ia lebih mengharapkan Jin-ho yang datang membantunya bukan Chang-ryul. Kae-in sudah kesal pada Chang-ryul ia meminta Chang-ryul tidak usah perpura-pura peduli dengannya karena ia tidak mempercayai Chang-ryul lagi. Chang-ryul kecewa dan berkata bagaimana mereka bisa memulai hubungan baru jika Kae-in tidak mempercayainya. Jin-ho sendiri datang ke ruang adaminstrasi dan membayar biaya pengobatan Kae-in serta menanyakan keadaan Kae-in. Jin-ho merasa hanya itu yang bisa ia lakukan untuk Kae-in.
Kae-in memaksa untuk pulang tapi Chang-ryul juga berusaha mencegah.Chang-ryul sangat mencemaskan kesehatan Kae-in dan memintannya tetap tinggal di rumah sakit. Hal ini membuat Kae-in mulai ragu karena Chang-ryul terlihat serius mengkhawatirkannya.
Credit : maldoeopsi
Credit : maldoeopsi
0 comments:
Post a Comment