Recent Post


[Sinopsis] Tamra The Island-Tempted Again Episode 9

Do you want to share?

Do you like this story?


William berhasil melepaskan diri dan membantu melepaskan tali yang mengikat Beo Jin. William mengintip dari celah-celah dinding dan terkejut saat melihat dua orang penjaga datang mendekat.
“Mereka ke sini”ucap William pada Beo Jin.
Penjaga mulai membuka kunci pintu dan seketika Park Kyu langsung membunuhnya. Park Kyu masuk ke ruang penyekapan William dan Beo Jin. William yang sedari tadi bersembunyi mulai memukul Park Kyu dan Beo Jin pun tidak tinggal diam dan ikut membantu dengan melemparkan sebuah tirai ke tubuh Park Kyu.
“Rasakan ini”teriak Beo Jin kemudian memukul tubuh Park Kyu.
Park Kyu berusaha membebaskan diri dari tirai yang membelenggunya dan membuka kumisnya.
“Park Kyu”ucap William terkejut. Beo Jin menangis melihat Park Kyu yang datang menyelamatkannya.
“Yandari”ucap Beo Jin dan menangis sejadi-jadinya.
“Kau tidak terluka kan?”tanya Park Kyu. Beo Jin mengangguk dan memeluk Park Kyu.
Sementara itu di tempat lain dari tempat rahasia Tetua, Yan mulai bosan menunggu kedatangan ke dua penjaga yang disuruh membawa Beo Jin dan William menemui dirinya.
Park Kyu, Beo Jin dan William mulai berjalan mengendap-ngendap. Beberapa Penjaga tiba-tiba mendekat dan hal itu mengharuskan William dan Beo Jin untuk bersembunyi, sementara Park Kyu berpura-pura sedang menyusun guci-guci yang kebetulan berada di dekatnya.
Park Kyu mengintip para Penjaga dan menghela nafas begitu para Penjaga mulai menjauh. Park Kyu dengan lambaian tangannya memanggil kembali Beo Jin dan William yang sedang bersembunyi.
Beo Jin berhenti sesaat saat melewati sebuah tempat yang berisi banyak guci dan bertumpuk-tumpuk kotak.
“Apa ini?bukankah ini hadiah dari desa kita”tanya Beo Jin pada William dan Park Kyu. “Iya”jawab Park Kyu singkat sambil terus mengawasi sekeliling.
“Kalau begitu tempat ini adalah tempat persembunyian para perampok?”tanya Beo Jin lagi.
“Mereka mencuri barang dan menyimpannya di tempat ini”jawab Park Kyu. Beo Jin sontak terkejut.
“Kalau begitu kita harus memberitahu pejabat, semua ini adalah hasil jerih payah wanita desa”ucap Beo Jin sedih.
“Ayo kita pergi dari sini”ajak William, karena sekarang bukan saatnya untuk mementingkan hasil curian, nyawa mereka lebih berharga dari semua hasil curian.
William, Park Kyu dan Beo Jin melanjutkan kembali berjalan. Tiba saatnya mereka harus berpisah dengan Park Kyu.
“Dari sini kalian jalan ke gunung dan lewati hutan”ucap Park Kyu.
“Kau tidak ikut?”tanya Beo Jin. Park Kyu tidak menjawab pertanyaan Beo Jin dan malah mengajak bicara William.
“Aku serahkan anak ini padamu”ucap Park Kyu.
“Cepat pergi”tambah Park Kyu pada Beo Jin yang enggan untuk beranjak.
“Park Kyu”panggil Beo Jin saat ditarik William, namun Park kyu sudah pergi.

Hyang Dol menemui penjaga dan menanyakan Yan.
“Apa orang itu masih ada?”.
“Ya”.
Hyang Dol tiba-tiba kembali mengingat penjaga yang disuruhnya untuk menjemput Beo Jin dan William ke gudang selatan. Wajah salah satu penjaga tidak asing baginya. Hyang Dol dengan cepat berlari. Tanpa disadarinya Yan mendengar percakapannya dengan penjaga dan suara langkah kakinya yang menandakan telah terjadi sesuatu.
Park Kyu berjalan mengendap-ngendap memasuki sebuah ruangan (sepertinya ruangan Tetua). Di ruangan tersebut Park Kyu melihat peta tempat rahasia yang sedang dibangun Tetua. Park Kyu segera bersembunyi saat mendengar langkah kaki yang mendekat.
Hyang Dol terkejut saat melihat William dan Beo Jin sudah tidak ada, yang ada hanya mayat penjaga di ruang penyekapan tersebut. Dugaannya tidak salah, penjaga yang sempat dicurigainya adalah memang Yandari aka Park Kyu.
Setelah memastikan situasi aman, Park Kyu kembali menggeledah ruangan tersebut. Park Kyu melihat sebuah gulungan kertas panjang yang berisi gambar-gambar yang aneh (kalau menurutku seperti gambar perlengkapan alat-alat berperang chingu). Park Kyu menutup kembali gulungan kertas tersebut dan mulai memeriksa laci. Di dalam laci, Park Kyu menemukan sebuah kertas perjanjian Tetua dengan seseorang yang tidak lain adalah Seo Rin. Park Kyu tidak terlalu mementingkan isi dari perjanjian tersebut, yang lebih menarik perhatiannya adalah cap yang tertera di kertas tersebut. Park Kyu merasa tidak asing dengan cap tersebut. Dan benar saja, cap tersebut adalah cap dari tanda pengenal atau lambang yang ditemukannya saat bertengkar dengan Orabunninya Seo Rin, Chi Young.
“Tahanan melarikan diri”teriak salah satu penjaga. Park Kyu sontak terkejut begitupun dengan William dan Beo Jin yang sedang berlari di dalam Hutan dan Yan yang sedang berada di sebuah ruangan. Alarm peringatan dan terompet mulai berbunyi bersahut-sahutan.
Kesempatan ini dimanfaatkan Yan untuk mencari William sendirian. Yan tidak ingin sesuatu terjadi dengan William. Yan kemudian bergegas pergi, namun salah seorang penjaga menahannya. Yan tidak tinggal diam dan mulai melawan penjaga tersebut. Beberapa penjaga yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat tersebut melihatnya dan ikut membantu temannya melawan Yan.
Yan kelabakan dan memutuskan melarikan diri.

Sementara itu, Hyang Dol berhasil menemukan Park Kyu.
“Itu dia, ayo tangkap”teriak Hyang Dol pada penjaga lainnya. Park Kyu melakukan perlawanan dan memutuskan melarikan diri seperti yang dilakukan Yan. Namun para penjaga tidak tinggal diam dan berusaha mengejar Park Kyu. Begitupun dengan penjaga yang sebelumnya sempat dilawan Yan.
Park kyu melayangkan sebuah sabetan kepada salah satu penjaga yang mencegahnya begitupun dengan Yan yang berdiri tidak jauh dari Park Kyu. Mereka saling berpandangan sesaat dan memutuskan untuk bekerjasama melawan para penjaga yang mulai berdatangan.
William dan Beo Jin berusaha sekuat tenaga berlari dengan sisa-sisa kekuatan mereka. Beo Jin tiba-tiba terjatuh, “argghhh”.
William membantu Beo Jin untuk berdiri, namun beberapa penjaga berkuda mulai berdatangan dan berhasil mengepung mereka.
Kembali ke tempat Yan dan Park Kyu. Hingga malam beranjak, Park Kyu dan Yan masih terus berkelahi dan melakukan perlawanan (Lompatan dan tekhnik permainan pedang Yan dan Park Kyu keren banget, dewi Rf). Hyang Dol tiba-tiba muncul dan melawan Park Kyu dan Yan. Sayang, dua buah pedang milik Yan dan Park Kyu terarah ke lehernya, Hyang Dol berada dalam kondisi terjepit. Sementara itu para penjaga hanya mengelilingi mereka dan takut untuk bertindak karena nyawa salah satu ketua mereka yaitu Hyang Dol menjadi taruhannya.
Park Kyu samar-samar mendengar suara Beo jin memanggil dirinya.
“Yandari”teriak Beo Jin.
William dan Beo Jin perlahan-lahan berjalan ke arah Park kyu dan Yan.
“Arrgghhhh”teriak Beo Jin saat tubuhnya dan William didorong hingga terjatuh. Beo Jin melihat ke arah Yan dan Park Kyu dengan tatapan sedih seolah-olah meminta maaf karena dirinya dan William kembali tertangkap. Park Kyu dan Yan bimbang, apa yang harus mereka lakukan sekarang. Sementara itu Hyang Dol tersenyum licik, situasi sekarang berbalik.
Park Kyu perlahan-lahan menurunkan pedangnya dari leher Hyang Dol. Park Kyu tidak ingin hal yang lebih buruk kembali terjadi pada Beo Jin. Melihat hal itu, Beo Jin semakin merasa bersalah. Yan pun melakukan hal yang sama. Tetapi berbeda dengan Park Kyu, Yan sangat emosi karena usahanya lagi-lagi digagalkan oleh ulah Beo Jin. Jika bukan karena William, Yan pasti tidak akan mengikuti apa yang dilakukan Park Kyu.
Tetua datang dan tersenyum licik melihat Park Kyu dan Yan sekarang menunduk dihadapannya, “Memasuki lubang harimau, tidak ada pemikiran untuk hidup lagi, bunuh mereka semua”perintah Tetua.
Baru saja penjaga ingin membunuh Yan dan Park Kyu, sebuah panah api tiba-tiba meluncur ke arah mereka. Tetua dan yang lainnya sontak terkejut, tetapi tidak dengan Park Kyu yang malah tersenyum.
“Kami sudah datang”teriak dua penjaga setia Yi Bang dan menunjukkan medali Park Kyu. Hal itu membuat senyum Park Kyu semakin mengembang.
Panah-panah api mulai menghujani tempat rahasia Tetua. Segerombolan orang mulai berlarian turun menuruni bukit dan peperangan kecil pun mulai berkobar. Tetua ketakutan melihat hal tersebut dan memutuskan melarikan diri. Begitupun dengan William dan Beo Jin. William memutuskan untuk bersembunyi bersama dengan Beo Jin, namun Beo Jin tiba-tiba pingsan. William terpaksa menggendong Beo Jin.
Park Kyu yang melihat Tetua hendak melarikan diri mengambil sebuah panah dan hendak membusurnya. Park Kyu membiarkan Tetua meloloskan diri dan kali ini panahnya tertuju kepada Hyang Dol yang ketakutan. Hyang Dol sama sekali tidak menyadari Park Kyu yang akan membusurnya. Park Kyu terdiam dan terus mengarahkan panahnya kepada Hyang Dol. Park Kyu perlahan-lahan menurunkan panahnya dan niatnya untuk membusur Hyang Dol diurungkan. Entah kenapa Park Kyu tidak jadi melakukannya…. (kalau menurutku chingu, Park Kyu tidak tega melakukannya apalagi musuhnya berada dalam kondisi terjepit).

Para tentara pemerintahan mulai mengumpulkan jenazah dari korban peperangan yang berjatuhan, baik itu dari pihak Tetua maupun pemerintahan. Dan diantara jenazah tersebut terlihat jenazah Hyang Dol yang ternyata ikut terbunuh (tapi yang pastinya bukan Park Kyu yang membunuhnya).
Sementara itu Tetua dan beberapa pengikutnya yang selamat dihadapkan ke hadapan Park Kyu, “semestinya dihukum di depan Raja dan seluruh rakyat”ucap Park Kyu tegas.
“Aku hanya ingin mendirikan Negeriku sendiri dan melepaskan diri dari Kerajaan”ucap Tetua tak kalah tegasnya
“Hanya demi itu, kau melakukan semua ini. Tindakanmu ini malah membuat Tamra semakin tereksploitasi”ucap Park Kyu lagi.
Di balik pepohonan terlihat seorang pria yang sedang memegang sebuah senapan dan mengarahkannya ke arah Tetua. Pria itu kembali mengingat ucapan Seo Rin,“Kerajaan mengutusnya untuk menyelidiki kasus perampokan di Negeri Tamra. Jika ada yang membuka mulut, sebaiknya dilenyapkan demi keamanan Pperusahaan”. Pria itu tak lain adalah Chi Young, kakak Seo Rin yang sekarang sedang berdiri dan hendak membunuh Tetua.
“Apa ini?ini membuktikan kalau kau bekerjasama dengannya”tanya Park Kyu dan mengeluarkan secarik kertas yang tadi ditemukannya di ruangan Tetua.
Tetua mulai menunduk lemas dan terlihat sedih, “aku dipermainkan oleh seorang anak kecil. Tamra berada di bawah kendali seseorang dan itu adalah buktinya. Ketua kelompok itu adalah….”
Tetua terdiam sesaat dan hal itu membuat Park Kyu semakin penasaran ingin tahu siapa dalang dibalik semua ini. Baru saja Tetua ingin membuka mulut sebuah peluru tertancap tepat di dadanya. Park Kyu dan yang lainnya sontak terkejut, mereka mulai melihat ke sekeliling namun yang ada hanyalah kegelapan malam dan sekumpulan burung-burung yang berterbangan.
Sementara itu, Chi Young yang selesai melaksanakan tugasnya kemudian pergi.
Seo Rin berdiri di balkon dan memandang jauh ke depan. Penasehatnya datang dan menyuruhnya untuk masuk.
“Anginnya dingin sekali, sebaiknya anda masuk ke dalam”.
“Apa masalahnya sudah selesai?”tanya Seo Rin.
“Iya, diselesaikan dengan baik”.
“Mimpi bodoh orang itu, hampir saja mencelakai kita”ucap Seo Rin.
Di Tamra, Pria yang sering mabuk-mabukan melihat pengumuman yang tertempel bersama dengan masyarakat Tamra lainnya.
“Kasus perampokan pelakunya sudah tertangkap, pelakunya adalah Ketua Chai”.
Pria tersebut terkejut bukan main, “apa yang terjadi, mana mungkin Tetua yang menjadi pelakunya?”tanya pria tersebut pada temannya.
“Apa benar begitu, aku tidak dapat mempercayainya”jawab temannya.
“Jadi kau berpikir, pemerintah sedang berbohong”teriak pria tersebut dan mulai berlarian memberitahukan masyarakat Tamra yang lainnya. Yan yang kebetulan berada di tempat tersebut dan mendengarnya menghela nafas lega.

Sementara itu Park kyu mulai mengumpulkan para pejabat pemerintahan yang bertanggung jawab mengurus Tamra. Park Kyu mulai memarahi mereka karena lebih mementingkan kepentingan pribadi demi memperoleh keuntungan dan mengabaikan rakyat Tamra. Park Kyu pun memecat Kepala yang bertanggung jawab atas kejadian yang terjadi di Tamra dan memberi hukuman kepada anak buah Kepala. Salah satu pejabat meminta maaf kepada Park Kyu karena tidak bisa berbuat apa-apa, dia juga meminta kepada Park Kyu untuk memberitahu Raja kesusahan yang dialami rakyat Tamra. Park Kyu berjanji akan memberitahu Raja semua yang telah terjadi di Tamra dan kesalahan para Pejabatnya dan mengatakan kalau semua yang terjadi di Tamra adalah salah Kerajaan juga yang tidak memperhatikan Tamra.
Park Kyu bertemu dengan dua penjaga setia Yi Bang.
“Maaf sudah menyusahkan kalian”ucap Park Kyu dan tersenyum.
“Tidak, kami merasa senang dan bangga bisa melakukan tugas untuk anda”ucap kedua penjaga terbata-bata. Park Kyu melihat Yi Bang yang baru saja lolos dari maut.
Park Kyu mengajak Yi Bang berbicara empat mata.
“Benar-benar sangat beruntung”ucap Park Kyu membuka pembicaraan.
“Tuan sudah menyelamatkan nyawaku dan aku tidak tahu harus berkata apa”ucap Yi Bang tertunduk.
“Apa yang kau katakan, jika tidak ada kalian masalah ini tidak akan selesai. Aku akan segera kembali, jika kau ikut denganku, aku akan mengatur posisi yang baik untukmu”ucap Park Kyu
“Sekarang aku sadar sudah melakukan banyak tindakan bodoh. Izinkan aku tetap tinggal di tempat ini dan beri aku satu kesempatan lagi”pinta Yi Bang.
“Sekarang kau sudah mengetahui bagaimana menjadi seorang pejabat yang baik untuk rakyat”ucap Park Kyu. Yi Bang yang mendengarnya menjadi sedih. Park Kyu kemudian mengeluarkan sesuatu dan memperlihatkannya kepada Yi Bang.
“Ini adalah peluru yang ditemukan di tubuh Tetua, sepertinya seseorang sengaja membunuhnya untuk menghilangkan bukti. Dengan alasan apa mereka membunuhnya, aku benar-benar tidak mengerti. Orang yang memiliki cap yang melakukannya. Itu adalah satu-satunya bukti yang kita miliki. Kita harus menyelesaikan masalah ini”.
Luka William sedang diobati oleh tabib kerajaan.
“Untung lukanya tidak terlalu dalam”ucap tabib ketakutan pada William.
William tiba-tiba menjerit kesakitan karena ikatan perban dari tabib terlalu kencang. Tabib dengan cepat membereskan perlengkapan obatnya karena takut lama-lama berdekatan dengan William yang dianggapnya aneh.
“Terima kasih”ucap William.
Para penjaga yang berdiri di depan pintu William terus saja melihat William. William merasa kesal ditatap seperti itu dan buru-buru menutup pintu. William kemudian duduk sambil memegang perbannya. Pandangannya kemudian teralih pada sisi-sisi kamar yang dirasanya asing. William hanya bisa menghela nafas mendapati dirnya sekali lagi dikurung dan harus terpisah dari Beo Jin.
Sementara itu Beo Jin belum sadarkan diri. Beo Jin terus saja mengigau,“jangan membunuhnya”.
Ibu, Ayah dan adik Beo Jin sama sekali tidak beranjak dan terus menunggui Beo Jin hingga Beo Jin terjaga.
“Ibu”panggil Beo Jin ketika terbangun dari mimpi buruknya.
“Tempat seperti apa itu, kenapa kau berani ke sana”ucap Ibu Beo Jin.
“Bukan kemauannya, dia ditangkap”ucap ayah Beo Jin berusaha membela putrinya.
“Untuk apa mencampuri masalah ini”teriak Ibu Boe Jin.
“Karena Inspektur kerajaan itu, ah tidak orang itu sudah menyelamatkan Beo Jin, kenapa marah-marah kepadaku?”jawab Ayah Beo Jin tak kalah emosi.
“Yang dikatakan ayah benar”ucap Beo Seol berusaha menengahi pertengkaran ayah dan ibunya. (aku salut dan kagum sama Beo Seol, walaupun dia yang termuda di keluarganya, tapi pikirannya sangat dewasa, berbeda dengan Beo Jin yang masih kekanak-kanakan, hehehehe).
Park Kyu dibawa mengelilingi desa oleh para penjaga setia Yi Bang.
“Minggir, Inspektur lewat”. Para rakyat mulai berkumpul dan beramai-ramai mendatangi kediaman Beo Jin. Wanita-wanita desa mulai berteriak histeris melihat Park Kyu. Mereka yang dulunya genit sekarang menjadi lebih genit, apalagi mereka sudah mengetahui identitas Park Kyu yang sebenarnya.
“Dari awal aku sudah tidak salah liat, aku tidak menganggapnya sebagai Yandari”ucap Ibu Kkeut Boon antusias.
“Bukannya kau mengatakan dia hanya bisa menggoda istri orang”ucap salah satu wanita kepada Ibu Kkeut Boon.
Park Kyu sedikit terkejut mendengarnya dan tidak menyangka jika wanita-wanita di desa ini menganggapnya sebagai lelaki penggoda.
“Jangan bicara sembarangan, kami tidak pernah mengatakannya”bela Ibu Kkeut Boon sambil berteriak. Park Kyu berbalik dan hal itu membuat para wanita semakin histeris. Kkeut Boon malah mengangkat kakinya dan mulai menggoyang-goyangkan tubuhnya. Park Kyu tertawa geli melihatnya.
Ayah, Ibu dan adik Beo Jin keluar dari rumah. Ibu Beo Jin menghidangkan makanan kepada Park Kyu yang sudah berjasa pada Beo Jin dan Negeri Tamra.
“Untuk apa kalian berkumpul di sini”teriak Ibu Beo Jin pada wanita-wanita desa dan hal itu membuat para wanita menjadi ketakutan tetapi mereka tidak berniat beranjak. Ibu Beo Jin hanya berdiri di samping Park Kyu. Ibu Beo Jin sepertinya malu karena selama ini sudah bertindak kurang sopan pada Park Kyu dan mengatakan kalau Park Kyu hanyalah tukang makan dan menghabiskan beras saja. Park Kyu tersenyum melihat tingkah Ibu Beo Jin dan menyuruhnya duduk.
“Kenapa kau memberikannya kamar yang berantakan. Musim dingin ini harus memberinya selimut”ucap ayah Beo Jin malu.
“Tidak usah merasa malu”ucap Park Kyu.
“Kau mengatakan hal seperti itu membuat batu yang ada di hatiku bisa turun”ucap ayah Park Kyu senang dan menepuk pundak Park Kyu dengan keras. Park Kyu terdiam dan merasa kesakitan, namun dengan cepat tersenyum menyadari kekonyolan yang sudah dilaluinya bersama keluarga Beo Jin. Park Kyu mengambil sekantong uang yang sedaritadi disimpannya.
“Ini tidak banyak, tetapi kurasa cukup untuk pembangunan desa”ucap Park Kyu dan memberikan uang tersebut kepada Ibu Beo Jin.
“Apa ini?”tanya Ibu Beo Jin terkejut.
“waktu ini, aku sudah menyusahkan kalian semua, siapkan makanan dan aku tidak akan sungkan lagi”jawab Park Kyu. Para wanita desa merasa senang dan tidak menyangka jika Yandari yang selama ini mereka kenal memiliki hati yang mulia.
“Besok apakah anda bisa meluangkan waktu, kami ingin mengadakan pesta untuk anda”tanya Ibu Beo Jin.
“Baiklah, aku akan meluangkan waktu besok”jawab Park Kyu tersenyum.
Park Kyu kemudian melihat ke arah kamar Beo Jin dan menanyakan keadaannya. Ibu Beo Jin mengatakan kalau keadaan Beo Jin sudah lebih membaik dan demamnya sudah turun. Baru saja Park Kyu berpamitan pulang, pintu kamar Beo Jin tiba-tiba terbuka.
Dari luar kamar, diam-diam Ibu Beo Jin berusaha mendengarkan percakapan mereka.
“Apa yang ingin kau katakan padaku?”tanya Park Kyu berusaha tenang.
“Yandari….. Tuan”ucap Beo Jin membenarkan ucapannya.
“Bicara yang biasa saja”ucap Park Kyu.
“William, dia akan bagaimana? apa dia akan mati?”tanya Beo Jin khawatir.
“Hanya ini yang kau ingin katakan padaku. Sebentar lagi aku akan pulang, apa kau tahu perkatannmu itu membawa rasa seperti apa padaku? Kau tidak akan bisa melihatku lagi dan kau masih mengungkit tentang William”ucap Park Kyu sedih dan sedikit marah pada Beo Jin.
“Kau pergi lebih baik, William mungkin akan mati”ucap Beo Jin semakin sedih (aduch, Beo Jin…. Kamu nggak sadar ya kalau Park Kyu itu menyukaimu).
“Aku bukan ingin membunuhnya, hanya ingin membawanya ke Hanyang. Semua masalah akan diurus sesuai dengan ketentuan Negara, kau harus mengingatnya”ucap Park Kyu tak kalah sedihnya.
Beo Jin yang sempat tersenyum saat Park Kyu mengatakan tidak akan membunuh William, kembali kecewa saat mendengar kalimat Park Kyu selanjutnya. Park Kyu kemudian berdiri dan hendak keluar. Park Kyu tidak betah berlama-lama dengan Beo Jin, karena yang ada di pikiran Beo Jin hanya William seorang.
“Tuan, aku mohon ampuni dia. Asal kau bisa menolongnya, apapun yang kau suruh akan kulakukan”pinta Beo Jin di kaki Park Kyu.
“Ini adalah pertemuan terakhir kita, tetapi kau malah membicarakan orang asing itu, jagalah dirimu”ucap Park Kyu sedih. Matanya mulai berkaca-kaca.
Begitu Park Kyu keluar dari kamar Beo Jin, semua orang merasa heran dengan raut wajah Park Kyu yang terlihat sedih. Sementara itu di dalam kamar, Beo Jin terus menangis. Dia merasa tidak berdaya tidak bisa melakukan apa-apa untuk menyelamatkan William.
Malam harinya Park Kyu mendatangi kamar William. Park Kyu meminta para penjaga meninggalkan mereka berdua. William hanya terdiam ketika melihat Park Kyu. Park Kyu khawatir kepada William yang sama sekali tidak menyentuh makanan padahal mereka akan melakukan perjalan penjang ke Hanyang. Park Kyu mengatakan kepada William kalau ini adalah kesempatan terakhir William untuk melarikan diri. William terkejut mendengar apa yang dikatakan Park Kyu.
“Apa Beo Jin bisa ikut?”.
“Dia tidak akan pergi dari tempat ini, sebaiknya kau pergi sendiri saja secara diam-diam”jawab Park Kyu.
“Tidak ada Beo Jin, aku tidak akan pergi”ucap William. Park Kyu terdiam.
“Pergi ke Hanyang, kau juga tidak dapat melihatnya, kau tidak akan menyesal?”tanya Park Kyu.
“Pergi sendiri dan tanpa Beo Jin, itu baru membuatku menyesal”jawab William tegas.
Beo Jin berdiri di pintu gerbang pemerintahan. Beo Jin terlihat khawatir dan ditangannya terdapat sebuah bungkusan. Salah satu penjaga setia Yi Bang tidak sengaja lewat di depannya.
“Paman”panggil Beo Jin. Beo Jin meminta sekali saja untuk menemui William, namun penjaga tidak mengijinkan Beo Jin bahkan membentaknya. Beo Jin tidak mempunyai pilihan lain, akhirnya dia meminta tolong kepada penjaga untuk memberikan bungkusan kepada William.
William dengan antusias mulai membuka bungkusan yang diberikan Beo Jin. Di dalamnya terdapat sebuah sandal rumput dan makanan. Namun yang menarik perhatian William bukan sandal rumput dan makanan dari Beo Jin, tetapi sepucuk surat yang diselipkan Beo Jin.
“William, harus menunggku, aku akan datang mencarimu”.
Senja di pinggir pantai terlihat seorang pria tua sedang berdiri. Sepertinya pria itu sedang menunggu seseorang. Beberapa menit kemudian terlihat pria berjubah putih datang mendekat. Pria berjubah putih tak lain adalah Park Kyu dan pria yang sedang menunggunya adalah Kakek Tua.
“Sebelum aku pergi, aku ingin menemuimu, maaf selama ini tidak mengenal anda Paduka”ucap Park Kyu membuka pembicaraan.
“Sepertinya sudah berkata sesuatu yang tidak berguna”ucap Kakek Tua.
“Benar juga, saya ingin menanyakan sesuatu kepada anda tetapi tidak tahu bisa atau tidak, bagaimana anda bisa mengetahuinya”ucap Park Kyu segan.
Kakek Tua tertawa, “umur sudah bertambah dan telinga juga sudah tidak bagus lagi, kau suka Tamra kan?”
“Di sini adalah tempat yang bagus”jawab Park Kyu.
“Dan banyak yang menginginkannya, Tetua terlalu keterlaluan mencintai tempat ini dan ingin memanfaatkan tempat ini”.
“Maksud anda kekuasaan?”tanya Park Kyu tidak mengerti.
“Impian mengubur semuanya, orang seperti dia setiap waktu ada, di kehidupan berikutnya aku ingin terhindar dari kekuasaan dan peperangan, aku ingin seperti si mata biru yang bisa mengelilingi dunia”jawab Kakek Tua.
Park Kyu memenuhi janjinya kepada Ibu Beo Jin. Para wanita terlihat antusias melihat kedatangan Park Kyu. Kkeut Boon tiba-tiba menangis dan memeluk tangan Park Kyu. “Aku ingin ikut anda pergi ke Hanyang, asal kau setuju aku bisa meninggalkan desa ini, aku akan berenang sampai ke Hanyang”. Park Kyu terlihat stress melihat sikap Kkeut Boon padanya. Tiba-tiba Ibu Beo Jin datang dan berteriak kepada Kkeut Boon untuk melepaskan tangan Park Kyu.
Pesta berlangsung hingga larut malam. Para wanita tidak henti-hentinya bernyanyi dan menari merayakan kebahagiaan karena desa mereka berhasil terhindar dari bahaya dan tentu saja semua itu berkat Park Kyu.
Ibu Beo Jin mulai mabuk karena terlalu banyak minum arak. Dia bahkan tidak menyadari apa yang sedang diucapkannya, “anak ini ketika datang kemari, aku sangat cemas kapan dia bisa berubah, seperti katak yang lupa berudu”. Park Kyu hanya tersenyum mendengarnya sementara ayah Beo Jin merasa malu terhadap Park Kyu. Ayah Beo Jin dengan cepat menepuk punggung istrinya hingga tersadar. Ibu Beo Jin merasa heran semua orang memandanginya, dia tiba-tiba tersadar sudah mengucapkan sesuatu yang salah. Semua orang tertawa melihatnya begitupun dengan Park Kyu.
“Aku akan pamit”ucap Park Kyu tiba-tiba. Semua orang sontak terkejut dan mulai berbaris. Salah satu warga memberikan kenang-kenangan sebuah topi hasil kerajinan desa mereka. Park Kyu tersenyum dan membuka topi yang biasa dikenakannya dan menggantinya dengan topi yang diberikan kepadanya. Ayah Beo Jin tersenyum melihatnya dan membantu mengikatkan tali topi sementara topi Park Kyu dipakai Kkeut Boon.
“Setelah kau kembali ke Hanyang jangan melupakan desa Sanfang”pesan Beo Sool.
Park Kyu berjalan dan melihat satu persatu warga desa Sanfang yang menangis melihat dirinya akan pergi. Park Kyu sampai di hadapan Ibu Beo Jin dan matanya mulai berkaca-kaca.
“Aku mana mungkin melupakannya”ucap Park Kyu pada seluruh warga dan memberi hormat.
Park Kyu berjalan menuju kudanya. Sebuah nyanyian dipersembahkan warga desa Sanfang mengiringi kepergian Park Kyu.
Sementara itu di tempat lain, Beo Jin berjalan tanpa arah. Dari kejauhan terlihat Park Kyu memandangi Beo Jin. Park Kyu terlihat sedih melihat Beo Jin. Park Kyu meneruskan lagi perjalanannya dan tanpa sengaja bertemu dengan Yan.
“Lepaskan William”ucap Yan.
“sudah terlambat”ucap Park Kyu.
“Jika dibawa ke Hanyang, William juga akan mati”tambah Yan.
“Aku sudah melepaskannya, tetapi dia yang menolakku. Katanya jika Beo Jin tidak ikut, dia tidak akan pergi”ucap Park Kyu berusaha meyakinkan Yan.
“Anak yang bodoh”gumam Yan.
“Kau seharusnya datang bersama prajurit, tetapi kenapa datang sendiri? Apa karena gadis itu?”tanya Yan.
“Jangan berkata sembarangan”ucap Park Kyu emosi.
“Jangan menyimpan rasa begitu dalam, kau kira tidak ada yang mengetahuinya. Jika terjadi sesuatu pada William aku tidak akan melepaskanmu”ucap Yan dan berlalu pergi. (hehehe, Park Kyu ketahuan…. Lagu yang cocok untuknya, oooo, kamu ketahuan, hehehehe….. dewi Rf).
Fajar sudah menyingsing. William dengan tangan terikat siap-siap akan dibawa ke Hanyang. Pria yang sering mabuk-mabukan tiba-tiba datang memeluk William dan mulai berteriak histeris.
“William, kasihan sekali, aku ingin menjadikanmu penerusku. William adalah orang baik dan bukan siluman”. Para penjaga mulai menyeretnya menjauh dari William.
Tidak berselang lama, Park Kyu keluar dan menatap William sekilas. William menyadari tatapan Park Kyu, namun dia tidak berniat untuk menoleh sedikitpun kepada Park Kyu. Park Kyu menaiki kuda dan perjalanan menuju pelabuhan pun dimulai. Yan yang berada tidak jauh dari tempat itu hanya bisa memandangi kepergian William.
Sementara itu di rumah Beo Jin, Beo Jin terlihat resah dan buru-buru ingin pergi ke pelabuhan.
“Jangan pergi”ucap Ibu Beo Jin tiba-tiba.
“Tidak ada keuntungan bagimu, kau hanya semakin bertambah sedih”tambah Ibu Beo Jin “Ini terakhir kali aku bisa melihatnya”ucap Beo Jin sedih.
“Anggap saja semua ini tidak pernah terjadi. Anggap saja tidak pernah bertemu William dan Yandari”ucap Ibu Beo Jin menasehati.
“Ibu, aku tidak bisa. Di dalam hatiku terus teringat, mana mungkin lupa”jawab Beo Jin dan ingin pergi.
“Beo Jin”tahan Ibu Beo Jin dan memegang tangan Beo Jin.
“Biarkan dia pergi berpamitan untuk terakhir kalinya”ucap ayah Beo Jin tiba-tiba. Ibu Beo Jin perlahan-lahan melepaskan genggamannya. Beo Jin memandang ayah dan ibunya bergantian kemudian berlari dengan cepat menuju pelabuhan.
William hanya terduduk di kapal. Park Kyu menemui Yi Bang, “Tuan, harus hati-hati dalam perjalanan”.
“Jika butuh bantuanku, kapan saja boleh datang mencariku”ucap Park Kyu. Yi Bang sedih mendengar ucapan Park Kyu dan kemudian memberi hormat.
“Tuan”teriak Beo Jin begitu datang dan berlari menuju dermaga.
“Ada yang ingin kukatakan, izinkan aku ke sana”pinta Beo Jin pada penjaga yang menahannya.
“Lepaskan anak itu”perintah Park Kyu.

Beo Jin berlari ke arah Park Kyu
“Tidak perduli apa yang dikatakan Raja, kau harus menolong William. Bukankah kau sangat tahu, William adalah orang yang baik”pinta Beo Jin.
“Itu semua keputusan kerajaan, cepat pergi”teriak Park Kyu dan berbalik.
Beo Jin sedih mendengar ucapan Park Kyu. Beo Jin berteriak memanggil nama William. William sedih mendengar suara Beo Jin dan berusaha berdiri di pinggir kapal untuk melihat Beo Jin.
“Beo Jin”.
“William jangan takut, aku pasti akan pergi mencarimu. Tidak perduli dimanapun kau harus ingat makan. Jaga diri dengan baik, mengerti?”pesan Beo Jin.
“Beo Jin, aku akan baik-baik saja”teriak William.
Kapal perlahan-lahan mulai berjalan. Beo Jin, William dan Park Kyu sama-sama bersedih.
“Lupakan, semuanya, lupakan”ucap Park Kyu dalam hati.



Written By Dewi Rf @PelangiDrama, Pictures By Dee & Iis Rf@PelangiDrama

BACA JUGA SINOPSIS LAINNYA



0 comments:

Post a Comment


Friend Link List