Recent Post


[Sinopsis Novel] Putri Huan Zhu/ Huan Zhu Ge Ge II Bagian 13

Do you want to share?

Do you like this story?


Judul Asli : Huan Zhu Ge Ge II-5: Hung Chen Chuo Pan
Pengarang : Chiung Yao (Qiong Yao)
Penerbit : Crown Publishing Co., Taipei – Thaiwan

Judul Bahasa Indonesia: Putri Huan Zhu II-5: Kembali Ke Kota Kenangan
Alih bahasa : Pangesti A. Bernardus (koordinator), Yasmin Kania Dewi, Tutut Bintoro
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, Mei 2000

Cerita Sebelumnya:
Satu demi satu, permasalahan Xiao Yanzi dan kawan-kawan terselesaikan. Liu Qing dan Jinshuo baik-baik saja. Ziwei telah melihat kembali. Meski sempat terluka karena bertarung dengan pasukan utusan Permaisuri, Erkang berangsur-angsur pulih. Tapi problem baru kembali mencuat. Kali ini hubungan segitiga antara Xiao Yanzi, Yongqi dan Xiao Jian.



XIII


Xiao Yanzi sangat senang karena pertunjukannya sukses. Setibanya di Sehe Yuen dia berlari masuk sambil tertawa-tawa,

“Ziwei! Erkang! Kalian tidak lihat kebolehanku dan Xiao Jian tadi! Orang-orang yang menonton semuanya tercengang! Mereka memberi banyak uang, bersorak dan memuji-muji kami! Pokoknya aku puas sekali!”

“Benarkah?” Erkang tidak percaya. “Jadi kita bisa mengandalkan cara begini untuk mencari uang ya?”

“Benar!” tukas Liu Hong yang sudah masuk bersama Yongqi dan Xiao Jian. Sambil tertawa dia menambahkan, “Tapi aku tadi kasihan sama Xiao Jian…”

Melihat Yongqi, Xiao Yanzi langsung menyembur perkataan pedas. “Yongqi! Kenapa tadi kau malah bersembunyi? Aku sudah mati-matian memberimu isyarat tapi kau malah pura-pura tidak lihat! Untung Xiao Jian muncul! Kau ini bagaimana sih? Masak sampai hari ini masih belum bisa meninggalkan gengsi pangeranmu?”

Yongqi merasa terpojok. Mukanya masam. “Maaf ya, dari dulu sudah kubilang aku tak suka cara-cara macam begini! Aku tidak sanggup disuruh menipu!”

“Oh, rupanya kau begitu terhormat sampai merendahkan cara mencari uang begini? Kalau begitu, malam ini kau tidak usah makan agar mulutmu yang suci tidak sampai tercemar!”

“Baik! Kalau uang ini hasil jerih payahmu, aku tak sudi memakainya! Puas? ‘Para bangsawan selalu tahu apa yang pantas dan tidak pantas’. Kalau aku harus mengemis-ngemis belas kasihan seperti anjing, aku bukan tipe seperti itu!”

“Tak usah berulang kali kau bicara soal bangsawan! Karena seumur hidup aku tak kan pernah berhasil menjadi bangsawan!”

“Kau ini aneh sekali! Lagi pula tadi kan sudah ada Xiao Jian yang mengimbangi aksimu! Semua pemeran utama sudah tampil. Jadi kalau kurang satu pemeran pembantu saja, apa pengaruhnya?”

“Kau hendak menghinaku, ya kan? Dalam pelarian ini kalau sekarang kita tidak mencari uang, kita bakal mati kelaparan! Kau sudah mempelajari banyak ilmu, tapi semua itu apa ada gunanya sekarang?”

Erkang lekas maju menengahi. “Kalian kenapa? Kalian mengeluh karena harus hidup dalam kesulitan, ya?”

Erkang menoleh ke arah Yongqi. “Bukannya aku menyalahkanmu. Tapi kau jangan terlalu angkuh. Xiao Yanzi berhasil mendapat uang banyak dan gembira. Kau bukannya memujinya tapi malah mengecamnya. Sikapmu keterlaluan.”

“Benar!” Ziwei menyambung. “Xiao Yanzi kan mencari uang buat kita semua. Kalau kau tak bisa mengimbangi aksinya, itu wajar saja. Kau bisa jelaskan pelan-pelan. Tak usah memarahinya.”

“Betul,” sahut Xiao Jian. “Kita memang menghadapi kehidupan keras yang belum pernah kau alami. Setelah mengalaminya, barulah kau tahu bahwa prinsip yang selama ini kau pegang tidaklah penting. Yang paling penting adalah mengisi perut. Prinsip-prinsip itu tak bisa mengenyangkan perut. Harga diri laki-laki sejati, status kebangsawanan, semua itu harus dibuang jauh-jauh. Kau setuju, kan?”

Yongqi merasa dirinya tersudut. Semua orang menyalahkannya. Api kemarahannya naik hingga dia berteriak pada Xiao Jian.

“Baik! Kau memang paling hebat! Kau serbabisa! Diriku tidak sehebat dirimu! Puas? Kelak kalau Xiao Yanzi sampai mencuri dan menipu, kaulah yang harus bertanggung jawab!”

“Apaaa?” Xiao Jian tersinggung. “Kenapa kau mesti mengatakan hal tak menyenangkan begini? Kau sungguh keterlaluan! Aku membela Xiao Yanzi!”

“Kau membelanya? Apa hakmu membelanya?”

Erkang lekas-lekas berdiri di tengah dua pria yang nyaris berkelahi itu. “Hentikan! Yongqi! Xiao Jian! Selama ini kita sudah seperti keluarga. Sehidup-semati. Kalau saling melukai hanya karena persoalan kecil, bukankah sangat disayangkan?”

Erkang mencoba menjelaskan posisi Yongqi. “Yongqi awalnya seorang Pangeran. Dia tentu harus berusaha keras menyesuaikan diri dengan kehidupan semacam ini. Kalau dia masih sulit melepas seluruh sifat bangsawannya, kita juga harus maklum!”

Xiao Jian mendesah. Dilihatnya Yongqi sebenatar lalu keluar.

“Kesalahan terbesarku,” Xiao Yanzi berkata marah sebelum masuk ke kamarnya. “Adalah mencuri dan menipu Pangeran satu ini!”

Yongqi tercengang. Frustasi memenuhi hatinya hingga sanggup membalik gunung. Erkang mengisyaratkan Ziwei agar mengejar Xiao Yanzi.

“Aiya, berangkat tadi masih gembira. Setelah pertunjukannya sukses malah ribut begini. Aku sungguh tidak mengerti,” Liu Hong berkomentar sambil menatap Yongqi sekilas dengan pandangan tidak setuju.

Setelah tinggal berdua saja, Erkang menasehati Yongqi.

“Sebaiknya kau rubah sikapmu sebelum keadaan tambah parah. Kau sudah meninggalkan status Pangeranmu demi Xiao Yanzi. Bukankah dulu kau pernah bilang kalau kelebihan Xiao Yanzi, justru terletak pada kekurangannya? Apalagi… Kau berpotensi membuat hubungan kalian retak. Apa kau tidak takut ada orang lain yang akan masuk dan mengisi keretakan itu? Xiao Jian misalnya…”

Yongqi tersentak. Kecemasan yang terpendam selama ini kian menjadi-jadi.

Sementara di kamarnya, Xiao Yanzi meluapkan emosinya dengan menendang meja dan kursi. “Katanya dulu dia akan berubah demi diriku! Tapi semuanya cuma omong kosong! Dialah yang telah menipuku!”

“Tuduhanmu itu memebratkan Yongqi. Dia telah menanggalkan semuanya demi kau. Kalau kau mengabaikan rasa sayang sedalam ini, aku yang akan membela Yongqi!” kata Ziwei.

“Tentu saja kau membelanya! Dia kan kakakmu!”

“Dia kakakku atau bukan, aku tak yakin lagi. Tapi kaulah saudaraku yang sejati. Kalau kau tidak terkesan dengna pengorbanan Yongqi, akulah yang terkesan. Pengorbanannya sungguh tidak sedikit. Pria semacam ini sangat langka. Kau sangat beruntung, tapi tidak menyadarinya.”

“Setelah kau melihat sikap dan mendengar perkataannya tadi, kau masih berani membelanya? Dia meremehkan aku di depan Xiao Jian! Tadi kami semua beraksi mengerahkan segenap kemampuan tapi dia malah bersembunyo di tengah banyak orang! Setibanya di rumah, bukannya minta maaf malah memarahiku!”

“Oh! Malangnya Yongqi!” Ziwei mendesah.

“Malang? Apanya yang malang?”

“Dia sudah meninggalkan segala kemegahan istana untuk mengikutimu. Jelas-jelas dia seorang Pangeran tapi dipaksa menjadi orang biasa. Ketika dia tak sanggup melakukannya, bukannya bersimpati, kau malah memakinya habis-habisan! Dan yang paling kejam adalah….”

“Siapa? Siapa yang paling kejam?” Xiao Yanzi mendelik.

“Tentu saja kau…”

“Kenapa bisa?”

“Kau masih ingat peristiwa Zailian? Hanya gara-gara Yongqi naik ke kuda Yongqi, kau jadi marah hingga hidungmu nyaris berasap! Xiao Jian itu begitu pandai dan mengesankan. Dia seperti Zailian. Apa kau mengerti….?”

Xiao Yanzi menatap Ziwei bengong. Ziwei lanjut berkata, “Yongqi itu sedang cemburu! Kau terus bersama dan memuji Xiao Jian! Pernahkah terpikir olehmu bagaimana perasaan Yongqi?”

Xiao Yanzi terkesiap. “Tapi… Xiao Jian itu cuma kuanggap teman! Seperti seorang kakak…”

“Iya, dulu si Zailian juga bukan siapa-siapa….”

Xiao Yanzi tercengang. “Aku masih tidak percaya dengan cemburu-cemburuan ini! Menyebalkan! Perutku sampai perih memikirkannya! Aku mau keluar!”

“Kau mau ke mana?” Ziwei menahan Xiao Yanzi yang sudah akan melesat kelluar kamar.

“Tak usah peduli!”

Xiao Yanzi menuju dapur dan mengambil kapak. Dijinjingnya kapak melewati ruang tamu.

Erkang dan Yongqi tengah ada di ruang tamu. Melihat Xiao Yanzi yang akan keluar pintu, Erkang menahannya.

“Xiao Yanzi! Kau mau ke mana?”

“Aku mau ke gunung buat cari kayu!”

“Gunung mana?”

“Gunung apapun yang terlihat olehku! Pokoknya begitu melihat ada pohon, langsung kutebang!”

“Tapi di gunung banyak macan, lho!” Erkang menggoda Xiao Yanzi. “Lagipula tidak sulit mencari kayu di Luoyang. Tinggal beli saja! Tak usah repot-repot mencari kayu di gunung kan?”

“Wei! Tuan Muda! Beli itu kan perlu uang! Kami yang mengamen di jalan dikecam begitu pedas. Jadi kalau tidak bisa mencari uang, ya, cari kayu bakar saja!”

Erkang tersenyum. “Kau pergi sambil marah-marah, jangan-jangan nanti bukan membelah kayu – tapi membelah orang!”

Ziwei mendorong Yongqi. “Sebaiknya kau pergi menemaninya.”

“Siapa yang minta dia menemaniku?” teriak Xiao Yanzi ketus. “Dia begitu terhormat. Tidak bertampang pencari kayu! Lebih baik diam saja di rumah. Tunggu para kasim melayani dan dayang-dayang yang berbaris menyuapkan makanan ke mulutnya!”

Yongqi berdiri dan balas menggertak. “Kau masih mengatakan hal-hal tak masuk akal begini? Dua tahun terakhir segala hal telah kulakukan demi dirimu! Tapi akibatnya aku malah mendapat sindiran-sindiran pedas! Semuanya bukan karena aku terlalu terhormat. Tapi karena aku terlalu tolol!”

Xiao Yanzi maju membalas. “Jadi kau menyesal? Belum terlambat! Pulang saja sana! Kembali ke pelukan Si Naga itu! Biar kau jadi naga kecil sekalian!”

“Baik! Aku pergi! Selamat tinggal!” Yongqi hendak melangkah dengan penuh amarah.

“Eh, Yongqi! Kau sudah gila ya? Kita semua sudah tak punya rumah! Kau mau pulang ke mana? Kembalilah! Kalian jangan emosi!”

Xiao Yanzi mendorong Erkang. “Kau ini cerewet sekali…”

Ternyata tanpa sengaja tangannya mengenai luka Erkang. “Aduh! Aduh!” Erkang mem.bungkuk kesakitan.

“Erkang!” pekik Ziwei.

“Aiya, Erkang!” Xiao Yanzi ikut terperanjat. “Maaf! Aku tidak sengaja!” Dia maju hendak memeriksa Erkang dan tanpa sadar kapak yang dipegangnya meluncur jatuh mengenai kaki Yongqi.

“Auw! Auw!” teriak Yongqi.

Kali ini Xiao Yanzi berbalik dan memegangi Yongqi. “Kakimu kenapa? Apa jarimu ada yang terluka?”

Yongqi menegakkan tubuh dan menarik Xiao Yanzi ke pelukannya. Lalu berkata dengna penuh perasaan. “Aku sudah mengembara bersamamu sampai ke batas cakrawala! Segalanya telah kutinggalkan… nyawa pun akan kuserahkan! Tapi, sedikit keangkuhan itu masih belum bisa sepenuhnya dibuang. Maafkan aku, aku janji akan berubah!”

Mendengar perkataan Yongqi, Xiao Yanzi pun tidak tega. Emosinya berubah jadi isak tangis. Dia pun membenamkan kepalanya ke dalam pelukan Yongqi.

“Kalau kau tak suka menyamar sebagai penonton, ya tak usah lakukan! Masak aku begitu brengseknya sampai-sampai bisa mencuri dan menipu…”

Yongqi merasa menyesal. “Aku m,emang salah! Akulah yang brengsek! Apalagi mengecammu dengan kata-kata pedas seperti tadi! Sejak memulai pelarian ini, mentalku memang rapuh! Aku menutupi hal ini karena aku menyayangi dan mencintaimu…”

“Benarkah?” suara Xiao Yanzi melembut. “Kalau begitu, aku akan memberitahumu satu hal.”

Xiao Yanzi mendekatkan mulutnya ke telinga Yongqi dan berbisik.

“Xiao Jian itu cuma kuanggap seperti kakak…”

Muka Yongqi langsung memerah. Xiao Yanzi pun tertawa.

Erkang dan Ziwei saling berpandangan sambil tersenyum.

***

Yongqi dan Xiao Jian saling menghindar satu sama lain. Yang lainnya tidak tahu bagaimana memecahkan borok di antara keduanya.

Malam itu Ziwei dan Liu Hong berbisik-bisik lalu pergi ke dapur menyiapkan hidangan makan malam. Waktu makan malam tiba, Liu Hong berseru, “Semuanya, mari makan! Hari ini ada hidangan tambahan!”

Semuanya masuk ke ruang makan. Liu Hong tersenyum sambil baerkata, “Malam ini tidak ada ikan saus asam pedas ala Xiao Yanzi. Yang ada daging asam manis ala Liu Hong!”

“Juga hidangan sup asam pedas ala Ziwei!” sambung Ziwei.

“Dan ketimun saus asam manis buatan Liu Hong!”

“Juga ikan yang meluncur di dalam saus asam buattan Ziwei!”

“Dan mi kuah asam pedas buatan Liu Hong!”

“Serta tumisan akar lotus saus asam manis buatan Ziwei!”

Sampai di sini Xiao Yanzi berkomentar, “Nama masakan kalian aneh sekali! Kalau bukan asam manis, pasti asam pedas! Apa maksudnya?”

“Karena hari ini telah terjadi banyak hal yang rasanya asam, pedas dan manis,” Ziwei tertawa-tawa.

Mendengar perkataan itu, Yongqi jadi salah tingkah. Terlebih ketika pandangannya bertemu dengan Xiao Jian, dia merasa lebih malu lagi.

Xiao Jian menyaksikan semuanya dengan sikap biasa-biasa saja. Dia tersenyum lebar dsmbil bicara, “Yang suka makanan manis, silakan makan yang manis. Yang suka asam, silakan makan yang asam. Aku mau minum arak saja!”

Lalu pemuda itu menuang arak dengan cuek dan minum dengan sekali teguk. Setelah itu, Xiao Jian mendeklamasikan sebuah puisi,

“Manusia yang tidak punya keluarga, hidupnya seperti debu. Mudah tercerai-berai oleh tiupan angin. Namun mereka yang merasa seperti bersaudara, meski bukan sekandung, berkumpullah dengan penuh sukacita! Wahai orang yang sedang marah, jadikanlah kesempatan baik ini untuk memaafkan orang lain!”

“Itu puisi karangan Dao Qian!” Erkang menimpali. “Puisi favoritku! Apalagi ia benar-benar mencerminkan keadaan kita saat ini!”

“Tepat sekali! Aku juga menyukai puisi ini!” kata Xiao Jian. Dengan sengaja dia menyapukan pandangannya ke arah Yongqi.

Yongqi membalas tatapan Xiao Jian, mengesampingkan keangkuhannya dan menepuk-nepuk bahu pemuda itu.

“Saudaraku, tadi aku telah berbuat kesalahan. Maafkanlah aku!”

Xiao Jian dan Yongqi pun tertawa.

***

Beberapa hari kemudian, mereka pergi ke bagian lain Luoyang untuk mengamen.

Aksi Xiao Yanzi dan Xiao Jian yang jenaka mendapat sambutan hangat dari penonton. Erkang dan Ziwei menjadi ‘penonton’ yang paling antusias. Keduanya berbakat mempengaruhi orang. Begitu mereka mulai menyumbang, penonton lain pun ikut.

Bagaimana dengan Yongqi? Sejak perang urat saraf dengan Xiao Yanzi, dia sungguh berubah. Dia berhasil membuang gengsinya sebagai Pangeran dan ikut berpartisipasi dengan menabuh gong untuk mengumpulkan orang-orang melihat pertunjukan.

Sementara itu, pada hari tersebut, Pejabat Li Deseng tampak di antara kerumunan manusia menyaksikan pertunjukan. Pejabat Li dan anak buahnya membaur di antara penonton. Menyaksikan Pangeran Kelima, Putri Huanzhu, Putri Ziwei serta pengawal Fu Erkang mengamen, Pejabat Li terkejut.

“Bagaimana mereka bisa berada di jalanan seperti ini? Pangeran Kelima menabuh gong seperti jika gelandangan dan Putri Huanzhu berakrobat. Jika Yang Mulia tahu, beliau akan merasa sedih sekali!”

Saat Pejabat Li sedang berpikir, datanglah Liu Hong membawa nampan untuk meminta sumbangan. Merasa iba, Pejabat Li mengangsurkan sebatang uang perak dan meletakkannya ke nampan. Liu Hong terkejut atas pemberian uang sebesar itu. Erkang juga. Dia lalu menghampiri dan tersentak melihat Pejabat Li.

“Salam sejahtera bagi Tuan Muda Fu! Mari kita menyingkir sebentar untuk bicara!” Pejabat Li menahan tangan Erkang.

Erkang segera menarik tangannya. Lengan bajunya tersingkap memperlihatkan tangannya yang terbalut perban. Pejabat Li terpana. Erkang keburu berteriak, “Semua! Musuh kita ada di sini! Lekas lari!”

Xiao Yanzi bertatapan dengan Pejabat Li. “Gawat! Pejabat ‘jala ikan’ datang lagi!” – Xiao Yanzi pernah dijaring oleh anak buah Pejabat Li ketika hendak ditangkap dulu.

Yongqi buru-buru menarik Xiao Yanzi. Erkang menarik Ziwei. Massa kaget dan saling dorong. Ada yang jatuh bertumpukan. Kacau sekali.

Xiao Jian melesat ke sisi Erkang dan berkata lirih terburu-buru, “Bawa Ziwei dan Liu Hong ke Sehe Yuen dan berkemas. Lalu tunggu kami! Aku, Yongqi dan Xiao Yanzi akan memecah konsentrasi mereka terlebih dulu!”

Erkang mengangguk. Dia, Ziwei dan Liu Hong bergegas pergi secepat kilat.

Xiao Jian menghadang prajurit yang akan mengejar Erkang. Dia berteriak, “Bisa-bisanya ada penguasa yang kejam terhadap darah dagingnya sendiri!”

Pejabat Li terkejut mendengar perkataan Xiao Jian. Dia segera memerintahkan pengejaran.

Xiao Yanzi, Yongqi dan Xiao Jian lari ke arah berlawanan dari Erkang. Mereka sampai ke sebuah pabrik pencelupan kain. Di dalam pabrik, buruh-buruh wanita sedan mencelup dan menjemur kain. Di lantai ada banyak sekali ember berisi cairan pewarna.

Xiao Yanzi dan kawan-kawan menerjang masuk. Para buruh terkejut dan berteriak, “Siapa kalian? Jangan bikin kotor kain-kain kami!”

Belum pulih rasa terkejut buruh-buruh wanita itu, Pejabat Li melompat masuk beserta rombongan pasukannya. “Mohon Tuan Putri dan Pangeran Kelima berhenti dulu! Hamba ingin mengatakan sesuatu! Keadaannya bukan yang seperti Anda pikirkan! Hamba menjalankan titah Yang Mulia! Ada Tabib kemari untuk mengobati Anda sekalian!”

Xiao Yanzi telah menarik selembar kain yang sedang dijemur. Xiao Jian dan Yongqi memegang di ujung yang lain.

“Pejabat Li! Kau jangan bertindak sembarangan! Sebaiknya bawa seluruh pasukanmu dan tinggalkan kami!” seru Yongqi.

“Pangeran Kelima! Kaisar sesungguhnya sangat welas asih…” belum selesai kalimatnya, kain telah menggulung kepalanya.

Xiao Yanzi dan kedua pemuda itu menarik kain-kain jemuran dan menebarkannya. Membuat Pejabat Li dan anak buahnya terlilit, tertutupi dan mereka frustasi karena tidak bisa menyobek kain-kain itu dengan pedang.

Para buruh wanita yang melihat prajurit dengan senjata terhunus, berlarian panik dan menjerit-jerit. Pejabat Li berteriak cemas, “Jangan sampai mereka terluka! Hati-hati!”

Karena takut melukai Yongqi dan Xiao Yanzi, para prajurit kebingungan. Xiao Jian menendang seorang prajurit ke sebuah ember. Begitu prajurit itu muncul, dia telah berubah menjadi monster hijau.

Pabrik pencelupan kain itu berantakan. Para prajurit kini tercebur ke dalam ember pewarna sana-sini. Bahkan Pejabat Li juga ikut tersiram pewarna merah yang membuatnya tampak seperti monster merah!

Melihat Pejabat Li dan prajuritnya kewalahan, ketiganya segera memanfaatkan situasi untuk pergi.

Di Sehe Yuen, Erkang, Ziwei dan Liu Hong sudah hampir selesai berkemas. Kereta kuda pun sudah siap.

Begitu semuanya selesai, Erkang, Liu Hong, Ziwei dan Xiao Yanzi segera naik ke atas kereta. Xiao Jian dan Yongqi duduk di kursi sais. Melarikan kuda dengan cepat.

Di dalam kereta Xiao Yanzi berketa girang, “Kalian tadi tidak llihat – kami cuma bertiga melawan mereka yang jumlahnya jauh lebih banyak! Bukan hanya berhasil menga lahkan mereka, tapi membuat mereka semua tercebur ke dalam ember pewarna. Tubuh mereka pun berwarna-warni seperti bunga dan basah kuyup dengan air menetes-netes. Betul-betul inilah yang disebut: ‘Bunga berguguran dan air mengalir’! Ha ha ha!”

Kalau XiaoYanzi girang, Ziwei malah muram. “Kenapa Huang Ama tidak melepas kita? Kenapa masih mengejar dan berupaya membunuh kita?”

“Jangan memikirkan hal ini lagi. Kita hanya akan sedih jika memikirkannya,” kata Erkang.

Ziwei memandang keluar jendela sambil berpikir dalam-dalam. “:Meski dikejar-kejar hingga babak belur seperti ini, tapi aku masih sering mengenang kebaikan-kebaikan Huang Ama terhadap kita…”

Perkataan ini membuat Xiao Yanzi dan Erkang jadi sedih.

***

Di Kota Terlarang, Palang yang telah kembali dari tugas mengejar Xiao Yanzi dan kawan-kawan segera menghadap Permaisuri.

“Bagaimana? Apa kau sudah berhasil membereskan mereka?” tanya Permaisuri.

“Hamba menjawab, Permaisuri! Hamba mengejar mereka sampai ke Luoyang dan mendapat kabar kalau Putri Ziwei buta.”

“Apa? Ziwei buta?’ Permaisuri terlonjak.

Saat itu Pangeran Kedua belas, Yongji melintas dan diam-diam mendengar percakapan ibunya. Dalam lubuk hatinya yang belia, Ziwei dan Xiao Yanzi adalah orang-orang paling baik di istana. mendengar Ziwei buta, dia pun merasa terguncang.

“Hamba dan yang lainnya sempat mencegat mereka di luar kota Luoyang. Kami terlibat baku hantam dan beberapa di antara mereka berhasil dilukai. Tuan Muda Fu terluka cukup parah. Pangeran Kelima juga. Mengenai pelayan Putri Ziwei yang bernama Jinshuo itu pun, kabarnya telah tewas karena jatuh ke jurang!”

Yonji terbelalak ketika mendengarnya. Bibi Rong yang berada di dekat Permaisuri berpikir sebentar sebelum berkata, “Yang Mulia Permaisuri, bukankah Anda ingin memusnahkan mereka sampai ke akar-akarnya? Kalau bukan sekarang saatnya, nantinya tak ada lagi kesempatan seperti ini!”

Permaisuri belum berkata apa-apa, tiba-tiba terdengar seruan dari luar, “Pangeran Kedua Belas! Hamba mencari Anda ke mana-mana! Kenapa memanjat jendela?”

Itu suara pengasuh Yongji. Permaisuri terkejut setengah mati. Bibi Rong melesat keluar pintu dan langsung melayangkan tamparan ke pengasuh itu.

“Kau bisa mengasuh Pangeran atau tidak? Kenapa membiarkan Pangeran Kedua Belas memanjat jendela? Kalau dia sampai jatuh dan kenapa-napa, kau punya berapa kepala untuk menebusnya?”

Melihat pengasuhnya ditampar, Yongji maju dan menendang Bibi Rong. “Kau jahat!” teriak Yongji. “Kau mau membunuh Pangeran Kelima! Kakak Ziwei! Kakak Xiao Yanzi! Juga menampar pengasuhku!”

Bibi Rong telonjak kaget dan lekas-lekas mundur. Permaisuri yang juga sudah keluar terkejut melihat kelakuan Yongji.

Yongji berteriak marah pada Permaisuri, “Huang Erniang! Bukankah Anda mengajariku agar berbakti pada ayah dan ibu, mencintai sesame saudara, serta harus bersikap welas asih te hadap orang lain? Tapi mengapa Huang Erniang mengutus orang untuk membunuh Pangeran Kelima, Kakak Ziwei, Kakak Xiao Yanzi juga Kakak Erkang? huang Erniang sungguh kejam! Aku akan melapor pada Huang Ama!”

Yongji membuang muka dan hendak berlari pergi. Bibi Rong segera menangkapnya dan berseru gentar, “Mohon Pangeran Kedua Belas jangan marah! Anda salah dengar! Kejadiannya bukan seperti itu! Jangan menyalahkan Huang Erniang sebab Beliau sama sekali tak bermaksud seperti itu!”

Permaisuri ketakutan melihat kemarahan putranya yang masih kecil itu. Apalagi, kalimat demi kalimat yang diucapkan Yongji ibarat pisau yang menusuk-nusuk hatinya.

Permaisuri meminta Palang dan pengasuh Yonji untuk mundur. Yongji, masih dengan amarah meluap-luap kembali berteriak, “Huang Erniang tidak tahpa baiknya Kakak Ziwei dan Kakak Xiao Yanzi! Hanya mereka yang mau main dengnku di istana ini! Yang lainnya tidak! Mereka langsung menghindar ketika melihatku! Lelu kenapa Huang Erniang hendak membunuh mereka? Kenapa?!”

Permaisuri tampak terguncang dengan pengakuan putranya. Dia membungkuk dan berkata parau, “Apa maksudmu tak seorang pun mau main denganmu dan menghindarimu?”

“Aku juga tidak tahu… Mereka bilang Huang Erniang kejam. Hanya Kakak Xiao Yanzi dan Kakak Ziwei yang sikapnya berbeda! Yang lainnya suka pura-pura tidak melihatku!”

“Jadi Cuma Xiao Yanzi dan Ziwei yang mau bermain denganmu? Mereka tak mungkin demikian baik padamu. Mereka pasti hanya pura-pura!”

“Pura-pura apa? Mana yang betulan dan pura-pura, aku tahu! Huang Erniang mau membunuh mereka! Aku sudah dengar semuanya! Aku benci Huang Erniang!”

Permaisuri gemetaran. “Anakku, jangan membenciku… semua kulakukan hanya untukmu! Kalau kau membenciku, apalagi yang perlu kuperjuankan? Untuk apa lagi semua ambisiku?”

Permaisuri memeluk Yongji. “Anakku, kau salah dengar. Aku tidak berniat membunuh mereka. Aku mengutus orang justru untuk melindungi mereka! Huang Amalah yang ingin membunuh mereka!”

Yongji menatap Permaisuri dengan bimbang. Masih teringat olehnya ketika Kaisar murka dan menetapkan hukuman mati bagi kedua gadis itu.

“Benarkah? Jadi Huang Erniang tidak berencana membunuh mereka, kan? Juga tidak bilang kalau Kakak Ziwei buta?”

“Itu hanya kabar burung. Masih belum jelas kebenarannya,” Permaisuri memeluk Yongji dengan kekalutan besar. “Aku janji tak membunuh mereka! Maka dari itu kau jangan bicara sembarang di luar! Percayalah pada ibumu ini. Mau, kan?”

Yongji masih kebingungan. Melihatnya, Permaisuri teringat peristiwa ketika Ziwei ditusuk jarum. Waktu itu, Ziwei berkali-kali teriak, “Permaisuri! Pangeran Kedua Belas sedang memperhatikan Anda dari jendela!”

Tatapan Yongji begitu bening dan jujur. Permaisuri berpeluh dingin. Saat itu, barulah dia mengerti maksud perkataan Ziwei waktu itu!

***

Hari itu, Xiao Yanzi dan kawan-kawan sampai di sebuah kota kecil.

Mereka menginap di penginapan sederhana. Dan setelah selesai mengurus uang sewa, karena hari masih terang, mereka melihat-lihat kota kecil itu.

Lalu tampaklah permainan akrobat. Banyak orang yang tengah menyaksikan. Mereka pun nimbrung menonton.

Seorang anak perempuan berumur sekitar sebelas tahun sedang beratraksi. Dia berdiri di atas tumpukan bangku yang tinggi. Piring-piring dilempar ke arahnya dan dia harus menangkapnya dengan gesit.

“Wah, itu sulit sekali! Benar-benar berbahaya!” Xiao Yanzi terpukau.

Tapi pada satu kesempatan, tangkapan gadis itu meleset. Sebuah piring pecah. Pria dewasa yang berada di bawah – sepertinya ayah gadis itu langsung mendongak dan berteriak, “Hei Budak! Jangan bikin malu! Banyak yang sedang nonton nih!”

Gadis itu gugup sehingga pada lemparan berikutnya lagi-lagi tangkapannya meleset. Lelaki yang di bawah itu naik pitam. “Kau sengaja ya? Ayo lakukan sekali lagi!”

Gadis itu jadi gemetaran karena dimarahi. Kakinya pun goyah. Bangku-bangku tempatnya berdiri berjatuhan. Tubuh gadis itu pun meluncur ke bawah.

Para penonton yang khawatir tertimpa bangku langsung berlarian. Yongqi langsung melesat menangkap tubuh gadis itu.

Yongqi menurunkan gadis itu. Siapa nyana, ternyata lelaki yang tadi marah-marah mengambil cambuk dan melecut gadis itu.

“Keparat! Kau pecahkan banyak piring dan kau buat penonton kocar-kacir! Kau juga sengaja menjatuhkan diri! Benar-benar cari mati!”

Anak perempuan itu ketakutan, “Maafkan aku! Maafkan aku, Ayah!”

Melihat itu, Xiao Yanzi naik darah. “Jadi kau ayahnya? Masak anak masih sekecil ini kau suruh lakukan atraksi berbahaya? Untung tubuhnya berhasil ditangkap tadi! Jika tidak, dia sudah pasti patah tulang! Bukannya kasihan, kau malah mencambuknya! Kau sebenarnya punya belas kasihan dan perasaan sayang tidak, sih?”

Lelaki itu berang. “Ini anakku! Apa urusanmu?”

Yongqi juga mulai kehilangan kesabarannya. “Kau menganiaya anakmu sendiri dan jadikan nyawanya bahan permainan. Akan kukirim kau ke pengadilan untuk dihukum!”

Melihat ada yang membelanya, gadis kecil itu langsung maju ke depan dan berlutut di hadapan Xiao Yanzi serta kawan-kawan.

“Kakak semua…, tolong selamatkan aku! Pria ini sebenarnya bukan ayahku! Aku dijual padanya! Dia sangat kejam! Aku sering tidak diberi makan dan disuruh berakrobat! Kalau atraksiku jelek, aku dipukulnya! Aku sangat takut…” gadis kecil itu mulai menangis.

Para penonton yang tadi sudah bubar, kini kembali lagi. Mereka ribut berbisik-bisik, “Ayah semacam ini memang berhati iblis!”

Gadis kecil itu terus bersujud. Ziwei memandang Erkang, “Kurasa kita bukannya membantunya, tapi bisa menimbulkan bencana baginya. Setelah kita pergi, perlakuan apalagi yang akan diterimanya?”

Xiao Yanzi langsung maju dan berkata, “Gadis kecil ini akan kami beli! Katakan berapa harganya?”

Lelaki itu langsung berpikir licik, “Wah, tidak bisa! Dia anak kesayanganku! Tidak dikual!”

Xiao Jian maju dan menendang lelaki itu. Ketika dia terpelanting, Xiao Yanzi berteriak, “KAu mau menjualnya atau tidak? Kalau tidak, kau akan ditendang sampai mampus!”

“Aduh! Aduh! Baik! Kujual! Lima puluh keping perak!”

“Lima puluh keping perak?” Liu Hong ternganga. “Uang kita sekarang mungkin hanya sepuluh keping perak!”

“Kalau begitu, aku tidak mau menjualnya! Dia periuk nasiku! Aku tak akan menjualnya!”

Xiao Yanzi dan kawan-kawan mengumpulkan seluruh uang mereka dan setelah menyisakan sedikit untuk biaya perjalanan mereka selanjutnya, nilainya tidak lebih dari dua belas keping perak.

“Dua belas keping perak! Boleh?” tanya Ziwei.

“Tidak! Tidak mau!” tukas lelaki itu.

Xiao Jian memelintir bagian depan pakaian pria itu dan berkata mengancam, “Kalau kau tak menjualnya pada kami, aku akan mematahkan kaki tanganmu! Saat itu, kau bukan hanya tidak mendapat dua belas keping uang, tapi nyawamu juga bisa melayang! Kuperingatkan! Ini bukan sekedar menggertak!”

Lelaki itu ketakutan. Akhirnya dia berkatata memelas, “Baik! Kujual! Kujual!”

“Bagus! Sekarang kita harus buat surat pernyataan agar kau tidak ingkar!” kata Xiao Jian.

Mereka pun berlalu diiringi sorak-sorai penonton. Gadis kecil itu serasa bermimpi. Dia nyaris tidak percaya kalau dirinya telah bebas.

***

Dengan uang yang semakin menipis, mereka membelikan pakaian yang pantas bagi gadis kecil it.

Malamnya, gadis itu telah berpakaian rapi dan tampak bersih. Dia duduk di meja makan sambil memakan hampir semua hidangan yang disediakan.

“Sudah berapa hari kau tidak makan? Apakah bajingan itu membiarkanmu berakrobat dengan perut kosong?”

“Dua hari. Ayah bilang, kalau makan banyak, aku bisa gemuk. Dan kalau sudah gemuk akan sulit berakrobat. Itu sebabnya tadi aku lemas dan terjatuh!”

“Wah, seharusnya kita tadi menangkapnya lalu membuatnya kelaparan!” teriak Xiao Yanzi.

“Siapa namamu? Berapa umurmu?” tanya Ziwei.

“Namaku Budak!”

“Mana bisa ini disebut nama? Apa ayah kandungmu dulu juga memanggilmu begitu?’

“Aku tidak tahu siapa ayah kandungku! Sejak kecil aku sudah belajar akrobat. Dijual dari ayah satu ke ayah lain. Aku tak punya nama. Tak punya marga. Tak tahu kapan dilahirkan, tak tahu berapa umurku.”

Mata Xiao Yanzi berkaca-kaca. “Tak berayah-ibu. Tak punya nama dan marga. Tak tahu kapan dilahirkan dan tak tahu umur sendiri. Mengamen untuk menyambung hidup… Betapa miripnya dengan hidupku!”

Xiao Jian tak bisa menahan diri. Ditatapnya Xiao Yanzi dalam-dalam. Simpati dan kelembutan terpancar dari matanya.

Tiba-tiba Xiao Yanzi berseru spontan sambil menepuk bahu gadis kecil itu, “Mulai sekarang kau akan punya nama. Aku yang memberimu nama. Aku, Xiao Yanzi – walet kecil. Sedang kau Xiao Kezi – merpati kecil! Kau akan menjadi adik kami semua!”

Gadis kecil itu langsung berdiri dan berlutut memberi hormat.

“Xiao Kezi menghaturkan hormat kepada kakak semua!”

Liu Hong lekas menyuruh anak itu berdiri. Melihat semua orang begitu ramah padanya, perasaan Xiao Kezi amat terharu.

Erkang, Yongqi dan Xiao Jian saling berpandangan. Tampaknya mereka memikirkan masalah yang sama. Tapi Erkang tak tega mengusik para gadis yang sibuk mengurus gadis kecil itu.

“Biarkan mereka tidur nyenyak malam ini. Besok kita bahas kembali!”

***

Keesokan harinya, rombongan bersiap berangkat lagi.

Xiao Kezi selalu mengekor Xiao Yanzi. Dengan bersemangat dia membantu mengangkat barang dan berceloteh dengan riang.

Sebelum berangkat, Erkang, Yongqi dan Xiao Jian mengajak para gadis bicara.

“Dengar, kemarin kita memang wajib menolong Xiao Kezi,” kata Yongqi. “Tapi kita tak bisa membawanya. Kita harus cari tempat yang aman dan meninggalkannya di sini.”

“Tapi dia tak punya keluarga. Kita akan titipkan dia ke siapa?” tanya Ziwei. “Lagian Xiao Yanzi kan sudah mengangkatnya sebagai adik, jadi kita bawa saja dia sekalian!”

“Ya! Ya! Kalau kita tidak membawanya, jangan-jangan orang jahat itu akan mengambilnya kembali dan disuruh berakrobat!” timpal Xiao Yanzi.

“Xiao Yanzi! Kau harus berpikir rasional!” tegas Yongqi. “Coba analisis keadaan kita sekarang. Amankah kalau kita membawanya serta? Kita sendiri sekarang sedang dalam bahaya!”

“Kalau ada apa-apa, aku yang akan melindunginya!” sergah Xiao Yanzi.

“Bisa melindungi dirimu sendiri saja sudah bagus!” tukas Yongqi.

“Jadi, kalian berencana tak sudi mengajaknya kan?”

“Bukannya tidak sudi, tapi tidak mampu mengajaknya!”

“Kalau aku tetap mau ajak, bagaimana?”

“Jangan bersikap konyol! Kenapa sih kau kepala batu begini? Kau juga harus memikirkan keadaan kita semua!”

“Aku tetap mau mengajaknya! Harus!” Xiao Yanzi berteriak keras kepala. “Kalau tidak, aku akan tetap tinggal menemani dia!”

“Xiao Yanzi!” bentak Yongqi. “Kau kan tahu, kami semua pasti tidak mungkin meninggalkanmu begitu saja! Kenapa sih kamu memboikot begini?”

“Memboikot? Kau memang egois! Suka memaksakan kehendak! Dia adikku! Aku akan membawanya pergi, kenapa tidak boleh?”

Xiao Jian bergegas maju dan mengalah. “Sudah! Sudah! Jangan berkelahi lagi. Kita ajak saja dia! Ayo berangkat!"

Melihat Xiao Jian yang begitu pengertian, Xiao Yanzi langsung menangis di bahu pemuda itu. “Huaaaa! Xiao Jian! Ternyata masih ada kau yang begitu baik dan memahami diriku!”

Melihat pemandangan itu, kecemburuan Yongqi kembali tersulut. Dia berkata ketus, “Kalian semua pergilah! Yang harus tinggal bukan Xiao Kezi, tapi aku!”

Yongqi langsung beranjak pergi. Erkang mengejarnya. “Yongqi, jangan begitu! Menolong Xiao Kezi memang baik, tapi jangan sampai membuat kita terpecah-belah.”

“Kalau kejadian begini menimpamu, apa kau masih bisa sabar?” Yongqi meledak. “Tidak peduli betapa besar jasa Xiao Jian pada kita, kalau hal ini terus berlangsung, aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan!”

“Aku mengerti. Tapi dengan pergi begitu saja, itu artinya kau benar-benar memberi kesempatan pada orang lain untuk masuk di dalam hubungan kalian! Kalau aku jadi kau, saat ini aku akan berdamai dengan Xiao Yanzi dan menjaganya baik-baik agar orang lain tidak memanfaatkan kesempatan ini!”

Yongqi membuang muka dengan angkuh. “Gadis yang bersumpah setia padaku…, rasanya aku menyerah saja! Aku masih punya harga diri. Kalau dia memang menganggap Xiao Jian lebih baik dariku, kubebaskan dia bersama laki-laki itu!”

Sementara menyaksikan Yongqi dan Erkang yang semakin menjauh, tahulah yang lainnya kalau Yongqi tengah marah besar.

Xiao Jian dapat membaca situasinya. Wajahnya berubah keruh. Akhirnya dia membuat keputusan yang menyakitkan. Meski berat hati. Dikejarnya Yongqi dan Erkang.

“Kalian kembalilah! Ayo cepat berangkat! Aku akan mendampingi kalian sampai Nanyang. Aku akan membereskan masalah Xiao Kezi dengan menitipkannya pada keluarga temanku di sana. Setelah itu, kita akan berpisah!”

Yongqi dan Erkang amat terkejut mendengarnya.

***

Semuanya naik kereta tanpa berkata-kata. Perjalanan berlanjut dalam sepi.

Xiao Jian dan Liu Hong jadi kusir. Liu Hong memperhatikan, Xiao Jian yang biasa santai berubah jadi serius.

“Sudah berapa lama kau mengenal Xiao Yanzi?” tanya Xiao Jian tiba-tiba.

“Tujuh tahun,” jawab Liu Hong. “Waktu itu dia kira-kira sebaya dengan Xiao Kezi.”

“Jadi kira-kira dua belas tahun?”

“Kira-kira begitu. Aku, Xiao Yanzi dan Liu Qing tumbuh bersama. Dulu kukira, kakakku akan berjodoh dengan Xiao Yanzi. Lalu ketika Ziwei datang, kukira kakakku akan menikahinya. Tapi sekarang, dia malah bersama Jinshuo! Menurut kakakku, ada hal-hal di dunia ini tak bisa dipaksa. Yang tak dapat menjadi milikmu, sekalipun dipaksa, takkan bisa diperoleh!”

Xiao Jian tahu Liu Hong menyindirnya. Dia bertanya lagi, “Kau masih ingat, bagaimana bertemu Xiao Yanzi pertama kali?”

“Ya! Waktu itu musim dingin. Dia mencuri beberapa keping uang kami ketika sedang mengamen. Kakakku berhasil menangkapnya. Kami melihatnya menggigil, berhari-hari tidak makan, dan baru kabur dari majikannya yang kejam. Karena dia tak punya rumah, aku dan Liu Qing mengajaknya tinggal di rumah kumuh. Sedikit kungfunya itu dia pelajari dari seorang tetua di rumah kumuh. Jalan hidupnya sebenarnya menyedihkan. Makanya dia merasa berkewajiban mengurus Xiao Kezi karena nasib mereka mirip.”

Xiao Jian tepekur lama. Rasa iba tampak mengkristal di sorot matanya. Dia berkata, “Xiao Yanzi, yang malang. Sulit baginya bisa tumbuh menjadi gadis yang tegar dan ceria. Dengan latar belakang begitu, tiba-tiba masuk ke kalangan istana lalu mengalami serangkaian peristiwa, dipenjara dan dipenggal… sungguh amat berliku!”

Liu Hong mendelik tajam pada Xiao Jian. Mengertilah dia mengapa Yongqi cemburu.

Di dalam kereta, semuanya duduk dengan diam. Xiao Yanzi duduk memeluk Xiao Kezi, menjauhi Yongqi yang duduk melihat keluar jendela. Erkang dan Ziwei duduk bersebelahan. Tidak tahu mesti menasihati siapa.

Akhirnya Erkang mencoba memecah kesunyian, “Baiklah, waktu kita bersama-sama tinggal sedikit. Jadi harus dimanfaatkan baik-baik. Karena begitu berpisah, siapa tahu kita tidak bertemu lagi.”

Xiao Yanzi terperanjat. “Apa maksudmu? Siapa yang mau pergi?” ditatapnya Yongqi. “Apakah kau masih tetap memutuskan pergi?”

“Jadi kau berharap aku benaran pergi? Sayangnya bukan aku, melainkan orang yang kau anggap kakakmu itu yang akan pergi!”

Xiao Yanzi dan Ziwei terkejut. “Xiao Jian mau pergi? Kenapa?”

“Katanya dia hanya mengantar kita sampai Nanyang.”

Xiao Yanzi berteriak menyerang Yongqi, “Semua gara-gara kau! Coba ingat waktu kami di kereta tawanan, jika dia tidak muncul, jangan-jangan kalian tidak berhasil menyelamatkan kami! Sepanjang perjalanan ini, jika bukan dia yang merancang siasat dari satu tempat ke tempat lain, kita pasti sudah tertangkap. Banyak sekali yang sudah dilakukan Xiao Jian untuk kita! Kau sedikit rasa terima kasih pun tidak punya, malah menyuruhnya pergi!”

Wajah Yongqi merah padam. “Tenang saja! Kalau kau begitu enggan berpisah darinya, akulah yang akan pergi!”

Ziwei tak dapat menahan diri. ditatapnya Xiao Yanzi dan Yongqi dengan jengkel. “Kalian ini kenapa? Benar-benar ingin membuat keluarga kitaini berantakan, ya? Bagaimana bisa mengucapkan ingin berpisah dengan mudahnya?”

Menyaksikan mereka mulai bertengkar lagi, Xiao Kezi langsung berkata penuh pengertian, “Kakak semua, tolong jangan bertengkar gara-gara aku. Aku mengerti, kalian tak leluasa membawaku. Aku turun di mana saja, tidak masalah, kok!”

Xiao Yanzi tambah marah mendengar penuturan Xiao Kezi. Dia lalu mengetuk-ngetuk atap kereta sambil berteriak, “Berhenti! Berhenti!”

Xiao Jian dan Liu Hong berhenti. “Aku tak tahan lagi!” sergah Xiao Yanzi begitu turun dari kereta. Yang lainnya ikut turun. “Xiao Jian! Katakan dengan jelas, sesampainya di Nanyang apakah kau akan meninggalkan kami? Apa kau sudah tidak peduli pada kami lagi?”

Xiao Jian terpengarah. “Maksudku, di dunia ini tak ada pesta yang tak usai. Pasti akan tiba masanya kita berpisah. Jadi kalau perpisahan itu dipercepat kan tidak apa-apa!”

“Bagaimana kalau aku menahanmu mati-matian?” sembur Xiao Yanzi. “Bagaimana kalau aku menahanmu mati-mati-matian?”

Wajah Yongqi langsung kaku. Apalagi, ketika Xiao Jian melihat ke arahnya dan bertanya, “Yongqi, bagaimana menurutmu?”

Tanpa tedeng aling-aling, Yongqi langsung berkata ketus, “Xiao Jian! Tunjukkan saja watak aslimu! Kalau kau memang kawan kami, aku akan menyambutmu segenap hati! Tapi jika kau lawan kami, jangan gunakan kedok persaudaraan ini untuk menipu!”

Xiao Jian terdiam sesaat, lalu tertawa sambil menengadahkan kepala. “Ha ha! Setelah berkali-kali dihantam bencana antara hidup dan mati, kau masih meragukan apakah aku ini teman atau lawanmu! Karena sudah dicurigai, lebih baik berpisah sekarang. Baiklah, aku, Xiao Jian mohon pamit. Jagalah diri kalian baik-baik!”

Xiao Jian segera berlalu dengan tegar. Xiao Yanzi amat terguncang. Dia memekik sambil menangis, “Xiao Jian! Kalau kau pergi, ajaklah aku serta!”

Mendengar teriakan Xiao Yanzi, amarah Yongqi semakin berkobar. Erkang segera menahan Xiao Yanzi untuk tidak mengejar Xiao Jian.

“Yongqi! Kau dan lainnya lekas naik ke kereta! Aku akan mengejar Xiao Jian! Nanti kami akan menyusul kalian!”

Erkang pergi dan Ziwei segera mengambil alih situasi. “Ayo, kita naik kereta dan ikuti saran Erkang! Jangan lagi bertengkar di sini! Yongqi, tahan emosimu, ya! Kau yang mengemudikan keretanya!”

Ziwei menyeret Xiao Yanzi naik. Liu Hong dan Xiao Kezi juga ikut naik. Yongqi duduk di kursi sais, menghela kuda dengan wajah muram.

***

Erkang berhasil menyusul Xiao Jian. Pemuda itu duduk di sebuah gazebo sambil meniup seruling untuk meredam emosinya.

Erkang memanggil namanya sehingga Xiao Jian berhenti memainkan seruling. Dia mendesah.

“Buat apa menyusulku? Ada banyak yang harus dilindungi di kereta. Kalau terjadi sesuatu dan kau tak ada, bagaimana jadinya?”

“Kau begitu tegar. Pergi tanpa menoleh lagi. Tapi perasaanmu sebenarnya tidak setegar ini. Kau sebenarnya masih sangat peduli terhadap kami, iya kan?”

Xiao Jian tampak lesu. “Jujur saja, aku tak sanggup menolerir Pangeran itu!”

“Yongqi punya penyakit ‘landak’ yang muncul jika dia bermasalah dengan Xiao Yanzi. Jika penyakitnya kambuh, setiap orang yang bertemu dengnannya pasti kena semprot. Tapi penyakit ini datang dan hilang secepat kilat. Setelah itu dia akan menyesal. Sekarang anggap saja dia sedang sakit. Tak perlu digubris.”

“Atau bisa saja antara aku dan dia sebenarnya sudah ada ‘permusushan abadi’ sehingga kami tak bisa berkawan?”

Erkang terhenyak. Dia tak bisa menahan diri akhirnya bertanya terang-terangan.

“Xiao Jian, apakah kau menyukai Xiao Yanzi?”

Xiao Jian menatap Erkang dan berkata tegas. “Aku sangat menyukainya! Teramat sangat menyukainya! Aku juga menyukai Ziwei! Rasa sukaku tak perlu ditutupi! Aku menyukai keduanya secara bebas – tidak tercemar oleh perasaan cinta antara psia dan wanita. Prasangka Yongqi padaku pantasnya disebut pemikiran hina dari manusia bangsawan!”

Erkang tampak lega. “Dari perkataanmu ini, lenyaplah segala prasangka! Xiao Jian, lekaslah kembali. Jika kau benar-benar pergi, Xiao Yanzi pasti akan benar-benar putus dengan Yongqi! Aku, Fu Erkang, memohon padamu, wahai Pendekar Xiao! Kembalilah bersama kami! Sudilah mengesampingkan seluruh masalah ini!”

Air muka Xiao Jian berseri. Ditundukkan kepala dan ditelannya keangkuhannya. “Baiklah, mari kita kembali!”

***

Sebelum Erkang dan Xiao Jian kembali menyusul mereka, rupanya Xiao Yanzi sudah berulah.

Ketika kereta bergerak ke tempat yang sepertinya adalah kebun kesemek, Xiao Yanzi ribut-ribut minta turun. Dia turun dari kereta lalu menantang Yongqi.

“Kalau kau tak mau melihat, tutup saja matamu! Aku akan mencuri kesemek! Aku akan curi seluruh buah di kebun ini sampai habis tak bersisa!”

Tanpa menghiraukan protes, Xiao Yanzi memanjat sebatang pohon dan mulai memetik kesemek-kesemek itu. “Xiao Kezi! Pungut kesemeknya dan bawa ke kereta!” teriaknya sembari melempar buah yang sudah dipetik.

Xiao Kezi menganggap hal ini mengasyikkan. Sebaliknya Ziwei cemas.

“Lekaslah kau turun! Kalau marah, jangan sembarang melampiaskannya! Kalau ternyata tempat ini ada yang punya, bagaimana?”

“Xiao Yanzi! Turun kau!” teriak Yongqi.

Xiao Yanzi langsung melempar sebutir kesemek ke arahnya. kesemek itu mengenai wajah Yongqi dan seketika itu juga wajahnya dipenuhi cairan kesemek.

“Aduh Xiao Yanzi! Kau sungguh terlalu!” tukas Ziwei seraya menyeka wajah Yongqi dengan saputangan.

Ini sudah tak remeh lagi. Yongqi membentak keras, “Dasar orang sinting urakan! Kuharap kau digigit seratus anjing sampai babak belur!”

Xiao Yanzi tidak mau kalah. “Kudoakan kau digigit seribu anjing… eh, sepuluh ribu! Bukan, seratus ribu… sampai badanmu koyak-koyak!”

Selesai memetik satu pohon, Xiao Yanzi pindah ke pohon yang lain. Dalam sekejap, kesemek sudah bertumpuk. Xiao Kezi sibuk memungut kesana-kemari.

Tiba-tiba muncullah seorang wanita petani dengan delapan anak. Ada yang dia gendong, ada yang dia gandeng. Selebihnya, mengekor di belakangnya. Semua pucat dan kurang gizi. Pakaian mereka compang-camping. Wanita tani itu menjerit keras, “Siapa yang sudah mengambil kesemekku? Oh, kesemek-kesemekkuuuuuu…..”

Xiao Yanzi lekas turun dari pohon. Ziwei cepat-cepat maju dan berkata, “Jangan khawatir, akan kami bayar kesemek-kesemeknya! Coba hitung berapa? Kami beli semuanya!”

Mereka mengumpulkan uang dan memberikannya kepada si wanita tani. “Segini cukup?”

Wanita itu memelas melihat uang itu dan mendongak memandangi pohon-pohon kesemek. “Suamiku…, kenapa kau mati secepat ini? Aku bahkan tidak bisa menjaga pohon-pohon kesemek kita sehingga selalu dicuri orang! Suamiku, kau meninggalkanku dengan delapan anak, apa yang harus kulakukan?”

Tangis wanita itu pecah. Diikuti anak-anaknya. Xiao Yanzi sungguh terpana. Ziwei lalu berkata, “Kita tambah uangnya lagi. Mereka, janda dan anak yatim yang masih kecil, lebih memerlukan uang daripada kita!”

Mereka kembali menambah uang kepada wanita itu. Tapi wanita itu masih terus menangis. Xiao Yanzi pergi ke kereta dan mengambil selimut. “Selimut-selimut ini buat kalian! Anggap saja sebagai ganti rugi! Maafkan aku! Aku yang salah!”

Ziwei melepas kalung emas di lehernya dan memberikannya juga pada wanita itu. “Masih ada kalung ini. Ini juga untukmu!”

“Ziwei, itu kan peninggalan ibumu?” seru Xiao Yanzi.

“Habis, mau bagaimana lagi?”

Yongqi melepas hiasan giok di bajunya dan menukarnya dengan kalung Ziwei. “Giok ini untukmu, tapi kalung itu harus dikembalikan pada Ziwei!”

Melihat perolehan yang sudah melimpah ruah itu, si wanita pun terkejut sekaligus senang.

“Baiklah… Kalau begitu , kalian bawa saja kesemek-kesemeknya! Anggap saja kalian sudah membelinya!”

Saat itulah Erkang dan Xiao Jian sudah berhasil menyusul mereka. melihat mereka sibuk memindahkan kesemek ke dalam kereta, Erkang bertanya heran, “Apa yang kalian lakukan?”

Ziwei cepat-cepat berkata, “Lekas bantu kami mengangkat kesemek-kesemek ini! Jangan tanya apa-apa, dan jangan protes apa-apa! Pokoknya bantu pindahkan saja secepatnya!”

Meski bingung, Erkang dan Xiao Jian tetap membantu mengangkat kesemek-kesemek itu. Xiao Yanzi yang melihat Xiao Jian telah kembali langsung berseri-seri. Dia tersenyum pada pemuda itu.

Yongqi melihatnya dan hatinya jengkel bukan kepalang.

***

Sore itu, setibanya di sebuah kota kecil, mereka menyewa gerobak kayu dan mulai berjualan kesemek.

Xiao Yanzi berteriak-teriak sepanjang jalan, “Obral kesemek! Obral kesemek! Kesemek besar yang manis dan harum buahnya! Sekilo cuma lima sen! Ayo lekas beli!”

Yang lainnya mengekor di belakang Xiao Yanzi. Erkang menegur Yongqi, “Kau jenius sekali, kenapa bisa membiarkan mereka menghabiskan hampir seluruh uang kita hanya untuk membeli kesemek? Akibatnya, sekarang kita harus menjualnya kembali!”

“Tak usah heranlah! Kalau masalahnya sudah diurus Xiao Yanzi, yang paling ajaib pun bisa saja terjadi! Beli kesemek sampai segerobak, apa susahnya?” kata Yongqi marah.

“Kalian itu seperti habis kena hipnotis… masak sampai selimut dan bandul giok ikut ditukar dengna kesemek?” Xiao Jian ikut bicara. “Aku akan kembali untuk menuntut keadilan bagi kalian!”

Ziwei langsung menahan Xiao Jian. “Tidak usah kembali! Tak ada yang menghipnotis kami! Tak usah dipermasalahkan lagi, pokoknya cepat bantu menjualnya!”

Ziwei lalu membantu Xiao Yanzi berteriak-teriak, “Obral kesemek! Lima sen sekilo! Dua belas sen tiga kilo!”

Seorang pejalan kaki mendekat dan bergumam, “Kesemeknya murah sekali! Aku mau beli satu kilo!”

Xiao Yanzi mengambil timbangan dan mulai menimbang. Dia melihat timbangan lalu bertanya pada Erkang. “Erkang! Jarum penunjuk satu kilonya yang mana ya?”

Erkang tertegun menatap timbangan, “Tidak tahu! Aku kan belum pernah berjualan atau menimbang! Semaumu sajalah menimbangnya!”

Xiao Yanzi menimbang kesemeknya asal-asalan. “Nih! Anggap saja sekilo! Harganya lima sen!”

Orang itu membayar lalu pergi. Liu Hong berkomentar, “Tadi itu berat kesemeknya paling kurang dua kilo!”

“Biarlah! Pokoknya aku sudah pusing dengna kesemek-kesemek ini! Yang kutahu sekarang, aku cuma ingin cepat-cepat melepaskan diri darinya!” tukas Xiao Yanzi.

Melihat segerobak kesmek itu, Yongqi menggeleng-geleng.

“Sejak pergi dari istana, segala hal paling aneh sudah pernah kualami. Tapi sampai bisa berjualan kesemek seperti ini, benar-benar tak pernah terbayangkan olehku!”

***

Sementara itu, di Kota Terlarang, Qianlong tengah marah besar di Istana Kunning.

Qianlong telah mendapat laporan dari Pejabat Li tentang kondisi Xiao Yanzi dan kawan-kawan. Serta penolakan keras untuk kembali - karena trauma dengan utusan pasukan lain yang hendak membunuh mereka. Qianlong curiga, utusan lain itu, pasti orang-orang suruhan Permaisuri!

Tapi Permaisuri menyangkal mati-matian. Ditambah Bibi Rong yang membela majikannya. Namun kemunculan Pangeran Kedua Belas membuat nyali keduanya ciut. Mereka berusaha sebisa mungkin mencegah anak itu masuk ke Istana Kunning karena khawatir dia kelepasan bicara.

Kecurigaan Qianlong menjadi-jadi. “Itu Yongji? Suruh dia masuk!”

Permaisuri dan Bibi Rong tak bisa mengelak. Yongji masuk dan langsung memegang tangan Qianlong dengan cemas. “Huang Ama! cepat selamatkan Kakak Ziwei dan Kakak Xiao Yanzi! Jangan penggal mereka! Kakak Ziwei sudah buta! Kakak Erkang juga telah terluka!”

Mendengar perkataan Yongji, Qianlong serta-merta terpengarah. Tak disangka orang-orang di Istana Kunning rupanya lebih dulu mengetahui masalah ini dibanding dirinya!

Qianlong menatap Permaisuri, “Kau masih berani menyangkal? Sekarang aku paham! Pantas saja mereka menolak pulang kemari dan kabur begitu melihat orang-orangku! Rupanya karena kau! Kesalahanmu terlalu berat, Permaisuri! Tunggu saja! Aku akan buat perhitungan denganmu!”

Permaisuri terhuyung. Wajahnya pucat pasi.

Qianlong berseru dann memanggil pengawal, “Awasi baik-baik Istana Kunning ini! Jangan ijinkan siapa pun keluar masuk! Inang Pengasuh! Lekas bawa Pangeran Kedua Belas ke Istana Yanxi untuk tinggal bersama Selir Ling!”

Permaisuri jadi panik. “Jangan! Jangan ambil Yongji dariku! Dia milikku satu-satunya! Kumohon pada Anda! Dia nyawaku! Dia segalanya bagiku!”

“Apa manfaatnya jika Yongji terus bersama ibu yang kejam, jahat dan licik sepertimu? Sebelum dia berubah jadi seperti dirimu, aku akan menyelamatkannya! Aku tahu kau telah melakukan beribu kesalahan. Tapi cinta seorang ibu bukanlah kesalahan! Lantas kenapa kau boleh membunuh anak orang lain? Bagaimana dengan cinta ibu mereka?”

Mengetahui akan dipisah dari ibunya, Yongji langsung berseru-seru menyayat hati. “Aku tidak mau berpisah dari Huang Erniang! Huang Ama, kenapa aku harus dipisahkan dari Ibuku? Aku tak mau ke tempat Selir Ling! Aku mau ibuku sendiri!”

Permaisuri dan Bibi Rong bersujud memohon-mohon. Tepat pada saat ribut-ribut ini, Ibu Suri datang tergesa-gesa dipapah Qing’er.

“Yang Mulia, ada apa? Aku dengar Kaisar sedang marah besar di Istana Kunning. Kaisar, Permaisuri itu punya posisi terhormat sebagai ibu negara. Bagaimana pun, Kaisar harus mempertimbangkan hubungan suami-istri. Jangan sedikit-sedikit gelap mata! Kenapa Yongji menangis? Ada apa?”

“Lao Foye!” seru Yongji sambil berurai air mata. “Sudilah Anda memohon pada Huang Ama agar aku bisa tetap bisa bersama Huang Erniang. Aku tidak mau pergi ke tempat Selir Ling!”

“Yang Mulia!” seru Ibu Suri. “Kenapa Anda ingin memisahkan ibu dan anak ini?”

Qianlong mendesah. Dia sadar tak bisa menghukum Permaisuri sekarang. Dengan lesu dia akhirnya berkata, “Demi menghormati Lao Foye, Yongji akan tetap di sini untuk sementara!”

“Huang Thaihou, apa yang telah diperbuat Permaisuri, biarlah dia sendiri yang mengakuinya kepada Anda! Kabarnya, Ziwei sekarang buta! Erkang dan Yongqi juga terluka! Aku akan memerintahkan Fulun untuk segera menemukan mereka dan membawa mereka pulang. Setelah mereka kembali nanti, kuharap istana ini akan menjadi rumah yang baik bagi mereka. Aku tak akan memepermasalahkan lagi apa yang telah mereka lakukan. Kuharap, Lao Foye juga bisa berlapang dada dan tak membuat mereka kabur lagi.”

Qianlong membalikkan badan dan pergi. Ibu Suri dan Qing’er terpaku. Terlalu terkejut mendengar kabar itu. Terutama Qing’er. Segenap hatinya terasa berat oleh perasaan sedih yang nyaris tak bisa dia tahan.

***

Akhirnya Xiao Yanzi dan kawan-kawan tiba di Nanyang.

Xiao Jian punya teman bermarga He di Nanyang. Keluarga He kaya raya. Rumah mereka sangat besar dan memiliki paviliun tambahan. Xiao Yanzi dan kawan-kawan dipersilakan menempati paviliun itu.

Kakak He dan istrinya sangat ramah. Mereka tidak punya anak. Melihat Xiao Kezi, Nyonya He langsung menggandeng tangannya. Sebenarnya, Xiao Jian telah berembuk dengan yang lainnya untuk menitipkan Xiao Kezi kepada keluarga He.

Xiao Yanzi langsung resah melihat keakraban Xiao Kezi dan Nyonya He. Ziwei segera membisiki Xiao Yanzi. “Tempat ini begitu tenang. Tinggal di sini lebih baik daripada mengembara di jalan. Xiao Jian memang tipe orang langka. Dia memiliki teman di berbagai tempat. Rencana ini benar-benar sempurna bagi Xiao Kezi!”

Xiao Yanzi terdiam. Dia tampak sedih hingga tak mampu berkata-kata.

Setelah minum the dan beramah tamah, para gadis sibuk membersihkan diri. Xiao Jian keluar untuk mengurus sesuatu. Melihat suasana sepi, Erkang memanfaatkan kesempatan ini untuk bicara dengan Yongqi di halaman depan paviliun.

“Yongqi, kita sudah di Nanyang. Bisakah perang dingin antara kau dan Xiao Jian dihentikan? Sepanjang pelarian kita dia sudah membantu sepenuh hati. Tuduhanmu mengatainya musuh, sungguh keterlaluan!”

“Aku tahu, kalian semua sudah terkagum-kagum padanya,” wajah Yongqi kecut. “Dia ksatria, pahlawan, orang mulia… aku hanya merasa dia tidak sesederhana yang kita kira. Dia menyembunyikan sesuatu! Makin hebat dia, makin mencurigakan jati dirinya! Apakah dia kawan atau lawan, kita tidak tahu! Kau jangan sampai terkecoh oleh penampilannya hingga percaya. Nanti kau malah kehilangan kekasih, baru tahu rasa!”

“Aha! Cerita sana-sini, ternyata Xiao Yanzi juga masalahnya! Sampai mana kecemburuanmu ini berlanjut? Dengar ya, waktu aku mengejar Xiao Jian tempo hari. Dia sudah mengatakan sejelas-jelasnya kalau dia selalu bersikap terang-terangan pada Xiao Yanzi.”

“Tapi aku yang terlibat langsung masalah ini. Perasaanku lebih tajam daripada kau! Caranya memandang Xiao Yanzi, sangat kelihatan dia peduli padanya, penuh perhatian. Kuberitahu ya, bukannya aku terlalu berprasangka. Tapi sikap Xiao Jian terhadap Xiao Yanzi memang ‘ada udang di balik batu’. Seandainya dia menatap Ziwei dengan cara yang sama, aku yakin kau juga dari dulu marah-marah!”

Erkang berpikir-pikir, “Memang dia sangat baik terhadap Xiao Yanzi. Tapi kita tak bisa mencapnya begitu hanya karena dia baik pada orang tertentu.”

“Masalahnya tidak sesederhana itu! Kalau dia teman sejati kita, harusnya dia menjaga jarak dengan kekasih temannya! Seharusnya dia menjaga diri dari kecurigaan!”

Tiba-tiba, Xiao Jian muncul dengan wajah dingin.

“Maaf, aku tidak sengaja mendengar perkataan kalian!”

Erkang dan Yongqi terkejut. Amarah Yongqi langsung naik. “Teman sejati tak akan pernah mencuri dengar pembicaraan orang lain!”

Xiao Jian juga berubah marah. “Yongqi! Kau jangan memandang orang sehina itu! Kalau aku tidak menganggapmu teman, sudah lama Xiao Yanzi kubawa pergi!”

“Apaaa???” Yongqi berpaling dan berteriak pada Erkang. “Apa kubilang, maksud terselubungnya sudah kelihatan, kan?!”

”Kau membuat kesabaranku habis! Tak bisa membedakan mana hitam dan putih! Kalau Xiao Yanzi tetap ikut padamu, kebahagiaan apa yang bisa diperolehnya? Ya! Aku memang punya maksud terselubung terhadap Xiao Yanzi! Aku akan membawanya pergi!”

Mana bisa Yongqi menerima perkataan begini. Dia langsung maju menerjang Xiao Jian.

“Kalau begitu, aku akan melawanmu mati-matian!”

Xiao Jian dengan sigap balas menyerang sambil berteriak, “Kau benar-benar tak pantas untuk Xiao Yanzi! Aku akan mewakilinya memberimu pelajaran!”

Kedunya pun melompat ke tengah halaman, sibuk beradu pukulan dan tendangan.

Erkang berteriak cemas, “Ini, bagaimana sih? Hentikan! Lekas hentikan! Yongqi! Xiao Jian! Ini rumah keluarga He! Kita di sini sebagai tamu! Hargai aku! Jangan berkelahi lagi!”

Tapi Yongqi dan Xiao Jian sudah gelap mata. Mereka tak mau mendengar nasihat apapun dan terus saja bertarung. Yongqi bahkan sudah memakai pedang dan Xiao Jian memakai seruling bambunya. Erkang tak punya pilihan lain selain melompat masuk arena untuk menahan serangan.

“Erkang! Mundur! Kalau tidak, aku tak akan peduli kalau kau ikut terluka!” seru Xiao Jian.

Erkang tetap khawatir dan berusaha keras memisahkan keduanya. Ketika ketiganya tengah bergumul, Xiao Yanzi, Ziwei dan Liu Hong muncul. Mereka terpana melihatnya.

“Kalian berkelahi? Apa tidak salah? Berhenti! Lekas hentikan!” jerit Ziwei.

Erkang jatuh bangun menghalangi keduanya. “Xiao Jian! Yongqi! Kita semua bersaudara!”

“Siapa yang bersaudara dengannya? Dia makhluk hina!” balas Yongqi.

“Ada apa ini? Kenapa begini?” jerit Xiao Yanzi. Saat itu seruling Xiao Jian hampir mengenai dada Yongqi. Xiao Yanzi terhenyak. Dia melayang dan menubruk Xiao Jian sambil berteriak keras, “Xiao Jian! Kau sudah gila, ya? Kalau Yongqi sampai terluka, aku akan buat perhitungan denganmu!”

Xiao Jian terperanjat. Sungguh tak menyangka Xiao Yanzi nekat menerjang masuk. Xiao Jian buru-buru menahan serangannya. Dia lupa diri. Dengan sekali peluk, dibawanya Xiao Yanzi keluar dari tempat itu.

Amarah Yongqi langsung menggelak hingga mukanya merah padam. “Xiao Jian!” pekiknya. “Beraninya kau melarikan dia! Kalau kau bernyali, ayo kita berkelahi sampai salah satu di antara kita mati!”

Xiao Jian mendengus, “Tak usah berkelahi lagi! Kalau aku sampai melukaimu, Xiao Yanzi pasti tak akan memaafkanku! Untuk menghargai Xiao Yanzi, kau kuampuni!”

“Aku tak butuh belas kasihanmu!” Yongqi berteriak keras kepala. “Erkang! Jangan tahan aku! Kau mau mempermalukan aku, ya?”

Menyadari keadaannya sudah sukar dikendalikan, Xiao Jian pun berteriak, “Yongqi! Jangan konyol lagi! Dengarkan aku!”

“Xiao Yanzi…, dia itu adik perempuanku!”

Semua orang langsung terdiam. Lama kemudian baru Xiao Yanzi memekik, “Xiao Jian! Apa katamu?”

Xiao Jian menatap Xiao Yanzi dengan penuh kepedihan dan penyesalan. “Xiao Yanzi, kau adik kandungku… Sembilan belas tahun lalu kita terpisah dan hidupmu penuh derita. Aku sungguh merasa malu…”

Semuanya terpukau. Pedang di tangan Yongqi jatuh bergemerincing.

***

Mereka masuk ke dalam paviliun dan duduk melingkar untuk mendengar penuturan Xiao Jian.

“Kisah ini sebetulnya nyaris menjadi rahasia selamanya. Jika bukan karena Yongqi mengacau, akan kusimpan rahasia ini dan aku akan berpisah dari kalian!”

Mereka memandangi Xiao Jian dengan kaget. Xiao Yanzi berkata bimbang, “Sejak kecil aku tak tahu ayah-ibuku. Bagaimana aku bisa punya saudara?”

“Apa kau masih ingat Kuil Awan Putih? Waktu kecil kau pernah diasuh biksuni?”

“Ya, memang ada biksuni yang mengasuhku ketika kecil. Namanya Shetai anu…, aku lupa! Apakah dia tinggal di Kuil Awan Putih?”

“Namanya Qinghui Shetai?” tanya Xiao Jian.

“Ah, ya! Memang Qinghui Shetai!”

Xiao Jian menatap Xiao Yanzi lekat-lekat. “Tak salah lagi! Kaulah adik kandungku! Kita bermarga Fang. Namamu Fang Zi, sedang aku Fang Yan! Nama Xiao Jian itu bukan nama asli. Masih ingat kali pertama kita bertemu di Graha Huipin? Waktu itu aku bilang kemungkinan marga kita sama. Barangkali kita sekeluarga!”

Tiba-tiba Erkang menyadari sesuatu. “Jadi, waktu itu kau memang sengaja mendekati kami, ya? Kau berusaha menarik perhatian kami agar kami mendekat dan bergaul denganmu!”

”Benar sekali!”

“Tapi bukankah waktu itu kau bilang, kau mencari adik laki-laki?” timpal Yongqi.

“Memang. Saat itu aku belum terlalu yakin Xiao Yanzi adalah adikku, jadi aku menyamarkannya. Aku telah menelusuri seluruh daerah dari selatan hingga utara untuk mencari adikku ini!”

“Xiao Jian! Cepat ceritakan dari awal semua kisah ini!” desak Liu Hong.

Xiao Jian mengambil napas. “Sebenarnya kami keluarga Fang berasal dari propinsi Zhejiang, sangat kaya dan berpengaruh. Sembilan belas tahun lalu, ayah kami dikejar musuh yang ingin membunuhnya. Khawatir aku dan adik perempuanku tak bisa selamat, dalam keadaan panik, kami dipisahkan. Aku dibawa ke ayah angkatku di Yunnan, sedang adik perempuanku dibawa ibu susunya ke Beijing untuk diserahkan pada salah satu kawan ayah.”

“Di luar dugaan, ibu susu itu terserang penyakit dalam perjalanannya. Dia pingsan di depan pintu Kuil Awan Putih. Kemudian adikku itu dirawat dan dibesarkan biksuni. Sementara ibu susu itu kembali ke Zhejiang tanpa memedulikan adikku lagi. Beberapa tahun lalu aku berhasil menemukannya dan menemui Qinghui Shetai. Kata Qinghui Shetai, adikku dirawatnya hingga berumur tujuh tahun.”

Semua orang, terutama Xiao Yanzi bagai tersihir mendengar kisah Xiao Jian.

“Jadi, atas dasar apa kau yakin Xiao Yanzi ini adikmu?” tanya Ziwei.

“Sebenarnya aku juga tak seratus persen yakin (coba ada tes DNA masa itu, wkwkwk). Qinghui Shetai bilang, adik perempuanku sejak kecil sangat nakal dan suka menyelinap pergi bermain. Suatu hari dia menyelinap keluar menyaksikan festival lampion. Sejak itu ia menghilang… sampai suatu hari Qinghui Shetai tidak sengaja melihatnya lagi. Ketika dia berpapasan dengan rombongan Kaisar yang membawa Putri Huanzhu memberi persembahan di kuil. Qinghui Shetai merasa, alis dan mata Putri Huanzhu sangat mirip dengan Fang Zi!”

“Karena itu aku mencari kesempatan untuk bisa berkenalan dengan Putri Huanzu. Aku mendengar bahwa Putri Huanzhu senang mampir di Graha Huipin, maka aku pun ke sana. Cerita selanjutnya, kita semua sudah tahu.”

Mereka semua merasa terkejut. Xiao Yanzi bertanya, “Jadi orangtua kita tewas terbunuh musuh itu?”

“Ayah kita memang tewas di tangan musuh itu. Sedang ibu kita mati merana ditinggal ayah.”

“Siapa kiranya musuh yang sekejam itu?” Xiao Yanzi bertanya geram.

“Dia…, kisahnya terlalu panjang,” Xiao Jian hendak menghentikan perkataannya. Ditatapnya Yongqi dan Xiao Yanzi bergantian. “Mengenai dia, ada banyak berita yang simpang-siur. Aku sendiri juga tak begitu jelas mengetahuinya.”

“Jadi…, apakah kau sudah bertemu orang itu? Dendamnya sudah kau balas?” tanya Xiao Yanzi.

“Ya…, aku sudah membalasnya…”

“Lalu, siapa musuh keluaga kita itu sebenarnya? Apakah dia sudah mati?”

“Mengenai hal ini, nanti saja kuceritakan padamu!” Xiao Jian mengelak.

“Kenapa kau tak mau menceritakannya?” Xiao Yanzi bertanya keras kepala.

“Karena aku baru saja membuat pengakuan tentangmu. Perasaanku sedang diliputi kebahagiaan, jadi tidak ingin membicarakan masalah balas dendam. Hal terpenting bagiku sekarang adalah dirimu. Aku sangat berharap pada kehidupanmu berikutnya, kau menikmati ketenangan dan kebahagiaan!”

Nada bicara Xiao Jian penuh ketulusan. Mendengar ini, air mata Xiao Yanzi merebak. Ditatapnya Xiao Jian dalam-dalam.

“Jadi, aku bukan yatim-piatu? Aku punya saudara kandung, punya marga dan nama…” Ditatapnya Xiao Jian lalu ke dirinya sendiri. “Jangan-jangan kau salah. Aku tak pantas jadi saudaramu. Kungfumu begitu bagus, kau juga pandai berpuisi. Sedangkan aku, bertemu puisi pasti berantakan. Kok bisa berbeda sekali?”

“Kalau kau bilang pernah diasuh Qinghui Shetai, berarti tak salah lagi. Sekarang Qinghui Shetai tinggal di Kuil Kebijaksanaan di pinggir Beijing. Apa kau mau kita kembali ke Beijing untuk menemui Qinghuo Shetai dan membuktikan kisah ini?”

Xiao Yanzi termangu. “Jadi kau benar-benar kakakku?”

“Perasaanku sih, iya!”

Ziwei ikut berkata, “Sebenarnya, antara kalian memang ada beberapa kemiripan. Xiao Yanzi kocak, Xiao Jian senang tertawa. Xiao Jian santai, Xiao Yanzi suka memudahkan masalah. Keduanya juga tidak tahan melihat kejahatan dan ketidak adilan. Sedang untuk sastra, Xiao Yanzi sebenarnya juga berbakat…”

Yongqi merasa seperti bermimpi. “Kau memang menyembunyikan sesuatu. Hanya saja, hal yang kau sembunyikan itu sungguh di luar dugaanku! Xao Jian, alangkah banyak kesalah pahamanku, sudilah kau memaafkan aku!”

Xiao Jian menggenggam tangna Yongqi erat. “Kalau suatu hari kau merendahkan Xiao Yanzi, aku benar-benar akan membawanya pergi!”

“Aku tahu!” jawab Yongqi.

Menyaksikan kedua pemuda itu saling berjabat tangan, Xiao Yanzi tak kuasa menahan air mata serta seulas senyum tersungging di wajahnya….

Wah, selamat, ya! Xiao Yanzi dapat kakak betulan!


Bersambung

BACA JUGA SINOPSIS LAINNYA



0 comments:

Post a Comment


Friend Link List