Do you like this story?
“Aku tak bisa lagi membiarkanmu keluar, Goo Ae Jung, aku tak bisa........ kau telah melucutiku”.
Episode 4
Dokko Jin datang tepat saat Se Ri sebagai pembawa acara meminta Yoon Pil Joo, memberikan bunga terakhir. Di luar dugaan semua orang termasuk Ae Jung sendiri, Pil Joo ternyata memberikan bunganya kepadanya.
Dokko Jin masih terpaku di tempatnya berdiri, terngiang-ngiang kata-kata kepala Moon soal jantung yang berdetak. Persis sama dengan jantungnya yang makin berdetak kencang saat ia melihat Ae Jung menerima bunga dari Pil Joo, alarmnya berbunyi.
Ae Jung masih tersenyum senang, ia heran saat melihat Dokko Jin ada di sekitar panggung menatapnya. Dokko Jin kaget saat matanya bertubrukan dengan mata Ae Jung. Ae Jung yang tak tahu apa-apa hanya tersenyum, sementara Dokko Jin menahan kesal (kesal pada kemungkinan ia menyukai Ae Jung).
Terhuyung, Dokko Jin mencoba menenangkan diri masuk ke dalam gedung, melewati lorong yang di penuhi dengan poster drama dan film.
Lucunya, judul-judul poster itu seolah menjawab pertanyaan-pertanyaan Dokko Jin.
“Bagaimana mungkin yang aku suka Goo Ae Jung? ….’I Really, Really Like You’…Ini tidak mungkin! Mengapa aku. .. .‘The Bean Chaff of My Life’ (=dibutakan oleh cinta)….Aku Dokko Jin! Sesuatu seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. Apa yang terjadi?…..‘Prince's First Love’……Apa semua ini?! …aah, Apa yang harus aku lakukan?…. ‘Man in Crisis’…”
“Bagaimana mungkin yang aku suka Goo Ae Jung? ….’I Really, Really Like You’…Ini tidak mungkin! Mengapa aku. .. .‘The Bean Chaff of My Life’ (=dibutakan oleh cinta)….Aku Dokko Jin! Sesuatu seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. Apa yang terjadi?…..‘Prince's First Love’……Apa semua ini?! …aah, Apa yang harus aku lakukan?…. ‘Man in Crisis’…”
Kebingungan Dokko Jin bertambah saat Ae Jung tiba-tiba muncul diujung lorong dan memanggilnya. Dokko Jin buru-buru kabur. Ia mendesis saat Ae Jung tetap memanggilnya dan dengan santai melambai ‘say hallo’.
Dokko Jin melihat poster yang disenderi Ae Jung mengeluarkan judulnya, ‘You're So Beautiful’.
Wkwkwkwk. Dokko Jin pusing.
Ae Jung memamerkan bunga yang diterimanya, ia menebak kedatangan Dokko Jin karena mengkhawatirkannya dieliminasi pertama. Tapi ternyata ia masih lanjut, untuk itu ia mengangkat tangan minta tos, tapi Dokko Jin membalasnya dengan keras hingga Ae Jung kesakitan.
Dokko Jin melampiaskan marahnya, “Seseorang sepertimu Goo Ae Jung. Bagaimana bisa? Goo Ae Jung, bagaimana bisa kau mencuri ha .... “. Dokko Jin tak melanjutkan kata-katanya.
Ae Jung bingung, dia sedang senang kenapa Dokko Jin yang rewel. Mereka pun mulai berdebat, Dokko Jin berusaha menutupi perasaannya dan malah ia bersikap kasar pada Ae Jung. Ia mengatakan Ae Jung sebagai 'biang nasib buruk', bahkan menepak bunga yang di pegang Ae Jung hingga rusak, kelopaknya berjatuhan.
Wkwkwkwk. Dokko Jin pusing.
Ae Jung memamerkan bunga yang diterimanya, ia menebak kedatangan Dokko Jin karena mengkhawatirkannya dieliminasi pertama. Tapi ternyata ia masih lanjut, untuk itu ia mengangkat tangan minta tos, tapi Dokko Jin membalasnya dengan keras hingga Ae Jung kesakitan.
Dokko Jin melampiaskan marahnya, “Seseorang sepertimu Goo Ae Jung. Bagaimana bisa? Goo Ae Jung, bagaimana bisa kau mencuri ha .... “. Dokko Jin tak melanjutkan kata-katanya.
Ae Jung bingung, dia sedang senang kenapa Dokko Jin yang rewel. Mereka pun mulai berdebat, Dokko Jin berusaha menutupi perasaannya dan malah ia bersikap kasar pada Ae Jung. Ia mengatakan Ae Jung sebagai 'biang nasib buruk', bahkan menepak bunga yang di pegang Ae Jung hingga rusak, kelopaknya berjatuhan.
Sendirian, Dokko Jin memandang kelopak mawar di telapak tangannya, ia lalu berniat membuangnya ke tempat sampah, anehnya ada satu yang tetap menempel di tangannya. Setelah akhirnya berhasil melepasnya, Dokko Lin memutar tutup tempat sampah agar kelopak bunga tadi masuk.
Anehnya bunga yang tadi menempel ditangannya kini menempel erat pada tutup tempat sampah. Dokko Jin membaca-baca mantra agar kelopak bunga itu yang di ibaratkan Ae Jung menjauhinya dan tidak mengganggunya. Tapi sesaat kemudian Dokko Jin menghentikan putaran tutup sampah dan mengambil kembali kelopak bunga itu untuk di simpan di lipatan sapu tangannya.
Di lokasi kuis, saat jeda, satu persatu peserta saingannya Ae Jung mendatangi Pil Joo saling bersaing menarik perhatian. Ae Hwan sengaja memberikan botol minuman agar Ae Jung memberikannya pada Pil Joo, ikut bergabung dan berpura-pura sakit setidaknya cegukan.
Ae Hwan terpaksa turun tangan, ia sengaja ke meja Pil Joo dan buang angin untuk membubarkan mereka, wkwkwkw rencananya berhasil.
Pil Joo akhirnya melihat Ae Jung, bukannya memanfaatkan kesempatan, Ae Jung malah kabur. Pil Joo sempat heran, namun ia akhirnya tersenyum, ia sadar Ae Jung bukan seperti gadis kebanyakan.
Ae Jung menuju mesin minuman, sebelum memasukkan koinnya, ia ingin mencoba peruntungan. Jika kepala maka ia akan berpura-pura cegukan, jika ekor maka ia akan membeli minuman. Tapi ia melemparnya terlalu ke belakang, punggungnya pun menabrak Pil Joo yang baru datang. Pil Joo mengaku mencari Ae Jung karena Ae Hwan mengatakan Ae Jung cegukan cukup parah. Kebetulan koin yang di tangkap Pil Joo menunjukkan kepala, Ae Jung terpaksa berpura-pura cegukan. Tapi memang Pil Joo dokter yang hebat, dia tahu mana cegukan dan yang bukan tapi dengan cara yang tidak membuat Ae Jung malu. Mereka pun mengobrol santai.
Sendirian di kantor agencynya Dokko Jin masih merasa bersalah telah merusak bunga Ae Jung, ia terus memikirkannya saat Jae Suk menjemputnya. Betapa kagetnya saat pintu mobil terbuka, wanita yang telah mengganggu pikirannya saat ini justru sudah duduk manis sambil ngemil di dalam.
Dokko Jin meminta Ae Jung turun, sementara Jae Suk dan Ae Hwan membujuk agar ia dan Ae Jung boleh ikut karena bawaan mereka banyak. Ae Jung tanpa banyak protes membereskan barangnya untuk di bawa turun. Saat itulah mata Dokko Jin melihat setangkai mawar yang hampir patah akibat ulahnya, ia langsung berubah pikiran.
Dokko Jin meminta Ae Jung turun, sementara Jae Suk dan Ae Hwan membujuk agar ia dan Ae Jung boleh ikut karena bawaan mereka banyak. Ae Jung tanpa banyak protes membereskan barangnya untuk di bawa turun. Saat itulah mata Dokko Jin melihat setangkai mawar yang hampir patah akibat ulahnya, ia langsung berubah pikiran.
Tingkah menyebalkan Dokko Jin belum selesai, saat mobil jalan ia menendang bungkus makanan yang berserakan, ia juga minta ia yang diantar lebih dulu. Berusaha mengabaikan Dokko Jin yang uring-uringan gak jelas, Ae Hwan menanyakan pada Ae Jung apa mereka bisa mampir ke tempat Jenny. Mendengar nama Jenny NTG, Jae suk antusias dan mengaku fansnya, ia pun tak menolak saat Ae Jung mengajaknya ikut serta.
Dokko Jin yang sedari tadi memejamkan matanya setengah membentak menyuruh semua diam, ia mencoba memejamkan matanya lagi. Dasar Ae Hwan, dia mah cuek aja malah ngebahas Pil Joo yang juga tinggal di lingkungan yang sama dengan mereka dan kemungkinan mengajaknya juga.
Dokko Jin yang sedari tadi memejamkan matanya setengah membentak menyuruh semua diam, ia mencoba memejamkan matanya lagi. Dasar Ae Hwan, dia mah cuek aja malah ngebahas Pil Joo yang juga tinggal di lingkungan yang sama dengan mereka dan kemungkinan mengajaknya juga.
Mendengar nama Pil Joo, Dokko Jin membuka mataya sedikit, matanya akhirnya terbuka lebar mendengarkan Ae Hwan bahkan Jae Suk memuji-muji Pil Joo. Ia makin menajamkan pendengarannya saat Ae Jung diminta mengungkapkan pendapatnya soal Pil Joo.
“Ae Jung, bagaimana menurutmu?”tanya Ae Hwan.
“Di luar acara kuis, melihat pria sepertinya apa kau tertarik?”tanya Jae Suk juga ingin tahu.
“Di luar acara kuis??”. Ae Jung mencoba memikirkan jawabannya.
“Bagaimana? Kau menyukainya tidak? Bukankah dia tipemu?”.
“Ae Jung, bagaimana menurutmu?”tanya Ae Hwan.
“Di luar acara kuis, melihat pria sepertinya apa kau tertarik?”tanya Jae Suk juga ingin tahu.
“Di luar acara kuis??”. Ae Jung mencoba memikirkan jawabannya.
“Bagaimana? Kau menyukainya tidak? Bukankah dia tipemu?”.
“Pendapatku, Yoon Pil Joo... oh, kita sudah sampai” Ae Jung tak jadi meneruskan ucapannya membuat Dokko Jin kecewa.
Saat ketiganya akhirnya memutuskan jalan kaki bertiga, Dokko Jin berusaha terus menguping tapi gagal, ia malah kecewa karena tak diajak, dan ngedumel mengatai ke tiganya pelit, wkwkwk.
Masuk ke rumahnya, Dokko Jin mengambil sapu tangan yang terjatuh dari kantong jasnya, ia kembali melihat kelopak mawar yang tadi di selipkannya di sapu tangannya. Ia terkejut, karena seperti Ae Jung yang menghantuinya, kelopak mawar tadi meninggalkan bekas merah berbentuk hati.
Sementara itu di tempat Jenny, semua terlihat senang. Kecuali Ae Hwan yang cemburu melihat Jenny akrab dengan Jae Suk. Ia mencoba mengusir Jae Suk pergi, tapi Jae Suk punya alasan yang bagus untuk tetap disana sampai teleponnya berbunyi.
Tak bisa ikut serta bersenang-senang akan lebih baik jika ia merusaknya, itulah yang dilakukan Dokko Jin. Membalas Jae Suk, Dokko Jin memaksanya membelikannya minum saat itu juga.
Merasa kasihan, Ae Jung menawarkan diri untuk menggantikan Jae Suk. Dengan kunci yang di beri Jae Suk, Ae Jung masuk ke rumah Dokko Jin dan memanggil-manggil namanya. Tapi karena Dokko Jin sedang mandi ia tak mendengar panggilan itu. Ae Jung pun segera memasukkan minuman ke kulkas, ia melihat tonik kesehatan dan mengambilnya satu. Tepat saat menutup kulkas, Ae Jung melihat Dokko Jin, ia kembali memanggilnya. Dokko Jin tak mendengar, ia malah dengan santai membuka handuknya.
Ae Jung kaget melihat Dokko Jin hampir telanjang, ia buru-buru sembunyi, sayang Hpnya malah jatuh ke kolong tangga. Ae Jung Masih mencari-cari ponselnya, sementara Dokko Jin yang sudah bercelana pendek dan berpiyama turun dari kamarnya. Ae Jung kembali sembunyi.
Sambil berdendang, Dokko Jin menuju dapur, ia menemukan air mineral telah ada dikulkasnya, ia menggerutu pada Jae Suk yang datang dan pergi dengan cepat padahal ia ingin bertanya sesuatu.
Kembali ke kamarnya, Dokko Jin memakai kembali alarm jantungnya dan mencoba berbaring santai, ia senang melihat angkanya masih di batas normal, hanya Ae Jung yang mampu membuat angka-angka itu melonjak tinggi. Belum tahu dia, sang pengacau jantung ada di dapur rumahnya. Dokko Jin terus mensugesti agar jantung buatannya bekerja normal (dengan mantra-mantra-yang lucu menurutku).
Ae Jung yang sebenarnya bingung kenapa mesti sembunyi, masih belum menemukan ponselnya, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sementara itu Dokko Jin yang juga mendengarnya panik, ia mengira kembali berkhayal soal lagu thump thump dan Ae Jung. Jantungnya kembali berdetak dan alarmnya memerah, angka terus naik tinggi. Dokko Jin menguasai dirinya dan keketeyepan (=berjingkat) turun, tapi belum sampai ke bawah, lagunya tiba-tiba berhenti.
Ae Jung yang sebenarnya bingung kenapa mesti sembunyi, masih belum menemukan ponselnya, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sementara itu Dokko Jin yang juga mendengarnya panik, ia mengira kembali berkhayal soal lagu thump thump dan Ae Jung. Jantungnya kembali berdetak dan alarmnya memerah, angka terus naik tinggi. Dokko Jin menguasai dirinya dan keketeyepan (=berjingkat) turun, tapi belum sampai ke bawah, lagunya tiba-tiba berhenti.
Tak melihat sesuatu yang aneh di bawah, Dokko Jin memiringkan kepalanya, siapa tahu air masuk ke telinganya saat mandi tadi dan mengganggu pendengarannya, wkwkwk. Sebelum naik, Dokko Jin mengaktifkan alarm rumahnya, oow kini Ae Jung terperangkap.
Setelah yakin aman, Ae Jung mencoba mendekati pintu keluar yang otomatis menyalakan lampu ruang tamu. Dokko Jin yang baru saja berbaring terbangun, ia segera menoleh ke ruang tamunya, lampu kembali padam, karena Ae Jung telah berlari kembali ke dapur. Ae Jung menabrak tembok yang menyebabkan tonik di kantongnya pecah. Tak mau meninggalkan jejak, Ae Jung melapnya dengan sesuatu yang dia ambil dari pakaian yang bertumpuk.
Berusaha menakut-nakuti ‘seseorang’ yang mungkin saja masuk ke rumahnya (padahal Dokko Jin lah yang lebih takut), ia pun memanggil –manggil Jae Suk berharap Jae Suk lah yang ada di bawah.
Setelah yakin aman, Ae Jung mencoba mendekati pintu keluar yang otomatis menyalakan lampu ruang tamu. Dokko Jin yang baru saja berbaring terbangun, ia segera menoleh ke ruang tamunya, lampu kembali padam, karena Ae Jung telah berlari kembali ke dapur. Ae Jung menabrak tembok yang menyebabkan tonik di kantongnya pecah. Tak mau meninggalkan jejak, Ae Jung melapnya dengan sesuatu yang dia ambil dari pakaian yang bertumpuk.
Berusaha menakut-nakuti ‘seseorang’ yang mungkin saja masuk ke rumahnya (padahal Dokko Jin lah yang lebih takut), ia pun memanggil –manggil Jae Suk berharap Jae Suk lah yang ada di bawah.
Ae Jung kaget, alat yang dipakainya ngelap adalah CDnya Dokko Jin! Wkwkw. Saat Dokko Jin tiba-tiba menyalakan lampu, Ae Jung panik, ia menyenggol sesuatu yang lalu jatuh dan buru-buru kabur. Dokko Jin akhirnya melihat seseorang berlari menuju pintu keluar, ia segera mengambil tongkat golf sebelum turun untuk mengejar.
Ae Jung tak bisa membuka pintu, alarm rumah menyala mengirimkan signal ke tempat petugas.
Dokko Jin sudah turun dan bersiap memukul, saat dilihatnya orang itu ............
“Goo Ae Jung?”.
“Apa kabarmu?”
“Apa yang kau lakukan di sini? Aku bertanya sesuatu!!”. Ae Jung tak mampu menjawab, wajahnya memelas.
“Apa kabarmu?”
“Apa yang kau lakukan di sini? Aku bertanya sesuatu!!”. Ae Jung tak mampu menjawab, wajahnya memelas.
Petugas keamanan merespon cepat, sesuai janji iklan mereka dimana Dokko Jinlah sang bintang iklan. Dokko Jin menyambut petugas di depan rumahnya dan meyakinkannya untuk tak perlu memeriksa di dalam.
Sepeninggal petugas, Ae Jung berterima kasih.
“Goo Ae Jung menyelinap ke rumah Dokko Jin dan mencuri underwear Dokko Jin, hanya untuk di tangkap oleh perusahaan keamanan yang di iklankan Dokko Jin. Aku takkan pernah membiarkan berita aneh seperti itu menyebar di koran besok. Itu alasan aku melepaskanmu”.
“Aku tak mencuri celanamu, aku menggunakannya untuk mengelap”. Ae Jung mencoba membela diri, ia juga kemudian menceritakan awalnya ia kaget melihat Dokko Jin yang turun telanjang, dan ia keterusan sembunyi. Dokko Jin menyimpulkan Ae Jung menikmati ketelanjangannya dan menuduh mengambil fotonya. Ae Jung menolak tuduhan itu, Dokko Jin tak percaya ia memeriksa sendiri ponsel Ae Jung dan kesal saat tahu namanya di ponsel Ae Jung kali ini berubah menjadi ‘biang nasib buruk’.
Ae Jung merasa tak enak, ia membela diri nama itu cocok buat Dokko Jin yang selalu membawa nasib buruk padanya. Berniat menghapus nama itu, Ae Jung baru sadar orang yang tadi meneleponnya adalah Pil Joo tepat di jam 11:11. Angka yang dianggap nasib baik oleh orang Korea sana. Dokko Jin kesal, baginya jam 11:11 adalah saat ia sedang terancam oleh kedatangan Ae Jung dan hampir mengalami serangan jantung!. Ae Jung meminta maaf karena kedatangannya mengejutkan Dokko Jin.
“Tentu saja, karenamu, denyut jantungku mencapai 120”. Dokko Jin menujukkan alat monitor jantung di pergelangan tangannya.
“Mengapa kau memakainya, apa kau sakit?”.
Berusaha menunjukkan dirinya sehat sempurna, Dokko Jin mengaku orang spesial yang harus bisa menjaga dan mengontrol tubuh.
“Tapi tampaknya tidak efektif, tak terlihat kau bisa mengontrol tubuhmu tiap waktu”.
“Itu karena kau!! Aku ingin hidup dalam rentang yang normal antara 60 dan 90. Tapi kapan pun ada kau, Goo Ae Jung, aku selalu keluar dari zona amanku!”. Frustasi, Dokko Jin menjawab setengah membentak .
Ae Jung mengerti, ia akan jaga jarak dengan Dokko Jin, dan berharap Dokko Jin bisa menjaga kesehatannya. Ae Jung menuju pintu keluar saat ponselnya kembali berbunyi, Dokko Jin tak tahan dengan ringtonenya.
“Goo Ae Jung menyelinap ke rumah Dokko Jin dan mencuri underwear Dokko Jin, hanya untuk di tangkap oleh perusahaan keamanan yang di iklankan Dokko Jin. Aku takkan pernah membiarkan berita aneh seperti itu menyebar di koran besok. Itu alasan aku melepaskanmu”.
“Aku tak mencuri celanamu, aku menggunakannya untuk mengelap”. Ae Jung mencoba membela diri, ia juga kemudian menceritakan awalnya ia kaget melihat Dokko Jin yang turun telanjang, dan ia keterusan sembunyi. Dokko Jin menyimpulkan Ae Jung menikmati ketelanjangannya dan menuduh mengambil fotonya. Ae Jung menolak tuduhan itu, Dokko Jin tak percaya ia memeriksa sendiri ponsel Ae Jung dan kesal saat tahu namanya di ponsel Ae Jung kali ini berubah menjadi ‘biang nasib buruk’.
Ae Jung merasa tak enak, ia membela diri nama itu cocok buat Dokko Jin yang selalu membawa nasib buruk padanya. Berniat menghapus nama itu, Ae Jung baru sadar orang yang tadi meneleponnya adalah Pil Joo tepat di jam 11:11. Angka yang dianggap nasib baik oleh orang Korea sana. Dokko Jin kesal, baginya jam 11:11 adalah saat ia sedang terancam oleh kedatangan Ae Jung dan hampir mengalami serangan jantung!. Ae Jung meminta maaf karena kedatangannya mengejutkan Dokko Jin.
“Tentu saja, karenamu, denyut jantungku mencapai 120”. Dokko Jin menujukkan alat monitor jantung di pergelangan tangannya.
“Mengapa kau memakainya, apa kau sakit?”.
Berusaha menunjukkan dirinya sehat sempurna, Dokko Jin mengaku orang spesial yang harus bisa menjaga dan mengontrol tubuh.
“Tapi tampaknya tidak efektif, tak terlihat kau bisa mengontrol tubuhmu tiap waktu”.
“Itu karena kau!! Aku ingin hidup dalam rentang yang normal antara 60 dan 90. Tapi kapan pun ada kau, Goo Ae Jung, aku selalu keluar dari zona amanku!”. Frustasi, Dokko Jin menjawab setengah membentak .
Ae Jung mengerti, ia akan jaga jarak dengan Dokko Jin, dan berharap Dokko Jin bisa menjaga kesehatannya. Ae Jung menuju pintu keluar saat ponselnya kembali berbunyi, Dokko Jin tak tahan dengan ringtonenya.
Ternyata Pil Joo yang menelepon Ae Jung. Pil Joo mengatakan bahwa pena kesayangannya kemungkinan terbawa Ae Hwan, jadi ia minta Ae Jung membantu menyimpankannya.
Dokko Jin berusaha menguping. Mendengar Ae Jung makin akrab dengan Pil Joo, Dokko Jin langsung berdiri dan sengaja berteriak meminta Ae Jung meletakkan CDnya yang sedari tadi di pegang Ae Jung.
Melihat Ae Jung yang tak juga menutup telponnya, Dokko Jin kembali teriak. Ia minta Ae Jung mencuci CDnya. Pil Joo yang mendengar suara itu heran, Ae Jung mengarang itu suara Ae Hwan yang sedang mabuk. Ae Jung terpaksa menutup teleponnya dan mencuci CD Dokko Jin karena alarm rumah kembali di aktifkan, alarm takkan di matikan kalau ia tak mencucinya dulu.
Melihat Ae Jung yang tak juga menutup telponnya, Dokko Jin kembali teriak. Ia minta Ae Jung mencuci CDnya. Pil Joo yang mendengar suara itu heran, Ae Jung mengarang itu suara Ae Hwan yang sedang mabuk. Ae Jung terpaksa menutup teleponnya dan mencuci CD Dokko Jin karena alarm rumah kembali di aktifkan, alarm takkan di matikan kalau ia tak mencucinya dulu.
Di kamar mandi, sambil mencuci Ae Jung menyesali telah datang ke sana dengan sukarela. Di luar, Dokko Jin mempertanyakan dirinya yang melarang Ae Jung pergi. Kembali kata-kata Kepala Moon terngiang-ngiang.
Ae Jung sudah selesai, ia siap akan pulang dan minta Dokko Jin membukakan pintu.
“Go Ae Jung, aku Dokko Jin. Aku orang yang spesial. Lagipula, kau tak bisa keluar masuk begitu saja”. Dokko Jin membahas soal hatinya.
Sementara Ae Jung membahas soal rumah Dokko Jin, “Ya, aku mengerti. Aku tak akan masuk, jadi biarkan aku keluar”.
“Aku tak bisa lagi membiarkanmu keluar, Goo Ae Jung, aku tak bisa”.
Ae Jung mengaku salah, ia mendekati alarm dan menanyakan kode passwordnya.
Dokko Jin berdiri, “Kau ingin aku mengatakan password pelindungku?” Ia takkan mungkin memberi tahu Ae Jung rahasia pelindungnya.
“Go Ae Jung, aku Dokko Jin. Aku orang yang spesial. Lagipula, kau tak bisa keluar masuk begitu saja”. Dokko Jin membahas soal hatinya.
Sementara Ae Jung membahas soal rumah Dokko Jin, “Ya, aku mengerti. Aku tak akan masuk, jadi biarkan aku keluar”.
“Aku tak bisa lagi membiarkanmu keluar, Goo Ae Jung, aku tak bisa”.
Ae Jung mengaku salah, ia mendekati alarm dan menanyakan kode passwordnya.
Dokko Jin berdiri, “Kau ingin aku mengatakan password pelindungku?” Ia takkan mungkin memberi tahu Ae Jung rahasia pelindungnya.
Di luar dugaan, Ae Jung dengan mudah berhasil membukanya. Dokko Jin molohok, Siapa sebenarnya Ae Jung yang masuk begitu mudah dalam kehidupannya?. Padahal Ae Jung asal nebak, angka aman jantungnya Dokko Jin adalah antara 60 dan 90 dan itulah passwordnya. Setelah meyakinkan kalau ia takkan bebas keluar masuk walau tahu passwordnya dan menyarankan lebih baik Dokko menggantinya, Ae Jung keluar. Dokko Jin shock, perlahan ia duduk masih belum percaya, “Ae Jung, telah melucutiku”.
Kuis “couple making” telah tayang, Pil Joo seperti seleb dadakan, pengunjung RSnya banyak yang diam-diam memperhatikannya bahkan memotretnya memakai ponsel.
Tuan Goo dan Hyung Kyu datang ke RS Han untuk menyelidiki Pil Joo dengan seragam bling-bling. Mereka bertemu dengan ibu Pil Joo yang salah sangka menganggapnya ayah Se Ri.
Dokko Jin terpaksa memencet hidungnya agar tak di kenali staf MBS yang menghubunginya karena memenangkan hadiah polling. Ia menyalahkan tangannya yang tempo hari memilih Ae Jung dalam polling internet (ep3).
Dokko Jinpun bergegas ke kantor agencynya untuk mencegah Ae Jung melihat kotak hadiah untuknya. Tapi ternyata Ae Jung telah ada duluan disana dan sedang memegang kotak itu. Dokko Jin buru-buru merebutnya sebelum Ae Jung sempat membukanya.
Setelah mendapatkan hadiahnya, Dokko Jin berbincang dengan Kepala Moon. Kepala Moon menawarkan peran dalam drama yang di adaptasi dari Mahnwa, ia menyarankan Dokko Jin mengambil peran itu utuk mengimbangi perannya terakhir yang cenderung gelap.
Ae Jung kemudian mendatangi RS Han, untuk mengembalikan pulpen kesayangannya Pil Joo. Matanya tertuju pada seorang wanita yang sedang berbicara pada bayi yang di gendong pengasuhnya. Wanita itu Mi Na salah satu anggota NTG. Ae Jung berusaha mengejar dan memanggilnya, namun niatnya di urungkan, ia bersembunyi di belokan lorong dan menerawang 10 tahun yang lalu.
Sepertinya Mi Na berniat bunuh diri, ia menangis memohon pada Ae Jung yang berusaha menghentikannya.
Melihat Mi Na bahagia, Ae Jung tetap ditempatnya memperhatikannya sambil tersenyum.
Pil Joo memanggil Ae Jung, Mi Na yang mendengarnya ingin tahu apa memang Ae Jung yang di kenalnya ada di situ. Ae Jung berterus terang pada Pil Joo ia tak ingin terlihat, Pil Joo pun berusaha menutupi Ae Jung yng bersembunyi di balik punggungnya.
Setelah kepergian Mi Na, tak lama datang 2 suster Pil Joo, salah satunya yang akan menikah bulan depan mengeluhkan Pil Joo yang tak sensitif. Pil Joo bermaksud mendatangi susternya, Ae Jung melarang dengan alasan wajar kalau pegawai mengeluh soal bosnya. Ternyata yang dimaksud tidak sensitif itu adalah soal ide Pil Joo yang menyarankan Ae Jung yang menyanyi di pernikahannya nanti. Dengan rumor-rumor buruk tentang Ae Jung, suster itu yakin pernikahannya akan rusak.
Pil Joo yang tak ingin Ae Jung terluka, menutupi kuping Ae Jung agar tak mendengarnya. So Sweet Pil Joo. Saat di antar ke tempat parkir, Ae Jung yang meminta Pil Joo agar tak usah mengkhawatirkannya.
Namun Pil Joo tahu, Ae Jung tak sekuat itu, ia memegang pergelangan tangan Ae Jung dan menunjukkan titik saraf yang harus ditekan untuk menenangkan diri. Ia juga mengingatkan kalau lain kali Ae Jung merasa terluka, dibanding memaksakan tersenyum akan lebih efektif jika Ae Jung menekan titik itu saja. Pil Joo mengaku baginya, Ae Jung itu bersinar dan menyenangkan. Ia tak menyangka imej keartisannya bisa melukai Ae Jung sendiri, untuk itu ia minta maaf.
Ae Jung menemui Jenny, mereka berandai-andai jika mereka bukan selebritis.
Agency Dokko Jin bertemu dengan agency Se Ri, mereka menandatangani kesepakatan untuk pembuatan iklan sebagai pasangan.
Dokko Jin mendatangi rumah Ae Jung, ia meneelponnya. Ae Jung sedang di jalan saat ponselnya berbunyi, kali ini nama Dokko Jin diganti pake password rumahnya 6090, wkwkwk tiap habis berantem nama Dokko Jin berubah-ubah..
Kesal Ae Jung tak mengangkat teleponnya Dokko Jin masuk ke halaman rumah Ae Jung. Ia bertemu dengan Hyung Kyung dan memangilnya Ding Dong. Hyung Kyung memberi tahu jika bibinya tak di rumah. Dokko Jin mengamati rumah itu yang menurutnya ‘tak layak’. Ia menanyakan harga sewa rumah itu, tapi kemudian sadar anak umur 7 tahun tak mungkin mengetahuinya.
“Ajussi, apa kau akan menikahi bibiku?”.
“Apa?”
“Kata kakekku, jika kau pikir kau akan menikahi seseorang, maka kau akan selalu bertanya soal dia”
“Ding Dong!”jawab Dokko Jin setengah teriak mengagetkan Hyung Kyung, “Aku Dokko Jin!” wkwkwk inget Ki Soo pacarnya teh Na di Athena yang selalu ngomong, aku Ki Soo....
Menciumi pakaiannya yang beraroma tak enak, Dokko Jin menyesal mendatangi rumah Ae Jung. Sebelum masuk mobilnya, sebuah pesawat kertas buatan Hyung Kyung terbang dan jatuh di depannya. Dokko Jin memungut kertas itu, yang ternyata selebaran mengenai penampilan Ae Jung di sebuah klub malam. Ulang tahun debutnya Ae Jung akan dilaksanakan di sana.
“Ajussi, apa kau akan menikahi bibiku?”.
“Apa?”
“Kata kakekku, jika kau pikir kau akan menikahi seseorang, maka kau akan selalu bertanya soal dia”
“Ding Dong!”jawab Dokko Jin setengah teriak mengagetkan Hyung Kyung, “Aku Dokko Jin!” wkwkwk inget Ki Soo pacarnya teh Na di Athena yang selalu ngomong, aku Ki Soo....
Menciumi pakaiannya yang beraroma tak enak, Dokko Jin menyesal mendatangi rumah Ae Jung. Sebelum masuk mobilnya, sebuah pesawat kertas buatan Hyung Kyung terbang dan jatuh di depannya. Dokko Jin memungut kertas itu, yang ternyata selebaran mengenai penampilan Ae Jung di sebuah klub malam. Ulang tahun debutnya Ae Jung akan dilaksanakan di sana.
Kebalikan dari Ae Jung, Se Ri menyiapkan perayaan ultah debutnya dengan mewah. Ia terseyum membaca komentar di pagenya sementara 2 orang sibuk meriasnya.
Di ruang rias klub malam, Ae Jung yang sambil menunggu sambil makan kimbab menerima hadiah. Begitu pula Jenny dan Se Ri. Hampir bersamaan di tempat berbeda mereka membuka hadiah mereka, isinya adalah CD NTG plus setangkai daun Clover berdaun 4.
(=nama latinnya adalah trifolium repens normalnya adalah berdaun 3 helai dalam 1 tangkainya. Sedangkan Daun Clover yang berdaun 4 dalam 1 tangkainya adalah hal yang langka dan merupakan keajaiban, hingga dengan memilikinya mereka berharap keberuntungan).
Flashback 10 tahun yang lalu. Mi Na menemukan tangkai daun yang lalu mereka jadikan penyemangat pada waktu mereka gugup sesaat sebelum naik panggung.
Ae Jung tersedak Kimbap, selain itu ia juga merasa mual, atas saran Ae Hwan, ia kini beristirahat di mobilnya sambil menunggu giliran.
Ae Jung tersedak Kimbap, selain itu ia juga merasa mual, atas saran Ae Hwan, ia kini beristirahat di mobilnya sambil menunggu giliran.
Dokko Jin yang mengikuti Ae Jung kini melihatnya terpejam di mobilnya, perlahan ia mendekati mobil Ae Jung. Dokko Jin menatap wajah Ae Jung, lalu papan nama klub malam, lalu kembali ke wajah Ae Jung. (jadi inget City Hall waktu Jo Gook menghalangi sinar matahari menyilaukan Mi Rae yang sedang tertidur).
Terlihat wajah Dokko Jin melembut, tangan kirinya ia tempelkan ke jendela mobil seolah sedang menangkup wajah Ae Jung.............................................................................
Takkan tahu bagaimana hasilnya, kalau kita tak pernah mencoba.....
have a nice WeekEnd Guys!!^^
Always with Love from Ai Rf @pelangidrama.net
0 comments:
Post a Comment