Recent Post


[Sinopsis Novel] Putri Huan Zhu/ Huan Zhu Ge Ge II Bagian 8

Do you want to share?

Do you like this story?


Judul Asli : Huan Zhu Ge Ge II-3: Pei Xi Chong Chong
Pengarang : Chiung Yao (Qiong Yao)
Penerbit : Crown Publishing Co., Taipei – Thaiwan.

Judul Bahasa Indonesia: Putri Huan Zhu II-3: Di Ujung Nestapa
Alih bahasa : Pangesti A. Bernardus (koordinator), Yasmin Kania Dewi, Tutut Bintoro
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, Maret 2000 (Cetakan Pertama)

Cerita Sebelumnya:
Suatu malam usai merayakan selamatan Xiao Yanzi di Paviliun Shuofang, Hanxiang ditunggui Qianlong di Graha Baoyue. Qianlong mendekati Hanxiang lagi. Mencoba merayunya dan memanfaatkan kondisi Hanxiang yang sedang mabuk. Hanxiang terdesak sehingga mengelurkan belati dan melukai Kaisar. Meski berusaha ditutupi, peristiwa ini akhirnya bocor ke telinga Ibu Suri. Dan tanpa menunda-nunda lagi, Ibu Suri pun menganugerahkan kematian kepada Hanxiang…



VIII

“Dia meninggal?!?” Ziwei bertanya histeris. Dia, Xiao Yanzi dan lain-lainnya bergegas kembali dari Graha Huipin begitu mendapat pesan dari Qing’er.

Qing’er telah menunggui mereka di depan Gerbang Paviliun Shuofang seperti orang linglung.

“Belum! Selir Xiang dibawa ke Graha Baoyue. Dia diijinkan meninggal secara terhormat di tempat tidurnya!”

Xiao Yanzi berteriak, “Apa bedanya diijinkan meninggal terhormat? Kalau mati ya mati!” – Dia melesat seperti kesetanan menuju Graha Baoyue.

Qing’er tidak berani terang-terangan dicap mendukung Selir Xiang, Xiao Yanzi dan kawan-kawan. Merasa tugasnya untuk memanggil Xiao Yanzi dan yang lainnya kembali telah selesai, dia pun kembali ke Istana Zhuning. Dengan berat hati, Qing’er hanya bisa membantu Hanxiang sampai sini. Selanjutnya tergantung pada nasib.

Sampai di Graha Baoyue, Xiao Yanzi, Ziwei dan Jinshuo menerjang ke kamar Hanxiang. Sementara Erkang dan Yongqi menunggu di luar. Hanxiang tengah berbaring di tempat tidur. Napasnya lemah dan wajahnya pucat. Weina serta Qina menangis di dekatnya. Melihat pemandangan itu, jiwa Ziwei dan Xiao Yanzi serasa hancur.

“Selir Xiang! Selir Xiang!” seru Xiao Yanzi. “Racun apa yang kau minum? Kenapa kau mau begitu saja disuruh minum racun? Lekas muntahkan! Masih belum terlambat!”

Jinshuo tiba-tiba teringat sesuatu. “Pil Yixiang! Lekas cari pil Yixiang! Waktu Nona sekarat dulu, pil itulah yang menyelamatkan nyawanya! Dimana pil itu disimpan?”

Weina dan Qina menggeleng tidak tahu. Akhirnya Jinshuo mencarinya sendiri. Dia membongkar laci-laci dan lemari untuk mencari pil tersebut.

Tiba-tiba Hanxiang membuka matanya dan menatap mereka. Xiao Yanzi menjerit. “Dia siuman! Selir Xiang, tabib akan segera datang! Kau harus bertahan! Jangan menyerah!”

“Selir Xiang, pertahankan napasmu!” pinta Ziwei. “Ingat Meng Dan! Pikirkan rencana besar kita!”

Hanxiang menatap keduanya tanpa daya. Dia mencoba bicara tapi suaranya nyaris tak terdengar.

“Katakan padanya…, katakan… aku sebetulnya ingin bertemu dengannya lagi…”

“Bertahanlah! Kami akan cari akal agar dia bisa menemuimu lagi!”

“Maafkan aku… kalian sudah begitu bersusah payah…tapi semuanya sia-sia!”

Kepala Hanxiang jatuh terkulai. Dia pingsan. Xiao Yanzi menjerit, “Jangan mati! Selir Xiang! Kumohon jangan mati!”

Tepat saat itulah Qianlong tiba dengan langkah terhuyung. “Selir Xiang! Ada apa denganmu?!”

Melihat Hanxiang yang berbaring tak sadarkan diri dengan kepala terkulai di pangkuan Ziwei, perasaan Qianlong langsung terguncang.

Ziwei mengguncang Hanxiang sekuat tenaga. Sementara Xiao Yanzi memaksa mulut Hanxiang terbuka dan menekan perut gadis itu agar muntah. Keduanya mulai menangis.

“Bangunlah! Kumohon jangan menyerah! Demi kami semua!”

Setelah bersusah payah mencari, akhirnya Jinshuo menemukan pil Yixiang di lemari. Dia pun berseru, “Ketemu pil Yixiangnya! Lekas! Ambil segelas air!”

Weina dan Qina lekas-lekas menuang air. Qianlong maju dan mengambil alih Hanxiang dari Ziwei. Dibukanya mulut Hanxiang dan berkata, “Xiao Yanzi! Lekas masukkan pil Yixiang ke mulutnya!”

Xiao Yanzo mengambil sebutir pil dan memasukkannya ke mulut Hanxiang. Setelah itu dia menuangkan air. Akan tetapi Hanxiang sudah tidak mampu menelan. Air yang masuk ke mulut itu tumpah keluar.

“Dia tak bisa minum lagi… bagaimana ini?” Xiao Yanzi panik.

Jinshuo berpikir lagi lalu berseru, “Tak perlu air! Waktu Nona dulu juga tidak pakai air. Tutup saja mulutnya agar pilnya tertelan!”

Qianlong mengatupkan mulut Hanxiang. Dia berkata tegas.

“Selir Xiang! Telanlah! Jangan membuatku menyesal seumur hidup! Aku begitu menyayangi dan mengasihimu! Tak kuijinkan kau mati!”

“Aku akan memaksanya untuk menelan!” kata Xiao Yanzi. Dia membungkuk dan meniupkan udara ke mulut Hanxiang.

Terdengar kerongkongan Hanxiang berdeguk. Tandanya pil telah tertelan masuk. Qianlone bertanya, “Pilnya masih ada berapa butir?”

“Masih ada tiga,” jawab Jinshuo.

“Lagi! Lagi! Minumkan saja semuanya!” seru Xiao Yanzi. “Dia sudah keracunan! Tak usah memikirkan keracunan lagi atau tidak!”

“Tak perlu bimbang!” perintah Qianlong. “Aku pertaruhkan segalanya! Minumkan semua pilnya!”

Hanxiang tetap tak bergeming. Xiao Yanzi bersimbah peluh dan air mata. Dia berhasil memasukkan ketiga pil tapi Hanxiang masih belum menunjukkan reaksi apa-apa. Xiao Yanzi pun memekik pilu, “Selir Xiang! Kumohon bangunlah!”

Tiba-tiba Jinshuo berkata, “Dulu waktu Nona meminum pil Yixiang, perlu menunggu beberapa saat untuk melihat hasilnya. Sebaiknya, Selir Xiang sementara dibaringkan saja untuk menunggu reaksinya.

Mendengar perkataan Jinshuo, Qianlong pun membaringkan Hanxiang ke ranjang. Dia dan lain-lainnya berdiri di sisi pembaringan – menunggu.

Lalu, masuklah seekor kupu-kupu ke dalam kamar. Kemudian, lebih banyak kupu-kupu lagi masuk lewat jendela. Semuanya tercengang melihat begitu banyak kupu-kupu terbang menghampiri Hanxiang. Mendadak kamar itu dipenuhi aroma harum yang amat menyengat. Keharuman itu mula-mula menyelimuti seluruh ruangan, lalu memenuhi seluruh Graha Baoyue. Kejadian ini benar-benar menakjubkan. Perasaan mereka bergetar menyaksikan kerumunan kupu-kupu itu…

Hanxiang terbaring diam di tempat tidur. Napasnya semakin lemah namun kecantikannya tetap terpancar. Kupu-kupu mengelilingi tempat tidurnya dan hinggap di sekujur tubuhnya. Pemandangan itu sangat memesona. Kupu-kupu menyelimuti tubuh Hanxiang hingga dia nampak seperti bidadari yang sedang tidur. Sungguh pemandangan yang sangat indah sekaligus menyedihkan.

Ziwei berkata sambil menangis, “Kupu-kupu itu datang untuk mengucapkan selamat tinggal! Dia akan pergi! Jiwanya gagal diselamatkan!”

Xiao Yanzi menyanggah, “Tidak! Kupu-kupu itu datang bukan untuk mengantarnya – tapi untuk melindunginya!”

Hati Qianlong sungguh pilu. Dia bergumam, “Tak kusangka – cintakulah akhirnya membunuhnya…”

Weina dan Qina pun hanya bisa menangis dan bergumam sesuatu dalam bahasa Hui.

Empat Tabib yang dipanggil memasuki Graha Baoyue dan mereka terkesima dengan pemandangan di kamar itu. Keempatnya diam tak bergerak.

Lalu, satu-persatu kupu-kupu itu meninggalkan Hanxiang. Xiao Yanzi berteriak, “Kupu-kupu! Jangan pergi! Dia belum meninggal…!”

Qianlong melambaikan tangan ke arah keempat Tabib. “Cepat periksa!”

“Daulat, Yang Mulia!”

Keempat tabib bergegas memeriksa nadi dan pupil mata Hanxiang. Setelah itu mereka sibuk berdiskusi dan lanjut memeriksa lagi dengan serius.

Yang lainnya tengah menunggu sambih menahan napas. Lalu Tabib Hu maju dan melapor pada Qianlong.

“Mohon Yang Mulia mampu mengendalikan perasaan. Selir Xiang… telah tiada!”

Xiao Yanzi langsung menjerit histeris. “Tidaaak!!!” Dia menghambur ke pembaringan dan mengguncang Hanxiang. “Kau harus hidup! Apa yang bisa kau lakukan kalau kau mati? Kau tak akan menjadi angin maupun pasir! Kau tak memiliki apa-apa kalau kau mati!”

Ziwei bersimbah air mata. Menangis di pelukan Jinshuo.

Di aula, Erkang dan Yongqi mendengar histeria dari kamar – langsung merasa putus asa. Erkang teringat Meng Dan. Dia berucap lirih, “Meng Dan, maafkan kami…”

Sementara itu pada saat bersamaan, di Graha Huipin, Meng Dan sedang melihat ke arah istana dari jendela kamarnya. Tiba-tiba tercium olehnya aroma harum yang akrab dengannya. Aroma itu memenuhi udara, diikuti rombongan kupu-kupu yang terbang masuk dan keluar dari istana.

Meng Dan langsung mendapat firasat buruk. Sesuatu telah terjadi pada Hanxiang! Kemungkinan, Hanxiang sekarang tengah berjuang antara hidup dan mati! Meng Dan tak mamapu menerima kenyataan Hanxiang meninggalkannya. Mendadak, Meng Dan mengerahkan segenap kekuatannya dan berteriak keras ke arah istana, “HANXIANG…..!!!!!”

Hanxiang telah terbaring dalam damai. Sayup-sayup, didengarnya suara Meng Dan… Sekonyong-konyong mata Hanxiang langsung terbuka.

Xiao Yanzi, Ziwei, dan orang-orang lainnya di dalam kamar terbelalak. Mereka nyaris tak bisa mempercayai penglihatan mereka!

“Dia memanggilku!” bisik Hanxiang. Tiba-tiba Hanxiang terduduk di pembaringannya.

Ziwei tak percaya. “Dia.. hidup lagi???”

Keempat tabib menyaksikannya dengan menganga. Sungguh tak bisa dipercaya! Serentak mereka memeriksa Hanxiang kembali.

Tabib Hu berlutut di hadapan Qianlong. “Lapor Yang Mulia, Selir Xiang hidup kembali! Benar-benar mukjizat! Mungkin pil Yixiang berhasil menawarkan racunnya!”

“Dia hidup lagi?” Qianlong terlalu kaget hingga nyaris tak mampu bersuara. “Ah, terima kasih pada Langit! Terima kasih karena telah memberi kesempatan padaku untuk membahagiakannya sekali lagi…”

Meski sudah sadar, kondisi Hanxiang tetap lemah. Ekspresinya tampak kosong.

Xiao Yanzi menyalurkan kegembiraannya dengan berteriak-teriak, “Selir Xiang hidup lagi! Kau sungguh hebat bisa mengalahkan dewa maut!”

Ziwei dan Jinshuo langsung menghambur ke sisi pembaringan. Hanxiang menyaksikan semuanya tanpa berkata apa-apa. Air mata mengalir di sudut matanya.

Di aula, Erkang dan Yongqi juga tak percaya. “Dia hidup lagi!” seru Yongqi.

“Ini adalah salah satu keajaiban yang kita alami!” Erkang mengendus-endus udara. “Tak ada bau harum lagi…”

Yongqi juga mencium udara di sekitarnya. “Benar! Bau harum yang tadi menyengat sekarang tak ada lagi. Kenapa bisa, ya? Jangan-jangan cuma sementara?”

“Mungkin saja… atau…,” Erkang berbisik lirih. “Jangan-jangan Tuhan telah mengambil kembali anugerahnya dari Selir Xiang. Tuhan telah melenyapkan aroma tubuh Selir Xiang – sekaligus melenyapkan beban yang dideritanya. Selir Xiang bangkit dari kematian – itu seperti memulai suatu kehidupan baru. Selir Harum sudah tak ada. Yang ada sekarang hanya Selir Xiang yang tak lagi berbau harum.”

“Maksudmu?”

Mata Erkang berkilat-kilat. “Tanpa bau harum di tubuhnya itu, Selir Xiang akhirnya bisa meraih kebahagiaan seperti orang lain pada umumnya…”

Yongqi akhirnya mengerti. Erkang mendesah. “Manusia sebenarnya begitu kecil. Dia tak pernah bisa tahu apa rencana Tuhan padanya…”

Yongqi menyambung, “Tapi manusia juga hebat. Mereka bisa menyambut rencana Tuhan dengan segenap perasaannya…”

***

Malamnya, Erkang dan Yongqi langsung pergi menemui Meng Dan di Graha Huipin dan menceritakan seluruh peristiwa tadi. Meng Dan mendengarnya dengan terpaku. Setelahnya itu dia tampak seperti orang linglung.

“Jadi Hanxiang sudah tak berbau harum lagi?” Meng Dan bertanya dan diiyakan oleh Erkang dan Yongqi penuh keyakinan. “Terima kasih, ya Allah… akhirnya engkau mendengar doa-doa kami….”

***

Di Graha Baoyue, Hanxiang masih terbaring lemah dan setengah sadar. Dalam tidurnya, dia terus-menerus mengigau nama Meng Dan.

“Meng Dan… Meng Dan…”

Ziwei yang sedang mengompres Hanxiang, pura-pura menyeka keringat gadis itu tapi malah menutup mulutnya dengan sapu tangan.

Qianlong yang duduk dekat situ langsung bertanya, “Dia bilang apa?”

”Katanya peitan, peitan – selimut!” sambung Xiao Yanzi.

Qianlong agak curiga mendengarnya. Ziwei dengan susah payah membujuk Qianlong agar meninggalkan Graha Baoyue. Jika Qianlong masih terus duduk di sana dan mendengar Hanxiang mengigau nama pria lain, bisa gawat.

Akhirnya dengan enggan, Qianlong meninggalkan Graha Baoyue. Sebelum pergi, Qianlong berkata dengan tulus, “Aku sangat berterima kasih pada kalian… Hari ini kalian telah berusaha keras menyelamatkan Selir Xiang. Aku memiliki banyak putri tapi hanya kalian yang begitu baik pada selirku…”

Xiao Yanzi dan Ziwei saling bertatapan sejenak. Mereka waswas.

“Huang Ama, kami menyelamatkan Selir Xiang bukan karena dia selir Anda – tapi karena dia telah kami anggap sebagai kawan baik…” ucap Xiao Yanzi.

Qianlong menatap Hanxiang sekilas. “Gadis seperti ini… bukan hanya menggetarkan perasaanku. Bahkan kalian pun tak mampu membencinya!”

Tapi rupanya Qianlong tidak langsung ke kediamannya usai dari Graha Baoyue. Dia malah mengunjungi Istana Zhuning. Dan seperti telah diduga, Ibu Suri sudah mendengar berita Slir Xiang yang bangkit dari kematian. Permaisuri serta Bibi Rong juga berada di sana.

Qianlong menatap Ibu Suri dengan muram dan serius.

“Huang Thaihou! Dulu, Anda nyaris mencelakakan Ziwei! Tak tahunya hari ini ada kejadian lebih tragis! Jika Huang Thaihou bermaksud membunih Selir Xiang, itu berarti sama saja seperti membunuh diriku!”

Ibu Suri kaget sekali. “Yang Mulia! Kenapa kau bicara begitu?”

Qianlong berkata ketus, “Huang Thaihou! Perasaanku pada Selir Xiang, baik atau buruk, tak akan Anda pahami! Siapa saja yang menyakitinya, sama saja seperti menyakitiku! Meski Anda adalah ibu kandungku, jangan menggunakan alasan cinta orang tua untuk melakukan hal-hal yang aku benci! Jangan paksa aku menjadi anak yang tak berbakti!”

Qianlong membungkuk memberi hormat, lalu keluar dari Istana Zhuning.

Ibu Suri terbelalak. Lidahnya kelu. Permaisuri dan Bibi Rong memucat. Hanya Qing’er yang diam-diam lega, karena Hanxiang telah lolos dari maut dan Qianlong tidak mengamuk di Istana Zhuning.

***

Keesokan harinya, Hanxiang masih belum sadar sepenuhnya. Dia terus mengigau memanggil nama Meng Dan. Beberapa kali dia seperti bermimpi buruk. Kepala dan tubuhnya bergerak-gerak gelisah sambil berteriak-teriak memanggil Meng Dan.

Xiao Yanzi dan Ziwei sedih melihatnya. Akhirnya Xiao Yanzi tak tahan lagi. Dia meminta Erkang dan Yongqi membawa Meng Dan lagi masuk ke dalam istana.

Erkang memutar otak. “Dulu Meng Dan kemari dengan cara menyamar sebaga dukun. Kali ini apakah dia akan masuk dengan penyamaran yang sama? Apa nantinya tidak menimbulkan kecurigaan?”

Tak lama kemudian, Erkang mendapat ide. “Aku tahu! Seorang selir tengah sakit! Dukun boleh diundang untuk menyembuhkannya! Tak perlu memasukkan Meng Dan sembunyi-sembunyi! Sebaliknya, kita bisa memasukkannya terang-terangan! Tapi, semua ini harus terlaksana dengan bantuanmu, Xiao Yanzi!”

Erkang lalu memaparkan strateginya.

Hari itu ketika Qianlong datang berkunjung, Xiao Yanzi berkata, “Huang Ama, aku ingin memanggil dukun untuk mengobati Selir Xiang. Huang Ama masih ingat Ziwei dulu kan? Setelah kami memanggil dukun ke Paviliun Shuofang buat mengusir roh jahat, ternyata sejak itu kondisi Ziwei semakin membaik!”

“Dukun?” Qianlong ragu sejenak. “Baiklah, tak peduli manjur atau tidak, cara itu boleh dicoba asal bisa menolong Selir Xiang!”

***

Tak ada waktu untuk memikirkan matang-matang cara lain memasukkan Meng Dan ke istana selain dengan menyamar sebagai dukun.

Karena waktunya sangat mepet, persiapan mereka lakukan dengan cepat. Bahkan Xiao Jian dilibatkan meski pada awalnya Erkang kurang setuju. Dia masih meragukan kesetiaan Xiao Jian – apalagi dengan masa lalunya yang masih misterius.

Xiao Jian benar-benar senang ketika dirinya disertakan dalam tugas penyamaran ini. Dia menghayati perannya dengan serius.

Erkang juga mengkhawatirkan Meng Dan. Yang seluruh pikirannya dipenuhi oleh Hanxiang, tak dapat berkonsentrasi pada penyamarannya. Erkang sungguh cemas kalau Meng Dan-lah yang bisa mengacaukan rencana ini. Maka dia pun menaruh perhatian penuh pada pemuda itu.

Rombongan ‘dukun’ Meng Dan terdiri dari empat orang. Mereka masuk istana dan langsung menuju Graha Baoyue. Berita kurang bagusnya: Qianlong juga berada di sana hendak menyaksikan ritual!

Meng Dan menatap tajam Qianlong hingga hampir lupa berlutut menghaturkan salam. Qianlong lalu memberi instruksi, “Lekas lakukan upacaranya! Aku akan mengawasi kalian! Cukup lakukan ritualnya di aula ini saja! Tidak boleh sampai memasuki kamar tidur Selir!”

Keempat dukun terpana. Erkang dan Yongqi juga. Ziwei dan Xiao Yanzi segera mencari cara agar Qianlong pergi dari Graah Baoyue.

“Huang Ama, di sini ada kami. Sebaiknya Huang Ama kembali saja ke kediaman Anda untuk beristirahat sejenak. Kalau ritualnya sudah selesai, baru kemari lagi,” kata Xiao Yanzi.

“Tidak usah! Aku mau di sini dan melihat-lihat,” Qianlong menolak untuk pergi.

Melihat gelagat Qianlong, Meng Dan semakin intens menatapnya. Qianlong mendapati sorot mata yang dingin itu. Sejenak dia tertegun. Dia menoleh ke arah Xiao Jian dan mendapati sorot matanya lebih misterius lagi. Dalam hati Qianlong berpikir, mungkin para dukun ini punya ilmu saking tingginya sehingga memiliki sorot mata seperti itu.

Yongqi segera mempersilakan para dukun untuk memulai ritualnya. Meng Dan, Xiao Jian, Liu Qing dan Liu Hong pun mulai mengenakan topeng dan beraksi. Mereka membaca mantra sambil mengayun-ayunkan tongkat.

Xiao Jian menggerak-gerakkan tongkat sambil membaca sebuah mantra yang mirip puisi.

“Pepohonan musim semi begitu rimbun. Kini daun-dauunya berguguran. Seekor burung meninggalkan kelompok, hatinya terisak memilukan. Berpisah dari kampung halamannya, dirinya ibarat telah mati. Hati dan pikiran membeku hingga jatuh sakit. Yang Mulia pun gamang dan cemas. Tiada ayah maupun ibu, sedih berkepanjangan. Dalam mimpinya pun hatinya hancur dan jiwanya terluka!”

Erkang terkesiap mendengarnya. Rasa waswasnya karena mengijinkan Xiao Jian ikut dalam rombongan ini mencuat. Bukan mantra pengusir setan yang diucapkan Xiao Jian – melainkan ‘narasi tragedi Selir Xiang’.

Semua mulai cemas. Ziwei berbisik pada Xiao Yanzi, “Xiao Jian itu sedang baca mantra atau puisi sih? Xiao Yanzi! Sebaiknya kau lekas pikirkan sesuatu agar Huang Ama pergi dari sini!”

Xiao Yanzi berpikir-pikir. Dia pun mendapat ilham. Dia mendekati meja dan mengambil semangkuk air. Dikulumnya seteguk lalu mulai menyemburkannya ke seluruh ruangan.

“Phuuuh! Phuuuh!” – sampai ke depan Qianlong, “Phuuuh! Phuuuh!”

Qianlong yang setengah melamun tiba-tiba kaget disembur Xiao Yanzi. “Xiao Yanzi! Apa yang kau lakukan?”

Xiao Yanzi buru-buru melap baju Qianlong. “Aiya! Maafkan aku, Huang Ama! Dukunnya tadi bilang kalau setiap sudut ruangan harus disembur air – jadi aku pun menyemburkan air!”

“Huang Ama sebaiknya pergi saja dulu. Anda kan Kaisar. Para dukun barangkali tidak mampu memperlihatkan kemampuan mereka kalau Huang Ama masih di sini!”

Qianlong pasrah akhirnya berkata, “Baiklah. Kalian lanjutkan saja di sini. Aku akan berganti pakaian dulu!”

Qianlong pun meninggalkan Graha Baoyue.
Meng Dan bergegas membuka topengnya lalu masuk ke dalam kamar Hanxiang. Ziwei menutup puntu dan berjaga di luar.

Di dalam kamar Hanxiang terbaring lemah. Meng Dan berlutut di tepi ranjang dan menatap Hanxiang dengan seksama.

Seolah merasakan kehadiran kekasihnya, mata Hanxiang bertemu dengan mata Meng Dan. Dia pun berkata, “Meng Dan? Sepertinya aku bermimpi sedang melihat kedatanganmu…”

Meng Dan menggenggam telapak tangan Hanxiang lalu menciumnya. “Ini memang aku! Aku benar-benar datang!” Meng Dan mengangkat punggung Hanxiang dan memeluknya. “Aku Meng Dan-mu! Hanxiang…, kuatkanlah dirimu demi aku!”

Hanxiang tersenyum tipis. “Meng Dan, kau benar-benar datang… aku rela mati karena bisa bertemu denganmu sekali lagi…”

“Apa maksudmu dengan kau rela mati? Kau jangan sampai mati! Sebab aku akan membawamu keluar dari istana ini! Tapi kau harus bekerja sama. Aku tak dapat melakukan hal itu sendirian tanpa dirimu!”

Hanxiang pun sadar sepenuhnya. Ditatapnya Meng Dan penuh semangat. Dia bahkan akhirnya bisa tertawa kecil.

Meng Dan langsung mencecoki Hanxiang. “Dengar! Sekarang waktu kita tidak banyak! Pertemuan kita inis angat berbahaya dan mempertaruhkan banyak nyawa! Sepuluh hari lagi kita akan melaksanakan rencana besar kita! Karenanya dalam sepuluh hari kau harus cepat sehat!”

“Kau harus berani dan lebih kuat! Hidup dan harapan kita sekarang berada di tanganmu! Jika kau menyerah maka kita akan kalah! Lekaslah sembuh! Minum obat dan dengarkan petunjuk tabib! Aku benar-benar mencintaimu sedalam-dalamnya…”

Hanxiang mendengar perkataan Meng Dan dengan penuh perasaan. “Aku tahu… Aku akan menurutimu…”

“Jangan sia-siakan kesempatan ini! Kali ini kita pasti berhasil! Aku akan mendukungmu dengan segenap kekuatanku!”

Hanxiang mengangguk-anggukkan kepala. Meng Dan pun memeluknya dengan erat.

Di aula, semua tampak tegang dan gelisah. Erkang menanyai Xiao Jian, “Tadi itu kau membaca mantra apa? Sama sekali tak ada hubungannya dengan mengusir setan! Aku benar-benar cemas mendengarnya!”

“Kaisar tidak memerlukan mantra pengusir setan,” sergah Xiao Jian. “Jadi kubacakan saja dia mantra pembuka perasaan. Kalau dia memang seorang pemimpin yang bijak dan murah hati, ‘mantra’ tadi tentu ampuh! Aku juga sudah mempersiapkan beberapa ‘mantra’ lain yang akan kubacakan satu persatu padanya!”

Ziwei membelalakkan mata. “Kau masih mau membacakan ‘mantra’ lain? Kau tak takut bakal mengacaukan semuanya?”

Xiao Jian terdiam sesaat lalu tersenyum misterius. “Kalian tak perlu tegang. Kurasa reaksi dari mantra tadi cukup baik. Sesungguhnya aku sangat menaruh minat pada Kaisar Qianlong ini…”

Yongqi langsung waswas. “Xiao Jian! Hari ini kami tidak memintamu mengurus Huang Ama! Kumohon padamu bantulah kami!”

Ekspresi Xiao Jian langsung kembali menjadi serius. Dia menyoja, “Maafkan aku! Aku menyadari kesalahanku!” Lalu dia mendesah, “Aih, sayang sekali – padahal aku sudah susah payah bertemu dengan Kaisar yang satu ini…”

“Kau ini mau bekerja sama atau tidak? Kalau kau bertindak sembrono, kau bakal mencelakakan kita semua!”

Tiba-tiba dari luar terdengar seruan kasim, “Kaisar tiba!”

Semua orang terlompat kaget. Para dukun segera mengenakan topeng mereka kembali. Ziwei melesat ke kamar dan berkata panik, “Meng Dan! Lekas keluar dari sini!”

Meng Dan enggan meninggalkan Hanxiang. Sementara di luar Qianlong sudah melangkah masuk.

“Meng Dan! Jangan lama-lama seperti itu!”

Meng Dan pun mencari cara untuk keluar dari kamar itu. Dia melompat keluar jendela dan melayang ke balkon bawah.

Ziwei buru-buru melesat ke pintu untuk menghadang Qianlong. Keduanya nyaris bertabrakan.

Melihat wajah Ziwei yang tegang dan napasnya yang memburu, Qianlong langsung cemas.

“Kenapa? Apakah keadaan Selir Xiang kembali memburuk?”

Qianlong bergegas menuju tempat tidur Hanxiang. Dia terkejut sekaligus gembira. “Kau sudah sadar? Benar-benar sudah sadar?”

Hanxiang duduk tegak di tempat tidur. Menatap Qianlong dengan penuh semangat. Wajahnya bercahaya.

“Yang Mulia!” katanya. ‘Aku sudah benar-benar sadar. Aku merasa lapar. Aku ingin makan…”

Qianlong gembira bukan kepalang. “Ziwei! Cepat suruh koki istana menyiapkan makanan bagi Selir Xiang!”

“Baik!” ucap Ziwei sambil sekilas melihat balkon yang sudah kosong oleh sosok Meng Dan.

Qianlong berjalan menghampiri Hanxiang dan menggenggam tangannya.

“Mantra para dukun tadi rupanya sangat ampuh. Roman wajahmu jauh lebih segar. Pikiranmu juga lebih jernih. Aku semula tidak pernah percaya dengan hal-hal klenik semacam itu. Tapi kelihatannya, itu manjur juga!”

Di aula, semua orang masih belum pulih dari ketegangan. Erkang bergegas menarik Meng Dan dan lainnya seraya berkata, “Sudah cukup ritualnya. Para dukun, aku akan mengantar kalian keluar istana!”

Di atas kereta kuda, Meng Dan berkata pada Erkang dan Yongqi, “Semakin cepat Hanxiang keluar istana, semakin cepat aku tak akan merepotkan kalian lagi!”

Yongqi berkata, “Tentu saja aku sudah tak sabar itu terjadi. Sandiwara ini semakin berbahaya jika dimainkan. Benar-benar tak boleh diulangi lagi!”

***

Beberapa hari berlalu, kesehatan Hanxiang semakin pulih. Xiao Yanzi dan kawan-kawan pun mulai sibuk mempersiapkan pelariannya.

Erkang dan Yongqi bolak-balik Graha Huipin unutk merencanakan rute pelarian. Yang jelas, Meng Dan dan Hanxiang tidak boleh kembali ke Xinjiang.

Xiao Jian memberi Meng Dan tiga pucuk surat rahasia yang hanya bisa dibuka setelah sampai di desa pertama dalam rute pelarian. Xiao Jian tidak akan ikut mengantar Meng Dan dan Hanxiang ke tempat pelarian pertama mereka. Hanya Liu Qing dan Liu Hong yang pergi – sedang Xiao Jian tetap tinggal di Graha Huipin.

Usai mendengar rute pelariannya, Meng Dan menatap kawan-kawannya satu-persatu. Teringat olehnya ketika meninggalkan Xinjiang demi mengejar Hanxiang, dia telah mengalami banyak rintangan. Sungguh tak diduga, dia malah berkenalan dengan Yongqi, Erkang dan lain-lainnya. Orang-orang yang hari ini mati-matian menolong dan membelanya justru adalah putra-putri terdekat Kaisar Qianlong sendiri! Dimana Hanxiang seharusnya berkewajiban mengabdikan dirinya seumur hidup.

Meng Dan menyoja kemudian berlutut. “Aku Meng Dan, telah menerima budi besar kalian namun belum dapat membalasnya! Jika masih ada jodoh, semoga kita dapat bertemu lagi! Aku orang Hui ini – akan memberi hormat ala Manchu kepada kalian semua!”

Meng Dan bersujud tiga kali pada semua orang. Sahabat-sahabatnya berseru kaget serta buru-buru menyuruhnya berdiri.

***

Dalam sekejap, hari pelaksanaan rencana besar sudah di depan mata.

Semua berkumpul di Paviliun Shuofang untuk membahas rencana ini terakhir kalinya. Rencananya, pada malam hari-H, Hanxiang akan menyamar sebagai kasim dan keluar istana bersama Yongqi dan Erkang. Sedangkan Ziwei dan Xiao Yanzi akan menahan Qianlong di Istana Yanxi.

Qianlong telah melupakan ulang tahun Selir Ling beberapa waktu lalu dan merasa tidak enak padanya. Maka dia menyetujui usul Xiao Yanzi – Ziwei untuk mengadakan pesta kecil. Xiao Yanzi dan Ziwei bertekad akan membuat Qianlong mabuk berat hingga dia tak bisa beranjak dari Istana Yanxi untuk mengunjungi Graha Baoyue.

Usai berdiskusi, Ziwei berkata pada Hanxiang. “Aku tahu kau mencemaskan banyak hal. Lupakan saja semua kecemasan itu! Aku yakin suatu hari kelak Huang Ama pasti bisa menerima alasan pelarianmu. Karena Beliau adalah pemimpin yang arif dan berperikemanusiaan.”

Hanxiang menatap mereka semua dengan amat terharu. “Kalian telah memikirkan semuanya untukku! Rasa terima kasihku benar-benar sulit terungkapkan! Setelah aku pergi, apakah kalian bisa meloloskan diri?”

“Sudah kukatakan kau jangan cemas!” Ziwei memeluk Hanxiang. “Kau harus berhati-hati di perjalanan. Jaga dirimu. Setelah perpisahan ini, mungkin selamanya kita tak akan bertemu lagi!”

Air mata Hanxiang mengalir. Melihatnya, Xiao Yanzi juga ikut berpelukan. “Jangan menangis! Kalau kau menangis, kami semua akan ikut menangis!”

Ketiga gadis itu pun berpelukan dengan erat.

Malam terakhir di Kota Terlarang, Hanxiang mengucapkan kata-kata sarat makna pada Qianlong sewaktu sang Kaisar menjenguknya.

“Yang Mulia, dalam hatiku ada banyak rasa terima kasih. Juga penyesalan. Semenjak kedatanganku kemari, Baginda telah banyak memaklumi semua tabiatku serta segala sikapku yang tidak beralasan. Malam ini, aku hendak mengucapkan terima kasihku secara khusus pada Yang Mulia!”

Qianlong keheranan. “Mengapa tiba-tiba berkata begitu? Aku tidak akan mempermasalahkan semua hal yang pernah kau alami sebelum masuk istana. Kau Selir Harum yang tiada duanya. Aku selamanya menghargai dirimu!”

“Yang Mulia, aku telah kehilangan wangi tubuhku. Aku bukan lagi Selir Harum. Selir Harum telah dihukum mati oleh Ibu Suri. Kuharap kelak Baginda hanya melihatku sebagai Hanxiang saja!”

Qialong terpana. Sama sekali tidak curiga dengan maksud perkataan Hanxiang. “Baiklah! Mulai sekarang aku akan menganggapmu orang baru. Meski tubuhmu tak lagi berbau harum, aku sama tak peduli. Sekarang kau telah berubah menjadi begitu baik padaku, nada bicaramu penuh kehangatan. Aku sangat bahagia.”

Hanxiang merasa sulit membendung rasa bersalahnya. Untuk menutupinya, dia berdiri dan berkata, “Yang Mulia, aku akan menari bagi Anda!”

Weina dan Qina menyiapkan rebana dan gendang. Hanxiang pun mulai menari dengan lengan gaun yang berkibar-kibar ibarat kupu-kupu. Matanya sarat penyesalan dan permohonan maaf. Qianlong menatapnya dan tepana oleh tarian yang dibawakannya.

***

Akhirnya, hari pelaksanaan rencana besar pun tiba.

Pada malam itu, di Istana Yanxi diadakan makan malam untuk merayakan ulang tahun Selir Ling. Qianlong duduk bersama Selir Ling – ditemani Ziwei dan Xiao Yanzi.

“Huang Ama, Selir Ling! Kami bersulang bagi Anda berdua! Semoga Huang Ama senantiasa berbahagia! Saling mengasihi dengan Selir Ling! Dan semoga Selir Ling kembali dianugerahi empat anak!”

“Coba dengar, Xiao Yanzi ini kata-katanya selalu saja lain dari yang lain!” Selir Ling merasa geli. “Kalau aku melahirkan anak sampai sebanyak itu, aku akan jadi seperti induk babi…”

Semua tertawa. Ziwei mengangkat cawan araknya dan berkata, “Huang Ama, Selir Ling, aku juga bersulang pada Anda berdua!”

“Baik! Aku akan menandaskan isi gelasku!” kata Qianlong bersemangat.

Xiao Yanzi buru-buru mengisi cawan Qianlong lagi. “Aku ingin bersulang lagi dengan Huang Ama – untuk seorang Ayah yang amat kukagumi!”

“Baik! Aku minum secawan lagi!” Qianlong tertawa.

Xiao Yanzi kembali mengisi cawan Qianlong. Ziwei maju dan berkata, “Aku ingin bersulang pada Huang Ama. Semoga Huang Ama sudi memaafkan kesalahan-kesalahan kami! Aku memohon pengampunan pada Huang Ama!”

“Kau minta ampun untuk apa?” Qianlong terpana. “Aih! Baiklah pokoknya aku terima sulang kalian. Aku minum lagi!”

Ziwei dan Xiao Yanzi bergantian menuangi arak dan bersulang pada Qianlong. Meski Selir Ling bermaksud menghalangi mereka untuk tidak minum terlalu banyak, ketiganya tak menggubrisnya.

Setelah puas minum-minum, Qianlong berkata pada Selir Ling. “Suruh para dayang memanggil Selir Xiang kemari! Biar dia turut merasakan keramaian di sini!”

Ziwei dan Xiao Yanzi langsung pucat. Selir Ling agak terkejut dengan permintaan Kaisar sehingga terpana sesaat.

“Huang Ama!” seru Xiao Yanzi. “Jangan begitu dong! Malam ini kan kita sedang merayakan ultah Selir Ling. Kalau mengundang Selir Xiang kesini, itu kan kurang baik…”

Mendengar perkataan Xiao Yanzi, Selir Ling langsung salah tingkah.

“Ah, kita memang melupakan Selir Xiang! Aku akan meminta Lamei pergi memanggilnya…”

“Jangan! Jangan!” seru Xiao Yanzi panik.

“Tidak boleh begitu, Xiao Yanzi! Kalau aku tidak mengundang Selir Xiang, nanti aku dikira cemburu padanya. Tidak apa-apa, kok! Aku dan Selir Xiang kan harus menjalin hubungan baik…”

“Pokoknya tidak bisa!” Xiao Yanzi bersikeras. “Malam ini kan acaranya Selir Ling. Sekalipun Selir Xiang diundang kemari, belum tentu dia senang. Selir Ling, anda akui sajalah! Mana ada perempuan yang berhati lapang? Kalau memang cemburu, ya, bilang saja cemburu! Itu kan hal lumrah…”

“Haaa?” Selir Ling membelalakkan mata. Qianlong tertawa keras.

Xiao Yanzi berseru, “Huang Ama bersalah karena hendak mengundang Selir Xiang kemari! Huang Ama harus dihukum minum arak!”
“Baik! Baik! Aku memang salah! Tak perlu mengundang Selir Xiang kemari. Selir Ling, tetaplah di tempat dudukmu. Lamei, Dongxue! Ambil arak lagi dan tuang di sini sampai penuh!”

Qianlong mereguk isi cawannya sampai tandas. Xiao Yanzi buru-buru menyodorkannya lagi.

“Ha? Harus dihukum secawan lagi? Baik, baik, aku tetap akan meminumnya!”

Qianlong sama sekali tidak curiga. Dia meminum secawan demi secawan hingga isinya habis tak bersisa.

***

Sementara itu di Graha Baoyue, Hanxiang telah didandani menyerupai kasim kecil. Jinshuo, Weina dan Qina mengucapkan salam perpisahan padanya – lalu Erkang dan Yongqi pun mengambil alih.

Jinshuo memberi Hanxiang tanda pengenal Xiao Dengzi untuk berjaga-jaga, kalau sewaktu keluar nanti identitas Hanxiang ditanyai oleh penjaga gerbang.

Hanxiang naik ke atas kereta, duduk di kursi sais bersama Xiao Guizi dan Xiao Xunzi. Erkang dan Yongqi duduk di dalam kereta.

Kereta berderap menuju gerbang istana. kebetulan sekali, di depan gerbang ada kereta lain – jadi kereta mereka sementara tertahan.

Qing’er tampak sedang mengucapkan selamat tinggal pada penumpang di kereta depan. Penumpang di kereta itu pasti salah satu kerabat Kaisar yang tadi mengunjungi Lao Foye. Qing’er juga tampak sedang memeluk seekor anjing Peking. Melihat kereta yang ditumpangi Erkang dan Yongqi, dia tersenyum sambil melambaikan tangan pada mereka.

Erkang dan Yongqi membalas lambaian Qing’er dengan kaku. Setelah kereta di depan berlalu, tibalah giliran kereta Erkang dan Yongqi melintasi gerbang.

Para pengawal memberi salam pada Erkang dan Yongqi. Hanxiang yang belum pernah menghadapi saat-saat begini sangat tegang. Tubunya berkeringat dingin dan gemetar. Melihat gelagatnya, para penjaga gerbang itu jadi curiga.

“Sebentar… Sepertinya saya belum pernah melihat saudara yang satu ini…” salah seorang penjaga menghampiri Hanxiang dan melihatnya dengan seksama.

Hanxiang kaget sekali. Dia mundur ke belakang. Erkang segera menyurukkan kepala keluar kereta dan berseru, “Ini Xiao Dengzi!” Lalu dia berkata pada Hanxiang, “Mana tanda pengenalmu? Perlihatkan pada mereka!”

Hanxiang merogoh-rogoh mencari tanda pengenalnya. Karena geregetan, dia kesulitan menemukannya. Erkang dan Yongqi sudah gelisah. Mereka bersiap menghadapi kemungkinan buruk…

Tiba-tiba tampak sesosok bayangan melesat. Rupanya Qing’er! Dia sibuk berteriak, “Celaka! Anjing peliharaan Lao Foye kabur! Cepat bantu aku menangkapnya kembali! Anjing itu kesayangan Lao Foye!”

Perhatian para penjaga gerbang teralihkan. “Putri Qing, ada apa?”

Qing’er berseru cemas. “Anjing kesayangan Lao Foye! Dia kabur ke arah sana…”

Para pengawal dengan sigap mengejar anjing itu. Qing’er kembali berseru, “Lekas tangkap! Siapa yang berhasil menangkapnya akan mendapat hadiah!”

Para penjaga telah pergi. Erkang menatap Qing’er – yang kebetulan sekilas menatapnya juga, tersenyum sambil mengedipkan mata.

Yongqi segera memerintahkan untuk melaju kereta. Dia tampak ketakutan.

“Kau mengatur supaya Qing’er menolong kita?” tanya Yongqi.

“Tidak! Mana mungkin aku berani memberi tahu Qing’er soal rencana ini?”

“Lantas? Kenapa dia bisa datang tepat pada waktunya seperti tadi?”

“Aku juga tidak tahu….” Erkang menyibakkan tirai dan menanyai Hanxiang. “Bagaimana keadaanmu?”

Hanxiang mengelus dadanya. “Aku tidak apa-apa… hanya keget… apakah, kita benar-benar sudah keluar dari istana?”

“Benar! Lihatlah di sekelilingmu!”

Hanxiang melihat sekelilingnya dan melihat para pejalan kaki serta cahaya dari rumah-rumah penduduk. Tiba-tiba saja dia merasa terharu. Dia pun mulai menangis sambil berkata lirih, “Sungguh Allah Maha Besar! Aku akhirnya keluar dari istana! Aku telah keluar!”

***

Keesokan harinya, Kota Terlarang diguncangkan oleh suatu berita menggemparkan!

Xiao Yanzi, Ziwei serta Jinshuo melesat melintasi taman bunga, melewati berbagai gerbang dan menyusuri koridor panjang. Xiao Yanzi berteriak histeris.

“Huang Ama! Celaka! Selir Xiang berubah jadi kupu-kupu! Dia terbang dan pergi…!”

Ziwei yang biasanya lemah lembut juga ikut berteriak, “Huang Ama! Selir Xiang sudah berubah jadi kupu-kupu…!”

Teriakan itu membuat seluruh penghuni Kota Terlarang keluar dari kediaman mereka.

Qianlong telah keluar dari istananya dan bertanya serius, “Ada apa? Ada apa?”

“Huang Ama!” seru Xiao Yanzi. “Barusan kami bersama Selir Xiang di Graha Baoyue. Selir Xiang berputar-putar mencoba menarik perhatian kupu-kupu – lalu seketika dia lenyap dan berubah menjadi kupu-kupu! Kupu-kupu itu hinggap di tanganku, lalu di tangan Ziwei, kemudian dia terbang melewati tembok istana!”

Qianlong amat terkejut. Dia memelototi Xiao Yanzi. “Tidak mungkin! Xiao Yanzi! Kau bicara sembarangan!”

“Benar! Semua itu benar, Huang Ama!” Ziwei berkata sembari menelan ludah akibat perasaan bersalahnya. “Aku, Xiao Yanzi dan Jinshuo melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Selir Xiang berubah jadi kupu-kupu lalu terbang pergi!”

Banyak orang telah berkumpul disana, termasuk Erkang dan Yongqi. Erkang buru-buru menanggapi perkataan Ziwei, pura-pura terkejut.

“Mana mungkin ada kejadian macam begitu? Apa kalian sungguh-sungguh melihatnya?”

“Aku melihatnya!” Ziwei bersikukuh. “Selir Xiang berputar-putar, lalu mengabur seperti bayangan. Kemudian muncullah kupu-kupu putih bergaris merah. Dia terbang, terbang… semakin jauh!”

Yongqi buru-buru menimpali, “Kalau Ziwei sudah bilang begitu, pasti betul! Apa kalian masih ingat ketika Selir Xiang pingsan tempo hari, banyak kupu-kupu yang berterbangan memasuki Graha Baoyue? Kurasa, Selir Xiang itu bukan orang biasa… apakah dia itu dewi kupu-kupu?”

“Ah! Benar! Dia pasti bukan orang biasa! Dia seorang dewi!” Erkang berseru yakin.

Qinglong sangat terperanjat. Dia berusaha menyangkal. “Tidak mungkin! Benar-benar mustahil! Mana mungkin ada orang yang tiba-tiba berubah jadi kupu-kupu? Aku tidak percaya!”

Qianlong segera pergi ke Graha Baoyue. Yang lainnya mengikuti di belakang.

Permaisuri, Bibi Rong, Ibu Suri, Qing’er dan Selir Ling juga ikut ke Fraha Baoyue. Mereka juga penasaran, benarkah Selir Xiang berubah wujud menjadi kupu-kupu?

Di halaman Graha Baoyue, Weina dan Qina berlutut di lantai. Di depan mereka teronggok pakaian Hanxiang. Topi bulu unggas yang biasa dipakainya, anting-anting, gelang dan kalung tampak berserakan.

Qianlong benar-benar terperangah. Dia menghambur dan mencengkeram Weina dan Qina.

“Dimana majikan kalian?!”

“Putri… dia sudah pergi…,” ujar Qina terbata-bata.

“Putri…, dia telah berubah menjadi kupu-kupu… dan kembali ke tempat asalnya…,” Weina menimpali sambil menangis.

Qianlong amat panik. Dia menoleh pada Ziwei dan mengguncangnya.

“Ziwei! Katakan sejujurnya! Benarkah Selir Xiang berubah menjadi kupu-kupu? Jangan membohongiku!”

Nyali Ziwei nyaris ciut melihat Qianlong yang mengguncangnya dengan kalap.

“Huang Ama, maafkan kami… Kami tak berdaya menahan Selir Xiang. Kami hanya bisa menatap kepergiannya dengan terpana. Mungkin Selir Xiang memang bukan orang biasa. Sejak awal, dia memang sosok yang misterius. Kepergiannya kali ini pun tidak dengan cara biasa!”

Qianlong memekik histeris. “Tidak mungkin! Dia selirku! Kita telah merebutnya kembali dari maut, mengapa dia malah pergi dengan berubah menjadi kupu-kupu? Aku tidak percaya!”

Xiao Yanzi menarik lengan Qianlong dari Ziwei. “Huang Ama! Mungkin itu lebih baik. Selir Xiang sudah kembali ke tempat asalnya. Dia pasti lebih bahagia di sana. Dari sana dia pasti mendoakan kebahagiaan Huang Ama!”

Mendengar perkataan Ziwei dan Xiao Yanzi, Selir Ling pun berusaha membujuk Qianlong. “Yang Mulia, mungkin memang benar, Selir Xiang telah kembali ke tempat asalnya. Kita jangan mengikatnya lagi. Biarkanlah dia terbang bebas dan pergi!”

Erkang maju dan berkata pada Qianlong. “Perkataaan Selir Ling benar. Mungkin Selir Xiang hanya ‘impian kupu-kupu’ (impian asmara sesaat yang tidak bertahan lama) – bagi Yang Mulia…”

“’Impian kupu-kupu’?” Qianlong begitu terpukul mengucapkannya. “Tapi dia sangat nyata… Aku akan masuk ke dalam! Siapa tahu Selir Xiang telah kembali!”

Qianlong bergegas masuk ke dalam Graha Baoyue. Aula dan kamar Hanxiang sangat rapi. Tak ada bayangan gadis itu dimanapun. Seketika itu Qianlong berubah jadi bingung dan sedih. Pandangannya nanar. Perasaannya sungguh gundah dan kacau.

Semua orang diam membisu. Ibu Surilah yang pertama kali memecah kesunyian. Dia berkata berwibawa, “Yang Mulia! Sepertinya Selir Xiang memang benar-benar menghilang. Entah bagaimana caranya, barangkali dia selamanya tak akan kembali lagi. Dalam hidup memang seperti itu, ada yang bisa kita peroleh, ada yang hilang. Yang Mulia adalah tumpuan banyak orang. Kuatkanlah dirimu. Jangan sampai kau kehilangan kendali diri hanya karena seorang selir!”

“Masalah ini terlalu aneh. Jangan sampai diketahui pihak luar. Umumkan saja kalau Selir Xiang telah meninggal dunia karena sakit. Lalu kita bangunkan makam untuknya!”

Qianlong merinding. Di benaknya berkelabat kembali kata-kata Hanxiang dua malam sebelumnya,

“Yang Mulia, aku telah kehilangan wangi tubuhku. Aku bukan lagi Selir Harum. Selir Harum telah dihukum mati oleh Ibu Suri. Kuharap kelak Baginda hanya melihatku sebagai Hanxiang saja!”

Qianlong jatuh terduduk dengan lemas. Kini dia baru menyadari, makna perpisahan di balik kata-kata Hanxiang.

Qianlong menatap Ibu Suri. Hatinya sarat kepedihan dan kebencian. Jika saja Ibu Suri tidak memerintahkan Selir Xiang bunuh diri, barangkali Selir Xiang tidak akan pergi dengan cara seperti ini! Qianlong mengibaskan tangan, berkata dengan suara serak, “Kalian semua, keluar! Aku ingin sendirian dulu di sini!”

Semua memberi salam hormat dengan takzim dam bersiap meninggalkan Graha Baoyue. Tiba-tiba, Qianlong berseru,

“Ziwei! Xiao Yanzi! Kalian tetap di sini!”

Ziwei dan Xiao Yanzi langsung menghentikan langkah. Erkang dan Yongqi serta merta cemas tapi hanya bisa mengisyaratkan pada kedua gadis itu untuk bertindak hati-hati.

Semua orang pun pergi. Tinggal Qianlong, Ziwei dan Xiao Yanzi di Graha Baoyue. Untuk beberapa saat, suasana sunyi senyap. Akhirnya, Qianlong berkata, “Xiao Yanzi! Ziwei!”

Qianlong menatap keduanya dalam-dalam. “Bersumpahlah kalian… bahwa kalian benar-benar melihat Selir Xiang berubah wujud menjadi kupu-kupu – lalu terbang meninggalkan tempat ini!”

Ziwei terkejut. Xiao Yanzi tanpa basa-basi langsung menyahut, “Aku Xiao Yanzi bersumpah! Aku melihat Selir Xiang berubah jadi kupu-kupu lalu terbang pergi! Jika aku bohong, aku akan mati dipenggal Huang Ama dan disambar petir!”

Selesai mengucapkan sumpahnya, dalam hati Xiao Yanzi bergumam ketakutan, “Oh, para dewa dan dewi! Aku terpaksa bersumpah! Aku tak dapat memberitahukan hal sebenarnya! Kumohon aku jangan sampai termakan oleh sumpahku sendiri!”

Ziwei terpaksa ikut bersumpah. “Aku bersumpah, jika aku tak melihat Selir Xiang berubah jadi kupu-kupu, aku akan mati disambar petir!”

Xiao Yanzi buru-buru berkomentar lagi dalam hati. “Dewa dan dewi di surga, Ziwei juga sama seperti aku! Jangan sampai dia kena tulah oleh sumpahnya sendiri!”

Qianlong memelototi mereka. Mendengar kedua gadis itu begitu serius sampai mengucapkan sumpah segala, Qianlong pun akhirnya mempercayai mereka. apalagi Ziwei. Dia paling jujur dan tak mungkin sembarangan bicara.

Melihat Qianlong yang begitu sedih, hati Ziwei terasa sangat pedih. Dia pun menggenggam tangan Qianlong lalu berkata penuh perasaan, “Huang Ama, kami juga sedih karena kehilangan Selir Xiang. Namun sejak dia memasuki istana ini, dia telah beberapa kali mengalami peristiwa yang nyaris menghilangkan nyawanya. Kini dia sudah pergi. Dia telah bebas merdeka. Jika Huang Ama memang benar mencintainya, mestinya Anda ikut bahagia dengan kepergiannya. Kumohon, jangan terlalu lama bersedih, ya?”

Qianlong masih ragu. “Ucapan kalian masuk akal, aku mesti mempercayainya. Namun kejadian ini juga sangat aneh, aku pun tak bisa menerimanya begitu saja!”

Qianlong tak dapat berkata apa-apa lagi. Dia tepekur dalam kesedihannya.

Ziwei dan Xiao Yanzi saling bertukar pandang. Tak bersuara. Hanya duduk diam menemani Qianlong.

***

Di Istana Kunning, Bibi Rong yang gila urusan membisiki Permaisuri.

“Yang Mulia, tidakkah peristiwa ini terlalu aneh? Mungkinkah semua ini hanya konspirasi?”

“Ucapanmu sangat beralasan!” Permaisuri membalas. “Mungkinkah dia melarikan diri? Tapi kalau dia cuma bertindak sendirian, rasanya tidak mungkin dia bisa semudah itu keluar dari istana!”

“Kalau dia dibantu gadis-gadis Paviliun Shuofang? Ditambah Pangeran Kelima dan Tuan Muda Fu?” mata Bibi Rong berkilat-kilat.

“Tidak mungkin!” Permaisuri menggeleng. “Mereka pasti gila jika melakukannya. Mereka adalah anak-anak kesayangan Kaisar. Mereka pasti tahu konsekuensi melakukan kesalahan sebesar itu! Semuanya bakal dihukum mati!”

“Tapi hamba tetap merasa ada tak beres dengan semua ini! Permaisuri, apa Anda ingat beberapa hari lalu meminta hamba untuk menyelidiki apa saja yang mereka lakukan jika keluar istana?”

“Rupanya mereka pergi ke sebuah kedai bernama Graha Huipin. Pemilik kedai itu dua bersaudara Liu Qing dan Liu Hong!”

“Kedai?” Permaisuri mengernyitkan alis. “Itu sih lumrah saja. Rasanya bukan masalah besar jika mereka pergi ke sana.”

“Namun…, kabarnya ada orang Hui yang sering keluar masuk disana!”

Permaisuri terkejut. “Apa?”

***

Di Istana Zhuning para penghuninya juga tak habis pikir dengan peristiwa Selir Xiang.

Qing’er sangat terkejut dengan kejadian tadi. Dalam pikirannya terus berkelabat peristiwa malam kemarin. Erkang dan Yongqi yang keluar istana dan membawa seorang kasim, yang tampak menghindar ketika diperiksa pengawal.

Qing’er sangat penasaran. Dan rasa penasarannya itu hanya bisa dijawab oleh para penghuni Paviliun Shuofang.

Diam-diam, Qing’er pergi ke Paviliun Shuofang. Kedatangannya disambut dengan amat rahasia. Di depan gerbang, para kasim berjaga dan pintu aula tertutup rapat. Jinshuo yang membuka pintu tampak tekejut melihatnya.

Rupanya di dalam, semua tengah berkumpul. Makin curigalah Qing’er.

“Dimana kalian menyembunyikan Selir Xiang?”

Semuanya terkejut. Ziwei langsung menyahut, “Menyembunyikan apa? Dia kan sudah berubah jadi kupu-kupu!”

Qing’er menghentakkan kaki. “Jangan berpura-pura padaku! Semalam ketika aku mengantar tamu Lao Foye di gerbang, kulihat Pangeran Kelima dan Erkang yang tampak tegang. Kalau saja aku tidak menolong kalian waktu itu, aku jamin hari ini tak akan ada cerita Selir Xiang berubah menjadi kupu-kupu!”

Yang lainnya terdiam.

“Jadi benar, kan?!” Qing’er menuntut.

Yongqi akhirnya bicara, “Baiklah, karena sudah ketahuan olehmu, kami tak akan berahasia lagi. Tapi masalah ini sangat berbahaya. Bisa membahayakan nyawa kita semua! Karenanya, kau tak perlu tahu lebih jauh lagi. Pokoknya Selir Xiang telah berubah jadi kupu-kupu! Itu saja!”

“Jadi…, sosok kasim semalam yang kulihat itu… Selir Xiang???” Qing’er pucat pasi.

“Ya. Memangnya kaupikir siapa?”

“Xiao Yanzi! Kupikir dia sedang menyelinap keluar lagi…” Qing’er menepuk dahinya. “Ya Tuhan! Aku telah berkonspirasi dengan kalian untuk menyelinapkan Selir Xiang keluar istana!Kalian benar-benar nekat! Kalian benar-benar tidak takut mati!”

Tiba-tiba terdengar seruan, “Lao Foye datang berkunjung!”

Semua terkejut setengah mati. Wajah Qing’er jadi pucat.

“Bagaimana ini? Aku harus bersembunyi!”

Xiao Yanzi tertawa keras. “Ha ha! Kalian semua terlalu tegang. Seruan itu cuma berasal dari nuriku. Mana ada Lao Foye?” Xiao Yanzi memaki nurinya. “Penipu Kecil! kuperingatkan ya, jangan bicara begitu lagi! Lain kali kalau kau masih bicara begitu, aku akan mencabut seluruh bulumu hingga menjadi nuri botak!”

Tiba-tiba Xiao Yanzi merasa kejanggalan. Seluruh ruangan menjadi senyap. Dia membalikkan tubuh dan mendapati Ibu Suri telah berdiri tegak di depan pintu yang terbuka. Xiao Dengzi serta Xiao Cuozi di belakangnya.

“Lao Foye!” seru Qing’er yang tak sempat lagi bersembunyi.

Xiao Yanzi ketakutan setengah mati. “Aku benar-benar patut mati! Lao Foye, mengapa Anda masuk kemari tanpa bersuara?”

Xiao Dengzi dan Xiao Cuozi berkata cemberut, “Putri, kami kan sudah melapor kedatangan Lao Foye tadi!”

Ibu Suri memasuki Paviliun Shuofang. Tatapannya sedingin es. Dia berkata tajam pada Xiao Yanzi,

“Kau selalu menganggapku nenek siluman kan? Aku tak bisa apa-apa, cuma seorang nenek tua! Kau kira aku tidak bisa melahapmu?”

Xiao Yanzi benar-benar salah tingkah. “Tidak! Tidak! Lao Foye bukan nenek siluman! Memang nenek tua – tapi nenek tua yang paling hebat – yang bisa memakanku!”

Ibu Suri menggebrak meja. “Dasar gadis tak tahu adat! Ingat baik-baik! Suatu hari sikapmu yang keterlaluan itu harus kaubayar mahal!”

Ibu Suri menoleh menatap Qing’er. “Ada urusan apa kau disini?”

Qing’er berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar keras. “Duli Lao Foye, hamba kemari untuk menanyakan perihal Selir Xiang pada mereka. Hamba baru bertanya satu-dua hal, Lao Foye sudah datang.”

Ibu Suri menyapukan pandangan ke arah mereka semua. “Siasat apapun yang kalian jalankan, cepat atau lambat, aku pasti tahu! Apakah Selir Xiang betul-betul berubah menjadi kupu-kupu? Lekas jawab!”

Ziwei, Erkang, Xiao Yanzi, Jinshuo dan Yongqi serentak menjawab, “Benar!”

Sorot mata Ibu Suri benar-benar dingin. “Baiklah! Kalian sangat beruntung karena menyaksikan peristiwa yang tidak bisa kami saksikan! Selir Xiang terkenal akrab dengan kalian. Jadi kalau suatu hari nanti kalian ikut berubah jadi kupu-kupu, aku tak akan heran lagi!”

Selesai berkata begitu, Ibu Suri berseru pada Qing’er, “Qing’er! Ikut aku kembali ke Istana Zhuning! Aku khawatir, kalau kau berlama-lama disini, kau pun akan berubah jadi kupu-kupu!”

Qing’er dengan waswas meninggalkan tempat itu bersama Ibu Suri.

Xiao Yanzi dan lain-lainnya saling bertukar pandang cemas.

***

Beberapa hari kemudian, Graha Huipin kedatangan belasan laki-laki bertubuh tegap.

Liu Qing dan Liu Hong belum kebali dari mengantar Selir Xiang dan Meng Dan. Hanya Xiao Jian yang tinggal mengurus Graha Huipin.

Sebenarnya Xiao Yanzi dan kawan-kawan sudah luput dari masalah seandainya penggerebekan Graha Huipin tidak dilakukan pada hari itu.

***

Sementara itu, di Istana suasana kembali tenang.

Hanya Qianlong yang masih terus merasa sedih. Dia tak berminat melakukan apapun. Tak hentinya dia memikirkan peristiwa aneh ini. Sebagai Kaisar yang cerdas, tentu saja dia sangat curiga. Tapi patutkah dia mencurigai Ziwei yang terkenal jujur?

Setiap hari Qianlong mengunjungi Graha Baoyue. Memikirkan selir kesayangannya itu hingga hatinya pedih. Pada malam hari ketika dia tak dapat tidur, Qianlong menulis puisi untuk diukir pada nisan Selir Xiang.

Lalu suatu hari, Ibu Suri memanggil Qianlong ke Istana Zhuning.

Begitu memasuki aula, Qianlong terkejut mendapati benda-benda seperti tongkat pengusir setan dan topeng dilantai. Bukankah ini semua yang dipakai dukun tempo hari? Qianlong membatin.

Permaisuri dan Ibu Suri berwajah sangat serius. Ibu Suri lalu mempersilakan Permaisuri untuk bicara.

“Yang Mulia,” kata Permaisuri. “Apa yang hamba katakan nanti pasti tak disukai oleh Yang Mulia! Hamba dengar ketika Selir Xiang sakit, Graha Baoyue juga mengundang dukun seperti di Paviliun Shuofang. Nah, alat-alat pengusir setan ini semalam ditemukan sewaktu menggeledah Graha Huipin. Graham Huipin merupakan tempat yang sering didatagi oleh kedua Putri, Pangeran Kelima dan Tuan Muda Fu!”

Napas Qianlong memburu. “Para dukun itu tinggal di Graha Huipin?”

“Benar!” jawab Permaisuri. “Artinya, dukun itu sangat akrab dengan Xiao Yanzi dan kawan-kawan. Semalam identitas mereka terbongkar. Mereka bertarung dengan pendekar utusan hamba. Pemilik kedai itu berhasil melarikan diri. Para pengawal hanya berhasil menangkap dua pelayan dan seorang koki. Kata mereka, Graha Huipin pernah ditinggali orang Hui. Salah satu di antaranya dipanggil ‘Guru’ oleh Xiao Yanzi.”

Qianlong terlonjak kaget. “Orang Hui?”

Qianlong terperanjat. Di benaknya berkelabat sorot mata Meng Dan dan Xiao Jian yang dingin itu. Kini dia mulai memahami semuanya…

“Tidak! Xiao Yanzi dan Ziwei… mereka tak mungkin membohongiku seperti itu!”

***

Di Paviliun Shuofang, semuanya kalut mendengar penggerebekan Graha Huipin.

Yongqi dan Erkang yang membawa berita itu ke Paviliun Shuofang. Kini, semuanya benar-benar cemas.

“Liu Qing dan Liu Hong mungkin belum kembali. Tapi bagaimana dengan Xiao Jian? Dia tak bisa kungfu…”

Tiba-tiba dari halaman masuk utusan Permaisuri mengumumkan, “Kaisar menitahkan Putri Huanzhu, Putri Ziwei dan Dayang Jinshuo untuk ke Istana Zhuning buat ditanyai!”

Semuanya langsung pucat pasi. Erkang dan Yongqi langsung siaga. “Kita harus pergi bersama-sama! Tak boleh membiarkan mereka bertiga saja menghadapi situasi ini!”

***

Di Istana Zhuning, wajah Qianlong, Ibu Suri dan Permaisuri berkabut suram. Qianlong menatap mereka dengan garang. Dia memerintahkan,

“Xiao Yanzi! Ziwei! Jinshuo! Berlutut!”

Ketiganya pun berlutut dengan cemas. Qianlong bertanya, kali ini dengan suara keras dan dingin.

“Kalian bertiga… Sekarang aku mau tanya sekali lagi. Ke mana Selir Xiang pergi?”

Xiao Yanzi menciut. Dia menebalkan muka berkata, “Huang Ama, sudah berulang kali kami bilang, Selir Xiang terbang pergi setelah berubah menjadi kupu-kupu!”

Qianlong terpaku pada Ziwei. “Ziwei, apakah kau masih tetap pada pernyataanmu? Kau gadis paling jujur. Aku mempercayaimu, dalam kondisi apapun kau tak akan berbohong. Apa kau benar-benar melihat dengan mata kepalamu sendiri Selir Xiang berubah jadi kupu-kupu?”

Lidah Ziwei kelu. Dengan berat hati dia bergumam, “Ya. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sensiri!”

“Ziwei, hari ini aku memintamu kembali bersumpah demi Erkang. kalau kau berbohong, maka kau akan kehilangan Erkang selamanya!”

Ziwei terkesiap. Ia bisa bersumpah demi apapun asal bukan Erkang! Qianlong memelototinya. “Cepat katakan! Bersumpahlah demi Erkang!”

Erkang sangat cemas di belakangnya. Xiao Yanzi langsung bicara, “Huang Ama, jangan menyulitkan Ziwei! Erkang sangat berarti baginya! Jangan memaksanya bersumpah demi Erkang! biar aku saja yang bersumpah menggantikannya!”

“Diam kau!” bentak Qianlong.

“Baiklah Ziwei, kalau kau tak mau bilang kemana Selir Xiang… Kalau begitu, jelaskan padaku siapa saja dukun pengusir roh jahat itu!”

“Dukun?” Ziwei gugup.

“Lalu kau, Xiao Yanzi! Siapa yang kau panggil ‘Guru’?”

Xiao Yanzi terbelalak. Wajah Qianlong langsung berubah serunya, “Bibi Rong! Bawa semua benda itu kemari!”

Bibi Rong kelluar kemudian masuk lagi dengan membawa setumpuk tongkat dan topeng lalu dilemparnya ke hadapan Xiao Yanzi dan kawan-kawan.

“Bawa budak kecil itu kemari!” perintah Qianlong lagi.

Para pengawal menyeret seorang gadis kecil yang diborgol tangan dan kakinya. Xiao Yanzi dan kawan-kawan langsung pucat begitu melihatnya. Gadis kecil itu adalah Gadis Bao, pelayan di Graha Huipin!

Dayang Bao menangis dan menghambur ke hadapan Ziwei dan Xiao Yanzi. Dia ketakutan, “Kakak Yanzi! Kaka Ziwei! Tolong aku! Aku tak mau dipenjara!”

Bibi Rong menekan kepala Dayang Bao dan berkata garang, “Berlutut! Di sini tak boleh teriak-teriak!”

“Kalian semua masih ingin mengarang cerita bohong?” ancam Qianlong. “Aku akan memancung budak ini jika kalian tak mau mengaku lebih cepat lagi. Pengawal!”

Dengan sigap Xiao Yanzi maju memeluk Dayang Bao. “Huang Ama! mohon ampuni Dayang Bao! Dia telah lama yatim piatu! Dia masih kecil! Tak tahu apa-apa! Kumohon, lekas lepaskan dia!”

Melihat Dayang Bao yang kesakitan karena disiksa, Ziwei sungguh tak tega. Dia bersujud dan berseru keras,

“Huang Ama! hukum mati aku saja! Akulah yang mengusulkan semuanya! Akulah yang mengarang kisah tentang kupu-kupu! Aku telah menemui jalan buntu! Aku dan Selir Xiang sangat dekat, aku tak tega menyaksikannya menderita. Kusangka dengan begini, aku telah melakukan suatu kebaikan demi Huang Ama. Jadi kubiarkan dia pergi!”

Mendengar pengakuan Ziwei, Erkang serta merta mendesah keras.

Qianlong merasa hatinya seperti tersayat-sayat.

“Ternyata…. Di balik punggungku kalian berkhianat… Kalian… kalian justru benar-benar pandai menipuku…”

“Pengawal! Seret mereka semua keluar untuk dipenggal! Hari ini mereka harus mati!”

Bersambung

BACA JUGA SINOPSIS LAINNYA



0 comments:

Post a Comment


Friend Link List