Do you like this story?
"Sayang..." Seru Mae-ri kepada Mu Gyul. Mu Gyul heran lalu bertanya melalui isyarat, Mae-ri memberi isyarat untuk mengikutinya kepada Mu Gyul.
"apa yang kau lakukan disini? cepatlah pergi dari sini" Seru Mae-ri sambil menarik selimut yang menutupi Mu Gyul.
"pergi kemana?" seru Mu Gyul.
"ayo kita pergi sekarang" seru Mae-ri sambil terus menarik selimut Mu Gyul.
"hei, aku perlu mengambil pakaian ku " seru Mu Gyul seraya bangkit. Mae-ri mengambil pakaian Mu Gyul yang berserakan di lantai. Lalu mendorong Mu Gyul keluar. " ayo pergi sayang" seru Mae-ri sambil memeluk bahu Mu Gyul (maksudnya sih menarik paksa Mu Gyul). Jung In memperhatikan mereka masih dengan wajah shock.
"cepat" seru Mae-ri mendorong Mu Gyul keluar dari pintu rumah Jung In.
"ah, dinginnya seru Mu Gyul. Mae-ri masih terus mendorong Mu Gyul sampai keluar dari pagar rumah Jung In.
"Apa? Sebuah produksi drama dan musik? tidak, kau tidak boleh menerima pekerjaan itu." Seru Mae-ri setelah mendengar penjelasan Mu Gyul kenapa ia ada disana. ( hemmm,,,Mae-ri kok bersikap seolah-olah ia ibunya Mu Gyul ya, khan terserah Mu Gyul mau ngapain dia disana...trus Heran deh Mu Gyul juga mau-mau aja ngikutin Mae-ri, padahal kan dia keras kepala hehehe)
"kenapa? Dia tampak seperti pria baik-baik." seru Mu Gyul sambil merapikan pakaiannya.
"tentu saja tidak, dia orang yang buruk. Dia mungkin menyembunyikan sesuatu!" seru Mae-ri ngotot.
"tidak, hei, apakah kau menulis novel ato sesuatu? selain itu dia bahkan tidak tahu siapa kita." Seru Mu Gyul menentang argumen Mae-ri sambil memakai jacketnya dan berlalu meninggalkan Mae-ri.
"hei, pikirkanlah. apakah menurutmu seorang laki-laki yang mengatur kontrak selama 100 hari dengan seorang wanita yang sudah mencintai laki-laki lain, adalah orang yang waras?" seru Mae-ri sambil mengikuti langkah Mu Gyul.
Mu Gyul berhenti sejenak memandang Mae-ri, "kau pikir begitu?" seru nya.
"tentu saja, baginya pernikahan itu hanya sebuah kesepakatan bisnis. Dia mencoba untuk memanfaatkanmu." seru Mae-ri makin bersemangat.
"tapi Dia kelihatannya tidak berbahaya ketika sedang membicarakan musik." seru Mu Gyul seraya pura-pura berfikir.
" ah, itu tidak benar. Dia hanya memikirkan keuntungan dirinya sendiri dan juga sombong, dia hanya orang brengsek yang berlagak sopan" seru Mae-ri seraya merengut. Mu Gyul menoleh memandang Mae-ri dan meneruskan langkahnya. Lalu ia berhenti tiba-tiba, "aisssshhhh" seru nya lalu berbalik arah berjalan menuju rumah Jung In.
"Kang Mu Gyul, kau mau kemana?" seru Mae-ri sambil mengikutinya dan menghalangi jalan Mu Gyul.
"aku meninggalkan gitarku disana" seru Mu Gyul sambil menunjuk rumah Jung In.
"tidak, kau tidak boleh kesana" seru Mae-ri sambil memegang kedua tangan Mu Gyul.
"kenapaaaaaa?!" seru Mu Gyul kesal. (lucu ekspresi Mu Gyul disini)
"karena dia hanya akan menyerangmu dengan berbagai pertanyaan! dan apa yang terjadi jika dia tahu pernikahan kita itu palsu?" seru Mae-ri sambil memasang wajah sedih.
Mu Gyul menarik nafas,, ia kesal, "ahhhhhhh....rumitnya!" seru nya kesal.
"jadi, aku akan membawakannya untukmu nanti. aku akan membawakannya padamu langsung setelah bekerja...oke?" seru Mae-ri menghibur Mu Gyul. Mu Gyul memandangi Mae-ri dengan kesal, ia mengacak-acak rambutnya. (haduh2....ayank Mu Gyul...)
Di ruangan Jung in,
"nah, situasiku tidak mendukung...tapi tolong jangan ganggu Mu Gyul" seru Mae-ri kepada Jun In.
"Meskipun begitu, kelihatannya tidak begitu...dia orang yang berbakat" seru Jung In sambil meminum kopinya,"kami membutuhkan orang seperti dia dalam drama ini, serta dalam produksi musik" tambahnya.
"Direktur aku di sini" Seru Seo Joon. Jung In dan Mae-ri melihat ke arah datangnya suara. Mae-ri kaget begitu juga Seo Joon.
"halo" sapa Mae-ri pada Seo Joon.
"kalau begitu aku pergi" seru mae-ri pada Jung In.
"Wi Mae-ri-ssi tunggu sebentar" panggil seo Joon seraya menghampiri Mae-ri sambil menyerahkan bungkusan hadiah, "terima ini"
"maaf?" seru Mae-ri.
"ada apa ini?" tanya Jung In yang heran melihat keduanya.
"aku menghancurkan ponsel Wi Mae-ri" seru Seo Joon sambil tersenyum kepada Jung In.
"aaahhh,,, tentang insiden di studio.." seru Jung in.
"meskipun aku tidak bisa menerimanya...aku tidak percaya kalau kau berbohong" seru Seo Joon seraya tersenyum kepada Mae-ri, "kau tidak mengambilnya?" tanya nya ketika melihat Mae-ri diam saja.
"tidak apa-apa. HP ku tidak rusak. Aku hanya menerima permintaan maafmu" seru Mae-ri seraya memohon izin untuk meninggalkan ruangan.
Seo Joon tersenyum melihatnya, "Direktur, apakah gambar-gambarnya sudah keluar?" tanyanya pada Jung In.
Di lobi kantor para karyawan asyik bergosip, " tidakkah kau berfikir Direktur dan Seo Joon terlihat cocok bersama?". "begitukah" seru yang lain. " lihatlah mereka datang..." Terlihat Seo Joon dan Jung In keluar bersama-sama dari ruangan.
Mae-ri tersenyum mendengarnya lalu menengok ke arah mereka.
"apa ini? kenapa dia tidak berkencan saja dengan wanita yang lebih cocok untuknya seperti dia? kenapa dia harus menyeretku ke sini. aahhh...dia benar-benar orang yang aneh..." gumam Mae-ri dalam hati lalu menyeruput kopinya, "ah..panas..."
Di lobi kantor,
"aku harus berlatih bernyanyi serta bermain gitar" seru Seo Joon sambil mengamati naskah.
"kita mempunyai studio di kantor, jadi kau bisa berlatih disana." seru Jung In.
"baiklah, aku selalu bisa menggunakan pembinaan dari seorang direktur musik seperti dirimu" seru Seo Joon.
"ah, itu benar! Direktur, pengucapan jepang untuk ini....-saiko desu ka- apa benar?" tanya Seo Joon seraya menunjukkan naskah.
"kau harus menekankan pada -saikou- untuk membuatnya terdengar lebih alami." seru Jung In mengajari Seo Joon
"hmmm, jadi seperti ini, -saikou desu-" seru Seo Joon.
Di dalam ruangan Jung In, Mae-ri sedang membersihkan meja sambil mengucapkan bahasa jepang," ogenki desu...sayonara, konbawa, boku ga iru!" lalu ia terdiam seperti teringat sesuatu dan mengulang kalimat, "boku ga iru, apa itu??" serunya lalu kembali bersih-bersih.
Jung In memasuki ruangannya, " apa yang kau lakukan?" tanyanya pada Mae-ri.
"ah, aku selalu menyukai drama, tapi aku belum pernah melihat naskah sebelumnya" seru Mae-ri.
"dan bagaimana menurutmu?"
"Ahhh...Itu segar dan menyenangkan" seru Mae-ri,"Sebuah komedi romantis bertema musik tentu ide baru" seru nya mengemukakan pendapat kepada Jung In.
"Aku mengerti" seru Jung In sambil mengamati naskah.
"Tapi, tampaknya ini seperti sebuah drama untuk kalangan remaja. Aku tidak yakin orang dewasa akan menontonnya" seru Mae-ri.
"Aku mengerti. Ahhh...kau pasti lelah, kau boleh pergi sekarang" seru Jung In.
"Kau selalu mengatakan padaku untuk bergegas dan pergi .." protes Mae Ri, "Itu benar ... Tolong berikan padaku, gitarnya Moo-Gyul" ujarnya tiba-tiba karena teringat gitarnya Mu Gyul.
"Aku ingin mengembalikan sendiri gitar itu padanya" ungkap Jung In. (sepertinya Jung In antusias banget sama Mu Gyul nih).
"Lihatlah ke sana, di sana!" seru Mae-ri sambil menunjuk Jung In yang sedang berjalan ke arah mereka membawa gitar Mu Gyul. (Jung In keren banget pake kacamata hitam)
"Apa ini?" tanya nya.
"Aku sudah bilang padanya aku akan membawakan gitar itu, tapi dia memaksa menyerahkannya sendiri" jelas Mae-ri pada Mu Gyul.
Jung In mendekati mereka dan meletakkan gitar di tepi Van lalu membuka kacamatanya, "Kang Moo-Kyul. Apa kau istirahat dengan baik, kau pasti lelah?" serunya. Mu Gyul hanya memandanginya.
"Tak bisakah kau tahu hanya dengan melihat? Dan suamiku adalah orang yang sangat sibuk juga, jadi karena sekarang kau sudah mengembalikan gitarnya, tolong cepat pergilah" seru Mae-ri yang langsung bangkit menanggapi pertanyaan Jung In. ( nih Mae-ri perubahan sikapnya ekstrim banget, koq kelihatan malah dia takut kehilangan Mu Gyul di rampas Jung in daripada membuat Jung In cemburu terhadapnya, terlalu kekanakkan kalau menurut Saa, makanya Jung In curiga ma hubungan MM)
"Sayang, terusakan saja apa yang kau kerjakan, oke?" serunya pada Mu Gyul yang diabaikan oleh Mu Gyul, lalu ia membuka pintu Van dan masuk, "Wow...Sayang, kau telah bekerja keras!" serunya melihat barang elektronik di dalam Van.
"Hei, kau jangan menyentuh itu!" seru Mu Gyul lalu berdiri ingin menghampiri Mae-ri. ( beuh, malah kelihatan ga mesra)
"Bisakah kita bicara sebentar?" ucap jung In memotong pembicaraan MM.
"Tidak, kau tidak bisa!" ucap Mae-ri yang langsung keluar dari van.
"Permisi sebentar" ucap jung In seraya mendorong kepala Mae-ri masuk ke dalam Van lalu mengunci pintunya dari luar.
"Tidak, kau tidak boleh bicara!" jerit Mae-ri dari dalam Van sambil mengetuk2 kaca Van dan berusaha membuka pintunya.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan" ucap Mu Gyul santai.
"Sayang, bagaimana membuka pintu ini?" teriak Mae-ri masih tetap berusaha membuka pintu.
"Begitukah?" tanya Jung In.
"sayang, jangan bicara padanya!" seru Mae-ri masih dari dalam van.-ngetuk
"Aku pikir kita telah membuat beberapa kemajuan dalam pembicaraan kita tentang musik" ucap Jung In.
"Aku sudah ditipu beberapa kali sebelumnya" ucap Mu Gyul.
"Ditipu?" tanya Jung In penasaran. (disini Jung In masih antusias banget ma Mu Gyul dan melihat tingkah laku MM itu lucu banget)
Mae-ri berhasil keluar dari Van melalui pintu belakang, lalu berlari mendekati mereka dan berada di tengah antara Mu Gyul dan Jung In,
"Tolong, jangan ganggu suamiku lagi!" serunya pada Jung In.
"Hei, jangan berlebihan. Aku akan mengatasinya" seru Mu Gyul seraya menarik kepala Mae-ri dan menggesernya ke sampingnya.
Mae-ri terdiam dan mengikuti perintah Mu Gyul, "Aku mengerti" ucapnya perlahan. (kekekeke,,,, Mae-ri yang bawelnya kayak ahjuma langsung diem begitu Mu Gyul perintah, di bagian ini nunjukin Mae-ri patuh banget sebagai istri)
"Apa yang kau inginkan dari ini?" tanya Mu Gyul pada Jung In.
"Inginkan?" tanya jung In heran.
"Apa kau pikir merebut wanita yang sudah menikah dan menikahinya secara ilegal..adalah suatu hal yang baik untuk dilakukan?" seru Mu Gyul. Mae-ri tersenyum mendengar kata-kata Mu Gyul.
"Sepertinya kau salah paham. Bagiku pernikahan ini adalah..." seru Jung In terpotong.
"...sebuah bisnis?" sambung Mu Gyul sambil tersenyum sinis. "Pernikahan adalah bisnis seperti musik adalah bisnis" tambah Mu Gyul.
"Apakah karena itu kau tidak mempercayaiku?" seru jung In kalem.
"Tentu saja" seru Mu Gyul sambil memasang sarung tangannya kembali dan duduk melanjutkan pekerjaannya.
Di dalam mobil, ayah Mae-ri sedang bersama ayah Jung In.
"Kakak, tidak ada yang perlu dikhawatirkan" ucap ayah Mae-ri.
"Orang itu adalah seorang playboy yang tidak peduli tentang Mae-Ri. Dan dia sudah meyakinkanku tidak ada yang terjadi" ucap ayah Mae Ri meyakinkan ayah Jung In.
"Dan kau percaya pada pria itu?" tanya ayah Jung In cuek.
"Ah, ya, yah...Aku akan mengawasi mereka, Jadi jangan khawatir tentang itu" ucap ayah Mae-ri.
"Mengawasi mereka saja tidak cukup. Selesaikan masalah ini sebelum 100 hari berakhir. Jika Mae-Ri memilih orang itu, aku akan membuatmu bertanggung jawab untuk itu" ancam ayah Jung In. (saa benar-bener sebel sama ayah Jung In, ia terlalu terobsesi memiliki Mae-ri, mungkin karena ia merasa gagal memiliki ibu Mae-ri)
"Ah, ya..." ucap ayah Mae-ri gugup. Mengapa kau bertindak begitu menakutkan? Lalu, maksudmu, utang yang kau bayar ..." tanya nya ragu.
"Aku harus mendapatkannya kembali. Seperti yg Mae-ri katakan, tidak ada yang gratis di dunia ini" ucap ayah Jung In.
"Ya, Aku mengerti, Presiden. Aku akan mengurus ini sebelum harinya berakhir" ucap Dae-Han/ayah Mae-ri.
Di pinggiran jalanan Hongdae, Mae-ri, Mu Gyul, dan Jung In masih melanjutkan percakapannya.
"Sepertinya......hari ini bukan hari yang baik untuk bicara" ucap Mu Gyul sambil memperbaiki elektronik.
"Aku akan kembali lagi lain waktu" ucap Jung In sambil memakai kacamata bersiap ingin pergi.
"Aku rasa tidak perlu bertemu lagi" ucap Mu Gyul.
"Memang, mohon tidak menghubungi suamiku lagi" ucap Mae-ri pada Jung In.
Jung In pergi meninggalkan Mu Gyul-Mae-ri, Mae-ri mengawasi kepergian Jung In. Lalu menepuk-nepuk Mu Gyul,
"Kau melakukannya dengan baik .. Kau melakukannya dengan baik" ucap Mae-ri berbisik pada Mu Gyul.
"Aku tidak melakukannya karena kau" ucap Mu Gyul sambil sekilas mengamati Jung In pergi.
"Masih saja! Wow, ini hebat! Tahu bahwa masalah antara kalian itu terselesaikan.. ...Itu melegakan" seru Mae-ri sambil tersenyum sendiri.
"Ehmm, apakah ini semua yang telah kau perbaiki selama ini?" ucapnya sambil mengamati pekerjaan Mu Gyul.
"Tidak bisakah kau tahu hanya dengan melihat? Mencocokkan sedikit dari semuanya" ucap Mu Gyul cuek. Mae-ri mulai sibuk membantu Mu Gyul.
Di sebrang mereka tampaklah ayah Mae-ri sedang bersembunyi memata-matai mereka.
"Mae-ri dengan laki-laki itu" gumamnya.
Ahhh ... Dan di sinilah aku ingin memberitahu pria itu untuk pergi, ini bukan hariku. Jam berapa ini sekarang?" serunya sambil melihat jam tangan.
"Ahhh...Suaminya membiarkan dia pergi lebih awal lagi. Apa yang harus ku lakukan? Ah, benar-benar.." gumamnya lagi.
"Lalu, berapa banyak yang kau dapat dengan ini? Itu pasti susah untuk hidup dengan ini" ucap Mae-ri sambil mengamati Mu Gyul.
"Ada juga uang yang kudapatkan dengan manggung. Ini cukup untuk hidup" ucap Mu Gyul masih dengan elektroniknya. Hei, tapi...... apakah kau adalah istriku?" ucapnya tiba-tiba sambil memandang Mae-ri. (aisshhhh,,,pokonya ga bakal mati kelaparan deh kalo kawin ma Mu Gyul, dia bisa menyulap semuanya jadi uang...hahahaha)
"Bagaimana bisa aku istrimu?!" ucap Mae-ri kaget, "Ah...yah, berdasarkan kesepakatan kita, aku rasa iya" ucapnya kemudian lalu terdiam. Mu Gyul hanya tersenyum sinis lalu terdiam karena melihat sesuatu.
"Apa?" tanya Mae-ri.
"Yah, ayahmu...Arah jam 3" ucap Mu Gyul memberitahu Mae-ri.
"Ayahku? Ayahku di sini?" tanya Mae-ri kaget.
"Yah, tepat di belakang van" seru Mu Gyul. Mae-ri berdiri menengok ke belakang van.
"Ahhh...Itu benar-benar ayahku!" ucapnya lalu duduk kembali bersembunyi di balik badan Mu Gyul.
"Ahhh...Tak heran, aku merasa ada seseorang mengawasiku sepanjang hari" ucap Mu Gyul.
"Seseorang telah mengawasimu sepanjang hari? Ahhh ... Apa yang harus ku lakukan? Ayahku terus curiga dan bertanya-tanya apakah kita benar-benar menikah karena cinta" ucap Mae-ri agak panik.
"Dia datang ke sini" ucap Mu Gyul.
"Benarkah? Apa yang kita lakukan .." ucap Mae-ri panik lalu menarik tangan Mu Gyul kemudian berlari.
"Hei.. Hei!" teriak Mu Gyul sambil meletakkan pekerjaannya.
"Ahhh...Benar-benar!" ucap Mu Gyul. Ayah Mae-ri mengejar mereka.
"Hei, berapa lama lagi kita harus begini?" tanya Mu Gyul.
"Ayahku tidak akan membiarkan kita mencari jalan keluar. Kita harus pergi ke suatu tempat" ucap Mae-ri.
"Ini tidak akan berhasil... Ikutlah denganku!" ucap Mu Gyul sambil menarik tangan Mae-ri.
"Hei, ke mana kau pergi?" tanya Mae-ri.
Mu Gyul membawa Mae-ri ke ruang karaoke, Mu Gyul duduk merapatkan kakinya, tampaknya ia kedinginan.
"Apa ini? Kenapa kita datang ke sini? Kupikir kau membenci tempat seperti ini" ucap Mae-ri.
"Mari kita tinggal di sini untuk sementara waktu sampai ayahmu pergi" ucap Mu Gyul lalu berbaring di sofa."Dasar..." ucapnya ketika melihat ayah Mae-ri memata-matai mereka dari balik pintu.
"Apa?" seru Mae-ri lalu mengikuti pandangan Mu Gyul.
"Jangan bilang dia pikir kita tidak bisa melihatnya?" ucap Mu Gyul sebal.
"Ayahku sangat memalukan! Yah, cepat kita nyanyikan sesuatu" ucap Mae-ri merasa malu dan kesal.
"Tapi aku benar-benar benci bernyanyi di tempat-tempat semacam ini." ucap Mu Gyul
"Tidak! Itu akan terlihat mencurigakan jika kita tidak bernyanyi sekarang di sini." ucap Mae-ri sambil memilih lagu.
"Lalu bernyanyilah! Aku tidak mau melakukan itu." seru Mu Gyul.
"Tapi aku benar-benar tidak peka nada" ucap Mae-ri.
"Ahhh...Dinginnya!" seru Mu Gyul mengabaikan Mae-ri. Mae-ri lalu memilih lagu dan mulai bernyanyi. Mu Gyul shock mendengar suara Mae-ri.
"Apa-apaan? Dia benar-benar tidak peka nada!" gerutu Mu Gyul.
"Ini kunci untuk pria jadi aku tidak bisa menyanyikannya. Apa yang bisa ku lakukan?" rengek Mae-ri pada Mu Gyul, Mu Gyul pun bangkit mengambil Mik lalu bernyanyi sambil duduk di atas meja. Mae-ri mendengarkan dengan seksama dengan padangan terpesona. (omooo...uri sukkie suaranya bagus pisan)
"yaaah...Aku dalam masalah besar .. dalam masalah besar. Benar-benar magnet untuk seorang gadis, terutama saat dia bernyanyi. Dan Mae-Ri tampaknya berada di bawah mantranya, benar-benar di bawah mantranya. Ah, apa yang harus ku lakukan? Aku harus menghentikan ini. Ohhh...Dan dia adalah seorang penyanyi yang bagus juga!" gumam ayah Mae-ri dari luar. lalu ia menelepon ayah Jung in.
"Oh, hallo? Presiden .. Tidak, maksudku, kakak, ini aku! Anakmu......selalu menyuruh Mae-Ri untuk mengambil libur dan menyuruhnya pulang lebih awal. Bukankah ini keterlaluan? Ya. Aku mengerti, Direktur. Aku akan meneleponmu lagi." ucap ayah Mae-ri.
Dikantor Jung In
"Jadi, apa hasil untuk musim ini?" tanya PD Jang.
"Mereka bilang kita tidak dapat melakukannya di musim ini.Direktur mengatakan untuk menyerahkan lagi musim depan." ucap Jung In.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan, Direktur?" ucap PD Jang.
"Kita harus mengulang segalanya untuk bisa mencapai standar penilaian berikutnya." ucap Jun In.
Mae-ri dan Mu Gyul meninggalkan tempat karaoke. Mae-ri menemani Mu Gyul mencari sebuah Hp baru,
"Kau selalu pergi berkeliling dan minum di mana-mana. Aku tahu kau akan berakhir dengan kehilangan teleponmu" gerutu Mae-ri.
"Hei, ayahmu pasti sudah pergi sekarang, kan?" ucap Mu Gyul mengabaikan omelan Mae-ri.
"Ya, tapi mari kita menunggu sedikit lagi" ucap Mae-ri.
Mu Gyul bertemu dengan kawan-kawan nya, ia pun mendekatinya,
"Oh! Apa yang membawamu ke sini?" tanya sang teman.
"Bagaimana kabarmu? Ada sesuatu yang harus ku lakukan di sekitar sini"
"Dan bagaimana dengan acara manggung belakangan ini?" tanya sang teman.
"Kang Moo Kyul! Moo-Kyul..Arah jam 1! Arah jam 1! " ucap Mae-ri tiba2-tiba seraya mendekati Mu Gyul.
"Ahhh...Jeez! " ucap Mu Gyul kesal begitu melihat ayah Mae-ri yang sedang mengamati mereka dari seberang jalan.
"Ayahku akan membuatku gila!" seru Mae-ri.
"Hei, biarkan aku meminjam ini untuk sementara waktu" ucap Mu Gyul pada temannya.(yang ditengah cakep loh...sapa ya, pake baju hitam...)
"Oh, tentu" jawab sang teman. Mu Gyul menaiki sepeda dan mengajak Mae-ri, "Naiklah!"
"Huh?" seru Mae-ri kaget.
"Cepat!' sergah Mu Gyul.
"Tunggu!" ucap Mae-ri
"Oke, Ayo kita pergi!" ucap Mu gyul seraya menggoes sepeda. mereka pun melarikan diri dengan sepeda. Ayah Mae-ri yang melihatnya langsung mengikuti mereka.
Mu Gyul kelelahan, iapun memperlambat laju sepedanya,
"Kita seharusnya melakukan hal ini sebelumnya." seru Mae-ri."
Itulah yang juga ku katakan" ucap Mu Gyul.
"Tapi, kau tampak lebih tampan sekarang" ucap Mae-ri sambil tersenyum dibelakang punggung Mu Gyul.
"Apa?!" tanya Mu Gyul.
"Kau tampak tampan ketika sedang menyanyi!" jerit Mae-ri. Mu Gyul langsung menghentikan sepedanya mendadak dan memandangi Mae-ri.
"Tidak, maksudku ... aku selalu berpikir kau hanya bisa menyanyi rock atau heavy metal,
dan ini adalah pertama kalinya aku mendengar kau menyanyi ballad" ucap Mae-ri buru2-buru mengkoreksi ucapannya.
"Apakah itu berarti......kau menyukaiku?" goda Mu Gyul pada Mae-ri. (aiiiihhh, sukie,,,,)
"Kau gila.. gila.. gila!" ucap Mae-ri sambil memukul-mukul punggung Mu Gyul. "Aku cuma bilang! kau terlihat tampan, secara objektif saja berbicara itu" ucapnya kemudian.
"Aku tahu. Lagipula apa yang kau tahu? Kau bahkan belum pernah berkencan" ucap Mu Gyul lalu menggoes sepedanya tiba-tiba hingga Mae-ri hampir jatuh.
"aduhhh" seru Mae-ri, "Kau sengaja melakukannya, kan?" gerutu Mae-ri.
"Uhhh...tanganku membeku!" ucap Mu Gyul sambil sesekali meniup tangannya.
"Ahhh...punyaku juga!" ucap Mae-ri.
"Kang Moo Gyul, berhenti!" seru Mae-ri ketika mereka melewati toko rajutan.
"Ahhh...Bahkan masih dingin di sini" gumam Mu Gyul menghentikan sepedanya.
Mae-ri dan Mu Gyul tiba di rumah Mu Gyul, Mae-ri mulai menyulam, sedangkan Mu Gyul berusaha membuat penghangat ruangan, (huwaaa,,, kompetensi Mu Gyul sebagai mahasiswa tekhnik memang bisa diandalkan)
"Aku dengar musim dingin kali ini akan menjadi sangat dingin, dan pasti terasa seperti itu. Aku ingin tahu bagaimana kita akan melewatinya ..." seru Mae-ri sambil menyulam.
"Aku juga sama.Tidak ada yang lebih aku benci selain kedinginan.Ufff...Tanganku beku! " seru Mu Gyul.
"Bagaimana aku bisa begitu sensitif terhadap dingin ketika aku lahir di musim dingin?" ucap Mae-ri.
"Kapan ulang tahunmu?" tanya Mu Gyul.
"30 November.Kau?" Mae-ri balik bertanya.
"Malam natal" seru Mu Gyul.
"Merry Christmas!...Aku lebih tua darimu" Goda Mae-ri.
"Bagus untukmu" ucap Mu Gyul menanggapi candaan Mae-ri.
"Kau sebaiknya mulai memanggilku 'noona' sekarang, Nak" goda Mae-ri lagi. Mu Gyul tertawa mendengarnya, ia menoleh ke arah Mae-ri memperhatikan kerjaan Mae-ri,
"Hei, Noona......kau telah lama begitu sehingga kau mulai terlihat seperti seorang gadis" ucap Mu Gyul balas menggoda Mae-ri.
"Hei, nak......aku seorang gadis" ucap Mae-ri menanggapinya.
Mu Gyul menghampiri Mae-ri.
"Yaaah...Satu sisi selesai!" gumam Mae-ri melihat satu sarung tangan rajutannya selesai.
"Ahhh...Kau benar-benar cepat. Apa kau sungguhan?" ucap Mu Gyul.
"Hangatnya! " ucap Mae-ri seraya mencoba sarung tangannya. Mu Gyul memandanginya sambil mengusap-usap tangannya.
"Apa kau ingin aku membuatkanmu sepasang juga?Sini, berikan tanganmu, Aku perlu mengecek ukuranmu" ucap Mae-ri begitu sadar melihat tingkah Mu Gyul lalu mencoba membandingkan ukuran tangan Mu Gyul dan tangan dirinya.
Mu Gyul memandangi Mae-ri yang sedang sibuk mengukur tangannya lalu ia melihat bekas luka Mae-ri,
"Kapan kau mendapatkan bekas luka itu?" tanyanya."
Aku tidak ingat. Mereka bilang itu terjadi ketika aku berumur 4 tahun" jawab Mae-ri.
"Melakukan apa?" tanya Mu Gyul.
" Aku tidak tahu. Ayahku bilang aku mendapatkannya ketika sedang bermain"
"Aku mengerti"ucap Mu Gyul.
"Jari-jarimu panjang, aku heran apa ini karena kau bermain gitar" gumam Mae-ri sambil mengukur tangan Mu Gyul. Mu Gyul terdiam memperhatikan Mae-ri.
"Lupakan. Lebih baik aku mulai mengerjakan sarung tanganmu, jadi cepatlah nyalakan api." ucap Mae-ri.
"Baiklah...Uhhh...Dinginnya!" ucap Mu Gyul sambil berdiri menyalakan penghangat.
Mae-ri sibuk menyulam sarung tangan Mu Gyul, Sedangkan Mu Gyul membaca buku di dekat penghangat ruangan.
"Moo-Kyul, jam berapa ini?" tanya Mae-ri
"Mungkin lebih dari 9:30" jawab Mu Gyul
"Benarkah?!" seru Mae-ri kaget. "Apa yang harus ku lakukan? Aku akan terlambat!" ucapnya lalu meletakkan rajutan dan bergegas pergi.
"Eh!...Apa ini? Kau bahkan belum menyelesaikan setengahnya!" protes Mu Gyul. (heeee...sebenarnya Mu Gyul ga mau ditinggal nih, coz dia merasa nyaman dengan kehadiran Mae-ri, yang biasanya musim dingin sendirian, setidaknya sekarang ada yang diajakin berantem, walaupun Mae-ri cerewetnya ngalahin omma Mu Gyul).
"Akan kuselesaikan nanti. Aku terlambat sekarang, sampai ketemu lagi!" seru Mae-ri buru-buru."Oh, ya! Jangan sentuh mereka, jika kau lakukan, matilah kau! Selamat tinggal! " ucapnya sambil tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Mu Gyul.
Mu Gyul tersenyum simpul memandangi rajutan yang belum selesai, lalu mengukur ke tangannya kemudian ia menghempaskan tubuhnya ke kursi.
Di kantor Jung In, rapat akan segera dimulai
"Masalah terbesar dari pengambilan gambar lagi adalah jadwal para aktor" ucap PD Jang.
"Masalahnya hanya Lee An. Dia mungkin akan melepaskan dan menjatuhkan seluruh drama.." ucap salah satu anggota tim.
Jika dia melepaskan, kita harus mulai dari awal.Dan tanpa dia, kita mungkin akan menghadapi kehilangan...Ehhh...KRW 5 milyar.Dan jika kita menambahkan biaya para aktor lain..." seru PD Jang.
Ayah Jung In berkunjung ke rumah Jung in,
"Kau tidak terlihat baik." ucapnya pada Jung In.
"Ada beberapa perkembangan akhir-akhir ini. Bagaimana kesehatanmu belakangan ini, ayah?" tanya nya
"Hmmm ... dalam masa pengobatan. Aku mungkin harus melakukannya jika dokter bilang begitu, dan jika mereka bilang beristirahat, aku akan beristirahat." jawab ayahnya.
"Kau pergi ke rumah sakit hari ini, bukan? Maaf, aku seharusnya berada di sana denganmu" ucap Jung In merasa bersalah.
"Tenang saja.Hmm, bagaimana dengan kesepakatannya?" tanya si ayah
"Ahhh...Maksudmu, kesepakatan 100 hari? Aku agak sibuk belakangan ini" ucap Jung In berusaha mengelak pertanyaan ayahnya.
"Tampaknya prioritasmu tidak benar. Mae-Ri harus memilihmu ketika waktunya habis." ucap ayah jung In.
"Maaf?" tanya Jung In kaget.
"Tapi tampaknya aku harus mengatur kondisi lain melihat sikapmu dengan dia. Jika kontrak tersebut batal...... Aku akan menarik semua investasiku " ancamnya pada Jung In. (wah,,,si ayah ngancem sana-sini...)
"Ayah ..." seru jung In kaget.
"Jadi, lebih baik kau bekerja lebih keras selama waktu yang tersisa. Jangan mengecewakan aku." ucap ayahnya lalu meninggalkan Jung In. Jung In terdiam.
Di rumah Mae-ri,
"Hei Mae-Ri..Mae-Ri, Lihat ini! -Orang ini benar-benar playboy!" seru ayah Mae-ri sambil menunjukkan beberapa foto Mu Gyul.
"Itu hanya fans, dia hanya memberinya pelukan" bantah Mae-ri sambil membereskan pakaian.
"Untuk playboy selalu "NO-NO", Kau hanya akan hidup susah." seru ayahnya.
"Ayah, jika kau mengikutiku lagi, kesepakatan itu akan berakhir!" ancam Mae-ri.
"Tidak bisa, ini untuk kepentinganmu." seru sang ayah.
"Menyerahlah, ayah. Aku tidak akan menikah dengan pria yang tidak menyukaiku, dan memperlakukan pernikahan seperti bisnis." ucap Mae-ri.
"Mae-ri, bukan begitu. Aku yakin Jung In akan memperlakukanmu dengan lebih baik, jadi..." seru ayahnya terpotong.
"Ayah!" teriak Mae-ri.
"Bagaimana bisa kau berteriak pada ayahmu ini pagi-pagi..." seru ayahnya. Hp nya berdering, dan ternyata telpon dari Jung In."Oh, itu suamimu! " serunya.
"Ah, Jung In, apa yang terjadi?" sapanya pada Jung In.
Ternyata Jung In menjemput Mae-ri dan menunggunya di luar, Ayah Mae-ri mengantar Mae-ri menemui Jung In, "Coba lihat betapa cocok kalian!" serunya.
"Ayah!" ucap Mae-ri tidak enak.
"Ini, cepatlah.. cepat, masuk, Mae-Ri. pergilah." ucap Ayah Mae-ri sambil mendorong Mae-ri masuk Mobil. Jung In hanya diam saja,
"Kalau begitu, kurasa lebih baik kami pergi, ayah." ucap Jung In cool.
Huh?..."Ayah"?" seru Dae Han kaget.
"Apa kau bilang "Ayah?" seru Mae-ri keluar dari mobil.
"Tentu saja... Tentu saja, "Ayah" itu benar." serunya.
"Yah, cepat.. cepat, Mae-ri. cepat masuk! " serunya sambil mendorong Mae-ri masuk lagi. Jung In ikut masuk ke dalam mobil.
"Hei Mae-ri..." bisiknya menyuruh Mae-ri menggunakan sabuk pengaman.
"Pergilah! Berkemudilah dengan aman, menantu! " ucapnya pada Jung In.
Jung In mengendarai mobilnya,
"Kita pergi ke mana? Bagaimana kau bisa membawaku bertemu ayahmu tanpa bilang padaku?" tanya Mae-ri
"Kau tidak punya pilihan dalam hal ini. Aku akan menjelaskan semuanya kepada Kang Mu Gyul. Berapa nomernya?" ucap Jung In pada Mae-ri.
"Apa?" seru Mae-ri kaget. "Tidak! aku akan meneleponnya sendiri." tambahnya seraya menelepon Mu Gyul.
Mae-ri: "Oh, sayang! Ini aku!"
Mu Gyul (menjawab dengan setengah mengantuk): "Yah, kau mulai ini pagi-pagi? Aku terjaga sepanjang malam menulis lagu .."
Mae-ri: "Sayang, ada sesuatu terjadi. Aku sedang menuju ke suatu tempat dengan Direktur Jung, dan tampaknya aku mungkin harus menginap. Ini mengerikan, bukan?"
Mu Gyul(enggan menanggapi Mae-ri): "Ahhh ... Selesaikan sendiri. Aku harus tidur, aku tutup teleponnya!"
Mae-ri (mengabaikan ucapan Mu Gyul): "Itu? itu konyol, kan?"
Mu Gyul : "Apanya yang konyol?"
"Biarkan aku bicara padanya." pinta Jung In.
"Tentu saja tidak! Kau tidak boleh menggunakan telepon saat sedang mengemudi" seru Mae-ri lalu melanjutkan percakapannya.
Mae-ri: "Oh ya, Sayang, kalau aku harus tinggal di sana untuk satu malam, kita juga harus meminta liburan 4 hari di suatu tempat. Dan juga kita harus mengatur jadwalnya. Waktu kita untuk bertemu terlalu pendek. Kita harus membagi waktu secara merata. Dari 9 a.m hingga 3 p.m, Aku akan bersama Direktur Jung-In. Dan sisanya siang hari, aku bisa denganmu dari 4 p.m hingga 10 p.m setiap hari! Bagaimana menurutmu? Haruskah kita merencanakan seperti ini ... Hah?" (wah, ommma Mae-ri bawel banget, lagian Mu Gyul mau aja dengerin, tinggal matiin tuh Hp, itu berarti kan Mu Gyul demen juga ma kebisingan Mae-ri)
Mu Gyul: "Hei...apa yang kau bicarakan?"
Mae-ri: "Aku tahu, Sayang! Aku akan berbicara padanya. Ohhh...Aku tutup teleponnya! "
"Kau dengar itu kan?" ucap Mae-ri pada Jung In.
"Mari kita lakukan seperti itu." ucap Jung In. "Tapi, kau akan harus denganku akhir pekan ini." tambahnya.
"Apa?" seru Mae-ri kaget, "Denganmu bagaimana?" tambahnya
Mae-ri dan Jung In sampai di kediaman ayah Jung In, Mae-ri berjalan enggan.
"Bisakah kita masuk?" ajak Jung In pada Mae-ri. Mereka pun memasuki rumah, di dalam pelayan menyambut mereka.
"Oh, my!Bagaimana mungkin kau datang tanpa memberi tahu kami, Tuan Muda?" sapa si pelayan
"Hallo, paman. Kemana ayahku pergi?" tanya Jung In.
"Tuan keluar untuk berjalan-jalan. Izinkan aku untuk pergi menemuinya." ucap sang pelayan.
Tiba-tiba Hp Jung In bebunyi, "Hallo?". ternyata ada rapat di kantor.
"Aku perlu menghadiri sebuah pertemuan. Tinggallah di sini dan tunggu aku." ucapnya pada Mae-ri.
"Apakah kau menyuruhku untuk tinggal di sini sendirian?" seru Mae-ri.
"Aku akan segera kembali." ucap Jung In lalu pergi meninggalkan Mae-ri.
"Direktur!.. Direktur! Jeez...Kau bukan satu-satunya yang sibuk, kau tahu." gerutu Mae-ri.
Mae-ri jalan-jalan mengamati rumah tersebut,
"Aneh...Kenapa tempat ini tampak begitu familiar? Aku pasti melihatnya dalam gambar di suatu tempat. Ini ibu dan ayahku! Tapi siapa orang ini?" gumamnya sambil melihat-lihat deretan foto.
Ayah Jung In memasuki ruangan, "Jadi, kau adalah Mae-Ri?" sapa nya.
"Ah...Ya. Senang bertemu denganmu." sapa Mae-ri.
Jung In berbicara dengan director Bang dan Lee An di ruang kerjanya,
"Kami terlibat dalam proyek ini karena kami percaya padamu, Direktur. Tapi, dengan drama yang tidak mendapatkan slot di musim ini, bagaimana kau bisa mengharapkan kami menunggu selamanya? Kami benar-benar percaya padamu, tapi ..." ucap Directur Bang.
"Memiliki kepercayaan dalam produksi, bukan aku. Produksi ini tidak hanya akan menarik pasar domestik, tetapi ke pasar luar negeri juga. Dan aku yakin produksi ini akan menandai titik balik penting dalam karir Lee An." ucap Jung In.
"Itulah sebabnya kami ingin menunggu untuk itu, tapi kami memiliki proyek film yang perlu kami pikirkan juga." ucap Diretor Bang seraya melirik ke arah Lee An.
Muncullah Seo Joon, "Pembohong. Kau bilang kau bisa berpindah-pindah pada proyek film." ucapnya. Director Bang tersenyum sinis menanggapinya.
"Ada apa denganmu? Bukankah kau yang mengatakan proyek ini sangat menakjubkan. Kita harus mengesampingkan yang lain untuk melakukannya? Kau picik." ucap Seo Joon pada Lee An.
"Hei! kau..." bentak Lee An.
"Direktur...Aku bisa menunggu. Dan bukan karena aku percaya padamu, tapi karena aku percaya pada drama ini. Aku menolak sebuah proyek film selama ini. Aku sedang menekuni yang satu ini. Selain itu, bukankah dengan penundaan ini akan bermanfaat untuk naskah dan produksi?" ucap Seo Joon pada Jung In.
"Direktur, kenapa tidak kita menggunakan kesempatan ini untuk menulis ulang karakter manajer ...... sebagai psikopat." tambahnya lagi sambil melirik Directur Bang. Jung In tersenyum sinis.
"Apa ... psikopat?? Ahhh ..Ini hanya omong kosong! Bagaimana jika kita tidak pernah mendapatkan penawaran lain karena kita sedang menunggu untuk ini?" ucap Direktur bang. "Kita akan terlambat untuk janji berikutnya, mari kita pergi. Direktur, silahkan mempertimbangkan perasaan kami pada proyek ini." ucap nya seraya meninggalkan ruangan.
"Seo-Joon, sampai bertemu nanti. Direktur, permisi." ucap Lae An. (ini mah memang Directur Bang nya yang jahat)
"Tentu saja, kenapa kau tidak mengatur segala sesuatunya dan kemudian kita bertemu lagi. Ahhh..Mereka benar-benar tidak memiliki rasa kesetiaan. Direktur...Kau pasti merasa sedikit tegang, ingin pergi keluar nanti? Hari ini adalah hari ulang tahunku." ucap Seo Joon. (sepertinya Seo Joon begitu memahami Di rectur jung In,,,hehehe)
"Selamat ulang tahun." ucap Jung In.
"Ayo pergi keluar dan minum.Aku sudah punya rencana makan malam dengan ayahku." ucap Jung In.
Di kediaman ayah Jung In, Mae-ri dan ayah Jung In sedang memandangi foto, mengenang masa lalu.
"Aku benar-benar bersyukur padamu untuk membayar utang kami, tapi ...Kenapa kau ingin aku menjadi menantumu? " tanya Mae-ri.
"Apakah kau begitu penasaran tentang hal itu?" ucap ayah Jung In
"Ya. Paman, apa kau tahu aku sebelumnya?" tanya Mae-ri
"Aku tahu kau, ayahmu, dan juga ibumu." ucap ayah Jung In.
"Aku tahu bahwa kau dan ayahku dibesarkan di lingkungan yang sama, tapi kau tahu ibuku juga?" tanya Mae-ri penasaran.
"Itu benar. Aku bertemu dengannya sebelum ayahmu." ucap ayah Jung In.
"Ahhh...Begitukah?" tanya Mae-ri antusias.
"Mari kita bicara tentang ibumu nanti." ucap ayah Jung In terlihat tidak nyaman.
"Ya." ucap Mae-ri.
written by Saa RF, support gambar by Ari RF
Free Download MSOAN Indonesian Sub
"Ahhh...Itu segar dan menyenangkan" seru Mae-ri,"Sebuah komedi romantis bertema musik tentu ide baru" seru nya mengemukakan pendapat kepada Jung In.
"Aku mengerti" seru Jung In sambil mengamati naskah.
"Tapi, tampaknya ini seperti sebuah drama untuk kalangan remaja. Aku tidak yakin orang dewasa akan menontonnya" seru Mae-ri.
"Aku mengerti. Ahhh...kau pasti lelah, kau boleh pergi sekarang" seru Jung In.
"Kau selalu mengatakan padaku untuk bergegas dan pergi .." protes Mae Ri, "Itu benar ... Tolong berikan padaku, gitarnya Moo-Gyul" ujarnya tiba-tiba karena teringat gitarnya Mu Gyul.
"Aku ingin mengembalikan sendiri gitar itu padanya" ungkap Jung In. (sepertinya Jung In antusias banget sama Mu Gyul nih).
Di tepi jalanan Hongdae, Mu Gyul duduk di sebelah Van yang di parkirnya, ia sedang memperbaiki beberapa barang elektronik. Lalu datanglah beberapa gadis remaja,
"Hallo, Moo-Gyul oppa! notebookku rusak, bisakah kau perbaiki untukku?" tanya mereka.
"Ada apa dengan ini?" tanya Mu Gyul seraya mengambil notebook mereka.
Di ujung jalan, Mae-ri berlari sambil berteriak, "Sayang!"
Mu Gyul masih bercakap-cakap dengan gadis-gadis itu, "Ini tidak mau menyala" seru mereka.
"Sayang! Sayang!.. Sayang!!! " seru Mae-ri berlari sambil mempertahankan posisi topinya. Lalu mendekati Mu Gyul dan memeluk tangannya, "Wow...Sayangku sedang bekerja di sini"
Para gadis memperhatikan Mae-ri, mereka merasa tidak enak dan mengambil kembali laptop dari tangan Mu Gyul, "Aku akan kembali nanti" seru mereka.
Mu Gyul melihat Mae-ri terengah-engah yang sedang menempel ke dirinya, "Hei, kenapa kau seperti ini?" tanyanya."Hallo, Moo-Gyul oppa! notebookku rusak, bisakah kau perbaiki untukku?" tanya mereka.
"Ada apa dengan ini?" tanya Mu Gyul seraya mengambil notebook mereka.
Di ujung jalan, Mae-ri berlari sambil berteriak, "Sayang!"
Mu Gyul masih bercakap-cakap dengan gadis-gadis itu, "Ini tidak mau menyala" seru mereka.
"Sayang! Sayang!.. Sayang!!! " seru Mae-ri berlari sambil mempertahankan posisi topinya. Lalu mendekati Mu Gyul dan memeluk tangannya, "Wow...Sayangku sedang bekerja di sini"
Para gadis memperhatikan Mae-ri, mereka merasa tidak enak dan mengambil kembali laptop dari tangan Mu Gyul, "Aku akan kembali nanti" seru mereka.
"Lihatlah ke sana, di sana!" seru Mae-ri sambil menunjuk Jung In yang sedang berjalan ke arah mereka membawa gitar Mu Gyul. (Jung In keren banget pake kacamata hitam)
"Apa ini?" tanya nya.
"Aku sudah bilang padanya aku akan membawakan gitar itu, tapi dia memaksa menyerahkannya sendiri" jelas Mae-ri pada Mu Gyul.
Jung In mendekati mereka dan meletakkan gitar di tepi Van lalu membuka kacamatanya, "Kang Moo-Kyul. Apa kau istirahat dengan baik, kau pasti lelah?" serunya. Mu Gyul hanya memandanginya.
"Tak bisakah kau tahu hanya dengan melihat? Dan suamiku adalah orang yang sangat sibuk juga, jadi karena sekarang kau sudah mengembalikan gitarnya, tolong cepat pergilah" seru Mae-ri yang langsung bangkit menanggapi pertanyaan Jung In. ( nih Mae-ri perubahan sikapnya ekstrim banget, koq kelihatan malah dia takut kehilangan Mu Gyul di rampas Jung in daripada membuat Jung In cemburu terhadapnya, terlalu kekanakkan kalau menurut Saa, makanya Jung In curiga ma hubungan MM)
"Sayang, terusakan saja apa yang kau kerjakan, oke?" serunya pada Mu Gyul yang diabaikan oleh Mu Gyul, lalu ia membuka pintu Van dan masuk, "Wow...Sayang, kau telah bekerja keras!" serunya melihat barang elektronik di dalam Van.
"Hei, kau jangan menyentuh itu!" seru Mu Gyul lalu berdiri ingin menghampiri Mae-ri. ( beuh, malah kelihatan ga mesra)
"Bisakah kita bicara sebentar?" ucap jung In memotong pembicaraan MM.
"Tidak, kau tidak bisa!" ucap Mae-ri yang langsung keluar dari van.
"Permisi sebentar" ucap jung In seraya mendorong kepala Mae-ri masuk ke dalam Van lalu mengunci pintunya dari luar.
"Tidak, kau tidak boleh bicara!" jerit Mae-ri dari dalam Van sambil mengetuk2 kaca Van dan berusaha membuka pintunya.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan" ucap Mu Gyul santai.
"Sayang, bagaimana membuka pintu ini?" teriak Mae-ri masih tetap berusaha membuka pintu.
"Begitukah?" tanya Jung In.
"sayang, jangan bicara padanya!" seru Mae-ri masih dari dalam van.-ngetuk
"Aku pikir kita telah membuat beberapa kemajuan dalam pembicaraan kita tentang musik" ucap Jung In.
"Aku sudah ditipu beberapa kali sebelumnya" ucap Mu Gyul.
"Ditipu?" tanya Jung In penasaran. (disini Jung In masih antusias banget ma Mu Gyul dan melihat tingkah laku MM itu lucu banget)
Mae-ri berhasil keluar dari Van melalui pintu belakang, lalu berlari mendekati mereka dan berada di tengah antara Mu Gyul dan Jung In,
"Tolong, jangan ganggu suamiku lagi!" serunya pada Jung In.
"Hei, jangan berlebihan. Aku akan mengatasinya" seru Mu Gyul seraya menarik kepala Mae-ri dan menggesernya ke sampingnya.
Mae-ri terdiam dan mengikuti perintah Mu Gyul, "Aku mengerti" ucapnya perlahan. (kekekeke,,,, Mae-ri yang bawelnya kayak ahjuma langsung diem begitu Mu Gyul perintah, di bagian ini nunjukin Mae-ri patuh banget sebagai istri)
"Apa yang kau inginkan dari ini?" tanya Mu Gyul pada Jung In.
"Inginkan?" tanya jung In heran.
"Apa kau pikir merebut wanita yang sudah menikah dan menikahinya secara ilegal..adalah suatu hal yang baik untuk dilakukan?" seru Mu Gyul. Mae-ri tersenyum mendengar kata-kata Mu Gyul.
"Sepertinya kau salah paham. Bagiku pernikahan ini adalah..." seru Jung In terpotong.
"...sebuah bisnis?" sambung Mu Gyul sambil tersenyum sinis. "Pernikahan adalah bisnis seperti musik adalah bisnis" tambah Mu Gyul.
"Apakah karena itu kau tidak mempercayaiku?" seru jung In kalem.
"Tentu saja" seru Mu Gyul sambil memasang sarung tangannya kembali dan duduk melanjutkan pekerjaannya.
Di dalam mobil, ayah Mae-ri sedang bersama ayah Jung In.
"Kakak, tidak ada yang perlu dikhawatirkan" ucap ayah Mae-ri.
"Orang itu adalah seorang playboy yang tidak peduli tentang Mae-Ri. Dan dia sudah meyakinkanku tidak ada yang terjadi" ucap ayah Mae Ri meyakinkan ayah Jung In.
"Dan kau percaya pada pria itu?" tanya ayah Jung In cuek.
"Ah, ya, yah...Aku akan mengawasi mereka, Jadi jangan khawatir tentang itu" ucap ayah Mae-ri.
"Mengawasi mereka saja tidak cukup. Selesaikan masalah ini sebelum 100 hari berakhir. Jika Mae-Ri memilih orang itu, aku akan membuatmu bertanggung jawab untuk itu" ancam ayah Jung In. (saa benar-bener sebel sama ayah Jung In, ia terlalu terobsesi memiliki Mae-ri, mungkin karena ia merasa gagal memiliki ibu Mae-ri)
"Ah, ya..." ucap ayah Mae-ri gugup. Mengapa kau bertindak begitu menakutkan? Lalu, maksudmu, utang yang kau bayar ..." tanya nya ragu.
"Aku harus mendapatkannya kembali. Seperti yg Mae-ri katakan, tidak ada yang gratis di dunia ini" ucap ayah Jung In.
"Ya, Aku mengerti, Presiden. Aku akan mengurus ini sebelum harinya berakhir" ucap Dae-Han/ayah Mae-ri.
Di pinggiran jalanan Hongdae, Mae-ri, Mu Gyul, dan Jung In masih melanjutkan percakapannya.
"Sepertinya......hari ini bukan hari yang baik untuk bicara" ucap Mu Gyul sambil memperbaiki elektronik.
"Aku akan kembali lagi lain waktu" ucap Jung In sambil memakai kacamata bersiap ingin pergi.
"Aku rasa tidak perlu bertemu lagi" ucap Mu Gyul.
"Memang, mohon tidak menghubungi suamiku lagi" ucap Mae-ri pada Jung In.
Jung In pergi meninggalkan Mu Gyul-Mae-ri, Mae-ri mengawasi kepergian Jung In. Lalu menepuk-nepuk Mu Gyul,
"Kau melakukannya dengan baik .. Kau melakukannya dengan baik" ucap Mae-ri berbisik pada Mu Gyul.
"Aku tidak melakukannya karena kau" ucap Mu Gyul sambil sekilas mengamati Jung In pergi.
"Masih saja! Wow, ini hebat! Tahu bahwa masalah antara kalian itu terselesaikan.. ...Itu melegakan" seru Mae-ri sambil tersenyum sendiri.
"Ehmm, apakah ini semua yang telah kau perbaiki selama ini?" ucapnya sambil mengamati pekerjaan Mu Gyul.
"Tidak bisakah kau tahu hanya dengan melihat? Mencocokkan sedikit dari semuanya" ucap Mu Gyul cuek. Mae-ri mulai sibuk membantu Mu Gyul.
Di sebrang mereka tampaklah ayah Mae-ri sedang bersembunyi memata-matai mereka.
"Mae-ri dengan laki-laki itu" gumamnya.
Ahhh ... Dan di sinilah aku ingin memberitahu pria itu untuk pergi, ini bukan hariku. Jam berapa ini sekarang?" serunya sambil melihat jam tangan.
"Ahhh...Suaminya membiarkan dia pergi lebih awal lagi. Apa yang harus ku lakukan? Ah, benar-benar.." gumamnya lagi.
"Lalu, berapa banyak yang kau dapat dengan ini? Itu pasti susah untuk hidup dengan ini" ucap Mae-ri sambil mengamati Mu Gyul.
"Ada juga uang yang kudapatkan dengan manggung. Ini cukup untuk hidup" ucap Mu Gyul masih dengan elektroniknya. Hei, tapi...... apakah kau adalah istriku?" ucapnya tiba-tiba sambil memandang Mae-ri. (aisshhhh,,,pokonya ga bakal mati kelaparan deh kalo kawin ma Mu Gyul, dia bisa menyulap semuanya jadi uang...hahahaha)
"Bagaimana bisa aku istrimu?!" ucap Mae-ri kaget, "Ah...yah, berdasarkan kesepakatan kita, aku rasa iya" ucapnya kemudian lalu terdiam. Mu Gyul hanya tersenyum sinis lalu terdiam karena melihat sesuatu.
"Apa?" tanya Mae-ri.
"Yah, ayahmu...Arah jam 3" ucap Mu Gyul memberitahu Mae-ri.
"Ayahku? Ayahku di sini?" tanya Mae-ri kaget.
"Yah, tepat di belakang van" seru Mu Gyul. Mae-ri berdiri menengok ke belakang van.
"Ahhh...Itu benar-benar ayahku!" ucapnya lalu duduk kembali bersembunyi di balik badan Mu Gyul.
"Ahhh...Tak heran, aku merasa ada seseorang mengawasiku sepanjang hari" ucap Mu Gyul.
"Seseorang telah mengawasimu sepanjang hari? Ahhh ... Apa yang harus ku lakukan? Ayahku terus curiga dan bertanya-tanya apakah kita benar-benar menikah karena cinta" ucap Mae-ri agak panik.
"Dia datang ke sini" ucap Mu Gyul.
"Benarkah? Apa yang kita lakukan .." ucap Mae-ri panik lalu menarik tangan Mu Gyul kemudian berlari.
"Hei.. Hei!" teriak Mu Gyul sambil meletakkan pekerjaannya.
"Ahhh...Benar-benar!" ucap Mu Gyul. Ayah Mae-ri mengejar mereka.
"Hei, berapa lama lagi kita harus begini?" tanya Mu Gyul.
"Ayahku tidak akan membiarkan kita mencari jalan keluar. Kita harus pergi ke suatu tempat" ucap Mae-ri.
"Ini tidak akan berhasil... Ikutlah denganku!" ucap Mu Gyul sambil menarik tangan Mae-ri.
"Hei, ke mana kau pergi?" tanya Mae-ri.
Mu Gyul membawa Mae-ri ke ruang karaoke, Mu Gyul duduk merapatkan kakinya, tampaknya ia kedinginan.
"Apa ini? Kenapa kita datang ke sini? Kupikir kau membenci tempat seperti ini" ucap Mae-ri.
"Mari kita tinggal di sini untuk sementara waktu sampai ayahmu pergi" ucap Mu Gyul lalu berbaring di sofa."Dasar..." ucapnya ketika melihat ayah Mae-ri memata-matai mereka dari balik pintu.
"Apa?" seru Mae-ri lalu mengikuti pandangan Mu Gyul.
"Jangan bilang dia pikir kita tidak bisa melihatnya?" ucap Mu Gyul sebal.
"Ayahku sangat memalukan! Yah, cepat kita nyanyikan sesuatu" ucap Mae-ri merasa malu dan kesal.
"Tapi aku benar-benar benci bernyanyi di tempat-tempat semacam ini." ucap Mu Gyul
"Tidak! Itu akan terlihat mencurigakan jika kita tidak bernyanyi sekarang di sini." ucap Mae-ri sambil memilih lagu.
"Lalu bernyanyilah! Aku tidak mau melakukan itu." seru Mu Gyul.
"Tapi aku benar-benar tidak peka nada" ucap Mae-ri.
"Ahhh...Dinginnya!" seru Mu Gyul mengabaikan Mae-ri. Mae-ri lalu memilih lagu dan mulai bernyanyi. Mu Gyul shock mendengar suara Mae-ri.
"Apa-apaan? Dia benar-benar tidak peka nada!" gerutu Mu Gyul.
"Ini kunci untuk pria jadi aku tidak bisa menyanyikannya. Apa yang bisa ku lakukan?" rengek Mae-ri pada Mu Gyul, Mu Gyul pun bangkit mengambil Mik lalu bernyanyi sambil duduk di atas meja. Mae-ri mendengarkan dengan seksama dengan padangan terpesona. (omooo...uri sukkie suaranya bagus pisan)
"yaaah...Aku dalam masalah besar .. dalam masalah besar. Benar-benar magnet untuk seorang gadis, terutama saat dia bernyanyi. Dan Mae-Ri tampaknya berada di bawah mantranya, benar-benar di bawah mantranya. Ah, apa yang harus ku lakukan? Aku harus menghentikan ini. Ohhh...Dan dia adalah seorang penyanyi yang bagus juga!" gumam ayah Mae-ri dari luar. lalu ia menelepon ayah Jung in.
"Oh, hallo? Presiden .. Tidak, maksudku, kakak, ini aku! Anakmu......selalu menyuruh Mae-Ri untuk mengambil libur dan menyuruhnya pulang lebih awal. Bukankah ini keterlaluan? Ya. Aku mengerti, Direktur. Aku akan meneleponmu lagi." ucap ayah Mae-ri.
Dikantor Jung In
"Jadi, apa hasil untuk musim ini?" tanya PD Jang.
"Mereka bilang kita tidak dapat melakukannya di musim ini.Direktur mengatakan untuk menyerahkan lagi musim depan." ucap Jung In.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan, Direktur?" ucap PD Jang.
"Kita harus mengulang segalanya untuk bisa mencapai standar penilaian berikutnya." ucap Jun In.
Mae-ri dan Mu Gyul meninggalkan tempat karaoke. Mae-ri menemani Mu Gyul mencari sebuah Hp baru,
"Kau selalu pergi berkeliling dan minum di mana-mana. Aku tahu kau akan berakhir dengan kehilangan teleponmu" gerutu Mae-ri.
"Hei, ayahmu pasti sudah pergi sekarang, kan?" ucap Mu Gyul mengabaikan omelan Mae-ri.
"Ya, tapi mari kita menunggu sedikit lagi" ucap Mae-ri.
Mu Gyul bertemu dengan kawan-kawan nya, ia pun mendekatinya,
"Oh! Apa yang membawamu ke sini?" tanya sang teman.
"Bagaimana kabarmu? Ada sesuatu yang harus ku lakukan di sekitar sini"
"Dan bagaimana dengan acara manggung belakangan ini?" tanya sang teman.
"Kang Moo Kyul! Moo-Kyul..Arah jam 1! Arah jam 1! " ucap Mae-ri tiba2-tiba seraya mendekati Mu Gyul.
"Ahhh...Jeez! " ucap Mu Gyul kesal begitu melihat ayah Mae-ri yang sedang mengamati mereka dari seberang jalan.
"Ayahku akan membuatku gila!" seru Mae-ri.
"Hei, biarkan aku meminjam ini untuk sementara waktu" ucap Mu Gyul pada temannya.(yang ditengah cakep loh...sapa ya, pake baju hitam...)
"Oh, tentu" jawab sang teman. Mu Gyul menaiki sepeda dan mengajak Mae-ri, "Naiklah!"
"Huh?" seru Mae-ri kaget.
"Cepat!' sergah Mu Gyul.
"Tunggu!" ucap Mae-ri
"Oke, Ayo kita pergi!" ucap Mu gyul seraya menggoes sepeda. mereka pun melarikan diri dengan sepeda. Ayah Mae-ri yang melihatnya langsung mengikuti mereka.
Mu Gyul kelelahan, iapun memperlambat laju sepedanya,
"Kita seharusnya melakukan hal ini sebelumnya." seru Mae-ri."
Itulah yang juga ku katakan" ucap Mu Gyul.
"Tapi, kau tampak lebih tampan sekarang" ucap Mae-ri sambil tersenyum dibelakang punggung Mu Gyul.
"Apa?!" tanya Mu Gyul.
"Kau tampak tampan ketika sedang menyanyi!" jerit Mae-ri. Mu Gyul langsung menghentikan sepedanya mendadak dan memandangi Mae-ri.
"Tidak, maksudku ... aku selalu berpikir kau hanya bisa menyanyi rock atau heavy metal,
dan ini adalah pertama kalinya aku mendengar kau menyanyi ballad" ucap Mae-ri buru2-buru mengkoreksi ucapannya.
"Apakah itu berarti......kau menyukaiku?" goda Mu Gyul pada Mae-ri. (aiiiihhh, sukie,,,,)
"Kau gila.. gila.. gila!" ucap Mae-ri sambil memukul-mukul punggung Mu Gyul. "Aku cuma bilang! kau terlihat tampan, secara objektif saja berbicara itu" ucapnya kemudian.
"Aku tahu. Lagipula apa yang kau tahu? Kau bahkan belum pernah berkencan" ucap Mu Gyul lalu menggoes sepedanya tiba-tiba hingga Mae-ri hampir jatuh.
"aduhhh" seru Mae-ri, "Kau sengaja melakukannya, kan?" gerutu Mae-ri.
"Uhhh...tanganku membeku!" ucap Mu Gyul sambil sesekali meniup tangannya.
"Ahhh...punyaku juga!" ucap Mae-ri.
"Kang Moo Gyul, berhenti!" seru Mae-ri ketika mereka melewati toko rajutan.
"Ahhh...Bahkan masih dingin di sini" gumam Mu Gyul menghentikan sepedanya.
Mae-ri dan Mu Gyul tiba di rumah Mu Gyul, Mae-ri mulai menyulam, sedangkan Mu Gyul berusaha membuat penghangat ruangan, (huwaaa,,, kompetensi Mu Gyul sebagai mahasiswa tekhnik memang bisa diandalkan)
"Aku dengar musim dingin kali ini akan menjadi sangat dingin, dan pasti terasa seperti itu. Aku ingin tahu bagaimana kita akan melewatinya ..." seru Mae-ri sambil menyulam.
"Aku juga sama.Tidak ada yang lebih aku benci selain kedinginan.Ufff...Tanganku beku! " seru Mu Gyul.
"Bagaimana aku bisa begitu sensitif terhadap dingin ketika aku lahir di musim dingin?" ucap Mae-ri.
"Kapan ulang tahunmu?" tanya Mu Gyul.
"30 November.Kau?" Mae-ri balik bertanya.
"Malam natal" seru Mu Gyul.
"Merry Christmas!...Aku lebih tua darimu" Goda Mae-ri.
"Bagus untukmu" ucap Mu Gyul menanggapi candaan Mae-ri.
"Kau sebaiknya mulai memanggilku 'noona' sekarang, Nak" goda Mae-ri lagi. Mu Gyul tertawa mendengarnya, ia menoleh ke arah Mae-ri memperhatikan kerjaan Mae-ri,
"Hei, Noona......kau telah lama begitu sehingga kau mulai terlihat seperti seorang gadis" ucap Mu Gyul balas menggoda Mae-ri.
"Hei, nak......aku seorang gadis" ucap Mae-ri menanggapinya.
Mu Gyul menghampiri Mae-ri.
"Yaaah...Satu sisi selesai!" gumam Mae-ri melihat satu sarung tangan rajutannya selesai.
"Ahhh...Kau benar-benar cepat. Apa kau sungguhan?" ucap Mu Gyul.
"Hangatnya! " ucap Mae-ri seraya mencoba sarung tangannya. Mu Gyul memandanginya sambil mengusap-usap tangannya.
"Apa kau ingin aku membuatkanmu sepasang juga?Sini, berikan tanganmu, Aku perlu mengecek ukuranmu" ucap Mae-ri begitu sadar melihat tingkah Mu Gyul lalu mencoba membandingkan ukuran tangan Mu Gyul dan tangan dirinya.
Mu Gyul memandangi Mae-ri yang sedang sibuk mengukur tangannya lalu ia melihat bekas luka Mae-ri,
"Kapan kau mendapatkan bekas luka itu?" tanyanya."
Aku tidak ingat. Mereka bilang itu terjadi ketika aku berumur 4 tahun" jawab Mae-ri.
"Melakukan apa?" tanya Mu Gyul.
" Aku tidak tahu. Ayahku bilang aku mendapatkannya ketika sedang bermain"
"Aku mengerti"ucap Mu Gyul.
"Jari-jarimu panjang, aku heran apa ini karena kau bermain gitar" gumam Mae-ri sambil mengukur tangan Mu Gyul. Mu Gyul terdiam memperhatikan Mae-ri.
"Lupakan. Lebih baik aku mulai mengerjakan sarung tanganmu, jadi cepatlah nyalakan api." ucap Mae-ri.
"Baiklah...Uhhh...Dinginnya!" ucap Mu Gyul sambil berdiri menyalakan penghangat.
Mae-ri sibuk menyulam sarung tangan Mu Gyul, Sedangkan Mu Gyul membaca buku di dekat penghangat ruangan.
"Moo-Kyul, jam berapa ini?" tanya Mae-ri
"Mungkin lebih dari 9:30" jawab Mu Gyul
"Benarkah?!" seru Mae-ri kaget. "Apa yang harus ku lakukan? Aku akan terlambat!" ucapnya lalu meletakkan rajutan dan bergegas pergi.
"Eh!...Apa ini? Kau bahkan belum menyelesaikan setengahnya!" protes Mu Gyul. (heeee...sebenarnya Mu Gyul ga mau ditinggal nih, coz dia merasa nyaman dengan kehadiran Mae-ri, yang biasanya musim dingin sendirian, setidaknya sekarang ada yang diajakin berantem, walaupun Mae-ri cerewetnya ngalahin omma Mu Gyul).
"Akan kuselesaikan nanti. Aku terlambat sekarang, sampai ketemu lagi!" seru Mae-ri buru-buru."Oh, ya! Jangan sentuh mereka, jika kau lakukan, matilah kau! Selamat tinggal! " ucapnya sambil tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Mu Gyul.
Mu Gyul tersenyum simpul memandangi rajutan yang belum selesai, lalu mengukur ke tangannya kemudian ia menghempaskan tubuhnya ke kursi.
Di kantor Jung In, rapat akan segera dimulai
"Masalah terbesar dari pengambilan gambar lagi adalah jadwal para aktor" ucap PD Jang.
"Masalahnya hanya Lee An. Dia mungkin akan melepaskan dan menjatuhkan seluruh drama.." ucap salah satu anggota tim.
Jika dia melepaskan, kita harus mulai dari awal.Dan tanpa dia, kita mungkin akan menghadapi kehilangan...Ehhh...KRW 5 milyar.Dan jika kita menambahkan biaya para aktor lain..." seru PD Jang.
Ayah Jung In berkunjung ke rumah Jung in,
"Kau tidak terlihat baik." ucapnya pada Jung In.
"Ada beberapa perkembangan akhir-akhir ini. Bagaimana kesehatanmu belakangan ini, ayah?" tanya nya
"Hmmm ... dalam masa pengobatan. Aku mungkin harus melakukannya jika dokter bilang begitu, dan jika mereka bilang beristirahat, aku akan beristirahat." jawab ayahnya.
"Kau pergi ke rumah sakit hari ini, bukan? Maaf, aku seharusnya berada di sana denganmu" ucap Jung In merasa bersalah.
"Tenang saja.Hmm, bagaimana dengan kesepakatannya?" tanya si ayah
"Ahhh...Maksudmu, kesepakatan 100 hari? Aku agak sibuk belakangan ini" ucap Jung In berusaha mengelak pertanyaan ayahnya.
"Tampaknya prioritasmu tidak benar. Mae-Ri harus memilihmu ketika waktunya habis." ucap ayah jung In.
"Maaf?" tanya Jung In kaget.
"Tapi tampaknya aku harus mengatur kondisi lain melihat sikapmu dengan dia. Jika kontrak tersebut batal...... Aku akan menarik semua investasiku " ancamnya pada Jung In. (wah,,,si ayah ngancem sana-sini...)
"Ayah ..." seru jung In kaget.
"Jadi, lebih baik kau bekerja lebih keras selama waktu yang tersisa. Jangan mengecewakan aku." ucap ayahnya lalu meninggalkan Jung In. Jung In terdiam.
Di rumah Mae-ri,
"Hei Mae-Ri..Mae-Ri, Lihat ini! -Orang ini benar-benar playboy!" seru ayah Mae-ri sambil menunjukkan beberapa foto Mu Gyul.
"Itu hanya fans, dia hanya memberinya pelukan" bantah Mae-ri sambil membereskan pakaian.
"Untuk playboy selalu "NO-NO", Kau hanya akan hidup susah." seru ayahnya.
"Ayah, jika kau mengikutiku lagi, kesepakatan itu akan berakhir!" ancam Mae-ri.
"Tidak bisa, ini untuk kepentinganmu." seru sang ayah.
"Menyerahlah, ayah. Aku tidak akan menikah dengan pria yang tidak menyukaiku, dan memperlakukan pernikahan seperti bisnis." ucap Mae-ri.
"Mae-ri, bukan begitu. Aku yakin Jung In akan memperlakukanmu dengan lebih baik, jadi..." seru ayahnya terpotong.
"Ayah!" teriak Mae-ri.
"Bagaimana bisa kau berteriak pada ayahmu ini pagi-pagi..." seru ayahnya. Hp nya berdering, dan ternyata telpon dari Jung In."Oh, itu suamimu! " serunya.
"Ah, Jung In, apa yang terjadi?" sapanya pada Jung In.
Ternyata Jung In menjemput Mae-ri dan menunggunya di luar, Ayah Mae-ri mengantar Mae-ri menemui Jung In, "Coba lihat betapa cocok kalian!" serunya.
"Ayah!" ucap Mae-ri tidak enak.
"Ini, cepatlah.. cepat, masuk, Mae-Ri. pergilah." ucap Ayah Mae-ri sambil mendorong Mae-ri masuk Mobil. Jung In hanya diam saja,
"Kalau begitu, kurasa lebih baik kami pergi, ayah." ucap Jung In cool.
Huh?..."Ayah"?" seru Dae Han kaget.
"Apa kau bilang "Ayah?" seru Mae-ri keluar dari mobil.
"Tentu saja... Tentu saja, "Ayah" itu benar." serunya.
"Yah, cepat.. cepat, Mae-ri. cepat masuk! " serunya sambil mendorong Mae-ri masuk lagi. Jung In ikut masuk ke dalam mobil.
"Hei Mae-ri..." bisiknya menyuruh Mae-ri menggunakan sabuk pengaman.
"Pergilah! Berkemudilah dengan aman, menantu! " ucapnya pada Jung In.
Jung In mengendarai mobilnya,
"Kita pergi ke mana? Bagaimana kau bisa membawaku bertemu ayahmu tanpa bilang padaku?" tanya Mae-ri
"Kau tidak punya pilihan dalam hal ini. Aku akan menjelaskan semuanya kepada Kang Mu Gyul. Berapa nomernya?" ucap Jung In pada Mae-ri.
"Apa?" seru Mae-ri kaget. "Tidak! aku akan meneleponnya sendiri." tambahnya seraya menelepon Mu Gyul.
Mae-ri: "Oh, sayang! Ini aku!"
Mu Gyul (menjawab dengan setengah mengantuk): "Yah, kau mulai ini pagi-pagi? Aku terjaga sepanjang malam menulis lagu .."
Mae-ri: "Sayang, ada sesuatu terjadi. Aku sedang menuju ke suatu tempat dengan Direktur Jung, dan tampaknya aku mungkin harus menginap. Ini mengerikan, bukan?"
Mu Gyul(enggan menanggapi Mae-ri): "Ahhh ... Selesaikan sendiri. Aku harus tidur, aku tutup teleponnya!"
Mae-ri (mengabaikan ucapan Mu Gyul): "Itu? itu konyol, kan?"
Mu Gyul : "Apanya yang konyol?"
"Biarkan aku bicara padanya." pinta Jung In.
"Tentu saja tidak! Kau tidak boleh menggunakan telepon saat sedang mengemudi" seru Mae-ri lalu melanjutkan percakapannya.
Mae-ri: "Oh ya, Sayang, kalau aku harus tinggal di sana untuk satu malam, kita juga harus meminta liburan 4 hari di suatu tempat. Dan juga kita harus mengatur jadwalnya. Waktu kita untuk bertemu terlalu pendek. Kita harus membagi waktu secara merata. Dari 9 a.m hingga 3 p.m, Aku akan bersama Direktur Jung-In. Dan sisanya siang hari, aku bisa denganmu dari 4 p.m hingga 10 p.m setiap hari! Bagaimana menurutmu? Haruskah kita merencanakan seperti ini ... Hah?" (wah, ommma Mae-ri bawel banget, lagian Mu Gyul mau aja dengerin, tinggal matiin tuh Hp, itu berarti kan Mu Gyul demen juga ma kebisingan Mae-ri)
Mu Gyul: "Hei...apa yang kau bicarakan?"
Mae-ri: "Aku tahu, Sayang! Aku akan berbicara padanya. Ohhh...Aku tutup teleponnya! "
"Kau dengar itu kan?" ucap Mae-ri pada Jung In.
"Mari kita lakukan seperti itu." ucap Jung In. "Tapi, kau akan harus denganku akhir pekan ini." tambahnya.
"Apa?" seru Mae-ri kaget, "Denganmu bagaimana?" tambahnya
Mae-ri dan Jung In sampai di kediaman ayah Jung In, Mae-ri berjalan enggan.
"Bisakah kita masuk?" ajak Jung In pada Mae-ri. Mereka pun memasuki rumah, di dalam pelayan menyambut mereka.
"Oh, my!Bagaimana mungkin kau datang tanpa memberi tahu kami, Tuan Muda?" sapa si pelayan
"Hallo, paman. Kemana ayahku pergi?" tanya Jung In.
"Tuan keluar untuk berjalan-jalan. Izinkan aku untuk pergi menemuinya." ucap sang pelayan.
Tiba-tiba Hp Jung In bebunyi, "Hallo?". ternyata ada rapat di kantor.
"Aku perlu menghadiri sebuah pertemuan. Tinggallah di sini dan tunggu aku." ucapnya pada Mae-ri.
"Apakah kau menyuruhku untuk tinggal di sini sendirian?" seru Mae-ri.
"Aku akan segera kembali." ucap Jung In lalu pergi meninggalkan Mae-ri.
"Direktur!.. Direktur! Jeez...Kau bukan satu-satunya yang sibuk, kau tahu." gerutu Mae-ri.
Mae-ri jalan-jalan mengamati rumah tersebut,
"Aneh...Kenapa tempat ini tampak begitu familiar? Aku pasti melihatnya dalam gambar di suatu tempat. Ini ibu dan ayahku! Tapi siapa orang ini?" gumamnya sambil melihat-lihat deretan foto.
Ayah Jung In memasuki ruangan, "Jadi, kau adalah Mae-Ri?" sapa nya.
"Ah...Ya. Senang bertemu denganmu." sapa Mae-ri.
Jung In berbicara dengan director Bang dan Lee An di ruang kerjanya,
"Kami terlibat dalam proyek ini karena kami percaya padamu, Direktur. Tapi, dengan drama yang tidak mendapatkan slot di musim ini, bagaimana kau bisa mengharapkan kami menunggu selamanya? Kami benar-benar percaya padamu, tapi ..." ucap Directur Bang.
"Memiliki kepercayaan dalam produksi, bukan aku. Produksi ini tidak hanya akan menarik pasar domestik, tetapi ke pasar luar negeri juga. Dan aku yakin produksi ini akan menandai titik balik penting dalam karir Lee An." ucap Jung In.
"Itulah sebabnya kami ingin menunggu untuk itu, tapi kami memiliki proyek film yang perlu kami pikirkan juga." ucap Diretor Bang seraya melirik ke arah Lee An.
Muncullah Seo Joon, "Pembohong. Kau bilang kau bisa berpindah-pindah pada proyek film." ucapnya. Director Bang tersenyum sinis menanggapinya.
"Ada apa denganmu? Bukankah kau yang mengatakan proyek ini sangat menakjubkan. Kita harus mengesampingkan yang lain untuk melakukannya? Kau picik." ucap Seo Joon pada Lee An.
"Hei! kau..." bentak Lee An.
"Direktur...Aku bisa menunggu. Dan bukan karena aku percaya padamu, tapi karena aku percaya pada drama ini. Aku menolak sebuah proyek film selama ini. Aku sedang menekuni yang satu ini. Selain itu, bukankah dengan penundaan ini akan bermanfaat untuk naskah dan produksi?" ucap Seo Joon pada Jung In.
"Direktur, kenapa tidak kita menggunakan kesempatan ini untuk menulis ulang karakter manajer ...... sebagai psikopat." tambahnya lagi sambil melirik Directur Bang. Jung In tersenyum sinis.
"Apa ... psikopat?? Ahhh ..Ini hanya omong kosong! Bagaimana jika kita tidak pernah mendapatkan penawaran lain karena kita sedang menunggu untuk ini?" ucap Direktur bang. "Kita akan terlambat untuk janji berikutnya, mari kita pergi. Direktur, silahkan mempertimbangkan perasaan kami pada proyek ini." ucap nya seraya meninggalkan ruangan.
"Seo-Joon, sampai bertemu nanti. Direktur, permisi." ucap Lae An. (ini mah memang Directur Bang nya yang jahat)
"Tentu saja, kenapa kau tidak mengatur segala sesuatunya dan kemudian kita bertemu lagi. Ahhh..Mereka benar-benar tidak memiliki rasa kesetiaan. Direktur...Kau pasti merasa sedikit tegang, ingin pergi keluar nanti? Hari ini adalah hari ulang tahunku." ucap Seo Joon. (sepertinya Seo Joon begitu memahami Di rectur jung In,,,hehehe)
"Selamat ulang tahun." ucap Jung In.
"Ayo pergi keluar dan minum.Aku sudah punya rencana makan malam dengan ayahku." ucap Jung In.
Di kediaman ayah Jung In, Mae-ri dan ayah Jung In sedang memandangi foto, mengenang masa lalu.
"Aku benar-benar bersyukur padamu untuk membayar utang kami, tapi ...Kenapa kau ingin aku menjadi menantumu? " tanya Mae-ri.
"Apakah kau begitu penasaran tentang hal itu?" ucap ayah Jung In
"Ya. Paman, apa kau tahu aku sebelumnya?" tanya Mae-ri
"Aku tahu kau, ayahmu, dan juga ibumu." ucap ayah Jung In.
"Aku tahu bahwa kau dan ayahku dibesarkan di lingkungan yang sama, tapi kau tahu ibuku juga?" tanya Mae-ri penasaran.
"Itu benar. Aku bertemu dengannya sebelum ayahmu." ucap ayah Jung In.
"Ahhh...Begitukah?" tanya Mae-ri antusias.
"Mari kita bicara tentang ibumu nanti." ucap ayah Jung In terlihat tidak nyaman.
"Ya." ucap Mae-ri.
written by Saa RF, support gambar by Ari RF
Free Download MSOAN Indonesian Sub
0 comments:
Post a Comment