Recent Post


[Sinopsis] Mary Stayed Out All Night/Marry Me, Mary! Episode 4 Part-II

Do you want to share?

Do you like this story?

Ayah Jun In ngobrol berdua dengan Mae-ri sambil minum teh.
Ayah Mae-ri menuangkan teh ke cangkir Mae-ri . Mae-ri pun meminumnya.
“Ini, silahkan minum lagi.”seru ayah Jun In sambil menuangkan kembali the ke cangkir Mae-ri.
“Ah, ya.”ujar Mae-ri lalu meminumnya.
“Benar….bagaimana keadaan di perusahaan?”tanya ayah Jun In.
“Ahhh…tidak banyak yang bisa kulakukan. Jadi tidak banyak yang bisa ku katakan”jawab Ma-ri.
“Aku mengerti.”ujar ayah Jun In. Suasana pun jadi canggung kembali lalu ayah Jun In berkata,”Ah, apa kau….tahu bagaimana caranya bermain golf?”tanya ayah Jun In (pertanyaan yang aneh wkwkkw).
“Golf?”tanya Mae-ri kaget. “Dengan kondisi keluargaku, bagaimana aku bisa?”lanjut Mae-ri.
“Ahhh…yah, tentu saja. Aku terlalu kasar”ujar ayah Jun In.
Mae-ri pun terdiam, lalu ayah Jun In bertanya,”Ah…baik, kalau begitu….olahraga apa yang biasa kau mainkan ?”
“Aku tidak suka olahraga. Hanya latihan pernapasan”jawab Mae-ri.
“Ah, tentu saja, latihan pernapasan. Itu sangat penting.”ujar ayah Jun In.
Suasana pun jadi canggung lagi, lalu ayah Jun In teringat sesuatu lalu mengambil sesuatu disampingnya.
“Oh!Tapi….kau pasti tahu cara bermain baduk* (kalau di Jepang disebut Igo) kan?tanya ayah Jun In sambil mengeluarkan permainan itu dari samping meja tatami.
Tapi Mae-ri tetap saja tidak tahu permainan apa itu hahahaha.
“Tidak juga. Aku tidak tahu cara bermainnya.”jawab Mae-ri.
“Aku mengerti. Yah, sepertinya aku banyak membuat kesalahan hari ini.”ujar ayah Jun In.
Mae-ri sepertinya merasa tidak enak, lalu ia berseru,”Ah, tidak apa-apa, jangan begitu. Anda pasti bosan karena tidak banyak hal yang bisa kulakukan.”
“Tidak apa-apa.”ujar ayah Jun In.
Lalu tiba-tiba Mae-ri teringat sesuatu,”Ah…Nah ada satu permainan yang aku tahu cara bermainnya?”
“Oh, begitu? Yang Mana?”tanya ayah Jun In dengan antusias.
Jun In pun sudah pulang ke rumah, Mae-ri dan ayah Jun In sedang asyik bermain.
“Assa, aku bisa bermain lagi, kan?”seru Mae-ri.
“Oh, kau pandai sekali.”ujar ayah Jun In.
Jun In pun menghentikan langkahnya, lalu mendatangi suara Mae-ri dan ayahnya yang asyik bermain.
“Sekarang giliran paman”seru Mae-ri.
“Baiklah, aku akan menunjukkan kepadamu siapa aku. Jadi, aku bisa mengambil sekaligus, kan?”seru ayah Jun In.
“Ya. Yah, secara teori, tapi….”ujar Mae-ri.
“Baiklah, kalau begitu”seru ayah Jun In yang sudah bersiap membidikkan biji igonya.
Tapi ternyata ayah Jun In gagal, tapi Mae-ri menyanjungnya. “Tidak apa-apa!kau benar-benar melakukan dengan baik pertama kali bermain ini. Bagus!”seru Mae-ri yang diiringi tepuk tangannya.
“Terimakasih.”ujar ayah Jun In sambil tertawa kecil.
Tiba-tiba Jun In sudah ada di depan ruangan tempat ayahnya dan Mae-ri bermain. Jun In pun pangling melihat ayahnya begitu bahagia dan antusia bermain dengan Mae-ri.
Ayah Jun In pun bertanya, “Ah benar kau sudah kembali?”serunya. Lalu Jun In pun memberi hormat.
Jun In, ayahnya dan Mae-ri pun makan malam bersama. Tapi suasananya sangat canggung.
“Ini, silahkan dilanjutkan.”seru ayah Jun In mempersilahkan Jun In dan Mae-ri makan. Lalu datang bibi menyiapkan makanan untuk ayah Jun In.
“Tidak apa-apa, bibi. Aku akan melakukannya.”seru Jun In mengambil sumpit dari bibi pelayan untuk menyiapkan hidangan untuk ayahnya. Ayahnya pun asyik makan. “Tampak sempurna. Tolong tetap menyiapkan makanan yang lunak untuk ayah.”pinta Jun In melihat hidangan masakan bibi itu.
“Ya, aku mengerti.”jawab bibi pelayan.
Jun In pun mulai melilihkan makanan untuk ayahnya, Mae-ri memperhatikannya lalu bertanya,”Tapi, bagaimana kau bisa makan makanan yang berbeda dengan yang lain, paman?”
“Itu karena aku sedang dirawat gara-gara kanker.”jawab ayah Jun In.
“Kanker? Apakah kau baik-baik saja, paman?”tanya Mae-ri.
“Tentu saja. Aku baik-baik saja. Jangan khawatir, nikmati saja makanannya”ujar ayah Jun In.
“Ah..ya, paman. Silahkan makan perlahan-lahan”seru Mae-ri.
“Baik.”ujar ayah Jun In. Lalu ia menengok ke arah Jun In dan mempersilahkan Jun In melanjutkan makannya.
“Oh, kau bekerja keras, lanjutkan makannya.”seru ayah Jun In.
Jun In pun melanjutkan makannya, suasana menjadi canggung kembali, Mae-ri melihatnya dengan aneh. Karena Mae-ri merasa terlalu tenang maka ia berpura-puran tersedak .
“Apakah kau baik-baik saja?”tanya ayah Jun In melihat Mae-ri tersedak batuk-batuk. Jun In pun mengehentikan makannya.
“Ah, ya hanya saja itu sangat tenang. Biasanya saat ayahku dan aku makan bersama sangat berisik.”ujar Mae-ri menenangkan ayah Jun In yang merasa khawatir.
“Itu benar…. Begitulah biasanya cara orang hidup.”ujar ayah Jun In tertawa kecil. Mae-ri pun mengangguk lalu melihat ke arah Jun In.
Tiba-tiba Hp Jun in berbunyi, lalu ia berpamitan mengangkat telepon dulu. “Aku minta maaf.”seru Jun In sambil mengambil Hpnya lalu pergi meninggalkan ayahnya dan Mae-ri untuk menjawab telepon.
“Ya, hallo.”jawab Jun In (seperti kolega bisnis dari Jepang ni jawabnya pakai bahasa Jepang hehehe).
Ayah Jun merasa sedikit kesal, lalu Mae-ri mencairkan suasana.
“Direktur menerima begitu banyak panggilan bisnis. Aku yakin dia mendapat lebih dari 200 panggilan sehari.”seru Mae-ri.
“Apakah begitu? Yah, aku rasa aku harus memintanya untuk menon-aktifkan telepon ketika di meja makan”ujar ayah Jun In.
“Oh, tidak apa-apa! Jika panggilan dari Jepang, mungkin penting. Ah, ngomong-ngomong paman…kau pasti pandai berbahasa Jepang, kan?”seru Mae-ri.
“Yah, aku rasa begitu,. Aku tinggal di sana selama dua puluh tahun.”ujar ayah Jun In.
“Lalu…. Dapatkah aku bertanya apa artinya Hoku ga iru?”tanya Mae-ri.
“Hoku ga iru…..Hoku ga iru….apa mungkin maksudmu, boku ga iru?”ujar ayah Jun In.
“Ahhhh…jadi itu boku ga iru?”seru Mae-ri lalu melanjutkan makannya. (iya ni aneh mana ada hoku ga iru hahahaha adanya boku ga iru artinya “aku ada” *boku= biasanya diucapkan laki-laki dan artinya begitu juga bukan ya lupa-lupa ingat ni hahaha).

Di rumah Mu Gyul kedatangan ayah Mae-ri. Ayah Mae-ri memencet tuts organ milik Mu Gyul. Mu Gyul pun memperhatikannya dengan aneh. Selesai pencet-pencet tuts organ ayah Mae-ri melihat-lihat ruangan studio mini Mu Gyul.
“Ini pasti menjadi sebuah kejutan bagimu. Melihatku datang kesini tiba-tiba.”seru ayah Mae-ri.
“Dan mengapa kau disini?”tanya Mu Gyul dengan dingin.
“Tentu saja, aku di sini karena putriku.”jawab ayah Mae-ri sambil membuka pintu kulkas.
Tapi Mu Gyul tidak menanggapi apa-apa, Mu Gyul malah memainkan gitarnya.
Ayah Mae-ri pun menoleh kembali ke arah Mu Gyul. “Aku ingin tahu apa yang sebenarnya kau pikirkan ketika kau menikah. “tanya ayah Mae-ri.
“Kenapa kau tidak bertanya pada putrimu?”seru Mu Gyul.
“Kau tentu memiliki temperamen yang kuat dan cepat. Ehmmm, aku datang ke sini untuk berbicara secara jantan . Bahwa kualifikasimu sebagai seorang suami sangat kurang. Seseorang yang menikah denganmu tidak akan memiliki apa-apa kecuali kesulitan dalam hidupnya. Aku pernah melihat situasi semacam ini sebelumnya.”ujar ayah Mae-ri panjang lebar mempengaruhi Mu Gyul supaya berpisah dengan Mae-ri hahaha. (Jyah ini ayah Mae-ri mana mungkin Mae-ri kesulitan nanti hidupnya barang-barang yang rusak bisa disulap ama Mu Gyul, dan dengan menikah itu rezeki pasti datang dengan tidak disangka-sangka setuju fams? Wkwkwk)
“ Jadi?”Tanya Mu Gyul cuek. Lalu Mu Gyul melanjutkan memetik gitar.
“Jadi…Kau dan Mae-ri…tidak cocok sama sekali.”ujar ayah Mae-ri.
Mu Gyul pun tertawa cekikikan tapi ditahannnya dengan tidak memperlihatkannya pada ayah Mae-ri. Ayah Mae-ri pun memperhatikan Mu Gyul sampai mengintipnya, “Hei…apa… lihatlah, kau tertawa padaku? Apakah kau mengolok-olok aku?”Tanya ayah Ma-ri. (gaya ketawanya Mu Gyul lucu hehehe)
Mu Gyul pun menegakkan kembali dan bersikap biasa aja, “Hal-hal yang entah bagaimana bisa menjadi rumit dan itulah sebabnya kami dalam kekacauan ini. Tapi aku tidak akan pernah melakukan apapun untuk berhak mendapat pertanyaan seperti itu.”ujar Mu Gyul penuh percaya diri.
Ayah Mae-ri pun menelan ludah, mati kutu dia wkwkwkwk, “Apakah kau….apakau kau mencoba berdebat denganku?”tanya Ayah Mae-ri.
Mu Gyul pun menghela napas, lalu tiba-tiba Hp Mu Gyul bunyi lalu diangkatnya telepon itu. “Hallo?”jawab Mu Gyul. Ternyata yang menelepon ibunya Mu Gyul.
“Kang So Young!”seru Mu Gyul. Ayah Mae-ri pun kaget mendengar nama itu.
“Aku akan segera keluar, tunggu aku.”ujar Mu Gyul lagi.
“Ka….Ka…Kang So Young? Seorang wanita . Itu adalah seorang wanita, kan?”tanya ayah Mae-ri.
Mu Gyul pun tidak menanggapi pertanyaan ayah Mae-ri, lalu ia menutup Hpnya dan bersiap-siap pergi.
“Aku punya janji sekarang, jadi aku harus pergi”.seru Mu Gyul sambil meletakkan gitarnya.
“Lihatlah, kita belum selesai berbicara”ujar ayah Mae-ri.
“Tidak ada yang perlu kubicarakan denganmu. Kau dapat mendengar seluruh ceritanya dari Mae-ri”tegas Mu Gyul.
Ayah Mae-ri pun panik, lalu ia menahan tangan Mu Gyul lalu dilepaskannya ia memohon “Oh, tunggu! Kau tidak boleh memberi tahu Mae-ri aku disini. Jika kau melakukannya, aku akan bermasalah. Jadi, dari seorang pria ke pria yang lain, bisakah memegang janji diantara kita ini…Eh?”ujar ayah Mae-ri.
Mu Gyul pun hanya bisa menghela nafas.
Mu Gyul menemui ibunya di taman, mereka duduk berdua di kusi taman.
“Ahhh…..aku sangat sedih. Hatiku sakit sekali karena kami putus.”keluh So Young (mulai sekarang kita panggil mamanya Mu Gyul So Young aja hehehe).
“Itulah kenapa ku katakan, berkencanlah tapi jangan jatuh cinta”ujar Mu Gyul.
“Bagaimana kau bisa mengontrol itu?”seru So Young.
Mu Gyul tersenyum lalu berseru,”Yah, itu harus kau lakukan jika kau tidak mau terluka.”
“Kenapa diusiaku ini masih canggung pada cinta?’ujar So Young.
Mu Gyul tersenyum kembali lalu menoleh ke arah So Young dan berkata,”Ibu, apa kau tahu diantara kepercayaan, harapan dan cinta manakah yang paling penting?”tanya Mu Gyul.
“Cinta,”jawab So Young.
“Bukan….Kesetiaan.”ujar Mu Gyul tersenyum.
“Apa…”ujar So Young, lalu ia berpikir sebentar dan berkata,”Yah, itu masuk akal.
“Itulah kenapa kau harus menemukan pria yang setia dan bukan hanya pria yang bisa mencintai.”ujar Mu Gyul.
“Ahhh…aku harus benar-benar melakukan itu.”desah So Young.
“Tapi siapa yang mengatakan itu padamu?”tanya So Young.
“Gadis yang kau lihat ditempatku di hari aku pindah.”jawab Mu Gyul (Mae-ri ya hehehe).
“Ahhh….gadis yang lucu seperti anak anjing! Dia pasti setia kalau begitu.”ujar So Young.
Mu Gyul pun mengangguk lalu berkata,”Yah, dia berbeda dengan gadis yang lainnya.”
“Benarkah? Yah, kalau begitu sepertinya kau telah bertemu dengan gadis yang setia.”ujar So Young.
“Apa yang kau bicarakan? Aku tidak memandangnya sebagai perempuan.”ujar Mu Gyul malu-malu.
“Aku mengerti, Ahhhh…aku sangat kesepian!”ujar So Young.
“Haruskah kita tinggal bersama?”tanya So Young pada Mu Gyul.
Mu Gyul pun kaget lalu bertanya,”benarkah, Ibu?”sambil menoleh ke arah So Young.
“Kau telah begitu kesepian selama hidupmu karena aku. Kau pasti lelah karena tidak mempunyai ayah. Dan selalu harus tinggal di rumah kerabat yang berbeda ketika tumbuh dewasa karena aku.”ujar So Young sambil membela-belai pundak Mu Gyul.
“Sudah cukup, hentikan!”ujar Mu Gyul dengan tegar mendengar kata-kata ibunya. Lalu ibunya memeluk Mu Gyul sambil mengusap-usap kepala pundak Mu Gyul dan berkata, “Maaf, Mu Gyul.”
“Tidak apa-apa. Kau tinggal sendirian dan kau mati sendirian dalam hidup ini.
So Young pu melepaskan pelukannya lalu berkata,”Mari kita hidup bersama mulai dari sekarang. Kau tidak harus hidup sendiri seperti ini…Hmmm?”
“Kau mungkin saja akan pergi ketika kau bertemu dengan seorang pria yang lebih baik….”seru Mu Gyul.
“Tentu saja tidak! Aku tidak jatuh cinta lagi! Aku akan setia!”ujar So Young berapi-api.
Mu Gyul pun tersenyum menoleh ke arah ibunya. Lalu ibunya minta mereka berjanjin, “janji…Janji…Janji…”seru So Young sambil mengaitkan jari kelilingkingnya dan Mu Gyul.
“Apakah aku harus membelikanmu es krim?”tanya Mu Gyul.
“Ohhh..belikan beberapa.”ujar So Young merajuk.
Mu Gyul dan ibunya pun membeli es krim, dan ternyata ayah Mae-ri mengikuti mereka, ayah Mae-ri memfoto kemesraan Mu Gyul dan So Young (padahal kan ibu dan anak dikira sepasang kekasih wkwkwwk).
“Apa-apaan ini?seorang wanita yang sudah menikah, cukup tua untuk menjadi bibinya. Baik, matilah kau gigolo kecil! Kau akan menghancurkan keluarganya, seperti kau menghancurkan milikku, kau brengsek!”umpat ayah Mae-ri sambil terus memperhatikan gerak-gerik Mu Gyul dan ibunya.
Ayah Mae-ri pun mengambil beberapa foto lagi.Tiba-tiba Hp ayah Mae-ri berbunyi lalu diangkatnya Hp itu, ternyata ayah Jun In yang menelepon.
“Ya, Hallo? Ya, ini aku kak. Ya! Misi hari ini sangat berguna. Kau berada di rumah di musim panasmu?”Ya, aku sedang dalam perjalanan.”jawab ayah Mae-ri di telepon lalu menutup teleponnya.
Ayah Mae-ri pun mengambil beberapa foto lagi. So Young mendapat telepon lalu berlari keluar meninggalkan Mu Gyul yang sedang membayar es krim dan mengangkat telepon itu. Ternyata So Young mendapat telepon dari pacarnya. “Aku benar-benar berpikir kita putus! Kau dimana sekarang?”tanya So Young ditelepon lalu bergegas pergi.
Mu Gyul yang telah seleai membayar pun menengok ke belakang untuk menyerahkan es krimnya pada ibunya, tapi dilihatnya tidak ada siapa-siapa ia pun menengok ke sekelilingnya tapi tetap tidak ditemukan ibunya. Ia pun berbalik kea rah kasir dan menggaruk-garuk kepalanya. (padahal tadi ibunya milih setia daripada cinta ckckckckckc.)

Mu Gyul pun kembali ke taman tempat ngobrol dengan ibunya tadi, Mu Gyul pun menoleh ke arah bungkusan es krim dan memakannya. Ia pun menjilat-jilat penutup es krim yang tertempel es krim. (mirip kucing hahaha ditambah suara back soundnya auman kucing lagi). “Ahhh…dingin!”guman Mu Gyul (lha dingin-dingin makan es krim tambah dinginlah).
Tiba-tiba Hp Mu Gyul bunyi,ia pun senang dikiranya ibunya yang menelepon.
“Apa ini ibuku?”gumam Mu Gyul sambil merogoh Hp dikantongnya. Tapi ketika dilihatnya yang meneleponnya bukan ibunya tapi Mae-ri wajahnya pun berubah jadi datar dari yang tadinya tersenyum antusias.
“Hallo.”jawab Mu Gyul.
“Sayang, ini aku!”seru Mae-ri di seberang telepon.

Ternyata Mae-ri menelepon dari rumah Jun In, Jun In pun berada didekatnya saat Mae-ri menelepon. Tapi suara Mae-ri malah dikeras-kerasin supaya Mae-ri mendengar percakapannya dengan Mu Gyul.
“Apa yang kau lakukan, sayang? Kau pasti bosan tanpa aku, kan? Apakah kau sudah makan?”Tanya Mae-ri di telepon.
“Hanya makan es krim.”jawab Mu Gyul.
“Kau sensitif terhadap dingin, kenapa kau melakukan sesuatu yang membuatmu sakit?”tanya Mae-ri.
Jun In pun hanya tersenyum mendengar obrolan Mae-ri dan Mu Gyul ditelepon sambil membelakangi Mae-ri dan minum kopinya.
“Sayang…..”seru Mae-ri.

“Hei, bisakah kau memotong kata “sayang”?itu membuatku merinding.”ujar Mu Gyul. Tapi Mae-ri malah semakin dibuat-buat supaya Jun In cemburu wkwkkw.
“Aku tahu, aku juga merindukanmu,sayang!”seru Mae-ri.
“Kemampuan aktingmu benar-benar baik. Kau berhak mendapatkan penghargaan. “seru Mu Gyul.
“Sayang, kau ingat diantara kepercayaan, harapan dan cinta manakah yang paling penting?”tanya Mae-ri.
“Hei, hentikan dan tutup teleponnya. “seru Mu Gyul.
“Oh benar, loyalitas adalah yang paling penting.”seru Mae-ri (ini percakapan makin nggak nyambung hahaha dibilang apa jawab apa xixixixixi).
“Keluarga perlu loyalitas untuk hidup. Kau tahu, aku akan selalu berada di sisimu, kan? Jadi, mari kita tetap setia sampai akhir.”ujar Mae-ri. Mu Gyul pun mendengarkan kata-kata Mae-ri seperti itu jadi melunak dan mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan Mae-ri.
“Sayang…”Seru Mae-ri karena tidak ada jawaban.
“Ya.”jawab Mu Gyul.
“Aku mencintaimu!”seru Mae-ri dengan keras ditelepon lalu menutup teleponnya, Mae-ri pun menoleh sebentar ke arah Jun In. Mu Gyul yang mendengar ucapan Mae-ri seperti itu pun terdiam. Lalu memperhatikan teleponnya yang sudah ditutup, Mu Gyul pun tersenyum. Lalu meneruskan makan es krimnya sambil tersenyum mengingat kata-kata Mae-ri tadi.
Di tempat lain Seo Joon sedang melamun, lalu dia menyentuh bandul kalungnya. Tiba-tiba terdengar bunyi petasan Seo Joon pun kaget. Lalu ia menoleh ke belakang dilihatnya Lee An, Direktur Bang dan teman-temannya menyanyikan lagu selamat ulang tahun sambil membawa kue tart.
Seo Joon pun terlihat biasa saja mungkin yang diharapkannya itu Mu Gyul tapi dengan tersenyum ia menuju Lee An yang membawa kue lalu meniup lilin yang ada di kue itu.
“Selamat….!”seru Lee An dan Direktur Bang yang diiringi tepukan tangan teman-teman yang lain.
“Terima Kasih”ujar Seo Joon. Lalu mereka semua duduk dan ngobrol di meja sambil minum dan makan.
“Aku menyiapkan ini hanya untukmu sebagai kado special. Aku ingin tahu apakah itu sesuai selarmu yang modis. “ujar Direktur Bang sambil menyerahkan kadonya pada Seo Joon sebuah tas.
“Teri ma kasih, direktur Bang. Benar-benar cantik.”ujar Seo Joon sambil menerima kado itu.
Lalu Lee An berdehem dan berkata,”Yah, aku rasa sekarang giliranku, kan?” Lalu Lee An mengeluarkan sebuah kalung berlian yang indah dan memperlihatkannya pada Seo Joon. Tapi Seo Joon biasa aja rekasinya hehehe.
“Wow….ini cantik!Oh, Tuhan! “seru teman-temannya.
“Berapa karat itu? Lee An, apa kebetulan kau mencoba melamarnya?”Tanya direktur Bang.
Lee An hanya tersenyum lalu berkata,”Ayo, biarkan aku pakaikan ini untukmu.”ujar Lee An pada Seo Joon.
“Tidak, terima kasih. Aku akan memakainya nanti.”seru Seo Joon.
Tapi Lee An tetap memaksa mau memakaikan kalung itu. “Tidak, aku akan memaikannya untukmu.”serunya.
“Lupakan saja! Tidakkah kau tahu aku tidak suka berlian?”ujar Seo Joon.
Lee An pun hanya tersenyum lalu menaruh kalung itu kembali.
“Ahhh…ini hari ulang tahunku, jadi mengapa aku begitu tertekan?” Haruskah kita bernyanyi?Nyanyikan aku sebuah lagu.” seru Seo Joon sambil menoleh ke Direktur Bang dan Lee An.
Lee An pun benyanyi , Direktur Bang dan teman-temannya senang mendengar suara Lee An, tapi lain dengan Seo Joon ia sama sekali tidak berminat haha. Tiba-tiba Seo Joon mendapat sms ucapan selamat ulang tahun dari teman Mu Gyul (Re Oh) ia pun membacanya yang isinya,”untuk Joonie-noona yang ulang tahunnya sama denganku. Pesta ulang tahunmu berjalan dengan baik, kan? Apakah kau masih ingat aku?”. Seo Joon pun mengingat-ingat lalu ditaruhnya tas pemberian Direktur Bang lalu bergegas pergi. Lee An pun hanya bisa memandang kepergian Seo Joon.
Di sebuah Club teman-teman Mu Gyul (Ri No, Yo Han, Re Oh) berkumpul bersama sepertinya merayakan ulang tahun Re Oh.
“Sebenarnya, mereka putus setelah pesta ulang tahun Re Oh kan?”tanya Ri No pada Yo Han & Re Oh.
“Itu benar, Mu Gyul hampir tidak pernah berkencan dengan gadis lain selama lebih dari sebluna.”ujar Yo Han. Dan ketika Mu Gyul mengatakan bahwa mereka harus putus Joonie menjadi….!”ujar Yo Han sambil mengingat-ngingat.
“Ya, itu benar…itu benar!”seru Ri No.
“Joonie- noona sedang syuting sebuah drama, jadi dia benar-benar sensitif saat itu.”seru Re Oh.
Tanpa mereka sadari bahwa Seo Joon sudah berada di depan pintu tempat mereka duduk.
“Apa ini? Apakah kalian membicarakan aku disini?”seru Seo Joon.
Re Oh pun menoleh ke arah datangnya suara,”Oh! Jooni-noona, kau benar-benar datang! Duduklah!Duduklah!”seru Re Oh. Yo Han pun hanya bisa menoleh ke arah Ri No yang melongo.
Seo Joon pun duduk di kursi yang diberikan Re Oh, Re Oh duduk disebelah Seo Joon yang tadinya tempat duduk Seo Joon ditempati Re Oh.
“Sudah lama sekali.”ujar Seo Joon.
“Memang, apakah kalian baik-baik saja?”Selamat atas drama barumu!”seru Ri No sambil menyalami Seo Joon.
“Terima kasih. Tuangkan aku segelas juga.”ujar Seo Joon sambil mengulurkan gelasnya. Ri No pun menuangkan soju ke dalam gelasnya.
“Apa yang terjadi dengan lenganmu?”tanya Seo Joon pada Re Oh yang saat menoleh dilihatnya tanganya Re Oh digips.
“Aku mengalami kecelakaan.”jawab Re Oh.
“Aigoo…..kau harus lebih hati-hati!”ujar Seo Joon.
“Noona, tandatangi ini untukku!”pinta Re Oh agar tangan yang digipnya itu ditandatangi Seo Joon.
Lalu Re Oh memberikan sebuah spidol, Seo Joon pun menandatanganinya.
“Apa ini? Mengapa suasana hati jadi murung?”tanya Seo Joon ketika selesai menandatangi gips Re Oh melihat ke arah Ri No dan Yo Han.
“Kami memutuskan untuk membubarkan band.”seru Yo Han. Seo Joon pun melihat kea rah Ri No sebagai ketua band.
“Jadi itulah yang terjadi. Di mana Mu Gyul?”seru Seo Joon.
“Kaka sedang bekerja sekarang jadi aku tidak menelepon dia. Tapi aku akan meneleponnya nanti.”ujar Re Oh.
“Bagus.Tetapi untuk sekarang, seharusnya kita minum kan?”ujar Seo Joon lalu mengambil minumannya dan mengajak bersulang.
“Wow…Noona kau hebat!”seru Re Oh
“Cepat, ayolah..ayolah.”lanjut Re Oh mengajak Yo Han untuk segera bersulang bersama.
Sementara itu Jun In dan ayahnya membicarakan masalah proyek yang dikerjakan Jun In. Ayah Jun In minta Jun In menghentikan proyek dramanya dan meneruskan bisnis ayahnya.
“Jika itu situasi pada proyek dramam, tinggalkan saja dan kembali ke tempat yang selayaknya. Lanjutkan di sini dengan bisnis perbankan kita di Jepang.”seru ayah Jun In.
“Aku telah mempersiapkan ini untuk waktu yang lama, ayah.”ujar Jun In.
“Jadi?”Tanya ayah Jun In.
“Aku tidak bisa kembali sekarang. Aku akan bertanggung jawab untuk itu sampai akhir.”jawab Jun In.
“Jangan berlebihan. Ini sudah sejauh itu. Kerugian akan lebih besar jika ini jatuh ke tanganmu.”seru ayah Jun In.
“Aku siap untuk melihat ini sampai akhir terlepas dari apakah aku berhasil atau gagal.”ujar Jun In penuh percaya diri.
Ayahnya pun tidak bisa berkata apa-apa lagi dengan kekerasan kepalaan Jun In ini, lalu tiba-tiba pintuk diketuk orang, ternyata orang itu ayah Mae-ri.
“Kakak, aku disini.”ujar ayah Mae-ri pada ayah Jun In lalu melangkah maju.
“Oh! Jun In.”sapa ayah Mae-ri pada Jun In.
“Kau di sini, ayah.”ujar Jun In, ayah Jun In pun memperhatikan kedua orang ini dengan bingung.
“Ahhhh…kakak, Jun In mulai memanggilku ayah sekarang.”ujar ayah Mae-ri member penjelasan pada ayah Jun In.
“Benar, aku mengerti apa yang kau maksud.”ujar ayah Jun In.
“Kau bisa pergi sekarang.”seru ayah Jun In pada Jun In. Jun In pun memberi hormat lalu pamitan dan pergi.
“Jadi, kau telah mengurus semuanya, kan? Tanya ayah Jun In pada ayah Mae-ri saat tinggal berdua.
“Tentu saja. Aku sudah membuang dia dari hidupnya. Kau tidak perlu khawatir lagi, kak.”ujar ayah Mae-ri.
Mae-ri memasuki sebuah ruangan dilihatnya banyak buku bacaan dan barang-barang antik disana.
“Wow….lihatlah barang antik ini!”gumam Mae-ri. Lalu ia menyalakan lampu di sebuah meja belajar dan diambilnya sebuah buku. Dibukanya buku itu lembar per lembar , ia pun menemukan selembar foto anak kecil yang digendong yang ternyata anak kecil yang digendong itu Mae-ri kecil. “Oh! Itu aku. Anak ini tidak mungkin….”guman Mae-ri (waktu masih kecil Jun In imu-imut Mae-ri juga hehehe).
Tiba-tiba Jun In masuk ke ruangan itu, “Aku sudah mencarimu dari tadi. Kau ada disini?”seru Jun In lalu menghampiri Mae-ri.
“Direktur, lihat gambar ini.”seru Mae-ri sambil menunjukkan selembar foto yang ditemukannya tadi.
Jun In pun memperhatikan foto itu lalu berkata,”Ini…..”tapi terpotong oleh Mae-ri.”Aku, bukan?tanya Mae-ri.
“Kenapa dalam foto ini kau menggendongku di punggungmu?”tanya Mae-ri.
“Aku tidak yakin. Aku juga tidak bisa mengingatnya dengan baik. “jawab Jun In sambil mencoba mengingatnya.

Sementara itu ayah Mae-ri menunjukkan foto Mu Gyul dan ibunya yang seperti sepasang kekasih.
“Lihat dia di sini dengan seorang wanita yang bisa menjadi bibinya. Dia adalah pria semacam itu”seru ayah Mae-ri sambil menunjukkan foto tersebut.
Ayah Jun In pun mengambil kamera itu. Dan melihat-lihat isinya.
“Yahhh…kau tidak perlu khawatir tentang dia lagi, aku punya bukti untuk melawan dia sekarang.”lanjut ayah Mae-ri. Ayah Jun In asyik memperhatikan isi dalam kamera itu, lalu Ayah Mae-ri melihat ke arah foto Ibu Mae-ri yang diapit olehnya dan ayah Jun In.
“Oh!..... foto itu ada di sini?”tanya Ayah Mae-ri sambil melihat ke arah foto yang dipajang. Ayah Jun In pun menoleh ke arah foto itu.
“Kakak,natal itu waktu dimana aku bertemu dengan ibunya Mae-ri untuk pertama kalinya. Terima kasih kakak”ujar ayah Mae-ri.
“Kenapa kau berterima kasih padaku?”tanya ayah Jun In.
“Yah itu adalah berkat kau, bahwa aku bertemu, jatuh cinta dan menikah dengan ibu Mae-ri.”jawab ayah Mae-ri.
“Untuk teri makasih padaku? Kalian bertemu….dan itu cinta pada pandangan pertama.”seru ayah Jun In sambil menujuke arah foto itu.
“Itu benar. Kami menikah lebih cepat dari kilat dank au pergi ke Jepang bersama keluargamu. Kaka, kau masih ingat? Kita sering berbicara tentang menikahkan anak-anak kita saat itu”seru ayah Mae-ri.
“Itu benar. Kita melakukan itu.”ujar ayah Jun In tersenyum lalu kembali duduk disamping ayah Mae-ri.
“ya, tapi ketika kau mengatakan bahwa kau tidak akan pernah kembali, setelah pemakaman ibu Mae-ri. Aku piker itu hanya akan menjadi angan-angan. Namun, entah bagimana hal itu telah menjadi kenyataan.”ujar ayah mae-ri.
“Itu benar. Aku berencana tidak akan pernah kembali ke Korea.”ujar ayah Jun In.
“Yah, tentu saja kau harus kembali ke rumah.”seru ayah Mae-ri.
“Karena itulah aku datang dan menemukanmu setelah sekian lama.”ujar ayah Jun In.
“Pasti agak sulit untuk menemukanku, karena aku terus berlari karena hutangku.”ujar ayah Mae-ri malu.
“Namun pada akhirnya kita bisa bertemu.”seru ayah Jun In.
“Benar. Terlepas dari itu semua kita masih bisa bertemu setelah dua puluh tahun. Jika kau berpikir seperti itu. Mae-ri dan Jun In pasti benar-benar ditakdirkan bersama.”ujar ayah Mae-ri.
Kembali ke Mae-ri dan Jun In, Mae-ri masih memandangi foto masih kecilnya dan mencoba mengingat-ngingatnya. Mae-ri pun menghampiri Jun In yang duduk disebelahnya.
“Apa…yang dikatakan di sini?”tanya Mae-ri arti tulisan yang tertulis difoto itu.
“Boku ga iru. Boku ga kimi wo mamotte ageru eien ni.”jawab Jun In.
“Boku ga iru, kau bilang?”tanya Mae-ri.
“Ya.”jawab Jun In
“Aku pernah mendengar itu sebelumnya. Apa artinya?”seru Mae-ri.
“Aku di sini dan aku akan melindungimu selamanya.”ujar Jun In ( So sweet artinya hehehe).
Suasana pun menjadi hening dan canggung tanpa kata-kata.
Jun In dan Mae-ri berjalan ke taman bersama untuk mengingat kejadian di foto itu,Mae-ri memegang foto itu. “bekas luka itu…….bisakah aku melihatnya?”seru Jun In.
“Tidak, aku tidak mau,”ujar Mae-ri sambil berjalan tapi tiba-tiba Mae-ri hamper terjatuh dengan sigap Jun In pun menahannya.
“Hati-hati”ujar Jun In lalu melepaskan pegangan tangannya.
“Ini aneh, meskipun….kau bermumur 8 tahun, namun kau tidak dapat mengingat apapun.”ujar Mae-ri.
“Aku tidak memiliki kenangan….waktu sebelum aku berumur 8 tahun.”seru Jun In.
“Kenapa? Apakah kau mengalami sebuah kecelakaan?”tanya Mae-ri.
“Aku benar-benar tidak ingin mengingatnya.”ujar Jun In.
“Kalau begitu kau tidak perlu membicarakannya.Dalam kasus apapun, ini menarik bahwa kita telah bertemu di sini sebelumnya, dua puluh tahun yang lalu”ujar Mae-ri.
Lalu Jun in mengambil foto yang dipegang Mae-ri. Jun In tersebut memperhatikan foto itu. “Ini romantik”ujarnya.
“Yah, itu yang akan terjadi jika ini adalah sebuah cerita.”seru Mae-ri.
“Terlepas dari masa lalu kita…Aku akan menikahimu”ujar Jun In.
“Apa, kenapa ini tiba-tiba? Kau bilang kau tidak tertarik pada pernikahan, dan yang harus aku lakukan adalah bertahan selama 100 hari”seru Mae-ri.
“Yah, situasi berubah. Aku harus mendapatkan persetujuanmu sekarang.”ujar Jun In sambil memandang ke arah Mae-ri.
“Yah, aku tidak punya niat untuk memilihmu. Dan selain itu, aku sudah memiliki seseorang yang kucintai”ujar Mae-ri berasalan. Mae-ri pun bergegas pergi.
Namun beberapa langkah Mae-ri tersandung , tersungkur ke tanah.
Jun In yang melihatnya hanya bisa menghela nafas , (sepertinya Jun In nggak habis pikir dari tadi Mae-ri jatuh melulu dan memasang pose “capek deh” *soalnya seperti biasa menyentuh keningnya wkkwk).
Jun In pun menggendong Mae-ri ke rumah yang sepertinya keseleo.
“Kau membuatnya lebih sulit bagi kita berdua. Santai saja”ujar Jun In yang masih menggendong Mae-ri.
Ketika Jun In masuk rumah sekilas ayah Mae-ri melihat mereka berdua lalu diperhatikannya Jun In yang menggendong Mae-ri naik ke kamar atas. Ia pun tersenyum senang yang diikuti ayah Jun In.
Di rumah Mu Gyul sedang membaca sebuah buku, lalu ia menemukan sebuah kertas catatan Mae-ri. Isinya”Cinta seperti sebuah kecelakaan mobil oleh Wi Mae-ri. Seperti sebuah kecelakaan mobil, cinta datang tiba-tiba dan tanpa peringatan apapun. Seorang pria yang hidup di negeri ajaib…di dunia baru yang menakjubkan……”.
“Apa ini? Semacam kisah cerita romantic yang murahan?”guman Mu Gyul.
Tiba-tiba Mu Gyul tersenyum dan tertawa kecil, namun dengan segera ia melipat kertas itu dan menaruhnya disofa.
Lalu ia bersedekap karena kedingin, dilihatnya di atas meja ada benang rajutan Mae-ri, diambilnya sarung tangan pink milik Mae-ri yang sudah jadi dan yang berwarna biru belum jadi dipakainya, Mu Gyul mendekatkan kedua sarung itu ke wajahnya lalu mengosok-gosokkannya agar ia tidak kedinginan. Setelah Mu Gyul pun meletakkan kembali kedua sarung tangan itu di meja.
Tiba-tiba Hp Mu Gyul berbunyi,”apakah itu mungkin Merry Christmas?”gumannya.
Lalu dilihatnya layar Hp, ternyata bukan Mae-ri,tapi teman bandnya”Ahhhh…aku sangat terkejut.”guman Mu Gyul.
Mu Gyul pun mengangkat telepon itu.”Hallo”jawabnya.
Di club Seo Joon dan ketiga teman Mu Gyul merayakan ulang tahun Seo Joon. Mereka menyanyikan ulang tahun dan Seo Joon meniup lilinnya. Re Oh dan Seo Joon bersulang minum.
“Oh, Mu Gyul kau datang?”seru Ri No.
“Hai,Oh, Kakak!”ujar Re Oh.
“Duduklah” ujar Yo Han sambil menunjuk Mu Gyul supaya duduk disebelah Ri No.
“Kang Mu Gyul. Kau datang”seru Seo Joon.
Mu Gyul pun melangkah menuju meja mereka, Re Oh berpindah tempat supaya Mu Gyul bisa duduk disebelah Seo Joon.
“Ayo, kakak duduk disini.”ujar Re Oh sambil mempersilahkan Mu Gyul duduk ditempat duduknya. Mu Gyul pun duduk disamping Seo Joon sedangkan Re Oh duduk diantara Seo Joon dan Yo Han.
“Apa yang kau lakukan di sini?” Mu Gyul pada Seo Joon.
“Ayolah, kau tahu kita memiliki ulang tahun yang sama!”seru Re Oh.
“Oh, itu benar.”seru Mu Gyul datar.
“Sudah lama, Kang Mu Gyul.”ujar Seo Joon. Lalu Seo Joon menuangkan soju ke gelas untuk Mu Gyul.
“Minumlah”ujar Seo Joon . Mu Gyul pun meminum segelas soju itu. Ketiga temannya pun bingung mau berkata melihat situasi yang tidak nyaman ini.
“Sudah setahun, bukan?”Tanya Seo Joon.
“Ya,sudah”jawab Mu Gyul .
“Ahhhh…canggung….canggung…”seru Re Oh melihat situasi yang begitu canggung.
Ri No pun mengajak ketiga temannya pergi supaya Mu Gyul dan Seo Joon dapat berbicara dengan nyaman.
“Hei….kita lebih baik pergi sekarang.”ajak Ri No pada Yo Han dan Re Oh. Mereka pun bersiap-siap berdiri namun mereka ditahan Seo Joon dam Mu Gyul bersamaan sehingga tangan Seo Joon dan Mu Gyul bersentuhan.
“Tidak, tidak apa-apa….”seru Mu Gyul dan Seo Joon bersamaan.

Mu Gyul pun segera menarik tangannya.
“Kalau begitu mari kita duduk kembali,”ujar Ri No.
Suasana pun diam, tapi tiba-tiba Seo Joon berkata,”ayo kita mulai lagi”.
Ketiga teman Mu Gyul pun menoleh ke arah Seo Joon.”Kau sudah tahu….begitu aku selesai, aku selesai. Aku tidak pernah kembali dengan seorang gadis.”seru Mu Gyul.
Suasana pun hening mereka saling pandang, lalu Seo Joon menghela nafas dan berseru,”tipikal….kau brengsek, Kang Mu Gyul. Aku sudah memikirkan hal ini selama setahun terakhir namun sepertinya aku sudah ditolak dua kali.”ujar Seo Joon.
Mu Gyul pun diam saja tidak menanggapi kata-kata Seo Joon, Seo Joon pun menuangkan soju ke gelasnya dan meminumnya lalu berdiri melangkah pergi. Namun Seo Joon hampir terjatuh sempoyongan karena mabuk, Mu Gyul pun mau menolongnya tapi dihempaskannya tangan Mu Gyul.
“Aku baik-baik saja, aku hanya harus pergi ke kamar mandi”ujar Seo Joon lalu bersiap melangkah pergi.
Mu Gyul pun segera berdiri akan mengantar Seo Joon namun di tahan Seo Joon.
“Tenang saja…Kang Mu Gyul”seru Seo Joon sambil mendudukkan Mu Gyul kembali. Seo Joon pun melangkah pergi tapi tiba-tiba Re Oh bersiap menemaninya.
“Aku akan pergi denganmu, manajermu tidak ada disini…”seru Re Oh menyusul Seo Joon.
“Apakah aku pernah membutuhkannya bersamaku?”ujar Seo Joon lalu melangkah pergi.
Ri No pun duduk kembali, “Wow aku piker dia akan memukul Mu Gyul lagi.”ujar Yo Han.
“Hei, dia masih mengenakan kalung yang kau berikan.”ujar Ri No.
“Ahhh…kau kejam. Bagaimana mungkin kau mengatakannya tanpa memberikan pertimbangan lagi?”seru Re Oh agak marah.
“Kau bilang aku harus menikahi Merry Christmas”seru Mu Gyul cuek.
“Hei, kami hanya mengatakan untuk pergi bersama. Seo Joon adalah tipemu”ujar Yo Han.
Mu Gyul pun memikirkan sesuatu. “Hei Mu Gyul, apa kau melakukan ini karena Mae-ri?”Tanya Ri No.
“Apa yang kau bicarakan?”seru Mu Gyul.
“Benarkah? Kakak, kau menyukai Mae-ri? Apakah kau mulai menyukai dia?”Tanya Re Oh kaget.
Mungkin karena malas didesak Mu Gyul pun berniat pergi.
“Aku akan pergi. Ini tidak menyenangkan. Aku lebih baik pergi bekerja.”seru Mu Gyul lalu bersiap berdiri.
“Itu berarti bahwa itu benar.”ujar Ri No.
Mu Gyul pun keluar dari club, lalu Hpnya berbunyi, ia melihat sms masuk sepertinya dari Mae-ri,”Apa ini?Dia membuat keributan ketika dia menelepon sebelumnya dan sekarang dia tidak repot-repot untuk menelepon.”guman Mu Gyul.
“ Mae-ri terjaga sepanjang malam….”piker Mu Gyul lalu melanjutkan langkahnya ia pun melewati van yang dibelakangnya ada Seo Joon sedang diganggu preman.
“Hei, kau Seo Joon!”seru salah satu preman. Mu Gyul pun mundur kembali lalu dilihatnya Seo Joon duduk karena mabuk diganggu dua orang preman.
“Kau gadis dalam pertunjukkan itu, bukan?”tanya salah satu preman.
“Aku sudah mengatakan, aku bukan…..”ujar lirih Seo Joon
“Tapi aku benar!”ujar preman itu.
Seo Joon pun marah dia langsung berdiri,”Hei, aku bilang bukan.”teriak Seo Joon lalu berpaling pergi dan menangis.
“Kau dia, Eh? Yaahhh, kau jauh lebih cantik. Begitu menggoda! Berhenti menangis dan berpestalah dengan kami!”ujar para preman.
“Aku melihat x-file itu, jangan hanya bersikap baik untuk selebriti lainnya!”seru salah satu preman sambil mencoba menyentuh Seo Joon, namun dengan cepat Seo Joon menghempaskan tangan orang itu.
Tiba-tiba preman itu akan menggendong Seo Joon tapi dengan sigap Seo Joon menghempaskan badan orang itu. Tapi orang itu masih nekat ia tetap akan membawa Seo Joon, Seo Joon pun memberontak dan berteriak. “Apa kau gila?”ujar preman itu. Preman itu akan menampar Seo Joon tapi tiba-tiba tangannya ditahan oleh Mu Gyul. “Dan siapa ini? Apakah dia kekasihmu?”tanya preman itu. Tanpa ba bi bu Mu Gyul pun langsung memukul preman itu hingga terjatuh, lalu teman yang satunya lagi juga dihajar hingga jatuh juga.
“Berandal ini.”ujar Mu Gyul lalu Mu Gyul akan menghajarnya kembali tapi di tahan Seo Joon.
“Ah, Kang Mu Gyul….jangan lakukan itu! Tidak apa-apa, jangan lakukan itu,”pinta Seo Joon sambil menahan tangan Mu Gyul.
“Ini berbahaya…itu sebabnya aku bilang untuk tidak pergi keluar sendiri!”teriak Mu Gyul pada Seo Joon. Seo Joon pun terdiam lalu tiba-tiba Mu Gyul menarik tangan Seo Joon pergi.
Mu Gyul pun menggandeng tangan Seo Joon dan berjalan dengan cepat. Ketika sudah sampai di gang yang aman Mu Gyul pun melepaskan pegangannya, Seo Joon pun berdiri sempoyongan.
“Apa kau baik-baik saja?”tanya Mu Gyul. Seo Joon pun menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak, aku tidak baik-baik saja. Lalu Seo Joon memeluk Mu Gyul dengan erat.
Sementara itu di rumah Jun In, Jun In menyeka kaki Mae-ri yang keseleo.
“Aku baik-baik saja.”seru Mae-ri sambil menarik kakinya.
Tapi ditahan Jun In,”aku hampir selesai.”ujarnya sambil terus menyeka kaki Mae-ri.
“Jadi, kenapa kau memutuskan untuk menikahiku sekarang?”tanya Mae-ri.
“Karena bisnis dan juga karena ayahku menginginkannya.”jawab Jun In.
“Direktur, kau sangat patuh, kau tahu.”ujar Mae-ri.
“Ya, ayahku seperti dewa bagiku.”ujar Jun In.
“Dewa?”tanya Mae-ri.
“Ramah…tapi tanpa ampun”ujar Jun In. Mae-ri pun terdiam bingung dengan jawaban Jun In (mungkin maksud Jun In itu baik tapi keras, sebenarnya ayahnya Jun In itu penyanyang tapi terlalu posesif untuk sesuatu).
“Selesai”ujar Jun In. Tapi Jun In ingin memastikannya kembali, namun dengan cepat Mae-ri menutupi kakinya dengan selimut.
“Aku sudah mengatakan aku baik-baik saja, jadi kau harus pergi”ujar Mae-ri.


Jun In berdiri lalu membungkuk ke arah Mae-ri dengan cepat Mae-ri menutupi wajahnya dengan selimut (dikira Jun In mau menciumnya kali wkwkwk) tapi ternyata Jun In mengambil bantal untuk penahan kaki Mae-ri yang keseleo. Mae-ri pun mengambil Hpnya mengsms Mu Gyul, namun Hpnya diambil Jun In.
“Kau harus mengehentikan ini sekarang.”seru Jun In.
“Mengapa kau peduli?”tanya Mae-ri.
“Karena Kang Mu Gyul adalah sainganku sekarang”jawab Jun In tegas.
“Itu konyol!”seru Mae-ri lalu bersembunyi dibalik selimut.
Jun In tersenyum lalu duduk disamping Mae-ri.
Mae-ri pun mengeluarkan kepalanya mengintip apakah Jun In sudah pergi namun ternyata Jun In duduk disampingnya wkkwkw.
“Mulai sekarang, aku berjanji akan melakukan yang terbaik”ujar Jun In.
Lalu dilihatnya dahi Mae-ri disinggapnya poni rambut Mae-ri dan disentuhnya luka di dahi Mae-ri.
“Boku ga iru….”guman Jun In lalu dikecup luka di dahi Mae-ri.

BACA JUGA SINOPSIS LAINNYA



0 comments:

Post a Comment


Friend Link List