Do you like this story?
Mae Ri masih menundukkan kepalanya,"Senang bertemu denganmu, aku Wi Mae Ri,"ucap Mae Ri sambil membungkukan badannya memberi hormat.
"Senang bertemu denganmu,aku Jun In,"balas Jun In sambil tersenyum. Mae Ri pun memberanikan diri mengangkat kepalanya,
saat mendongkakkan kepalanya Mae Ri pun kaget ternyata calon suaminya orang yang menolongnya saat di hotel. Mae Ri pun berseru,"Kau orang brengsek yang sopan itu!sambil menunjuk ke arah Jun In.Sadar apa yang diucapkannya Mae Ri pun segera membungkam mulutnya sendiri dengan tangannya.
Jun In pun hanya tersenyum (manis juga senyumnya hehehe). "Jadi....apakah pergelangan tanganmu sudah lebih baik sekarang?"tanya Jun In.
"Tenang saja, aku tidak bermaksud meminta uang darimu lagi, kau tahu kan?"tanya Mae Ri.
"Selain itu, amplop yang kau berikan padaku berisi 2.000.000 won (banyak bener ckckckc) itu terlalu banyak. Aku selalu membawanya terus karena aku merasa tidak nyaman
untuk menggunakannya,"tegas Mae Ri.
Lalu Mae Ri merogoh tasnya mencari amplop itu, "Jadi, ini aku kembalikan,"ucap Mae Ri sambil menyerahkan amplop itu ke Jun In.
Jun In pun menghempaskan(nggak kasar lho mendorong dengan pelan-pelan) tangan Mae Ri, "Ada pasal kerahasian dalam surat pernyataan pelepasan
tuntutan yang kau tandatangani, jadi lupakan apa yang terjadi hari itu"jelas Jun In. Lalu Jun In pun bergegas pergi meninggalkan Mae Ri.
"Kalau begitu, bolehkah aku bertanya? kenapa kau menyetujui pernikahan ini?"tanya Jun In.
Jun In pun menghentikan langkahnya dan berkata"Jika aku harus mengatakannya, aku akan mengatakannya itu adalah karena keputusan bisnis.”tanpa menoleh ke arah Mae Ri.
"Apakah pernikahan itu sebuah bisnis? apakah pernikahan itu semacam lelucon bagimu?"tanya Mae Ri.
Jun In pun menoleh ke arah Mae Ri dan berkata,”jangan terlalu memikirkannya.”
“Tentu Saja, tidak akan. Lagipula aku tidak punya niat untuk memilihmu setelah 100 hari berakhir,”balas Mae Ri.
“Baiklah…aku dapat melihat kita berdua berbagi pandangan yang sama tentang pernikahan ini,”kata Jun In.
“Maaf.”tanya Mae Ri.
“Apakah itu sebabnya kau bersikeras untuk bekerja sebagai bagian dari kesepakatan itu? “tanya Jun In.
“Ya, di dunia ini tidak ada istilah “makan siang gratis”,”jawab Mae Ri dengan tegas.
Jun In : “Aku suka apa yang kau katakan.”
Mae Ri : “Yah, aku tidak mengatakan itu supaya kau menyukaiku
“Silahkan pergi ke kantor sekarang, aku akan berganti baju dulu dan aku akan menemuimu disana,”perintah Jun In lalu bergegas meninggalkan Mae Ri.
Mae Ri pun bingung dengan sikap Jun In dan hanya bisa mendesah.
Di kantor Jun In mengetuk pintu ruangannya (sopan banget padahal kan ruangannya sendiri hehehe), yang di dalamnya sudah ada Mae Ri.
Jun In pun membuka pintu dan masuk ke dalam.
“Apakah ini sebuah perusahaan produksi drama?”tanya Mae Ri.“Ya.”jawab Jun In. “Wi Mae Ri, kau akan bekerja disini sebagai asisten pribadiku mulai dari sekarang, dank arena aku sendiri yang akan menangani jadwalnya tidak ada yang perlu kau khawatirkan,”jelas Jun In.
“Jadi, apa kewajibanku disini?”tanya Mae Ri.
Tiba-tiba ada staf yang mengetuk pintu dan berkata “Direktur, semuanya telah disiapkan untuk rapat.”
Mae Ri pun menhormat pada staf itu dan berkata,”Halo.” Staf itu pun mengangguk dan meninggalkan ruangan itu.
“Baik kalau begitu.”kata Jun In lalu melangkah pergi meninggalkan Mae Ri. Mae Ri pun menyusul Jun In pergi, tahu Mae Ri akan mengikuti nya Jun In menghentikan langkahnya dan menutup pintu keluar lalu masuk ke dalam lagi.
“Aku akan benar-benar menghargainya jika kau tidak meninggalkan ruangan ini. Para staffku tidak pernah masuk ke ruangan pribadiku, jadi kau tidak akan bertemu siapapun. “terang Jun In (wahh ini mah bagaikan burung dalam sangkar hehe). “Kau mengerti itu kan?tanya Jun In.
“Ya,”jawab Mae Ri. “Itulah yang sebenarnya ku rasakan, aku merasa juga tidak nyaman denganmu.”kata Mae Ri.
“Sepertinya kita sudah mengerti satu sama lain, jadi mari kita lakukan yang terbaik untuk 100 hari ke depan.”ucap Jun In lalu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Mae Ri. Mae Ri pun menjabat tangan Jun In.
“Baik kalau begitu,”ucap Jun In lalu pergi meninggalkan Mae Ri.
“Dasar brengsek.”umpat Mae Ri. Mae Ri pun mencari informasi di internet mengenai Jun In, “Produser Hallyu drama , direktur A&R jepang yang terkenal, lulusan program MBA Amerika, Manajer pendanaan,” itu informasi yang Mae Ri dapat mengenai Jun In”. “Tidak heran dia menilai pernikahan sebagai sebuah bisnis,”ucap Mae Ri.
Ck..ck…ck Mae Ri geleng-geleng kepala nggak tahu apa yang dipikiran Jun In sambil duduk dikursi Jun In dan bersedekap. Tiba-tiba Mae Ri mendengar seseorang berada di luar.
Mae Ri pun keluar dari ruangan pribadi Jun In dan mengetuk pintu begitu pintu dibukanya, Mae Ri melihat Seo Joon sedang duduk dikursi sambil membaca buku. “Mae Ri pun langsung berlari menghampirinya, “Seo Joon, apa kabar? Aku baru melihat berita di artikel,”seru Mae Ri.
Ck..ck…ck Mae Ri geleng-geleng kepala nggak tahu apa yang dipikiran Jun In sambil duduk dikursi Jun In dan bersedekap. Tiba-tiba Mae Ri mendengar seseorang berada di luar.
Mae Ri pun keluar dari ruangan pribadi Jun In dan mengetuk pintu begitu pintu dibukanya, Mae Ri melihat Seo Joon sedang duduk dikursi sambil membaca buku. “Mae Ri pun langsung berlari menghampirinya, “Seo Joon, apa kabar? Aku baru melihat berita di artikel,”seru Mae Ri.
“Dimana direktur?”tanya Seo Joon
“Ahh… Dia sedang rapat saat ini.”jawab Mae Ri.“Apakah kau mau minum teh sambil menunggu direktur,”tanya Mae Ri.
“Aku lebih suka air mineral daripada teh.”jawab Seo Joon.
“Ahh, tentu saja…Mohon tunggu sebentar,” kata Mae Ri lalu bergegas akan mengambil minuman.
“Aku tidak minum apapun selain air pegunungan.”ucap Seo Jeon sambil tetap membaca buku dialog yang dipegangnya.
“Maaf, air pegunungan?”tanya Mae Ri.
“Sudahlah,”jawab Seo Joon tersenyum.
“Ah ya,”kata Mae Ri lalu melanjutkan langkahnya. Namun tiba-tiba ia menghentikan langkahnya dan mendekati Seo Joon. “Maaf, tapi….apakah kau tidak keberatan memberikan tanda tangan untukku?”tanya Mae Ri sambil menyerahkan kertas untuk ditandatangani.
“Ya,”jawab Seo Joon, lalu mengambil kertas yang disodorkan Mae Ri.
“Aku benar-benar penggemar setiamu.”kata Mae Ri.
“Siapa namamu?”tanya Seo Joon sambil menandatangani kertas tersebut.
“Wi Mae Ri,”jawab Mae Ri.
“Wi…Mae…”ucap Sun Joon tapi terpotong dengan seseorang yang masuk ke ruangan itu. “Hei Seo Joon!”sapa orang itu. “Oh, kamu sudah datang?”jawab Seo Joon.“Aku benar-benar penggemar setiamu.”kata Mae Ri.
“Siapa namamu?”tanya Seo Joon sambil menandatangani kertas tersebut.
“Wi Mae Ri,”jawab Mae Ri.
Ternyata tamu tersebut Lee An dan Ahjuma managernya (mantan manager Mu Gyul hehe).
“Hei, ada apa denganmu? Tepat waktu dan segalanya sekarang,”tanya Lee An pada Seo Joon.
“Seo Joon, kau memang seorang fashionista.”kata Manager Alan.
Seo Joon pun menyerahkan tandatangannya pada Mae Ri. ”Terimakasih,”kata Mae Ri lalu melangkah pergi.
Tiba-tiba Ahjuma mantan manager Mu Gyul berdiri , sepertinya mengenali Mae Ri. Mae Ri pun menoleh ke arah Ahjuma itu lalu dengan cepat membalikkan badannya dan bergegas pergi.
“Siapa itu?”tanya Lee An.
“Dia gadis yang mengambil gambarmu ketika di hotel. Dan rupanya dia mendapat tandatangan yang lain ,”jawab ahjuma manager itu sambil melirik ke Seo Joon.
Jun In kembali dari rapatnya, “Aku lihat semuanya disini begitu awal,”ucap Jun In.
“Oh, kau datang?”kata Seo Joon.
“Direktur, gadis itu…?”tanya ahjuma manager sambil menunjuk ke arah ruangan pribadi Jun In. Sepertinya Mae Ri yang mendengar obrolan mereka mau keluar untuk menjelaskan, ia pun mengetuk-ngetuk pintu dari dalam ruangan.
“Tidak apa-apa, silahkan kembali kerja,”perintah Jun In.
“Ya, Direktur.”jawab Mae Ri.
“Direktur, dia itu kan?”tanya ahjuma mantan manager Mu Gyul.
“Ada kesalahpahaman pada waktu itu, jadi tolong jangan dipikirkan lagi,”jawab Jun In.
Di dalam ruangan Mae Ri bermain game Nintendo DS Light (bener nggak ya hehehe) sambil berguman,”membawa seseorang ke sini untuk bekerja tetapi tidak membiarkan dia melakukan apa pun. Lalu kenapa kau lakukan. Ini begitu membosankan,”desah Mae Ri.
Tiba-tiba Jun In mengetuk pintu dan berkata ,”Aku akan keluar makan, kau juga harus melakukan hal yang sama.”
“Ya.”jawab Mae Ri.
Mae Ri melihat-lihat tumpukan naskah yang ada di meja, “Jadi, naskah itu seperti ini, “guman Mae Ri. Lalu Mae Ri membuka tumpukan buku disebelahnya,”Ahhh… dan ini adalah bagaimana caranya menulis proposal.”guman Mae Ri lagi.
Tiba-tiba Jun In masuk ke ruangan dan berkata, “Menarik?.”
“Jadi, tidak ada pekerjaan yang bisa kulakukan?”tanya Mae Ri.
”Kalau begitu kau boleh pergi untuk hari ini.”jawab Jun In.
“Apa?” Tapi ini masih jam setengah dua,”tanya Mae Ri sambil melihat kea rah jam tangannya.
“Aku pergi juga, ada rapat yang harus dihadiri ,”jawab Jun In.
Tiba-tiba Hp Jun berbunyi, Jun in pun mengangkatnya ternyata itu telepon dari mamanya Jun In. “Ya, ibu. Aku sedang dalam perjalanan sekarang,”jawab Jun In ditelepon.
Mae Ri sampai dirumahnya, ia mengeluh kelelahan padahal tidak melakukan apa-apa dan duduk dikursi, ayahnya yang baru bangun tidur keluar kamar.
“Hei, Mae Ri. Apa yang kau lakukan disini padahal masih jam segini?”tanya ayah Mae Ri.
“Aku tidak tahu. Dia tidak memberiku pekerjaan yang harus dilakukan dan dia menyuruhku untuk pulang lebih awal. Dia benar-benar meremehkanku.”jawab Mae Ri sambil tidur-tiduran di sofa.
“Benarkah?”tanya ayahnya. “Ahhh….. mungkin dia berpikir kau pasti lelah karena ini hari pertamamu.”kata ayah Mae Ri memberi alasan.
Ayah Mae Ri pun mendekati Mae Ri, “jadi….Mae Ri, bagaimana rasanya bertemu Jun In untuk pertama kalinya? Dia seperti seorang pangeran bukan?”tanya ayah Mae Ri.“Aku tidak tahu. Dia tidak memberiku pekerjaan yang harus dilakukan dan dia menyuruhku untuk pulang lebih awal. Dia benar-benar meremehkanku.”jawab Mae Ri sambil tidur-tiduran di sofa.
“Benarkah?”tanya ayahnya. “Ahhh….. mungkin dia berpikir kau pasti lelah karena ini hari pertamamu.”kata ayah Mae Ri memberi alasan.
“Pangeran apa? Lebih mirip orang yang brengsek.”jawab Mae Ri.
“Apa maksudmu brengsek?”tanya ayah Mae Ri.
Mae Ri pun bangkit dari tidur-tidurannya dan berkata,”ayah, tidak peduli bagaimana aku memandangnya ada sesuatu yang aneh dengan orang itu,”jawab Mae Ri.
“Apa yang aneh?”tanya ayah Mae Ri.
“Biar kupikir sebentar, mengapa seorang pria yang begitu kaya dan tampan menerima pernikahan seperti ini?”tanya Mae Ri.
“Nah,…jika kau berhenti dan berpikir tentang hal itu, agak sedikit aneh. “jawab Ayah Mae Ri.
“Selain itu, bahkan dia tidak terlihat seperti mau menikahiku,”ucap Mae Ri.
Ayah Mae Ri langsung menginterogasi Mae Ri, “Hei, apa maksudmu?”tanya ayah Mae Ri sambil memegang tangan Mae Ri.
“Tidak, maksudku adalah? Ada sesuatu dengan pria itu?” jawab Mae Ri.
“Apa maksudmu?”tanya ayah Mae Ri lagi.
“Aku sudah berpikir tentang hal itu sementara waktu dan tidak peduli aku memandangnya..”jawab Mae Ri.
“Tidak peduli kau memandangnya, apa?”tanya ayah Mae Ri.
“Dia Gay,”jawab Mae Ri penuh keyakinan. “Apa”tanya ayah Mae Ri kaget.
“ayah dapat melihat gaya dan bisnisnya seperti pendekatan untuk pernikahan, itu dia! dia pasti takut untuk memberitahu ayahnya,”jawab Mae Ri meyakinkan ayahnya.
“Hei, Mae Ri, kau sedang menulis novel disini?”tanya ayah Mae Ri.
“Baik, tapi tetap saja orang itu aneh,”jawab Mae Ri.
Lalu Mae Ri menyalakan remote TV dan ayahnya berdiri sambil melihat jamnya. Lalu ayahnya mengingatkan Mae Ri bahwa sudah jam 5 dan itu waktunya pergi ke tempat Mu Gyul. “Hei, sudah hamper jam 5, bukankah kau akan pergi melihat orang itu?”tanya ayah Mae Ri.
“Kenapa aku harus?”tanya Mae Ri. Mae Ri pun melanjutkan menonton drama sambil mencari chanel mana yang bagus, “Aku hanya akan menonton drama dan bersenang-senang.”ucap Mae Ri.
“Apa yang kau katakan? Hei hari ini pertama dari 100 hari. Jam 9 pagi sampai 5 sore dengan Jun In, dan jam 5 sore sampai 10 malam dengan pria itu (Mu Gyul-red) dank au tidak akan pergi?”tanya ayah Mae Ri dengan senang. (itu waktu senin-jumat, sabtu dan minggu Mu Gyul ama sapa ya wkwkwk)
Mae Ri yang sudah sadar pun langsung bersiap-siap pergi. (lha dari tadi mikir apa ya Mae Ri?habis kesenangan nonton drama sih wkwwkk). “Tentu saja, aku akan menemui orang yang kucintai.”jawab Mae Ri.
“Apa-apaan ini.”tanya ayah Mae Ri.
“Karena sekarang ayah telah menyebutkannya, aku jadi merasa benar-benar ingin menemuinya? Aku kira sebaikanya aku meneleponnya. “jawab Mae Ri sambil bergegas pergi sambil menelepon Mu Gyul..
“Hei…Hei!”kata ayah Mae Ri sambil menyusul Mae Ri yang sudah keluar.
“Ku mohon angkatlah!"guman Mae Ri sambil terus menelepon Mu Gyul.
Melihat telepon Mae Ri tidak ada jawaban ayah Mae Ri pun mendekatkan telinganya ke arah HP Mae Ri. Mae Ri pun segera menghindar dan berkata,”Yah, cintaku pasti masih tidur sekarang karena dia sebagai seorang musisi,”kata Mae Ri member I alasan ke ayahnya.
“Ini mencurigakan,”kata ayah Mae Ri. “Apa itu?”tanya Mae Ri.
“Terakhir kali dia berada di rumah kita, kau mengatakan dia bukan pacarmu,”jawab ayah Mae Ri.
“Itu karena aku takut aku akan mendapat masalah dengan ayah,”terang Mae Ri.
Tapi ayah Mae Ri tidak percaya. “Berhenti memberiku alasan yang tidak jelas dan mulailah menjelaskannya dengan jelas. “kata ayah Mae Ri. “Seperti apa?”tantang Mae Ri.
“Misalnya bagaimana kalian bertemu? Bagaimana kau jatuh cinta?”tanya ayah Mae Ri.
“ahh, itu… ayah…”jawab Mae Ri. “Apa?”tanya Ayah Mae Ri.
“Ayah tahu bagaimana di dalam drama mereka mengatakan bhwa cinta itu seperti kecelakaan mobil? Yah begitulah yang terjadi dengan kami. Dia datang dalam hidupku tiba-tiba dan tanpa peringatan apapun seperti kecelakaan mobil,”jelas Mae Ri sambil membayangkan saat pertemuan pertamanya dengan Mu Gyul. Mae Ri menabrak Mu Gyul “Dia seperti seorang pria yang ada di negeri ajaib semacam dunia baru yang menyejukkan, setiap kali dia bernyanyi di panggung. Seseorang yang terlihat keren di atas panggung tetapi kehidupan sehari-harinya tampak seperti sesuatu yang diambil dari potret.”ungkap Mae Ri sambil membayangkan Mu Gyul menyanyi di konser dan keluar dari kamar mandi nanyain kondisioner. “ahhhh…bagaimana bisa aku tidak mencintai seseorang seperti itu?”tanya Mae Ri.
“Tapi masalahnya. Apakah dia juga mencintaimu?”tanya ayah Mae Ri.
“Hah? Ahhh tentu saja! Dia bahkan mengatakan menyukai bekas lukaku yang seperti milik Harry Potter,”jawab Mae Ri sambil mengelus-elus luka di dahinya dan membayangkan saat Muh Gyul mencium bekas lukanya itu. (korea demam Harry Potter juga ya :D?).”jawab Mae Ri.
“Hei!Jadi, jika memang itu orang yang kau cintai, bagaimana bisa kau tidak memiliki foto-fototonya,”protes ayah Mae Ri tidak kehilangan akal sambil menunjukkan HP Mae Ri (ayah Mae Ri mengira di Hp Mae Ri nggak ada foto Mu Gyul padahal banyak tuh).
“Ah,itu…Ada di sana…itu fotonya tidak bisakah ayah lihat?”tunjuk Mae Ri sambil mentouch foto-foto Mu Gyul saat konser dilayar Hp yang dipegang ayahnya.
“Lalu bagaimana bisa dia tidak pernah menunjukkan wajahnya?”tanya ayah Mae Ri.
“Apa maksud ayah?”seru Mae Ri.
“Jika dia mencintaimu, dia harus datang ke sini dan menyatakan cintanya untukmu padaku,”seru ayah Mae Ri.
“Itu karena aku mencegahnya. Dia siap untuk berlutut dan semuanya pada ayah,”jawab Mae Ri.
“Jadi, apakah dia akan menerima situasi ini dengan tenang?”tanya ayah Mae Ri.
“Apa maksud ayah tenang? Dia tidak bisa berhenti minum, bagaimana sedihnya dia. Ayah tidak tahu berapa banyak dia menderita, hanya saja aku membujuknya untuk memahami ayah,”jawab Mae Ri .
“Aku tidak bisa berpikir, aku harus bertemu orang ini sekarang,”seru ayah Mae Ri lalu bergegas seperti mau pergi. Namun Mae Ri segera menarik lengan tangan ayahnya seraya berkata,”Ayah! Jika kau bertemu dengannya dan membuatnya merasa buruk..aku membatalkan kesepakatan 100 hari.”ancam Mae Ri.
“Ahhh…oke…oke, aku tidak yakin apakah kau benar-benar menyukai orang itu sekarang. Tapi kau pasti akan menyukai Jun In pada akhirnya!”seru ayah Mae Ri.
“Itu benar, jika ayah ingin menjaga kesepakatan ini, tinggalkan aku sendiri.”kata Mae Ri.
“Baiklah, tapi tetap saja, sebagai ayahmu aku setidaknya harus tahu dia pria seperti apa dan dimana dia tinggal!,”seru ayah Mae Ri.
“Tidak ada yang perlu ayah ketahui, Ahhh…aku lebih baik pergi melihat Mu Gyul sekarang,”seru Mae Ri sambil mengambil kembali Hpnya yang dipegang ayahnya. Lalu Mae Ri bergegas pergi meninggalkan ayahnya.
“Hei, ini sudah malam mau pergi kemana?”tanya ayah Mae Ri.
“Selamat tinggal ayah!”ucap Mae Ri.
“Mae Ri!”teriak ayah Mae Ri, namun Mae Ri tetap pergi menemui Mu Gyul.
Mae Ri sampai di rumah Mu Gyul,”cinta itu seperti kecelakaan mobil?apakah kau menulis novel fiksi sekarang?”tanya Mu Gyul sambil membaca buku, sepertinya catatan Mae Ri mengenai apa yang Mu Gyul harus jawab ketika ayahnya tanya ke Mu Gyul soal cinta ( biar klop jawabannya hehehe).
“Yah, aku jurusan sastra korea, bagaimanapun seperti yang kau lihat semuanya ditambahkan dengan baik tampa modifikasi apapun. Jadi jika ayahku kebetulan meneleponmu….”jawab Mae Ri yang terpotong karena Mu Gyul bertanya, “Apa yang kamu bicarakan? Kau bilang kita tidak ada hubungannya lagi satu sama lain. ”protes Mu Gyul.
“Ahh….hal ini tidak mungkin akan terjadi , aku hanya mengatakan jika saja….hanya jika hal itu terjadi dan satu hal lagi, aku harus tinggal disini setiap malam hari mulai sekarang.”seru Mae Ri.“Lupakan.”seru Mu Gyul sambil menyodorkan buku tadi ke Mae Ri.
“Tapi sebagai gantinya aku akan membayar sewa di tempat ini selama tiga bulan,”kata Mae Ri sambil mengeluarkan amplop dari tasnya.
“Apa itu,”tanya Mu Gyul.
“Aku bilang aku datang dengan uang gratis beberapa waktu lalu,”jawab Mae Ri.
“Lupakan saja.”ucap Mu Gyul sambil konsentrasi menggambar graffiti dinding tembok dalam rumahnya.
“Tapi aku merasa tidak nyaman membawa ini, mari kita memanfaatkannya dengan baik bersama-sama, ya?”pinta Mae Ri.“Aku bilang aku datang dengan uang gratis beberapa waktu lalu,”jawab Mae Ri.
“Lupakan saja.”ucap Mu Gyul sambil konsentrasi menggambar graffiti dinding tembok dalam rumahnya.
“Pada awalnya itu hanya sebuah foto, lalu kau memintaku untuk meminjam namaku selama 100 hari dan sekarang kau ingin pindah ke rumahku?”protes Mu Gyul.
“Aku minta maaf, hanya saja aku tidak punya pilihan,”ucap Mae Ri dengan lemah.
“Itu sebabnya, aku katakana tidak lagi,”seru Mu Gyul .
“Hei, mengapa kau begitu berpandangan negatif?”tanya Mae Ri. Namun Mu Gyul tidak menggubris ucapan Mae Ri ia tetap konsentrasi menggambar dinding tembok rumahnya.
“Mu Gyul, kumohon!”seru Mae Ri sambil memasang muka memelas ala kucing yang ada di shrek hehehe. Mu Gyul pun menoleh ke arah Mae Ri dan berkata “Hei….kau terlihat seperti kucing di Shrek,”ucap Mu Gyul sambil tertawa kecil.
“Lupakan!”seru Mu Gyul lalu kembali melukis dinding tembok.
“Bantu aku sekali ya? ayolah, Mu Gyul! Kang Mu Gyul…”pinta Mae Ri sambil menarik-narik tangan Mu Gyul.
Tiba-tiba ada seorang ahjuma datang, “Hei, nak!”ucap ahjuma tersebut.
“Oh ya, bibi kau datang?”ucap Mu Gyul lalu member hormat.
“Pacarmu?”tanya ahjuma ketika melihat Mae Ri.
“Bukan sama sekali!”ucap Mu Gyul dan berkata,”tidak apa-apa, semua orang seperti itu sekarang! Mengapa hidup sendirian bila kau bisa hidup dengan pacarmu.”
“Tapi, aku benar-benar hidup sendiri.”kata Mu Gyul.
“Oke, baik. Kau belum lupa untuk deposit yang jatuh tempo minggu ini, kan?”tanya Ahjuma yang ternyata pemilik kos-kosan Mu Gyul.
“Ahh, tentu saja.”jawab Mu Gyul.
“Bagus, karena jika kau terlambat aku akan mengeluarkan barang-barangnya kali ini. Jadi lebih bai kau tidak terlambat.”ucap Ahjuma itu lalu bergegas pergi. (sadis banget ni ahjuma tapi ari familiar dengan wajahnya mirip yang jadi bibinya Minam di YAB).
Mu Gyul pun terlihat pasrah mendengar perkataan ahjuma tadi. “Silahkan ambil,”seru Mae Ri sambil menyodorkan amplop berisi uang pemberian Jun In waktu di hotel itu lho.
“tenang saja.”kata Mu Gyul.
“Di mana kau akan mendapatkan uang untuk deposit? Gunakan uang ini ya?” bujuk Mae Ri.
“Aku bilang tenang saja,”seru Mu Gyul lalu berpindah tempat meneruskan melukis di dinding lagi.
Mae Ri pun punya ide ia meletakkan tasnya dan memakai sarung tangan lalu membantu Mu Gyul melukis dengan membawakan cat-cat yang dibutuhkan Mu Gyul daripada di taruh dilantai.
“Apa yang kau lakukan?”tanya Mu Gyul.
“Ini akan melelahkan jika dilakukan sendiri, jadi aku akan membantumu.”jawab Mae Ri sambil tersenyum.
Mu Gyul dan Mae Ri pun keluar rumah untuk mencari bahan-bahan yang masih diperlukan. “Hei, dan berapa lama kau akan terus mengikutiku?”tanya Mu Gyul. “Aku bilang aku akan membantumu.”jawab Mae Ri. (backsoundnya my superstar hehe)
Mu Gyul pun melanjutkan langkahnya, iba-tiba ia melihat batako yang tidak terpakai dipinggir jalan. Ia pun mengambilnya dan menimang-nimangnya.
“Apa kau benar-benar pria gelandangan dari Hongdae?”tanya Mae Ri.
Mu Gyul pun tidak menjawab pertanyaan Mae Ri, ia tetap mengambil karung yang ada disebelah tumpukan batako tadi dan menyerahkan ke Mae Ri supaya Mae Ri membukanya dengan lebar dan Mu Gyul mulai memasukkan tumpukan batako tadi ke karung tersebut.
Mae Ri sepertinya keberatan dengan berat batako tadi tapi ia tetap membantu Mu Gyul dan berkata,”yang itu juga.”sambil menunjukkan batako yang masih bisa diisikan ke karung.
Mae Ri dan Mu Gyul meneruskan pencarian bahan-bahan bagunan,(tapi aneh batako tadi kemana ya?apa sudah ditaruh dirumah?). Mu Gyul pun melihat ada boks yang masih bisa terpakai ia pun memanggil Mae Ri untuk mengangkat boks itu.
Lalu mereka berdua menggelindingkan ban bekas (kira-kira untuk apa ya).
Masih digang yang sama, Mu Gyul mengambil ragangan besi dan membawanya pergi,”ambil yang itu juga.”perintah Mu Gyul pada Mae Ri.
Mae Ri pun mengambilnya dan membawanya.
Selanjutnya Mu Gyul menata ruangan rumah Mu Gyul, kursi di kasih selimut merah. Dan menata buku-bukunya di rak yang terbuat dari tumpukan batako. Lalu ragangan besi tadi dipakai untuk nyantolin aksesoris Mu Gyul seperti Earphone dll. Mu Gyul pun melanjutkan melukis grafiti sambil duduk di ayunan. (ck…ck.. ni rumahnya Mu Gyul yang tadinya jelek bisa disulap dengan begitu bagusnya, Mu Gyul memakai barang-barang bekas untuk menghemat kali ya? supaya bisa bayar deposit ke bibi pemilik rumah?)
“Apa kau dari jurusan seni?”tanya Mae Ri.“Bukan, tapi dari Teknik.”jawab Mu Gyul.
Lalu Mae Ri mendatangi ruangan kerja Mu Gyul.
“Wow…ini benar-benar seperti studio!Ahhh… ada banyak disini!”seru Mae Ri.” Aku yakin kau menghabiskan semua uangmu untuk membeli ini…”kata Mae Ri sambil mendekat d ke arah tumpukan gitar dan mau mengambilnya. Tapi dengan cepat Mu Gyul menarik baju Mae Ri (kalau jaket biasanya ka nada tudungnya ya? nah Mu Gyul narim tudung itu).
“Itu adalah benda kesayanganku,”seru Mu Gyul lalu mengambil sebuah gitar.
“Kalau begitu itu bagus.tapi kau tidak punya TV?”seru Mae Ri.
“Aku tidak menonton TV.”ucap Mu Gyul sambil menyetel senar-senar gitarnya.
“benarkah? Ahhh… itu tidak baik! ada drama yang ingin ku tonton malam ini.”keluh Mae Ri.
“Apa kau tidak pulang?”tanya Mu Gyul.
“Aku hanya membantumu pindah…kau begitu jahat. Setidaknya biarkan aku istirahat sebentar sebelum pergi ya?”pinta Mae Ri.
“hanya untuk hari ini.”seru Mu Gyul. Mae Ri pun menganguk-agukkan kepalanya. “Terimakasih. Aku akan ke sana dan membaca.” Seru Mae Ri lalu pergi ke arah yang ditunjukkannya.
Sementara itu Jun In menemui ayahnya.
“Aku ingin tahu bagaimana persaanmu setelah bertemu dengannya?”tanya ayah Jun In.
“Dia kelihatan sangat berbeda dari perempuan yang pernah kutemui.”jawab Jun In.
“Begitukah? Dia terlihat mandiri.”seru ayah Jun In.
“Dia tampaknya tidak cocok dengan kriteria menantu ideal ayah,”tanya Jun In.
“Kita lihat itu nanti,”jawab ayah Jun In. “Tetapi untuk sekarang, karena dia menjadi bagian dari keluarga kita,berilah perhatian dan hargai dia sebaik mungkin.”pinta ayah Jun In.
Di lain tempat Ayah Mae Ri dengan pakaian eksekutifnya membayar hutangnya pada dua orang yang selalu mengejar-ngejarnya. “Ahhhh…benarkah ini! Aigo….aigoo. terima kasih!ucap penagih hutang saat menerima amplop pembayaran hutang ayah Mae Ri.
“Dan jangan kau terus mengikutiku seperti sesuatu yang tidak penting. Periksalah…Eh?apa itu pas?”seru ayah Mae Ri.
“aigoo!seru penagih hutang itu lagi, tapi sepertinya ia percaya saja dengan jumlah uangnya. Lalu ayah Mae Ri mengulurkan tangan dan berjabat tangan dengan kedua penagih hutang itu seraya berkata,”Oke, kita sudah melalui banyak masalah.”
“Jaga dirimu baik-baik!”seru penagih hutang sambil memberi hormat dan bergegas pergi.
“Ya,Oke.”jawab ayah Mae Ri sambil melambaikan tangan. Tapi begitu kedua penagih hutang itu pergi ia kembali cemberut. (Ari merasa aneh sepertinya ini sudah pagi kok ditempat Mu Gyul dan Jun In masih malam ya hahahaha).
Sementara itu di rumah Mu Gyul Mae Ri asyik membaca buku sambil duduk disofa. Dan Mu Gyul membaca sebuah kertas disamping meja kerjanya. Tiba-tiba teleponnya berbunyi, “Halo,Oh Hyung. Kau ada di depan. Baiklah!jawab Mu Gyul.
Lalu Mu Gyul menutup telepon dan menoleh ke arah Mae Ri seraya berkata,”Hei, kau tidak pulang?”
“Aku tidak boleh pulang sebelum jam10 malam.”jawab Mae Ri.
“Tapi, teman-temanku datang jadi kau harus pergi.”seru Mu Gyul.
“Ahh…..untuk kalau begitu, aku lebih baik pergi.”seru Mae Ri lalu meletakkan buku yang dibacanya di meja dan bergegas mengambil tas dan sweaternya. “Tapi aku harus pergi kemana?”guman Mae Ri.
Mu Gyul pun menoleh, tiba-tiba pintu terbukaa dan teman-teman band Mu Gyul masuk. “Muh Gyul, kami datang ke sini!Hei, kami disini. Kami datang ke sini langsung setelah bekerja,”seru salah satu teman Mu Gyul.
“Pasti sulit untuk memindahkan semua sendiri, kan?”tanya salah satu teman Mu Gyul lagi.
“Oh, saudara ipar!”seru teman yang satunya lagi.
“Halo,”seru Mae Ri.
“Aku rasa Mae Ri telah membantumu memindahkannya.”seru teman Mu Gyul biasa yang dipanggil Hyung.
“Ini sudah seperti itu.”jawab Mu Gyul.
“Ya, ternyata sudah seperti itu.”tegas Mae Ri. (maksudnya mungkin memang sudah dari awal begitu).
“Sepertinya kalian membuatnya seperti tempat pengantin baru disini,”seru salah satu teman Mu Gyul.
“Tidak, bukan seperti itu. “seru Mae Ri. Tapi sepertinya teman-teman Mu Gyul tidak percaya kalau dilihat dari tatapannya.
“Baik, aku pergi sekarang”ucap Mae Ri berpamitan pada Mu Gyul.
“Oke, selamat tinggal. Dan jangan kembali besok. Pergi!”seru Mu Gyul.
“Ayyy….kenapa kau begitu dingin? Kau sudah bekerja keras sebaiknya makanlah dulu,”kata teman Mu Gyul yang biasanya dipanggil Hyung (nasib nggak tahu namanya jadi ari namain Hyung aja ya), sambil menahan lengan Mae Ri yang akan melangkah pergi.
“Itu benar.”seru kedua teman lain Mu Gyul.
“Bukankah kita akan mengadakan pesta di rumah baru ini?” cepat panggil Ji Hye dan So Ra.”seru Hyung.
“Ya pastikan kau menelepon Ji Hye, kita punya minuman disini bagaimana dengan makanannya?” seru teman yang lainnya. Tapi sepertinyaa Mu Gyul keberatan kalau dilihat dari ekspresinya.
Kedua teman Mae Ri Ji Hye dan So Ra sudah berada di rumah Mu Gyul. Mereka pun makan-makan bersama.
“Apa!”kau harus memilihnya. Pria yang menikahimu dan pria yang mempunyai perjanjian pernikahan untuk 100 hari!”tanya So Ra.
“Hei, jadi kalian harus berakting seperti sudah menikah. Tidak, maksudku seperti berpacaran?”tanya Ji Hye.
“Ada apa ini? Ini seperti sebuah drama, drama.”seru So Ra.
“Aku tidak tahu, aku hanya mencoba memperbaiki sesuatunya ketika kita mengambil foto tetapi mejadi seperti ini.”jawab Mae Ri dengan pasrah.
“Ahhh., dan itu kesalahn kita juga.”seru salah teman Mu Gyul.
“Apa yang harus dilakukan? Kami minta maaf.”seru Hyung.
“Tidak, tidak sama sekali.”kata Mae Ri.
“Jadi, kau harus menghabiskan malam hari di sini karena kecurigaan ayahmu?”tanya Ji Hye. Mae Ri pun menganguk-anggukan kepalanya.
Mu Gyul yang dari tadi diam saja dengan wajah betenya berseru,”tidak….. sudah pasti tidak. Sedangkan Mae Ri hanya bisa tertunduk.
“Mu Gul, aku minta maaf tapi beginilah kondisi saat ini,”seru So Ra ke arah Mu Gyul.”Jadi bantulah Mae Ri, ku mohon?”pinya So Ra
“ Ya, bantulah dia!”seru teman-teman Mu Gyul dan Ji Hye.
“Aku tidak bisa karena itu tidak nyaman, dan kau…lebih baik tahu itu, oke?”seru Mu Gyul sambil menunjuk pada Mae Ri.
“Aku tahu,”jawab Mae Ri.
“Tapi kau sudah membiarkan dia menggunakan namamu sebagai suami palsu selama 100 hari.”seru salah satu teman Mu Gyul.
“Tapi itu…,”seru Mu Gyul tapi terpotong oleh salah satu temannya.
“Baik, karena ini sudah seperti ini. kenapa kau tidak menikah saja kakak?”tanya salah teman Mu Gyul.
“Kedengarannya bagus, menikahlah! Kalian berdua terlihat cocok bersama-sama!”seru Ji Hye yang diiyakan teman-teman Mu Gyul.
“Itu tidak benar, tolong jangan melakukan ini.Apa yang kalian bicarakan?”seru Mae Ri.
Mu Gyul melihat ke arah meja dan berkata.”Ah… kita kehabisan minuman. Aku akan pergi membelinya.”
So Ra pun bergegas berdiri dan berkata,”kalau begitu mari kita pergi bersama.”
“Mu Gyul, sebotol soju juga ya,”pesan salah satu temannya.
“Ji Hye, ayo pergi bersama,”ajak So Ra.
Teman Mu Gyul pun ikut berdiri dan mau menyusul Mu Gyul. Namun teman yang satu lagi menahannya. “Ah.. tetaplah di sini!.
Salah satu teman Mu Gyul mendengarkan musik pakai earphone sambil melihat-lihat partitur yang ada di atas organ . “Ahh…berhenti. Hei, jangan bermain dengan itu, kau hanya akan merusaknya.”seru salah satu teman Mu Gyul.
“Aku hanya melihat apa yang kakak tulis.”jawabnya.
“Benarkah?”tanya temannya itu lagi. Mae Ri merapikan meja tempat perkakas bekas mereka makan dan minum tadi.
“Kau kelihatan seperti istri Mu Gyul jika melihatmu melakukan ini.”seru Hyung.
“Aku akan berhenti melakukannya.”seru Mae Ri lalu berdiri dan bergegas membuang sampah itu.
Mae Ri pun keluar membuang sampah. “Hmmmm…dingin….dingin….dingin…”guman Mae Ri. Ketika Mae Ri meletakkan kantong sampah ia melihat seorang Ahjuma sedang melihat-lihat ke dalam mobil.
Mae Ri akan melangkah pergi namun berhenti ia menoleh ke arah ahjuma kembali dan berpikir,”aku rasa aku pernah melihat sebelumnya,Ahhhh foto dikotak gitar!”guman Mae Ri. Lalu Mae Ri menoleh ke ahjuma itu lagi, Ahjuma itu pun melihat ke arah Mae Ri.
Ahjuma pun mendekati Mae Ri, “Apa Mu Gyul di dalam?”tanya Ahjuma. (Ahjuma itu mamanya Muh Gyul hehehe).
“Tidak, dia baru saja keluar”jawab Mae Ri“Ohhh…benarkah?”guman Ahjuma. Ia pun menoleh ke arah jalanan. Mae Ri memperhatikan Ahjuma itu, Ahjuma itu pun menoleh ke arah Mae Ri jadi suasanya jadi canggung. Untuk mencairkan suasa Mae Ri berseru, “Annyonghaseyo.”
“Hmmm..”jawab Ahjuma sambil mengangguk-anggukan kepala dan memperhatikan wajah Mae Ri.
“Apa kau pacar Mu Gyul yang baru?”tanya ahjuma.
“Tidak, bukan sama sekali!”jawab Mae Ri.
Ahjuma :“Baik, kau bukan tipenya” sambil tertawa kecil.
Mae Ri :“Memang. Itulah mengapa kau tidak boleh salah paham”
“Apa maksudmu?”tanya ahjuma.
“Aku hanya tidak ingin kau salah paham dan bertengkar karena aku. Aku datang ke sini karena aku punya sedikit masalah, tapi aku bertemu teman-temanku dan membawa barang-barang sendiri dan aku tidak akan pernah datang ke Mu Gyul.”jelas Mae Ri. Tapi ahjuma nggak ngerti apa yang Mae Ri maksud. (Mae Ri kira ahjuma itu pacarnya hahaha).
Tiba-tiba Mu Gyul kembali dari supermarket,”Oh…Kang So Young,”seru Mu Gyul. Ahjuma itu pun berteriak,”Kang Mu Gyul!! Dan berlari ke arah pelukan Mugyul. “Sudah berapa lama ini?”tanya Ahjuma So Young sambil mencium pipi kanan kiri Mu Gyul. “Ah, kapan kau datang ke sini?”tanya Mu Gyul. Ji Hye dan So Ra pun menjauh dari Mu Gyul mendekati Mae Ri dengan penuh tanda tanya.
“Baru saja. Aku sedangbersenang-senang di dekat sini dan aku mendengar kau pindah jadi aku datang untuk melihatnya”jawab Ahjuma So Young.
Lalu Ahjuma So Young pun menunjukkan barang bawaannya, “Hmm.. Es krim.”serunya sambil menyerahkan es krim itu ke Mu Gyul. (Ahjuma, calon menantumu ini juga suka banget es krim lho wkkwkwk).
“Apa kau minum lagi?”tanya Mu Gyul.
“Jangan khawatir, hanya sedikit.”jawab Ahjuma So Yong lalu menepuk kedua pipi Mu Gyul dan menciumnya (Ahjuma walaupun Mu Gyul anakmu tapi T_T huwaaaaa, jangan-jangan mama Mu Gyul ini mother kompleks ya?).
Mae Ri, So Ra dan Ji Hye pun kaget melihat kelakuan ahjuma So Young.
“Sudah cukup, apa aku anak kecil? Ayo pergi, ada beberapa teman dirumahku”seru Mu Gyul.
“Teman-teman bandmu?”tanya ahjuma So Young.
“Ayo kita bermain bersama kalau begitu!”teriak Ahjuma So Young pada Mae Ri dkk lalu berlari mau masuk ke dalam rumah.
Mu Gyul pun menarik tangan ahjuma So Young dan berkata,“Ah, tidak…kau tidak boleh minum di sini.
“Ayo, kita pulang ke rumah.”ajak Mu Gyul (pulang ke rumah ahjuma So Young).
“Selamat tinggal.”seru ahjuma So Young sambil melambaikan tangan pada Mae Ri dkk. Mu Gyul dan Ahjuma So Young pun pergi tapi kok ahjuma So Young ini memeluk dan melendot Mu Gyul terus wkkwkw.
“Hei, apa ini? Kang Mu Gyul punya pacar?”tanya Ji Hye.
“Dia punya…sekumpulan seperti mereka?”jawab Mae Ri.
Mae Ri dkk pun masuk ke dalam rumah dan menanyakan ahjuma tadi pada teman-teman Mu Gyul.
“Ahhh…itu ibunya!”jawab salah satu teman Mu Gyul.
“Ah Benarkah?”seru Mae Ri dkk kaget.
“Berapa umurnya?”tanya So Ra.
“Ibunya melahirkan dia ketika berusia 17 tahun. Ini bersifat pribadi”jawab Hyung.
“17 tahun?”tanya So Ra.
“Ibu Mu Gyul sepertinya tidak begitu pintar.”seru salah satu teman Mu Gyul lagi. Satu temannya memberi kode diam jangan disebarkan rahasia Mu Gyul ini. Tapi teman yang ini tetap aja nyerocos hehe.
“Dia selalu membereskan kekacauan yang dibuat ibunya setiap kali verada dalam kesulitan.”ujarnya lagi.
So Ra pun bertepuk tangan dan berkata,”Mae Ri, dia seperti ayahmu!.
“Ada apa dengan ayahku?”tanya Mae Ri.
“Pokoknya, aku tidak akan peduli tentang siapa dia kalau itu aku.”seru teman yang nyerocos tadi (mianhe namanya belum hafal hehehe).
“Tapi laki-laki itu terlalu berhati lembut.”tambahnya.
“Ahh…dingin…dingin.”guman Mu Gyul yang sudah masuk ke dalam rumahnya kembali. Lalu duduk disofa sebelah So Ra kembali.
“Jadi, apa yang kalian bicarakan?”tanya Mu Gyul.
“Mu Gyul, minum.”seru Hyung sambil menyodorkan sebotol soju ke gelas Mu Gyul.
“Tidak, terimakasih. Aku ingin berhenti dari minum soju untuk sementara waktu,”ujar Mu Gyul lalu menuangkan fanta dalam gelasnya sendiri.
“Lalu, kau Mae Ri”ujar Hyung sambil menawarkan soju itu ke Mae Ri.
“ah, aku juga tidak mau minum. Aku hanya akan menimbulkan masalah setiap kali aku minum.”seru Mae Ri.
“Apa yang salah? Mengapa kalian tidak minum? Kau baik-baik saja kak?”tanya salah satu teman Mu Gyul.
“Ya, aku baik-baik saja”jawab Mu Gyul.
“Hei nak, jangan biarkan ini terlalu mengganggunya”seru teman yang lain.
“Siapa yang terganggu?”ujar Mu Gyul. Suasana pun jadi canggung.
“Apa ini? Aku benci suasana seperti ini.”seru Mu Gyul.
“Kalau begitu aya kita ganti suasana,”seru salah satu teman Mu Gyul.
“Ayo kita bermain game!”ujar kedua teman Mu Gyul selain Hyung sambil mengepak-ngepakkan tangannya.
“bermain game…! Game yang disukai banyak orang!seru kedua teman Mu Gyul lagi ditambah Ji Hye dan So Ra.
“Game…apa itu… kalau begitu aku satu!”seru Mu Gyul.
“Empat!”seru salah satu teman Mu Gyul
“Tiga”seru Ji Hye
“ Apa ini. Empat.”seru Hyung.
“Ah, benar-benar…lima!ujar teman Mu Gyul satunya lagi.
“Enam!”seru So Ra.
“Mae Ri, aku minta maaf! Minum..! ujar So Ra, karena Mae Ri tidak menyebutkan angka selanjutnya.
“Minum!minumlah salam satu tegukan!perintah So Ra yang diikuti teman-temannya.
Mae Ri pun memalingkan muka dan meminum semuanya, Mu Gyul pun melihatnya dengan aneh.
“Dia meminum semua,”seru Hyung. So Ra dkk pun bertepuk tangan.
“Bagi kalian dalam grup ini, yang belum pernah berpacaran sebelumnya turunkan jarimu.”seru Ji Hye. Adakah? tanya teman-teman Mu Gyul.
“Ada? “jawab So Ra sambil menunjuk ke arah Mae Ri yang menurunkan jari-jarinya.
“Benarkah?”tanya teman-teman Mu Gyul.
“Lalu, turunkan jarimu jika kau belum pernah berciuman.”seru salah satu Hyung.
So Ra pun tertawa lagi,sambil menunjuk ke arah So Ra dan berseru,”mengapa kau tidak menurunkan jarimu? Cepat lakukan!.
“Hei…,”ujar Mae Ri sambil menurunkan jari-jarinya kembali, Mae Ri terancam kalah lagi ni dan dia harus minum soju lagi hahaha, permainan ini lucu.
“Hei, apa kau serius?”tanya Mu Gyul sambil tertawa kecil.
“Mae Ri pun membalas,”Turunkan jarimu untuk kalian yang paling banyak berciuman,”tanya Mae Ri. Mu Gyul pun kesal mendengar pertanyaan Mae Ri itu, karena berarti dia harus menurunkan jarinya hehehe.
“Mu Gyul, turunkan! Dia telah mengencani lebih dari 100 anak perempuan sejak SMA sampai sekarang.”seru salah teman Mu Gyul.
“Itu tidak masuk akal.”ujat Ji Hye.
“ Bagaimana mungkin 100 orang?”guman Mae Ri.
“Apa maksudmu dengan bagaimana mungkin?”tanya Mu Gyul.
Namun teman Mu Gyul memberi pertanyaan lagi, “turunkan jarimu, bagi kalian yang tidak memiliki hubungan selama lebih dari sebulan.Kang Mu Gyul, turunkan!”seru teman Mu Gyul.
Dengan malas Mu Gyul menjawab.“Ah, apa ini?” haruskah ku turunkan untukmu?”. Namun Mu Gyul pun menurunkan jarinya, sehingga posisi Mu Gyul dan Mae Ri seimbang tinggal satu jari hehehe.
“Ah, lupakan! Aku akan mengajukan pertanyaan sekarang, “turunkan jarimu, untuk kalian yang sudah menikah.”ujar Mu Gyul.
“Mae Ri pun cemberut dan berdiri lalu berkata,”kenapa kalian selalu mengerjaiku?”tanya Mae Ri.
“Karena itu menyenangkan,”seru teman-temannya.“Jika kau tidak dapat minum lagi temukan “Black Knight” mu (kambing hitam-red)”ujar Hyung.
“Black Knight!”teriak So Ra.
“Selamat menemukan!”ujar teman-temannya.
Mae Ri pun menoleh ke arah Mu Gyul, “Mu Gyul,”seru Mae Ri sambil menyodorkan gelasnya supaya Mu Gyul yang meminumnya.
“Tidak”ujar Mu Gyul.
“Minumlah”seru teman-teman Mae Ri dan Mu Gyul band.
Dengan terpaksa Mae Ri pun meminumnya sendiri sampai habis.
Hyung pun menuangkan soju kembali ke dalam gelas Mae Ri dan Mae Ri meminumnya lagi.
“Hei, dia minum semuanya sekaligus,”seru teman Mu Gyul. Mae Rin pun meneriakkan yel-yel untuk menyemangati dirinya.
So Ra dan Mae Ri dibantu teman-teman Mu Gyul mengantar Mae Ri masuk ke dalam mobil, Muh Gyul pun membukakan pintu.
“So Ra memasukkan Mae Ri yang mabuk berat ke dalam mobil dibantu salah satu teman Mu Gyul. “Awas kepalanya…awas!seru teman Mu Gyul. “Ayo pergi ke tempat karaoke dan minum-minum!”seru teman Mu Gyul yang lain.“Tunggu aku!peganglah!”ujar teman Mu Gyul yang membantu So Ra tadi. Lalu berpamitan dan menyusul kedua temannya dan Ji Hye yang sudah pergi.
“Kau tidak minum kan?”Mu Gyul, jagalah dia!”pinta So Ra.Lalu So Ra bergegas menyusul teman-temannya sambil berseru,” tunggu aku!tunggu!”
“Mari kita pergi bersama-sama,”ujar teman Mu Gyul.
Mu Gyul pun melihat ke arah Mae Ri dan membenarkan posisi duduk Mae Ri. Tiba-tiba Hp Mae Ri berbunyi, Mae Ri pun merogoh tasnya,”Ini ayahku.”guman Mae Ri.
“Wi Mae Ri, di mana kau? Apakah kau masih di tempat laki-laki itu?”tanya ayah Mae Ri di telepon. Mu Gyul pun menoleh ke arah Mae Ri begitu mendengar suara di telepon. “Kau sudah dengan pria itu selama ini sementara kau hanya bertemu dengan Jun in sebentar! Hal ini melanggar aturan, ditambah jam malammu telah lewat satu jam yang lalu. Lebih baik kau cepat ke sini!”perintah ayah Mae Ri di telepon.
Mu Gyul pun mengantar Mae Ri pulang, Mu Gyul menyetir mobil.
Di dalam mobil Mae Ri walaupun sudah dipasang selbelt posisi kepala Mae Ri kemana-mana. Mu Gyul yang melihatnya menyandarkan kepala Mae Ri ke jok mobil dan menahannya dengan satu tangannya, (huhuhu so sweet banget Mu Gyul perhatian kaleeee). Tiba-tiba mobil yang mereka tumpangi mogok, Mu Gyul pun melepaskan pegangan tangannya.
Mobilnya berhenti total, Mu Gyul pun mencoba menyalakan mesin mobil. Tapi tetap dia mau hidup kembali.
Mu Gyul menoleh ke arah Mae Ri.
Ternyata Mu Gyul menggendong Mae Ri pulang ke rumahnya padahal mereka menaiki tangga hehehe.
“Dia pikir dia tahu segalanya.Dia seperti orang yang penuh kebencian! Seperti orang yang mengerikan! Aku tidak bisa menikah dengan orang seperti itu.”igau Mae Ri.
Akhirnya Mu Gyul berhasil melewati tangga. “Aku tidak akan!”seru Mae Ri sambil menepuk pundak Mu Gyul.
“itu benar, jangan lakukan ini…jangan”seru Mu Gyul.
“Tentu saja tidak. Dia laki-laki yang jahat.”ujar Mae Ri sambil memukul-mukul punggung Mu Gyul.
Mu Gyul pun berteriak kesakitan, “hei, sakit!”serunya. “Ah, bagaimana orang sekecil ini bisa begitu berat? Hei, ini terakhir kalinya aku melakukan hal ini untukmu. Lain kali, kau sendiri!seru Mu Gyul.
“Baiklah…Baiklah….”jawab Mae Ri.
Mu Gyul pun meneruskan jalannya, tiba-tiba Hpnya berbunyi, Mu Gyul pun merogoh kantongnya dan mengangkat Hpnya, ternyata mamanya yang menelepon.
“Ah, So Young….ah aku dalam perjalanan ke rumah. Aku sudah makan. Kau tidak minum lagi, kan? Jangan khawatirkan aku, aku baik-baik saja. Tidur nyenyak dan mimpi indah. Selamat tinggal, ibu!”ujar Mu Gyul.
“Ibu?”tanya Mae Ri tersenyum dan berkata”Maafkan aku ayah.”
“Hei, aku bukan ayahmu,”seru Mu Gyul.
“Aku tahu, tapi kau tahu ayah. Aku benar-benar ingin melarikan diri. Tapi karena kita sudah membayar kembali hutang kita mari kita berbahagia bersama setelah 100 hari berakhir. Aku akan kembali ke kampus lagi dan aku akan lulus dan aku akan menemukan perkerjaan. Aku akan membuat ayah sangat bahagia.
Ayahku yang malang, kau pasti telah banyak menderita harus membesarkanku tanpa ibu. Aku minta maaf.”ujar Mae Ri lalu mempererat pegangannya dan Mu Gyul pun meneruskan langkahnya.
Di dekat rumahnya Ayah Mae Ri menunggu dengan cemas. Ayaah Mae Ri pun melihat jamnya, “jam berapa ini? Ahhh… serius , ada apa dengan dia?”guman ayah Mae Ri.
Lalu ia menengok ke arah jalanan dilihatnya Mu Gyul menggendong Mae Ri dengan sempoyongan.
“Mae Ri!ujar ayah Mae Ri lalu bergegas berlari ke arah Mu Gyul.
Happy Weekend All
0 comments:
Post a Comment