Recent Post


[Sinopsis] Personal Taste Episode 3

Do you want to share?

Do you like this story?

“Lelaki itu adalah gay” kata Kae-in kesal.
In-hae kaget tak percaya, Kae-in menantang In-hae untuk merayu Jin-ho siapa tahu Jin-ho bisa kembali normal. In-hae masih tak percaya dan menuduh Kae-in berbohong.
“Saya tak pernah berkata bohong. Kamu kira saya sama denganmu kah?” kata Kae-in marah.
In-hae kesal ia balik menghina Kae-in yang tinggal dengan gay.
Kae-in membela diri ia berkata “Aku hanya meminjamkannya 1 kamar saja dan ada lagi, di bandingkan dengan kamu ini, merayu taman lelaki teman sendiri”.
In-hae ssemakin kesal ia menuduh Kae-in hanya mencari rasa nyaman saja dan berkata bahwa pria di dunia ini tidak akan ada yang menyukai wanita seperti itu.
“Kamu jangan memikirkan saya yang merampas teman lelaki kamu. Tapi kamu harus berpikir kenapa teman lelakimu bisa dirampas orang lain?” lanjut In-hae kesal.
Kae-in tak bisa bicara lagi, ia mengambil koper-koper In-hae dan menyuruhnya pergi dari rumahnya karena ia sedang tidak mood bicara dengan In-hae. In-hae dengan ringan berkata bahwa ia sudah tidak ada tempat yang dituju lagi selain di sana.
“Kim In-hae. kamu tak tahu malu datang di depan saya kah?” tanya Kae-in.
In-hae kaget “Kamu, telah berubah”.
“Saya karena siapa baru berubah?” kata Kae-in kesal.
In-hae tetap ngotot mau tinggal disana, tapi Kae-in juga tetap pada pendiriannya dan menyuruh In-hae pergi sebelum ia bertindak keterlaluan.
“Baik, saya akan berikan kamu waktu untuk pikirkan baik-baik” kata In-hae sebelum pergi.
“Saya ridak ingin memikirkan hal yang berkaitan denganmu lagi dan juga tak ingin bertemu denganmu lagi” kata Kae-in kesal.
Jin-ho keluar, In-hae meliriknya sebelum pergi.
“Gadis jahat. Membuat orang begitu terluka” kata Kae-in sedih.

Kae-in hendak masuk kamar dan melihat Jin-ho berdiri di depannya. Ia kaget dan sedikit takut.
“Apa yang kau katakan tadi?” tanya Jin-ho.
“Apa?” kata Kae-in bingung.
“Katakan siapa yang gay?” tanya Jin-ho menahan kesal.
“Maaf” kata Kae-in.
“Apa otak kamu sudah rusak bicara sembarangan seperti itu” kata Jin-ho.
“Aku tahu itu adalah rahasia yang memalukan. Tadi saya terlalu marah jadi bicara demikian. Tapi hal seperti itu apakah bisa disembunyikan? Orang lain tetap akan bisa meihatnya” kata Kae-in.
“Melihatnya?” gumam Jin-ho tak mengerti.
“Tapi saya mengerti, kamu tidak perlu khawatir. Tapi kamu ini benar-benar playboy” kata Kae-in.
“Playboy?” gumam Jin-ho semakin bingung.
“Di pesta kemarin dan juga di hotel waktu itu. Sebaiknya kamu pilih salah satu di antara mereka akan lebih baik, karena jika terluka karena cinta itu sangat menyakitkan. Orang yang tak pernah mengalaminya tak akan tahu” kata Kae-in lalu pergi ke bengkel kerjanya.

Jin-ho tak percaya apa yang diucapkan Kae-in dan mulai mengingat perkataan Kae-in dihotel dulu serta saat pertanyaan Kae-in saat Sang-joon mengantarnya tadi. Jin-ho kesal ia segera mengemasi barang-barangnya lalu menemui Kae-in di bengkelnya. Jin-ho minta nomor telepon Kae-in, Kae-in yang tak tahu apa-apa memberikan nomornya begitu saja. Jin-ho lalu bilang kalau ia akan keluar dari rumah itu dan lain kali ia akan minta uang sewanya kembali. Kae-in kaget ia mencoba mencegah Jin-ho pergi tapi Jin-ho tak peduli, ia terlalu kesal karena dianggap gay.
Jin-ho akhirnya malam itu menginap di kantornya. Sang-joon yang datang pagi-pagi heran melihat Jin-ho sudah ada di sana, ia bertanya apa yang sedang terjadi. Jin-ho berkata ia sudah tidak tahan tinggal di rumah itu lagi. Sang-joon mengira Jin-ho pergi karena Kae-in mengutarakan rasa sukanya pada Jin-ho. Jin-ho menyangkalnya, dan mau menjelaskan yang sebenarnya tapi tak jadi. Jin-ho berkata ia sudah putus kan untuk keluar dari sana, lagipula ia sudah tahu ide dasar Sang Go-jae adalah rumah tradisional korea.
“Aku rasa sebaiknya bahan kayunya diganti dengan bahan lain” kata Jin-ho.
Sang-joon berkata itu adalah ide bagus dengan perasaan sedih, ia berkata bahwa jika bisa masuk perusahaan besar adalah sesuatu yang baik, di sana seorang arsitek ahli akan diperhatikan ide-idenya. Jin-ho tak mengerti ia meminta Sang-joon memperhatikan idenya.



“Ide kali ini walapun tak digunakan kamu akan baik-baik saja. Kamu asalkan pindah ke perusahaan lain sudah bisa, tapi saya tidak akan bisa memasarkan apapun, paling hanya bisa memasarkan wortel dan sayuran” kata Sang-joon sedih.



Young-soon kesal karena Jin-ho meninggalkan rumah Kae-in begitu saja, ia menyarankan Kae-in merayu Jin-ho agar kembali kesana. Tapi Kae-in takut Jin-ho tak mau mendengarkannya. Young-soon jadi kesal pada Kae-in juga, ia heran kenapa Kae-in membuka rahasia Jin-ho padahal ia tidak salah apa-apa. Kae-in mencoba menelepon Jin-ho tapi tak diangkat, ia kemudian mendapat sms dari Jin-ho yang menyuruhnya mengembalikan uang sewanya ke rekeningnya. Young-soon makin kesal pada Kae-in. Kae-in tak tahan, ia bilang asalkan ia bertemu Won-ho dan mendapatkan uangnya kembali ia bisa mengembalikan uang Jin-ho kembali.



Kae-in pergi mencari Won-ho kemana-mana tapi tak ketemu juga. In-hae menginap di tempat pemandian umum, di sana ia mendengar 2 orang wanita yang membicarkannya. In-hae tak terima ia menghina kedua wanita itu, kedua wanita itu pun tak terima dan balik menghina In-hae hingga ia tak dapat membalas kedua wanita itu.



Kae-in pergi ke rumah sakit untuk melepas perban dikakinya. Saat akan pulang ia melihat seorang pria sedang memapah teman wanitanya, Kae-in jadi teringat Jin-ho yang membantunya dulu dan ingat kalau ia belum mengembalikan biaya perawatan waktu itu.


Jin-ho dan Sang-joon sedang berdiskusi tentang desain Sang Go-jae. Sang-joon heran kenapa ketua Choi begitu menyukai desain Sang Go-jae. Jin-ho teringat artikel yang ia baca tentang Sang Go-jae, di sana ditulis bahwa Sang Go-jae adalah sebuah hadiah dari Prof. Park, tapi Jin-ho masih belum menemukan apa maksudnya itu. Sang-joon menyarankan agar Jin-ho kembali ke sana lagi saja. Jin-ho menolak ia berkata sudah meminta uangnya kembali dan sudah membawa barang-barangnya. Sang-joon membujuk kembali dan berkata ini demi kepentingan bersama.

“Kepentingan bersama apa?” kata Jin-ho kesal.


Sang-joo menasehati lagi jika Jin-ho kembali kesana ia akan sekali panah kena dua target sekaligus, yakni selain memenangkan tender, ia juga kan menjadi menantu Prof. Park.

“Kamu sangat ribut!” kata Jin-ho kesal.



Lalu tiba-tiba Tae-hoon masuk, Sang-joon langsung menutupi desain Sang Go-jae dengan tubuhnya, ia juga kesal karena Tae-hoon masuk tanpa ketuk pintu dulu. Tae-hoon curiga dengan sikap Sang-joon yang menyembunyikan sesuatu. Jin-ho bertanya sebenarnya Tae-hoon ada perlu apa, Tae-hoon ingat ia berkata kalau ada tamu. Ternyata tamu itu adalah Kae-in dan sudah ada di depan pintu ruangan Jin-ho. Jin-ho panik Kae-in mengetahui kalau ia desain Sang Go-Jae dimejanya. Ia segera mengajak Kae-in untuk bicara di luar saja. Sang-joon senang dan berkata “Ada tamu mahal”, Tae-hoon bingung melihat semuanya.


Di luar Kae-in minta maaf karena sudah bermulut besar dan minta Jin-ho memakluminya karena saat itu otak dan mulutnya sedang tak menyatu, ia berjanji akan mengubah sikapnya itu. Jin-ho tak peduli, ia berkata Kae-in sudah bicara banyak jadi ia masuk lagi. Kae-in berusaha mencegah ia memohon agar Jin-ho mau pulang. Jin-ho masih tak peduli dan tetap mau membatalkan penyewaan rumah saja.
Kae-in kesal “Hey. Kamu berhenti!”.
Jin-ho berhenti dan meoleh melihat Kae-in. Kae-in mendekat dan mengeluarkan sebuah hadiah.
“Untuk kamu!” kata Kae-in.
“Apa ini?” tanya Jin-ho sambil membuka hadiah itu yang ternyata berisi sebuah miniatur meja dan kursi.
“Hadiah” kata Kae-in.
“Bukan sogokkan kan?” tanya Jin-ho.
Kae-in kesal dan berkata “Hadiahlah, karena waktu itu kamu membantu saya membayar biaya rumah sakit dan saat itu saya belum berterima kasih dengan baik-baik kepadamu. Itu.. saya mau mengucapkan terima kasih kepada kamu jadi saya tidak ada beban lagi denganmu. Kalaupun berpisah kita berpisah baik-baik karena itu prinsip dasar manusia. Jadi terima kasih”.
Jin-ho berkata ia kemarin juga sedang kesal dan akan menerima hadiah itu.
“Kalau begitu kamu nanti akan pulang kan?” kata Kae-in berharap.
“Tidak!” kata Jin-ho dingin.
“Terima kasih hadiah perpisahan ini” kata Jin-ho sebelum pergi.
Kae-in kaget dan berkata kesal “Sia-sia berikan pada dia, sia-sia berikan”.



Sang-joon memperingatkan Jin-ho agar siap-siap untuk pergi, tapi kemudian ia melihat miniatur pemberian Kae-in.

“Ini apa? Baru beli kah?” tanya Sang-joon.


“Tidak, itu hadiah” kata Jin-ho.


“Hadiah? siapa?” tanya Sang-joo penasaran.


“Kamu jangan pedulikan” kata Jin-ho tak ingin Sang-joon berpikir yang macam-macam.
Tiba-tiba Hye-mi datang. Hye-mi marah karena Jin-ho pergi dari rumah.
“Maaf, lain kali kita bicara lagi” kata Jin-ho ringan kemudian pergi dari sana.
Hye-mi mengejarnya dan berkata kalau ibu Jin-ho sangat khawatir. Jin-ho berhenti dan memberitahu alasan kenapa ia pergi. Ia pergi karena takut tinggal bersama Hye-mi akan membuat Hye-mi tidak leluasa. Hye-mi tersenyum dan berkata kalau ia tidak akan tidak leluasa jika tinggal dengan Jin-ho dan balik tanya apa ia membuat Jin-ho tidak leluasa. Jin-ho membenarkan. Dengan bersikap seperti kakak Jin-ho berkata bahwa sangat tidak baik jika seorang lelaki seperti dia tinggal dengan seorang nona seperti Hye-mi. Hye-mi malah senang ia menganggap Jin-ho sedang memperhatikan kepentingannya. Jin-ho tak tahu harus bicara apa lagi, ia berkata hal ini akan membawa masalah jika Hye-mi menikah kelak dan Jin-ho juga menasehati agar Hye-mi tidak sembarangan datang ke kantor mencarinya. Jin-ho lalu pergi meninggalkan Hye-mi.
Tae-hoon kesal dengan sikap Jin-ho, ia lalu berkata pada Hye-mi agar memahami sikap Jin-ho yang dingin itu. Hye-mi malah bertanya pada Tae-hoon apakah ia ingin kencan dengannya. Tae-hoon seperti tersihir ia hanya bisa mengangguk.
“Kalau begitu bantu saya cari tahu tempat tinggal oppa Jin-ho sekarang” kata Hye-mi. Tae-hoon menyetujuinya.


Ayah Chang-ryul datang lebih awal sebelum pengumuman calon peserta tender dimulai. Ia membawa sebuah lukisan menemui Do-bin yang saat itu sedang bicara dengan In-hae. Melihat ayah Chang-ryul, In-hae sedikit tidak enak. Do-bin meminta In-hae keluar dulu, setelah In-hae keluar ayah Chang-ryul menyerahkan lukisan yang ia bawa. Tapi Do-bin dengan halus menolaknya dan berkata kalau ia ada hal yang harus diurus. Ayah Chang-ryul berkata kalau ia akan meninggalkan lukisan itu di sana.
Kemudian dengan sopan Do-bin berkata “Karena hubungan baik anda dengan ayah saya. Saya sangat menghargai sikap anda ini. Tapi secara hubungan pribadi saya berharap anda tak melakukan ini. Karena ini hanya akan membuat anda melukai harga diri anda sendiri. Anda tahu kah?”.
“Iya” kata Ayah Chang-ryul sambil senyum-senyum tapi setelah Do-bin pamit pergi wajahnya berubah kesal.

Chang-ryul sembunyi-sembunyi mencari In-hae tapi ia lalu bertemu dangan Jin-ho yang baru datang dengan Sang-joon.


“Perusahaan kecil kalian itu, masih belum bangkrut kah?” tanya Chang-ryul.


Jin-ho dan Sang-joon tak mau menanggapi dan pergi dari sana.


“Dasar kecoa, tenaga dan nyawa benar-benar sangat kuat...” kata Chang-ryul menyindir.


Jin-ho dan Sang-joon berhenti, Sang-joon tak terima dan hampir memukul Chang-ryul.


“Pukul! Jika kalian merasa sangat mempunyai uang” kata asisten Kim mencoba mencegah.
“Ayolah, jangan pedulikan mereka” kata Jin-ho menyeret Sang-joon pergi.


Acara penjelasan tender gedung museum dimulai. Ketua Do-bin memberi sambutan dan berkata bahwa proyek kali ini berbeda dengan proyek biasanya. Ia ingin membangun sebuah dunia baru, sebuah konsep tempat seni yang baru, yang merupakan impian setiap orang. Ia lalu menjelaskan lokasi proyek yang akan dia dirikan dan biaya yang disediakan. Ia juga ingin tempat ini menjadi rumah bagi karya seni lokal serta kaya seni internasional. In-hae yang menjadi pembawa acara menjelasakan bahwa desain awal paling lambat diserahkan tanggal 14 bulan itu. Desain yang diterima akan membuat arsiteknya menjadi arsitek dunia.

Acara penjelasan tender telah selasai Chang-ryul menunggu In-hae untuk bicara, tapi In-hae tak mau bicara. Chang-ryul mengejar ia penasaran di mana In-hae tinggal tadi malam. In-hae kesal dan tak mau menjelaskan. Ia lalu berpapasan dengan Jin-ho dan Sang-joon. In-hae yang tengah kesal dengan Chang-ryul lalu memanasinya dengan menyapa Jin-ho. Ia minta maaf karena karena kemarin malam telah mengganggu Jin-ho. Chang-ryul terpancing, ia bertanya apa yang terjadi antara In-hae dan Jin-ho. In-hae tak mau menjelaskan.

“Semalam, menurut saya adalah menarik” kata Jin-ho.


Chang-ryul jadi berpikir yang macam-macam

“Mohon kamu lupakan saja, saya mulanya bukan orang seperti itu” kata In-hae.

“Tidak, kamu begitu makin ada perasaan” kata Jin-ho.


Chang-ryul tak tahan ia menarik baju Jin-ho dan bertanya apa yang dilakukan Jin-ho dan In-hae semalam. Asisten Kim dan Sang-joon memisahkan keduanya.


Tapi Jin-ho juga malah memanasi,lalu ia dengan berkata “Kau ingin tahu, tapi bagamana ya.. In-hae menyuruh saya untuk tidak membicarakannya”.


Chang-ryul kesal dan ingin memukul Jin-ho tapi kali ini Jin-ho berhasil mencegahnya sendiri. In-hae jadi terkesan dangan Jin-ho.


“Kamu harus ikut pemilihan kali ini. Saya akan membuat kamu mati dengan parah” ancam Chang-ryul.


Jin-ho berkata kalau tahu akan dibandingkan dengan Chang-ryul terus ia tidak akan mengikuti proyek kali ini. Chang-ryul makin kesal dan mau memukul Jin-ho lagi, tapi di cegah asisten Kim yang berkata kalau Direktur (Ayah Chang-ryul) ada disana.




Ayah Chang-ryul terlihat kesal ia menghampiri anaknya dan memarahinya tapi dengan menyindir Jin-ho. “Kamu sedang buat apa? Kamu kira ini ada di mana, masih berkelahi saja. Terhadap orang yang lebih lemah seharusnya kamu ada perasaan simpati. Mau saya katakan berapa kali baru kamu mengerti? Dan juga, kamu buat apa mau memukul orang yang lemah? Itu bodoh namanya” kata ayah Chang-ryul sebelum pergi. Tiba-tiba Jin-ho memanggil ayah Chang-ryul, ia berkata walapun terluka ia tidak akan apa-apa, tapi jika lawan berbuat curang ia pasti akan kalah. Ia memohon agar ayah Chang-ryul tidak bersaing secara jujur. Dari lantai atas Do-bin melihat pertengkaran ini dan In-hae semakin terkesan dengan Jin-ho.


Dalam perjalanan pulang Sang-joon senang dengan sikap Jin-ho terhadap direktur Han tadi, tapi ia khawatir apakah mereka akan memenangkan tender kali ini. Jin-ho berkata bahwa kemenangan bisa diraih jika mereka berusaha mengandalkan diri sendiri. Tiba-tiba Jin-ho mendapat telepon, dan ia kaget mendengar sesuatu.


Ayah Chang-ryul dalam perjalanan pulang menasehati Chang-ryul agar serius kali ini karena ketua Choi sangat memperhatikan hasil karya dari pada yang lainnya. Chang-ryul berkata agar ayahnya jangan khawatir. Ayah Chang-ryul lalu bertanya bagaimana hubungan Chang-ryul dengan menantunya. Chang-ryul kaget mendengar kata menantu, ia merasa ayahnya mau menyetujui hubungannya dengan In-hae. Ayah Chang-ryul beralasan bahwa Ketua Choi sepertinya sangat percaya pada In-hae. Chang-ryul senang mendengarnya, ia lalu meminta hak penuh untuk menangani proyek museum kali ini karena ia ingin bersaing secara adil dengan Jin-ho kali ini.



Jin-ho datang terburu-buru kerumah sakit. Ternyata tadi telepon dari mandor yang mengabarkan bahwa pekerja proyeknya mengalami kecelakaan karena mengantuk setelah bekerja lembur beberapa hari sebelumnya. Sang pekerja marah pada Jin-ho karena ia yang menyuruh mereka lembur. Tapi mandor berkata bahwa mereka tak apa-apa jadi Jin-ho tak perlu khawatir.


Di luar ruang perawatan Sang-joon terlihat sangat khawatir, Jin-ho menguatkan dan berkata kalau pekerja tadi tidak terluka parah. Sang-joon berkata bukan itu yang membuatnya khawatir tapi karena pemilik bangunan telah dinyatakan bangkrut dan melarikan diri ke Filipina tadi pagi. Jin-ho lalu memikirkan sesuatu, dan ia memutuskan untuk kembali ke Sang Go-jae. Sang-joon sangat setuju dan menyuruh Jin-ho segera melakukannya karena itu adalah jalan terbaik.

Jin-ho kembali ke Sang Go-jae dan menemukan Sang Go-jae telah berantakan. Kae-in pulang ia senang melihat Jin-ho di sana, ini berarti Jin-ho memutuskan untuk pulang.



Kae-in segera menyuruh Jin-ho masuk, tapi Jin-ho malah menyeret Kae-in pergi ke supermarket. Di Supermarket Jin-ho mengambil banyak alat dan bahan pembersih. Saat akan membayar Jin-ho menyuruh Kae-in membayar, tapi Kae-in menolak karena ia tidak butuk alat dan bahan pembersih itu. Jin-ho beralasan seorang pemilik rumah harus membuat penyewa rumahnya merasa nyaman. Kae-in berkata kalau ia tidak punya uang, Jin-ho juga bilang kalau ia tidak punya uang. Kae-in lalu mau mengembalikan barang belanjaannya. Tapi Jin-ho mencegahnya, ia berkata akan membayarnya dengan kartu mobile saja (sebuah hp yang berfungsi sebagai kartu kredit). Kae-in heran bagaimana hp bisa digunakan untuk membayar (aku juga..hehe..).


Sampai di rumah Jin-ho memarahi Kae-in yang tak pernah membersihkan rumah. Kae-in kesal, kenapa orang yang mau keluar malah menyuruhnya membersihkan rumah. Jin-ho beralasan kalau ia belum menerima uang sewanya kembali. Kae-in senang akhirnya Jin-ho mau kembali. Jin-ho berkata ia kan kembali asalkan Kae-in tidak mengatainya homoseksual lagi. Kae-in setuju akan merahasiakan masalah pribadi ini. Mereka lalu membersihkan rumah bersama-sama (Jin-ho yang memerintah, Kae-in yang mengerjakan... kasihan baget). Kae-in lalu sadar kalau Jin-ho tidak melakukan apa-apa, ia perpura-pura lelah. Mulanya Jin-ho tak peduli, tapi melihat Kae-in membersihkan lantai dengan cara salah, Jin-ho tak bisa tinggal diam ia mengambil alat pel Kae-in dan memberi contoh yang benar. Kae-in pura-pura senang agar Jin-ho memberinya contoh terus. Lalu Jin-ho sadar hanya di permainkan Kae-in setelah ia tidak melihat Kae-in di sana lagi.


Jin-ho mencari Kae-in kekamarnya. Kae-in seolah tidak terjadi apa-apa bertanya apa jin-ho sudah selesai membersihkan rumahnya. Jin-ho meski kesal mengiyakannya. Kae-in lalu berkata tadi ia pergi untuk melihat miniatur kamarnya. Jin-ho menyindir Kae-in sudah besar tapi masih main seperti itu. Kae-in berkata agar Jin-ho jangan meremehkan miniaturnya karena miniatur ini berumur lebih tua dari pada umur Jin-ho. Jin-ho kaget, Kae-in bercerita miniatur itu dibuat oleh ibunya yang juga perancang furniture. Jin-ho teringat perkataan Sang-joon yang menyatakan bahwa setelah Sang Go-jae jadi, istri Prof. Park meninggal dan setelah itu selama 30 tahun Sang Go-jae ditutup untuk umum.

“Ibu?” tanya Jin-ho.


“Ya, lucu kan” kata kae-in.


Jin-ho lalu mengalihkan pembicaraan dengan menyuruh Kae-in keluar untuk membantunya bersih-bersih lagi.
Jin-ho dan Kae-in membuang sampah sama-sama. Jin-ho melihat foto Kae-in dan Chang-ryul, ia tanya apa Kae-in yakin mau membuangnya. Kae-in yakin. Jin-ho mengambil foto itu dan berkata agar Kae-in memisahkan mana yang harus dibuang dan mana yang tidak, mana yang harus disimpan dan mana yag tidak. Kae-in heran kenapa Jin-ho suka sekali bersih-bersih. Jin-ho berkata bukan suka tapi telah terbiasa. Kae-in tambah heran. Jin-ho masuk ke rumah, Kae-in melihat kembali fotonya. Ia teringat apa yang ia alami karena Chang-ryul, ia jadi kesal dan mau menyobek foto itu tapi tak jadi dan malah menyimpannya kembali.
Chang-ryul kembali ke apartementnya, tapi tak bisa masuk karena kuncinya sudah dirubah oleh In-hae. Chang-ryul kesal dan menyuruh In-hae membuka pintunya, tapi In-hae tak peduli. Ia malah menelpon Chang-ryul agar merelakan rumahnya saja untuknya, Chang-ryul berkata kalau mereka jadi menikah tentu ia akan melakukannya. In-hae kesal dan langsung menutup teleponnya. Di luar Chang-ryul berkata agar In-hae mau menikah dengannya lagi.

Young-soon datang kerumah Kae-in, ia heran rumah Kae-in jadi bersih. Kae-in berkata badannya lelah karena membersihkan rumah seharian. Young-soon tak percaya Kae-in melakukannya sendiri, Kae-in beralasan itu karena Jin-ho berkata ia tidak mau tinggal di tempat yang tidak bisa ditinggali manusia. Young-soon senang karena akhirnya Jin-ho kembali, Kae-in berkata itu karena ia telah berhasil menyogoknya. Young-soon senang dan menyuruh Kae-in melakukan apa yang di inginkan Jin-ho semuanya. Kae-in curiga Young-soon ada niat tertentu, kemarin menyuruhnya memohon agar Jin-ho kembali. Young-soon akhirnya mengaku ia sedang membutuhkan seorang model, ia lalu menyogok Kae-in dengan memijitnya.



Kae-in tiba-tiba ingat, ia menanyakan kenapa Young-soon datang ke rumahnya. Young-soon akhirnya juga ingat, ia datang untuk menyerahkan beberapa alamat kemungkinan Won-ho tinggal. Kae-in senang sekali, Young-soon berkata itulah enaknya kalau punya suami seorang polisi (hehe.). Young-soon lalu melanjutkan memijit Kae-in, ia tanya kapan terakhir kali Kae-in mandi soalnya kulit Kae-in terasa kasar. Kae-in berkata sudah 3 hari ia tidak mandi (ha...!!), Young-soon jadi jijik dan menyuruh Kae-in segera mandi.


Kae-in pergi ke kamar mandi ia langsung membuka kamar itu padahal ada Jin-ho sedang mandi di sana. Jin-ho dan Kae-in kaget melihat masing-masing. Kae-in langsung menutup pintu kembali, tapi masuk kembali dan berkata kalau ia sedang tidak memakai kacamata dan juga kontak lens jadi ia tidak melihat apa-apa tadi, jadi Jin-ho tak usah khawatir.




Jin-ho kembali ke kamarnya, ia masih kesal dengan kejadian tadi dan memutuskan untuk tidur saja. Tapi ia lalu mendengar percakapan Kae-in dan Young-soon diluar. Young-soon tanya apa benar Kae-in tak melihat apa-apa. Kae-in berkata kalau ia tidak memakai kacamata, tapi ia bisa melihat walau sedikit samar. Jin-ho kaget dan bangun dari tidurnya. Ia mendekat ke pintu untuk tahu apa yang di lihat Kae-in lainnya.


Tiba-tiba Hye-mi telepon dan berkata kalau ibu Jin-ho pergi. Jin-ho kaget dan memutuskan untuk pergi mencarinya. Kae-in yang sedang mengantarkan Young-soon pulang, heran melihat Jin-ho pergi terburu-buru, ia bertanya pada Young-soon apa Jin-ho mendengar pembicaraan mereka tadi. Young-soon menyakinkan bahwa Jin-ho pasti tidak mendengar, meski mereka juga tak yakin hal itu.

Jin-ho menemukan ibunya sedang melamun sendirian di sebuah restoran. Jin-ho seperti seorang pria merayu wanita mengampiri ibunya. Ia heran kenapa ibunya pergi sendirian kesana.


"Jika di dekati pria bagaimana" kata Jin-ho.


Ibunya berkata Jin-ho tak perlu khawatir karena ia sudah tua dan tak ada yang memperhatikannya. Ibunya bercerita kalau dulu ayah Jin-ho sering mengajaknya ke restoran itu dan memesan kopi, serta jus untuk Jin-ho. Ibunya berkata kalau ayahnya dulu sering mengharap agar Hye-mi segera dewasa dan bisa menemani Jin-ho-nya. Jin-ho jadi tidak enak, ia mendekati ibunya dan minta maaf karen belakangan ini ia sedang sibuk dan terpaksa pindah ke tempat dekat kantor agar lebih efisien. Ibunya tanya apa Jin-ho nyaman disana, Jin-ho untuk menyenangkan ibunya berkata tentu tidak nyaman. Ibunya tahu Jin-ho hanya berusaha menyenangkannya saja, ia lalu melihat keluar jendela dan tanya pada Jin-ho dimana rumah mereka yang dulu berada. Jin-ho merangkul ibunya dan berkata ia akan mengambil rumahnya kembali dari Chang-ryul. Ibunya tanya apa itu mungkin, Jin-ho balik tanya apa ibunya tidak percaya dengannya. Ibu akhirnya percaya karena Jin-ho adalah satu-satunya yang ia miliki.


Keesokan harinya Kae-in mencari Won-ho ke alamat yang diberi Young-soon tapi ia hanya melihat seorang nenek yang sedang sakit disana. Kae-in melihat foto wisuda Won-ho disana dan merasa prihatin. Nenek merasa Kae-in adalah relawan jadi ia meminta Kae-in membaca surat dari Won-ho untuknya. Kae-in membaca surat itu, Kae-in terpaksa bohong dan berkata kalau Won-ho mencemaskan keadaan neneknya. Neneknya senang sekali Won-ho perhatian padanya, padahal disurat ditulis bahwa Won-ho sedang membutuhkan bantuan untuk melunasi hutangnya. Kae-in pergi dengan perasaan prihatin, ia meninggalkan pesan di telepon Won-ho dengan berkata kalau ia akan mencari cara bagaimana Won-ho melunasi hutang kepadanya dan ia juga menyuruh agar Won-ho menelepon neneknya.

Jin-ho berkumpul dengan para karyawannya makan-makan dan momohon agar mereka memberikan yang terbaik untuk proyek selanjutnya. Sang-joon sebenarnya merasa prihatin karena mereka benar-banar sedang kesulitan keuangan, tapi malah pergi makan-makan bersama. Jin-ho menenangkan dan berkata apa yang harus dilakuan tetap harus dilakukan.


Saat pulang ke Sang Go-jae Jin-ho mendengar teriakan, ia langsung berlari ke sumber suara yakni kamar mandi. Jin-ho langsung membuka kamar mandi dan menanyakan ada apa, tapi didalam kamar mandi ada Kae-in yang habis mandi dan hanya mengenakan handuk. Kae-in segera menyuruh Jin-ho keluar, Jin-ho juga keget ia beralasan tadi mendengar teriakan Kae-in dan mengejek tubuh Kae-in yang tak bagus sebelum pergi. Kae-in lalu sadar tentu Jin-ho tidak tertarik dengan dia, ia lalu menengok keluar memanggil Jin-ho. Kae-in berkata ia minta maaf, ia tahu Jin-ho tak terarik pada wanita. Jin-ho berkata selain wanita seperti Kae-in, ia sangat tertarik. Tapi Kae-in menganggapnya hanya bercanda, ia lalu meminta Jin-ho membantu mencarikan kontak lensnya yang terjatuh dikamar mandi. Jin-ho berkata ia akan membantu jika Kae-in berganti pakaian dulu. Tapi Kae-in tak mau ia beranggapan Jin-ho juga tidak akan tertarik padanya. Jin-ho pun akhirnya tak peduli dan membantu Kae-in mencari. Tapi selama mencari badan Kae-in selalu mendekat ke Jin-ho, Jin-ho lalu merasa tidak enak. Jin-ho mendorong Kae-in dan menyuruhnya agar pergi saja, tapi Kae-in terpeleset dan hampir jatuh. Jin-ho refleks menolongnya. Kae-in sekarang yang tidak enak, apalagi setelah itu Jin-ho terlihat aneh memandang tubuhnya terus. Jin-ho mendekat, Kae-in semakin takut. Ternyata Jin-ho hendak mengambil kontak lens Kae-in yang terjatuh ditubuhnya. Kae-in lega, Jin-ho mau pergi tapi Kae-in mencegahnya ia berkata kalau ia lapar.




Setelah berganti pakaian Kae-in terus membujuk Jin-ho agar pergi makan bersamanya. Tapi Jin-ho tak peduli, ia berkata ia sudah makan. Kae-in menarik baju Jin-ho dan menciumnya. Ia berkata pantas saja sejak tadi ia mencium bau makanan. Jin-ho kesal ia masuk ke kamarnya dan menyemprotkan pewangi ke bajunya. Di luar Kae-in terus merajuk, ia berkata ia sangat kelaparan jika Jin-ho tidak mengajaknya pergi makan atau membiarkan ia mencium baju Jin-ho. Jin-ho tak tahan ia akhirnya keluar, Kae-in senang ia berkata ia akan mentraktir Jin-ho. Jin-ho berganti pakaian yang modis sedangkan Kae-in berganti pakaian sekedarnya. Jin-ho menegur Kae-in, Kae-in tanya apa ia terlihat aneh, Jin-ho balik tanya Kae-in apa menurutnya itu tidak aneh. Kae-in mau berganti baju lagi, tapi Jin-ho akhirnya menyerah dan membiarkan Kae-in pergi dengan pakaian itu.



Di restoran setelah makan dan minum-minum, Kae-in jadi mabuk. Ia menceritakan pada Jin-ho bahwa Chang-ryul pernah berkata bahwa ia seperti anjing kecil yang kebasahan. Jin-ho tak peduli, Kae-in terus bercerita kalau ia kesal pada Chang-ryul yang menganggapnya anjing tapi tetap menciumnya. Ia lalu berteriak dan berkata kalau semua lelaki itu sama saja suka mempermainkan wanita.



Jin-ho jadi malu karena semua orang melihat ke arahnya. Jin-ho lalu mengajak Kae-in pulang, tapi Kae-in tak mau ia berkata kalau minumannya belum habis. Jin-ho akhirnaya berkata setelah minumannya habis mereka harus pulang. Tiba-tiba Do-bin datang dengan rekan bisnisnya.



Jin-ho memberi hormat ia lalu khawatir Kae-in akan bicara macam-macam lagi ia lalu menyuapi Kae-in agar cepat selesai makan dan pulang. Kae-in memakannya, tapi saat akan pulang Kae-in berkata ingin pergi ke toilet dulu. Jin-ho duduk sendirian, tiba-tiba pelayan datang membawakan sebuah botol minuman. Jin-ho berkata kalau ia tidak pesan, pelayan bilang sambil menunjuk kalau perempuan dimeja seberang yang membelikannya. Jin-ho meliriknya, perempuan itu memberikan ciuman jauhnya dan seorang pria bertubuh besar melihat itu. Pria itu ternyata suami wanita tadi, ia mengahampiri Jin-ho dan memarahinya karena menggoda istrinya. Jin-ho merasa tidak melakukannya, tapi pria itu tak percaya dan hendak memukul Jin-ho. Kae-in datang dan melihat itu semua, ia berusaha melerai. Tapi pria itu menolak, ia berkata pada Kae-in bahwa Jin-ho telah merayu istrinya. Pri itu mau memukul Jin-ho lagi, Kae-in refleks berteriak kalau Jin-ho tak mungkin melakukannya karena ia adalah GAY. Semua orang disana kaget. Jin-ho jadi malu dan tidak enak dengan Do-bin, ia jadi kesal pada Kae-in. Ketika Kae-in hendak membayar, ia lupa kalau di dompetnya tak ada uang lagi. Ia memanggil Jin-ho, Jin-ho menoleh dengan muka jutek. Kae-in memberanikan diri untuk meminjam uang Jin-ho. Dengan perasan masih kesal Jin-ho membayarnya. Jin-ho pergi dari sana tapi sebelumnya ia memberi hormat lagi pada Do-bin, Kae-in mengikutinya dan ia juga ikut memberi hormat pada Do-bin. Do-bin hanya tersenyum melihat kelakuan mereka.


Di luar Kae-in minta maaf pada Jin-ho karena telah membongkar rahasia Jin-ho lagi. Tapi Jin-ho tak peduli, ia masih kesal ada Kae-in. Kae-in akhirnya menangis dijalanan ia benar-benar minta maaf karena telah melanggar janjinya. Jin-ho jadi tak enak, ia berkata agar Kae-in melupakannya saja. Tapi Kae-in malah tertidur di sana. Jin-ho kesal, ia lalu meninggalkan Kae-in sendirian.

Saat akan sampai rumah, Jin-ho tak tega dan kembali ke tempat Kae-in. Ia membangunakan Kae-in, Kae-in kaget dan buru-buru bangun hingga kakinya terkilir lagi. Jin-ho akhirnya menggendong Kae-in pulang, tapi Kae-in terus bergerak hingga ia kesulitan menggendonya. Untuk berterima kasih Kae-in menyanyikan sebuah lagu untuk Jin-ho. Jin-ho tak mau tapi Kae-in terus bernyanyi. Saat akan sampai rumah Kae-in berkata kalau punggung Jin-ho hangat, ia membayangkan apa punggung ayahnya juga hangat seperti itu. Jin-ho tanya apa Kae-in tak pernah digendong ayahnya. Kae-in berkata ini pertama kalinya ia digendong seseorang, selama ini ia menganggap punggung seeorang itu dingin. Jin-ho jadi prihatin.



Ramalan cuaca harian Park Kae-in: walaupun masih ada beberapa yang segar, tapi angin hangat ditiup dari sebelah kamar. Mungkin akan bisa membuat musim semi tahun ini selalu makin hangat.



Sampai di rumah Jin-ho menidurkan Kae-in di ruang tamu. Jin-ho hampir tak peduli lagi pada Kae-in karena sudah lelah mengurus Kae-in tadi dan membiarkannya tidur disana, tapi ia kembali dan menata kaki Kae-in. Kae-in terbangun dan tanya apa yang sedang dilakukan Jin-ho padanya, ia menatap Jin-ho penuh curiga. Jin-ho kaget ia berkata ia hanya ingin menata kaki Kae-in agar tidak kram jika tidur di sana. Jin-ho tak enak, ia lalu mau masuk ke kamarnya.


Tiba-tiba Kae-in berkata “Sangat baik. Jika lelaki yang lain, saya pasti dari awal sudah marah. Di pegang kaki juga tidak ada perasaan apa, kamu sangat baik”.


“Jangan katakan kata sembarangan lagi ,cepat balik kekamar tidur saja” kata Jin-ho sedikit kesal.



Kae-in mau berdiri tapi kakinya masih sakit, Jin-ho merasa khawatir. Jin-ho akhirnya memijit kaki Kae-in, tapi Kae-in terus mengeluarkan kata-kata “aneh”.



Jin-ho kesal ia menyuruh Kae-in diam, tapi Kae-in tak juga diam. Jin-ho akhirnya marah dan tak mau memijit kaki Kae-in lagi. Jin-ho mau balik ke kamarnya, Kae-in mencegah dan meminta dipijit sekali lagi.



Jin-ho menolak karena tanganya sudah lelah. Kae-in menunjukan sikap memelas, tapi Jin-ho malah kesal.


“Kau pikir aku pelayanmu” kata Jin-ho sambil pergi.


“Tapi tetap saja harus terima kasih padamu. Tuan GAY memang paling hebat” teriak Kae-in pada Jin-ho. Jin-ho kesal mendengarnya.
NB: karena PT nggak jadi tayang.. dan sepertinya peminatnya dikit.. jadi posting PT-nya agak lama paling cepet 2 x seminggu... mian ya buat yang nungguin PT...

credit : maldoeopsi

BACA JUGA SINOPSIS LAINNYA



0 comments:

Post a Comment


Friend Link List