Recent Post


[Sinopsis] Personal Taste Episode 2

Do you want to share?

Do you like this story?

Kae-in dalam keadaan syok menuju altar tempat In-hae dan Chang-ryul menikah. Semua orang kaget melihat Kae-in. Chang-ryul dan In-hae juga kaget serta tak menyangka Kae-in datang kesana. Kae-in membuka penutup muka In-hae dan tertunduk tak menyangka semua itu benar. “Maaf” kata In-hae.
Kae-in terbata-bata “Maaf? Bukankah ini kata yang diucapakan ketika seseorang tidak sengaja mengijak kaki seseorang di bus? Kapan kalian memulainya?”.
“Apa ini sangat penting? Chang-ryul sudah memilihku dan mau menikah denganku” kata In-hae sedikit kesal.
Kae-in jadi seperti orang ling-lung dan syok. Chang-ryul berusaha membujuk Kae-in untuk pergi dulu dan kelak ia akan menyerahkan dirinya pada Kae-in. In-hae marah Chang-ryul berkata demikian.
Terserah apa? Jadi temanmu harus menikahkah?” kata In-hae.
Young-soon tak bisa tinggal diam, ia mendekati mereka dan memarahi In-hae serta mau memukulnya tapi Chang-ryul berhasil mencegahnya. Chang-ryul minta sekretaris Kim memanggil keamanan. Kae-in hanya tertunduk ling-lung saat keamanan menyeret dia dan Young-soon keluar. In-hae tidak peduli ia minta pernikahannya tetap dilanjutkan.
“Perempuan jahat keluar kau...” teriak Young-soon marah.

“Perempuan ini. Bukankah perempuan itu? kenapa dia masih datang cari masalah di sini” tanya Sang-joon pada Jin-ho.
“Mungkin masalah selingkuh lagi” kata Jin-ho enteng.
Sang-joon senang melihat pernikan Chang-ryul kacau.
Chang-ryul ketakutan ia melirik ayahnya yang berdiri karena marah dan malu.
“Cepat mulai” kata Chang-ryul kemudian pada pembawa acara.
Kae-in dan Young-soon dibawa ke ruang keamanan yang juga ruang operator. Kae-in dan Young-soon didudukan di kursi.
“Sebelum pernikahan selesai, pastikan mereka tidak meninggalkan tempat ini. Mengerti?” kata asisten Kim pada petugas keamanan.
Anak Young-soon menuju meja operator dan main-main tombol di sana. Asisten Kim mengenali Kae-in dan mengambil foto yang diberikan Chang-ryul tadi, dan ternyata fotonya terkena kotoran sehingga ia mengira Kae-in punya tahi lalat, ia jadi kesal sendiri mengetahuinya.
Young-soon memarahi Kae-in “Kau sudah lihat kan? Han Chang-ryul adalah orang jahat. Masalah sudah begini, kau malah mau dipermainkan dia”.
Kae-in terlihat bingung, ia lalu mencoba kembali ke acara pernikahan tapi tak bisa karena ada banyak petugas keamanan. Anak Young-soon memencet tombol lagi.
Kae-in berkata sedih “Lelaki yang menikah sekarang adalah lelaki yang sampai kemarin pacaran denganku”.
Suara Kae-in terdengar ke seluruh ruangan pernikahan di gedung tersebut. Semua pasangan yang akan menikah hari itu kaget dan berhenti melakukan upacara pernikahannya.
“Dan pengantin perempuan adalah teman baikku. Dia bilang mau menikah makanya aku datang mengucapkan selamat pada mereka. Semoga mereka bahagia dan aku masih membuatkan dia ranjang” kata Kae-in lagi.
“Bodoh mereka sudah begini. Kamu malah tidak tahu apa-apa, masih datang kesini. Perempuan jahat, permainkan begitu banyak lelaki kenapa terakhir malah menikah dengan pacar teman sendiri” kata Young-soon jengkel.
Sementara itu di tempat pernikahan lain mempelai wanita marah dan pergi dari altar setelah mendengar perkataan Kae-in dari speaker ruangan, si mempelai pria berusaha mengejar dan mencoba menjelaskan tapi gagal.
“Bukankah beberapa hari lalu ia bilang masih pacaran dengan tuan Young-jun” kata Young-sun.

Si mempelai wanita berhenti dan berkata bukan dia.

“Bukan tuan Young-jun atau tuan Dong-jiang kan? Pacar terlalu banyak sampai aku pusing” kata Young-soon lagi.

In-hae yang juga mendengarnya jadi kesal, Chang-ryul melirik In-hae. Para tamu ribut lagi dan ayah Chang-ryul sudah sangat kesal akhirnya pergi dari sana. Sang-hoon senang mendengar itu semua.

Lelaki dingin yang berada pada pernikahan In-hae ternyata adalah Choi Do-bin pemilik proyek museum Damn. Ia juga pergi meninggalkan tempat itu. Jin-ho melihatnya, ia dan Sang-joon akhirnya juga ikut keluar mengejarnya.

“Bukankah itu orang-orang Mirae (perusahan Chang-ryul)?” kata Sang-joon melihat segerombolan orang mendekati Do-bin tapi dicuekin.
“Bukankah katamu kau punya kenalan di gedung Meishu?” tanya Jin-ho.
“Meishu? Ya tentu” kata Sang-joon.
“Bantu aku cari tahu sesuatu nanti ku telepon?” kata Jin-ho lalu pergi terburu-buru. Sementara itu Choi Do-bin menunggu lift untuk turun.

Mempelai pria dan perempuan yang tadi bertengkar segera pergi menuju ruang operator.
“Kalian sedang buat apa? Sekarang semua ruang pernikahan sedang mendengarkan ucapan kalian” kata seorang pegawai gedung marah.
Kae-in dan Young-soon terkejut.
“Hey bocah!” kata asisten Kim memanggil anak Young-soon.
Young-soon melindungi anaknya, lalu melihat para mempelai menuju kesana. Ia lalu menarik Kae-in untuk pergi dari sana, tapi terlambat para mempelai telah sampai dan minta penjelasan dari mereka.
“Bukan... bukan... maaf” kata Young-soon.

Kae-in bingung tak tahu harus bagaimana. Young-soon lalu mengajak Kae-in pergi tapi mereka malah berpapasan dengan In-hae yang pergi dari pernikahannya dan sedang dikejar-kejar Chang-ryul.
“Sekarang hatimu sudah lega kah?” kata In-hae kesal.
“Kau seharusnya memberitahuku dari awal. Maaf sudah mengganggu pernikahanmu” kata Kae-in terbata-bata.
“Tidak apa-apa, kelak aku tak akan merasa bersalah padamu lagi” kata In-hae dingin.
“Bocah ini” kata Young-soon marah dan menampar In-hae (bagus... rasain).
“Kamu mau merasa bersalah selamanya, bocah?” kata Young-soon marah lalu mengajak Kae-in pergi dari sana.


Jin-ho turun dengan tangga ia berlari sambil berteleponan dengan Sang-joon. Jin-ho sampai parkiran ia menaiki mobilnya dan pergi mencari mobil Do-bin dengan berbekal nomor plat dari Sang-joon. Do-bin naik lift turun. Jin-ho menemukannya. Do-bin sampai di parkiran.

Di jalanan Young-soon masih kesal sehingga mengomel sendiri “Bagaimana bisa demi seorang lelaki mengkhianati teman puluhan tahun. Mungkin kau terlalu lemah makanya bisa dikerjai orang seperti mereka”.
“Young-soon” panggil Kae-in.
“Apa? Katakanlah” kata Young-sun.
“Saya jalan sendiri saja mulai dari sini” kata Kae-in.
“Kenapa? Tak masalahkan kalau saya disamping?” kata Young-sun lagi.
“Tidak masalah, jangan cemas” kata Kae-in.
“Benarkah? Ada masalah?” tanya Young-sun.
“Tentu ada masalah kalau kau bisa tidak ada masalah? Saya pergi dulu” kata Kae-in sedikit kesal.
Young-soon bingung kenapa Kae-in malah marah dengannya.


Jin-ho menabrak mobil Do-bin dan sedang memberikan kartu namanya di mobil Do-bin saat Do-bin datang.
“Apa ini?” tanya Do-bin.
”Maaf. karena saya jalan terlalu buru-buru jadi tak sengaja menabraknya. Maaf sekali” kata Jin-ho sedikit takut untuk menjelaskan.
Do-bin hanya bersikap dingin dan berkata “Sudahlah. Kamu tinggalkan cara kontak saja dan bisa pergi. Kasus dream art center yang kamu rancang tinggalkan bayangan yang sangat dalam buat saya” kata Do-bin.
Jin-ho kaget Do-bin mengenalinya.
“Hari ini agak tidak bebas. Lain hari kau harus hubungi saya” kata Do-bin sambil mengeluarkan kartu namanya.
Jin-ho dengan hormat menerimanya.
In-hae kesal ia menghancurkan dekorasi pernikahan yang ia temui dan ia sedang mencoba pergi dari gedung pernikahn tersebut. Chang-ryul mencoba mencegah dan berkata bahwa ia telah bilang pada Kae-in dan sudah memberikan undangannya. Tapi In-hae tak mau dengar ia berkata, ia menjadi malu sekali dan semua karena Chang-ryul. ia juga berkata bahwa Chang-ryul seorang pembohong. Chang-ryul tak terima ia juga menyalahkan In-hae karena ia juga berbohong tentang masalah Young-joon (pacar lain yang dibilang Young-sun). Chang-ryul mencoba merayu dan berkata ia tidak akan mempermasalahkan masa lalu asal mereka sekarang bersama. Tapi In-hae terlalu kesal, ia minta tiket bulan madu pada Chang-ryul. Chang-ryul menyerahkan tiket itu dan berkata dengan senang bahwa mereka sebaiknya memang pergi bulan madu dulu baru menikah kemudian (we apa ini..). In-hae tambah kesal dan hampir memukul Chang-ryul. Ia berkata, ia sudah gila jika mau pergi dengan Chang-ryul. In-hae lalu naik mobil pengantin dan pergi dari sana.
“Sukurlah tidak ditampar” kata asisten Kim, tapi tiba-tiba seseorang melempar sesuatu pada Chang-ryul dan menamparnya.
Orang itu adalah ayah Chang-ryul, ia marah “Sebagai lelaki sejati, tidak ada perempuan lain kah? Menikah dengan perempuan seperti ini”.
“Ayah” kata Cahng-ryul kaget.
“Ayah? Anak harus ada bentuk anak juga baru ada ayah, makanya kamu jangan penggil saya ayah tahu?” kata ayah Chang-ryul sebelum pergi.
Chang-ryul hanya bisa terdiam.
Asisten Kim mendekatinya dan berkata “Saya kasihan tadi ditinggalin istri sekarang pun tidak bisa pangggil ayah”.
Mendengar itu Chang-ryul malah jadi marah dan menyalahkan asisten Kim yang membiarkan Kae-in masuk.


Kae-in yang masih syok dengan kejadian tadi menyebarang jalan dengan pelan sambil memikirkan kejadian tadi sehingga ia hampir tertabrak. Jin-ho yang berkendara pulang dengan Sang-joon melihat Kae-in dengan iba melihat Kae-in menagis dijalanan.


Saat sampai di kantor Sang-joon bercerita bahwa proyek museum Damn ini mulanya akan diserahkan pada arsitek luar negeri tapi tidak jadi dan ketua Choi akan membiarkan arsitek luar itu untuk menjadi juri. Sang-joo berkata pada Jin-ho jika itu benar, ini akan membuat persaingan akan berjalan dengan jujur. Tiba-tiba Tae-hoon datang, Sang-joon berkata Tae-hoon sudah kalah taruhan seharusnya ia tidak datang lagi ke kantor. Tapi Tae-hoon bersikeras tak mau keluar, Jin-ho menyuruh Sang-joon memidahkan meja Tae-hoo keluar. Tae-hoon berusaha mencegahnya, tapi Sang-joon tak peduli ia mengancam tidak akan menggaji Tae-hoon. Sang-joo lalu masuk keruangan Jin-ho dan menguncinya. Tae-hoon menyusul dan menggedor-gedor pintu sambil berkata kalau ia punya informasi tentang proyek museum Damn. Tapi Sang-joon dan Jin-ho tak peduli.


“Pernah dengar Sang Go-je kah?” kata Tae-hoon, Sang-joon dan Jin-ho menoleh tertarik.

Di rumah Kae-in beberapa rentenir datang mencari Won-ho. Won-ho sendiri bersembunyi tak jauh dari sana, ia berusaha menelepon Kae-in untuk memberi tahu agar tidak pulang ke rumah dulu. Tapi Kae-in yang sudah hampir sampai rumahnya tidak mau mengangkat telepon dari Won-ho lagi. Won-ho meninggalkan pesan, ia minta maaf karena telah meminjam uang 10 juta dibelakang Kae-in dan berjanji akan mengembalikannya. Salah seorang rentenir melihat Won-ho dan mengejarnya. Para rentenir meninggalkan surat peringatan di rumah Kae-in. Kae-in sampai rumah dan melihat beberapa surat berserakan dihalamannya. Kae-in mengambil semuanya. Ia melihat undangan Channg-ryul dulu dan sadar Chang-ryul orang yang seperti apa, kemudian membaca surat peringatan dari rentenir. Kae-in kaget ia langsung bergegas masuk rumah mencari sertifikat rumahnya tapi sudah tak ada dan mendapatkan surat perjanjian Won-ho dengan rentenir. Kae-in kesal ia berusaha menelpon Won-ho tapi tak diangkat.

Di kantor Jin-ho, Tae-hoon berkata kalau ayahnya adalah teman bos gedung Meishu sehingga tahu kalau bos itu menyukai rancangan Prof. Park dan meminta tolong ia merancangkan proyek musem tapi di tolak, tapi tetap menyukai rancangan Prof. Park. Jin-ho meminta Sang-joon menyelidiki tentang Sang Go-jae.

Ayah Kae-in menelepon dan mengatakan kalau ia akan pulang bulan Mei, Kae-in kaget dan jadi panik karena dengan keadaannya sekarang ia bisa di marahi ayahnya. Kae-in melihat tabungannya tapi uangnya tak cukup ia lalu berlari ke kamar In-hae. Dan saat sampai di sana ia baru sadar In-hae sudah pergi. Lalu Young-soon meneleponnya, Kae-in bercerita tentang keadaannya sehingga Young-soon datang untuk melihat keadaan Kae-in. Tapi Keadaan Kae-in jadi aneh ia mengenakan baju jaket dengan tutup kepala dan makan dengan lahap di tempat yang gelap. Kae-in senang Young-soon datang, ia lalu mencoba untuk pinjam uang, tapi Young-soon menghindar dan berkata kalau mereka bukan saudara. Kae-in kesal dan menyuruh Young-soon pergi saja. Young-soon mengusulkan Kae-in menceritakan hal yang sebenarnya pada Ayahnya, Kae-in kesal karena Young-soon tahu hubungannya dengan ayahnya tak begitu baik. Young-soon jadi heran dengan hubungan ayah-anak ini dan kenapa Ayah Kae-in begitu mencintai ibu Kae-in. Kae-in jadi tersinggung. Young-soon minta maaf dan beralasan ia merasa kasihan pada Kae-in karena Kae-in hanya mempunyai ayahnya tapi hubungan mereka malah tidak baik.


Jin-ho membaca buku tentang Sang Go-jae, Sang-joon bercerita bahwa kabarnya ketika Sang Go-jae sudah hampir selesai dibangun, istri Prof. Park meninggal. Dan 30 tahun setelah itu berita tentang Sang Go-je tak pernah keluar lagi. Sang-joon melihat Jin-ho begitu tetarik dengan Sang Go-je ia lalu bertanya apa yang membuat Jin-ho tertarik.


“Prof. Park sekarang tinggal di Inggris, lalu siapa yang tinggal di sana sekarang?” tanya Jin-ho heran.


“Kabarnya anak perempuannnya tinggal di sana” kata Sang-joon enteng.


Tiba-tiba Sang-joon dapat ide jika anak Prof. Park perempuan ia menyarankan Jin-ho turun tangan sendiri, karena dengan ketampanan Jin-ho ia pasti bisa menarik perhatian anak itu.


“Jangan bicara sembarangan, konsentrasi lah!” kata Jin-ho kesal.


Sang-joon berkata ia sungguh-sungguh dan berkata kalau kabarnya istri Prof. Park itu cantik, jadi ia merasa anak Prof. Park juga pasti cantik seperti ibunya. Jin-ho tak peduli ia berkata, ia akan pergi ke gedung Meishu besok dan menyuruh Sang-joon datang ke Sang Go-jae lihat-lihat.

Kae-in bermain miniatur kursi goyang ia teringat ibunya dan berkata pada dirinya sendiri “Aku sangat ingin mendapat pengakuan dari ayah, sehingga begitu berusaha dengan keras tapi akhirnya malah jadi seperti ini. Hari ini saya bisa menangis, jadi biarkan hari ini saya lemah. Besok pagi saya akan tabah lagi ibu. Saya anak ibu yang paling tabah Kae-in. Ibu...”. Kae-in menangis semalaman hari itu.
Keesokan harinya Kae-in menelepon seorang peramal. Ia bercerita tentang keadaannya, si peramal bilang seseorang dari timur akan berjasa bagi hidup Kae-in kelak. Kae-in bertanya apakah orang itu perempuan atau pria. Si peramal bilang tidak laki-laki atau perempuan, Kae-in jadi bingung. Peramal kesal karena Kae-in curiga padanya, Kae-in beralasan saat ini ia terlalu sial jadi harus hati-hati (padahal peramal itu hanya seorang pengguna internet biasa.. kasihan banget sih). Kae-in bertanya berapa yang ia harus bayar untuk konsultasi itu, peramal bilang 50 detik pertama gratis, Kae-in lega. Tapi peramal bilang lagi setelah 50 detik itu setiap 30 detik bayar 1500 won. Kae-in kaget, ia langsung meihat sudah berapa lama ia menelpon. Ia tambah kesal karena sudah tak punya uang lagi tapi ia teringat kata peramal itu “Sebelah timur...”. Lalu tiba-tiba ada suara bel, Kae-in membuka pintu rumahnya dan ternyata yang datang adalah Sang-joon yang datang dengan membawa bunga.
Kae-in dan Sang-joo kaget melihat masing-masing.
“Kau.. kau bukahkah yang datang ke pernikahan kemarin”.
“Bukan” kata Kae-in sambil menutup mukanya dan masuk ke dalam lagi karena takut.
Sang-joon masih kaget dengan pertemuan itu, ia lalu sadar kalau Kae-in adalah anak Prof.
Park. Kae-in keluar lagi, Sang-joon kaget melihatnya. Kae-in bertanya apa Sang-joon berasal dari timur. Sang-joon berkata bukan, Kae-in kecewa dan masuk rumah lagi tapi keluar lagi dan berkata “Sebaiknya kamu tinggalkan lelaki tak normal itu saja, kelihatannya kamu dibohongi”.
Kae-in masuk lagi, Sang-joo bingung dan mengira Kae-in jadi gila karena kejadian kemarin, tiba-tiba ada telepon dari Jin-ho. Sang-joon berkata ia sudah sampai di Sang Go-he tapi ada sedikit masalah dan akan pergi menemui Jin-ho untuk menjelaskannya.


Kae-in mendapat telepon dari pemilik toko yang memesan mejanya waktu pameran dulu. Mereka minta untuk bertemu dan Kae-in dangan senang menyetujuinya. Tapi saat mereka bertemu, ternyata pihak toko berkata mereka ingin membatalkan pemesanan, Kae-in jadi sangat tambah sedih.


Jin-ho datang ke gedung Meishu dan bertemu dengan Do-bin yang sedang jalan dengan ayah Chang-ryul. Ayah Chang-ryul terlihat tidak senang bertemu Jin-ho. Do-bin merasa ada yang aneh, ayah Chang-ryul lalu berpura-pura baik pada Jin-ho dan mengajaknya makan bersama dengan Do-bin. Tapi Jin-ho menolak dengan halus. Ayah Chang-ryul bertanya ada urusan apa Jin-ho datang kesana, ia hanya berkata ada urusan yang harus diurus. Do-bil lalu bilang bahwa kantor M-nya Jin-ho juga ikut tender gedung museum.
Ayah Chang-ryul kaget dan sebelum pergi dengan Do-bin ia berkata “Anak muda baik dengan orang adalah baik, tapi harus mengerti keadaan diri. Saya bilang begini bukan tertuju padamu”.
Jin-ho kesal karena ia tahu itu memang untuk dirinya. Jin-ho teringat saat ia dan ibunya harus pergi meninggalkan rumahnya yang diambil ayah Chang-ryul.
Tiba-tiba Sang-joon datang membuyarkan lamunan Jin-ho itu. Sang-joon heran kenapa ketua Choi (Do-bin) jalan dengan ketua Han (Ayah Chang ryul), ia curiga ketua Han ingin berbuat curang seperti proyek Dram art kemarin. Jin-ho tak mau membahasnya dan bertanya bagaimana dengan hasil penyelidikan Sang Go-jae. Sang-joo berkata ada masalah besar dan jika Jin-ho tahu ia akan merasakan goncangan seperti terjadi gempa besar.
“Apa maksudmu?” kata Jin-ho tak mengerti.
“Perempuan itu adalah anak perempuan yang kita cari itu. perempuan yang mengahancurkan pernikahan Chang-ryul, perempuan yang rancangannya sangat aneh adalah anak perempuan Prof. Park” kata Sang-joon.
“Apa?” kata Jin-ho kaget.
“Rumah yang 30 tahun tidak dibuka untuk umum lagi masih di tangan perempuan itu. Menurutmu apa ia akan mengijinkan kita masuk melihat-lihat? Atau kita menyerah saja? Saya tak pernah berkata seperti ini tapi sebaiknya kamu berhenti saja! itu baru benar” kata Sang-joon.
“Kita masih belum mencoba” kata Jin-ho.
“Kamu... kamu harus tahu kalau kali ini kita gagal kita akan mendapat tekanan yang besar pada perusahaan. Kamu jangan masukan perasaan pribadimu” kata Sang-joon sedikit kesal.
“Hyung, saya pasti bisa melakukannya” kata Jin-ho meyakinkan.


Chang-ryul sedang sibuk menerima ucapan dari ibu-ibunya, ia berbohong kalau acara pernikahannya berjalan lancar (Ibu Chang-ryul ada tujuh orang.. wow). Tiba-tiba ayah Chang-ryul menelepon, Chang-ryul dengan sedikit perasaan takut menerimanya. Ayah Chang-ryul memukul Chang-ryul saat mereka bertemu, ia marah dan menanyakan dimana Chang-ryul bersembunyi selama ini. Chang-ryul beralasan bukankah ayahnya sendiri yang tak mau menemuinya sehingga ia tinggal di apartemennya. Ayahnya kesal dan mau memukul lagi tapi tak jadi, ia lalu bercerita tentang Jin-ho yang juga tertarik dengan proyek museum Damn. Chang-ryul kaget, ia heran kenapa Jin-ho tidak menyerah bersaing dengannya terus. Ayah Chang-ryul khawatir karena taktik mereka kemarin tak dapat digunkan kali ini. Chang-ryul berkata ayahnya tak perlu cemas karena ia tak akan membiakan Jin-ho menang. Chang-ryul lalu mau membahas masalah In-hae, tapi ayahnya langsung marah tak mau membahasnya dan mengancam Chang-ryul

Jin-ho datang ke rumah Kae-in tapi Kae-in tak ada di sana. Kae-in sedang mengambil kembali meja-mejanya. Di dalam truk pengangkut meja itu Young-soon prihatin dengan nasib Kae-in, ia menyarankan agar kamar In-hae dulu di sewakan saja. Kae-in kesal ia marah karena ia tak mau melibatkan orang luar lagi dan lagipula bila ayahnya tahu ia akan dimarahi. Young-soon bilang sudah tidak ada cara kain, Kae-in akhirnya mau tak mau menyetujuinya. Won-ho sedang memperhatikan rumah Kae-in dan heran melihat Jin-ho yang memotret rumah itu dari luar. Kae-in dan Young-soon sudah hampir sampai rumah, mereka melihat Won-ho yang sedang mengintip. Kae-in langsung minta turun dari truk dan mengejar Won-ho. Tapi Won-ho terus kabur begitu melihat Kae-in.
Melihat Kae-in berlari Jin-ho ikut berlari. Ia menegur Kae-in sambil berlari sehingga Kae-in kaget dan terjatuh hingga kakinya terkilir. Kae-in memohon agar Jin-ho menangkap Won-ho untuknya. Jin-ho merasa kasihan dan berlari mengejar Won-ho. Kae-in dengan kaki terpincang ikut mengejar dibelakang. Jin-ho berhasil memojokan Won-ho, Kae-in datang dan bertanya tentang uangnya. Ia bertanya apakah masih ada sisanya, Won-ho berkata uang itu sudah habis. Kae-in kecewa dan marah pada Won-ho. Kae-in tiba-tiba melihat Jin-ho, ia heran kenapa Jin-ho masih ada disana. Jin-ho ingin minta balasan dari Kae-in sebagai tanda terima kasih. Kae-in semakin kesal pada Won-ho tapi melihat keadaan Won-ho sekarang ia jadi prihatin dan mengajaknya makan.
Di restoran Kae-in bercerita ia sangat membutuhkan uang itu karena 3 bulan lagi ayahnya akan pulang. Jin-ho yang juga ada di sana jadi tertarik mendengarkan pembicaraan Kae-in dan Won-ho. Kae-in juga berkata ia terpaksa akan menyewakan kamar In-hae pada orang lain. Jin-ho jadi dapat ide begitu mendengar tentang sewa kamar itu.
Melihat keadaan Kae-in sekarang Won-hoo jadi ingin kabur, ia beralasan ingin pergi ke kamar kecil. Kae-in membiarkannya saja, Jin-ho melihatnya heran. Ia menegur Kae-in dan berkata kalau Won-ho sedang berusaha kabur. Mulanya Kae-in tak percaya karena ia tahu Won-ho tak akan bohong, tapi melihat Won-ho keluar restoran Kae-in berusaha mengejarnya tapi gagal karena kakinya masih sakit. Jin-ho menegur Kae-in yang mudah percaya pada orang lain, ia juga menyarankan agar Kae-in pergi ke rumah sakit. Kae-in menolak tapi Jin-ho memaksa. Di rumah sakit Jin-ho membayar biaya pengobatan dan mau mengantar Kae-in, Kae-in jadi heran. Jin-ho berkata jika Kae-in mau mengucapkan terimakasih itu masih kurang. Kae-in lalu berkata ia kan membayar uang perawatannya, Jin-ho berkata bahwa ada cara lain tanpa menggunakan uang untuk berterimakasih kepadanya.
Di mobil saat mengantar Kae-in pulang, Jin-ho berkata agar Kae-in membiarkannya masuk dan melihat-lihat Sang Go-jae. Kae-in kaget, darimana Jin-ho tahu nama rumahnya, ia bertanya apa Jin-ho orang suruhan ayahnya. Jin-ho berkata kalau ia tak tahu siapa ayah Kae-in dan beralasan kalau ia sedang mencari rumah dan seharusnya Kae-in membiarkannya masuk. Kae-in kesal karena ia belum menyutujuinya. Jin-ho beralasan kalau Kae-in sekarang sedang membutuhkan seorang penyewa. Kae-in menatap Jin-ho heran, darimana Jin-ho tahu ia sedang mumbutuhkan penyewa. Jin-ho berkata kalau ia mendengranya tadi di restoran.


Saat sampai rumah, Kae-in langsung mengucapkan terima kasih dan akan membalas budinya lain kali. Jin-ho berkata tidak usah membalasnya, cukup membiarkan Jin-ho masuk lihat rumah itu saja. Kae-in beralasan kalau ia tidak bisa membiarkan orang asing masuk rumahnya, ia kemudian turun dan mau langsung masuk rumah. Jin-ho mengejarnya dan bertanya kenapa Kae-in mau menyewakan rumahnya kalau tidak bisa membiarkan orang asing masuk rumahnya. Kae-in tetap pada pendiriannya ia beralasan tidak berniat mau menyewakannya pada Jin-ho. Jin-ho mengejarnya lagi dan menyuruh Kae-in mempertimbangkannya lagi. Kae-in berhenti di depan pintu masuk ia kaget melihat surat peringatan yang tertempel di pintu itu. Kae-in membuang surat itu dan Jin-ho mengambilnya. Jin-ho heran kenapa Kae-in menggadaikan rumahnya.
“Apa kau pijam uang?” tanya Jin-ho.
Kae-in kesal dan berkata itu tak ada hubungannya dengan Jin-ho. Jin-ho menasehati Kae-in agar menyelesaikan masalah itu dulu dengan membiarkannya menyewa kamar baru memikirkan hal lain. Kae-in beralasan kalau ia hanya bisa menyewakannya pada perempuan bukan laki-laki. Tiba-tiba Young-soon keluar membukakan pintu. Ia tanya apa Kae-in berhasil mengambil uangnya lagi, Kae-in hanya menggeleng. Young-soon merasa kasihan pada Kae-in, ia lalu melihat Jin-ho.
Young-soon kaget dan berkata “Kamu yang ada di pernikahan kemarin kan? Kenapa kalian berdua bisa..”.
Kae-in menyuruh Jin-ho pulang saja. Jin-ho minta kae-in mempertimbangkan lagi. Kae-in dan Young-soon masuk rumah, Jin-ho terlihat kecewa tapi tiba-tiba Young-soon keluar dan berkata “Meski aku tak tahu apa yang terjadi, tapi kamu tunggulah disini saya akan menasehatinya”.
Young-soon menasehati Kae-in agar membiarkan Jin-ho menyewa kamar. Kae-in menolak karena ia tidak mungkin menyewakannya pada laki-laki. Young-soon berkata Kae-in tak perlu cemas karena mereka jelas tahu kalau Jin-ho tak mungkin kurang ajar pada Kae-in (Jin-ho tak tertarik pada wanita pikir mereka). Young-soon juga beralasan kalau yang menyewa perempuan pun tak ada untungnya malah akan mengkhianatinya seperti In-hae. Ia menyarankan agar Kae-in membiarkannya saja dan jika ia tidak puas setelah terima uang darinya bisa mengusirnya. Ia juga berkata kalau ia membiarkan Jin-ho itu akan lebih bagus, Kae-in membayangkan bisa melakukan hal-hal yang ia bisa lakukan dengan teman wanita dengan Jin-ho seperti memasak untuknya, shoping bersama, dan merawat wajah bersama.
Young-soon memanggil Jin-ho masuk, Kae-in sebetulnya masih sedikit tidak rela. Jin-ho masuk dan melihat-lihat Sang Go-jae (emang keren ni Sang Go Jae).

Jin-ho kembali ke kantor M, Sang-joo cemas karena Jin-ho pergi seharian dan tidak bisa dihubungi. Jin-ho berkata kalau ia pergi lihat rumah.
“Rumah apa? Kamu mau pindah tinggal karena Hye-mi itu?” tanya Sang-joon.
“Ada alasan itu juga dan ada hal-hal kecil lainnya” kata Jin-ho.
”iya, dimana?” tanya Sang-joon.
“Di Sang Go-jae” kata Jin-ho enteng.
“Apa? Sang Go-jae?” kata Sang-joon kaget.
“Benar. Hyung saya sudah mau tinggal di sana” kata Jin-ho sambil tersenyum (senyumnya... mengalahan senyum Lou xi... hehe).
“Kenapa bisa?” kata Sang-joon ikut senang.
“Harus dirahasiakan dari Hye-mi dan Tae-hoon?” kata Jin-ho memperingatkan.
“Benar. Tentu. Kamu memang sangat hebat jadi sekarang bisa langsung masuk kah?” kata Sang-joon.
“Tentu” kata Jin-ho.
“Pergilah, bagus sekali...” kata Sang-joon senang.
Tae-hoon datang ia memandang curiga Jin-ho dan Sang-joon. Tapi mereka tak peduli dan langsung pergi dari sana.

Young-soon memberi selamat Kae-in, tapi Kae-in masih merasa tidak enak tinggal dengan laki-laki. Kae-in juga berkata kalau setiap bertemu dengan Jin-ho selalu terjadi hal yang tidak bagus. Young-soon menasehati Kae-in agar memaafkan Jin-ho, dan berkata kalau Jin-ho itu sebenarnya ganteng. Sang-hoon mengantar Jin-ho pindah ke Sang Go-jae, ia terus merasuki Jin-ho kalau Kae-in itu ada maksud pada Jin-ho. Ia juga berpesan agar Jin-ho jaga kesehatan dan berkata “Demi keuntuhan perusahaan, korbankan tubuhmu lah”.
Jin-ho tentu saja kesal mendengarnya dan langsung mau masuk Sang Go-jae sendiri. Sang-joon mencegah, Jin-ho berkata “Jangan bicara kata menjijikan seperti itu”.


Kae-in dan Jin-ho menandatangani surat perjanjian. Kae-in dan Young-soon heran Sang-joon ada disana.
“Itu... bukankah ada begitu?” kata Sang-joon mencoba menjelaskan.
“Kalian berdua sepertinya sudah lama kenal?” tanya Young-soon.
“Tentu, sudah sangat lama. Orang ini sangat pemilih, jadi bukan sangat mudah. Tapi bagaimana kamu tahu kami kenal sangat lama?” kata Sang-joon.
“Saya suka memperhatikan seseorang” kata Young-soon.
“Tidak boleh perhatikan Jin-ho kami seperti itu” kata Sang-joon sambil menepuk paha Jin-ho.
“Hyung, jangan cerewet” kata Jin-ho.
“Dasar, kalian berdua mesra sekali” kata Young-soon.
Kae-in berkata karena akan hidup bersama jadi ada beberapa hal yang harus diperhatikan Jin-ho, yakni tidak boleh memotret atau merekam rumah ini karena ayahnya tidak suka. Jin-ho dan Sang-joo saling melirik.
“Kulkas dan mesin cuci dipakai bersama, itu saja” kata Kae-in lalu mau pergi.
“Tunggu, saya ada banyak pertanyaan sensitif” kata Jin-hoo.
“Apa?” tanya Kae-in.
“Pertama, rumah terlalu kotor. Waktu saya ada, tolong perhatikan masalah kebersihan. Makanan yang saya taruh di kulkas tolong jangan sentuh sembarnagan. Saya percaya juga, kalian tidak akan mencampur pakaian saya dengan kalian” kata Jin-ho.
Kae-in kaget tak percaya mendengarnya, ia jadi kesal lalu meminta dibuat surat perjanjian baru dan meminta Jin-ho jangan sembarangan keluar masuk ruangannya.
“Bagaimana kalau melanggarnya?” tanya Jin-ho.
“Gunting” kata Kae-in kesal.
“Gunting apa?” kata Jin-ho dingin.
“Tentu gunting bagian laki-laki itu” kata Kae-in (hehe).
Young-soon dan Sang-joo mencoba meredakan suasana dan berkata kalau mereka berdua ternyata suka bercanda.

Sang-joon membantu Jin-ho membereskan kamarnya. Tiba-tiba Jin-ho menabrak sesuata dan kakinya terluka. Sang-joon menyuruh Jin-hoo buka celananya agar bisa dikasih obat merah, tapi Jin-ho menolak. Di luar Young-soon menguping dan mendengar rintihan Jin-ho (rintihan kesakitan karena luka bukan???). Kae-in mencoba mencegah Young-soon agar berhenti menguping tapi ia juga malah mendengar rintihan Jin-ho, ia jadi berpikir macam-macam. Kae-in menarik Young-soon menjauh dari kamar Jin-ho, ia kesal pada Jin-ho karena menganggap ia mata keranjang. Young-soon tak mengerti, Kae-in menjelaskan kalau ia kemarin melihat Jin-ho di hotel dengan seorang laki-laki yang begitu kacau.
“Benarkah? Tapi kenapa kamu ke hotel?” tanya Young-soon.
“Jangan tanya lagi” kata Kae-in tak mau mengingat kejadian malam itu.
Kae-in ingin menegur Jin-ho agar tidak membawa masuk pria sembarangan.
“Perempuan jahat cinta ada salahkah?” kata Young-soon kesal.
Tiba-tiba Sang-joon dan Jin-ho keluar, Sang-joon pamit pulang. Kae-in langsung mau mengatakan peraturan barunya tapi di cegah Young-soon.


Chang-ryul di apartemennya sendirian. Tiba-tiba In-hae datang dari tamasya. Karena lampu mati In-hae merasa tidak ada orang di sana ia langsung berganti pakaian dan pergi tidur. Tapi saat mau tidur ia merasa ada seseorang di keranjangnya ia menoleh dan kaget melihat orang di sana. In-hae langsung berlari menyalakan lampu dan ternyata orang itu adalah Chang-ryul. In-hae kesal kenapa Chang-ryul ada di sana. Chang-ryul beralasan ia sudah di usir ayahnya dan tidak ada tempat untuk pergi selain di sana. In-hae tetap kesal dan menyuruh Chang-ryul pergi dari sana. Chang-ryul tak mau ia berkata kalau rumah itu milik ayahnya, In-hae jadi kesal dan berkata kalau ranjang itu adalah buatan Kae-in untuknya. Mereka lalu saling mengklaim barang masing-masing.
Jin-ho sedang melihat-lihat Sang Go-jae. Hye-mi mencoba menelepon Jin-ho dan mencari tahu di mana Jin-ho karena sudah malam tidak juga pulang. Tapi Jin-ho tak mau mengangkatnya. Ibu Jin-ho mencoba menenangkan Hye-mi dan berkata kalau Jin-ho tidak akan menolak jika ia yang menelepon. Dan benar Jin-ho mengangkat telepon ibunya saat berada di sebuah ruangan yang gelap. Ibunya menanyakan di mana Jin-ho sekarang. Jin-ho berkata sekarang ia tak bisa mengatakannya, dan berjanji akan meneleponnya kembali nanti. Tiba-tiba Kae-in datang, ia membuka pintu sedikit dan dengan muka yang sedikit menyeramkan ia tanya apa Jin-ho lupa dengan peringatannya. Jin-ho berkata peringatan yang mana. Kae-in membuka pintu lebar dengan sebuah gergaji. Jin-ho lari terbirit-birit karena takut.
Kae-in melihatnya dan merasa bersalah ia tidak menyangka Jin-ho akan berlari kencang padahal ia hanya menakut-nakutinya sedikit (wkwk..). Jin-ho kembali ke kamarnya, ia merasa kesal karena dikerjain Kae-in.
Kae-in menuju ke kamar Jin-ho untuk minta maaf tapi tiba-tiba ada orang masuk rumahnya. Ternyata orang itu In-hae.
“Kenapa kamu muncul di depan saya?” kata Kae-in terbata-bata karena kaget.
“Saya masuk rumah saya sendiri, butuh persetujuanmu kah?” tanya In-hae.
“Apa?” kata Kae-in bingung.
“Saya sudah putus dengan Chang-ryul bukankah sudah bisa kembali kesini?” kata In-hae.
Kae-in tersenyum pahit dan berkata “Kamu memang keren”.
“Kita tidak usah begini karena seorang laki-laki” kata In-hae sambil menuju masuk kamarnya.
Kae-in mencegah dan bertanya dengan terbata-bata lagi “Apa kamu sudah lupa masalahnya?”.
“Jadi kamu mau gimana lagi? Karena kamu, pernikahanku sudah batal, tidak ada tempat pergi, dicaci di kantor juga. Kamu ingin gimana lagi?” kata In-hae sedikit emosi.
Kae-in menghela nafas dan berkata “Orang yang tidak tahu masih menyangka saya rebut pacarmu”.
“Pacar? kamu memang sangat lucu” kata In-hae menyindir.
“Apa?” kata Kae-in bingung.
“Kamu merasa kamu pernah anggap Chang-ryul sebagai pacarkah?” kata In-hae.
“Kamu bilang apa?” kata Kae-in masih bingung.
“Park Kae-in, kamu tahu apa itu cinta? Pernah bercinta baru bisa tahu apa itu cinta” kata In-hae (jangan ditiru ya.. ini omongan orang yang ga tau cinta... *sok tau.. hehe*).
Kae-in tak terima “Kamu memang sudah pernah lihat banyak cinta. Rebut pacar orang, dan berbohong. Masih beginikah?”.
“Tapi saya tidak pernah ngemis cinta sepertimu. Simpati dan cinta pun kamu tak dapat. Laki-laki karena merasa kasihan makanya memperhatikan kamu sedikit, lalu kamu merasa itu adalah cinta?” kata In-hae.
“Kamu!” teriak Kae-in tak tahan lagi, ia kemudian menyerang In-hae.
Jin-ho yang tak tahan mendengar ribut-ribut melihat keluar. In-hae kaget melihat Jin-ho. Kae-in kesal dan bertanya apa Jin-ho keluar untuk melihat orang ribut. Jin-ho juga kesal ia berkata agar Kae-in tenang sedikit karena bukan cuma Kae-in yang tinggal di sana. Jin-ho kemudian masuk kamar lagi.


“Siapa lelaki itu?” tanya In-hae.
“Buat apa kamu tahu?” kata Kae-in.
“Park kae-in, kamu tidak baik hidup begini, mana bisa dengan mudah suruh laki-laki kesini dan laki-laki itu masih begitu muda” kata In-hae.
“Kenapa? Lelaki itu pun kau mau juga kah? Mau merebut dia juga kah?” kata Kae-in kesal.
“Saya tak pernah merebut, mereka sendiri yang datang” kata In-hae.
“Tetapi lelaki itu, kau tak akan bisa” kata Kae-in.
“Kenapa tak bisa? Lelaki seperti apapun, akan ku taklukan dalam sepuluh menit saja” kata In-hae.
“Walapun kamu lahir ulang lagi, kamu bukan tipe orang itu juga” kata Kae-in kesal.
“Benarkah? Lihat lah” kata In-hae menuju kamar Jin-ho.
“Bisa rebut sudah aneh. Lelaki itu adalah gay” kata Kae-in.
Jin-ho yang ada di kamarnya dan mendengar sejak tadi jadi kaget bukan main.

credit : maldoeopsi

BACA JUGA SINOPSIS LAINNYA



0 comments:

Post a Comment


Friend Link List