Recent Post


[Sinopsis] Mary Stayed Out All Night/Marry Me, Mary! Episode 5

Do you want to share?

Do you like this story?

Mae-ri tidur di rumah Jun In, ia pun bangun dengan gelisah memikirkan ciuman Jun In di bekas luka dahinya. Mae-ri pun memegang bekas luka di dahinya. Ia pun mencoba menghapus pikirannya itu.
Sementara itu Jun In sudah berada di luar kamar Mae-ri, ia melihat jam melihat jam tangannya memastikan waktu orang bangun. Ia pun merogoh saju jasnya dan mengeluarkan sebuah memo lalu meletakkanya di depan pintu lalu melangkah pergi. Namun ia berhenti dan memikirkan sesuatu lalu kembali mengambil memo tadi. Jun In mencoba menyelipkan memo tadi ke pintu namun memo itu terjatuh dan jatuh lagi. Ia pun mencoba memikirkan letak yang tepat , lalu ia membayangkan jika seseorang membuka pintu maka ia akan melihat sejauh perkiraan dan menaruh memo itu di depan pintu. Ia pun memperkirakannya lagi dan memajukan letak memo itu.

Pintu pun terbuka, Mae-ri keluar kamar, Jun In pun kaget tapi ia berusaha menguasai keadaan.
“Apa yang kau lakukan, direktur?”tanya Mae-ri.
Jun in berdiri dan menghadap ke arah Mae-ri sambil tersenyum, lalu berkata,”ada pertemuan yang harus kuhadiri, jadi aku harus pergi lebih awal.”serunya.
“Aku hanya meninggalkan memo.”lanjut Jun In sambil menyerahkan memo itu ke Mae-ri.
Mae-ri pun menerimanya dan bertanya,”dan apa isi memonya?”
“Silahkan membacanya setelah aku pergi.”jawab Jun In.
“Dan ayahmu bisa mengantarmu kembali kapan pun kamu siap.”lanjut Jun In.
Jun In siap melangkah pergi tapi Mae-ri menahannya, “Ayo kita kembali bersama-sama, Direktur. Aku harus pergi bekerja juga. Aku akan hanya mengambil barang-barang saya dan segera keluar.”seru Mae-ri lalu masuk ke dalam kamar.
Jun In pun hanya bisa mengernyitkan dahinya dan tersenyum lalu pergi. (kayaknya gaya khas Jun In ni hehehe)
Mereka pun berangkat ke kantor bersama-sama, namun suasana di dalam mobil sangat hening lalu Jun In mencairkan suasana dengan bertanya,”jadi, jenis musik apa yang kamu sukai?”
“Maaf, Ahhh….semua yang lembut kecuali rock dan musik yang keras.”jawab Mae-ri.
“Begitukah?”tanya Jun In lalu mulai menyetel musik yang lembut.
Mendengar itu Mae-ri pun menyadari sesuatu lalu berkata, “Musiknya Mu Gyul!, tentu saja musik Mu Gyul adalah pengecualian! Lalu mematikan music yang diputar Jun In.
“Aku mengerti,”seru Jun In.
Lalu Mae-ri mulai menyanyikan beberapa bait “My Bus”. “Go..go, take care of my bus, My Bus……., karena suara Mae-ri agak aneh bukan rocker ia pun berasalan, “Aku agak agak tuli nada, kau tahu?”ujar Mae-ri.
“Ahhh….setelah menyanyikan salah satu lagu Mu Gyul, tiba-tiba aku mulai merindukannya. Sayangku mungkin menghabiskan sepanjang malam untuk menyusun musik dan pasti sekarang sedang tidur. Aku ingin tahu apakah aku harus menelepon sepagi ini.”seru Mae-ri sambil mencoba menelepon Mu Gyul.
“Kenapa meneleponnya? Aku akan membawamu ke sana. Kamu dapat melihatnya dan pergi bekerja setelah itu.”seru Jun In.
“apa…sekarang?”tanya Mae-ri.
“Yah, aku memotong waktunya denganmu kemarin. Dan satu hal lagi tolong beritahu aku setelah kau memutuskan sesuatu untuk liburan 4 harimu dengan dia.”seru Jun In. Mae-ri pun hanya memandangi Hpnya.
Mu Gyul dirumahnya mencoba menulis lirik lagu. Namun ia mencoret-coretnya lalu merobek kertas dan membuangnya. Mu Gyul memikirkan kata-kata Mae-ri saat terakhir telepon yang berkata, “sayang, aku mencintaimu.”.
Mengingat itu Mu Gyul mulai menggambar ikon kucing (selesai jadi gambar kucing terdengar bunyi meong….bener nggak? Hahaha). Lalu di samping gambar kucing itu akan di tulis nama Mae-ri, namun huruf A nya dicoret dan diganti menjadi “Merry Christmas”, Mu Gyul pun tersenyum lalu memandang sarung tangan buatan Mae-ri yang dipakainya padahal belum jadi lalu menciumnya. Mu Gyul pun tersenyum lalu terdengar suara Seo Joon terbatuk-batuk.
Mu Gyul pun mendatangi Seo Joon lalu menyelimutinya. Seo Joon memandangi Mu Gyul.
“Ahh ini di rumahku, aku tidak tahu dimana kamu pindah jadi aku membawamu ke sini.”seru Mu Gyul.
“Aku tahu.”ujar Seo Joon dengan lemah.
“Apakah kau baik-baik saja?”tanya Mu Gyul.
“Tentu saja aku tidak baik-baik saja, berikan aku air.”seru Seo Joon.
Mu Gyul pun mengambil air dan Seo Joon berusaha duduk bangun dari tidurnya.
Mu Gyul pun menyerahkan sebotol air pada Seo Joon dan berkata,”ini hanya air putih.”
“Tidak apa-apa.”seru Seo Joon lalu menerima air itu dan membukanya.
Mu Gyul duduk dikursi sambil menguap lalu meregangkan badannya.
“Ahhh…jadi menyegarkan .”seru Seo Joon setelah minum air pemberian Mu Gyul lalu menutup botol minumannya.
Lalu Seo Joon berdiri dan melihat-lihat disekitar ruangan itu, “kamu tampaknya hidup baik-baik saja. “seru Seo Joon. Lalu Seo Joon kembali melihat-lihat, dan dilihatnya 3 gulungan benang rajut putih, pink dan biru di atas kursi. Seo Joon mengambil gulungan benang warna biru, “dan apa ini?””tanya Seo Joon.
Mu Gyul pun terbangun, bingung mau jawab apa, lalu berseru,”Ahhh… Tidak, bukan apa-apa.” Sambil melepas kunciran rambutnya.
“Apakah kamu belajar merajut?”tanya Seo Joon lalu melihat ke arah tangan Mu Gyul yang memakai sarung tangan belum jadi.
“Apakah kamu merajut itu?”lanjut seo Joon.
Mu Gyul pun melepaskan sarung tangan itu, “Tidak, itu….”seru Mu Gyul bingung mau bilang apa sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Seo Joon pun berpikir lalu bertanya,”apakah kau punya pacar?”
“Pacar? bukan semacam itu,”jawab Mu Gyul masih tetap menggaruk-garuk kepalanya.

Lanjut ke Mae-ri dan Jun In yang dalam perjalanan ke rumah Mu Gyul. “Kalau begitu , drama itu tidak dipilih?”tanya Mae-ri.
“Sama seperti yang kau katakan itu, Wi Mae-ri. Respon yang kudapat mengatakan bahwa itu lebih menarik bagi khalayak yang lebih muda.”jawab Jun In.
“Ahhhh….apa yang kumaksudkan adalah bahwa cerita tampak menyegarkan dan terus terang.”seru Mae-ri.
“Aku tahu.”ujar Jun In.
“Lalu, bagaimana dengan menambahkan cerita keluarga di dalamnya? Seperti semacam hal yang bisa kau tonton dengan ayahmu.”seru Mae-ri.
Namun tidak ada jawaban dari Jun In, lalu Mae-ri melihat ke arah luar jendela dan berseru,”Oh..oh! tunggu.” Ternyata mereka sudah sampai hampir terlewat hehehe.
Jun In pun menghentikan mobilnya, lalu Mae-ri turun dan mengambil sebuah tv di jok belakang.
Jun In pun menyusul dibelakang Mae-ri, “Apa yang kamu lakukan dengan sampah ini?”tanya Jun In
“Ini bukan sampah.”jawab Mae-ri sambil tetap mengangkat tv itu.
Melihat Mae-ri susah mengeluarkan tv itu, Jun In mencoba membantunya. “Biarkan saja, aku akan melakukannya.”serunya.
Mae-ri pun melepaskan tv itu dan dan keluar dari pintu mobil sambil berseru,”tidak apa-apa, aku bisa melakukannya sendiri.
Tapi Jun In tetap mencoba mengeluarkan tv itu.
Lalu Mae-ri melihat ke arah rumah Mu Gyul dilihatnya Mu Gyul keluar rumah bersama Seo Joon. Mae-ri pun kaget melihat Mu Gyul mengantar Seo Joon ke dalam taksi.
“Wi Mae-ri , aku butuh beberapa ruang,”seru Jun In mencoba mengingatkan Mae-ri yang disampingnya akan berpindah agar tidak menghalangi Jun In.

Lalu Mae-ri segera berpindah tapi dengan cepat memutar Jun In agar tidak melihat ke arah Mu Gyul dan Seo Joon. “Apa ini?”tanya Jun In.
“Ah…. Masalahnya adalah..…,”seru Mae-ri tapi bingung mau beralasan apa, lalu dengan segera Mae-ri membenarkan dasi Jun In Mae-ri beralasan dasi Jun In miring, Jun In pun meoleh ke arah dasinya.
“Aku rasa kita bisa menelepon satu sama lain tanpa merasa canggung. Sekarang kita telah memutuskan untuk menjadi teman baik, kan?”ujar Seo Joon pada Mu Gyul.
“Hati-hati dalam perjalanan.”seru Mu Gyul.
“Aku akan meneleponmu.”seru Seo Joon.
“Selamat tinggal.”ujar Mu Gyul.”
Mae-ri belum selesai membenarkan dasi Jun In ia melihat ke arah Mu Gyul dan Seo Joon yang masih bersama. Jun In pun akan menengok ke arah Mu Gyul tapi ditahan Mae-ri. “Oh…di sini…di sini juga, ada sesuatu di sini, Aigoo”seru Mae-ri beralasan sambil menepuk-nepuk pundak Jun In seperti membersihkan kotoran yang menempel.
Seo Joon pun pergi Mu Gyul bersiap kembali masuk rumah namun terdengar teriakan ,”sayang!!! Dari Mae-ri . Mae-ri pun berlari ke arah Mu Gyul dan menubruknya.”Ahhh..kau mengagetkanku, Mae-ri!seru Mu Gyul .
“ Oh ada apa denganmu? Kamu biasanya memanggil, Hei, Merry Christmas!”protes Mae-ri.
“Membuat repot saja memanggil namamu sekarang.”ujar Mu Gyul.
“Ngomong-ngomong , bukankah tadi itu Seo Joon ?apa yang terjadi?”tanya Mae-ri.
“Aku tidak tahu. Di sini dingin, mari kita bicara di dalam. “jawab Mu Gyul. Sambil mengajak Mae-ri masuk ke dalam rumah. Namun langkah Mu Gyul terhenti karena terdengar suara Jun In memanggil namanya.
“Kang Mu Gyul!”teriak Jun In yang mendekati Mu Gyul dan Mae-ri sambil membawa tv.
Mu Gyul pun memandang dengan sinis ke arah Jun In lalu menoleh ke arah Mae-ri.
Mereka bertiga pun sudah ada di dalam rumah Mu Gyul, Jun In melihat-lihat studio mini Mu Gyul. “Berapa lama kau akan terus melakukan hal ini?”tanya Mu Gyul.
“Ah, maaf atas ketidaksopananku,”jawab Jun In.

Mu Gyul dan Jun In sibuk ngobrol Mae-ri sibuk membersihkan kertas-kertas sampah Mu Gyul.
“Hanya saja ini sedikit… lebih baik daripada yang aku bayangkan, jadi sedikit mengejutkan. “seru Jun In sambil melihat studio mini Mu Gyul.
“Dari caramu membayangkan itu…”seru Mu Gyul.
“Inilah tepatnya perasaan yang kuinginkan utama laki-laki.”ujar Jun In yang masih memperhatikan ruangan Mu Gyul itu.
“Oh benarkah, sekarang aku berpikir tentang hal itu, kau benar.” Sahut Mae-ri.
“Ahh…sudahkah kau mempertimbangkan kembali tawaran produksi music yang kusebutkan sebelumnya?”tanya Jun In pada Mu Gyul.
Dengan cuek Mu Gyul menjawab, “bukankah aku sudah memberitahumu? Kita tidak punya alasan untuk bertemu lagi.
“Ya, kau benar.”ujar Jun In.

Mae-ri pun mendekat ke arah Mu Gyul dan memegang lengannya.(Wahh Mae-ri jadi istri siaga ni hahaha).
“Dalam hal ini, luangkan waktumu untuk itu dan hubungi aku kapan saja.”ujar Jun In yang tidak menyerah membujuk Mu Gyul.
Mu Gyul pun cuek saja lalu menoleh ke arah Mae-ri dan membentaknya,”dan kapan kau akan pergi bekerja?” seru Mu Gyul pada Mae-ri.
“Hah?”Mae-ri kaget. “Yah, direktur bilang aku bisa meluangkan waktuku sebelum mulai bekerja. “lanjut Mae-ri.
“Apakah perusahaanmu seperti taman bermain?”tanya Mu Gyul pada Mae-ri.

Lalu Mu Gyul menoleh ke arah Jun In,”Bahkan jika kau adalah direktur, bukankah kau harus mengatur beberapa batasan di tempatmu? Beberapa hari kau membiarkan dia pulang lebih awal, terkadang kau membawanya pergi segera setelah dia pulang. Kau bekerja atau kencan disini?”omel Mu Gyul.
Jun In pun hanya tersenyum mendengar ceramahan dari Mu Gyul. “Sayang….kenapa kau bertindak seperti ini?”tanya Mae-ri pada Mu Gyul.
“Aku sungguh-sungguh meminta maaf karena memotong waktumu dengan Mae-ri. Tapi, mulai sekarang aku akan melakukan yang terbaik untuk Wi Mae-ri.”seru Jun In.
Mae-ri pun kaget lalu berseru,”Direktur”.
“Melakukan yang terbaik untuk apa?”tanya Mu Gyul menoleh ke arah Mae-ri.
“Bukankah kau bilang kau tidak tertarik padanya?”tanya Mu Gyul pada Jun In (cieee… jangan-jangan Mu Gyul cemburu ni hehehe).

“Aku punya alasan untuk melakukannya sekarang.”jawab Jun In.
“Aigoo….orang ini benar-benar tidak memiliki perasaan. “guman Mu Gyul.
“Aku sadar kalian menikah karena cinta, meskipun demikian itu tetap keputusan yang terburu-buru. Dan aku mendengar pernikahan itu tidak sah”ujar Jun In.
“Jadi,”tanya Mu Gyul.
“Kau akan gelisah mulai sekarang, Kang Mu Gyul.”ujar Jun In dengan penuh percaya diri.
Mu Gyul dan Mae-ri tidak bisa berkata-apa untuk membalas pernyataan Jun In. Jun In pun meninggalkan Mu Gyul dan Mae-ri.
“Ay….ada apa dengan dia? kenapa dia bertindak seperti itu sekarang? Apa ada sesuatu yang terjadi antara kalian berdua?”tanya Mu Gyul pada Mae-ri.
“Bagaimana bisa? Lagipula ada apa denganmu? Kenapa kau jadi marah?”seru Mae-ri balik tanya. (Mae-ri, Mu Gyul cemburu tu hahaha).
“Kapan aku marah?”protes Mu Gyul.
“Saat ini.” Jawab Mae-ri.

Mu Gyul pun diam lalu menendang tv yang dibawakan Jun In tadi,”dan untuk apa kau membawa ini?”tanyanya.
Mae-ri pun tersenyum lalu bertanya,”Ehmm, apa hubunganmu dengan Seo Joon?”
“Apa ada hubungannya denganmu?”tanya Mu Gyul.
“Seo Joon akan bermain di drama kami.”jawab Mae-ri.
“Dalam drama yang di arahkan pria itu?”tanya Mu Gyul.
“Itu benar. Tak seorang pun di perusahaan boleh mengetahui tentang pernikahan palsu kita, jadi lebih baik kau hati-hati.”jawab Mae-ri.
“ Dan lagi…. Apakah kalian bermlam bersama?”tanya Mae-ri.
“Bukan urusanmu. Apa kau pikir kau istriku”keluh Mu Gyul.
“Tapi, aku istrimu.”protes Mae-ri. ( wahh sudah saling cemburu ni, Mae-ri cemburu Seo Joon menginap dirumah Mu Gyul, apajadinya kalau Mu Gyul juga tahu Mae-ri nginap di rumah Jun In ya hehehe).
Mu Gyul pun mencoba menyalakan tv namun tidak bisa lalu Mu Gyul memukulnya haha.
Mae-ri melihat ke arah sofa lalu berseru,”Oh….oh!..oh, sarung tanganku! Ahhh..itu semua berantakan.”
“Yah, sudah ku bilang untuk berhati-hati kan. bukankah sudah ku katakan itu akan menjadi akhir bagimu jika kau menyentuhnya?”protes Mae-ri sambil menundingkan jarinya ke arah Mu Gyul. (sadis boooo).

Mae-ri pun sudah tiba di kantor, ia masuk ke dalam ruang kerjanya “Ahh dinginnya,”serunya. Lalu Mae-ri meletakkan tasnya dilihatnya di atas meja ada tumpukan naskah drama “Wonderful Day". Ia pun membuka-buka naskah itu.

Tiba-tiba Jun In masuk dan berseru,”sepertinya kau langsung pergi.”
Mae-ri pun kaget, “Ya, direktur.”ujar Mae-ri.
“Tapi ini,”tanya Mae-ri menunjuk ke tumpukan naskah dimejanya.
“Aku ingin kau membaca ini lagi, kemudian memberikan responmu.”jawab Jun In.
“Maaf?”ujar Mae-ri.
“Aku merasa sedikit lelah karena kita melewatkan sarapan. Bagaimana kalau kita pergi dan makan sesuatu?”seru Jun In.
“Sekarang?”tanya Mae-ri.

Akhirnya Mae-ri dan Jun In sarapan di kafetaria. Mae-ri pun terkagum-kagum melihat kafetaria itu, sedangkan Jun In melihat-lihat daftar menu.
“Tidak peduli seberapa keras kau mencoba untuk menahklukkan ku,aku tidak akan goyah.”seru Mae-ri.
“Aku merencanakan untuk makan siang bersama mulai dari sekarang.”ujar Jun In.
“Tapi aku sudah bilang, itu tidak berguna.”seru Mae-ri.
Mae-ri melihat ke sekelilingnya tapi tidak dilihatnya satu orang pun kecuali mereka berdua. “Tapi…. Tampaknya tidak ada orang lain yang berada disini.”seru Mae-ri.
“Apa kau menyewa seluruh tempat ini?”tanya Mae-ri.
“Apa maksudmu?”jawab Jun sambil tersenyum.
“Yah, biasanya pria dalam drama menyewa seluruh tempat, ketika mereka akan melamar.”ujar Mae-ri memberi penjelasan.

Tiba-tiba ada pengunjung lain masuk ke kafetaria itu.
Mae-ri pun menoleh ke pengunjung yang melewati meja mereka berdua, lalu berkata,”Yah…aku rasa itu tidak terjadi.”
Jun In pun hanya tersenyum melihat kesalahanpahamn ini, untuk menutupi rasa malunya Mae-ri pun membenarkan poninya hahaha.
Jun In yang tersenyum pun menoleh ke depan, dilihatnya seseorang yang ditunggunya datang, “Ah, nona penulis!”serunya.
“Sudah lama, direktur. Sepertinya ada seseorang yang bergabung dengan kita.”seru nona penulis yang sudah menghampiri meja Jun In dan Mae-ri.
“Izinkan aku untuk memperkenalkannya,ini Wi Mae-ri dia akan membantu kita pada “Wonderful Day.””seru Jun In memperkenalkan Mae-ri pada penulis skenario.
“Direktur,”seru Mae-ri yang kaget.
“Wanita ini adalah penulis naskah.”seru Jun In.
Mae-ri pun menoleh ke arah penulis naskah dan memberi hormat, “Ah, senang berkenalan denganmu. Aku sangat menikmati membaca naskahnya.”ujar Mae-ri.
“Terimakasih.”seru nona penulis naskah. (lupa namanya hehe)

Semuanya pun kembali duduk, “Jadi, kita melihat ke semester kedua tahun ini bahwa semua jaringan telah dipesan untuk musim ini?”tanya nona penulis naskah pada Jun In.
“Aku rasa begitu, tetapi beberapa masalah timbul karena jadwal Lee An.”jawab Jun In
“Bang Si Jang adalah manajernya, kan?”tanya nona penulis. Jun In pun tersenyum mengiyakan.
“Ahh..orang mengatakan dia sangat sulit dihadapi. Sungguh menakjubkan bagaimana dia masih bisa ada dalam bisnis ini setelah semua kesalahan dan masalah yang dia timbulkan.”seru nona penulis.
“Aku akan melakukan apapun dengan kemampuanku. Tapi, mari kita makan sekarang.”ujar Jun In.

Nona penulis dan Mae-ri pun mengiyakan.
Mereka bertiga pun makan sambil mengobrol. “Kami cukup dekat saat itu, bagaimanapun juga drama debut Lee An juga merupakan debutku.”seru nona penulis.
“Jika debut Lee An seperti yang kau katakan, kalau begitu drama yang kau maksudkan itu adalag”Her Memory,kan?”tanya Mae-ri pada nona penulis.
Nona penulis pun mengangguk mengiyakan. “Kau menulis itu? Itu adalah drama favoritku.”seru Mae-ri (Wahhh Mae-ri bener-benar freak ama drama korea hahaha).
“Benarkah?”tanya nona penulis.
“Ini benar-benar menghibur dan sedih pada saat yang sama. Meskipun ini adalah cerita orang lain, tapi aku merasa seperti ceritaku sendiri.”ujar Mae-ri.
Jun In pun tersenyum begitu pula nona penulis mendengar penuturan Mae-ri. “Sepertinya kau membawa orang yang memiliki pengetahuan di sini.”ujar nona penulis pada Jun In.
“Dia sangat menikmati drama. Ah! Tolong ceritakan pada nona penulis ini tentang ide keluarga yang kau bicarakan padaku sebelumnya.”seru Jun In pada Mae-ri.
“Yah, sejak aku mendengar bahwa acaranya ditolak karena isinya tentang remaja, aku bertanya-tanya jika menambahkan beberapa unsur keluarga mungkin akan membuatnya lebih baik.”ujar Mae-ri pada nona penulis.
“Tapi, kalau begitu itu tidak akan dipertimbangkan sebagai mini seri kan?”tanya nona penulis pada Mae-ri.
“Tidak, itu tidak harus mengikuti alur drama. Itu bisa saja seperti alur drama dari drama yang kau buat sebelumnya dimana pemeran utamanya menderita karena saudaranya membuat masalah.”jawab Mae-ri.
Nona penulis pun mendesah dan berseru,”dan saat ini aku ingin menulis naskah yang sangat keren.”seru nona penulis.
“Kau telah berhasil dengan cukup baik menulis naskah drama keluarga. Tolong buat drama ini menjadi menakjubkan.”ujar Jun In. Jun In pun tersenyum lalu menoleh ke arah Mae-ri, Mae-ri pun diam saja.

Mae-ri membaca memo dari Jun In sambil mendengarkan Mu Gyul memainkan gitar
Memo Jun In itu berisi “Aku harap tidurmu tidak terganggu karena lingkungan yang asing. Aku berangkat sekarang tanpa pamit. Tolong luangkan waktumu sebelum kau kembali, Jun In.” (kok baru dibaca sekarang ya?)

Mu Gyul yang tadinya memetik gitarnya pelan-pelan mendengar isi memo itu pun langsung memetik gitarnya dengan keras sambil bernyanyi, “materialistis, orang bermuka dua dan juga brengsek!” yang diakhiri dengan petikan yang sangat kacau diakhirnya.
“Yah, itu kesan pertamaku, aku berpikir bahwa dia hanya tertarik pada uang dan dia mengabaikanku. Tapi dia memberiku pekerjaan yang harus dilakukan sekarang dan bahkan memperkenalkan aku pada penulis skenario. Aku merasa sepertinya dia benar-benar mengakuiku sekarang.”ujar Mae-ri memberi penjelasan.
“Kalian berdua bisa melanjutkan dan kemudian menikah. Dan membuang jauh seluruh kesepakatan 100 hari”seru Mu Gyul.
“Apa kau gila?Ini tidak seperti itu.”ujar Mae-ri.
“Melihat dari tampilannya, sepertinya kau akan berakhir dengan memilih orang brengsek itu.“seru Mu Gyul.
“Aku bilang, bukan begitu!Tapi… ada apa dengan “orang brengsek itu”?”seru Mae-ri.
“Apa kau cemburu?”tanya Mae-ri.

“Apa?” tanya Mu Gyul menoleh ke arah Mae-ri. “Cemburu?”lanjutnya.
“Yah, aku hanya memberikanmu beberapa saran berdasarkan kesetian seorang saudara di sini. Berhati-hatilah.”saran Mu Gyul.
“Berhati-hatilah dengan apa?”tanya Mae-ri.
“Tidak ada yang tahu tentang laki-laki selain laki-laki dan ada banyak hal yang mencurigakan tentang orang brengsek itu.”jelas Mu Gyul. (Ya elah ni Mu Gyul bilang aja dah cemburu wkwkwk).
Mae-ri pun berpikir sebentar, “Itu benar,”serunya.
“Dia benar-benar melihat pernikahan sebagai suatu bisnis.”lanjut Mae-ri lalu memandang memo dari Jun In.
“Dan lagi, apa kau benar-benar harus duduk begitu dekat denganku saat berbicara tentang laki-laki lain?”seru Mu Gyul.

Mae-ri pun langsung menggeser duduknya dan menyeder didekat Mu Gyul. “Ah, itu hanya saja jika ayahku mengawasi sekarang.”ujar Mae-ri yang sudah bersandar di bahu Mu Gyul.
“Ahhh…. Ini dingin dan tidak ada orang di sekitar. Ayo kita berhenti untuk hari ini.”ujar Mu Gyul lalu mulai berdiri.

Mae-ri yang tidak ada penyangga keseimbangannya pun terjatuh (hahaha lucu jatuhnya). Mae-ri pun bangkit bangun dan Mu Gyul mengambil tas gitarnya bersiap pergi.
Mu Gyul dan Mae-ri pun sudah berada di rumah Mu Gyul.

Mu Gyul mencicipi masakan Mae-ri (mirip seperti sayur lodeh ada tahu, telur dan sawi putihnya nda tahu masakan apa itu hehehe).
“Yah, ini luar biasa! Kau tahu tentang bagaimana memasak!”seru Mu Gyul.
“Yah, aku sudah menjadi ibu rumah tangga sejak aku masih remaja, ini agak menyedihkan memang dan telur adalah satu-satunya hal yang aku tahu tentang bagaimana membuatnya.“ujar Mae-ri.
“Yah, ini lebih dari cukup.”ujar Mu Gyul sambil terus makan sayur itu.
“Apa yang …kau makan seperti orang yang akan mati kelaparan. Makanlah dengan perlahan-lahan,”pinta Mae-ri yang melihat Mu Gyul makan dengan lahap dan terburu-buru.
Mae-ri pun memperhatikan Mu Gyul dan berseru, “Kau seperti tulang yang dibungkus kulit, Ini makanlah supaya gemuk!”ujar Mae-ri sambil menambahkan potongan lauk ke mangkok nasi Mu Gyul.

“Apa ini? Kau bertingkah seperti seorang ibu, ehm tidak…kau benar-benar bertingkah seperti istriku.”seru Mu Gyul yang dimulutnya masih terisi nasi penuh, (Mu Gyul ini habisin dulu atuh makanan baru ngomong ntar tersedak lho hehehe).
“Aku “noona”mu bukan? makanlah!”ujar Mae-ri.
Mu Gyul pun melanjutkan makannya dan Mae-ri ikut makan juga, namun tiba-tiba terdengar suara,”Mu Gyul! Kang Mu Gyul!”seru ibunya Mu Gyul.

“Ah..Kang So Young, Ibu!?”ujar Mu Gyul segera berdiri diikuti Mae-ri ketika ibunya masuk ke ruangan mereka makan.
“Apa ini! Apa kalian tinggal bersama”tanya ibunya Mu Gyul.
“Tentu saja tidak!”jawab Mu Gyul dan Mae-ri bersamaan.
“Tak ada salahnya jika iya… Oh, kau “sayang” bukan? kepercayaan, harapan, cinta,”ujar ibunya Mu Gyul sambil melihat ke arah Mae-ri.
“Ah, senang bertemu denganmu. Aku Wi Mae-ri. “seru Mae-ri memperkenalkan diri.
“Apa yang membawamu ke sini?”tanya Mu Gyul pada ibunya.
“Apa kau memiliku uang?”sekitar 5.000.000 won?”seru ibunya Mu Gyul.
“Apa kau dalam kesulitan lagi?”tanya Mu Gyul.

Lalu Mu Gyul menoleh ke arah Mae-ri lalu mengajak ibunya untuk berbicara diluar. “Mari kita bicara diluar,”ujar Mu Gyul sambil menarik lengan ibunya.
“Ah, tapi diluar dingin.”ibunya beralasan.
“Tapi Mu Gyul tetap menarik ibunya keluar.”Sampai nanti, selamat tinggal!”seru ibunya Mu Gyul pada Mae-ri berpamitan.
“Selamat tinggal,”ujar Mae-ri sambil memberi hormat pada ibunya Mu Gyul. Mae-ri terdiam sambil berpikir lalu memasukkan sendok ke dalam mulutnya. (sepertinya Mu Gyul tidak ingin Mae-ri mendengar masalah yang menimpa keluarganya hehehe).

Di luar rumah Mu Gyul dan ibunya duduk mengobrol.
“Aku meminjam uang dari dia untuk kugunakan sebagai jaminan kafeku. Dan sekarang karena aku ingin putus, dia mengangguku untuk mengambilkan uangnya.”seru ibunya Mu Gyul membuka pembicaraan.
Mu Gyul pun mendesah lalu berseru, “Ah, dimana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu secara tiba-tiba?”ujar Mu Gyul.
“Apa yang harus kita lakukan? Dia bilang dia tidak akan putus denganku sampai aku memberinya uang.””seru ibunya Mu Gyul.
“Bukankah kau mengatakan kau tidak bisa hidup tanpa dia? Yah, aku tidak bisa membantumu kali ini, aku tidak punya uang.”ujar Mu Gyul lalu berdiri.
“Dalam hal ini….pinjamlah uang dari temanmu.”seru ibunya Mu Gyul.
“Teman apa?”ujar Mu Gyul.
Ibunya Mu Gyul pun mendesah, “Itu benar””serunya. Lalu tiba-tiba ia terpikirkan suatu ide lalu berdiri dan merajuk ke Mu Gyul, “Gadis itu! Kau bilang, dia setia!”ujarnya. (sepertinya ibunya Mu Gyul berpikir Mae-ri bisa membantunya meminjami uang, padahal Mae-ri kan juga hidup pas-pasan ckckckc ni Mae-ri punya ayah yang banyak hutang sebaliknya ibunya Mu Gyul juga sama-sama nggak benar ortunya hehehe :D)
“Tentu saja tidak.!Apa hal ini harus dilakukan dengan loyalitas…”ujar Mu Gyul.
“Bagaimana dengan aku kalau begitu? Ini kacau sekali…”ujar ibunya Mu Gyul mulai merajuk pada Mu Gyul.


Ibunya Mu Gyul pun memeluk Mu Gyul sambil berseru”Ahh…aku benar-benar ingin mati!.
Melihat ibunya begitu Mu Gyul sepertinya tidak tega, ia pun berseru”Baiklah, aku akan mengurusnya entah bagaimana…..”
“Benarkah? Huh? Yaahhh.. kau satu-satunya yang bisa kupercaya, anakku! Seru ibunya dengan girang lalu memeluk Mu Gyul kembali.
“Aku aman!”seru ibunya Mu Gyul kembali lalu mengucapkan terimakasih.
Di dalam rumah Mae-ri menunggu dengan jenuh. “Kenapa mereka begitu lama?Mungkinkah ada hal serius?”guman Mae-ri.

Tiba-tiba bibi pemilik kontrakan datang.
“Nak, kau di rumah?”seru bibi itu.
“Ah ya…”jawab Mae-ri.
“Hallo,”sapa Mae-ri.
“Kau sendirian?mana pacarmu”tanya bibi itu.
“Dia bukan pacarku? Temanku hanya keluar sebentar”jawab Mae-ri.
Bibi itu hanya tersenyum simpul. Lalu berkata,”Nah, ketika dia datang, beria tahu dia jika dia tidak membayar uang muka 2.000.000 won, dia harus keluar!”seru bibi itu kembali.
“Oh…itu tidak boleh terjadi.”guman Mae-ri.
“Yah, pastikan kau memberitahunya.”seru bibi itu lalu bersiap pergi.
Tiba-tiba Mae-ri menahannya dan berseru, “bibi, tunggu sebentar.” (jangan-jangan Mae-ri mau bayarin ya hehehe).

Di lain tempat ayah Mae-ri dan ayah Jun In berbincang-bincang.
“Kau melihat bagaimana Jun In membawanya kembali ke vila kan? Mae-riku begitu polos sehingga itu mungkin pertama kalinya ia pernah begitu. Perasaan antara mereka tampaknya telah membaik setelah mereka pergi bersama-sama.”seru ayah Mae-ri pada ayah Jun In (padahal kan Mae-ri dah beberapa kali di gendong Mu Gyul hahaha).
“Itu benar, kita harus terus melakukannya”seru ayah Jun In.
“Memang, kak. Tapi apakah akan baik-baik saja untuk Mae-ri berpakaian seperti itu? Yah, dia tidak berpakaian pantas di luar sana, kau tahu. Aku takut dia akan merusak gayamu. “ujar ayah Mae-ri.
“Jangan khawatir. Aku sudah mengatasi itu.”seru ayah Jun In.
“Eh? Sudah?”tanya ayah Mae-ri.
Ayah Jun In pun hanya tersenyum lalu meminum kopinya. (Wahhh pantesan ni pakaian Mae-ri lebih feminim ntar tapi kalau baju ketemu Jun In aneh kalau ketemu Mu Gyul stylenya keren menurutku hahaha).

Sementara itu Mae-ri yang berada di rumah Jun In sedang menulis sesuatu di laptop. Tiba-tiba ada orang yang datang mungkin dikira Jun In.
“Oh! Apa kau lupa sesuatu?”seru Mae-ri.

Orang yang datang itu memberi hormat pada Mae-ri, Mae-ri pun membalasnya (orang itu mungkin seperti kepala pelayan atau sekretaris mungkin, ari sebut aja dia sekretaris aja ya ).
“Sepertinya kau belum pergi, nyoya.”tanya sekretaris itu.
“Ah… aku bukan nyonya”jawab Mae-ri.
“Siapa kau?”tanya Mae-ri.
“Presiden mengirimku ke sini. Bisa tolong ikut aku sebentar?”ujar sekretaris itu.
Mae-ri pun bingung tapi mengikuti sekretaris itu. Ternyata sekretaris itu membawa Mae-ri ke sebuah ruangan yang berisi baju-baju, sepatu, tas, aksesories , dll untuk wanita. Mae-ri pun terkagum-kagum melihat ruangan itu.
“Wow….tempat ini sangat besar!”ujarnya.

Lalu Mae-ri melihat ke sebuah tatanan tempat aksesories dan syal.
“Presiden tampaknya sangat peduli dengan menantunya.”seru sekretaris.
“Aku bukan menantunya.”ujar Mae-ri.
”Silahkan ganti baju dulu.”seru sekretaris.
“Mengapa aku harus menganti pakaianku?”seru Mae-ri.
“Itu adalah tugasmu kepada presiden. Tolong bertingkah lakulah seperti sebagaimana seorang menantunya. Perhatian para staf akan tertuju padamu. Dan sebagai asisten direktur kau harus memikirkan dia.”ujar skretaris memberi penjelasan (ternyata jadi menantu orang kaya itu susah ya penampilan harus diperhatikan euy hahaha).
Mae-ri pun melihat penampilan dirinya lalu berkata, “Tapi, ada apa…dengan bajuku? Mereka baik-baik saja dan juga bersih.”
“Silahkan ganti”seru sekretaris.

Di lain tempat Mu Gyul sepertinya akan menjual sebuah gitar, pemilik toko pun menghitung harganya dan menunjukkannya ke Mu Gyul. Mu Gyul pun kaget, tidak menyangka harganya akan semahal itu. ( Mu Gyul perlu uang untuk ibunya 5.000.000 won + 2.000.000 untuk bayar sewa rumah hayooo sapa yang mau bantu hehehe).
“Ah, apa ini, kakak? Apa itu?”tanya Mu Gyul.

“Kau tahu seberapa buruk perekonomian ini. Aku akan mati di sini….hah?”ujar pemilik toko.
“Apa yang kau bicarakan? Ini adalah model yang dibuat menurut pesanan. Kau kan yang menjualnya kepadaku. Apa kau berusaha menyerangku dengan membeli barang seharga itu. “seru Mu Gyul.
“Apa yang kau bicarakan? Kau bahkan telah membawanya ke toko setelah kau jatuhkan ke tanah. Karena kau sedang mabuk. Ini bukan asli lagi.”protes pemilik toko tak mau kalah.

Mu Gyul pun mendesah, “Ah….. hal-hal yang sudah kulalui…”ujar Mu Gyul sambil menggaruk-garuk kepalanya.

“Tepatnya , bagaimana kau akan menulis lagu jika kau menyingkirkan ini?”ujar pemilik toko melihat ke gitar putih milik Mu Gyul yang akan dijual.

Di kantor Jun In memeriksa berkas-berkas dan Seo Joon membaca naskah drama sambil mendengarkan potongan lagu Mu Mu Gyul yang “My Precisous” saat konser disebuah klub Jun In melihatnya.
“Apa pendapatmu tentang lagu ini?”tanya Jun In.
Seo Joon pun terdiam sejenak dan berkata, “Ini…”Perfect Mu Gyul”.
”Ah, kau ada di klub kan? pa kau salah satu fansnya?”tanya Jun In.
“Fans? Akulah yang memberinya nama “Perfect Mu Gyul”ujar Seo Joon lalu meminum kopinya.
Jun In pun kaget lalu berkata,”Kau melakukannya?”
“Ya. Kang Mu Gyul dulu adalah pacarku ”ujar Seo Joon.
Jun In terdiam lalu meminum kopinya. “Begitukah”seru Jun In sambil tersenyum.
“Yah, sekarang kita hanya berteman.”ujar Seo Joon.

Jun In pun mendekat ke arah Seo Joon dan duduk di kursi sebelahnya.
“Kenapa kau memikirkan untuk membuat OST dengan dia?”tanya Seo Joon.
“Ya, tapi aku sudah ditolak 2 kali. Aku rasa yang ketiga adalah keajaiban.”jawab Jun In.
Seo Joon pun berpikir sebentar lalu berkata,”haruskah aku mencoba membujuknya? Apa kau ingin aku mengatur makan siang bersama mumpung aku disini?”serunya.
“Aku minta maaf. Aku sudah membuat rencana.”ujar Jun In seraya tersenyum.
Seo Joon pun mengerti bahwa Jun In akan makan siang dengan orang lain.
“Seperti apa tipe perempuan yang akan kau nikahi? Aku agak penasaran”seru Seo Joon.
Tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu.
“Silahkan masuk”seru Jun In.

Ternyata Mae-ri yang datang dengan penampilan yang lebih feminism (memakai rok pendek dengan sepatu hak tinggi), Seo Joon pun terkejut dengan penampilan baru Mae-ri. Jun In pun menoleh ke arah Mae-ri dan tertegun.
“Direktur, aku sudah menyelesaikan episode pertama,”seru Mae-ri.

Jun In pun tidak menjawab apa-apa ia masih terpesona dengan penampilan baru Mae-ri hehehe.
“Apa kau benar-benar Wi Mae-ri?”tanya Seo Joon pada Mae-ri.
“Ah..ya…ini terlihat aneh, kan?”seru Mae-ri.
“Tidak, kau terlihat cantik. Kau terlihat seperti asisten sungguhan sekarang.”ujar Seo Joon.
“Ah, begitu?”seru Mae-ri.
“Kerja bagus.”ujar Jun In.
“Lalu, bagaimana kalau kita membuat pertemuan itu pada malam hari?”tanya Jun In ada Seo Joon sambil bersiap pergi. (bertemu Mu Gyul?)
“Ya, mari kita lakukan.”jawab Seo Joon.
“Kalau begitu, nikmati makan siang dengan tunanganmu.”seru Seo Joon lalu mengambil tasnya dan bergegas pergi.
Mae-ri pun memperhatikan Jun In dengan penuh tanda tanya. Jun In pun menoleh ke arah Mae-ri dan tersenyum.

Di depan sebuah restoran kedua teman Mae-ri So Ra dan Ji Hye sedang menunggu seseorang sepertinya.
“Yah, kau tahu bagaimana panasnya tempat ini belakangan hari ini? 30 menit menunggu!”tanya Ji Hye.
“Begitukah? Hei, ayo kita ambil photo untuk kenang-kenangan mumpung kita di sini. “ajak So Ra penuh kegirangan.
So Ra pun bersiap menyakan kamera hpnya dan berpose dengan Ji Hye.
“Oke, ayo kita berfoto.”ujar Ji Hye.
Mereka pun berfoto dalam berbagai gaya, tanpa tahu bahwa Mae-ri dan Jun In bergandengan tangan melewati mereka. Mae-ri menaiki tanggga tertatih-tatih karena belum terbiasa dengan sepatu hak tinggi hehe. Jun In pun menoleh ke belakang dan bertanya, “apa kau begitu tidak nyaman?.
“Aku hanya tidak terbiasa memakai sepatu hak tinggi. “jawab Mae-ri.
Jun In pun tersenyum lalu menggandeng tangan Mae-ri kembali menaiki tangga.
Kedua teman Mae-ri So Ra dan Ji Hye sepertinya melihat ke arah Mae-ri dan Jun In yang bergandengan tangan, Mae-ri dan Jun In jadi pusat perhatian orang yang ada di sekitar depan restoran itu.
“Oh!yah siapa itu?”tanya Ji Hye.
“Ahhh…mereka baru saja masuk!”jawab So Ra.
“Beruntungnya dia bertemu dengan orang yang tepat!”seru Ji Hye.

Tapi sepertinya So Ra menyadari kalau wanita itu Mae-ri.
“Oh….bukankah itu..”seru So Ra yang terus memperhatikan pasangan itu.
Ji Hye pun ikut memperhatikan pasangan itu, lalusepertinya juga sudah ngeh kalau itu Mae-ri. “Wi Mae-ri! “teriak Ji Hye.

Otomatis Mae-ri dan Jun In pun menoleh ke arah So Ra dan Ji Hye.
Kedua teman Mae-ri ini pun kagetmelihat Mae-ri dengan penampilan barunya.
Akhirnya kedua teman Mae-ri pun ikut makan siang bersama, (kencan Jun In dan Mae-ri terganggu hahaha).
“Kami sangat penasaran tentang laki-laki itu dan kau ternyata sangat tampan. “seru Ji Hye pada Jun In. Jun In pun hanya tersenyum.
“Untuk seorang gadis yang belum pernah berkencan sebelumnya , kau seperti memenangkan jackpot.”seru So Ra pada Mae-ri.
Ji Hye menoleh ke arah So Ra dan memberi kode dengan tangannya supaya jangan berbicara seperti itu.
“Maksudmu dia belum pernah berkencan sebelumnya?”tanya Jun In.

“Ahh, Yah yang dia maksud adalah……”jawab Mae-ri tapi terputus karena tidak tahu harus jawab apa. So Ra pun memberi kode Mae-ri apa yang harus dijawab.
“…itu karena Mu Gyul adalah cinta pertamaku, aku tidak pernah berkencan dengan yang lain.”seru Mae-ri.
“Ya, itu benar. Memang. Eh…. Ya….cinta pertamanya! Mu Gyul adalah cinta pertamanya!”seru kedua teman Mae-ri menimpali.
“Ini benar-benar enak.”seru Jun In mengalihkan pembicaraan.

Tiba-tiba Hp Jun In berbunyi, “Maafkan aku, aku akan segera kembali,”ujar Jun In berpamitan pada Mae-ri dan kedua teman Mae-ri untuk pergi sebentar mengangkat telepon.
“Yah….Mae-ri kau begitu beruntung!Kau seperti seorang puteri!”seru So Ra.
“Yah, tinggalkan saja pernikahan palsumu dan menikahlah dengan orang ini!”seru Ji Hye memberi saran.
“Apa kau gila? Kenapa aku harus menikahinya?”ujar Mae-ri.

“Mae-ri, jika kau tidak menyukainya, berikan saja padaku. Aku tidak punya masalah dengan menjadi istri yang dijodohkan.”ujar Ji Hye (wahhh ini Ji Hye ada-ada saja hahaha).
“Kenapa kalian seperti ini?”ujar Mae-ri pada kedua temannya.
“Mae-ri, pasti banyak yang kau pikirankan . Mereka berdua sangat tampan!”seru So Ra.
“Yah, Jun In lebih baik! Dia memiliki uang lebih banyak, dia adalah tangkapan besar!seru Ji Hye (cewek matre ni Ji Hye).

“Yah, aku lebih suka Kang Mu Gyul, seorang mussisi selalu…seksi!”seru So Ra tak mau kalah, tapi So Ra gaya ngomongnya centil amat ya bilanbg seksinya sambil mencium gitu hahaha.
“Dia pasti berkencan karena uang, tapi kita sedang berbicara tentang pernikahan disini .”seru Ji Hye.
“Bagaimana bisa orang menikah hanya karena uang? Kau harus menikah dengan orang yang kau cintai.”saran So Ra (sesuju ama So Ra deh ).
“Kau seharusnya kelaparan kalau begitu. Itu tidak benar.”seru Ji Hye pada So Ra (Ji Hye pikir kalau menikah dengan orang yang ga punya uang bisa kelaparan hehehe).
“Tidak…tidak…tidak…. Aku tidak pernah bisa menikah dengan seseorang.Aku tidak bisa membawa diri untuk mencium. “ujar So Ra.
“Apa? Apa kau tidak akan makan itu? Apa kau merencanakan untuk kelaparan?”seru Ji Hye pada Mae-ri yang asyik memperhatikan percakapan nya tapi malah tidak makan, padahal kedua temannya ini asyik ngobrol sambil makan hahaha.
“Tidak, ciuman adalah bagian yang penting…,”ujar So Ra dengan penuh semangat.

“Itu sudah cukup, sudah hentikan. Aku tidak mencintai salah satu dari mereka. Mereka tidak ada hubungannya denganku. “seru Mae-ri pada kedua temannya.
“Dalam hal ini, kau hanya harus….. bersenang-senang dengan keduanya!”ujar So Ra (ini idenya lebih gila hahaha).
”Itu bagus! Dengan cara iitu kau bisa mendapatkan yang terbaik dari keduanya!”seru Ji Hye.
“Makanlah!”seru Mae-ri sambil menunjuk supaya mereka makan saja.
“Apa?tidak apa-apa, aku minum saja.”seru Ji Hye.

Tiba-tiba Jun In sudah selesai menelepon dan kembali ke meja makan.
“Aku minta maaf,”seru Jun In.
“Ah, sudah selesai?”ujar Ji Hye.
“Apa yang kalian bicarakan?”tanya Jun In.
“Oh, kau tahu, hanya omong kosong pembicaraan wanita.”seru Ji Hye yang diaguki oleh So Ra.

Sementara itu disebuah butik ayah Jun In membelikan baju untuk ayah Mae-ri. Ayah Mae-ri mengukur baju.
Ayah Mae-ri kagum melihat butik mewah itu. “Kakak, aku gemetar disini. Ini adalah pertama kalinya aku mengukur setelan baju jas . “seru ayah Mae-ri yang di ukur badannya.
“Setelan adalah tanda karakter dan kekuatan seorang pria . Semacam penyamaran . kau harus menunjukkan citra yang kuat pada Mae-ri sekarang.”ujar ayah Jun In memberi penjelasan. (ari suka ketawa lihat gaya duduk dan bicara ayah Jun In mirip ojisan kalau ngasih wejangan intonasi ngomongnya sama hahaha, emangnya cara ngomong orang Jepang dan Korea sama ta).
“Ya, hyung. Aku yakin Mae-ri akan menyukainya dan mengatakan aku terlihat tampan. “ujar ayah Mae-ri.
“Maaf, tolong buatkanlah sedikit longgar karena aku akan memakainya untuk waktu yang lama.”pinta ayah Mae-ri pada pengukur bajunya.
“Setelah harus disesuaikan dengan tubuhmu.”seru ayah Jun In.
“Tapi, aku akan terlihat gemuk.”ujar ayah Mae-ri (takut diketawain Mu Gyul lagi ya wkkwkw).
“Yah, jika kau ingin terlihat seperti bagian dari besanku kau harus mengepas setelan dan melakukan diet.”seru ayah Jun In.
“Ah, ya kakak…. Tidak maksudku, presiden.”ujar ayah Mae-ri dengan pasrah.
“Ukuran yang lebih kecil”seru ayah Jun In yang bangkit dari duduknya.
“Tentu saja. Presiden.”jawab pengukur baju.
Ayah Jun In pergi meninggalkan ruangan itu. “Meskipun begitu,beri sedikit ruang ,”pinta ayah Mae-ri pada pengukur baju hahahaha.

Akhirnya ayah Mae-ri selesai dibelikan banyak baju sampai tas belanjaannya dibantuin dibawa ama pengawal ayah Jun In dan mereka pulang bersama. Ayah Mae-ri berpakaian setelan jas euy.
“Aku pikir ini terlalu banyak. Aku merasa seperti Cinderella versi laki-laki.”ujar ayah Mae-ri.
“Tentu saja, ini adalah untuk menunjukkan penghargaanku untuk semua yang telah kau lakukan. Jadi, kau telah mengatasi laki-laki itu, kan?”seru ayah Jun In.

“Ahhh…ya, tentu saja, kakak! Ah, tidak maksudku . Presiden.”jawab ayah Mae-ri terbata-bata.
“Berapa hari yang tersisa pada kesepakatan itu?”tanya ayah Jun In.
“Ah, itu….”jawab ayah Mae-ri sambil mengambil buku catatan,”Ah, masih ada 86 hari lagi?”ujar ayah Mae-ri melihat catatannya lalu memasukkan kembali catatan itu dalam kantongnya.
“Apakah begitu? Kalau begitu, tidak ada alasan untuk menunggu lebih lama lagi.”ujar ayah Jun In.
“Ah, jangan! Kau tahu bahwa Mae-ri akan melawan jika kita terburu-buru. Terakhir kali kami mencoba untuk mempercepat dia melarikan diri dan menikah.”seru ayah Mae-ri member penjelasan.
“Ah, itu benar.”ujar ayah Jun In.
“Kita hanya harus membiarkan mereka berkencan pada waktu yang tersisa dan merencanakan pernikahan setelah itu. “seru ayah Mae-ri.
“Baiklah, kita harus tetap mengawasi mereka.?”ujar ayah Jun In lalu pergi.
“Ya.”ujar ayah Mae-ri lalu pergi menyusul ayah Jun In.

Mu Gyul tiba di rumahnya, dan ternyata di dalam rumahnya sudah ada Seo Joon
"Perfect Moo-Kyul", kau sudah pulang?" sapa Seo Joon.
"Apa ini? Bagaimana kau bisa masuk?" seru Mu Gyul ketus.
"Apa kau pikir aku tidak tahu di mana kau menyembunyikan kunci cadanganmu?" seru Seo Joon cuek sembari membaca buku.
"Apakah ini boleh untuk seorang teman masuk ke dalam seperti ini?" seru Mu Gyul sembari berjalan menuju kursi studio mininya.
"Ya" jawab Seo Joon lalu melihat ke arah Mu Gyul.
"Apa...Apa kau menjual gitarmu?" tanya Seo Joon, "Mari membicarakan bisnis" ucapnya
"Bisnis? Bisnis apa?" seru Mu Gyul cuek sambil memeriksa rekaman lagunya. Seo Joon mendekati Mu Gyul dan duduk di sampingnya.
"Kau mendapat tawaran produksi OST, kan? Dan, ini untuk drama dimana aku bermain. Jadi, terimalah." seru Seo Joon.
"Tidak terima kasih, aku tidak mau" seru Mu Gyul kembali menekuni pekerjaannya.
Seo Joon melirik sinis, namun ia tetap merayu Mu Gyul, "Ini kesempatan bagus untukmu. Ini akan banyak membantumu dalam bermusik dan bisnis. Aku akan membantumu"
"Aku tidak punya keinginan untuk bekerja dengan orang brengsek itu" seru Mu Gyul. (heran deh perasaan Mu Gyul ga da masalah ma Jung In, cuma gara-gara bantuin mae-ri doank,,, haha kayaknya Mu Gyul dah Jelous ma Jung In nih...)
"Orang brengsek itu? kau bicara tentang Direktur Jung? Kenapa? Apa kalian bertengkar?" tanya Seo Joon.
"Kenapa aku harus bertengkar dengannya?" seru Mu Gyul.
"Yah, laki-laki itu...memiliki banyak potensi, dia lumayan, dan dia bukan orang jahat" seru Seo Joon.
"Bukan orang jahat...lumayan..." serunya sambil melihat jam. (kayaknya dia sadar sudah waktunya Mae Ri pulang ke rumahnya).
"Hmm, kapan kau akan pergi?" tanyanya pada Seo Joon.
"Kenapa? Apa kau menunggu seseorang??" tanya Seo Joon curiga.
"Oh, tidak juga..." seru Mu Gyul sambil menyembunyikan perasaannya.
Lalu datanglah ahjuma pemilik kontrakan,
"Nak, aku harus berbicara denganmu tentang uang sewa" serunya.
"Bibi, tunggu sebentar" seru Mu Gyul sambil bangkit dari kursinya menuju ahjuma tadi. Seo Joon hanya memandangi mereka.
Mu Gyul mengantar Seo Joon menuju mobilnya,
"Apa kau butuh uang?" tanya Seo Joon.
"Jangan khawatirkan ini" seru Mu Gyul cuek.
"Aku hanya bilang saja karena aku temanmu. Apa aku pernah meminjamkan uang padamu sewaktu kita masih pacaran?" ucap seo Joon dengan nada galak.
"Aku bilang jangan khawatirkan ini" sergah Mu Gyul. Seo Joon terlihat bete kemudian masuk ke dalam mobil.
Dari seberang jalan, tampak Mae Ri menuju rumah Mu Gyul, ia melihat Seo Joon dan Mu Gyul, ia pun menutupi wajahnya dengan topi mantel bulunya. Setelah mobil Seo Joon berlalu ia membuka topinya,
"Aish...Kenapa Seo-Joon terus datang ke tempat Mu Gyul? Bagaimana kalau kami tertangkap?" seru Mae-ri kesal.
Di dalam rumah, ahjuma masih menunggu sambil memeriksa barang-barang Mu Gyul,
"Maaf sudah membuatmu menunggu. Aku akan memberikan uang muka minggu depan" ucap Mu Gyul.
"Apa yang kau bicarakan? pacarmu sudah mengurusnya." seru ahjuma sambil tertawa. (oh jadi kedatangan ahjuma cuma ngecek kontrakannya, tapi bagus juga ahjuma dateng, Seo Joon jadi pulang)
"Maaf? Pacarku?" tanya Mu Gyul heran.
Lalu terdengar suara Mae-ri, "Kang Moo-Kyul, aku pulang!"
"Oh!...Hallo" sapa Mae-ri begitu melihat si ahjuma.
"Semuanya tampak baik-baik saja, kau tidak merusak apa-apa. Ingat saja, jika ada sesuatu yang rusak ketika kau pindah, Aku akan mengambil dari simpanan uang mukamu. Aku datang ke sini untuk mengatakan itu." seru ahjuma sembari meninggalkan mereka berdua. (wah, ahjuma ga mau ganggu nih).
"Selamat tinggal!" ucap Mae-ri pada ahjuma.
"Yah, kenapa kau melakukan hal konyol seperti itu?!" hardik Mu Gyul. Mae Ri mengernyitkan dahi, "-Ya ampun! Kenapa kau berteriak dan membuat keributan?" ucap Mae Ri tanpa dosa. (kekekee...Mae Ri emang semaunya....)
"ini bukan urusanmu!" bentak Mu Gyul.
"Yah, bagaimana ini bukan urusanku? Aku teman sekamarmu di sini! Tentu saja aku harus membayar sewa!" Mae Ri membalas bentakan Mu Gyul.
"Apa?..." seru Mu Gyul mengecilkan volume suaranya.
"Apa kau satu-satunya orang yang punya harga diri di sini? Aku juga punya harga diri! Kau selalu berusaha untuk menendangku keluar dari sini, Dan aku tidak suka bagaimana rasanya, oke! " seru Mae Ri masih dengan nada tinggi.
"Apa ini? serangan balasan ..." gumam Mu Gyul. (kekeke, Mu Gyul yang hobi marah2 kalah cepat marahnya ma Mae Ri, berasa dia di marahin ma ibunya kali ya, makanya langsung diem).
Mu Gyul membuat surat perjanjian, yang isinya:
[aku, Kang Moo-Kyul, berjanji untuk membayar kembali 200.000 won pada Wi Mae-Ri] (akhirnya, padahal dia khan ogah banget berurusan ma surat menyurat)
"Aku akan membayarmu kembali dalam waktu 2 bulan." serunya
"Ah, tidak! Karena masih tersisa 86 hari dalam kesepakatan tersebut, Kau dapat membayar kembali sedikit demi sedikit sampai kesepakatan itu berakhir." serunya sambil memasang wajah memelas. (pose andelan nih, Mu Gyul cuma bs hela nafas aja kalo udah begini. dasar cowok gampang banget di rayu...)
"Wow ... aku bisa datang ke tempat ini kapanpun aku mau! " seru Mae Ri sambil berputar-putar mengelilingi ruangan Mu Gyul. Sementara Mu Gyul menahan kekesalannya.
"Kau mengatakan ini hanya dari jam 4 sampai 10 p.m, kan?
"Ya. Dan aku pasti tidak akan membebanimu dengan apapun. Aku akan membersihkan ruangan dan aku juga akan membuat makan malam yang enak, oke?" rayu nya lagi. Mu Gyul diam saja sambil merapatkan badannya.
"Oke!" seru Mae Ri riang. "Kalau begitu aku akan mulai membersihkan! Moo-Kyul, lihatlah seberapa bersih pekerjaanku ini.Wow...begitu bersih.. begitu bersih!" seru Mae Ri seraya mondar mandir membersihkan ruangan Mu Gyul. Mu Gyul cuma bisa menahan kekesalannya, wajahnya cemberut tak tertahankan.
Di kediaman Jung In, Mae Ri mendatangi pelayan yang sedan beres2,
"Ahjumeoni, kau tidak perlu melakukan itu, aku akan mengurusnya."
"Ini bukan masalah sama sekali. Presiden memintamu untuk tidak diganggu dengan apapun." seru ahjuma.
Hp Mae Ri berbunyi, "Oh, So-Ra."
"Dimana kau? Aku rasa kau ada di rumahnya sepanjang hari karena ini hari Sabtu." seru Sora dengn Jin Hye disampingnya.
"Ya, tapi aku sendirian karena dia sibuk" seru Mae Ri.
"Hah?" ucap So Ra. Jin Hye merebut Hp So Ra, "Yah, berikan padaku."
"Mae-Ri, bisakah kita datang ke sana?" seru Jin Hye.
"Sekarang" tanya Mae Ri.
"Tentu saja tidak, ini bahkan bukan rumahku. Selain itu, ada ahjumeoni di sini.
"Hei, kau punya pembantu juga?" seru nya. So Ra kaget mendengarnya, "Hal ini sangat berbeda dari Kang Moo-Kyul! " seru Jin Hye pada So Ra.
"Hei, kenapa kau membandingkan gaya hidup yang berbeda?" protes Mae Ri,
"Hei, lebih baik kau memilih dia! Jika dia seorang anak tunggal maka kau dapat mewarisi semua kekayaan keluarganya!" seru Jin Hye. (wkakakaka, Ji Hye matre ah...kalau Saa sih emang bakal pilih Jung In kekeke, banyak duit...)
"Apa? Apa ayahku memintamu untuk mengatakan itu? Yah, sudah cukup." seru Mae Ri mulai kesal. (wah, uri Mae Ri sepertinya nyaman dengan gaya hidup Mu Gyul)
"Ahhh ... Kau begitu naif! Pergilah dan dapatkan kebaikan dari ayah mertuamu, kau bodoh!" seru Jin Hye
"Lupakan saja. Oh tunggu sebentar." seru nya melihat panggilan masuk di Hp nya, "Oh!...Paman" gumamnya, ia pun langsung memutus pembicaraannya dengan Jin Hye, "Ji-Hye, maaf. Aku akan meneleponmu lagi, oke?"
Mae Ri menjawab panggilan dari Jung Sik/Ayah Jung In,
"Paman, hallo. Apa kau baik- baik saja?" sapanya.
Dae Han/Ayah Mae Ri mnegunjungi Mu Gyul lagi,
"Apa yang kau inginkan hari ini?" tanya Mu Gyul.
"Karena kau sudah memutuskan untuk terus mengabaikan aku, aku datang untuk membuatmu mendengarkan. Ambil ini." seru Dae han seraya menyerahkan amplop kepada Mu Gyul.
"Apa ini?" seru Mu Gyul mengambil amplop tadi, "Eh?" serunya kaget begitu melihat isinya sebuah cek dan tiket.
"Jika kau benar-benar mencintai Mae-Ri, tinggalkan dia." seru Dae Han sok cool.
"Aku tidak bisa melakukannya lagi. Aku pikir aku perlu bicara dengan Mae-Ri tentang hal ini." seeru Mu Gyul meletakkan amplop dan mencoba menghubungi Mae ri.
"Tidak, Kau tidak bisa melakukan itu. Tak bisakah kau meninggalkannya diam-diam seperti yang mereka lakukan dalam drama? " seru Dae Han, yang jelas aja Mu Gyul lansung geleng2 kepala dan beranjak meninggalkan Dae Han. (norak banget nih ahjussi, bener2 ayahnya Mae ri, sama2 hobi drama)
"Lihat kesini, anak muda...! Bicara padaku...Hei, kau! Lihat kesini.."Lihat kesini, eh?" serunya mencoba mengikuti Mu Gyul namun ia kembali mengambil amplop yang ditinggalkan Mu Gyul. Lalu mengejar Mu Gyul lagi.
.
Mae Ri dan Jung Sik shoping ke mall, dengan didampingi 2 bodyguardnya
"Apa kau membutuhkan yang lain? Bukankah pada usia 24 itu seharusnya kau sibuk mempercantik diri?" tanya nya pada Mae Ri.
"Maaf...Paman..." seru Mae Ri mendekati Jung sik
"Oh, ya" seru Jung Sik.
"Aku tidak bisa menerima ini. Ini terlalu merepotkan.
"Tidak, yah..." ucap Jung sik tidak bisa berkata-kata lagi.
Dae Han dan Mu Gyul berbicara di sebuah bar, Dae han mulai minum, Mu Gyul hanya memandanginya.
"Aku tidak boleh melakukan ini, seharusnya aku berdiet. Apa kau tahu bagaimana sengsaranya aku harus melakukan ini ... Eh? Jadi, dengarkan aku...Eh?" ucap Dae Han yang mulai mabuk.
"Tidak ada lagi yang perlu didengarkan. Jadi sekarang, aku permisi dulu." ucap Mu Gyul lalu bangkit.
"Lihat kesini, anak muda! Apa kau benar-benar mencintai Mae-Ri?" tanya Dae Han. Mu Gyul menghela nafas.
"Ohhh...Mae-Riku yang polos dan menyedihkan! Dia memberikan segalanyanya pada seorang pria yang bahkan tidak mencintainya ..." ratap dae han.
Mu Gyul tidak jadi pergi, ia duduk kembali.
"Tolong berhenti minum begitu banyak" serunya.
"Ah, tinggalkan aku sendiri! Aku harus melepaskan semua frustrasiku!" seru Dae Han.
"Jangan melakukan hal ini" bujuk Mu Gyul sambil mencobba mengambil gelas minuman Dae Han.
"Apa aku terlihat seperti akan berhenti? Kau tidak akan meninggalkan dia, bahkan jika aku memintanya, tapi, kau bahkan tidak mengatakan kau mencintainya. Apa sebenarnya yang mau kau lakukan?" cerocos Dae Han.
"Tolong berbicara informal" pinta Mu Gyul.
"Lupakan. Aku tidak bisa melakukan itu di sekitar orang yang aku merasa tidak nyaman dengannya." seru dae Han.
Mu Gyul teringat sesuatu, ia teringat kembali percakapannya dengan Mae Ri,
"Tentu saja tidak. Aku tidak bisa berbicara informal dengan seseorang yang aku merasa tidak nyaman dengannya". Mu gyul langsung tertawa begitu teringat hal tersebut. (lucu kali ya, nih anak ma bapak sama banget)
"Hei, kau...apa kau menertawaiku lagi?...Hah?" hardik dae Han. Mu Gyul masih tertawa ngekek dalam tundukan (ciee...bahasanya...)
"Tidak, tidak sama sekali. Aku hanya ingat sesuatu." serunya cool setelah mengangkat kepalanya.
Ah, Pria ini...Ah, kau benar-benar menggangguku di sini, sekarang aku harus minum lebih banyak lagi karena kau...Aku harus melakukan diet..." seru dae Han sambil menenggak minumannya.

Di tempat lain, Mae ri dan Jung sik sedang duduk santai di cafe.
"Aku minta maaf karena membuatmu merasa tidak nyaman. Aku tidak tahu perempuan dengan baik, jadi aku pikir. Kau akan senang jika aku membelikanmu banyak hadiah." ucap Jung Sik. (ga semua wanita begitu ya ahjusi... i hate u...sepertinya ini malah ahjusi yg ngebet ma Mae Ri, bukan Jung In, hasrat lama terpendam ya? wake up Mae Ri bukan miniatur ibunya, so jangan perlakukan dia seperti kau bersikap dengan ibunya # esmosi)
"Ruang ganti lebih dari cukup sebagai hadiah. Jadi, kenapa kau tidak menceritakan saja padaku cerita tentang ibuku daripada membelikanku hadiah." seru Mae Ri malu2.
"Cerita tentang ibumu? Baiklah, apa yang ingin kau tahu?" seru nya.
"Semuanya. Ibuku meninggal ketika aku berusia 4 tahun, jadi aku tidak punya kenangan tentang dia. Dan setiap kali aku bertanya ayahku, dia mulai menangis memikirkan ibu." seru mae Ri.
"Tentu saja. Dae-Han sangat mencintai Ae-Ri." seru Jung sik
"Paman, ibuku seperti apa?" tanya Mae ri.
"Bagaimana mengatakannya...Dia seperti matahari...hangat dan lembut seperti sinar matahari di musim gugur. Sangat lembut, kurasa." seru Jung sik.
"Paman, kau terdengar seperti seorang penyair." seru Mae ri. (kekeke, ketahuan gombalnya ya Mae Ri)
"Penyair apa?" tanya Jung sik.
"Ngomong-ngomong, apa kau sudah berlatih permainan kita?" seru Mae ri mengalihkan pembicaraan.
"Sudah, dan aku juga berlatih sangat keras. Aku akan mengalahkanmu lain waktu." seru Jung sik
"Ah, benarkah?" seru Mae ri sambil tertawa. mereka pun tertawa bersama.
Jung In memasuki cafe, ia melihat ayahnya begitu akrab dengan Mae Ri. (poor Jung In, ia bahkan selalu kaku kalo dengan ayahnya, ga pernah becanda, tapi dg Mae Ri yang baru ketemu aja ayahnya sdh baik dan lembut)
Di tempat lain, tampak Mu Gyul sedang memapah Dae Han yang mabuk, Dae Han mulai bernyanyi, Mu Gyul tampak kesulitan memapah Dae han yang gemuk.
"Berapa berat badanmu?" repet Mu Gyul
"Tunggu..." seru Dae Han. (sepertinya yang dimaksud Dae Han adalah mau pipis)
"Lagi?" tanya Mu Gyul, "Kenapa kau minum bir begitu banyak..." gerutunya sambil membawa Dae Han menepi. Dae Han akhirnya pipis sambil terus memanggil manggil ibunya.
Lalu ada 2 orang gadis lewat, ia melihat Dae han dan bergumam stress, Mu Gyul cuma bisa geleng kepala melihatnya. (kekeke, untung Mu Gyul cuek ya, bisa kebayang anak lain, bisa2 dah ditinggalin tuh dae Han). Selesai pipis Dae Han langsung merangkul Mu Gyul.
Jung In mengantar Mae Ri pulang,
"Apa pakaian itu begitu tidak nyaman?" tanya nya pada Mae ri.
"Ahhh...Aku sangat berterima kasih kepada ayahmu untuk perhatiannya, tapi aku merasa lebih nyaman dengan pakaianku sendiri. Jadi, aku hanya akan memakai pakaian mahal itu di kantor." seru nya.

Mae Ri melihat Mu Gyul memapah ayahnya dari kejauhan, Jung In pun melihatnya, tapi tiba2 Mu Gyul jatuh, lalu badan Dae Han menimpahnya. Sampai Mu Gyul ga bs bernafas. (kekeeke..lucu banget adegan ini)
"Ayah! Moo-Kyul!" seru Mae Ri sambil berlari mendekati mereka
"Ah ayah, kau benar-benar...Kang Moo-Kyul, apa yang terjadi? Kenapa kau pulang dengan ayahku?" tanya Mae Ri sambil membantu mereka bangkit.
"Tanyakan pada ayahmu..." seru Mu Gyul ngos2an.
"Ayah, sadarlah" seru Mae ri membangunkan ayahnya.
"Mae-Ri.. Mae-Ri..." seru Dae Han seraya memeluk Mae Ri. (beuh, sama aja Dae Han dan Kam So Young, children compleks)
"Apa kau baik-baik saja, ayah?" tanya Jung In menghampiri mereka.
"Ayah?" seru Mu Gyul sinis melihat gelagat Jung In.
"Oh, menantuku, Jung-In" seru Dae Han lalu memeluk Jung In. Jung In terlihat sulit bernafas dengan pelukan dae han.
" Ayah, apa yang kau lakukan?! Itu memalukan" seru Mae Ri sambil menarik bahu ayahnya.
"Memalukan..." tanya Dae Han.
"Mari kita membangunkannya." seru Jung In."Biarkan aku menggendongmu di punggungku."
"Aku tidak berharap kau akan melakukannya." seru dae Han. Jung In hanya tersenyum simpul. lalu mencoba menggendong Dae Han.
"Itu akan menyulitkannya..." seru Mu Gyul memandang sinis Jung In.
Jung berusaha mneggendong Dae Han, tapi keberatan, ia mencoba lagi dan akhirnya jatuh tersungkur kesamping. Jelas saja Mu Gyul tertawa terbahak-bahak melihatnya. Jung In terlihat stress. (kekekekke, ga berenti ketawa ngeliat ini...ekspresi cool Jung In, ekspresi bodornya Mu Gyul...hahahaha)
"Menantu Kang, apa yang kau lakukan? Cepat bantu membawanya!" seru Mae Ri menarik Mu Gyul. Akhirnya Mu Gyul membantu mereka memapah ayah Mae Ri.
"Ah...Menantuku, Jung." seru Dae han pada Jung In. Lalu Jung In membalas dengan senyuman.
"Pria itu." seru Dae Han sinis ketika menatap Mu Gyul. Mu Gyul balik menatap sinis. (kekeke cocok nih mertua menantu)
"Apa maksudnya "pria itu" untuk menantu Kang?" hardik Mae Ri kepada ayahnya. (bwahahaha..nih baru komedi, kocak banget, mati2an Mae Ri bela Mu Gyul)
"Menantu Kang, menantu Jung." seru Dae Han bergantian memandangi mereka, "Aku punya 2 menantu!" serunya tertawaa. Jung In tersenyum simpul mendengarnya. Sedangkan Mu Gyul merengut. (lol...lucu banget buat Jung In kali ya, yg notabene tiap hari kaku, makanya dia menikmati banget keadaan ini, apalagi dia lebih unggul dimata Dae Han drpd Mu Gyul, jadi dia seneng banget lihat ekspresi bete Mu Gyul).
Kedua menantu itu akhirnya memapah sang mertua, namun di tengah perjalanan mertua ingin muntah, dan sialnya kenapa dia mengarah ke Mu Gyul...kekekeke....nasib..nasib...

Mu Gyul terduduk lesu di sofa, Mae Ri membersihkan muntahan ayahnya dari jacket Mu Gyul. Sementara Jung In mengantar dae Han tidur.
"Kau banyak mengalami kesulitan karena ayahku, kan? Apa kau baik-baik saja?" ucap Mae Ri.
"Lupakan" seru Mu Gyul memandang Mae Ri lalu mengambil jacket nya dan bangkit berdiri.
Mae Ri mengikuti Mu Gyul, "Apakah ayahku pergi ke tempatmu lagi? Apa yang dia katakan? Aku benar-benar minta maaf. Kau terus mengalami kesulitan karena aku." seru Mae Ri perlahan.
"Berapa lama lagi kau akan begini terus?" bentak Mu Gyul. Mae Ri terdiam. Jung In keluar dari kamar. Mu Gyul yang menyadari kehadirannya langsung memndang sinis ke arahnya, lalu pergi meninggalkan mereka.
Mu Gyul pulang berjalan kaki, dengan wajah ditekuk 7, sambil mencium aroma muntah di jacketnya seraya memukul2 punggungnya yang kelelahan memapah Dae Han. Lalu lewatlah Jung in, ia menawari Mu Gyul naik, "Masuklah" ajaknya.
"Tidak terima kasih." ucap Mu Gyul.
"Tidak apa-apa, masuklah. Ada sesuatu yang ingin bicara denganmu." bujuk Jung In.
"Bicara tentang apa?" ucap Mu Gyul sambil terus berjalan.
"Aku merasa banyak yang harus kita bicarakan" seru Jung In sambil mensejajarkan kecepatan mobilnya dengan langkah Mu Gyul.
"Yah, tidak ada yang harus dibicarakan" seru Mu Gyul.
"Lebih baik kau menjaga kesehatanmu. karena itu dan peralatanmu adalah segalanya bagimu." seru Jung In kemudian melaju dengan mobilnya. (cie..cie..prikitew...care banget Ijung ama Imu, kekeke jadi inget FF buatan saa untuk eps 3 tentang romantisme JI dan MG)
"Apa-apaan itu? Siapa dia mengatakan padaku apa yang bisa dan tidak bisa kulakukan? Membuatku kesal saja...Ahhh...Punggungku!" gerutu Mu Gyul sambil menendang batu di depannya.
Keesokan paginya
"Memalukan sekali! Kau bahkan tidak sedikitpun minta maaf pada Moo-Kyul?" seru Mae Ri sambil memukul punggung ayahnya.
"Mae-Ri, jangan memukulku di sana, Aku pikir aku akan mati." seru dae han, lalu serasa ingin muntah. mae Ri ikutan mersa mual melihat ayahnya ingin muntah.
"Apa kau baik-baik saja, ayah?" tanya mae Ri.
"Mae-Ri, Aku sepertinya tidak bisa mengingat apapun tentang tadi malam, tapi..apa aku membuat kesalahan pada menantu Jung?" tanya Dae Han.
"Apakah dia masalahnya di sini?! Apakah kau tidak khawatir tentang masalah yang kau timbulkan pada Moo-Kyul?" tanya Mae Ri.
"Sudahlah lupakan pria pria itu. Dia hanya orang brengsek kasar yang tidak mau menerima minuman yang kutuangkan...Aku tidak bisa makan lagi, Aku rasa aku akan mati ..." seru Dae Han kemudian berbaring kembali.
"Kita harus membersihkan ini ke binatu. Apa ini? Apa kau mau pergi ke luar negeri, ayah?" seru Mae Ri sambil membereskan jas ayahnya.
"Pergi ke luar negeri apa?" tanya Dae Han heran.
"Tunggu...Kang Moo-Kyul. Ke Narita?" gumamnya sambil memabaca tulisan dalam tiket. Dae Han langsung menoleh ke arah Mae Ri.
"Ayah, apakah kau pergi menemuinya ..." tanya nya.
"Ah, tidak! Mae-Ri, kau seharusnya tidak melihat itu" seru dae Han.
"Ayah, apa kau gila? Apa kau waras?" hardik Mae Ri pada ayahnya.
Mae Ri mendatangi rumah Mu Gyul. Ia bersimpuh di bawah tempat tidur Mu Gyul. Sementara Mu Gyul berbaring membelakangi Mae Ri. (aissshhh...tuh perut Mu Gyul kelihatan...kekeke, jadi pengen kasih selimut biar ga dilihatin banyak orang)
"Aku minta maaf, Moo-Kyul. Aku bahkan tidak tahu apa yang harus kukatakan padamu." ucap Mae Ri.
Mu Gyul perlahan bangkit dari tidurnya, ia menghadap ke arah Mae Ri,
"Mari kita hentikan ini" serunya,
"Hentikan apa? Kita sudah membuat kesepakatan" seru Mae Ri kaget.
"Aku akan mengembalikan uangmu" seru Mu Gyul.
"Uang bukanlah masalah di sini. Kita seharusnya menjadi saudara yang setia" ucap Mae Ri perlahan.
"Akan ku pikirkan tentang hal itu, Aku keluar dulu." ucap Mu Gyul bangkit.
"Moo-Kyul..."ucap Mae Ri pelan seraya menoleh ake arah Mu Gyul, namun Mu Gyul sedang berganti baju. Mae Ri langsung menutup wajahnya.
"Itu benar, pergilah dengan teman-temanmu dan bersantailah. Aku akan tinggal di sini dan membersihkan rumah, dan menyiapkan makanan yang lezat." seru nya masih sambil menutup mata sesekali ngintipin Mu Gyul. Mu Gyul pergi meninggalkan Mae Ri.
"Lebih baik aku pergi membeli beberapa bahan makanan dulu." seru nya seraya bangkit, namun kaki nya merasa kesemutan. terdengar suara Hp yang tak lain adalah Hp Mu Gyul,
"Dia meninggalkan ponselnya di sini lagi" gumamnya.
Kam So Young datang ke rumah Mu Gyul,
"Moo-Kyul tidak di rumah?" seru Mae Ri.
"Dia tidak mengangkat teleponku" ucap So Young.
"Ah, dia meninggalkan ponsel di sini" seru Mae Ri.
"Ahhh ...itu sebabnya" seru So Young. "Dan kapan dia kembali?" tanya nya.
Aku tidak yakin. Kenapa kau tidak menunggu di sini?" tanya Mae Ri.
"Aku rasa begitu. Apa aku akan keluar?" tanya nya pada mae Ri.
"Ah ...aku hanya pergi membeli makanan." jawab Mae Ri.
"Oh, begitu? Bisakah kau membelikanku es krim cokelat?" ucap so Young.
"Ahhh...Aku akan membelikanmu beberapa es krim cokelat." seru Mae Ri.
"Ah, itu bagus, apa kau tahu bagaimana cara membuat Kimchi lobak potong dadu?" tanya nya kemudian.
"Ya, tapi kenapa kau bertanya tentang hal itu?" tanya Mae Ri.
Beberapa saat kemudian, Mae Ri sibuk mengaduk kimchi, sementara So Young menonton TV sambil makan es krim.
"Jadi, bagaimana pertama kali kau bertemu Moo-Kyul?" tanya So Young.
"Apa?" seru Mae Ri kaget dengan pertanyaan So Young, " Ah, dalam kecelakaan mobil" seru nya kemudian.
"Begitu romantis. Mereka mengatakan cinta itu seperti kecelakaan mobil" seru Kam So Young. (hwaaa,,, sama banget ucapannya dg skenario Mae Ri untuk ngibulin ayahnya)
"Ah, ya" ucap Mae Ri seraya mengaduk Kimchi. (kasian Mae Ri, mana ga pake sarung tanagn)
"Kau tahu, aku suka melihat drama. Aku sangat senang ada T.V di sini." seru So Young. (bwahahaha..kompakan nih mertua menantu)
"Begitukah?" seru Mae Ri.
"Apa kimchi lobak potong dadunya sudah selesai? coba aku cicipi." ucapnya sembari membuka mulutnya, meminta Mae Ri menyuapinya. Mae Ri pun menyuapinya. So Young mencoba menterjemahkan rasanya, Mae Ri menunggu harap2 cemas komentar mertuanya.
"Benar-benar lezat! Tapi, tambahkan lagi bubuk lada merahnya." serunya
"Tentu saja." seru Mae Ri. Mae Ri pun sibuk mengaduk kimchinya.
Mu Gyul berkumpul dengan teman bandnya di bar.
Kakak, kau harus menandatangani kontraknya." ucap Ri han
"Itu benar, bahkan jika itu hanya untukmu sendiri." ucap Re Oh.
"Aku berharap kak Moo-Kyul melakukan dengan baik, jadi kami bisa melakukannya dengan baik juga." ucap Ri Han.
Se Joon masuk ke dalam bar,
"Apa ini? Kau tidak mengangkat teleponku." ucapnya pada Mu Kyol. Lalu bergegas menghampiri mereka,
Ri Han memberikan kursinnya untuk Seo Joon supaya Seo Joon bisa duduk disebelah Mu Gyul.
"Noona, kau di sini?" ucap Ri Han.
"Kami sering melihatmu belakangan hari ini" ucap mereka.
"Aku tahu kalian akan minum" ucap seo Joon.
"Ini, satu tuangan untukmu." ucap Re Oh seraya menuangkan minuman untuk Seo Joon.
"Temuilah dan bicara padanya. Bicara padanya secara langsung." seru seo Joon pada Mu Gyul. Mu Gyul diam saja, teman2 Bandnya pun terdiam.
Di rumah Mu Gyul, Mae Ri membuang sampah bekas kimchi,
"Ahhh...tanganku terbakar. Ini bukannya aku hidup dengan mertuaku atau apa." gumamnya. Lalu ia melihat Mu Gyul dan Seo Joon dalam mobil. Mae Ri bersembunyi ia menggerutu sambil memandangi tangganya, "dan disini aku bekerja sendiri hingga mati ditempatnya. Dia benar-benar keterlaluan." gumamnya lalu meninggalkan Mu Gyul dan Seo Joon.
Mu Gyul masuk kedalam rumah, ia melihat Kam so Young sedang makan ramen,
"Kapan kau datang?" tanya nya, lalu memandang ke seliling, "Dimana Wi Mae-Ri?"
"Dia membuat beberapa kimchi lobak potong dadu dan pergi." jawab so Young.
"Apa kau menyuruhnya melakukan ini?" tanya nya seraya memandang 2 kotak kimchi.
"Ya, aku ingin memakannya" ucap So Young tanpa dosa.
"Maksudmu, Mae-Ri membuat semua ini sendirian?" tanya nya.
"Ibumu ini mungkin bernilai 0 tetapi kau telah berhasil mencetak nilai 100 dengan pacarmu" seru So Young.
"Ah, ibu! " seru Mu Gyul kesal. ia mencoba menelpon Mae Ri, "Ah, apa ini? dia tidak mengangkat teleponnya" gerutunya.
"Lihatlah dirimu, apa kau khawatir pacarmu akan marah?" seru So Young sambil memandangi Mu Gyul.
"Ah, benar! Bagaimana dengan uangnya? Apa kau mendapatkannya?" tanya nya kemudian.
"Berikan aku waktu, aku sedang mencarikannya" ucap Mu Gyul.

Di rumahnya, Mae Ri duduk di sofa sambil menonton TV. Ia terbayang kejadian Mu Gyul berbicara dengan Seo Joon di dalam mobil.
"Bagaimana dia bisa melakukan itu? Setelah aku bekerja keras membuat kimchi lobak potong dadu, dan dia pergi dengan wanita lain...(keke, kayaknya Mae Ri jelous nih, dia merasa sdh capek2 nurutin maunya mertua, eh si suami malahan enak2 ma cewek lain...hiihhi)

Di rumah Mu Gyul, So Young asyik nonton drama sambil rebahan di sofa. Mu Gyul duduk di studio mininya.
"Lihat mereka, mereka begitu cantik." ucap So Young memuji bintang drama. Mu Gyul menoleh ke arah ibunya dan menghela nafas.
Mu Gyul bangkit mengambil minum di kulkas, ia melihat kotak kimchi buatan Mae Ri. Lalu kembali duduk di dekat keyboard. Ia melihat ibunya yang sedang tertawa menyaksikan drama, Mu Gyul cuma bs menghela nafas. (kekekeke, di rumahnya Mae Ri jelous mikirin Mu Gyul, Mu Gyul pun sama sedang memikirkan Mae Ri)

Keesokan harinya Mu Gyul mendatangi kantor JI Entertaiment. Ia pun menemui Jung In ditemani dengan Seo Joon.
"Kami siap untuk memberikan uang muka KRW 20.000.000 sebagai biaya penandatanganan." seru Jung In.
"Wow...Seperti yang kuharapkan" seru Seo Joon, "Persyaratan kontrak ini benar-benar bagus, Moo-Kyul. Lihatlah." serunya sambil menyodorkan kertas kontrak pada Mu Gyul.
"Sudah cukup dengan staf rumit. Hanya ada satu syarat yang kuinginkan dalam kontrak ini. Aku ingin bandku yang memainkankan lagu-lagu yang kukarang untuk OST." uajr Mu Gyul.
"Bukankah bandmu sudah bubar?" tanya Jung In.
"Kami keluarga. Tapi pengusaha sepertimu sepertinya tidak mengerti apa kesetiaan itu, kan?" seru Mu Gyul menyudutkan Jung In. (oh...Mu gyul stop it, jangan sakiti Jung In. ia pun terluka, justru paling rapuh)
"Direktur, aku tidak bisa mengatakan untuk drama lain tapi karena drama ini berfokus pada kehidupan sebuah band indie, Kenapa kau tidak memprtimbangkan itu?" seru Seo Joon ikut mengintimidasi Jung In.
"Aku akan mendengarkan satu lagu dulu. Namun, jika mereka tidak memenuhi standarku, maka...Aku akan mengganti satu atau dua dari mereka." ancam Jung In.

"Apa kita semacam idola yang dapat kau bentuk?" seru Mu Gyul tersenyum sinis.
"Kau terus melindungi harga diri musikmu, tapi kau tidak memperhatikan tentang kualitas sama sekali. Apa sih yang sebenarnya kau inginkan?" tanya Jung In.
"Lupakan." seru Mu Gyul beranjak dari tempat duduk.
"Kang Moo-Kyul" panggil Jung In.
"Ada apa dengan kalian? Kenapa kalian seperti ini?" ucap Seo Joon heran melihat sikap permusuhan mereka.

Tiba2 Mae Ri datang,
"Direktur, aku sudah menyiapkan laporannya." ucapnya. Mu Gyul kaget melihat Mae Ri, begitu juga Mae Ri. Mu Gyul memandangi Mae Ri dari ujung kaki dan ujung rambut dengan pandangan marah. (kayaknya Mu Gyul shock dg dandanan Mae ri)
"Aku tidak tahu kau sedang ada tamu, maaf telah mengganggu." ucap Mae Ri lalu keluar begitu menyadari tatapan Mu Gyul. Mu Gyul menghela nafas melihat Mae Ri.
"Kang Moo-Kyul...Aku akan adil dalam memilih lagu untuk OST yang dimainkan bandmu, dan aku akan membuka studio kami sebagai ruang latihan band." ucap Jung In. Mu Gyul hanya memandangi Jung In.
"Moo-Kyul, kau ingin bandmu juga bermain kan, jadi pikirkanlah sekali lagi?" ucap Seo Joon.

PD Jang memasuki ruangan Jung In,
"Direktur, silakan datang dan konfirmasi nona Seo-Joon mengenai bahan PR untuk drama ini." ucapnya pada Jung In.
"Aku mengerti, aku segera ke sana." ucap Jung In.
"Kita harus pergi melihatnya bersama-sama." ucap Jung In pada mu Gyul.
"Tentu saja." ucap Seo Joon.
"Aku akan segera kembali, tunggulah. " ucap Seo Joon pada Mu Gyul. Jung In dan Seo Joon meninggalkan ruangan. Mu Gyul tampak stress, ia menggaruk2 kepalanya dengan emosi. Lalu ada sms masuk untuknya yang isinya Mae Ri mengajaknya bicara.
Mae Ri menunggu di lobi, Mu Gyul menghamirinya.
"Yah, bagaimana kau bisa melakukan ini tanpa konsultasi dulu?" protes Mae Ri.
"Yah, kau tidak mengangkat teleponmu. Ah, dan juga...maafkan tentang ibuku." ucap Mu Gyul dengan mimik wajah tersenyum. (wah, setelah tadi bete di ruangan ternyata kalo ketemu Mae ri dia ceria lagi)

"Selama kau mengerti, tidak apa-apa. Selain itu, ayahku sudah membuatmu marah juga, jadi aku rasa kita sama. Tapi ... kau tidak boleh menerima kontrak ini." seru Mae Ri.
"Ini tidak ada hubungannya denganmu" ucap Mu Gyul kembali bete.
"Ini urusanku, jadi aku yang memutuskan. Aku akan gila disini! Jika kau menandatangani kontraknya, perusahaan ini akan menjadi sebuah ladang ranjau bagiku." seru Mae Ri.
"Aku tidak peduli tentang hal itu." ucap Mu Gyul.
"Apa? Kau seperti ini sengaja hanya untuk membuat hidupku sengsara, kan?" tanya Mae Ri kesal.
"Yah, apa kau selalu berpakaian seperti ini di kantor? Itu tidak cocok untukmu" ucap Mu Gyul sinis.
"Apa yang kau bicarakan? Semua orang mengatakan aku cantik." seru Mae Ri bete.
"Aku pikir kau berbeda, tapi kurasa kau sama saja seperti yang lain. Yang hanya peduli merek terkenal." ucap Mu Gyul sinis. (hai hai..Mu gyul sdh berharap lebih dari Mae Ri)
"Yah, aku bukan penggali emas. Apakah aku sudah gila untuk melakukan penikahan palsu denganmu, jika aku orang seperti itu? Aku bisa saja pergi dan menikah dengan anak dari keluarga kaya dalam sekejap." rutuk Mae Ri kesal.
"Apa?" ucap Mu Gyul menanggapi ucapan mae Ri.

Jung In muncul dari balik pintu dan memanggil kang Mu Gyul. Mae Ri menoleh kearah Jung In. jung In menghampiri mereka, Mae Ri pun langsung menggandeng tangan Mu Gyul. Mu Gyul sesaat memperhatikan tangannya.
"Kang Moo-Kyul...Jadi kau di sini." seru Jung In.
"Direktur...Ada sesuatu yang harus kudiskusikan dengan suamiku. Aku takut dia..." ucap Mae Ri terputus.
"Aku tidak akan melakukannya" seru Mu gyul memotong pembicaraan Mae Ri.
"Akan sulit bagimu untuk menemukan hal semacam ini di perusahaan lain.
"Aku tidak suka mereka dan juga tak ingin memaksakan diri untuk menerima mereka. Selain itu, aku tidak berminat bekerja pada sebuah drama yang tidak memiliki kejujuran" ucap Mu Gyul lalu pergi meninggalkan Jung In.
"Sayang..." ucap Mae Ri sambil mengikuti Mu Gyul. Sedangkan Jung In cuma diam terpaku.
"Kang Moo-Kyul...Terima kasih" ucap Mae Ri sambil meraih tangan Mu Gyul.
"Untuk apa? Aku melakukannya bukan karena kau" ucap Mu Gyul.
"Meskipun begitu....Aku merasa sedikit lega." ucap Mae Ri sambil tersenyum. Mu Gyul memandangnya.

"Absolute Perfection... Apa kau akan pergi?"...panggil Seo Joon sambil menghampiri Mu Gyul. Mu Gyul dan Mae Ri kaget.
"Aku sudah selesai dengan Direktur" ucap Mu Gyul pada Seo Joon.
"Elevatornya sebelah sini" ucap Mae Ri berpura2 menjadi petunjuk jalan.
"Kau sudah bekerja keras. Kau boleh pergi, Aku akan pergi dengan dia" ucap Seo Joon.
"Ah, tentu saja. Selamat tinggal" ucap Mae Ri sambil sepintas memandang Mu Gyul. Mu gyul pun memandangnya mereka.
"Ayo kita sambil bicara di jalan" ucap Seo Joon sambil menggandeng tangan Mu Gyul.
"Itu benar,sudah tidak ada lagi yang harus dibicarakan" ucap Mu Gyul sambil melepaskan tangan Seo Joon dan bergegas pergi. (sepertinya Mu Gyul pun ga mau Mae Ri salah paham).
"Hei, Kang Moo-Kyul!" panggil Seo Joon sambil terus mengikuti Mu Gyul, "Aku yakin itu akan menjadi sukses besar. Kau tidak akan menandatangani kontraknya? Kenapa kau seperti ini?"
ucap Seo Joon sambil mengikuti Mu Gyul.
Mae Ri memandang kepergian mereka dan berpapasan dengan Directur Bang dan PD Jang. Directur Bang kaget melihat Mu Gyul, sehingga PD Jang menjelaskan, "Oh, dia seorang produser musik yang datang untuk menandatangani kontrak. Apa kau kenal dia?" tanya PD Jang.
"Tidak, aku tidak tahu. tapi...produser musik katamu?" tanya Directur Bang.
"Kang Moo-Kyul! " panggil Seo Joon. (ternyata Seo Joon ga berhasil mengejar yaa, cpet banget jalnnya Mu Gyul)
"Kenapa kau tidak ingin melakukan ini? Apa kau punya alasan?" tanya Seo Joon sambil meraih tangan Mu Gyul. Mu Gyul hanya diam saja, lalu bergegas pergi.
Directur bang menemui Jung In di ruangannya,
"Karena kenyataannya kami tidak mendapatkan slot tayangan, dan tidak mampu bekerja pada proyek lain bulan ini kami menghadapi kerugian lebih dari KRW 100.000.000 karena kehilangan pertunjukkan dan CF. Jadi, Aku merasa kau harus mengkompensasi kami atas kerugian kami." ucap Directur Bang.
"Permintaanmu terlalu besar. Kami sudah membayarnya selayaknya aktor papan atas. Selain itu, ini bukan keputusan yang bisa kau putuskan sendiri, jadi mari kita diskusikan dengan kalian berdua." ucap Jung In.
"Tolong kau jaga kami. Oh, Ngomong-ngomong, Direktur, apa kau ingat produser musik yang datang untuk menemuimu sebelumnya?" ucap Directur bang sambil tersenyum ala penjilat.
"Maksudmu Kang Moo-Kyul?" seru Jung In sambi menyeruput kopinya.
"Hati-hati dengannya. Dia mungkin kelihatan polos dan hanya peduli tentang membuat musik, tapi itu semua hanya dibuat-buat. Dia mungkin bertindak seperti itu tetapi kenyataannya adalah dia benar-benar terobsesi dengan uang." ucap Directur Bang mencoba menghasut Jung In.
"Apa maksudmu dengan itu?" ucap Jung In.
"Kang Moo Kyul...memiliki kontrak denganku. Jadi, jika kau ingin mengontraknya, kau akan menandatangani kontrak lain denganku." ucap Directur Bang.
Directur Bang mendatangi kediaman Mu Gyul.
"Apa yang kau bicarakan, aku telah mengembalikan uang mukamu.
"Uang muka apa? Aku tidak ingat itu. Apa kau punya bukti untuk itu?" ucap Drectur Bang.
"Apa kau tidak puas menjadikan aku budak di bawah kontrakmu, sekarang aku ingin memerasku juga?" ujar Mu Gyul.
"Kenapa kau tidak mengajukan gugatan untuk pemutusan kontrak eksklusif itu? Apa kau ingin mempermainkan aku? Kau mungkin tidak dapat melakukan apa-apa selama tiga tahun mendatang, kecuali jika aku menyerah." ujar Directur Bang sambil tersenyum sinis.
Mae Ri dan Jung In bergegas ke rumah Mu Gyul. Di dalam mobil mereka bercakap-cakap,
"Kenapa kau terburu-buru? Kenapa kau ingin menandatangani kontrak Moo-Kyul? Apa kau akan memberitahu staf jika mereka tahu tentang hubungan kita?" tanya Mae Ri pada Jung In.
"Jangan khawatir, dia akan bekerja di studio, sehingga kalian tidak akan bertemu satu sama lain. Selain itu, ini akan menjadi kesempatan yang baik untuknya, kau harus membantuku membujuknya. Ah, dilihat dari apa yang terjadi sebelumnya, Sepertinya dia tidak tahu kau ada di perusahaan. Apa kalian tidak membicarakan tentang pekerjaan satu sama lain?" tanya Jung In sambil menyetir mobil.
"Maaf? Kami melakukannya...itulah sebabnya dia berkata tidak akan menandatangani kontrak." ucap Mae Ri gagap.
"Ah, Aku mengerti. Hanya saja, kalian berdua terlihat canggung." ujar jung In.
"Apa sekarang kau mencurigaiku?" tanya mae Ri.
"Mencurigai?" tanya Jung In.
"Tentang pernikahan kami...maksudku, cinta kami! Itu hanya karena kami ada di depanmu, kami biasanya tidak begitu.
"Ah, tentu saja...dengan Kang Moo-Kyul." ucap Jung terlihat berfikir. Mae Ri tampak stress dengan pertanyaan2 Jung In.
Di rumahnya, Mu Gyul terduduk stress di atas ayunan, Mae Ri datang menghampirinya,
"Sayang! Sayang! Sayang!" panggil Mae Ri.
"Aku sedang tidak mood sekarang. Pergilah." ucap Mu Gyul lemas.
"Kau tidak boleh seperti ini sekarang, ini darurat." ujar Mae Ri memelas.
"Apa lagi?" tanya Mu Gyul kesal.
"Orang itu mulai curiga dengan kita. Dia berkata bahwa kita tampak canggung." ucap Mae Ri
"Apa?" tanya Mu Gyul kaget.
"Itulah sebabnya aku ingin kau berpura-pura untuk menyukaiku, hah?" rengek Mae Ri.

Jung In memasuki rumah Mu Gyul sambil memanggilnya, "Kang Moo-Kyul"
Mu Gyul bangkit dari ayunan,"Kau mengatakan bahwa kau akan melakukan yang terbaik, dan bahwa aku harus khawatir sekarang, kan?" tanya nya pada Jung In. Mae Ri memegang erat tangan Mu Mgyul. Seketika itu juga Mu Gyul mencium Mae Ri. Mae Ri kaget, namun ia pura2 menerima ciuman Mu Gyul.


Writen By Ari RF & Saa RF ( Duo Sukkie ^_*)

BACA JUGA SINOPSIS LAINNYA



0 comments:

Post a Comment


Friend Link List