Do you like this story?
Sekitar tiga ratus tujuh puluh tahun yang lalu, sekitar tahun 1640 Masehi. Selama dinasti Chosun berkuasa dan Ketika Raja In Jo memerintah. Chosun dikenal sebagai kerajaan tersendiri yang menjaga pintu perbatasan yang tertutup ke negara lain dan tidak dekat negara lain.
Namun, negara-negara tetangga suka berlayar ke negara lain untuk berdagang dengan barang yang mereka butuhkan bahkan mencuri dari satu sama lain. Chosun adalah satu-satunya negara tidak bergabung dalam lingkaran perdagangan itu.
Apa yang menjadi pokok permasalahannya? Nan Jauh di Eropa sana, banyak orang menjadi penasaran tentang Asia. William, seorang pemuda cantik di Inggris, rasa ingin tahunya yang kuat. Tapi apa yang dia coba lakukan dengan pispot? menebak seseorang? (pembuka drama ini penjelasannya pakai peta yang diatasnya ada aneka gambar manusia, kapal, ikan di lautan mirip kartun hehehe*emang diadaptasi dr manhwa ^_^)
“Gelap.....gelap malam, sebuah ritual yang dilakukan secara rahasia, tanpa diketahui orang lain, aku mata-mata orang. Siapa yang cukup asyik dan diam"seru peramal tua itu sambil mengusap-usap porselen putih itu lalu melanjutkan membaca mantranya lagi.
"Oh! Oh! perasaan pembebasan, Ini seperti cincin terang dari bel. Penderitaan…sangat tersembunyi di dalamnya .”lanjut si peramal (btw lagi nggak ada yang lagi makan kan?, ketika peramal membaca mantra ini di atas porselen itu muncul orang dalam bentuk animasi gitu lagi nahan BAB karena nggak tahan akhirnya di BAB di porselen itu wkwkkwkwkwk habis itu lega banget ntu animasi hahahaha).
Lalu peramal itu berkata kembali, “Akhirnya mencurahkan!”sambil menyerahkan porselen itu ke William (mirip penyerahkan mahkota ke kepala raja). Lalu William pun menerimanya dan memakainya dikepalanya sambil dipeganginya.
“Aku rasa aku bisa merasakan suatu kekuatan tertentu dari Timur Jauh. Jadi menyegarkan.”ujar William.
“Anda benar-benar bisa merasakan itu, Tuan?”tanya peramal.
Tapi tiba-tiba terdengar suara sepatu wanita yang berjalan mendekati kamar William. William pun segera memasukkan porselen itu dikolong mejanya. Lalu membuka jendela kamarnya dan menarik peramal tua itu mendekat ke depan jendela (maksudnya menyuruh peramal itu meloncat dari jendela). Peramal tua itu pun menengok ke bawah tapi langsung berubah jadi ciut.
“Apa yang kamu tunggu?”tanya William.
“Apa”pekik peramal. Suara sepatu itu pun berhenti sebentar lalu terdengar teriakan peramal itu (seperti di dorong William sampai jatuh ke bawah wkwkkw).
Suara sepatu pun semakin mendekat dengan terburu-buru William pun kembali duduk di mejanya. Pintu pun terbuka seorang wanita masuk yang tak lain adalah ibunya William.
Ternyata William duduk dikursi meja sambil pura-pura membaca sebuah buku hahaha.
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu , cari dan kamu akan menemukan. Ketoklah, maka pintu akan dibukakan untukmu.”seru William membaca sebuah buku (ini mah secara tidak sengaja nyindir ibunya yang main masuk kamarnya hahaha).
William pun menghentikan bacaannya dan menoleh ke arah ibunya,”Ibu! Senang sekali melihatmu.”serunya,. Ibunya pun hanya mengangguk lalu mulai mendekati sebuah lemari. William pun memperhatikan ibunya yang membuka lemarinya seperti mencari sesuatu.
“Apakah….Apakah ada yang salah?”tanya William. Ibunya hanya melirik ke arah William penuh selidik.
“Kamu bersantai sepanjang hari dan mengelilingi dirimu dengan hal-hal aneh, tidak bisakah kamu menjadi seperti sepupumu Antonio?seru ibunya William sambil memperhatikan ruangan William yang penuh benda-benda aneh, ada patung kepala Buddha juga lho hehehe.
“Dia menjadi kaya dengan berdagang bubuk lada”lanjutnya.
“Fantastic!”seru William sambil menutup bukunya dan berdiri dengan antusias.
“Jadi dia bisa membantuku mendapatkan lebih banyak “Tembikar Oriental =Tembikar China,mungkin di Indonesia namanya gerabah.
“Apa!”teriak ibu William lalu mengambil sebuah geta (sandal Jepang) dan melemparkannya ke arah William tapi dengan sigap William menangkapnya.
“Aduh….rasanya sakit”seru William.
“By the way, temanmu ada disini…pelaut Jepang”ujar ibunya lalu melangkah keluar.
Tiba-tiba seorang masuk, siapa dia????? Yup dia Lee An yang di Mary Stayed Out All Night!!! Hahaha
“Yan!”seru William. Lalu William mengambil porselen itu dan berjalan menuju ke dekat Yan.
“Yan, aku akhirnya tahu untuk apa ini adalah tembikar energi spiritual, kan?”ujar William sambil memperlihatkan porselen itu. Yan pun hanya menoleh tersenyum lalu mengambil sebuah gulungan jenis-jenis tembikar.
Yan pun membentang gulungan itu,”semua ini adalah dari Nagasaki”serunya.
William pun memperhatikan dengan seksama,”Nagasaki”ujarnya.
Yan pun memperhatikan sebuah peta letak Nagasaki, lalu ia berkata,”Segera rute Laut akan menghubungkan Jepang dan Belanda. Jalan keramik seperti jalan sutra air. Membawa seni Timur ke Eropa, era laut telah tiba temanku”serunya.
“Ah…ada harta karun yang besar di luar sana, hanya menunggu untuk ditemukan”ujar William yang ikut Yan memandang keluar jendela. Yan pun menoleh tersenyum ke arah William.
Lalu tiba-tiba William sudah berada di lautan luas, ia pun meregangkan tangannya merasakan hembusan angin di atas kapal.
Di dekat Chosun Jeju 1640 ( Injo tahun 18).
Sementara itu di sebuah kapal lain ada beberapa penumpang yang muntah karena mabuk laut hehe.
Di kapal itu juga ada seorang narapidana yang dikawal dua orang opsir pengawal.
“Minum air!”seru salah opsir pengawal menawarkan minuman ke narapidana itu. Namun narapidana itu menolak.
“Oi, berikan kepadaku”seru opsir yang lain. Lalu diberikannya air itu kepadanya.
“Sepertinya orang sepertimu tidak akan mabuk laut”seru opsir yang menawarkan minuman tadi.
“Kau tahu mereka mengatakan bangsawan tidak mengemis makanan walaupun kelaparan selama tiga hari”ujar opsir yang lain.
Lalu tiba-tiba kedua penumpang lain yang mabuk lautan itu meminta air ke opsir yang dikasih air sama temannya tadi.
“Bisakah memberikan kami air!”seru salah satu penumpang.
“Silahkan!silahkan!ujar opsir pengawal itu, penumpang itu pun mengambil air itu dan membawanya pergi yang diikuti penumpang lain yang juga membutuhkan air.
Tiba-tiba narapidana itu tidak tahan lagi lalu muntah, kedua opsir pengawal yang disampingnya pun segera menjauhinya (mungkin ngak tahan bau muntahan).
Narapidana pun berdiri sambil memegangi perutnya tiba-tiba ia mual kembali ingin muntah, kedua opsir pun bergidik menjauh lalu narapidana itu pun muntah ke laut, ia pun menyuruh kedua opsir itu menjauh dengan tangannya hahaha.
Di Pulau Jeju(Jeju-do)
Ikan lumba-lumba beterbangan, dan di dalam lautan beraneka macam ikan seorang wanita penyelam melambaikan tangan ke arah ikan-ikan itu. Wanita penyelam itu pun mencari sesuatu di balik bebatuan dibongkar-bongkarnya bebatuan itu (yang mereka cari itu abalone=tiram). Ia pun kesal karena tidak menemukan apa-apa, lalu ia kembali ke permukaan. Di permukaan pun banyak penyelam wanita yang lain sambil memegangi tempat hasil tiram.
“Hei, Jang Beo Jin, apa yang kamu lakukan sekarang?mendorong kepalamu kembali ke dalam air! Apakah kau datang untuk menyelam atau mencuci muka?”seru salah satu temannya.
Dengan enggan Beo Jin pun menyelam ke dalam air lagi. Lalu seorang penyelam wanita tua berseru,”Ayo kita kembali bekerja!”serunya. “Woooooooh…….”seru penyelam lain sambil mengacungkan pisaunya lalu mulai menyelam satu persatu. Mereka pun mulai mencari-cari tiram di bebatuan (backsound ostnya keren ditambah keindahan bawah lautnya kerennnnnn jadi pengen ke Pulau Jeju*ngarep).
Mereka pun mulai menemukan tiram, teman yang menyela Beo Jin tadi pun juga menemukan tiram, sedangkan Beo Jin masih mencari-cari. Akhirnya Beo Jin pun menemukan tiram di batu yang ada rerumputannya dicungkilnya tiram itu lalu diambilnya dan naik ke permukaan.
Ternyata para penyelam ini berkompetisi untuk mendapatkan tiram yang paling banyak untuk upcara ritual, mereka pun saling beradu memperlihatkan hasil masing-masing yang ditengahi seorang pemimpin penyelam.
“Seperti yang kalian sudah tahu, kerang yang digunakan untuk ritual tradisional dari penyelam peringkat rendah. Penyelam peringkat rendah yang menangkap tiram terbaik akan diberikan poin lebih dalam tes kemajuan. Ingatlah itu dalam pikiran penyelam peringkat rendah!”seru pemimpin penyelam.
Lalu empat orang penyelam dengan peringkat rendah membawa keranjang masing-masing yang berisi tiram tangkapan mereka. Lalu pemimpin penyelam itu melihat ke keranjang masing-masing orang.
“Lihatlah ini….Hari ini Kkeut Boon(orang yang mencela Beo Jin gara-gara cepat naik ke permukaan tadi) mendapat tiram terbesar. Semua orang harus bertepuk tangan”seru pemimpin penyelam.
Semua orang pun bertepuk tangan dan dua orang maju (sepertinya ibunya) mendekati Kkeut Bon yang bangga memperlihatkan hasil tangkapannya.
“Ini bahkan bahwa tidak hari ini kualitas yang hebat”seru Beo Jin. “Ini putriku”seru ibunya .
Pemimpin penyelam pun pergi mengecek ke penyelam lain, ia mengecek ke keranjang Beo Jin.
Penyelam itu mengambil salah satu tiram yang kecil sambil berkata,”apakah semua ini yang kamu punya?”tanyanya.
“Apa ini?”seru seseorang yang ikut melihat tiram itu yang diikuti penyelam lain.
“Apakah ini suatu abalone atau hanya sebuah kerang kecil? Aku tidak mengatakan sama sekali.”lanjutnya. Beo Jin pun mengambil tiram tadi dari tangan wanita itu dan memasukkan ke keranjangnya.
“Anak siapakah dia?”tanya wanita tadi.
“Apakah aku menangkap seekor gurita?mengapa begitu lengket?”seru pemimpin penyelam (yang tak lain adalah ibunya Beo Jin).
Dengan tegas pemimpin penyelam berkata,”aku bilang kita perlu abalone segar untuk upcara sehingga kamu harus mencoba yang terbaik.”pada Beo Jin. Beo Jin pun hanya mengangguk.
“Apa ini, kita punya Kkeut Boon untuk itu, jangan khawatir”seru ibunya Kkeut Boon. Kkeut Boon pun bangga dibilang begitu.
“Yeah . Benar!yang di angguki penyelam lain. Sedangkan Beo Jin matanya sudah berkaca-kaca mau menangis.
Lalu pemimpin penyelam mengambil keranjang tiram Kkeut Boon lalu menyerahkan ke Beo Jin.
“Ambil ini dan bawa ke upacara dan jangan lupa untuk membawa kembali Jinsangpae (Jingsangpae=medalion pengurangan pajak )”seru pemimpin penyelam.
Beo Jin pun kaget dia tengok kanna kiri,”Aku?”tanyanya.
“Mintalah orang lain untuk pergi”ujar Beo Jin.
“Cepat!”teriak pemimpin penyelam.
“Ya!ujar Beo Jin yang bergegas lari ke upacara.
Semua orang pun tertawa. Lalu pemimpin penyelam berseru,”Mari kita bergegas dan pergi ke lading bawang putih.” Semua orang pun mengeluh tapi tetap pergi.
Sementara itu kapal yang ditumpangi oleh narapidana dan dua opsir pengawal sudah berlabuh dipelabuhan.
“Apa yang kamu lihat sampai begitu tajam sampai bola mata akan keluar? Kamu akan sering melihat ini. Kamu akan bosan dengan ini. Kami ingin kamu ikut turun!”seru salah satu opsir pada narapidana.
Lalu narapidana itu pun berpaling dan akan turun namun tiba-tiba ia berjalan sempoyongan mau muntah kembali hehehe. “Ambilkan air!”seru narapida.
Namun dua opsir tidak bergegas pergi, narapida pun menoleh seolah-olah mau muntah ke arah mereka, mereka dengan cepat pun menghindar.
“Aku bilang untuk mengambilkan air”ujar narapidana.
“Apa yang orang ini katakan?”tanya salah satu opsir.
“Kamu berbicara tidak hormat.”ujar narapidana. Namun kedua opsir malah memeloti narapidana yang diasingkan oleh Raja.
“Tidak apa-apa…aku seorang yang diasingkan Raja. Kekasaran akan menyebabkan masalah bagi Raja. Kemana aku harus pergi? Membimbingku ke tempat tujuan sekarang”seru narapidana itu. Lalu ia bergegas pergi duluan.
Sementara itu Beo Jin berlari-lari ke tempat upacara walaupun kelelahan.
Di tempat upacara seorang wanita memanggil pemimpin upcara,”Tuan Jang Gi”serunya.
“Ya”jawab Tuan Jang Gi.
“Kamu harus menyiapkan banyak makanan untuk semua orang”lanjutnya.
“Ya, saya mengerti tuan.”jawab wanita itu.
“Ahjuma”teriak Beo Jin.
“Ya, itu datang. Itu datang ”seru wanita tadi sambil bergegas menuju Beo Jin.
“Sungguh, ke mana kau pergi, kau harusnya datang dari tadi? Kamu tidak bias datang dengan cepat dan kau terlambat.”seru wanita itu. Beo Jin pun hanya tersenyum.
Upacara ritual pun dimulai. Tiram terbaik yang dibawa Beo Jin pun disajikan dalam upacara ritual. Tetua Jang Gi pun memulai upacaranya. Beo Jin melihat upcara ritual itu pun di barisan depan.
“Ahhhh!Bau minyak ini menyenangkan.”seru Beo Jin mencium aroma ritual.
Lalu seorang staf Tuan Jang Gi memberikan sebuah medali Jinsangpae ke Beo Jin.
“Oh Yeah, aku hampir lupa. Kau tahu berapa banyak tiram untuk mendapatkan Jinsangpae ini.”seru Beo Jin sambil menerima Jinsangpae.
Ternyata narapidana dan kedua opsir pengawalnya berjalan melewati tempat acara ritual walaupun dari kejauhan.
“Apa itu di sana?”tanya narapidana.
“Ah, aku pikir kapal ikan berangkat hari ini. Sepertinya ritual hampir berakhir. Kita harus pergi ke sana dan makan.”jawab salah satu opsir.
“Mari kita pergi!”seru opsir yang memberi air dikapal tadi (karena belum tahu namanya dinamain opsir gendut dan kurus aja ya, yang gendut yang ngasih air yang kurus yang satunya lagi).
“Apakah kita akan pergi? Kalau kita sedikit terlambat tidak akan ada yang tahu?”seru opsir kurus.
Narapidana pun berteriak mengingatkan.
“Bagaimana ini bertanggung jawab! Kalian berdua harus lebih mengkhususkan pekerja kalian.”serunya lalu ia melangkah pergi . Kedua opsir walaupun kesal akhirnya mengikutinya juga.
Sementara itu ditempat upacara ritual sudah selesai.
“Pergilah! dan Makan!”seru tetua Jang Gi. Semua rakyat yang datang ke acara ritual pun segera menyerbu makanan yang disediakan untuk upacara ritual. Ada buah-buahan , lauk-pauk, tiram, dll.
Beo Jin pun berebut makanan juga di tangan kanannya penuh makanan dan ditangan kirinya ada Jinsangpae. Ternyata narapidana juga ada datang ke acara ritual itu, ia ingin mengambil makanan juga tapi melihat mejanya penuh sesak begitu ia pun mengurungkan niatnya. Dan hanya melihatnya saja. Tak puas dengan yang ada di tangan kanan, ia pun mengambil beberapa makanan lagi pakai tangan kirinya.
Lalu Beo Jin berlari pergi, karena berlari tanpa melihat sekelilingnya Beo Jin pun menabrak narapidana. Sampai-sampai barang bawaan narapidana jatuh dan juga makanan yang ditangan Beo Jin jatuh.
Narapidana pun menoleh ke arah Beo Jin, tapi Beo Jin hanya tersenyum sambil tetap mengunyah makanannya. “Maafkan aku”ujar Beo Jin akhirnya.
Narapidana itu pun hanya berdehem sambil merapikan bajunya dan Beo Jin meneruskan makannyayang masih tersisa di tangannya (lho kok Jinsangpae di tangan Beo Jin sudah nggak ada ya?).
Lalu Beo Jin mencoba membantu mengambil tas bawaan narapidana tapi dengan cepat dihalau narapida, narapida itu mengambil tas bawaannya sendiri. Beo Jin hanya dia dengan kecut dan narapidana melihatnya dengan jijik, narapida mungkin nggak mau tasnya kotor kalau di pegang Beo Jin soalnya tangan Beo Jin penuh makanan.
Tiba-tiba banyak anak berlari ke arah Beo Jin yang membuat Beo Jin sempoyongan hampir jatuh, tangan Beo Jin mau menyentuh baju narapidana tapi dengan cepat tangannya ditepuk narapida dengan kipas hingga Beo Jin jatuh menubruk meja ritual yang penuh makanan. Beo Jin pun merasa kesakitan dan narapida hanya melihatnya dengan cuek.
Di lain tempat, kumpulan wanita penyelam yang berada di kebun lading bawang putih sibuk membersihkan ladang. Lalu tiba-tiba ibunya Kkeut Boon datang melapor.
“Aigoo…..bagaimana ini bisa baik. Aku mendengar dia membalik meja ritual.”serunya pada salah satu ibu-ibu di ladang itu.
“Apa?Siapa?”tanya wanita di ladang itu.
“Itu putri Choi Beo Jin”jawab ibu Kkeut Boon sambil melirik ke arah ibunya Beo Jin.
Kedua wanita yang di dekat Kkeut Boon pun melongo ke arah ibunya Beo Jin.
“Siapa?”tanya wanita lain yang ada di dekat ibu Kkeut Boon.
“Ini Beo Jin. Apa gunanya berbicara? Itu hanya akan menyakiti mulutku.”jawab ibu Kkeut Boon.
Ibu Beo Jin yang daritadi mendengarkannya pun menjadi gerah, dengan penuh amarah ia pun pergi.
Sementara itu Beo Jin berjalan dengan gontai, tiba-tiba terdengar teriakan ibunya di depan jalan,”Jang Beo Jin!”
Beo Jin pun ketakutan melihat ibunya mendekat ke arahnya.
“Ibu! Aku tidak melakukannya dengan sengaja!”seru Beo Jin lalu bergegas kabur.
Ibunya pun mengejar Beo Jin. “Jika kamu memiliki kekuatan untuk membalik meja ritual, cobalah menjadi penyelam yang baik. Kemudia kamu akan menangkap sesuatu.”seru ibunya.
Ny. Choi (ibu Beo Jin) pun kelelahan ia berhenti sebentar dan berteriak, “Jang Beo Jin!.
Sementara itu William ditangkap salah satu suku bar-bar. William dalam posisi terikat dikelilingi banyak orang , orang-orang itu pun seperti mau memakan William. Salah satu dari mereka memecut William dan William pun berteriak-teriak.
“Stop”seru seseorang yang tiba-tiba datang ke arah mereka. Orang itu laki-laki yang berewokan dengan tampang jutek
“Tolong, bantu aku!”pinta William.
“Ada jalan keluar. Semua teman-temanku telah dikuliti kepalanya. Tapi aku selamat!”ujar laki-laki itu.
Lalu ia menoleh ke sampingnya yang sudah berdiri banyak anak-anak kecil.
“Ini adalah putri cantik. Mengorbankan tubuhmu adalah satu-satunya cara untuk tetap hidup.”seru laki-laki itu lalu tertawa.
Orang yang mengelili William pun ikut tertawa. William pun ketakutan dan berteriak keras sekali.
Dan ternyata semua itu hanya mimpinya William wkwkwkw. William masih di atas kapal bersama Yan dan teman-temannya.
“Melihat Pulau di sana?”seru salah satu teman William sambil menunjuk ke arah pulau tersebut.
“Itu Eight Island. Aku hampir tidak selamat ditempat itu sendiri. Yang pasti 28 tahun yang lalu.”cerita orang itu.
Lalu semua teman yang ada di kapal itu tertawa dan melempari laki-laki yang bercerita itu.
“Mari kita minum! Kita hampir ke Nagasaki”seru teman yang bercerita itu. Semua yang di atas kapal itu pun toss bersama .
Sementara itu Yan yang tidak ikut bergabung dengan yang lainnya mengambil sesuatu seperti dua buah batangan emas dari kantong, ia memperhatikannya lalu tersenyum dan dimasukkannya kembali ke kantong. Lalu ia mengambil sebuah gulungan dan teringat sesuatu.
Flashback, ternyata sebelum Yan ikut William berangkat ia menemui William. “William telah pergi ke Nagasaki. Tapi aku bisa menemukannya dalam waktu singkat.”ujar Yan pada ibunya William. “Ini ketiga uangnya”seru ibunya William sambil menyerahkan kantong. Berarti batangan emas dan gulungan peta tadi pembayaran dari ibunya William untuk Yan supaya membawa kembali William pulang. “Dan di mana kontraknya?”tanya ibunya William. “Kamu akan mendapatkan sisanya ketika kamu membawa William kembali dengan aman sebelum pernikahan.”jawab ibu William. Flashback selesai.
Kembali ke Yan, tiba-tiba William memanggilnya.
“Yan!”seru William. Mendengar suara William dengan cepat Yan menyembunyikan kantong emas dan gulungan peta . Lalu ia mengambil teropong dan mulai meneropong. William pun sampai di tempat Yan berdiri.
“Dapatkah kamu melihat sesuatu dalam gelap? Apakah kamu pernah mendengar tentang Eight Island? Bukankah itu menakutkan”tanya William.
“Kau tidak jauh dari Nagasaki sekarang.”ujar Yan lalu menoleh ke arah William.
“Kamu tidak ingin tinggal di sana terlalu lama. Kau tahu, aku tidak bisa menjamin keselamatanmu.”lanjut Yan.
“Apa omong kosong. Setidaknya aku ingin melihat sesuatu sebelum kita kembali.”ujar William dalam bahasa Belanda.
“Kapan kau belajar bahasa Belanda dengan sangat baik?”tanya Yan.
“Berapa hari setelah aku berada di kapal ini? Itu bukan apa-apa”jawab William.
“Seperti yang aku pikir, kamu luar biasa”ujar Yan sambil menepuk pundak William dan melangkah pergi.
Lalu di dalam kapal itu datang seorang laki-laki yang berpakaian seperti wanita dan memakai wig rambut panjang, semua orang pun menggodanya mencabut wignya dan menyiram kepalanya dengan air hahaha. Semua orang sudah mabuk dan tertidur pulas.
Lalu William mengambil porselen yang disembunyikannya.
“Aku sangat merindukanmu. Hartaku……”ujar William sambil mengelu-elus porselennya.
Di lain tempat Beo Jin sedang merenung sendirian.
“Jika aku pulang, ibuku akan membunuhku. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku bias berhenti melakukan ini untuk hidup? “gumannya.
“Apakah ada orang yang bisa menyelamatkanku dari pulau ini? Aku akan senang jika hanya ada satu orang yang akan datang “pikirkanya tiba-tiba.
Setelah Bo Jin berkata seperti itu tiba-tiba ada petir dan di lautan hujan deras yang mengakibatkan badai.
Di atas kapal semua orang panik, lonceng kapal tanda bahaya di bunyikan. “Cepat dan bergerak!”seru salah satu awak kapal. Namun kapal tetap terombang-ambing .
Yan yang berada di dalam kapal segera melihat lewat jendela menyadari terjadi badai ia pun segera naik ke mencari William. “William!”teriak Yan. Mendengar suara Yan William pun keluar dari persembunyiannya, begitu ia menyundulkan kepalanya ia terguyur hujan . Dilihatnya Yan, Yan pun melihatnya namun tiba-tiba gelombang laut terlalu besar membuat tempat yang dipakai buat William sembunyi jatuh menggelinding ke laut bersama William yang masih di dalamnya.
Keesokan harinya, ternyata Beo Jin belum juga pulang ke rumah, ia menunggu di depan rumah tetua Jang Gi.
“Kamu berada di sini, Beo Jin?”tanya staf tetua Jang Gi yang memberikan Jinsangpae ke Beo Jin kemarin.
“Hyang Dol oppa!”ujar Beo Jin (oooo namanya Hyang Dol)
“Apakah kamu menemukan Jinsangpae setelah membersihkan tempat ritual kemarin?”ujar Beo Jin.
“Membalik meja ritual tidak cukup, kamu kehilangan Jinsangpae itu?”ujar Hyang Dol.
“Pernahkah kamu melihat atau tidak melihatnya?”desak Beo Jin.
“Aku tidak melihat itu. Seseorang mungkin sudah mengambilnya.”Hyang Dol.
Beo Jin pun mendesah lalu dengan gontai meninggalkan tempat itu. Lalu tiba-tiba ia teringat sesuatu ketika menabrak narapida dan mencoba membantu mengambilkan tas bawaannya. Lalu ia berbalik dan berseru, Oppa!”serunya.
“Apakah kamu ingat kemarin? …orang muda…dengan mata sipit, tinggi dan terlihat seperti ikan pedang pendek berlendir”tanya Beo Jin sambil menjelaskan cirri-cirinya. (ckckckkckck cakep-cakep dibilang ikan pedang pendek wkwkkwkw).
Hyang Dol mencoba mengingat-ngingat,”Ahh, orang yang diasingkan!”serunya.
“Orang yang diasingkan?”tanya Beo Jin.
Lalu Beo Jin pergi ke tempat kepolisian.
“Permisi, apakah bukan orang yang diasingkan datang ke sini kemarin?Uh?tanya Beo Jin pada dua orang opsir yang bersama narapida yang diasingkan kemarin. Dua orang opsir itu hanya menoleh ke dalam, tiba-tiba Beo Jin mau menerobos masuk tapi segera dihalau salah satu opsir, hingga terdorong ke belakang. Beo Jin pun memikirkan sesuatu. Sementara itu narapidana yang diasingkan itu sedang duduk asyik membaca buku. Ternyata BEo Jin masuk ke dalam secara diam-diam lewat pintu samping yang dijaga dua opsir tadi. Beo Jin pun berlari kea rah narapidan, narapidana pun mengehntikan bacaannya.
“Apakah kamu ingat saya kemarin?”tanya Beo Jin. Namun narapidana itu hanay dia dan mencoba mengingat-ingat.
“Kemarin di ritual, kamu menjatuhkan tasmu, ketika aku mengambil itu aku kehilangan Jinsangpaeku”jelas Beo Jin. Namun narapidana itu belum ingat apapun.
“Ah,ssi….berikan Jinsangpaeku”seru Beo Jin sambil menyodorkan tangannya.
“Apa yang kamu bicarakan?”tanya narapidana itu.
“Ah….itu di dalam tasmu”jawab Beo Jin.
“Kau tampak seperti orang biasa. Bagaimana kamu berbicara kepadaku seperti itu? Bahkan jika kamu tidak berpendidikan ada perbedaan antara kelas pria dan wanita”jelas narapidana itu.
“Aku tidak tahu tentang hal-hal seperti itu. Jadi, berikan Jinsangpae itu padaku .”seru Beo Jin kesal sambil mendekat ke arah narapidana itu. Beo Jin pun mengambil tas narpidana itu.
“Apa yang kau lakukan?”teriak narapidana itu. Lalu terjadilah tarik menarik tas itu.
“Aku hanya akan melihat”seru Beo Jin.
Narapidana itu menarik tas dengan kencang hingga membuat Beo Jin terpelanting jatuh ke pelukan narapidana itu, yang akan membuat orang melihatnya akan salah paham wkkwkwkw.
Kedua opsir penjaga pun mendekat ke arah mereka dan kaget. Beo Jin pun segera berusaha melepaskan diri.
“Kebisingan apa semua ini?”teriak seseorang yang tiba-tiba datang.
Kedua opsir pengawal pun segera berdiri dalam keadaan siap,sepertinya orang itu kepala polisi. Beo Jin pun sudah berdiri kembali.
“Bagaimana kamu bisa membuat begitu banyak keributan setelah kamu tiba? Kamu masih belum belajar dari pelajaranmu. Kamu telah mempermalukan keluargamu bila kamu main mata dengan wanita. Maka kamu harus menunjukkan penyesalan”seru kepala polisi itu.
Kedua opsir menahan tawanya. Beo Jin pun diam dengan kesal.
Ternyata Beo Jin di usir keluar oleh kedua opsir pengawal. Beo Jin pun kesal menahan amarah.
Beo Jin pulang ke rumah. Ternyata dia dihukum oleh ibunya, merangkat di tanah dengan membawa keranjang tiram dipunggungnya.
“Kita lihat apa yang terjadi, kau benar-benar akan mendapatkannya.”seru ibu Beo Jin.
“Ini bukan salahku.Ini salah orang yang diasingkan itu. Kehilangan Jinsangpae dan membalik meja ritual. Itu semua salahnya. Mari kita pergi melihatnya”seru Beo Jin.
“Tenang!bentak ibunya. Beo Jin pun terdiam dan menangis.
“Membalik meja ritual tidak cukup. Tidur di tempat lain tanpa izin. Malas sepanjang hari, pulang ke rumah saat matahari terbenam. Lalu apa? Kau berteriak karena kamu tidak tahu bahwa 5 Jinsangpae bernilai pengurangan 100 tiram. Bagaimana mungkin kamu menghilangkan itu?”seru ibunya.
Beo Jin pun memasang muka melas pada ayahnya.
“Kamu makan, ini makan malammu terakhir”seru ibunya.
“Beo Jin mama, itu cukup. Beo jin tahu apa yang dia lakukan salah”ujar ayah Beo Jin.
“Ibu, tolong berhenti . Mereka mengatakan bahwa bahkan tikus ketika datang untuk mendorong ke penyorongan tahu yang dilakukan salah”ujar adik Beo Jin ikut menolong kakaknya. Ibunya hanya menoleh ke arahnya mendengar penjelasannya.
“Lihat. Beo Seol berpikir begitu”ujar ayahnya.
Beo Jin pun tersenyum senang lalu bergegas akan beridir namun segera ditahan ibunya.
“Jang Beo Jin!”teriak ibunya. Ayahnya dan adiknya pun ketakutan mereka pun terdiam.
“Siapa yang bilang kepadamu, kamu bisa berdiri?”seru ibu Beo Jin. Beo Jin pun sudah kembali ke posisi sebelumnya dan hanya bisa menangis.
Sementara itu narapida yang tidur di penjara dibangunkan oleh kedua opsir pengawalnya.
“Hey. Ini cukup. Ayo keluar.”seru salah satu opsir.
Ternyata narapidana itu diajak menemui kepala polisi.
“Kirim dia ke rumah Jang di kota San-bang, untuk memberinya pelajaran!”perintah kepala polisi.
“Hanyang(Seoul) telah kehilangan moral public sejak aku meninggalkan kota itu”gumannya lalu melangkah pergi.
“Mulai hari ini kamu akan hidup dengan rakyat umum”ujar Yi Bang. (Orang yang memergoki narapidana denga Beo Jin).
“Aku tidak ingin menjadi beban keluarga bisa itu. Kirim aku ke suatu tempat yang aku bias hidup sendiri”ujar narapidana.
“Seorang pria mulia dari Hanyang. Kau akan hidup sendiri?”ujar Yi Bang dengan sinis.
“Bahkan jika aku di pengasingan. Aku masih lahir mulia. Bagaimana aku bias hidup di antara rakyat umum?”seru narapidana.
“Apa masuk akal! Jika kamu lupa bahwa kamu diasingkan dan jika ada lagi kejadian seperti kemarin, kamu akan dipagari rumah. Ingat ini!”seru Yi Bang,
“Mengirimnya ke kediaman Jang di kota San-bang”perintah Yi Bang pada kedua opsir pengawal.
Narapidana itu pun dikawal kedua opsir yang selalu mengawalnya ke desa San-bang di Jeju.
Sementara itu di rumahnya. Kkeut Boon sedang mengaduk-aduk sesuatu dibantu ibunya.
“Apakah ada sesuatu yang terjadi di rumah Beo Jin?Ada polisi disana”tanya ayahnya.
Ibunya Kkeut Boon pun segera melihat ke rumah Beo Jin, “Polisi?”serunya, yang diikuti Kkeut Boon.
Ternyata narapidana tadi sudah sampai di rumah Beo Jin. Rumah Beo Jin pun sudah dikurumumi para tetangganya. Ny. Choi (ibunya Beo Jin) mendekat ke arah narapidana.
“Seorang yang diasingkan berpakaian resmi,bagaimana tidak lucu. Anda pikir sedang berlibur?”ujar Ny. Choi pada narapidana.“Apakah aku harus celaka, orang lain menonton dia?”ujar Ny. Choi pada salah satu opsir pengawal.
“Bagaimana anda tidak begitu sopan, beraninya kau memanggilku seperti itu?”bentak narapidana.
“Lalu…haruskah kesemek busuk yang jatuh dari pohon dilayani di atas nampan perak?”ujar Ny. Seo penuh percaya diri lalu semakin mendekat ke arah narapidana.
“Setiap orang yang diasingkan masuk ke rumahku harus mendengarkan apa yang aku katakan!”bentak Ny. Choi. “Dari mana kau datang dan bertindak begitu tinggi dan perkasa?”lanjutnya. Narapidana pun ciut lalu hanya pasang muka masam.
“Pejabat secara khusus memerintahkan bahwa dia tinggal dengan anda. Apakah anda memberinya makan atau dia kelaparan, itu nasib orang yang diasingkan tidak berharga ini. Terserah apa yang anda inginkan”ujar salah satu opsir.
“Apa?”seru narapidana.
“Anda tidak dapat melakukan ini kepada kami. Bekerja keras sebagai penyelam setipa hari, dan bahkan beberapa hari tidak mengeringkan tubuh kita. Ini cukup sulit untuk menyiapkan Jinsangpoom (Jingsangpoom=bahan dikenakan pajak, mungkin yang dimaksud tiram, tiram dikenakan pajak). Daripada para pejabat membantu kita mereka meninggalkan yang lain, mulut cacing untuk makan?”ujar Ny. Choi.
“….mulut cacing untuk makan?”seru narapidana terbata-bata, syok dia hahaha.
“Beritahu secara resmi, sampaikan pesan ini. Aku tidak bisa menerimanya dengan gratis. Sebagai imbalannya, mengurangi Jinsangpoom di kota San-bang kami. Mengurangi 3 kotak (300 abalone/tiram). Maka aku akan mengarahkan orang yang diasingkan ini”ujar Ny. Choi.
“Bagaimana kalau dikurangi 1 kotak (100 abalone)”ujar salah satu opsir.
“2 kotak (200 abalone)?”ujar Ny. Choi.
“jangan terlalu kaku. Ah kemudian..”seru opsir yang lain.
“bawa dia kembali dengan kalian”bentak Ny.Choi tiba-tiba sambil mengusir ketiga orang ini.
“Ok, aku akan menyampaikan pesan ini”ujar salah satu opsir lalu mengajak temannya pergi.
“Mari kita pergi”ajak salah satu opsir pada temannya. Jadilah tinggal narapidana dan Ny. Choi yang di tonton oleh banyak tetangganya.
Narapidana pun berdehem sambil menoleh ke belakang yang dilihatnya banyak orang tersenyum menggoda ke arahnya wkkwkwkw. Terutama Kkeut Boon merapikan bajunya biar terlihat seksi yang dibantu oleh ibunya. Narapidana pun hanya mendesah dan geleng-geleng kepala.
“Tempat ini tidak sesuai bagi seseorang untuk hidup”gumannya sambil melihat ke sekelilingnya.
Narapidana pun memperhatikan Tn. Jang (ayah Beo Jin) yang duduk di dipan. Tapi Tn. Jiang diam saja. Seorang kakek tua memperhatikan narapidana ini bersama kerumunan tetangga Ny. Choi.
“Dimana ruang tamu?”tanya narapidana. “Aku selesai melakukan perjalanan yang melelahkan, aku akan beristirahat…”ujar narapidana lalu melepaskan tas bawaannya dan menyerahkannya ke Ny. Choi namun Ny. Choi diam saja malah bersedekap. Jadi tasnya jatuh ke tanah deh wkwkkw. Narapidana pun tersenyum masam ke arah Ny. Choi.
“dengan wajah yang tampak kurus, kamu tidak harus makan banyak”ujar Ny. Choi.
“Bangsawan Hanyang…”seru narapidana.
“Hanyang?”tanya Ny. Choi lalu menendang tas narapidana sambil mendekat ke arah narapidana.
“Di sini Tamna Island (Jeju-do). Lupakan Hanyang! Jika kamu ingin makan, kamu harus bekerja! Apa arti bangsawan di sini? Lupakan semua itu disini!”seru Ny. Choi pada narapidana.
Narapidana pun tidak bisa melawan hahaha, lalu Ny. Choi menoleh ke belakang dilihatnya para tetangganya masih menonton. “Apa yang kalian lihat?”serunya lalu mereka pun berpamitan bubar.
“Sebelum terlambat, penyelam harus berangkat”seru Ny. Choi.
Perut narapidana pun berbunyi, yang sepertinya mulas karena sakit perut, dia pun memegangi perutnya. Lalu Beo Seol (adiknya Beo Jin) sudah berada di dekatnya, narapidana pun kaget dilihatnya adik kecil itu.
Ternyata Beo Sol mengajak narapidana ke ruangannya. Dia pun membukakan pintu kamarnya, narapidana pun kaget begitu piuntu terbuka dilihatnya ruangan itu seperti gudang hahaha.
“Untuk apa ruangan ini digunakan? Apakah manusia hidup di kamar ini?”tanya narapidana pada Beo Seol.
“Haruskah seorang sarjana diasingkan berharap selimut sutra?”seru Beo Sol lalu melangkah pergi meninggalkan narapidan. Narapidana pun tersenyum. Lalu dilihatnya ruangan itu ada belalang melompat hahaha. Ia pun kesal dan menyentik topi di kepalanya aneh wkwkkw.
Sementara itu Beo Jin pulang dari menyelam mengendap-endap. Begitu dilihatnya tidak ada orang ia pun lega lalu meletakkan keranjang tiramnya.
“Aku tidak perlu menyelam hari ini”gumannya. Tiba-tiba jerami melayang ke tubuh Beo Jin ketika menunduk mengambil keranjang tiramnya.
“Oh!Ibu! Aku sedang dalam perjalanan ke laut”serunya sambil menoleh ke arah lemparan jerami, begitu dilihatnya orang yang melempar jerami bukan ibunya tapi orang yang diasingkan Beo Jin pun kaget.
“Kamu!”seru Beo Jin.
“Troubemaker?”seru narapidana.
“Apa?kamu… kenapa kau di sini? Kamu…”ujar Beo Jin.
“Aku pikir rumah ini adalah sesuatu yang lain… ini tidak mengherankan kau putri pemilik rumah ini”ujar narapidana.
Beo Jin pun tersenyum, “Jadi, kamu datang ke rumah kami?”serunya lalu ia teringat sesuatu.
“Ah, benar! Jinsangpae, bergegas ambil dan berikan padaku”ujar Beo Jin sambil menyodorkan tangannya.
“Aku sudah bilang bahwa aku tidak tahu apa-apa tentang itu. Kenapa kau terus bertanya hal yang sama seperti ikan mas?”seru narapidana.
“Ikan mas?”seru Beo Jin lalu melangkah maju ke arah narapidana mau mengeledah narapidana.
“Apa yang akan kau lakukan jika ada di sini?”seru Beo Jin.
“itu cukup. Kenapa kau diam saja? Ambil sampah ini dan pergi dengan cepat !”seru narapidana lalu melangkah pergi.
Tapi tiba-tiba Beo Jin mencengkram baju narapidana.
“Kau”seru Beo Jin lalu ia melepaskan cengkramannya.
“Bagaimana kau tidak sopan! Seseorang yang rendah, kau tidak harus menyentuh tubuh ini”seru narapidana.
“Tentu saja. Hanya wanita Hanyang yang diizinkan untuk menyentuh tubuh itu”seru Beo Jin sambil menunjuk ke arah narapidana.
“Bagaimana kau begitu kurang ajar!”bentak narapidana. Tanpa mereka ketahui Tn. Jang (ayah Beo Jin) melihatnya karena sudah kembali ke rumah.
“Hentikan!”teriak Tn. Jang, habis teriak Tn. Jang lalu memegang dadanya kesakitan. Beo Jin pun berlari ke ayahnya dan memegangi ayahnya.
“Ayah, itu dia. Orang yang mengambil Jinsangpae kita”adu Beo Jin.
“Tuan Sarjana?”tanya ayahnya sambil menunjuk kea rah narapidana.
“Itu cukup. Dimana selimut?”ujar narapidana.
Beo Jin pun berlari ke arahnya lalu menendang jerami yang mengenainya tadi. “Apa yang kau pikirkan?”bentak Beo Jin.
“Tuan sarjana, mengapa anda membuang alas tidurmu di sini. Sehingga semuanya menjadi kotor. Meskipun disini hangat. Ketika kamu tidur di lantai yang dingin mulutmu akan memutar seperti ini”ujar Tn. Jang sambil memperagakan mukanya membengkok. Narapidana pun dia berpikir.
“Beo Jin, keranjangmu kosong tidak ada tiram”tanya ayahnya ketika dilihatnya keranjang tiram Beo Jin masih kosong.
“Artinya, aku akan pergi dan setidaknya mengumpulkan rumput laut”jawab Beo Jin.
Ayahnya pun mendesah lalu berkata,”ibumu mengira kau masih menyelam sekarang. Jika dia tahu kau ada di sini hanya berkeliaran di sekitar…”kata ayanya yang tiba-tiba dipotong Beo Jin.
“ayah! aku akan ke laut”seru Beo Jin lalu mengambil keranjang tiramnya dan bergegas pergi.
“Pastikan ayah mendapatkan Jinsangpae dari orang yang diasingkan ini!”pesan Beo Jin.
Setelah Beo Jin pergi tinggalah berdua narapidana dan ayah Beo Jin.
“yah….”ujar narapidana membuka obrolan.
“Apakah kamu punya sesuatu yang akan ditanyakan kepadaku?”tanya Tn. Jang.
Tiba-tiba terdengar bunyi klukuk dari perut narapidana (alias kebelet mau bab), narapidana pun hanya tersenyum sambil memegangi perutnya.
Ternyata sama ayahnya Beo Jin narapidana itu diajak ke kandang babi, hueksss (baca episode 1 jangan sambil makan wkwkkwkw).
“Ayo sini…..datang ke sini. Di sini kandang babi ”ajak Tn. Jang. Begitu narapidana melongo melihat ke bawah di pun mual serasa mau muntah.
“Ups, bangsawan Hanyang tidak bisa sekaligus”ujar Tn. Jang begitu melihat narapidana mau muntah.
Tiba-tiba ia teringat sesuatu,”Lalu…..”gumannya sambil berpikir, ia pun mengajak narapidana pergi ke suatu tempat.
Ternyata Tn. Jang mengajak narapidana ke sungai (disuruh bab ke sungai kwkwkwkwk).
“Ketika penyelam tidak ada disini, kau dapat melihat pemandangan besar ini”serunya, lalu ia berkedip kea rah narapidana dan menyiapkan sebuah papan dan bersiap bab, Tn. Jang pun bab di papan dan di samping narapidana, narapidana pun melihatnya dengan aneh. Narapidana pun jijik melihat pup Tn. Jang di papan (pup disensor lho tapi tetap aja ya ampun gelo nonton drama ini wkwkwkwk).
Lalu Tn. Jang mengampil papan yang ada pupnya dan bersiap melemparkannya ke laut.
“Berpegang pada papan ini dengan ringan, menggunakan kekuatan dalam pergelangan tanganmu”ujar Tn. Jang lalu melemparkannya bersama papannya ke laut. “Euh…ah”teriak narapidana takut terkena papan itu. Tapi hebatnya dayung ini pasti nggak akan hilang di laut soalnya dayungnya diikat tali, jadi walaupun dayung terlempar tetap bias ditarik kembali dan tentu saja dayung kembali dalam keadaan bersih.
Sementara itu Beo Jin dilaut bersiap untuk menyelam, namun tiba-tiba ia terhenti ketika melihat wig berwarna pirang. “Apa ini?”gumannya sambil mengambil wig itu. Beo Jin pun mengamati wig itu.
“Rumput laut yang terbuat dari emas?”gumannya dengan penuh kegirangan.
“Aku 8 tahun sebagai seorang penyelam….aku akhirnya berhasil, bagaimana aku bias menemukan rumput laut berharga seperti ini?”serunya penuh kegirangan. Lalu ia akan melanjutkan menyelam tapi pandangan terhenti ketika melihat rumput laut emas lain di atas bebatuan.
“apa itu?”teriak Beo Jin sambil mendekat kea rah bebatuan itu. Beo Jin pun mengambil rambut itu dan memotongnya dengan pisau, namun tidak bias lalu diangkatnya ternyata kepala orang yang tak lain dan tak bukan adalah William. Mereka pun bertemu pandang dan saling berteriak kaget.
“Ini sangat menakjubkan. Kamu,rambutmu….adalah emas!”ujar Beo Jin lalu mendekat kearah William mau memegang rambutnya tapi tiba-tiba ia menoleh mendengar suara rombongan penyelam yang dipimpin ibunya. Ia pun kaget dan bingung lalu berpikir sebentar dan tiba-tiba ia menyeret William masuk ke dalam air.
Ternyata di dalam air William kehabisan nafas, lalu Beo Jin pun memberinnya nafas buatan hehehe. Setelah itu membawanya ke permukaan. Beo Jin memapah William ke daratan dan mereka terjatuh. William terbatuk-batuk.
“Apakah kau baik-baik saja?”tanya Beo Jin sambil memegang pundak William. Namun William menghindar karena ketakutan. Lalu Beo Jin memegang hidung William yang mancung dan memegang hidungnya sendiri untuk membandingkan. Beo Jin melihat ada rumput laut menyangkut di kaki William, ia pun mengambil pisaunya untuk memotong rumput itu, William pun mundur selangkah karena ketakutan.
“Mohon!Mohon!”pintanya (dalam bahasa Inggris yang Beo Jin tidak ketahui hahaha, untuk sekarang William masih berkomunikasi dalam bahasa Inggris.). William pun teringat mimpi saat ia terdampar dan akan dijadikan korban.
“Mohon……tolong jangan membunuhku”pintanya lagi. “ Oh Tuhan….ini Eight Island”gumannya.
“Kamu….apa yang kau katakan?”tanya Beo Jin.
“Apakah ini Eight Island?”tanya William.
Beo jin tertawa mencoba mengulang kata-kata William,”Ae….ae…..apa?”ujarnya.
“Apakah ini Jepang?”tanya William lagi.
“Ja…..”ujar Beo Jin.
“ya, Jepang”seru William.
“Ja….Panng?!”ujar BEo Jing mengulang kata-kata William.
Tapi Beo Jin salah tafsir ,”Ya!apakah kau mencoba mengatakan kau lapar? Tunggu”serunya lalu Beo Jin pun menyelam ke dalam laut. Dan William pun lega ia merebahkan dirinya ke pasir.
Tiba-tiba Beo Jin datang dengan beberapa ikan yang tertancap di pisaunya. Ia pun memperlihatkannya pada William.
Ia pun membakar ikan tangkapannya itu, lalu mengambil satu dan meniup-niupnya lalu menyerahkannya pada William. William pun menerimanya dan memakannya.
“Rambut emas, kau sangat lapar?”tanya Beo Jin ketika melihat William makan ikan dengan lahap.
“bagaimana kau bias terlihat seperti ini?”lanjut Beo Jin. Tiba-tiba datang kakek tua langsung duduk dihadapan mereka. William pun kaget dan reflex geser ke belakang sedikit.
Kakek tua itu mengambil satu ikan dan langsung memakannya.
“Apa yang kamu lakukan? Kakek tua, apakah kau datang setelah mencium makanan? Kau memiliki hidung seperti anjing”ujar Beo Jin pada kakek tua itu.
Kakek tua itu hanya tersenyum dan tetap makan ikannya dengan lahap.
“Makan sedikit….dia sangat lapar”ujar Beo Jin sambil menunjuk ke arah William.
Kakek tua itu pun memperhatikan William dan berkata, “anak bermata biru…”
“Hah”ujar Beo Jin.
“Bermata biru, nak!”ulang kakek tua.
“Kakek, kakek apakah kau melihat seseorang seperti dia sebelumnya? Lihatlah rambutnya. Ini terbuat dari emas. Emas”ujar Beo Jin sambil menarik-narik rambut William untuk menunjukkan.
“Bagaimana emas keluar dari kepala anak laki-laki? Ini sulit dipercaya”lanjut Beo Jin.
“Rambut keemasan…jika kamu tertangkap, kamu sudah mati”ujar kakek tua.
“Benarkah?Ayeee,,,,kakek, kau berbohong lagi?”ujar Beo Jin.
“Jika orang menemukan dia, mereka akan membawanya ke Hanyang. Lalu ia akan mati”tegas kakek tua, lalu kakek tua itu melakukan gerakan memotong leher yang secara refleks membuat William bergidik ketakutan lalu menoleh ke arah Beo Jin.
Beo Jin memikirkan sesuatu lalu ia mengajak William pergi. “Anak bermata biru! Bangun! Kita harus pergi ke suatu tempat”ujar Beo Jin sambil menarik tangan William pergi.
Ternyata Beo Jin mengajak William bersembunyi di sebuah gua. Beo Jin pun menyalakan api, dan menaruh wig rambut pirang disebelahnya.
“Ini adalah tempat persembunyian rahasiaku, mulai sekarang kamu bisa tinggal di sini”ujar Beo Jin.
William pun mendengarkan perkataan Beo Jin dengan seksama, “Kamu bisa tidur di sini”ujar Beo Jin sambil mendorong William agar duduk.
“Cham ah! Aku Beo Jin. Beo Jin”seru Beo Jin .
Tapi William salah tangkap wkwkkwkw, “Virgin?”ujar William
“Ikutilah setelah aku mengatakannya, Beo Jin”seru Beo Jin lagi.
Lalu William berpikir sebentar,”Apakah kamu mengatakan padaku kau masih perawan?”ujar William salah paham.
Eee Beo Jin malah mengangguk karena dengar kata-kata “Virgin” dalam bahasa Inggris mirip Beo Jin.
“Kamu?”tanya Beo Jin.
“Aku?”tanya William.
“Siapa namamu? Namamu!”seru Beo Jin.
“Yeah….aku juga (Me Too)”ujar William, William kira Beo Jin tanya apa William juga masih “Virgin” wkwkwkw.
“Aku juga (Me Too),namamu adalah “Me Too”pikir Beo Jin lalu duduk disebelah William.
“Namamu adalah “Me Too”?”ulang Beo Jin.
“Jika seseorang datang untuk membawamu , gunakan pisau ini untuk memotong tenggorokan mereka”ujar Beo Jin pada William sambil memperagakan yang membuat William agak takut.
“Tapi, kamu tidak perlu memotong tenggorokan mereka. Lalu gunakan ini untuk menikam terlebih dahulu, lari jauh. Di sana, ke arah gunung itu. Mengerti?”jelas Beo Jin. William pun mengangguk.
Lalu Beo Jin menyerahkan pisaunya. “Dan ini adalah hal yang paling berharga bagiku… Jangan pernah kehilangan itu”ujar Beo Jin lalu menyerahkan pisaunya pada William. William pun mengangguk. Lalu Beo Jin bersiap pergi.
“Sekarang aku akan membawa sesuatu untuk dimakan besok. Ingat apa yang aku katakana. Pastikan untuk menyembunyikan diri. Mengerti itu, “Me Too”?ujar Beo Jin, William pun hanya bias mengangguk padahal nggak ngerti apa yang dibilang Beo Jin hahaha.
Beo Jin pun melangkah keluar dari gua, namun baru beberapa langkah ia menoleh ke belakang dan berkata,”Kau benar-benar tidak harus keluar”ujar Beo Jin mengingatkan yang membuat William kaget, lalu Beo Jin melangkah pergi.
Sementara itu narapidana belum juga bab ia masih menahannnya sampai sakit berjalan pun sakit perut, Orang-orang yang melihatnya pun tertawa, “Bangsawan yang dibuang?”ujar Kkeut boon ketika melewati narapidana itu. Lalu Kkeut Boon mencium sesuatu lalu ia mengendus-endus baju narapidana itu. Narapidana itu kesal menahan sakit perutnya melangkah pergi.
“Apakah kalian melihatnya? Dia jatuh padaku dan menatapku sekarang”ujar Kkeut Boon pada kedua temannya.
“Benar”ujar salah satu temannya.
“ Tentu saja. Bahkan seorang bangsawan yang dibuang memiliki mata, bagaimana bias dia mengabaikanku?”seru Kkeut Boon.
“ia diasingkan karena dia main mata dengan wanita, dia benar-benar menyukai wanita”ujar salah satu temannya.
“Di Hanyang ada banyak janda mulia yang menyerahkan iman mereka karena dia”ujar teman yang lainnya.
“Apakah orang itu orang biasa atau bangsawan ia selalu membayar ketampanannya”seru Kkeut Boon.
“Itu benar. Itu benar”ujar kedua teman.
“Mari kita pergi”ajak Kkeut Boon.
Beo Jin pulang ke rumah dengan cara mengendap-endap, ia pun meletakkan perlengkapan menyelamnya dengan lega karena tidak ada orang di rumah.
“Tidak ada orang di rumah”gumannya, lalu tatapan matanya berubah melihat ke arah ruangan narapidana.
Ternyata Beo Jin masuk ke kamar narapidana itu, dan membongkar isi tasnya dan ia hanya menemukan sebuah buku.
“Apa ia seorang pria konyol, hanya ada buku-buku di sini”gumannya.
Tiba-tiba pintu terbuka,”Troublemaker!”seru narapidana lalu masuk ke kamarnya.
Beo Jin pun kaget lalu ia berdiri sambil memegangi bukunya.
“Apa yang kamu lakukan sekarang?”tanya narapidana.
“Aku sedang mencari Jinsangpaeku. Mengapa?”jawab Beo Jin lantang.
“Bagaimana mungkin seorang gadis biasa rendah memasuki ruangan seorang bangsawan dan menyentuh barang-barangnya?”seru narapidana.
“Huh….ruangan bangsawan? Kamar yang mana? Kamar ini?”ejek Beo Jin.
“Untuk seorang pria tinggal di gudang penyimpanan kami secara gratis…Ok itu sudah cukup, cepat aku mengambil Jinsangpaeku”ujar Beo Jin lalu menyodorkan tangannya meminta Jinsangpaenya diberikan.
“Jin Sang…Jin Sang… Kau benar-benar yang menyebabkan”Jin sang” (perilaku yang tidak pantas di luar aturan). Berhenti. Cukup sudah. Berikan bukuku”ujar narapidana.
Beo Jin pun terpikirkan sesuatu, lalu ia berlari keluar lewat kolong jalan tembus keluar sepertinya dapur. Lalu ia menodongkan buku itu di atas api. Narapidana pun kaget dan syok.
“Ambilkan Jinsangpaeku, jika tidak, aku akan membuang buku ini ke dalam api”ujar Beo Jin sambil menaruh buku itu tepat di atas api.
“Oh…ini terlalu banyak orang biasa mengancam seorang bangsawan?”seru narapidana.
Akhirnya Beo Jin malah memasukkan buku tersebut ke dalam api, buku itu pun terbakar narapidana itu pun mengambil bukunya dan mencoba mematikan apinya, dibawanya buku itu keluar , karena tidak tahan panasnya, ia pun melemparkan buku yang terbakar itu ke atas tumpukan jarring yang ada disampingnya yang otomatis jaring itu ikut terbakar dan api makin membesar.
Beo Jin pun kaget melihat itu, “Apa yang kamu lakukan?cepat keluarkan buku itu”bentak narapidana.
Beo Jin pun panik lalu ia mengambil air untuk memadamkan air yang mulai membesar. Narapidana pun membantu dengan menciprat-cipratkan air ke api itu. “Bukuku, oh, tidak.”ujar narapidana.
Beo Jin pun mengambil sapu dan memukul-mukulkannya ke api dan narapida menyiramkan air akhirnya apinya pun padam.
Narapidana pun kesal, lalu ia mengambil bukunya yang setengahnya sudah terbakar dan Beo Jin melihat jaring ikan yang terbakar padahal susah payah dibuat ayahnya. Kedua orang ini pun saling berpandangan tidak ada yang mau mengaku salah. Tiba-tiba kedua orang tua Beo Jin datang melihat semuanya.
Narapidana pun melihat Ny. Choi yang memeloti keduanya lalu narapidana pun menunjuk ke arah Beo Jin.
Narapidana pun duduk di kamarnya membersihkan bukunya yang terbakar.
“Aku butuh semusim untuk merajut jaring ikan ini, bukan untuk dibakar seperti ini”ujar Tn. Jang memperhatikan jaring yang sudah terbakar di tangannya.
“Ayah…. Maaf. Jika bukan karena orang diasingkan itu semua ini tidak akan terjadi”ujar Beo Jin dengan lemah.
Mendengar ia disalahkan narapidana pun membela diri.
“Itu, kurang ajar… kamu merusak buku berhargaku”serunya.
“Jang Beo Jin”ujar Ny. Choi
“ya”ujar Beo Jin.
“Mulai hari ini, orang yang di asingkan menjadi tanggung jawabmu. Mulai sekarang, apakah orang yang diasingkan berkelakuan baik atau tidak baik. Semua itu menjadi tanggung jawabmu. Ingat itu”seru ibunya.
“Ah….Ibu….itu tidak masuk akal. Itu tidak adil”keluh Beo Jin.
Narapidana pun hanya melongo lalu Ny. Choi mendekat ke arah narapidana.
“Bahkan ikan teri memiliki wajah, ikan perak memiliki mata, sebagai seorang yang diasingkan, kamu tidak boleh menganggu”ujar Ny. Choi.
“itu terlalu tidak sopan, bagaimana anda begitu berani meremehkanku, aku Park Kyu?”seru narapidana (mulai sekarang narapidana itu dipanggil park kyu aja ya kasian banget dari tadi saia panggil narapidana padahal orang yang diasingkan wkwkwkwk). Park Kyu pun langsung terdiam saat Ny. Choi hanya melotot ke arahnya.
Malam harinya, Beo Jin mengisi air di gentong, sepertinya hukuman untuk kekacauan yang dia buat tadi. Dan Park Kyu di kamarnya masih membersihkan bukunya. Lalu ia mengambil buku yang tersisa di tasnya, lalu ketika tumpukan buku itu dibuka dilihatnya Jinsangpae terselip di antara buku-buku itu. Ia pun mengambil Jinsangpae itu dan teringat saat Beo Jin ngototminta Jinsangpaenya dikembalikan. Dia terdiam sebentar lalu membuang Jinsangpae itu ke dalam gentong hingga terdengar bunyi klontang dari luar. Beo Jin mencibir ke arah ruangan Park Kyu.
Sementara itu William merebahkan dirinya dipasir pantai sambil memikirkan ciuman Beo Jin saat Beo Jin memberinya nafas buatan. Ia pun duduk menikmati pemandangan malam pantai pulau Jeju.
“Nagasaki, Yan! Mama…”gumannya.
Ia pun teringat saat meninggalkan sebuah surat dan sepatu Geta buat mamanya, Flashback.
Mamanya William melihat secarik kertas di atas sepatu Geta,”Ini adalah sepatu jepang yang disebut geta. Aku benci melihat gaunmu terkena basah saat hujan. Semoga dengan ini menjaganya dari air hujan. Aku akan merindukanmu. Mama, aku berjanji tidak akan lama”bunyi surat itu.
Flashback end---
Kembali ke William yang masih merenung ditepi pantai.
“Dimana aku?”gumannya.
Keesokan paginya, Ny. Choi membuka pintu kamar Beo Jin yang masih tertidur pulas padahal sudah siang. Lalu ia berpindah membuka kamar park Kyu dilihatnya juga masih tertidur pulas padahal sudah bangun.
“Apa kelemahan disiplin! Ayo keluar sekarang!”teriak Ny. Choi.
Mendengar ibunya berteriak Beo Jin pun bangun. “Aku bangun, aku bangun….aku terbangun”ujar Beo Jin bangun dari tempat tidurnya dan keluar kamar . Sedangkan Park Kyu masih dikamarnya walaupun sudah bangun.
“Hari ini, pergi ke kebun jeruk dan pupuk semua pohon. Kita akan mengambil buah sebagai pajak, sehingga pupuk itu dengan merata dan hati-hati”seru ibunya pada Beo Jin. Lalu Ny. Choi menoleh ke arah Park Kyu,”Jika kamu tidak pergi, kau tahu apa yang akan terjadi, ok?”serunya lalu pergi.
Beo Jin pun mengajak Park Kyu dengan isyarat tangannya.
Akhirnya mereka pergi berdua ke kebun jeruk, tapi semua barang bawaan di gendong Beo Jin padahal Beo Jin tampak keberatan sedangkan Park Kyu berjalan melenggang tanpa membawa apa-apa,
“Kamu ambil ini sekarang”ujar Beo Jin meminta Park Kyu membantunya membawa barang-barang.
“Bagaimana sopan, bagaimana pengacau menyuruhku melakukan ini dan itu?”protes Park Kyu yang tetap melenggang dengan kipasnya.
“Jika kamu tidak mendengarkan, aku akan memberitahu ibuku”ancam Beo Jin.
“itu cukup. Aku tidak ingat pernah mendengar hal seperti itu. Kecuali. Aku hanya mendengar pergi ke kebun”ujar Park Kyu menjelaskan lalu melangkah pergi duluan.
“Kemudian, kamu harus membantu memupuk”ujar Beo Jin.
Di kebun jeruk Beo Jin mulai memupuk sedangkan Park Kyu duduk dengan santai sambil kipas-kipas kwkwkw (ngiler ama jeruknya kayaknya enaknya ni, Jeruk di Pulau Jeju kan terkenal manisnya kata Raja Yeongjo di Sungkyunkwan Scandal).
Tiba-tiba Beo Jin teringat sesuatu lalu berlari ke arah Park Kyu yang duduk santai.
“Hey,giliranmu sekarang”seru Beo Jin sambil menyodorkan pupuknya.
“Apa pula ini?”ujar Park Kyu ketika mencium bau pupuk.
“Omong kosong”guman Beo Jin.
“Omong kosong, kamu tidak tahu itu?”tanya Beo Jin.
“Omong kosong”ulang Park Kyu,lalu ia langsung berdiri.
Beo Jin pun iseng mau menjahili Park Kyu, “kamu harus menyebarkannya seperti ini, sehingga pohon dapat tumbuh subur ”seru Beo Jin sambil mengajarkan caranya.
“Bagaimana tidak sopan!”bentak Beo Jin yang menghindari Beo Jin takut ama bau pupuk wkkwk.
Tiba-tiba perutnya mulas kembali ia pun melangkah pergi.
“Kemana kau akan pergi? Kau akan merayu gadis-gadis lagi”tanya Beo Jin.
Park Kyu pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Beo Jin. “Aku bertanya-tanya mengapa kau mengikutiku di sini, kaulah yang tidak sopan!”teriak Beo Jin, tapi Park Kyu tidak membalas apa-apa keburu mulasnya kambuh hahaha, ia pun melangkah pergi.
Beo Jin memetik 3 buah jeruk yang ranum-ranum yang akan diberikan ke William (pengen jeruknya hahaha). Beo Jin membawa jeruk itu bersama beberapa kue, ia membuka bekalnya dan memberikannya ke William. “Makan dengan cepat! Seseorang hidup perlu makanan untuk kekuatan”ujar Beo Jin sambil menyerahkan sepotong kue.
William pun memakanannya dengan lahap, melihat Beo Jin tidak makan William pun mengambil satu kue diberikannya pada Beo Jin, tapi Beo Jin menolakkany disodorkannya kembali kue itu.
“Me Too” kau haris makan banyak, aku sudah makan beberapa”ujar Beo Jin.
“Makan beberapa”ujar William mengulang.
Beo Jin pun akhirnya makan kue juga yang diambilnya. William melihat Beo jin makan dilihatnya tangan Beo Jin terluka, dipegangnya tangan yang terluka itu dan diperhatikannya.
“Ini baik-baik saja,ok!”ujar Beo Jin. William pun tersenyum masih sedikit khawatir.
“Aku bilang tidak apa-apa”ulang Beo Jin. William pun tersenyum lalu meniup tangan Beo Jin yang terluka. Beo Jin pun tersenyum.
Sementara itu Park Kyu mencoba bab di wc tradisinoal.
Ia pun tersadar akan sesuatu dan tersenyum bahagia. William yang berjalan di atas bebatuan pun memperhatikan porselen itu. Ia pun tersenyum bahagia dan berlari kea rah porselen itu.
“Hartaku”guman William sambil berlari kea rah porselen. Di lain arah Park Kyu pun berlari ke arah porselen itu.
Nah siapakah yang akan mendapatkan porselen berharga itu ?
Namun, negara-negara tetangga suka berlayar ke negara lain untuk berdagang dengan barang yang mereka butuhkan bahkan mencuri dari satu sama lain. Chosun adalah satu-satunya negara tidak bergabung dalam lingkaran perdagangan itu.
Apa yang menjadi pokok permasalahannya? Nan Jauh di Eropa sana, banyak orang menjadi penasaran tentang Asia. William, seorang pemuda cantik di Inggris, rasa ingin tahunya yang kuat. Tapi apa yang dia coba lakukan dengan pispot? menebak seseorang? (pembuka drama ini penjelasannya pakai peta yang diatasnya ada aneka gambar manusia, kapal, ikan di lautan mirip kartun hehehe*emang diadaptasi dr manhwa ^_^)
1640 Di Brighton, Inggris. Di sebuah rumah seorang bangsawan Inggris seorang pemuda cantik (William) dan peramal tua sedang mengadakan sebuah ritual menggunakan sebuah porselen putih.
"Oh! Oh! perasaan pembebasan, Ini seperti cincin terang dari bel. Penderitaan…sangat tersembunyi di dalamnya .”lanjut si peramal (btw lagi nggak ada yang lagi makan kan?, ketika peramal membaca mantra ini di atas porselen itu muncul orang dalam bentuk animasi gitu lagi nahan BAB karena nggak tahan akhirnya di BAB di porselen itu wkwkkwkwkwk habis itu lega banget ntu animasi hahahaha).
Lalu peramal itu berkata kembali, “Akhirnya mencurahkan!”sambil menyerahkan porselen itu ke William (mirip penyerahkan mahkota ke kepala raja). Lalu William pun menerimanya dan memakainya dikepalanya sambil dipeganginya.
“Aku rasa aku bisa merasakan suatu kekuatan tertentu dari Timur Jauh. Jadi menyegarkan.”ujar William.
“Anda benar-benar bisa merasakan itu, Tuan?”tanya peramal.
Tapi tiba-tiba terdengar suara sepatu wanita yang berjalan mendekati kamar William. William pun segera memasukkan porselen itu dikolong mejanya. Lalu membuka jendela kamarnya dan menarik peramal tua itu mendekat ke depan jendela (maksudnya menyuruh peramal itu meloncat dari jendela). Peramal tua itu pun menengok ke bawah tapi langsung berubah jadi ciut.
“Apa yang kamu tunggu?”tanya William.
“Apa”pekik peramal. Suara sepatu itu pun berhenti sebentar lalu terdengar teriakan peramal itu (seperti di dorong William sampai jatuh ke bawah wkwkkw).
Suara sepatu pun semakin mendekat dengan terburu-buru William pun kembali duduk di mejanya. Pintu pun terbuka seorang wanita masuk yang tak lain adalah ibunya William.
Ternyata William duduk dikursi meja sambil pura-pura membaca sebuah buku hahaha.
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu , cari dan kamu akan menemukan. Ketoklah, maka pintu akan dibukakan untukmu.”seru William membaca sebuah buku (ini mah secara tidak sengaja nyindir ibunya yang main masuk kamarnya hahaha).
William pun menghentikan bacaannya dan menoleh ke arah ibunya,”Ibu! Senang sekali melihatmu.”serunya,. Ibunya pun hanya mengangguk lalu mulai mendekati sebuah lemari. William pun memperhatikan ibunya yang membuka lemarinya seperti mencari sesuatu.
“Apakah….Apakah ada yang salah?”tanya William. Ibunya hanya melirik ke arah William penuh selidik.
“Kamu bersantai sepanjang hari dan mengelilingi dirimu dengan hal-hal aneh, tidak bisakah kamu menjadi seperti sepupumu Antonio?seru ibunya William sambil memperhatikan ruangan William yang penuh benda-benda aneh, ada patung kepala Buddha juga lho hehehe.
“Dia menjadi kaya dengan berdagang bubuk lada”lanjutnya.
“Fantastic!”seru William sambil menutup bukunya dan berdiri dengan antusias.
“Jadi dia bisa membantuku mendapatkan lebih banyak “Tembikar Oriental =Tembikar China,mungkin di Indonesia namanya gerabah.
“Apa!”teriak ibu William lalu mengambil sebuah geta (sandal Jepang) dan melemparkannya ke arah William tapi dengan sigap William menangkapnya.
“Aduh….rasanya sakit”seru William.
“By the way, temanmu ada disini…pelaut Jepang”ujar ibunya lalu melangkah keluar.
Tiba-tiba seorang masuk, siapa dia????? Yup dia Lee An yang di Mary Stayed Out All Night!!! Hahaha
“Yan!”seru William. Lalu William mengambil porselen itu dan berjalan menuju ke dekat Yan.
“Yan, aku akhirnya tahu untuk apa ini adalah tembikar energi spiritual, kan?”ujar William sambil memperlihatkan porselen itu. Yan pun hanya menoleh tersenyum lalu mengambil sebuah gulungan jenis-jenis tembikar.
Yan pun membentang gulungan itu,”semua ini adalah dari Nagasaki”serunya.
William pun memperhatikan dengan seksama,”Nagasaki”ujarnya.
Yan pun memperhatikan sebuah peta letak Nagasaki, lalu ia berkata,”Segera rute Laut akan menghubungkan Jepang dan Belanda. Jalan keramik seperti jalan sutra air. Membawa seni Timur ke Eropa, era laut telah tiba temanku”serunya.
“Ah…ada harta karun yang besar di luar sana, hanya menunggu untuk ditemukan”ujar William yang ikut Yan memandang keluar jendela. Yan pun menoleh tersenyum ke arah William.
Lalu tiba-tiba William sudah berada di lautan luas, ia pun meregangkan tangannya merasakan hembusan angin di atas kapal.
Di dekat Chosun Jeju 1640 ( Injo tahun 18).
Sementara itu di sebuah kapal lain ada beberapa penumpang yang muntah karena mabuk laut hehe.
Di kapal itu juga ada seorang narapidana yang dikawal dua orang opsir pengawal.
“Minum air!”seru salah opsir pengawal menawarkan minuman ke narapidana itu. Namun narapidana itu menolak.
“Oi, berikan kepadaku”seru opsir yang lain. Lalu diberikannya air itu kepadanya.
“Sepertinya orang sepertimu tidak akan mabuk laut”seru opsir yang menawarkan minuman tadi.
“Kau tahu mereka mengatakan bangsawan tidak mengemis makanan walaupun kelaparan selama tiga hari”ujar opsir yang lain.
Lalu tiba-tiba kedua penumpang lain yang mabuk lautan itu meminta air ke opsir yang dikasih air sama temannya tadi.
“Bisakah memberikan kami air!”seru salah satu penumpang.
“Silahkan!silahkan!ujar opsir pengawal itu, penumpang itu pun mengambil air itu dan membawanya pergi yang diikuti penumpang lain yang juga membutuhkan air.
Tiba-tiba narapidana itu tidak tahan lagi lalu muntah, kedua opsir pengawal yang disampingnya pun segera menjauhinya (mungkin ngak tahan bau muntahan).
Narapidana pun berdiri sambil memegangi perutnya tiba-tiba ia mual kembali ingin muntah, kedua opsir pun bergidik menjauh lalu narapidana itu pun muntah ke laut, ia pun menyuruh kedua opsir itu menjauh dengan tangannya hahaha.
Di Pulau Jeju(Jeju-do)
Ikan lumba-lumba beterbangan, dan di dalam lautan beraneka macam ikan seorang wanita penyelam melambaikan tangan ke arah ikan-ikan itu. Wanita penyelam itu pun mencari sesuatu di balik bebatuan dibongkar-bongkarnya bebatuan itu (yang mereka cari itu abalone=tiram). Ia pun kesal karena tidak menemukan apa-apa, lalu ia kembali ke permukaan. Di permukaan pun banyak penyelam wanita yang lain sambil memegangi tempat hasil tiram.
“Hei, Jang Beo Jin, apa yang kamu lakukan sekarang?mendorong kepalamu kembali ke dalam air! Apakah kau datang untuk menyelam atau mencuci muka?”seru salah satu temannya.
Dengan enggan Beo Jin pun menyelam ke dalam air lagi. Lalu seorang penyelam wanita tua berseru,”Ayo kita kembali bekerja!”serunya. “Woooooooh…….”seru penyelam lain sambil mengacungkan pisaunya lalu mulai menyelam satu persatu. Mereka pun mulai mencari-cari tiram di bebatuan (backsound ostnya keren ditambah keindahan bawah lautnya kerennnnnn jadi pengen ke Pulau Jeju*ngarep).
Mereka pun mulai menemukan tiram, teman yang menyela Beo Jin tadi pun juga menemukan tiram, sedangkan Beo Jin masih mencari-cari. Akhirnya Beo Jin pun menemukan tiram di batu yang ada rerumputannya dicungkilnya tiram itu lalu diambilnya dan naik ke permukaan.
Ternyata para penyelam ini berkompetisi untuk mendapatkan tiram yang paling banyak untuk upcara ritual, mereka pun saling beradu memperlihatkan hasil masing-masing yang ditengahi seorang pemimpin penyelam.
“Seperti yang kalian sudah tahu, kerang yang digunakan untuk ritual tradisional dari penyelam peringkat rendah. Penyelam peringkat rendah yang menangkap tiram terbaik akan diberikan poin lebih dalam tes kemajuan. Ingatlah itu dalam pikiran penyelam peringkat rendah!”seru pemimpin penyelam.
Lalu empat orang penyelam dengan peringkat rendah membawa keranjang masing-masing yang berisi tiram tangkapan mereka. Lalu pemimpin penyelam itu melihat ke keranjang masing-masing orang.
“Lihatlah ini….Hari ini Kkeut Boon(orang yang mencela Beo Jin gara-gara cepat naik ke permukaan tadi) mendapat tiram terbesar. Semua orang harus bertepuk tangan”seru pemimpin penyelam.
Semua orang pun bertepuk tangan dan dua orang maju (sepertinya ibunya) mendekati Kkeut Bon yang bangga memperlihatkan hasil tangkapannya.
“Ini bahkan bahwa tidak hari ini kualitas yang hebat”seru Beo Jin. “Ini putriku”seru ibunya .
Pemimpin penyelam pun pergi mengecek ke penyelam lain, ia mengecek ke keranjang Beo Jin.
Penyelam itu mengambil salah satu tiram yang kecil sambil berkata,”apakah semua ini yang kamu punya?”tanyanya.
“Apa ini?”seru seseorang yang ikut melihat tiram itu yang diikuti penyelam lain.
“Apakah ini suatu abalone atau hanya sebuah kerang kecil? Aku tidak mengatakan sama sekali.”lanjutnya. Beo Jin pun mengambil tiram tadi dari tangan wanita itu dan memasukkan ke keranjangnya.
“Anak siapakah dia?”tanya wanita tadi.
“Apakah aku menangkap seekor gurita?mengapa begitu lengket?”seru pemimpin penyelam (yang tak lain adalah ibunya Beo Jin).
Dengan tegas pemimpin penyelam berkata,”aku bilang kita perlu abalone segar untuk upcara sehingga kamu harus mencoba yang terbaik.”pada Beo Jin. Beo Jin pun hanya mengangguk.
“Apa ini, kita punya Kkeut Boon untuk itu, jangan khawatir”seru ibunya Kkeut Boon. Kkeut Boon pun bangga dibilang begitu.
“Yeah . Benar!yang di angguki penyelam lain. Sedangkan Beo Jin matanya sudah berkaca-kaca mau menangis.
Lalu pemimpin penyelam mengambil keranjang tiram Kkeut Boon lalu menyerahkan ke Beo Jin.
“Ambil ini dan bawa ke upacara dan jangan lupa untuk membawa kembali Jinsangpae (Jingsangpae=medalion pengurangan pajak )”seru pemimpin penyelam.
Beo Jin pun kaget dia tengok kanna kiri,”Aku?”tanyanya.
“Mintalah orang lain untuk pergi”ujar Beo Jin.
“Cepat!”teriak pemimpin penyelam.
“Ya!ujar Beo Jin yang bergegas lari ke upacara.
Semua orang pun tertawa. Lalu pemimpin penyelam berseru,”Mari kita bergegas dan pergi ke lading bawang putih.” Semua orang pun mengeluh tapi tetap pergi.
Sementara itu kapal yang ditumpangi oleh narapidana dan dua opsir pengawal sudah berlabuh dipelabuhan.
“Apa yang kamu lihat sampai begitu tajam sampai bola mata akan keluar? Kamu akan sering melihat ini. Kamu akan bosan dengan ini. Kami ingin kamu ikut turun!”seru salah satu opsir pada narapidana.
Lalu narapidana itu pun berpaling dan akan turun namun tiba-tiba ia berjalan sempoyongan mau muntah kembali hehehe. “Ambilkan air!”seru narapida.
Namun dua opsir tidak bergegas pergi, narapida pun menoleh seolah-olah mau muntah ke arah mereka, mereka dengan cepat pun menghindar.
“Aku bilang untuk mengambilkan air”ujar narapidana.
“Apa yang orang ini katakan?”tanya salah satu opsir.
“Kamu berbicara tidak hormat.”ujar narapidana. Namun kedua opsir malah memeloti narapidana yang diasingkan oleh Raja.
“Tidak apa-apa…aku seorang yang diasingkan Raja. Kekasaran akan menyebabkan masalah bagi Raja. Kemana aku harus pergi? Membimbingku ke tempat tujuan sekarang”seru narapidana itu. Lalu ia bergegas pergi duluan.
Sementara itu Beo Jin berlari-lari ke tempat upacara walaupun kelelahan.
Di tempat upacara seorang wanita memanggil pemimpin upcara,”Tuan Jang Gi”serunya.
“Ya”jawab Tuan Jang Gi.
“Kamu harus menyiapkan banyak makanan untuk semua orang”lanjutnya.
“Ya, saya mengerti tuan.”jawab wanita itu.
“Ahjuma”teriak Beo Jin.
“Ya, itu datang. Itu datang ”seru wanita tadi sambil bergegas menuju Beo Jin.
“Sungguh, ke mana kau pergi, kau harusnya datang dari tadi? Kamu tidak bias datang dengan cepat dan kau terlambat.”seru wanita itu. Beo Jin pun hanya tersenyum.
Upacara ritual pun dimulai. Tiram terbaik yang dibawa Beo Jin pun disajikan dalam upacara ritual. Tetua Jang Gi pun memulai upacaranya. Beo Jin melihat upcara ritual itu pun di barisan depan.
“Ahhhh!Bau minyak ini menyenangkan.”seru Beo Jin mencium aroma ritual.
Lalu seorang staf Tuan Jang Gi memberikan sebuah medali Jinsangpae ke Beo Jin.
“Oh Yeah, aku hampir lupa. Kau tahu berapa banyak tiram untuk mendapatkan Jinsangpae ini.”seru Beo Jin sambil menerima Jinsangpae.
Ternyata narapidana dan kedua opsir pengawalnya berjalan melewati tempat acara ritual walaupun dari kejauhan.
“Apa itu di sana?”tanya narapidana.
“Ah, aku pikir kapal ikan berangkat hari ini. Sepertinya ritual hampir berakhir. Kita harus pergi ke sana dan makan.”jawab salah satu opsir.
“Mari kita pergi!”seru opsir yang memberi air dikapal tadi (karena belum tahu namanya dinamain opsir gendut dan kurus aja ya, yang gendut yang ngasih air yang kurus yang satunya lagi).
“Apakah kita akan pergi? Kalau kita sedikit terlambat tidak akan ada yang tahu?”seru opsir kurus.
Narapidana pun berteriak mengingatkan.
“Bagaimana ini bertanggung jawab! Kalian berdua harus lebih mengkhususkan pekerja kalian.”serunya lalu ia melangkah pergi . Kedua opsir walaupun kesal akhirnya mengikutinya juga.
Sementara itu ditempat upacara ritual sudah selesai.
“Pergilah! dan Makan!”seru tetua Jang Gi. Semua rakyat yang datang ke acara ritual pun segera menyerbu makanan yang disediakan untuk upacara ritual. Ada buah-buahan , lauk-pauk, tiram, dll.
Beo Jin pun berebut makanan juga di tangan kanannya penuh makanan dan ditangan kirinya ada Jinsangpae. Ternyata narapidana juga ada datang ke acara ritual itu, ia ingin mengambil makanan juga tapi melihat mejanya penuh sesak begitu ia pun mengurungkan niatnya. Dan hanya melihatnya saja. Tak puas dengan yang ada di tangan kanan, ia pun mengambil beberapa makanan lagi pakai tangan kirinya.
Lalu Beo Jin berlari pergi, karena berlari tanpa melihat sekelilingnya Beo Jin pun menabrak narapidana. Sampai-sampai barang bawaan narapidana jatuh dan juga makanan yang ditangan Beo Jin jatuh.
Narapidana pun menoleh ke arah Beo Jin, tapi Beo Jin hanya tersenyum sambil tetap mengunyah makanannya. “Maafkan aku”ujar Beo Jin akhirnya.
Narapidana itu pun hanya berdehem sambil merapikan bajunya dan Beo Jin meneruskan makannyayang masih tersisa di tangannya (lho kok Jinsangpae di tangan Beo Jin sudah nggak ada ya?).
Lalu Beo Jin mencoba membantu mengambil tas bawaan narapidana tapi dengan cepat dihalau narapida, narapida itu mengambil tas bawaannya sendiri. Beo Jin hanya dia dengan kecut dan narapidana melihatnya dengan jijik, narapida mungkin nggak mau tasnya kotor kalau di pegang Beo Jin soalnya tangan Beo Jin penuh makanan.
Tiba-tiba banyak anak berlari ke arah Beo Jin yang membuat Beo Jin sempoyongan hampir jatuh, tangan Beo Jin mau menyentuh baju narapidana tapi dengan cepat tangannya ditepuk narapida dengan kipas hingga Beo Jin jatuh menubruk meja ritual yang penuh makanan. Beo Jin pun merasa kesakitan dan narapida hanya melihatnya dengan cuek.
Di lain tempat, kumpulan wanita penyelam yang berada di kebun lading bawang putih sibuk membersihkan ladang. Lalu tiba-tiba ibunya Kkeut Boon datang melapor.
“Aigoo…..bagaimana ini bisa baik. Aku mendengar dia membalik meja ritual.”serunya pada salah satu ibu-ibu di ladang itu.
“Apa?Siapa?”tanya wanita di ladang itu.
“Itu putri Choi Beo Jin”jawab ibu Kkeut Boon sambil melirik ke arah ibunya Beo Jin.
Kedua wanita yang di dekat Kkeut Boon pun melongo ke arah ibunya Beo Jin.
“Siapa?”tanya wanita lain yang ada di dekat ibu Kkeut Boon.
“Ini Beo Jin. Apa gunanya berbicara? Itu hanya akan menyakiti mulutku.”jawab ibu Kkeut Boon.
Ibu Beo Jin yang daritadi mendengarkannya pun menjadi gerah, dengan penuh amarah ia pun pergi.
Sementara itu Beo Jin berjalan dengan gontai, tiba-tiba terdengar teriakan ibunya di depan jalan,”Jang Beo Jin!”
Beo Jin pun ketakutan melihat ibunya mendekat ke arahnya.
“Ibu! Aku tidak melakukannya dengan sengaja!”seru Beo Jin lalu bergegas kabur.
Ibunya pun mengejar Beo Jin. “Jika kamu memiliki kekuatan untuk membalik meja ritual, cobalah menjadi penyelam yang baik. Kemudia kamu akan menangkap sesuatu.”seru ibunya.
Ny. Choi (ibu Beo Jin) pun kelelahan ia berhenti sebentar dan berteriak, “Jang Beo Jin!.
Sementara itu William ditangkap salah satu suku bar-bar. William dalam posisi terikat dikelilingi banyak orang , orang-orang itu pun seperti mau memakan William. Salah satu dari mereka memecut William dan William pun berteriak-teriak.
“Stop”seru seseorang yang tiba-tiba datang ke arah mereka. Orang itu laki-laki yang berewokan dengan tampang jutek
“Tolong, bantu aku!”pinta William.
“Ada jalan keluar. Semua teman-temanku telah dikuliti kepalanya. Tapi aku selamat!”ujar laki-laki itu.
Lalu ia menoleh ke sampingnya yang sudah berdiri banyak anak-anak kecil.
“Ini adalah putri cantik. Mengorbankan tubuhmu adalah satu-satunya cara untuk tetap hidup.”seru laki-laki itu lalu tertawa.
Orang yang mengelili William pun ikut tertawa. William pun ketakutan dan berteriak keras sekali.
Dan ternyata semua itu hanya mimpinya William wkwkwkw. William masih di atas kapal bersama Yan dan teman-temannya.
“Melihat Pulau di sana?”seru salah satu teman William sambil menunjuk ke arah pulau tersebut.
“Itu Eight Island. Aku hampir tidak selamat ditempat itu sendiri. Yang pasti 28 tahun yang lalu.”cerita orang itu.
Lalu semua teman yang ada di kapal itu tertawa dan melempari laki-laki yang bercerita itu.
“Mari kita minum! Kita hampir ke Nagasaki”seru teman yang bercerita itu. Semua yang di atas kapal itu pun toss bersama .
Sementara itu Yan yang tidak ikut bergabung dengan yang lainnya mengambil sesuatu seperti dua buah batangan emas dari kantong, ia memperhatikannya lalu tersenyum dan dimasukkannya kembali ke kantong. Lalu ia mengambil sebuah gulungan dan teringat sesuatu.
Flashback, ternyata sebelum Yan ikut William berangkat ia menemui William. “William telah pergi ke Nagasaki. Tapi aku bisa menemukannya dalam waktu singkat.”ujar Yan pada ibunya William. “Ini ketiga uangnya”seru ibunya William sambil menyerahkan kantong. Berarti batangan emas dan gulungan peta tadi pembayaran dari ibunya William untuk Yan supaya membawa kembali William pulang. “Dan di mana kontraknya?”tanya ibunya William. “Kamu akan mendapatkan sisanya ketika kamu membawa William kembali dengan aman sebelum pernikahan.”jawab ibu William. Flashback selesai.
Kembali ke Yan, tiba-tiba William memanggilnya.
“Yan!”seru William. Mendengar suara William dengan cepat Yan menyembunyikan kantong emas dan gulungan peta . Lalu ia mengambil teropong dan mulai meneropong. William pun sampai di tempat Yan berdiri.
“Dapatkah kamu melihat sesuatu dalam gelap? Apakah kamu pernah mendengar tentang Eight Island? Bukankah itu menakutkan”tanya William.
“Kau tidak jauh dari Nagasaki sekarang.”ujar Yan lalu menoleh ke arah William.
“Kamu tidak ingin tinggal di sana terlalu lama. Kau tahu, aku tidak bisa menjamin keselamatanmu.”lanjut Yan.
“Apa omong kosong. Setidaknya aku ingin melihat sesuatu sebelum kita kembali.”ujar William dalam bahasa Belanda.
“Kapan kau belajar bahasa Belanda dengan sangat baik?”tanya Yan.
“Berapa hari setelah aku berada di kapal ini? Itu bukan apa-apa”jawab William.
“Seperti yang aku pikir, kamu luar biasa”ujar Yan sambil menepuk pundak William dan melangkah pergi.
Lalu di dalam kapal itu datang seorang laki-laki yang berpakaian seperti wanita dan memakai wig rambut panjang, semua orang pun menggodanya mencabut wignya dan menyiram kepalanya dengan air hahaha. Semua orang sudah mabuk dan tertidur pulas.
Lalu William mengambil porselen yang disembunyikannya.
“Aku sangat merindukanmu. Hartaku……”ujar William sambil mengelu-elus porselennya.
Di lain tempat Beo Jin sedang merenung sendirian.
“Jika aku pulang, ibuku akan membunuhku. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku bias berhenti melakukan ini untuk hidup? “gumannya.
“Apakah ada orang yang bisa menyelamatkanku dari pulau ini? Aku akan senang jika hanya ada satu orang yang akan datang “pikirkanya tiba-tiba.
Setelah Bo Jin berkata seperti itu tiba-tiba ada petir dan di lautan hujan deras yang mengakibatkan badai.
Di atas kapal semua orang panik, lonceng kapal tanda bahaya di bunyikan. “Cepat dan bergerak!”seru salah satu awak kapal. Namun kapal tetap terombang-ambing .
Yan yang berada di dalam kapal segera melihat lewat jendela menyadari terjadi badai ia pun segera naik ke mencari William. “William!”teriak Yan. Mendengar suara Yan William pun keluar dari persembunyiannya, begitu ia menyundulkan kepalanya ia terguyur hujan . Dilihatnya Yan, Yan pun melihatnya namun tiba-tiba gelombang laut terlalu besar membuat tempat yang dipakai buat William sembunyi jatuh menggelinding ke laut bersama William yang masih di dalamnya.
Keesokan harinya, ternyata Beo Jin belum juga pulang ke rumah, ia menunggu di depan rumah tetua Jang Gi.
“Kamu berada di sini, Beo Jin?”tanya staf tetua Jang Gi yang memberikan Jinsangpae ke Beo Jin kemarin.
“Hyang Dol oppa!”ujar Beo Jin (oooo namanya Hyang Dol)
“Apakah kamu menemukan Jinsangpae setelah membersihkan tempat ritual kemarin?”ujar Beo Jin.
“Membalik meja ritual tidak cukup, kamu kehilangan Jinsangpae itu?”ujar Hyang Dol.
“Pernahkah kamu melihat atau tidak melihatnya?”desak Beo Jin.
“Aku tidak melihat itu. Seseorang mungkin sudah mengambilnya.”Hyang Dol.
Beo Jin pun mendesah lalu dengan gontai meninggalkan tempat itu. Lalu tiba-tiba ia teringat sesuatu ketika menabrak narapida dan mencoba membantu mengambilkan tas bawaannya. Lalu ia berbalik dan berseru, Oppa!”serunya.
“Apakah kamu ingat kemarin? …orang muda…dengan mata sipit, tinggi dan terlihat seperti ikan pedang pendek berlendir”tanya Beo Jin sambil menjelaskan cirri-cirinya. (ckckckkckck cakep-cakep dibilang ikan pedang pendek wkwkkwkw).
Hyang Dol mencoba mengingat-ngingat,”Ahh, orang yang diasingkan!”serunya.
“Orang yang diasingkan?”tanya Beo Jin.
Lalu Beo Jin pergi ke tempat kepolisian.
“Permisi, apakah bukan orang yang diasingkan datang ke sini kemarin?Uh?tanya Beo Jin pada dua orang opsir yang bersama narapida yang diasingkan kemarin. Dua orang opsir itu hanya menoleh ke dalam, tiba-tiba Beo Jin mau menerobos masuk tapi segera dihalau salah satu opsir, hingga terdorong ke belakang. Beo Jin pun memikirkan sesuatu. Sementara itu narapidana yang diasingkan itu sedang duduk asyik membaca buku. Ternyata BEo Jin masuk ke dalam secara diam-diam lewat pintu samping yang dijaga dua opsir tadi. Beo Jin pun berlari kea rah narapidan, narapidana pun mengehntikan bacaannya.
“Apakah kamu ingat saya kemarin?”tanya Beo Jin. Namun narapidana itu hanay dia dan mencoba mengingat-ingat.
“Kemarin di ritual, kamu menjatuhkan tasmu, ketika aku mengambil itu aku kehilangan Jinsangpaeku”jelas Beo Jin. Namun narapidana itu belum ingat apapun.
“Ah,ssi….berikan Jinsangpaeku”seru Beo Jin sambil menyodorkan tangannya.
“Apa yang kamu bicarakan?”tanya narapidana itu.
“Ah….itu di dalam tasmu”jawab Beo Jin.
“Kau tampak seperti orang biasa. Bagaimana kamu berbicara kepadaku seperti itu? Bahkan jika kamu tidak berpendidikan ada perbedaan antara kelas pria dan wanita”jelas narapidana itu.
“Aku tidak tahu tentang hal-hal seperti itu. Jadi, berikan Jinsangpae itu padaku .”seru Beo Jin kesal sambil mendekat ke arah narapidana itu. Beo Jin pun mengambil tas narpidana itu.
“Apa yang kau lakukan?”teriak narapidana itu. Lalu terjadilah tarik menarik tas itu.
“Aku hanya akan melihat”seru Beo Jin.
Narapidana itu menarik tas dengan kencang hingga membuat Beo Jin terpelanting jatuh ke pelukan narapidana itu, yang akan membuat orang melihatnya akan salah paham wkkwkwkw.
Kedua opsir penjaga pun mendekat ke arah mereka dan kaget. Beo Jin pun segera berusaha melepaskan diri.
“Kebisingan apa semua ini?”teriak seseorang yang tiba-tiba datang.
Kedua opsir pengawal pun segera berdiri dalam keadaan siap,sepertinya orang itu kepala polisi. Beo Jin pun sudah berdiri kembali.
“Bagaimana kamu bisa membuat begitu banyak keributan setelah kamu tiba? Kamu masih belum belajar dari pelajaranmu. Kamu telah mempermalukan keluargamu bila kamu main mata dengan wanita. Maka kamu harus menunjukkan penyesalan”seru kepala polisi itu.
Kedua opsir menahan tawanya. Beo Jin pun diam dengan kesal.
Ternyata Beo Jin di usir keluar oleh kedua opsir pengawal. Beo Jin pun kesal menahan amarah.
Beo Jin pulang ke rumah. Ternyata dia dihukum oleh ibunya, merangkat di tanah dengan membawa keranjang tiram dipunggungnya.
“Kita lihat apa yang terjadi, kau benar-benar akan mendapatkannya.”seru ibu Beo Jin.
“Ini bukan salahku.Ini salah orang yang diasingkan itu. Kehilangan Jinsangpae dan membalik meja ritual. Itu semua salahnya. Mari kita pergi melihatnya”seru Beo Jin.
“Tenang!bentak ibunya. Beo Jin pun terdiam dan menangis.
“Membalik meja ritual tidak cukup. Tidur di tempat lain tanpa izin. Malas sepanjang hari, pulang ke rumah saat matahari terbenam. Lalu apa? Kau berteriak karena kamu tidak tahu bahwa 5 Jinsangpae bernilai pengurangan 100 tiram. Bagaimana mungkin kamu menghilangkan itu?”seru ibunya.
Beo Jin pun memasang muka melas pada ayahnya.
“Kamu makan, ini makan malammu terakhir”seru ibunya.
“Beo Jin mama, itu cukup. Beo jin tahu apa yang dia lakukan salah”ujar ayah Beo Jin.
“Ibu, tolong berhenti . Mereka mengatakan bahwa bahkan tikus ketika datang untuk mendorong ke penyorongan tahu yang dilakukan salah”ujar adik Beo Jin ikut menolong kakaknya. Ibunya hanya menoleh ke arahnya mendengar penjelasannya.
“Lihat. Beo Seol berpikir begitu”ujar ayahnya.
Beo Jin pun tersenyum senang lalu bergegas akan beridir namun segera ditahan ibunya.
“Jang Beo Jin!”teriak ibunya. Ayahnya dan adiknya pun ketakutan mereka pun terdiam.
“Siapa yang bilang kepadamu, kamu bisa berdiri?”seru ibu Beo Jin. Beo Jin pun sudah kembali ke posisi sebelumnya dan hanya bisa menangis.
Sementara itu narapida yang tidur di penjara dibangunkan oleh kedua opsir pengawalnya.
“Hey. Ini cukup. Ayo keluar.”seru salah satu opsir.
Ternyata narapidana itu diajak menemui kepala polisi.
“Kirim dia ke rumah Jang di kota San-bang, untuk memberinya pelajaran!”perintah kepala polisi.
“Hanyang(Seoul) telah kehilangan moral public sejak aku meninggalkan kota itu”gumannya lalu melangkah pergi.
“Mulai hari ini kamu akan hidup dengan rakyat umum”ujar Yi Bang. (Orang yang memergoki narapidana denga Beo Jin).
“Aku tidak ingin menjadi beban keluarga bisa itu. Kirim aku ke suatu tempat yang aku bias hidup sendiri”ujar narapidana.
“Seorang pria mulia dari Hanyang. Kau akan hidup sendiri?”ujar Yi Bang dengan sinis.
“Bahkan jika aku di pengasingan. Aku masih lahir mulia. Bagaimana aku bias hidup di antara rakyat umum?”seru narapidana.
“Apa masuk akal! Jika kamu lupa bahwa kamu diasingkan dan jika ada lagi kejadian seperti kemarin, kamu akan dipagari rumah. Ingat ini!”seru Yi Bang,
“Mengirimnya ke kediaman Jang di kota San-bang”perintah Yi Bang pada kedua opsir pengawal.
Narapidana itu pun dikawal kedua opsir yang selalu mengawalnya ke desa San-bang di Jeju.
Sementara itu di rumahnya. Kkeut Boon sedang mengaduk-aduk sesuatu dibantu ibunya.
“Apakah ada sesuatu yang terjadi di rumah Beo Jin?Ada polisi disana”tanya ayahnya.
Ibunya Kkeut Boon pun segera melihat ke rumah Beo Jin, “Polisi?”serunya, yang diikuti Kkeut Boon.
Ternyata narapidana tadi sudah sampai di rumah Beo Jin. Rumah Beo Jin pun sudah dikurumumi para tetangganya. Ny. Choi (ibunya Beo Jin) mendekat ke arah narapidana.
“Seorang yang diasingkan berpakaian resmi,bagaimana tidak lucu. Anda pikir sedang berlibur?”ujar Ny. Choi pada narapidana.“Apakah aku harus celaka, orang lain menonton dia?”ujar Ny. Choi pada salah satu opsir pengawal.
“Bagaimana anda tidak begitu sopan, beraninya kau memanggilku seperti itu?”bentak narapidana.
“Lalu…haruskah kesemek busuk yang jatuh dari pohon dilayani di atas nampan perak?”ujar Ny. Seo penuh percaya diri lalu semakin mendekat ke arah narapidana.
“Setiap orang yang diasingkan masuk ke rumahku harus mendengarkan apa yang aku katakan!”bentak Ny. Choi. “Dari mana kau datang dan bertindak begitu tinggi dan perkasa?”lanjutnya. Narapidana pun ciut lalu hanya pasang muka masam.
“Pejabat secara khusus memerintahkan bahwa dia tinggal dengan anda. Apakah anda memberinya makan atau dia kelaparan, itu nasib orang yang diasingkan tidak berharga ini. Terserah apa yang anda inginkan”ujar salah satu opsir.
“Apa?”seru narapidana.
“Anda tidak dapat melakukan ini kepada kami. Bekerja keras sebagai penyelam setipa hari, dan bahkan beberapa hari tidak mengeringkan tubuh kita. Ini cukup sulit untuk menyiapkan Jinsangpoom (Jingsangpoom=bahan dikenakan pajak, mungkin yang dimaksud tiram, tiram dikenakan pajak). Daripada para pejabat membantu kita mereka meninggalkan yang lain, mulut cacing untuk makan?”ujar Ny. Choi.
“….mulut cacing untuk makan?”seru narapidana terbata-bata, syok dia hahaha.
“Beritahu secara resmi, sampaikan pesan ini. Aku tidak bisa menerimanya dengan gratis. Sebagai imbalannya, mengurangi Jinsangpoom di kota San-bang kami. Mengurangi 3 kotak (300 abalone/tiram). Maka aku akan mengarahkan orang yang diasingkan ini”ujar Ny. Choi.
“Bagaimana kalau dikurangi 1 kotak (100 abalone)”ujar salah satu opsir.
“2 kotak (200 abalone)?”ujar Ny. Choi.
“jangan terlalu kaku. Ah kemudian..”seru opsir yang lain.
“bawa dia kembali dengan kalian”bentak Ny.Choi tiba-tiba sambil mengusir ketiga orang ini.
“Ok, aku akan menyampaikan pesan ini”ujar salah satu opsir lalu mengajak temannya pergi.
“Mari kita pergi”ajak salah satu opsir pada temannya. Jadilah tinggal narapidana dan Ny. Choi yang di tonton oleh banyak tetangganya.
Narapidana pun berdehem sambil menoleh ke belakang yang dilihatnya banyak orang tersenyum menggoda ke arahnya wkkwkwkw. Terutama Kkeut Boon merapikan bajunya biar terlihat seksi yang dibantu oleh ibunya. Narapidana pun hanya mendesah dan geleng-geleng kepala.
“Tempat ini tidak sesuai bagi seseorang untuk hidup”gumannya sambil melihat ke sekelilingnya.
Narapidana pun memperhatikan Tn. Jang (ayah Beo Jin) yang duduk di dipan. Tapi Tn. Jiang diam saja. Seorang kakek tua memperhatikan narapidana ini bersama kerumunan tetangga Ny. Choi.
“Dimana ruang tamu?”tanya narapidana. “Aku selesai melakukan perjalanan yang melelahkan, aku akan beristirahat…”ujar narapidana lalu melepaskan tas bawaannya dan menyerahkannya ke Ny. Choi namun Ny. Choi diam saja malah bersedekap. Jadi tasnya jatuh ke tanah deh wkwkkw. Narapidana pun tersenyum masam ke arah Ny. Choi.
“dengan wajah yang tampak kurus, kamu tidak harus makan banyak”ujar Ny. Choi.
“Bangsawan Hanyang…”seru narapidana.
“Hanyang?”tanya Ny. Choi lalu menendang tas narapidana sambil mendekat ke arah narapidana.
“Di sini Tamna Island (Jeju-do). Lupakan Hanyang! Jika kamu ingin makan, kamu harus bekerja! Apa arti bangsawan di sini? Lupakan semua itu disini!”seru Ny. Choi pada narapidana.
Narapidana pun tidak bisa melawan hahaha, lalu Ny. Choi menoleh ke belakang dilihatnya para tetangganya masih menonton. “Apa yang kalian lihat?”serunya lalu mereka pun berpamitan bubar.
“Sebelum terlambat, penyelam harus berangkat”seru Ny. Choi.
Perut narapidana pun berbunyi, yang sepertinya mulas karena sakit perut, dia pun memegangi perutnya. Lalu Beo Seol (adiknya Beo Jin) sudah berada di dekatnya, narapidana pun kaget dilihatnya adik kecil itu.
Ternyata Beo Sol mengajak narapidana ke ruangannya. Dia pun membukakan pintu kamarnya, narapidana pun kaget begitu piuntu terbuka dilihatnya ruangan itu seperti gudang hahaha.
“Untuk apa ruangan ini digunakan? Apakah manusia hidup di kamar ini?”tanya narapidana pada Beo Seol.
“Haruskah seorang sarjana diasingkan berharap selimut sutra?”seru Beo Sol lalu melangkah pergi meninggalkan narapidan. Narapidana pun tersenyum. Lalu dilihatnya ruangan itu ada belalang melompat hahaha. Ia pun kesal dan menyentik topi di kepalanya aneh wkwkkw.
Sementara itu Beo Jin pulang dari menyelam mengendap-endap. Begitu dilihatnya tidak ada orang ia pun lega lalu meletakkan keranjang tiramnya.
“Aku tidak perlu menyelam hari ini”gumannya. Tiba-tiba jerami melayang ke tubuh Beo Jin ketika menunduk mengambil keranjang tiramnya.
“Oh!Ibu! Aku sedang dalam perjalanan ke laut”serunya sambil menoleh ke arah lemparan jerami, begitu dilihatnya orang yang melempar jerami bukan ibunya tapi orang yang diasingkan Beo Jin pun kaget.
“Kamu!”seru Beo Jin.
“Troubemaker?”seru narapidana.
“Apa?kamu… kenapa kau di sini? Kamu…”ujar Beo Jin.
“Aku pikir rumah ini adalah sesuatu yang lain… ini tidak mengherankan kau putri pemilik rumah ini”ujar narapidana.
Beo Jin pun tersenyum, “Jadi, kamu datang ke rumah kami?”serunya lalu ia teringat sesuatu.
“Ah, benar! Jinsangpae, bergegas ambil dan berikan padaku”ujar Beo Jin sambil menyodorkan tangannya.
“Aku sudah bilang bahwa aku tidak tahu apa-apa tentang itu. Kenapa kau terus bertanya hal yang sama seperti ikan mas?”seru narapidana.
“Ikan mas?”seru Beo Jin lalu melangkah maju ke arah narapidana mau mengeledah narapidana.
“Apa yang akan kau lakukan jika ada di sini?”seru Beo Jin.
“itu cukup. Kenapa kau diam saja? Ambil sampah ini dan pergi dengan cepat !”seru narapidana lalu melangkah pergi.
Tapi tiba-tiba Beo Jin mencengkram baju narapidana.
“Kau”seru Beo Jin lalu ia melepaskan cengkramannya.
“Bagaimana kau tidak sopan! Seseorang yang rendah, kau tidak harus menyentuh tubuh ini”seru narapidana.
“Tentu saja. Hanya wanita Hanyang yang diizinkan untuk menyentuh tubuh itu”seru Beo Jin sambil menunjuk ke arah narapidana.
“Bagaimana kau begitu kurang ajar!”bentak narapidana. Tanpa mereka ketahui Tn. Jang (ayah Beo Jin) melihatnya karena sudah kembali ke rumah.
“Hentikan!”teriak Tn. Jang, habis teriak Tn. Jang lalu memegang dadanya kesakitan. Beo Jin pun berlari ke ayahnya dan memegangi ayahnya.
“Ayah, itu dia. Orang yang mengambil Jinsangpae kita”adu Beo Jin.
“Tuan Sarjana?”tanya ayahnya sambil menunjuk kea rah narapidana.
“Itu cukup. Dimana selimut?”ujar narapidana.
Beo Jin pun berlari ke arahnya lalu menendang jerami yang mengenainya tadi. “Apa yang kau pikirkan?”bentak Beo Jin.
“Tuan sarjana, mengapa anda membuang alas tidurmu di sini. Sehingga semuanya menjadi kotor. Meskipun disini hangat. Ketika kamu tidur di lantai yang dingin mulutmu akan memutar seperti ini”ujar Tn. Jang sambil memperagakan mukanya membengkok. Narapidana pun dia berpikir.
“Beo Jin, keranjangmu kosong tidak ada tiram”tanya ayahnya ketika dilihatnya keranjang tiram Beo Jin masih kosong.
“Artinya, aku akan pergi dan setidaknya mengumpulkan rumput laut”jawab Beo Jin.
Ayahnya pun mendesah lalu berkata,”ibumu mengira kau masih menyelam sekarang. Jika dia tahu kau ada di sini hanya berkeliaran di sekitar…”kata ayanya yang tiba-tiba dipotong Beo Jin.
“ayah! aku akan ke laut”seru Beo Jin lalu mengambil keranjang tiramnya dan bergegas pergi.
“Pastikan ayah mendapatkan Jinsangpae dari orang yang diasingkan ini!”pesan Beo Jin.
Setelah Beo Jin pergi tinggalah berdua narapidana dan ayah Beo Jin.
“yah….”ujar narapidana membuka obrolan.
“Apakah kamu punya sesuatu yang akan ditanyakan kepadaku?”tanya Tn. Jang.
Tiba-tiba terdengar bunyi klukuk dari perut narapidana (alias kebelet mau bab), narapidana pun hanya tersenyum sambil memegangi perutnya.
Ternyata sama ayahnya Beo Jin narapidana itu diajak ke kandang babi, hueksss (baca episode 1 jangan sambil makan wkwkkwkw).
“Ayo sini…..datang ke sini. Di sini kandang babi ”ajak Tn. Jang. Begitu narapidana melongo melihat ke bawah di pun mual serasa mau muntah.
“Ups, bangsawan Hanyang tidak bisa sekaligus”ujar Tn. Jang begitu melihat narapidana mau muntah.
Tiba-tiba ia teringat sesuatu,”Lalu…..”gumannya sambil berpikir, ia pun mengajak narapidana pergi ke suatu tempat.
Ternyata Tn. Jang mengajak narapidana ke sungai (disuruh bab ke sungai kwkwkwkwk).
“Ketika penyelam tidak ada disini, kau dapat melihat pemandangan besar ini”serunya, lalu ia berkedip kea rah narapidana dan menyiapkan sebuah papan dan bersiap bab, Tn. Jang pun bab di papan dan di samping narapidana, narapidana pun melihatnya dengan aneh. Narapidana pun jijik melihat pup Tn. Jang di papan (pup disensor lho tapi tetap aja ya ampun gelo nonton drama ini wkwkwkwk).
Lalu Tn. Jang mengampil papan yang ada pupnya dan bersiap melemparkannya ke laut.
“Berpegang pada papan ini dengan ringan, menggunakan kekuatan dalam pergelangan tanganmu”ujar Tn. Jang lalu melemparkannya bersama papannya ke laut. “Euh…ah”teriak narapidana takut terkena papan itu. Tapi hebatnya dayung ini pasti nggak akan hilang di laut soalnya dayungnya diikat tali, jadi walaupun dayung terlempar tetap bias ditarik kembali dan tentu saja dayung kembali dalam keadaan bersih.
Sementara itu Beo Jin dilaut bersiap untuk menyelam, namun tiba-tiba ia terhenti ketika melihat wig berwarna pirang. “Apa ini?”gumannya sambil mengambil wig itu. Beo Jin pun mengamati wig itu.
“Rumput laut yang terbuat dari emas?”gumannya dengan penuh kegirangan.
“Aku 8 tahun sebagai seorang penyelam….aku akhirnya berhasil, bagaimana aku bias menemukan rumput laut berharga seperti ini?”serunya penuh kegirangan. Lalu ia akan melanjutkan menyelam tapi pandangan terhenti ketika melihat rumput laut emas lain di atas bebatuan.
“apa itu?”teriak Beo Jin sambil mendekat kea rah bebatuan itu. Beo Jin pun mengambil rambut itu dan memotongnya dengan pisau, namun tidak bias lalu diangkatnya ternyata kepala orang yang tak lain dan tak bukan adalah William. Mereka pun bertemu pandang dan saling berteriak kaget.
“Ini sangat menakjubkan. Kamu,rambutmu….adalah emas!”ujar Beo Jin lalu mendekat kearah William mau memegang rambutnya tapi tiba-tiba ia menoleh mendengar suara rombongan penyelam yang dipimpin ibunya. Ia pun kaget dan bingung lalu berpikir sebentar dan tiba-tiba ia menyeret William masuk ke dalam air.
Ternyata di dalam air William kehabisan nafas, lalu Beo Jin pun memberinnya nafas buatan hehehe. Setelah itu membawanya ke permukaan. Beo Jin memapah William ke daratan dan mereka terjatuh. William terbatuk-batuk.
“Apakah kau baik-baik saja?”tanya Beo Jin sambil memegang pundak William. Namun William menghindar karena ketakutan. Lalu Beo Jin memegang hidung William yang mancung dan memegang hidungnya sendiri untuk membandingkan. Beo Jin melihat ada rumput laut menyangkut di kaki William, ia pun mengambil pisaunya untuk memotong rumput itu, William pun mundur selangkah karena ketakutan.
“Mohon!Mohon!”pintanya (dalam bahasa Inggris yang Beo Jin tidak ketahui hahaha, untuk sekarang William masih berkomunikasi dalam bahasa Inggris.). William pun teringat mimpi saat ia terdampar dan akan dijadikan korban.
“Mohon……tolong jangan membunuhku”pintanya lagi. “ Oh Tuhan….ini Eight Island”gumannya.
“Kamu….apa yang kau katakan?”tanya Beo Jin.
“Apakah ini Eight Island?”tanya William.
Beo jin tertawa mencoba mengulang kata-kata William,”Ae….ae…..apa?”ujarnya.
“Apakah ini Jepang?”tanya William lagi.
“Ja…..”ujar Beo Jin.
“ya, Jepang”seru William.
“Ja….Panng?!”ujar BEo Jing mengulang kata-kata William.
Tapi Beo Jin salah tafsir ,”Ya!apakah kau mencoba mengatakan kau lapar? Tunggu”serunya lalu Beo Jin pun menyelam ke dalam laut. Dan William pun lega ia merebahkan dirinya ke pasir.
Tiba-tiba Beo Jin datang dengan beberapa ikan yang tertancap di pisaunya. Ia pun memperlihatkannya pada William.
Ia pun membakar ikan tangkapannya itu, lalu mengambil satu dan meniup-niupnya lalu menyerahkannya pada William. William pun menerimanya dan memakannya.
“Rambut emas, kau sangat lapar?”tanya Beo Jin ketika melihat William makan ikan dengan lahap.
“bagaimana kau bias terlihat seperti ini?”lanjut Beo Jin. Tiba-tiba datang kakek tua langsung duduk dihadapan mereka. William pun kaget dan reflex geser ke belakang sedikit.
Kakek tua itu mengambil satu ikan dan langsung memakannya.
“Apa yang kamu lakukan? Kakek tua, apakah kau datang setelah mencium makanan? Kau memiliki hidung seperti anjing”ujar Beo Jin pada kakek tua itu.
Kakek tua itu hanya tersenyum dan tetap makan ikannya dengan lahap.
“Makan sedikit….dia sangat lapar”ujar Beo Jin sambil menunjuk ke arah William.
Kakek tua itu pun memperhatikan William dan berkata, “anak bermata biru…”
“Hah”ujar Beo Jin.
“Bermata biru, nak!”ulang kakek tua.
“Kakek, kakek apakah kau melihat seseorang seperti dia sebelumnya? Lihatlah rambutnya. Ini terbuat dari emas. Emas”ujar Beo Jin sambil menarik-narik rambut William untuk menunjukkan.
“Bagaimana emas keluar dari kepala anak laki-laki? Ini sulit dipercaya”lanjut Beo Jin.
“Rambut keemasan…jika kamu tertangkap, kamu sudah mati”ujar kakek tua.
“Benarkah?Ayeee,,,,kakek, kau berbohong lagi?”ujar Beo Jin.
“Jika orang menemukan dia, mereka akan membawanya ke Hanyang. Lalu ia akan mati”tegas kakek tua, lalu kakek tua itu melakukan gerakan memotong leher yang secara refleks membuat William bergidik ketakutan lalu menoleh ke arah Beo Jin.
Beo Jin memikirkan sesuatu lalu ia mengajak William pergi. “Anak bermata biru! Bangun! Kita harus pergi ke suatu tempat”ujar Beo Jin sambil menarik tangan William pergi.
Ternyata Beo Jin mengajak William bersembunyi di sebuah gua. Beo Jin pun menyalakan api, dan menaruh wig rambut pirang disebelahnya.
“Ini adalah tempat persembunyian rahasiaku, mulai sekarang kamu bisa tinggal di sini”ujar Beo Jin.
William pun mendengarkan perkataan Beo Jin dengan seksama, “Kamu bisa tidur di sini”ujar Beo Jin sambil mendorong William agar duduk.
“Cham ah! Aku Beo Jin. Beo Jin”seru Beo Jin .
Tapi William salah tangkap wkwkkwkw, “Virgin?”ujar William
“Ikutilah setelah aku mengatakannya, Beo Jin”seru Beo Jin lagi.
Lalu William berpikir sebentar,”Apakah kamu mengatakan padaku kau masih perawan?”ujar William salah paham.
Eee Beo Jin malah mengangguk karena dengar kata-kata “Virgin” dalam bahasa Inggris mirip Beo Jin.
“Kamu?”tanya Beo Jin.
“Aku?”tanya William.
“Siapa namamu? Namamu!”seru Beo Jin.
“Yeah….aku juga (Me Too)”ujar William, William kira Beo Jin tanya apa William juga masih “Virgin” wkwkwkw.
“Aku juga (Me Too),namamu adalah “Me Too”pikir Beo Jin lalu duduk disebelah William.
“Namamu adalah “Me Too”?”ulang Beo Jin.
“Jika seseorang datang untuk membawamu , gunakan pisau ini untuk memotong tenggorokan mereka”ujar Beo Jin pada William sambil memperagakan yang membuat William agak takut.
“Tapi, kamu tidak perlu memotong tenggorokan mereka. Lalu gunakan ini untuk menikam terlebih dahulu, lari jauh. Di sana, ke arah gunung itu. Mengerti?”jelas Beo Jin. William pun mengangguk.
Lalu Beo Jin menyerahkan pisaunya. “Dan ini adalah hal yang paling berharga bagiku… Jangan pernah kehilangan itu”ujar Beo Jin lalu menyerahkan pisaunya pada William. William pun mengangguk. Lalu Beo Jin bersiap pergi.
“Sekarang aku akan membawa sesuatu untuk dimakan besok. Ingat apa yang aku katakana. Pastikan untuk menyembunyikan diri. Mengerti itu, “Me Too”?ujar Beo Jin, William pun hanya bias mengangguk padahal nggak ngerti apa yang dibilang Beo Jin hahaha.
Beo Jin pun melangkah keluar dari gua, namun baru beberapa langkah ia menoleh ke belakang dan berkata,”Kau benar-benar tidak harus keluar”ujar Beo Jin mengingatkan yang membuat William kaget, lalu Beo Jin melangkah pergi.
Sementara itu narapidana belum juga bab ia masih menahannnya sampai sakit berjalan pun sakit perut, Orang-orang yang melihatnya pun tertawa, “Bangsawan yang dibuang?”ujar Kkeut boon ketika melewati narapidana itu. Lalu Kkeut Boon mencium sesuatu lalu ia mengendus-endus baju narapidana itu. Narapidana itu kesal menahan sakit perutnya melangkah pergi.
“Apakah kalian melihatnya? Dia jatuh padaku dan menatapku sekarang”ujar Kkeut Boon pada kedua temannya.
“Benar”ujar salah satu temannya.
“ Tentu saja. Bahkan seorang bangsawan yang dibuang memiliki mata, bagaimana bias dia mengabaikanku?”seru Kkeut Boon.
“ia diasingkan karena dia main mata dengan wanita, dia benar-benar menyukai wanita”ujar salah satu temannya.
“Di Hanyang ada banyak janda mulia yang menyerahkan iman mereka karena dia”ujar teman yang lainnya.
“Apakah orang itu orang biasa atau bangsawan ia selalu membayar ketampanannya”seru Kkeut Boon.
“Itu benar. Itu benar”ujar kedua teman.
“Mari kita pergi”ajak Kkeut Boon.
Beo Jin pulang ke rumah dengan cara mengendap-endap, ia pun meletakkan perlengkapan menyelamnya dengan lega karena tidak ada orang di rumah.
“Tidak ada orang di rumah”gumannya, lalu tatapan matanya berubah melihat ke arah ruangan narapidana.
Ternyata Beo Jin masuk ke kamar narapidana itu, dan membongkar isi tasnya dan ia hanya menemukan sebuah buku.
“Apa ia seorang pria konyol, hanya ada buku-buku di sini”gumannya.
Tiba-tiba pintu terbuka,”Troublemaker!”seru narapidana lalu masuk ke kamarnya.
Beo Jin pun kaget lalu ia berdiri sambil memegangi bukunya.
“Apa yang kamu lakukan sekarang?”tanya narapidana.
“Aku sedang mencari Jinsangpaeku. Mengapa?”jawab Beo Jin lantang.
“Bagaimana mungkin seorang gadis biasa rendah memasuki ruangan seorang bangsawan dan menyentuh barang-barangnya?”seru narapidana.
“Huh….ruangan bangsawan? Kamar yang mana? Kamar ini?”ejek Beo Jin.
“Untuk seorang pria tinggal di gudang penyimpanan kami secara gratis…Ok itu sudah cukup, cepat aku mengambil Jinsangpaeku”ujar Beo Jin lalu menyodorkan tangannya meminta Jinsangpaenya diberikan.
“Jin Sang…Jin Sang… Kau benar-benar yang menyebabkan”Jin sang” (perilaku yang tidak pantas di luar aturan). Berhenti. Cukup sudah. Berikan bukuku”ujar narapidana.
Beo Jin pun terpikirkan sesuatu, lalu ia berlari keluar lewat kolong jalan tembus keluar sepertinya dapur. Lalu ia menodongkan buku itu di atas api. Narapidana pun kaget dan syok.
“Ambilkan Jinsangpaeku, jika tidak, aku akan membuang buku ini ke dalam api”ujar Beo Jin sambil menaruh buku itu tepat di atas api.
“Oh…ini terlalu banyak orang biasa mengancam seorang bangsawan?”seru narapidana.
Akhirnya Beo Jin malah memasukkan buku tersebut ke dalam api, buku itu pun terbakar narapidana itu pun mengambil bukunya dan mencoba mematikan apinya, dibawanya buku itu keluar , karena tidak tahan panasnya, ia pun melemparkan buku yang terbakar itu ke atas tumpukan jarring yang ada disampingnya yang otomatis jaring itu ikut terbakar dan api makin membesar.
Beo Jin pun kaget melihat itu, “Apa yang kamu lakukan?cepat keluarkan buku itu”bentak narapidana.
Beo Jin pun panik lalu ia mengambil air untuk memadamkan air yang mulai membesar. Narapidana pun membantu dengan menciprat-cipratkan air ke api itu. “Bukuku, oh, tidak.”ujar narapidana.
Beo Jin pun mengambil sapu dan memukul-mukulkannya ke api dan narapida menyiramkan air akhirnya apinya pun padam.
Narapidana pun kesal, lalu ia mengambil bukunya yang setengahnya sudah terbakar dan Beo Jin melihat jaring ikan yang terbakar padahal susah payah dibuat ayahnya. Kedua orang ini pun saling berpandangan tidak ada yang mau mengaku salah. Tiba-tiba kedua orang tua Beo Jin datang melihat semuanya.
Narapidana pun melihat Ny. Choi yang memeloti keduanya lalu narapidana pun menunjuk ke arah Beo Jin.
Narapidana pun duduk di kamarnya membersihkan bukunya yang terbakar.
“Aku butuh semusim untuk merajut jaring ikan ini, bukan untuk dibakar seperti ini”ujar Tn. Jang memperhatikan jaring yang sudah terbakar di tangannya.
“Ayah…. Maaf. Jika bukan karena orang diasingkan itu semua ini tidak akan terjadi”ujar Beo Jin dengan lemah.
Mendengar ia disalahkan narapidana pun membela diri.
“Itu, kurang ajar… kamu merusak buku berhargaku”serunya.
“Jang Beo Jin”ujar Ny. Choi
“ya”ujar Beo Jin.
“Mulai hari ini, orang yang di asingkan menjadi tanggung jawabmu. Mulai sekarang, apakah orang yang diasingkan berkelakuan baik atau tidak baik. Semua itu menjadi tanggung jawabmu. Ingat itu”seru ibunya.
“Ah….Ibu….itu tidak masuk akal. Itu tidak adil”keluh Beo Jin.
Narapidana pun hanya melongo lalu Ny. Choi mendekat ke arah narapidana.
“Bahkan ikan teri memiliki wajah, ikan perak memiliki mata, sebagai seorang yang diasingkan, kamu tidak boleh menganggu”ujar Ny. Choi.
“itu terlalu tidak sopan, bagaimana anda begitu berani meremehkanku, aku Park Kyu?”seru narapidana (mulai sekarang narapidana itu dipanggil park kyu aja ya kasian banget dari tadi saia panggil narapidana padahal orang yang diasingkan wkwkwkwk). Park Kyu pun langsung terdiam saat Ny. Choi hanya melotot ke arahnya.
Malam harinya, Beo Jin mengisi air di gentong, sepertinya hukuman untuk kekacauan yang dia buat tadi. Dan Park Kyu di kamarnya masih membersihkan bukunya. Lalu ia mengambil buku yang tersisa di tasnya, lalu ketika tumpukan buku itu dibuka dilihatnya Jinsangpae terselip di antara buku-buku itu. Ia pun mengambil Jinsangpae itu dan teringat saat Beo Jin ngototminta Jinsangpaenya dikembalikan. Dia terdiam sebentar lalu membuang Jinsangpae itu ke dalam gentong hingga terdengar bunyi klontang dari luar. Beo Jin mencibir ke arah ruangan Park Kyu.
Sementara itu William merebahkan dirinya dipasir pantai sambil memikirkan ciuman Beo Jin saat Beo Jin memberinya nafas buatan. Ia pun duduk menikmati pemandangan malam pantai pulau Jeju.
“Nagasaki, Yan! Mama…”gumannya.
Ia pun teringat saat meninggalkan sebuah surat dan sepatu Geta buat mamanya, Flashback.
Mamanya William melihat secarik kertas di atas sepatu Geta,”Ini adalah sepatu jepang yang disebut geta. Aku benci melihat gaunmu terkena basah saat hujan. Semoga dengan ini menjaganya dari air hujan. Aku akan merindukanmu. Mama, aku berjanji tidak akan lama”bunyi surat itu.
Flashback end---
Kembali ke William yang masih merenung ditepi pantai.
“Dimana aku?”gumannya.
Keesokan paginya, Ny. Choi membuka pintu kamar Beo Jin yang masih tertidur pulas padahal sudah siang. Lalu ia berpindah membuka kamar park Kyu dilihatnya juga masih tertidur pulas padahal sudah bangun.
“Apa kelemahan disiplin! Ayo keluar sekarang!”teriak Ny. Choi.
Mendengar ibunya berteriak Beo Jin pun bangun. “Aku bangun, aku bangun….aku terbangun”ujar Beo Jin bangun dari tempat tidurnya dan keluar kamar . Sedangkan Park Kyu masih dikamarnya walaupun sudah bangun.
“Hari ini, pergi ke kebun jeruk dan pupuk semua pohon. Kita akan mengambil buah sebagai pajak, sehingga pupuk itu dengan merata dan hati-hati”seru ibunya pada Beo Jin. Lalu Ny. Choi menoleh ke arah Park Kyu,”Jika kamu tidak pergi, kau tahu apa yang akan terjadi, ok?”serunya lalu pergi.
Beo Jin pun mengajak Park Kyu dengan isyarat tangannya.
Akhirnya mereka pergi berdua ke kebun jeruk, tapi semua barang bawaan di gendong Beo Jin padahal Beo Jin tampak keberatan sedangkan Park Kyu berjalan melenggang tanpa membawa apa-apa,
“Kamu ambil ini sekarang”ujar Beo Jin meminta Park Kyu membantunya membawa barang-barang.
“Bagaimana sopan, bagaimana pengacau menyuruhku melakukan ini dan itu?”protes Park Kyu yang tetap melenggang dengan kipasnya.
“Jika kamu tidak mendengarkan, aku akan memberitahu ibuku”ancam Beo Jin.
“itu cukup. Aku tidak ingat pernah mendengar hal seperti itu. Kecuali. Aku hanya mendengar pergi ke kebun”ujar Park Kyu menjelaskan lalu melangkah pergi duluan.
“Kemudian, kamu harus membantu memupuk”ujar Beo Jin.
Di kebun jeruk Beo Jin mulai memupuk sedangkan Park Kyu duduk dengan santai sambil kipas-kipas kwkwkw (ngiler ama jeruknya kayaknya enaknya ni, Jeruk di Pulau Jeju kan terkenal manisnya kata Raja Yeongjo di Sungkyunkwan Scandal).
Tiba-tiba Beo Jin teringat sesuatu lalu berlari ke arah Park Kyu yang duduk santai.
“Hey,giliranmu sekarang”seru Beo Jin sambil menyodorkan pupuknya.
“Apa pula ini?”ujar Park Kyu ketika mencium bau pupuk.
“Omong kosong”guman Beo Jin.
“Omong kosong, kamu tidak tahu itu?”tanya Beo Jin.
“Omong kosong”ulang Park Kyu,lalu ia langsung berdiri.
Beo Jin pun iseng mau menjahili Park Kyu, “kamu harus menyebarkannya seperti ini, sehingga pohon dapat tumbuh subur ”seru Beo Jin sambil mengajarkan caranya.
“Bagaimana tidak sopan!”bentak Beo Jin yang menghindari Beo Jin takut ama bau pupuk wkkwk.
Tiba-tiba perutnya mulas kembali ia pun melangkah pergi.
“Kemana kau akan pergi? Kau akan merayu gadis-gadis lagi”tanya Beo Jin.
Park Kyu pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Beo Jin. “Aku bertanya-tanya mengapa kau mengikutiku di sini, kaulah yang tidak sopan!”teriak Beo Jin, tapi Park Kyu tidak membalas apa-apa keburu mulasnya kambuh hahaha, ia pun melangkah pergi.
Beo Jin memetik 3 buah jeruk yang ranum-ranum yang akan diberikan ke William (pengen jeruknya hahaha). Beo Jin membawa jeruk itu bersama beberapa kue, ia membuka bekalnya dan memberikannya ke William. “Makan dengan cepat! Seseorang hidup perlu makanan untuk kekuatan”ujar Beo Jin sambil menyerahkan sepotong kue.
William pun memakanannya dengan lahap, melihat Beo Jin tidak makan William pun mengambil satu kue diberikannya pada Beo Jin, tapi Beo Jin menolakkany disodorkannya kembali kue itu.
“Me Too” kau haris makan banyak, aku sudah makan beberapa”ujar Beo Jin.
“Makan beberapa”ujar William mengulang.
Beo Jin pun akhirnya makan kue juga yang diambilnya. William melihat Beo jin makan dilihatnya tangan Beo Jin terluka, dipegangnya tangan yang terluka itu dan diperhatikannya.
“Ini baik-baik saja,ok!”ujar Beo Jin. William pun tersenyum masih sedikit khawatir.
“Aku bilang tidak apa-apa”ulang Beo Jin. William pun tersenyum lalu meniup tangan Beo Jin yang terluka. Beo Jin pun tersenyum.
Sementara itu Park Kyu mencoba bab di wc tradisinoal.
“Baiklah, aku juga bisa melakukannya apa yang orang primitive di sini bisa lakukan tidak ada alasan mengapa aku tidak bisa melakukannya, kan?”pikirnya. Lalu ia bersiap bab, tapi ketika ia mendengar suara babi dibawahnya ia pun tidak jadi dan keluar dari WC itu wkwkwkkw. Ketika ia menoleh ia pun berteriak ketika disampingnya muncul Beo Seol.
Akhirnya Park Kyu pergi ke laut, di sana ia mencoba bab. William pun juga pergi ke laut. Tiba-tiba Park Kyu memperhatikan suatu benda yang tak lain dan tak bukan adalah porselen milik William.Ia pun tersadar akan sesuatu dan tersenyum bahagia. William yang berjalan di atas bebatuan pun memperhatikan porselen itu. Ia pun tersenyum bahagia dan berlari kea rah porselen itu.
“Hartaku”guman William sambil berlari kea rah porselen. Di lain arah Park Kyu pun berlari ke arah porselen itu.
Nah siapakah yang akan mendapatkan porselen berharga itu ?
Happy New Year Fams
0 comments:
Post a Comment