Do you like this story?
Dokko Jin memeluk Ae Jung untuk me’recharge’ energinya. Ia meminta Ae Jung diam karena setidaknya ia seperti ponsel yang harus mendapat energi minimal satu baris, lalu makin mempererat pelukannya.
”aku memutuskan sambungan” kata Ae Jung melepaskan pelukan Dokko Jin, “pergilah ke tempat lain untuk ‘recharge’, aku bukan chargermu”.
Karena powernya sudah di putuskan Ae Jung, Dokko Jin berniat melanjutkan ‘recharge’nya dengan makanan. Ia minta Ae Jung membuatkannya kari. Ae Jung menolak, ia memilih pulang. Dokko Jin mengingatkan soal wartawan yang mengepung rumahnya jadi Ae Jung sementara takkan bisa keluar.
Dokko Jin menunjukkannya lewat jendela. Terlihat banyak wartawan menunggu di depan rumah Dokko Jin.
Ae Jung lemas, apalagi mendengar dari Dokko Jin kalau para wartawan itu takkan segera pergi kalau belum bertemu Dokko Jin, kemungkinan ia bisa terkurung disana 3harian. Dokko Jin menawarkan Ae Jung tidur di kamarnya, karena konsep rumah itu terbuka (hampir tanpa sekat kecuali kamar mandi), Dokko Jin akan tidur di bawah. Ae Jung menolak, ia bertekad harus keluar walau itu berarti harus menggali lubang.
Dokko Jin memberi solusi, ia memberitahu rumah itu punya pintu darurat seperti rumahnya Batman. Mereka tinggal menggunakan mobil kuning yang di ruang tamunya Dokko Jin untuk kabur. Ae Jung tak percaya, menurutnya mobil itu bukan mobil betulan.
Dokko Jin meyakinkan Ae Jung bahwa mobil itu adalah mobil betulan. Tapi untuk kabur, mereka pasti butuh energi, dan energi itu adalah MAKAN. Wkwkwkw, Dokko Jin licin juga nih rencananya. Ae Jung tambah kesal.
Tapi Dokko Jin terus membujuk Ae Jung, “jadi buatkan aku kari… aku akan menceritakan semuanya padamu”
Sementara itu Jenny memarahi Ae Hwan yang membiarkan Ae Jung menemui Dokko Jin. Ia khawatir kalau Ae Jung akan goyah (kembali menyukai Dokko Jin) jika ternyata ia tahu alasan Dokko Jin memukul manager Jang adalah karena dirinya.
Tak lama Pil Joo datang kembali....
Rencana Dokko Jin membuat Ae Jung memasakkan kari untuknya berhasil. Tapi Ae Jung terlihat asal-asalan, Ia memotong bawang Bombay dengan kasar dan muka cemberut.
Dokko Jin melihat Ae Jung, matanya jatuh pada tangan Ae Jung yang masih terbalut, ia lalu meniupinya.
“Apa yang kau lakukan?” Ae Jung heran melihat kelakuan Dokko Jin.
“Membantu meniup agar tak terasa sakit” Dokko Jin bahkan mengambil tangan Ae Jung untuk lebih dekat dengan tiupannya.
“karena ini kau melakukannya?”
Dokko Jin tak menjawab, ia sempat diam tak meniup lagi, tapi kemudian lanjut meniup. Ae Jung membaca itu sebagai jawaban ya, ia menarik tangannya, “kau tak perlu meniupku. Kenapa kau tak meniup Manager Jang saja?”. Ae Jung lalu minta kentang untuk dipotong..
“tidak, tak ada kentang yang di bunuh di rumah ini….. Jika kau mau ikan bakar, apa kau akan mengambilnya di akuarium?. Ikan-ikan itu tidak untuk dimakan, kentang disini juga sama (bukan buat dimakan). Kentang untuk di rawat”.
Dokko Jin menengok kekamarnya tempat kentangnya tumbuh. Ae Jung mengikuti arah yang dilihat Dokko Jin tapi ia tak melihat apapun.
Dokko Jin dengan lahap makan karinya, "sudah kubilang kan, kita tak usah menambahkan kentang?"
Setelah makan, Ae Jung kembali menanyakan soal jalan keluar. Dokko Jin minta Ae Jung menyelesaikan makannya, ia akan menunjukkannya nanti.
Selesai makan Dokko Jin mengajaknya duduk di mobil kuning, ia menanyakan pada Ae Jung arah tujuan mereka. Ae Jung tak sabar, ia menagih janji Dokko Jin yang akan memberitahunya jalan keluar yang cepat dan rahasia.
Dokko Jin tak menjawab, ia keukeuh dengan pertanyaannya tadi, “apa tak ada tempat yang ingin kau kunjungi bersamaku?... aku punya banyak… Tempat apapun selama kau bersamaku, itu akan jadi tempat yang ingin ku kunjungi ”
“apa kau gila?… ah tidak, akulah yang gila, percaya padamu dan duduk disini”. Ae Jung melepaskan sabuk pengamannya dan akan bangun.
Dokko Jin menahan Ae Jung, “aku tak gila, aku rusak”
Dokko Jin lalu menyentuh dadanya ”ini rusak”
“apa kau benar-benar sakit?” Tanya Ae Jung khawatir
“ini rusak. Mobil ini ada disini juga karena rusak… aku rusak jadi sekarang aku tak terkendali. Jantungku sudah melampaui kisaran aman 60-90. Jadi aku seperti mobil rusak yang terus mengejarmu….. Larilah, tetaplah berpikir waras seperti sekarang”
“bisa di perbaiki kan?”
“tentu saja, setelah diperbaiki, aku akan kembali normal, dan melewatimu begitu saja… karena aku sekarang rusak, jangan menempel padaku dan terluka. Kau harus belajar menghindariku”. Dokko Jin disini berusaha melindungi Ae Jung. Ia tak ingin bila Ae Jung benar mencintainya akan terluka bila ternyata operasi jantungnya nanti gagal.
Ae Jung yang belum menangkap maksud Dokko Jin makin kesal, “Terakhir ketika kau menghipnotisku, kau bilang aku harus bangun. Sekarang kau bilang kau rusak dan ingin aku lari. Apa menyenangkan memutar roda kemudi kapanpun dan bagaimanapun kau suka?.... Baik, bahkan jika kau mengikutiku, aku akan menghindari mu dengan baik. Karena kau adalah mobil yang rusak, pada akhirnya kau akan berhenti pada suatu titik”.
“benar. Sampai aku berhenti, hindari aku… ” Terkandung kesedihan dalam suaranya Dokko Jin.
Dan ternyata cara efektif untuk membuat Ae Jung keluar dengan aman adalah Dokko Jin yang keluar dari rumah duluan. Ia memberi pernyataan singkat bahwa ia akan memberi penjelasan lain waktu pada para wartawan yang mengerubunginya.
Sementara di dalam, Ae Jung masih duduk didalam mobil kuning. Ia memikirkan mobil itu dan Dokko Jin yang rusak. Sampai pada satu kesimpulan, “Perbaikilah dan pergilah…”
Pil Joo menanyakan pada Jenny soal Manager Jang. Baik Jenny maupun Ae hwan mengakui bahwa kemungkinan manager Jang masih dendam soal Ae Jung yang membubarkan NTG bertahun silam. Ae Jung yang saat itu mengambil semua tanggung jawab, tanpa satupun orang yang tahu alasannya, bahkan Ae Hwan dan Jennypun tak tahu. Sebenarnya Jenny memikirkan kemungkinan karena Mi Na, tapi ia juga tak tahu pasti.
Mendengar kata Mi na, Pil Joo ingat pada Mi Na pasiennya yang pernah memintanya menjaga Ae Jung karena baginya Ae Jung adalah penyelamatnya.
“tapi dia (manager Jang) keterlaluan, harusnya aku yang memukulnya bukan Dokko Jin” seru Ae Hwan tiba-tiba. Jenny memberi isyarat agar Ae Hwan diam, ia tak enak pada Pil Joo.
”apa Ae Jung tahu (soal alasan Dokko Jin memukul manager Jang)?” Tanya Pil Joo
“mungkin Ae Jung sudah tahu sekarang, ia menemuinya” kali ini Jenny yang menjawab.
”aku memutuskan sambungan” kata Ae Jung melepaskan pelukan Dokko Jin, “pergilah ke tempat lain untuk ‘recharge’, aku bukan chargermu”.
Karena powernya sudah di putuskan Ae Jung, Dokko Jin berniat melanjutkan ‘recharge’nya dengan makanan. Ia minta Ae Jung membuatkannya kari. Ae Jung menolak, ia memilih pulang. Dokko Jin mengingatkan soal wartawan yang mengepung rumahnya jadi Ae Jung sementara takkan bisa keluar.
Dokko Jin menunjukkannya lewat jendela. Terlihat banyak wartawan menunggu di depan rumah Dokko Jin.
Ae Jung lemas, apalagi mendengar dari Dokko Jin kalau para wartawan itu takkan segera pergi kalau belum bertemu Dokko Jin, kemungkinan ia bisa terkurung disana 3harian. Dokko Jin menawarkan Ae Jung tidur di kamarnya, karena konsep rumah itu terbuka (hampir tanpa sekat kecuali kamar mandi), Dokko Jin akan tidur di bawah. Ae Jung menolak, ia bertekad harus keluar walau itu berarti harus menggali lubang.
Dokko Jin memberi solusi, ia memberitahu rumah itu punya pintu darurat seperti rumahnya Batman. Mereka tinggal menggunakan mobil kuning yang di ruang tamunya Dokko Jin untuk kabur. Ae Jung tak percaya, menurutnya mobil itu bukan mobil betulan.
Dokko Jin meyakinkan Ae Jung bahwa mobil itu adalah mobil betulan. Tapi untuk kabur, mereka pasti butuh energi, dan energi itu adalah MAKAN. Wkwkwkw, Dokko Jin licin juga nih rencananya. Ae Jung tambah kesal.
Tapi Dokko Jin terus membujuk Ae Jung, “jadi buatkan aku kari… aku akan menceritakan semuanya padamu”
Sementara itu Jenny memarahi Ae Hwan yang membiarkan Ae Jung menemui Dokko Jin. Ia khawatir kalau Ae Jung akan goyah (kembali menyukai Dokko Jin) jika ternyata ia tahu alasan Dokko Jin memukul manager Jang adalah karena dirinya.
Tak lama Pil Joo datang kembali....
Rencana Dokko Jin membuat Ae Jung memasakkan kari untuknya berhasil. Tapi Ae Jung terlihat asal-asalan, Ia memotong bawang Bombay dengan kasar dan muka cemberut.
Dokko Jin melihat Ae Jung, matanya jatuh pada tangan Ae Jung yang masih terbalut, ia lalu meniupinya.
“Apa yang kau lakukan?” Ae Jung heran melihat kelakuan Dokko Jin.
“Membantu meniup agar tak terasa sakit” Dokko Jin bahkan mengambil tangan Ae Jung untuk lebih dekat dengan tiupannya.
“karena ini kau melakukannya?”
Dokko Jin tak menjawab, ia sempat diam tak meniup lagi, tapi kemudian lanjut meniup. Ae Jung membaca itu sebagai jawaban ya, ia menarik tangannya, “kau tak perlu meniupku. Kenapa kau tak meniup Manager Jang saja?”. Ae Jung lalu minta kentang untuk dipotong..
“tidak, tak ada kentang yang di bunuh di rumah ini….. Jika kau mau ikan bakar, apa kau akan mengambilnya di akuarium?. Ikan-ikan itu tidak untuk dimakan, kentang disini juga sama (bukan buat dimakan). Kentang untuk di rawat”.
Dokko Jin menengok kekamarnya tempat kentangnya tumbuh. Ae Jung mengikuti arah yang dilihat Dokko Jin tapi ia tak melihat apapun.
Dokko Jin dengan lahap makan karinya, "sudah kubilang kan, kita tak usah menambahkan kentang?"
Setelah makan, Ae Jung kembali menanyakan soal jalan keluar. Dokko Jin minta Ae Jung menyelesaikan makannya, ia akan menunjukkannya nanti.
Selesai makan Dokko Jin mengajaknya duduk di mobil kuning, ia menanyakan pada Ae Jung arah tujuan mereka. Ae Jung tak sabar, ia menagih janji Dokko Jin yang akan memberitahunya jalan keluar yang cepat dan rahasia.
Dokko Jin tak menjawab, ia keukeuh dengan pertanyaannya tadi, “apa tak ada tempat yang ingin kau kunjungi bersamaku?... aku punya banyak… Tempat apapun selama kau bersamaku, itu akan jadi tempat yang ingin ku kunjungi ”
“apa kau gila?… ah tidak, akulah yang gila, percaya padamu dan duduk disini”. Ae Jung melepaskan sabuk pengamannya dan akan bangun.
Dokko Jin menahan Ae Jung, “aku tak gila, aku rusak”
Dokko Jin lalu menyentuh dadanya ”ini rusak”
“apa kau benar-benar sakit?” Tanya Ae Jung khawatir
“ini rusak. Mobil ini ada disini juga karena rusak… aku rusak jadi sekarang aku tak terkendali. Jantungku sudah melampaui kisaran aman 60-90. Jadi aku seperti mobil rusak yang terus mengejarmu….. Larilah, tetaplah berpikir waras seperti sekarang”
“bisa di perbaiki kan?”
“tentu saja, setelah diperbaiki, aku akan kembali normal, dan melewatimu begitu saja… karena aku sekarang rusak, jangan menempel padaku dan terluka. Kau harus belajar menghindariku”. Dokko Jin disini berusaha melindungi Ae Jung. Ia tak ingin bila Ae Jung benar mencintainya akan terluka bila ternyata operasi jantungnya nanti gagal.
Ae Jung yang belum menangkap maksud Dokko Jin makin kesal, “Terakhir ketika kau menghipnotisku, kau bilang aku harus bangun. Sekarang kau bilang kau rusak dan ingin aku lari. Apa menyenangkan memutar roda kemudi kapanpun dan bagaimanapun kau suka?.... Baik, bahkan jika kau mengikutiku, aku akan menghindari mu dengan baik. Karena kau adalah mobil yang rusak, pada akhirnya kau akan berhenti pada suatu titik”.
“benar. Sampai aku berhenti, hindari aku… ” Terkandung kesedihan dalam suaranya Dokko Jin.
Dan ternyata cara efektif untuk membuat Ae Jung keluar dengan aman adalah Dokko Jin yang keluar dari rumah duluan. Ia memberi pernyataan singkat bahwa ia akan memberi penjelasan lain waktu pada para wartawan yang mengerubunginya.
Sementara di dalam, Ae Jung masih duduk didalam mobil kuning. Ia memikirkan mobil itu dan Dokko Jin yang rusak. Sampai pada satu kesimpulan, “Perbaikilah dan pergilah…”
Pil Joo menanyakan pada Jenny soal Manager Jang. Baik Jenny maupun Ae hwan mengakui bahwa kemungkinan manager Jang masih dendam soal Ae Jung yang membubarkan NTG bertahun silam. Ae Jung yang saat itu mengambil semua tanggung jawab, tanpa satupun orang yang tahu alasannya, bahkan Ae Hwan dan Jennypun tak tahu. Sebenarnya Jenny memikirkan kemungkinan karena Mi Na, tapi ia juga tak tahu pasti.
Mendengar kata Mi na, Pil Joo ingat pada Mi Na pasiennya yang pernah memintanya menjaga Ae Jung karena baginya Ae Jung adalah penyelamatnya.
“tapi dia (manager Jang) keterlaluan, harusnya aku yang memukulnya bukan Dokko Jin” seru Ae Hwan tiba-tiba. Jenny memberi isyarat agar Ae Hwan diam, ia tak enak pada Pil Joo.
”apa Ae Jung tahu (soal alasan Dokko Jin memukul manager Jang)?” Tanya Pil Joo
“mungkin Ae Jung sudah tahu sekarang, ia menemuinya” kali ini Jenny yang menjawab.
Dengan membawa sekeranjang bunga dan sekeranjang buah, Dokko Jin menemui Manager jang di RS untuk meminta maaf, karena ia sadar dengan alasan apapun kekerasan bukanlah jalan keluar yang baik..
“Karena kau datang secara pribadi untuk meminta maaf, aku bisa mengabaikannya. Tapi lain kali, aku tidak akan toleran” jawab manager jang serasa di atas angin.
“Aku juga datang untuk memberitahumu bahwa aku tidak akan membiarkanmu jika hal ini terjadi lagi” Dokko Jin melepas kacamatnya dan menatap tajam manager Jang,
“Jika kau berani menyakiti Ae Jung sekali lagi, aku akan menghancurkanmu! aku akan memastikan kau tak dapat bergerak”
“jadi kau melakukan ini karena Goo Ae Jung?” manager Jang juga mengingatkan bahkan dengan image Dokko Jin yang seperti sekarang ini kalau berhubungan dengan Ae Jung maka akan bisa dipastikan langsung tenggelam, “haruskah aku mencobanya?”
Dokko Jin menantang balik, "Cobalah. Jika kau menyakiti hati tarzan, kau mungkin akan berakhir dengan kepala hancur membentur batu”. Maksudnya kalo sampe Manager Jang berani ganggu Ae Jung lagi, sama dengan cari mati.
“Apa kau akan mengubahku menjadi orang jahat, padahal aku yang terluka?
“Benar. Karena orang sepertimu berani mengancamku... Imejku takkan mudah dikalahkan”
Dokko Jin lalu minta Manager Jang mendekat, manager Jang dah ketakutan. “Apa lukanya di sini?” Dokko Jin sedikit meniup luka manager Jang, “Aku memukulmu karena kau yang memintanya, jadi anggaplah itu suatu kehormatan”.
Manager Jang tetap tak mengerti kenapa Dokko Jin memperlakukannya seperti itu, ia ingin tahu apa arti Goo Ae Jung baginya. Dokko Jin menjawab diplomatis bahwa ia hanyalah teman satu agency Ae Jung. Rasa keadilan terganggu saat melihat manager Jang mengganggu seorang perempuan yang tak berdaya. Sebelum pergi Dokko Jin mengingatkan lagi ancaman khasnya, “Jika sampai cerita ini tersebar, aku akan menuntutmu!”,
Kepala Moon memberitahu Dokko Jin, bahwa ia menjadikan kesehatan jantung Dokko Jin sebagai alasan ketidakhadiran menerima penghargaan. Dokko Jin tak masalah, karena kenyataannya memang hampir seperti itu. Kepala Moon kesal karena Dokko Jin telah melewatkan kesempatan tampil tehormat di puncak karirnya, ia mendorong kotak piagam kearah Dokko Jin.
Sementara Dokko Jin mengagumi piagam yang di genggamnya yang tertulis namanya, Kepala Moon sudah punya rencana untuk memperbaiki citra Dokko Jin yang terancam tercoreng karena tak muncul pada acara penyerahan penghargaan, padahal sebelumnya ia sudah terlihat hadir. Rencananya adalah Dokko Jin harus segera ke Hollywood.
“aku tak akan pergi”
“apa? Bagaimana dengan yang kau bilang soal superhero?” Kepala Moon kaget mendengar jawaban Dokko Jin
“aku akan melupakan menjadi superheronya Hollywood, melindungi teman satu agencyku sudah cukup”
“ada apa denganmu? Bukankah Ae Jung sudah bilang tak menyukaimu?”
“fakta bahwa ia tak menyukaiku bukankah itu bagus? Jadi takkan ada masalah… jangan khawatir”. Dokko Jin tersenyum sementara kepala Moon menarik nafas kesal.
Di kamarnya, Dokko Jin menaruh piagamnya di samping kentang, ia mengelus sayang daun kentangnya dan bertanya-tanya apa akan segera berbunga.
Berita soal Dokko Jin yang tak hadir menerima penghargaan karena sakitpun bermunculan.
Hal itu membuat Se ri menemui Dokko Jin. “bekas luka di dadamu itu bekas operasi jantung? Mengapa kau tak pernah menceritakannya padaku?”. Dokko Jin memberi alasan bahwa hubungan mereka tidak dalam tingkat yang cukup dekat untuk saling berbagi cerita. Lha wong pacaran juga cuma status doang. Se Ri mengerti, hanya saja ia mengaku agak kelabakan saat di tanya para wartawan.
Mengacu pada kejadian dengan Manajer Jang, Se Ri sambil tersenyum bertanya ingin tahu, "Apa kau sangat menyukai Ae Jung Oenni?”
“ada apa dengan ekspresimu? Mengapa kau sangat bahagia?”
haha, Se Ri senang karena berarti Pil Joo bisa untuknya, tapi ia berusaha menutupinya, “Jika kau sangat menyukainya, aku akan melepasmu. Apa kau serius?”
“apa motifmu? Kau dan aku bukan lah orang-orang yang saling berharap yang terbaik untuk satu sama lain tanpa alasan” haha oo, kamu ketahuannnn….. Se Ri akhirnya mengakui bahwa ia menyukai Pil Joo. “jika kau bersama Ae Jung oenni maka aku punya kesempatan dengan Pil Joo”
“Goo Ae Jung dan aku tidak bisa bersama, jadi dokter itu orang yang baik untuk Ae Jung, lupakan dia”
kasian Se Ri, dia makin dendam aja sama Ae Jung.
Se Ri akhirnya menemui Pil Joo, ia menunjukkan berita di surat kabar yang berbeda jauh dengan kenyatannya. “apa kau tahu Dokko Jin tak datang ke penerimaan penghargan karena Ae Jung Oenni?”
“aku tahu”
“apa?”
“kau datang kesini hanya untuk ini? Bukan karena kau sakit?”
“Aku terluka karena Ae Jung onni memegangmu erat di satu sisi dan Dokko Jin di sisi yang lain. Itu membuatku sangat marah, jadi aku datang karena ini menyakitkan”
“sepertinya hatimu yang sakit. Kalau hatimu yang sakit. RS ini takkan bisa menyembuhkanmu,…Yang kau bilang tentang perasaan tulus (menyukaiku), karena cemburu?”
Se Ri mengaku ia memang cemburu, tapi apa Pil Joo juga tak cemburu melihat berita di Koran? Pil Joo mengaku ia juga cemburu. Ia kini mengerti perasaan Se ri, ia minta maaf karena telah kasar pada Se Ri.
Ae Jung sedang menandatangani foto2nya saat jae suk masuk membawa materi promo iklannya Dokko Jin. Salah satunya adalah foto besar yang seolah menertawakan dan menatapnya terus. Ae Jung merasa terganggu, ia memutuskan memutar gambarnya agar tak menghadapnya lagi.
Ae Jung memperlakukan gambar itu lebih berani daripada ke orangnya langsung, “jangan melihatku!! Kau selalu melihat huh? Kau butthole rusak! dalam keadaan rusak kenapa kau menggangguku? Mengapa? Mengapa?” Tanya Ae Jung geregetan sambil memukul-mukul gambar dengan tangannya. Tanpa ia sadari gambarnya ternodai oleh spidol yang sedang ia pegang..
Ketakutan Dokko Jin akan membalasnya karena ia telah menodai fotonya, Ae Jung buru-buru menghapusnya dengan tissue. Ae Jung terus menggosok mencoba untuk menghilangkan nodanya dengan serius… tanpa sadar Dokko Jin masuk.
Dokko Jin terheran-heran melihat kelakuan Ae Jung pada fotonya. Ae Jung terkejut saat mendengar suara Dokko Jin. Dokko Jin mendekati Ae Jung, “Apa kau melakukannya pada gambar itu karena kau tidak dapat melakukannya dengan Dokko Jin asli?”
Dokko Jin mulai berpose seperti gambarnya dan mempersilahkan Ae Jung melakukan hal yang sama padanya.
“Tapi kau tak boleh menyentuhku. kau hanya boleh mengagumi apa yang kau lihat”.
“Tidakkah kau lihat, aku hanya menghapus noda yang aku buat?” Ae Jung mencoba meluruskan.
“Baiklah, kau boleh menyentuhku sekali…. ayolah…” Haha, Dokko Jin nih kepedean.
Melihat Ae Jung memilih kembali sibuk dengan tanda tangannya, Dokko Jin duduk di seberang meja, “kau pandai mengabaikanku”.
“Dan kau pandai membuat lelucon” Ae Jung membalas.
“Jadi besok-besok, tak peduli apa yang kulakukan, kau harus menganggapnya sebagai lelucon dan mengabaikannya! . Kalau koran itu berisi gosip tentang kita besok, itu lelucon”
“Ding dong!”
"Dan jika esok lusa, aku melamarmu, itu lelucon."
"Ding dong"
”Jika kebetulan suatu hari nanti…” mata Dokko Jin berubah sendu” aku menghilang untuk mati, itu juga lelucon"
Ae Jung kali ini mau tak mau melihat kea rah Dokko Jin, Dokko Jin menunggu jawaban dingdong dari Ae Jung. “kau bahkan membuat yang seperti itu candaan??”.
“Karena aku Dokko Jin, aku punya butthole di mulutku”. Sebelum pergi, sambil tersenyum Dokko Jin memberikan permen dari kotak promo iklannya untuk menemani Ae Jung yang masih sibuk tanda tangan.
Saat sendirian, Ae Jung mengeluh, “setelah dia membuatku terluka, dia memberiku obatnya… dia pasti bermain-main denganku”
Sementara itu, Manajer Jang yang tahu tak mampu melawan Dokko Jin, mencoba mencari kelemahan Ae Jung yang lain: Han Mi Na… ia minta teman sesama manager artis untuk mencari tahu leader boyband K yang dipacari Mi Na 10 tahun lalu. “Aku mencari Han Mi Na ... untuk mengetahui kelemahan seseorang."
Dokko Jin dirumahnya bersama Jae Suk sambil menonton Iron Man 3D. Dokko Jin tidak mengiyakan atau menyanggah pertanyaan Jae Suk soal batalnya rencana ke Hollywood. Ia hanya memberi alasan singkat bahwa ia harus menjadi benteng seseorang.
Jae Suk kemudian menanyakan soal hasil pemeriksaan Dokko Jin di RS tempo hari. Dokko Jin membuka kaca mata 3Dnya, “kau mungkin takkan lama lagi menjadi managerku” mata Jae Suk mulai berkaca-kaca, ”managerku…apa yang kubilang soal bagaimana manager itu seharusnya? “
“ia harus cepat tanggap dan bungkam (=pandai menyimpan rahasia)… tapi aku tak bisa seperti itu”
“itu betul, berusahalah (seperti itu) Kim jae Suk…..”
Perlahan namun pasti air mata mulai berjatuhan di pipi Jae Suk, ia sudah tahu kearah mana pembicaraan Dokko Jin.
Dokter yang menangani Dokko Jin mendiskusikan kasus yang di pegangnya. Karena virus membuat fungsi jantung buatan pasiennya menurun maka harus dilakukan penggantian, namun karena tingkat keberhasilannya hanya 50:50, maka mereka harus melakukan persiapan yang matang. Ia juga mengingatkan karena Dokko Jin adalah selebriti, maka semua prosedur bersifat rahasia.
Dokko Jin menemui dokternya, ia diberitahu operasi akan dilakukan sebulan lagi.
“Saat operasi, akan ada saat di mana ini akan berhenti, kan?” Tanya Dokko Jin menunjuk dadanya
Dokter membenarkan, tapi ia juga memberitahu ada kemungkinan berhasil dan jantungnya Dokko Jin kembali berdetak.
“atau takkan pernah berdetak lagi” sahut Dokko Jin pesimis
“berpikirlah positif…., lagu yang mendorong jantungmu terus berdetak sepuluh tahun yang lalu kini (penyanyinya) ada disisimu, kan?”
“terlalu egois untuk menahannya tinggal di sisiku…aku membiarkannya ….”
Di kamarnya, Dokko Jin mengeluhkan dirinya yang merindukan Ae Jung, ia akan bangkit namun tangannya menahan badannya untuk tetap berbaring. Ia setengah membentak mengingatkan dirinya sendiri untuk bersabar dan mengontrol pikirannya, setidaknya tahan tiga kali.
Tapi satu sisi dirinya mulai tak tahan, iapun memenuhi batas minimal lewat kata “aku rindu” dengan cepat sebanyak dua kali, lalu bangun. Tapi sisi lain tubuhnya kembali menahannya hingga ia terjatuh di tempat tidur. Kali ini ia mencoba untuk menahannya 30 kali.
Dokko Jin meringkuk memandang kentangnya dan menghela nafas, ia benar-benar rindu pada Ae Jung… ckckck.
Dokko Jin akhirnya menyerah, ia sudah menahannya 300 kali, dan kini ia benar-benar butuh ‘recharge’. Ia mendatangi rumah Ae Jung dengan niat hanya menemuinya sebentar lalu segera pulang.
Tapi sayangnya di rumah hanya ada Hyung Kyu yang malah memintanya mengambilkan mainannya yang di sembunyikan bibinya di atas lemari.
“ajhussi, apa kau ke sini untuk diam-diam mencari Bibiku?”
Dokko Jin menolak di sebut diam-diam, “Aku ke sini untuk menemuinya terang-terangan”
Hyung Kyu mengerti, ia minta Dokko Jin menunggu sementara ia menginstal game barunya.
Sendirian, Dokko Jin mulai melihat-lihat. Ia senang saat melihat botol minuman yang ada gambarnya terdapat di dapurnya Ae Jung.
Wajahnya berubah kesal saat obatnya Pil Joo juga ada disana, "pasti karena ini yang wajahnya tampak begitu lelah akhir-akhir ini." Minuman tonicnya Pil Joo di pukul-pukulkan ke pantatnya (???maksude??? ckckck).
Dan perlahan namun pasti, Dokko Jin mulai menjelajah...... ia tertarik melihat kamar Ae Jung. Tiba –tiba terdengar derit rem seiring langkahnya yang terhenti. Dokko Jin memarahi dirinya sendiri masuk kamar orang tanpa ijin, tapi sisi lain badannya punya solusi.: ketuk pintu sebelum masuk.
“aku mengetuk!” dan kemudian berjingkat masuk. wkwkwkwk.
Dokko Jin mulai menjelajah kamar Ae Jung. Saat menemukan botol krim yang terbuka di meja riasnya Ae Jung, Dokko Jin tertarik pada wanginya, ia mengoleskannya tepat di bawah hidungnya.
Ia terus menghirupnya dan senang karena itu khas wanginya Ae Jung.
Saat akan menaruh krim itu di meja, terdengar Ae Jung yang baru datang memanggil-manggil Hyung Kyu. Wkwkwk kejadian Ae Jung pernah sembunyi di rumahnya Dokko Jin, terjadi kebalikannya.
Dokko Jin panik, kakinya tak sengaja menginjak bungkus tonik yang jatuh kelantai hingga pecah. Iapun dengan asal mengambil kain yang terdekat dengannya untuk mengelap. Muhaha, tanpa sadar Dokko Jin menggunakan celana pendeknya Ae Jung untuk lap dan memasukkannya ke kantong celananya. Dokko Jin lalu buru-buru sembunyi, ia melewati tempat tidur dengan kakinya yang belepotan tonik, dan sedikit terkilir saat melompat turun.
Dokko Jin membekap mulutnya agar tak teriak kesakitan. Sambil menahan sakit, Dokko Jin bersembunyi di balik gantungan pakaian. .
Tak lama kakak dan ayah Ae Jung datang membawa semangka. Ae Jung mengatakan akan ikut bergabung setelah ia ganti pakaian. Ae Jung pun masuk kekamarnya untuk berganti.
Melihat Ae Jung akan buka baju, Dokko Jin menaruh tangan untuk menjaga pandangannya, tapi kemudian menurunkan tangan itu, heheh masang tampang mupeng. Sayangnya (?? wkwk) Ae Jung batal membuka bajunya, ia bingung tak menemukan celana pendek yang ingin di pakainya, ia mulai mencari dan terkejut mendengar suara kesakitan. “siapa itu?” ia tambah ketakutan saat melihat jejak kaki di kasurnya.
“aku… ini aku Goo Ae Jung!” Dokko Jin mencoba berbisik., “jangan teriak, jangan teriak!”
Mendengar suara tanpa tahu itu siapa refleks membuat Ae Jung takut dan memanggil kakaknya.
Dokko Jin yang khawatir masalah makin besar akhirnya keluar dan membekap mulut Ae Jung. “ini aku… ini aku! Dokko Jin! Dokko Jin! Dokko Jin!”. Setelah yakin Ae Jung mengerti, Dokko Jin melepaskan dekapannya, tapi masalah belum selesai, Ae hwan memanggil Ae Jung yang tak kunjung keluar. Haha
Dokko Jin panik, ia buru-buru masuk ke balik selimut. Ae Hwan bingung Ae Jung malah siap di tempat tidur dengan selimutnya, “kau tak kepanasan?"
Se Jung menggeleng cepat.
Se Jung menggeleng cepat.
Ae Hwan bersiap akan keluar saat kaget melihat kaki Dokko Jin!
“cuci kakimu, kakimu sangat kotor!!” fyuh, untung… jadi inget ma adegan di baby faced saat Jin woo sembunyi di balik selimut bersama So Young, kakinya yang pake kaos kaki keluar.
Setelah kakaknya keluar, Ae Jung membuka selimut dengan kesal. “apa yang kau lakukan di kamarku?”
“akan ku jelaskan” kata Dokko Jin yang megap-megap, “saat aku….” Dokko Jin gak jadi ngomong, ia jengah karena Ae Jung mengendus-endusnya, “apa yang kau lakukan?”
“itu bau krim wajahku” Dokko Jin buru-buru mengatupkan bibirnya. “kau diam-diam memakai krim wajahku?” cecar Ae Jung lagi.
Dokko Jin mencoba menjelaskan sementara Ae Jung menjauh, Ae Jung jauh lebih kaget lagi saat melihat celana pendeknya yang menyembul dari kantung Dokko Jin. “celanaku…..” tampak jelas noda bergambar sepasang telapak tangan tepat di pantat celana, wkwkwk
”bagaimana kau…” Ae Jung menunjuk Dokko Jin
Dokko Jin mencoba mengelak tuduhan penguntit, ia mengaku sudah mengetuk pintu sebelum masuk.
Dokko Jin akhirnya berhasil keluar tanpa ketahuan kakak dan ayah Ae Jung. Ae Jung mengancamnya mirip seperti dulu Dokko Jin mengancamnya, “Dokko Jin, atas apa yang kau lakukan, aku bisa melaporkanmu ke polisi. ‘Dokko Jin menyelinap ke rumah Goo Ae Jung, memakai krim-nya ... dan ditemukan saat mencoba melarikan diri.’ Ini pasti akan membuat berita utama besok… itu sebabnya aku membiarkanmu pergi… cepat kau pergi”
Dokko Jin minta waktu untuk duduk karena kakinya terkilir.
Ae Jung luluh, ia akhirnya mengompres kaki Dokko Jin, sambil mengajukan pertanyaan kenapa Dokko Jin datang.
“untuk ‘recharge’” jawab Dokko Jin lalu menarik wajah Ae Jung mendekat, dahi ketemu dahi.
“apa yang kau lakukan?”
“Jangan bergerak… Biarkan aku mengisi satu batang…. ‘recharge’”.
Ae Jung kali ini tak menolak, ia membiarkan Dokko Jin me‘recharge’, “Dokko Jin-ssi, apa kau rusak parah?”
“aku sedang persiapan untuk perbaikan, saat ini aku butuh ‘recharge’….”. Dokko Jin melepaskan Ae Jung, ia terus menatap wajah Ae Jung, “aku akan gila”
“kenapa?”
“kalau bisa aku akan membawamu pulang untuk menjadi chargerku….. Goo Ae Jung, aku sudah bilang kalau aku rusak. Dalam satu bulan aku siap untuk di perbaiki. Maukah kau tinggal denganku selama aku rusak?”
“kenapa aku harus mengikutimu?” Hanya satu bulan? Bukan karena cinta, tapi karena kau rusak. Untuk satu bulan? "
"Ya, tinggallah denganku selama itu."
"Kau bilang kau akan melewati ku begitu saja setelah kau kembali normal. Mengapa kau melakukan ini padaku?? "
”anggaplah aku ini mobil rusak yang bisa menyebabkan kecelakaan di suatu tempat. Ambil alih kemudinya dan hentikan aku. Bateraiku lemah, mungkin aku akan berhenti sebelum sebulan, jadi tinggallah bersamaku dan ‘recharge’-lah aku ………….. Aku akan memperlakukanmu dengan baik.”
"Kalau begitu katakan dengan benar: bahwa kau menyukaiku, bahwa kau ingin aku berada di sampingmu”
“aku tak bisa, sudah ku bilang aku rusak, kan?”
“kalau kau tak mau di buang ke tempat rongsokan sekarang, pergilah!!” Ae Jung benar-benar jengkel, ia menarik handuk kompresannya dengan kasar dan masuk ke kamarnya.
Ae Jung menatap telapak kaki Dokko Jin di kasurnya, “Pria jahat!”
Ibunya Pil Joo menemui PD Kim dan mengeluhkan imbas acara itu pada putranya. Ia tambah kesal saat di beritahu PD KIM bahwa Pil Joo betul-betul menyukai Ae Jung, sementara Ae Jung bersikap seperti yang di minta tim produksi kepadanya.
Ia pun segera menemui keluarga Ae Jung untuk mengkonfirmasi, “dengan kata lain, dia hanya orang baik, tapi bukan orang yang di ‘sukai'?”
"Ding dong!!" Hyung Kyu tiba-tiba menyahut, Ae Hwan terpaksa menutup mulut anaknya. “Jadi diprogram, ada kemungkinan Ae Jung akan menolak Pil Joo?”
Tuan Goo meyakinkan kalau Ae Jung takkan melakukannya dalam acara itu. Tapi apapun jawabannya, ibu Pil Joo terus mengkhawatirkan anaknya.
Ae Jung menemui Pil Joo untuk membicarakan soal kecemasan ibunya Pil Joo. Pil Joo meyakinkan Ae Jung bahwa kecemasan ibunya tak beralasan, karena dari awal ia telah bertekad untuk menempuh cara itu (ikut ajang jodoh-jodohan). “Saat ini aku belajar dari orang yang memiliki situasi yang sama denganku, ‘Jika hati seseorang telah dipenuhi oleh orang lain, Orang lain takkan bisa mengenggam hati itu” Ae Jung terdiam mendengarnya, “Ae Jung-ssi, jika ada sedikit saja kepedulianmu untukku, tolong lepaskan seseorang yang telah mendiami hatimu”
Presiden Moon menunjukkan sample albumnya Ae Jung, ia yakin akan menjadi hit. Selain itu Ae Jung pun sudah mendapat tawaran iklan. Tapi kepala Moon juga punya permintaan, ia ingin Ae Jung membantu meyakinkan Dokko Jin untuk ke Hollywood. Kepala Moon memberitahu caranya dengan menghancurkan kebangganannya Dokko Jin.
Dan malam itu Ae Jung memikirkan Dokko Jin, ia menatap sepatu ketsnya dan mengingat saat Dokko Jin memakaikan sepatunya juga saat Dokko Jin menolak alasan mengajaknya tinggal bersama karena menyukainya. Ae Jung mulai menangis saat memasukkan sepasang sepatu itu ke amplop untuk pakaian bekas.
Ae Jung tersedu-sedu, sementara Hyung Kyu yang terbangun, ikut menangis melihat bibinya menangis..
Manajer Jang menemui Se Ri untuk memberitahu bahwa Mi Na telah mengubah namanya menjadi Hye Jin, sudah menikah dan tinggal di Amerika. Ia tak yakin apa Mi Na saat ini di Korea. tapi Se Ri dengan yakin bilang bahwa Mi Na ada di Korea karena ia pernah bertemu.
Setelah Se Ri menyanggupi untuk mencari tahu, Seri menuju RS Pil Joo, ia mencoba mengorek keterangan dari susternya Pil Joo, Ia hanya mendapat info kalau nama Han Hye Jin memang pasien tetap disana, tapi ia tak mendapatkan info lainnya. Mengaku sebagai teman lama, ia minta si suster tak memberitahu Hye Jin dengan alasan ingin memberi kejutan.
Teman?" Pil Joo heran mendengar jawaban susternya tentang siapa yang di cari Se Ri.
Pil Joo yang tahu Se Ri mencari Mi Na, mulai tertarik untuk mencari tahu juga bagaimna hubungan anatr pesonel NTG dulu. Iapun menemui Jenny. Dari Jenny, Pil Joo tahu kalau Se Rid an Mi na tidak dekat. Saat pulang Pil Joo melihat Hyung Kyu mengais-ngais bak sampah Daur ulang. (keren bak sampahnya). Pil Joo akhirnya membantu mencari barang tanpa tahu barang apa itu. Ia heran saat melihat sepatu Ae Jung. Hyung Kyu buru-buru mengambilnya lalu memeluknya.
“kau mencari sepatu itu?” Tanya Pil Hoo heran
“Ya”
Tapi bukankah bibimu sudah membuangnya?”
”ya”
“Kalau kau mengembalikan sesuatu yang telah ia buang, mungkin ia takkan suka”
Hyung Kyu protes sambil mendekap erat bungkusan sepatu di dadanya, “bibi tak membuangnya karena tak suka sepatu ini, bibi menangis saat membuangnya”.
Sampai rumah, Hyung Kyu buru-buru mencuci sepatunya. Lalu menjemurnya.
Sementara itu, Ae Jung telah sampai pada satu keputusan : Ae Jung berbicara pada posternya Dokko Jin, “Dokko Jin-ssi, kumohon jangan membuat hatiku goyah lagi….” Tanpa disadari Ae Jung, Dokko Jin juga masuk, Ae Jung melanjutkan kata2nya, “Aku sangat ingin Pil Joo dan aku bersama, selama kau tak masuk dalam hidupku, aku baik-baik saja, jadi pergilah!..... “ Ae Jung lalu berbicara pada dirinya sendiri, “aku harus mengatakannya pada Dokko Jin sama persis seperti ini, aku harus menghafalnya agar tak lupa saat Dokko Jin yang asli muncul… haruskah aku melatihnya lagi?“ Ae Jung Pun berakting seolah bicara pada Dokko Jin asli, “Dokko Jin-Ssi, kumohon jangan membuat hatiku goyah lagi…”
“Goo ae Jung…. “ Ae Jung sedikit kaget, tapi ia memberanikan diri untuk mengatakan hal yang ingin ia sampaikan pada Dokko Jin, ia mendekat, “kau sekarang sedang goyah kan?” Tanya Dokko Jin lagi.
Ae Jung tak mengaku, “kau sangat percaya diri dan arrogant…. Sangat arrogant”
“aku ingin menunjukkanmu sesuatu, datanglah ke tempatku… kenapa? kau tak mau?”
“Dokko Jin-ssi aku sudah memikirkannya. Aku selalu pergi saat kau memintaku pergi, aku selalu mendengarkanmu kan?” jawab Ae Jung lagi. Dokko Jin menjawab kalau kali ini Dokko Jin pun minta hal yang sama, yaitu Ae Jung tetap mau mendengarkannya juga. “bagaimana kalau kau kali ini yang mendengarkanku?” balas Ae Jung, ia tak mau selalu di stir oleh Dokko Jin.
“mendengar apa? Kata-kata yang tadi kau latih? Kau ingin aku keluar dari hidupmu? aku tak mau dengar”
Ternyata tidak, kali ini Ae Jung justru berencana mengajak Dokko Jin piknik, dengan syarat Dokko Jin menunggunya.
“jika aku menunggumu, kau akan datang?” Tanya Dokko Jin penuh harap.
“tak bisakah kau jawab saja kau akan menunggu? Kalau kau mau menungguku, aku akan pergi piknik denganmu. Jadi tunggulah di depan rumahku hari ini, aku akan pergi syuting dulu”
Sebelum Ae Jung pergi, Dokko Jin kembali mengingatkannya, ”Goo Ae Jung, aku akan menunggumu, pastikan kau datang”
Syuting kencan CM antara Ae Jung dan Pil Joo pun di mulai, sebelumnya Nona Han mengingatkan keduanya untuk lebih banyak bicara. Tema kali ini adalah hobi, mereka akan menyusun puzzle.. hoaa, aku mau puzzle yang guede…..
“kalau menyusun puzzle itu harus fokus, tapi kalau mereka ingin kita bicara akan sulit”
“aku yang akan bicara” sahut Ae Jung.
“jika kau yang berbicara, aku mana bisa fokus pada puzzle nya?” jawaban Pil Joo membuat Ae Jung terkekeh, Pil Joo so sweet.
Pil Joo merasa permintaannya soal mengusir orang di hati Ae Jung tempo hari membuat Ae Jung terbebani, sebaliknya justru tak menganggap itu beban, ia malah menganggapnya sebagai pembuka pikiran. Ia mengaku telah siap mengusir orang itu pergi dan minta bantuan Pil Joo untuk meneguhkan hatinya. Pil Joo berterimakasih atas keputusan Ae Jung.
Dokko Jin yang tahu dirinya tak bisa jauh dari Ae Jung. Kini bersemangat berdandan sebelum menemui Ae Jung, ia menengok kentangnya, “Kentang, hari ini aku mempertaruhkan sisa hidupku untuk menunggu Goo Ae Jung" lalu menempelkan kecupan lewat ibu jarinya.
Pil Joo mengangkat telepon, ada pesan masuk yang berisi foto tanaman kentang berlatar foto Dokko Jin. Ternyata itu bukan ponselnya, tapi ponselnya Ae Jung. Pil Joo terus terang mengakui pada Ae Jung bahwa ia salah buka ponsel dan ada pesan baru dari ‘orang itu’ untuk Ae Jung yang tak sengaja di bacanya. Ae Jung menolak membaca pesan itu, ia minta Pil Joo menghapusnya.
Syuting dimulai, awalnya masing-masing serius dengan sisi puzzle yang berbeda, tapi kemudian Pil Joo memilih memperhatikan Ae Jung yang tetap serius dengan puzzlenya. Setelah agak lama memperhatikan Ae Jung kesulitan, Pil Joo ikut memegang piece puzzle yang di pegang Ae Jung dan menuntunnya ke tempat yang tepat,
“aku akan membantumu. Saat kau kesulitan, ikuti saja langkahku” waw double arti ni, gak Cuma ngomongin puzzle, tapi juga ngomongin cinta.
Dokko Jin benar-benar datang ke rumah Ae Jung, ia duduk di dalam mobilnya menunggu.
Malam itu sesudah syuting Ae Jung tak langsung pulang, ia makan malam dan menonton film bersama Pil Joo. Kini Pil Joo tengah mengantarnya saat hari sudah gelap.
Sementara Dokko Jin yang dengan sabar menunggu Ae Jung, akhirnya melihat keduanya. Ae Jung menghentikan langkah saat matanya melihat Dokko Jin. Pil Joo akhirnya ikut menatap Dokko Jin.
Pil Joo yang tahu Ae Jung mulai ragu, meraih tangan Ae Jung dan menggenggamnya, “aku akan membantumu. Saat kau kesulitan, ikuti saja langkahku” Ae Jung mengangguk, mereka mulai berjalan kembali menuju rumah. Lagi-lagi Ae Jung berhenti, ia menatap Dokko Jin yang terus menatapnya.
Pil Joo kembali mengambil alih peran, ia ganti menggenggam tangan Ae Jung satunya lalu membuka gerbang. Mata Dokko Jin tak bisa lepas melihat mereka.
Sampai di teras, Ae Jung lunglai terduduk dan melepaskan tangan Pil Joo, ia mulai menangis. “aku melakukannya dengan baik kan? Melewatinya dengan dingin…Orang itu pasti tahu kalau aku menghindarinya kan? .. Jika ia punya harga diri, ia pasti akan pergi kan?... sudah berakhir sekarang” Ternyata ini yang ingin di tunjukan Ae Jung pada Dokko Jin, ia ingin Dokko Jin kesal agar tak mengejarnya lagi, tapi ternyata melakukan itu tak semudah yang ia bayangkan, ia sendiri tak rela.
Ae Jung menatap Pil Joo, sambil menangis ia meminta maaf karena bagaimanapun ia tahu Pil Joo terluka karena sikapnya.
Dokko Jin masih di tempatnya, matanya sudah penuh air mata.
Melihat Ae Jung yang terisak, lalu melihat sepatu Ae Jung (yang dicuci Hyung Kyu) yang masih diluar, Pil Joo tahu ia yang harus mengalah…
dikeluarkannya ponsel Ae Jung yang dikantonginya, “sebenarnya, aku tidak menghapus foto itu”. huah, Pil Joo lalu pergi dengan hati yang terluka, hayooo ada yang mau menghibur Pil Joo????....
hati yang terluka(=pulangkan saja aku pada ibuku, atau ayahku... xixixixi) *abaikan*
Ae Jung lalu membuka pesannya, foto kentang di iringi kalimat: "Goo Ae Jung, kentang yang kau bawa untukku sudah tumbuh seperti ini. Ada yang bilang kecambah kentang itu beracun, tapi jika aku terus merawatnya, aku rasa mungkin itu bunga…… Karena aku rusak, aku tak bisa berpegangan padamu. Jadi kali ini kau yang harus datang padaku, agar aku tak berhenti dan terus berjalan……. Aku membutuhkanmu untuk datang me’recharge’ku”
Hati Ae Jung akhirnya luluh, ia mendekati mobil Dokko Jin yang masih ada di depan rumahnya. Tampak Dokko Jin terpejam dengan air mata yang mengalir.
Kalau dulu tangan Dokko Jin yang seolah merengkuh wajah Ae Jung, kini sebaliknya. Tangan Ae Jung lah yang merengkuh wajah Dokko Jin.
Dokko Jin terbangun dan kaget melihat Ae Jung, ia membuka kaca mobilnya. Tampak sisa air mata masih basah di pipi Dokko Jin.
“kau pria jahat… ‘recharge’..”
Dokko Jin tersenyum, ia memegang tangan Ae Jung, dan langsung berdiri molos jendela dan me’recharge’ lewat ciuman…
Dibuat SELALU penuh dengan cinta oleh ai Rf, support piku by ari Rf and Apni Rf
Selamat buat yang lulus UMPTN, yang tidak lulus tak usah berkecil hati karena itu pasti yang terbaik yang harus dijalani... Banyak jalan menuju ROMA.....
Selamat buat yang sudah lulus sidang, dan selamat yang masih berthump-thump ria buat yang nunggu Ujian/sidangnya
Juga buat salah satu author PD yang lagi menghitung hari untuk lahiran, semoga mendapat kemudahan
Enjoy Your Life lah pokona mah!!...... muachhh^^
0 comments:
Post a Comment