Do you like this story?
Episode 8 : Aku suka Mizuki
Ashiya berlari keluar gerbang sekolah dan berhenti di depan kotak surat. Ashiya mengeluarkan sebuah surat dari tasnya.
“Papa, aku mohon padamu, Tolong ijinkan aku tinggal di sini sedikit lebih lama”kata Ashiya, lalu ia memasukan suratnya kedalam kotak surat dan ia menyembah-nyembah kotak suratnya (ngerti ga? aku ajah kurang ngerti sama bahasa aku sendiri, hahahahhaha *abaikan). Lalu Pak guru dari jauh berkata, “Ashiya!! Ini bukan tempat suci”. Ashiya menoleh dan menyapa Pak guru “Hey, lama tidak berjumpa”. Ashiya langsung berlari memasuki sekolah. Pak guru yang melihat Ashiya masuk ke dalam malah bertanya.“Kau memasukan uang di dalamnya?”. Tapi sayang Ashiya tidak mendengarnya.
Sementara itu Nakatsu sedang berjalan sendirian dengan sebotol air mineral di tangannya sambil berceloteh ria, lalu Ashiya datang dan menepuk pundaknya.
“Selamat pagi”sapa Ashiya.
“OH” Nakatsu jadi bengong.
“Apa yang salah?”tanya Ashiya bingung.
“Nah…ehm… itu…aku senang kau memutuskan tetap tinggal”jawab Nakatsu sekenanya, Ashiya tersenyum, Nakatsu meminum air mineralnya untuk menghilangkan kegugupannya.
“Ini semua berkatmu”kata Ashiya, Nakatsu langsung menyemburkan air yang diminumnya ketika mendengarnya.
“A-aku??”tanya Nakatsu tak percaya.
“Ya”jawab Ashiya, Nakatsu berjalan mendekati Ashiya yang berdiri beberapa langkah di depannya.
“Mizuki”panggil Nakatsu.
“Hmm?”
“Aku…..waktu itu aku sudah bilang”kata Nakatsu, Ashiya ingat saat Nakatsu berkata “Aku membutuhkanmu”.
“Itu…”kata Nakatsu mencoba mengingatkan Ashiya
“Aku senang, aku juga membutuhkanmu, Nakatsu”jawab Ashiya, lagi-lagi Nakatsu menyemburkan air yang sedang diminumnya, hahahaha
“EH? apakah jadi?? Lalu… aku tidak perlu mengatakannya agar kau mengerti, benarkan?”tanya Nakatsu.
“Eh?”Ashiya bingung.
“Bagiku…kau…”kata Nakatsu belum selesai.
“Seperti teman, kan?” tanya Ashiya memotong.
“Eh”Nakatsu bengong.
“Aku menganggap mu teman baik ku juga.”kata Ashiya tersenyum sambil mengacungkan jempolnya dan berlalu pergi meninggalkan Nakatsu.
“Teman?”gumam Nakatsu tak percaya.
“Ya, Ya. Teman. Di sini aku lagi-lagi, Aku seperti anak laki-laki berkepala tebal”ucap Nakatsu sendiri.
“Tunggu aku!!”teriak Nakatsu mengejar Ashiya.
Sementara itu dikelas anak-anak sedang menari-nari ga jelas. Sano hanya bisa melihat teman-teman yang sudah seperti orang-orang sakit jiwa itu. Mereka membicarakan tentang semester baru yang baru saja dimulai,
“Selamat pagi”seru Ashiya yang baru saja datang bersama Nakatsu, mereka datang dengan keakraban yang mereka tunjukkan. Karena Nakatsu merangkul bahu Ashiya dengan mesra. Sano melihat dengan jelas tangan Nakatsu yang merangkul bahu gadis itu dan ia juga melihat Ashiya yang nampak tidak keberatan diperlakukan begitu oleh Nakatsu. Hal itu membuat Sano tidak senang.
“Orang-orang tidak akan pernah berubah, benar Mizuki?”tanya Nakatsu pada Ashiya.
“Ya”jawab Ashiya, Sano terlihat tidak senang, Ashiya menghampiri tempat duduk Sano.
“Yo”sapa Ashiya, tapi Sano cuek saja.
“Apa? Apa kau sedang dalam mood yang buruk?”tanya Ashiya.
“Tidak”jawab Sano dingin sambil terus mengutak-atik buku yang dipegangnya *Sano cemburu, Ashiya*
“Jangan menyangkalnya, kau normal tadi pagi”bantah Ashiya.
“Jangan biarkan orang menaruh tangan mereka di bahu mu”ucap Sano pelan tapi cukup terdengar *Tuh kan, Sano cemburu, Horeee, Jingkrak-jingkrak buat Ashiya*
“Hah?
“Kau harus lebih sadar dari orang di sekitar mu”kata Sano.
“Ada apa dengan itu? Siapa peduli? Lagipula Kita semua teman”kata Ashiya belum mengerti maksud Sano.
“Itu bukan apa yang aku maksud ... aku mengatakan ...” kata Sano belum selesai *Ashiya suka motong perkataan orang, ini kebiasaan yang buruk loh reader, hehehehe*
“Kenapa kau marah?”tanya Ashiya.
“Ah, apa kau….”.Ashiya paham sesuatu lalu ia mendekatkan wajahnya ke wajah Sano dan berkata, “mengalami menstruasi mu?” *ahahahahaaha*, Sano melotot.
“HAH!!”. Sano terperanjat, ia tidak mampu berkata apa-apa.
“Apa? aku bercanda”kata Ashiya, Sano masih diam tanpa tahu harus berkata apa.
“Aku hanya menggodamu”kata Ashiya lagi, gadis itu kemudian duduk di belakang Sano.
Lalu Pak Guru datang dan menyuruh anak-anak untuk duduk ditempatnya masing-masing. Pak guru juga berkata pada semua muridnya bahwa ia lah yang akan jadi wali kelas mereka di semester ini lagi. Ashiya menatap Sano dari belakang dengan tersenyum kemudian ia mengingat saat Sano berkata, “Aku tidak membuat lompatan dihadapan mu, dipanggung resmi, jadi…. Jangan pergi”. Ashiya tersenyum sumringah mengingatnya, lalu ia berkata, “Terima kasih”.
Sementara itu, Reporter Hara membuat pengumuman, ia naik keatas mobil yang sedang berjalan dan berbicara dengan menggunakan toaknya.
"Semua penghuni SMU Osaka, Selamat pagi!!! Aku fotografer berbakat - Hara Akiha! Aku Hara Akiha! Aku di sini untuk memberitahu semuanya tentang berita yang sangat penting! Itu adalah… ha Yahoooo”seru Reporter Hara, Tanpa disadarinya, Dr. Umeda ada disitu dan berdiri ditengah jalan yang dilalui mobilnya.
“Apa yang kau lakukan, kau bodoh?”hardik Dr. Umeda *jangan berantem mulu entar jodoh loh, he*
“Awas, kau akan ku tabrak”ancam reporter Hara.
“Kau dapat berbicara ketika kau bermimpi. Hei keluar , kembali sana” kata Dr. Umeda.
Reporter Hara terus meneriaki, “Awas, awas,awas!!!”. Dr. Umeda agar menyingkir, tapi Dr. Umeda terus saja bicara, hingga akhirnya Dr. Umeda tertabrak atau lebih tepatnya terlindas, hahahahaha. Reporter Hara mencari keberadaan Dr. Umeda dan ia menemukan Dr. Umeda dengan keadaan di wajahnya terdapat cap ban mobil. Dr. Umeda langsung memukul Reporter Hara. Mereka terus saja bertengkar.
“Apa yang kau lakukan di sini”tanya Dr. Umeda
“Tentu saja untuk bekerja”jawab Reporter Hara sambil menyenggol Dr. Umeda.
“Jangan sentuh aku!! Sekarang dengar!!”seru Dr. Umeda
“Sano sudah melompat”kata Dr. Umeda, Reporter Hara mengangguk lalu menyodorkan mikrofon.
“Kau juga telah diakui sebagai fotografer professional” kata Dr. Umeda, reporter Hara tersenyum mengangguk
“Kau harus menepati janji dan tinggal jauh dari sekolah ini.” kata Dr. Umeda.
“Tapi aku tidak bisa melakukan itu”jawab reporter Hara.
“Apa?”
“Tunggu sebentar”
“Di sini, lihat ini”kata reporter Hara menyerahkan beberapa lembar kertas, Dr. Umeda membacanya.
“Sebuah permintaan shoot, “An An Edisi Spesial”kata Dr. Umeda.
“Itu benar”kata Reporter Hara, lalu reporter Hara berbisik di telinga Dr. Umeda, “Tolong kumpulkan mereka….untuk…..ku..tolong”.
“Kau bau…”kata Dr. Umeda menjauh dari reporter Hara.
“Mengapa kau tidak…”kata dr. Umeda belum selesai, lalu ia melihat wajahnya di kaca spion mobil. Dr. Umeda teriak histeris, “Apaan apaan ini??”
Reporter Hara datang ke kantin dimana semua siswa berkumpul.
“Semuanya!! Terima kasih sudah menungguku”seru Reporter Hara, lalu Reporter Hara bergerak maju ke hadapan sekumpulan siswa. Semua siswa bertanya-tanya dan membuat asumsi sendiri kenapa mereka dikumpulkan seperti ini.
Kemudian reporter Hara naik ke atas kursi dan berkata, “Kali ini, aku tidak mengumpulkan kalian karena suatu alasan. Aku hanya menerima tawaran dari penerbit yang terkenal”. Sano terlihat tidak begitu peduli, ia fokus dengan buku yang dipegangnya.
“Penerbit terkenal?”ucap Tenuoji.
“Jangan membuat kita menebak-nebak! Tolong beritahu kami”ucap salah satu orang
“Lihat”kata reporter Hara sambil mengangkat sebuah majalah “AN AN”
“An An?”teriak semuanya.
“An An….an an??”tanya Nakatsu masih tak percaya.
“Tentang "An An" ... Ini mencakup informasi tentang semua mode terbaru, populer di kalangan sekolah dasar, tengah sqampai kalangan untuk nenek-nenek. Sebuah majalah yang super terkenal”jelas Sekime, semuanya bertepuk tangan dan ber~oh mendengar penuturan Sekime.
“Sekime luar biasa. Dia tahu segalanya.”ucap Kayashima
“Jadi, dalam edisi khusus "Hottest on the Street” Kalian akan menjadi model dan aku akan memotretnya”kata reporter Hara.
“Model? Ini cocok untukku yang sempurna”ucap Oscar dengan gayanya.
“Aku harus membuat Osaka Gakuen terkenal secara nasional”kata Tenouji bangga, semuanya bersorak senang.
“Tunggu!! Tunggu sebentar”kata reporter Hara meminta perhatian anak-anak.
“Ini disayangkan. Tidak semua orang dapat berpartisipasi. Hanya empat orang yang dipilih oleh ku untuk majalah ini”kata reporter Hara.
“Eh kenapa begitu?”
“Dalam hal ini, silakan berbagi keindahan ku dengan dunia”ucap Oscar PD.
“Tidak, harus kecantikan fisik ku.”kata Tenouji ga mau kalah sambil memeperlihatkan abs-nya.
“Jika kau memilih aku, maka malaikatku akan dengan ku juga”kata Kayashima.
“Aku sudah membuat pilihan ku”kata Reporter Hara.
“Hah”
“Aku akan mengumumkannya”kata Reporter Hara.
“Drumroll”seru reporter Hara, tiba-tiba kantin jadi gelap dan terdengar suara drum dipukul (bayangin ajah keadaan saat akan nada pengumuman juara disuatu ajang kompetisi).
“Tenouji! Tenouji! Tenouji!” seru pendukung Tenouji
“Pertama. Orang pertama adalah ...”kata Reporter Hara, suasana hening.
“Nanba Minami-kun”ucap Reporter Hara, pendukung Nanba bersorak, Nanba senang.
“Orang kedua adalah….”kata Reporter Hara, suasana hening lagi.
“Nakatsu Suichi-Kun”kata Reporter Hara, Nakatsu senang.
“Terima kasih! Terima kasih! Baby!!”ucap Nakatsu.
“Tolong pilih kepala asrama kami”mohon salah satu anak asrama 1.
“Kalau tidak kita akan berada dalam masalah!”ucap salah satu anak asrama 1 yang lain, Tenouji menyingkirkan anak buahnya.
“Orang ketiga adalah….”.Suasan hening, semuanya harap-harap cemas.
“Sano Izumi-Kun”kata reporter Hara, semuanya terkejut, Sano menutup wajahnya yang silau karena cahaya dengan buku. Anak-anak berkumpul disekitar Sano
“Itu bagus! Sano”kata Ashiya.
“Aku tidak akan”ucap Sano.
“Mengapa tidak? Sayang sekali”kata Ashiya.
“Tidak tertarik”jawab Sano, reporter Hara tersenyum.
“Karena ia menolak, maka kita tidak boleh memaksa dia”kata Oscar mencoba mencari peluang.
“Berikutnya, orang terakhir adalah….”
“Tolong pilih aku”
“Tenouji! Tenouji!Tenouji”
“Ashiya Mizuki-Kun”kata Reporter Hara menjatuhkan pilihannya pada gadis itu. Ashiya tersenyum.
“Aku?”ucap Ashiya tak percaya, Sano menoleh saat mendengar Ashiya terpilih.
“Oh ~ Itu bagus! Mizuki!”kata Nakatsu merangkul bahu Ashiya.
“Mari kita melakukan yang terbaik!”ucap Ashiya.
“Yaaa”kata Nakatsu.
Lampu menyala lagi, suasana kantin berubah menjadi normal kembali
“Kenapa kau hanya memilih dari Dorm 2? Apa kriteria mu?!”tanya Tenouji emosi sambil menunjuk ke arah reporter Hara, anak-anak asrama 1 berusaha menenangkan Tenouji.
Sementara itu Sano langsung menarik Ashiya dan mengajaknya berbicara *cie…..*
“Kau akan berpartisipasi?”tanya Sano.
“Tentu saja”jawab Ashiya.
“Aku pikir itu akan membuat ku terlihat keren ~”ucap Ashiya bangga.
“Kau..menjadi model…kau tidak tahu jenis pakaian apa, Kau akan diminta untuk memakainya ...”kata Sano *Sano sebenernya khawatir sama Ashiya.
“Ini akan baik-baik saja”potong Ashiya.
“Aku tak sabar untuk itu”kata Ashiya.
“Bukan itu yang aku katakan ... Kau mungkin harus ... telanjang ...”kata Sano hati-hati *tuh kan khawatir,ahahahah*
“Eh? Apa?”tanya Ashiya bingung, Sano jadi salah tingkah.
“Oleh karena itu…!”kata Sano belum selesai.
“Siapa yang bersedia untuk menggantikan Sano-kun?”tanya Reporter Hara.
“Aku!Aku!Aku!”seru semuanya mengangkat tangan mereka.
Tiba-tiba secara mengejutkan Sano mengangkat tangannya, Semua melihat ke arah Sano.
“Aku akan melakukannya”kata Sano *Sano merelakan diri untuk mengalah demi melindungi Ashiya, so sweet*. Semuanya terkejut, Reporter Hara tersenyum, Nakatsu juga tersenyum, sementara Ashiya diam saja.
Keesokan paginya Sano bersiap-siap pergi, ia berusaha membangunkan Ashiya yang belum terlihat bersiap-siap.
“Hei, kita tidak punya banyak waktu”seru Sano, lalu memasukkan sesuatu ke saku celananya entah itu dompet atau hp?. Namun tidak ada jawaban dari Ashiya, Sano pun naik ke atas, Sano pun agak kaget dan segera berpaling saat melihat Ashiya masih terlelap tidur pulas dalam keadaan kaos terangkat hingga pusarnya terlihat hahaha.
Sano pun berusaha mencoba menutupinya, namun tiba-tiba pintu kamar terbuka.
“Mizuki”teriak Nakatsu. Sano pun mengurungkan niatnya haha.
“Ayo kita pergi ke “An An”!”seru Nakatsu. Dengan cepat Sano menendang selimut hingga menutupi badan Ashiya, gerakannya gesit dan lucu muhaha.
Nakatsu agak bengong melihatnya, “Aku hendak membangunkannya”ucap Sano.
“Oh, Ho”jawab Nakatsu.
Sano pun menepuk jidat Ashiya, sadisnnyo.Ashiya pun merasa kesakitan.
“Oww, sakit”keluh Ashiya terbangun.
“Ayo pergi”seru Sano.
Di kantin sekolah sebenarnya kantin atau auditorium buat pengumuman ya muhaha), wakil kepala sekolah menyampaikan pesan Kepala Sekolah pada murid-murid asrama 1,2,3 yang tersisa (Nanba, sano, Nakatsu, ashiya lagi pemotretan).
“Ini adalah permintaan Kepala sekolah. Ini darurat. Kita akan melakukan wawancara pribadi dalam seminggu ini”ucap wakil kepala sekolah.
“Peking Man apa?”tanya Tenouji.
“Itu adalah wawancara pribadi”jawab wakil kepala sekolah.
“Itu adalah wawancara pribadi”seru-seru anak-anak dorm 1 pada Tenouji.
“Kami belum pernah melakukan hal seperti itu sebelumnya”ucap Oscar.
“Mengapa tiba-tiba?”tanya Sekime.
Seraya berpaling dari hadapan anak-anak wakil kepala sekolah menjawab,”Aku tidak dapat memberitahu kalian sekarang”.
“Ini hanya salah satu lelucon kepala sekolah kan?”tanya Nakao. Lalu yang lainnya tertawa.
“Bukan”teriak wakil kepala sekolah seraya menghadap anak-anak lagi. Semuanya pun jadi ketakutan muhaha.
“Itu tidak benar. Waktu itu dia pernah berbicara padaku mengenai ini dengan serius sebelumnya”jelas wakil kepala sekolah.
“Eh.Baik”ucap Nakao.
“Entah mengapa kali ini rasanya benar-benar berbeda dari sebelumnya”ucap salah seorang murid.
“Wawancara itu tentang apa?”tanya Kayashima.
“Aku minta maaf”teriak wakil kepala sekolah lagi hingga anak-abnak terdiam ketakutan.
“Maaf, aku tidak bisa menjawabnya. Permisi”ucap wakil kepala sekolah. Lalu pergi sambil berdendang, anak-anak yang melihatnya pun merasa aneh begitu wakepsek sadar ia pun segera pergi haha.
“Ternyata, wawancara ini sangat penting”seru salah seorang murid seraya bergaya di depan.
“Sebuah wawancara pribadi ya”piker Tenouji. “Wow”ucap Oscar dengan ekspresinya konyolnya. Anak-anak asrama dua ikut mengungkapkan ekspresinya dengan mendekteksi aura seperti Kayashima muhaha.
F4 Osaka Gakuen (Nanba, Nakatsu, Sano dan Ashiya, jadi ingat F4 Joseon haha) sampai di tempat pemotretan.
“Keren”seru Nanba.
“Selamat pagi”sapa Ashiya pada reporter Hara.
“Rasanya menyegarkan bukan?”tanya reporter Hara.
“Apa kabar? Aku Nanba Minami, Aku ingin bermain”ucap Nanba pada repoter Hara. Ashiya pun berlari melihat sekeliling dan mendekat ke arah kamera.
“Ah, jangan menyentuh kamera”seru reporter Hara, spontan Ashiya pun mengangkat tangannya. Reporter Hara pun menutup ruangannya.
Nakatsu berlari ke arah deretan baju dan mengambil salah satu baju ksatria (pakaian eropa kuno gitu).
“Mizuki, Mizuki! Lihat”panggil Nakatsu seraya memperlihatkan baju yang diambilnya.
“Keren, mereka memiliki banyak jenis pakaian”ucap Ashiya. Lalu Ashiya mengambil gaun dress hitam.
“Oh , Juliet”seru Nakatsu seraya berpose dengan pakaian yang diambilnya mendekat ke arah Ashiya.
“Oh, Romeo. Mengapa kau Romeo”balas Ashiya.
“Itu karena aku akan…memberitahumu mengapa….”ucap Nakatsu belum selesai. Sano yang melihat kemesraan Ashiya dan Nakatsu tidak senang ia pun menghampirinya dan menahan muka Nakatsu.(kasian banget ni Nakatsu posenya sampae begitu muhaha).
“Juliet adalah perempuan”seru Sano.
“Tentu saja, aku sudah tahu bahwa…”jawab Ashiya.
“Datang dan pililah baju kalian”potong reporter Hara mengingatkan.
“Ya”jawab Ashiya. Sano pun merebut baju yang diambil Ashiya dan menaruhnya kembali. Dan menarik ashiya menjauh dari Nakatsu.
“Juliet”panggil Nakatsu yang terbebas dari Sano.
“Juliet, Juliet”teriak Nakatsu.
“Ju…”. Plak, Nanba pun menjitak kepala Nakatsu untuk menyadarkannya muhaha.
“Tenang Romeo”ucap Nanba (kakkoi ne Nanba kun muhaha).
“Pilih apa yang kalian suka tapi cepat”ucap reporter Hara seraya menunjukkan deretan macam-macam pakaian.
“Luar biasa. Mana yang harus aku pilih”guman Ashiya seraya melihat-lihat seretan pakaian tersebut.
“Oh, Mizuki! Satu ini cukup bagus”seru Nakatsu seraya menunjukkan dress pink pada Ashiya. Melihat itu Sano pun segera mencari-cari baju untuk Ashiya.
Sudah menjadi naluri Ashiya sebagai cewek melihat baju pink sebagus itu, Ashiya pun senang. “Cantik, Kelihatan bagus”seru Ashiya saat menccoba mengepas di depan kaca.
“Pakai saja ini”seru Sano seraya menyodorkan kemeja laki-laki.
“Ini terlihat begitu polos”ucap Ashiya tetap memilih gaun yang dipilihkan Nakatsu.
Sano pun merebut gaun yang dipegang Ashiya dan menyerahkan baju yang dipilihkannya.
“Jangan berbicara lagi, pakai yang ini!”seru sano.
“Hei, Mizuki mengatakan ia menyukai yang satu ini yang lebih bagus”potong Nakatsu.
“Yang ini”balas Sano tak mau kalah.
“Yang Ini”balas Nakatsu.
“Pasti yang satu ini”teriak Nakatsu tak mau kalah juga.
Tiba-tiba Nanba datang di depan pintu.
“Cepat dan pilih”seru Nanba.
“Ya”jawab Sano.
Pemotretan pun dimulai, giliran pertama jatuh pada Nanba yang berpose dengan memegang patung.
“Ya,membuat saya terlihat keren”ucap Nanba. Reporter Hara menghampiri Nanba dan mencengkram baju Nanba.
“Aku tidak memintamu untuk berpura-pura dingin, aku akan mmbuatmu terlihat keren Mengertii? Biarkan aku melakukan pekerjaanku”seru reporter hara.
“Ok”jawab Nanba nurut.
Reporter Hara pun kembali bersiap memotret, “Maka mari kita menjerit!”serunya.
“Eh. Anda ingin aku berteriak”tanya Nanba.
“AHHHHHH”teriak reporter Hara mencontohkan haha
“WAHHHHH”refleks Nanba mengikutinya.
“AAA sedikit lebih keras AHHHHHH!”seru reporter Hara.
“AHHH”
“Sedikit lagi”. Nanba pun berteriak , ekspresinya aneh tapi lama-lama terlihat keren.
“Bagus”ucap reporter Hara seraya memotret.
“Berikutnya, mari kita tertawa!”perintah reporter Hara.
Nanba pun tertawa dengan sedikit agak dipaksakan.
“Jadi bahagia”seru reporter Hara. Ekspresi Nanba pun semakin bagus.
“Keren, ini hampir seperti casting”guman Ashiya.
“Memang ini berbeda dengan senpai Nanba yang biasanya”ucap Nakatsu. Sano hanya terdiam.
Saatnya giliran Ashiya, namun Ashiya terlihat kaku dan grogi. Reporter hara pun mendekati Ashiya.
“Coba dari mengambil napas dalam-dalam”saran reporter Hara. Ashiya pun melakukannya. Reporter Hara pun bersiap memotert namun ashiya masih terlihat kaku.
“Ashiya-kun. Apakah ada orang yang kamu sukai?”tanya reporter Hara.
“Eh”hjawab Ashiya terkejut.
“Lalu cobalah berpikir tentang orang itu”saran reporter Hara.
Ashiya pun memperhatikan tingkah Sano memainkan tangan patung.
“Aku hanya berpikir….itu aku”guman Nakatsu saat melihat Ashiya melihat ke arahnya.
Ashiya pun tersenyum. Nakatsu pun tersenyum salah tingkah muhaha. Padahal yang dilihat itu Sano yang dibelakang Nakatsu muhaha.
“Maka, mari kita menyebut nama orang itu….”seru reporter Hara.
“Eh….. aku tidak mungkin mengatakannya”jawab Ashiya.
‘Katakan itu”ucap nakatsu percaya diri, karena ia mengira orang itu dirinya haha.
“Eh, Kenapa? Aku tidak mau”jawab Ashiya.
“Cukup berkata sudah”ucap Nakatsu.
“Tidak”jawab Ashiya.
“Kau seperti….”ucap Nakatsu
“Diam”teriak reporter Hara.
“Maaf”ucap Nakatsu.
Lalu Ashiya pun mulai berekspresi tersenyum dan reporter Hara memotretnya.
Lama-lama Ashiya secara natural berekspresi, Nakatsu pun terkagum-kagum melihatnya, Sano pun tersenyum. Bang!!!!! Terakhir gaya Ashiya seperti yang di Kurosagi muhaha.
“Selanjutnya mari kita coba duduk”ucap reporter Hara. Ashiya pun siap duduk di kursi, lalu tiba-tiba Nakatsu menyela.
“Ah, hey, hey, hey. Tolong bolehkah saya bergabung dengan Mizuki?”tanya Nakatsu.
“Aku rasa tidak akan membantu. Oke kalian berdua boleh”jawab reporter Hara.
“Terima kasih banyak”ucap Nakatsu seraya memberi hormat lalu meluncur ke samping Ashiya.
“Mengapa kau di sini?”seru Ashiya seraya mendorong Nakatsu jauh dari dekatnya. Sano pun tersenyum melihatnya.
“Mari kita mulai”seru reporter Hara.
Nakatsu dan Ashiya pun berpose bergandengan dengan berbagai macam gerakan.
“OK! Bertingkah lebih alami”seru reporter Hara.
Sano yang akan duduk kembali ternyata menyenggol patung yang dimainkannya tadi, kaki sebelah patung tersebut terlepas muhaha. Ia pun berusaha memasangnya kembali haha. Tiba-tiba Nanba masuk dan melihat Sano sibuk dengan patungnya.
“Apa yang salah?”tanya Nanba.
“Tidak ada”jawab Sano tenang.
Oscar mencoba mengintip kantor kepala sekolah. Tapi tiba-tiba menghentikan langkahnya dan berbalik. “Aku masih berpikir wawancara pribadi…aneh”gumannya.
“Memang”jawab salah satu anak buahnya.
“Tapi mengapa menyamar”tanya anak buah yang lain seraya menunjuk kea rah Oscar.
“Diam”seru Oscar. Anak buahnya pun memperingatkan supaya jangan bicara keras-keras. Oscar pun menutup mulutnya.
“Tapi mengapa dating ke kantor kepala sekolah”tanya salah satu anak buahnya lagi.
“Karena direktur Sawatari ada di dalam”jawab Oscar dengan pelan-pelan.
“Dia dan kepala sekolah mungkin, con…con-nec..connecting (terhubung)”jelas Ocar. Tiba-tiba terdengar dari dalam suara ,”Kepala Sekolah”.
Oscar dan anak buahnya berebut menguping pembicaran wakil kepala sekolah Sawatari dan kepala sekolah.
Wakil kepala sekolah menerima telepon dari kepala Sekolah.
“Wawancara pribadi yang akan berlangsung minggu depan mengalami kemajuan baik”tanya kepala sekolah di telepon.
“Eh, Ah itu. Saya sudah mengikuti instruksi Anda, dan akan memulai proses penyaringan dan seleksi secara hati-hati. Mohon jangan khawatir”jawab wakil kepala sekolah.
Oscar dan anak buahnya yang menguping panik, mereka pun menjauh dari pintu.
“Pemilihan proses?”piker Oscar.
“Seleksi hati-hati?”tambah salah satu anak buahnya.
“Gunakan isyarat tangan”ujar anak buah lain Oscar mengingatkan.
Lalu Oscar dan anak buahnya pun kembali menguping di dekat pintu.
“Ya. Hanya menjaga kualitas yang baik dan membuang yang buruk”ucap wakil kepala sekolah di telepon.
“Simpan yang baik, buang yang buruk…? Ini sesuatu yang mengerikan akan terjadi!”guman Oscar lalu ia dan anak buahnya segera pergi terbirit-birit muhaha.
Di pemotretan giliran Sano yang akan dipotret, namun Sano berpose dengan cuek tanpa ekspresi.
“Apakah lkau bosan?”tanya reporter Hara.
“Eh”
“Kau merasa seperti orang idiot jika kau terlalu berusaha memaksakan ekspresimu”ucap reporter Hara.
“Itu bukan apa yang aku pikirkan”jawab Sano.
“Atau mungkin….kau takut difoto menjadi diri sendiri?”tanya reporter Hara.
Sano pun ngambek ia bergegas pergi meninggalkan ruangan pemotretan.
“Melarikan diri?”seru reporter Hara. Sano pun menghentikan langkahnya.
“Jadi, kau pengecut”tambah reporter Hara lagi. Sano pun kembali.
“Hanya bisa begini”ucap Sano.
“Ekspresi yang bagus, beri aku silau yang lebih”seru reporter Hara semangat.
Reporter Hara pun semangat memotret Sano.
“Jadi…keren”guman Ashiya melihat eskpresi Sano saat dipotret. Ashiya p0un tersenyum ke arah Sano, sekilas Sano pun melihat ke arah Ashiya dengan ekspresi gimana gitu (tonton ya susah jelasinnya muhaha). Nakatsu yang memperhatikan Ashiya pun menjadi sedih.
“Kepala sekolah dan direktur Sawatari bercakap-cakap di telepon”jelas Ocar pada anak-anak asrama yang berkumpul di kantin.
“Percakapan di telepon antara kepala sekolah dan direktur Sawatari pergi menyeleksi dengan hati-hati hanya yang baik yang akan tetap dan yang buruk akan dibuang”ujar Kayashima mencoba menerawang (hebat ni penerawangan Kayashima betul seratus persen muhaha, Ari mau donk diterawang, sidang besok sukses kah? Siapakah dosen penguji saia muhaha*abaikan*)
“Buang apa?”tanya Sekime.
“Jadi itu berarti…sebuah wawancara berarti akan menentukan siswa yang berprestasi yang akan tinggal dan…yang buruk akan dikeluarkan dari sekolah”jawab Oscar.
“Diusir?”ujar Tenouji.
“Bagaimana ini bisa terjadi?”tanya Nakao.
“Aku pikir aku telah mendengar dari suatu tempat bahwa sekolah sedang menghadapi kesulitan”seru salah satu anak asrama 1.
“Jika demikian….mungkinkah….”pikir Kayashima. Semua murid pun terlonjak kaget menatap ke atas.
“Penutupan?”guman Tenouji,
“Apakah benar?”tanya salah satu anak asrama 2.
“Sekolah ini akan di tutup?”tanya Sekime.
“Hei, bukankah kalian membayar biaya pendidikan?”tanya Nakao pada Oscar dkk. Sedangkan Oscar hanya senyum-senyum nggak jelas muhaha. Masing-masing anak asrama mengungkapkan pendapat masing-masing.
“Biaya asrama?”
“Biaya bahan?”
“Biaya makan?”
Biaya pendidikan?”
“Biaya listrik”
“Ou Yang Fei Fei ( Penyanyi terkenal Taiwan, populer di Jepang juga”celetuk salah seorang siswa. (Jyah ini apa hubungannya juga).
“Cinta sudah berakhir”ujar Kayashima mulai menyanyi.
“Jangan menangis. Kami adalah laki-laki!.....”sahut yang lainnya mulai ikut bernyanyi.
“Hei… Jadi apa yang terjadi setelah wawancara?”tanya Tenouji pada Oscar.
“Mungkin kita akan dipindahkan ke London atau kampus Madagaskar”jawab Oscar.
“Bukan seperti itu”ujar Sekime.
“Apakah benar atau tidak….? Kembali ke asrama”seru Tenouji.
“Aku akan membuat rapat darurat!”jelas Tenouji.
“Jumbo”jawab anak buah Tenouji. Hal itu diikuti oleh Oscar.
“Kita lebih baik bergegas dan membahas strategi darurat kita”ujar Oscar pada anak buahnya dan bergegas pergi.
“Kapan kau akan selesai bernyanyi?”tanya anak-anak asrama 2 pada Kayashima.
“Kita lebih baik melakukan sesuatu tentang hal ini juga. Tapi,Nanba senpai tidak ada di sini. Apa yang dia lakukan saat kritis ini?”celetuk salah satu anak asrama 2. (asrama 2 bagaikan anak ayam kehilangan induknya muhaha).
“Nanba senpai”teriak Nakao.
“Senpai”teriak yang lainnya mengikuti Nakao. (benar-benar dah anak ayam kehilangan induknya muhaha).
“Papa, aku mohon padamu, Tolong ijinkan aku tinggal di sini sedikit lebih lama”kata Ashiya, lalu ia memasukan suratnya kedalam kotak surat dan ia menyembah-nyembah kotak suratnya (ngerti ga? aku ajah kurang ngerti sama bahasa aku sendiri, hahahahhaha *abaikan). Lalu Pak guru dari jauh berkata, “Ashiya!! Ini bukan tempat suci”. Ashiya menoleh dan menyapa Pak guru “Hey, lama tidak berjumpa”. Ashiya langsung berlari memasuki sekolah. Pak guru yang melihat Ashiya masuk ke dalam malah bertanya.“Kau memasukan uang di dalamnya?”. Tapi sayang Ashiya tidak mendengarnya.
Sementara itu Nakatsu sedang berjalan sendirian dengan sebotol air mineral di tangannya sambil berceloteh ria, lalu Ashiya datang dan menepuk pundaknya.
“Selamat pagi”sapa Ashiya.
“OH” Nakatsu jadi bengong.
“Apa yang salah?”tanya Ashiya bingung.
“Nah…ehm… itu…aku senang kau memutuskan tetap tinggal”jawab Nakatsu sekenanya, Ashiya tersenyum, Nakatsu meminum air mineralnya untuk menghilangkan kegugupannya.
“Ini semua berkatmu”kata Ashiya, Nakatsu langsung menyemburkan air yang diminumnya ketika mendengarnya.
“A-aku??”tanya Nakatsu tak percaya.
“Ya”jawab Ashiya, Nakatsu berjalan mendekati Ashiya yang berdiri beberapa langkah di depannya.
“Mizuki”panggil Nakatsu.
“Hmm?”
“Aku…..waktu itu aku sudah bilang”kata Nakatsu, Ashiya ingat saat Nakatsu berkata “Aku membutuhkanmu”.
“Itu…”kata Nakatsu mencoba mengingatkan Ashiya
“Aku senang, aku juga membutuhkanmu, Nakatsu”jawab Ashiya, lagi-lagi Nakatsu menyemburkan air yang sedang diminumnya, hahahaha
“EH? apakah jadi?? Lalu… aku tidak perlu mengatakannya agar kau mengerti, benarkan?”tanya Nakatsu.
“Eh?”Ashiya bingung.
“Bagiku…kau…”kata Nakatsu belum selesai.
“Seperti teman, kan?” tanya Ashiya memotong.
“Eh”Nakatsu bengong.
“Aku menganggap mu teman baik ku juga.”kata Ashiya tersenyum sambil mengacungkan jempolnya dan berlalu pergi meninggalkan Nakatsu.
“Teman?”gumam Nakatsu tak percaya.
“Ya, Ya. Teman. Di sini aku lagi-lagi, Aku seperti anak laki-laki berkepala tebal”ucap Nakatsu sendiri.
“Tunggu aku!!”teriak Nakatsu mengejar Ashiya.
Sementara itu dikelas anak-anak sedang menari-nari ga jelas. Sano hanya bisa melihat teman-teman yang sudah seperti orang-orang sakit jiwa itu. Mereka membicarakan tentang semester baru yang baru saja dimulai,
“Selamat pagi”seru Ashiya yang baru saja datang bersama Nakatsu, mereka datang dengan keakraban yang mereka tunjukkan. Karena Nakatsu merangkul bahu Ashiya dengan mesra. Sano melihat dengan jelas tangan Nakatsu yang merangkul bahu gadis itu dan ia juga melihat Ashiya yang nampak tidak keberatan diperlakukan begitu oleh Nakatsu. Hal itu membuat Sano tidak senang.
“Orang-orang tidak akan pernah berubah, benar Mizuki?”tanya Nakatsu pada Ashiya.
“Ya”jawab Ashiya, Sano terlihat tidak senang, Ashiya menghampiri tempat duduk Sano.
“Yo”sapa Ashiya, tapi Sano cuek saja.
“Apa? Apa kau sedang dalam mood yang buruk?”tanya Ashiya.
“Tidak”jawab Sano dingin sambil terus mengutak-atik buku yang dipegangnya *Sano cemburu, Ashiya*
“Jangan menyangkalnya, kau normal tadi pagi”bantah Ashiya.
“Jangan biarkan orang menaruh tangan mereka di bahu mu”ucap Sano pelan tapi cukup terdengar *Tuh kan, Sano cemburu, Horeee, Jingkrak-jingkrak buat Ashiya*
“Hah?
“Kau harus lebih sadar dari orang di sekitar mu”kata Sano.
“Ada apa dengan itu? Siapa peduli? Lagipula Kita semua teman”kata Ashiya belum mengerti maksud Sano.
“Itu bukan apa yang aku maksud ... aku mengatakan ...” kata Sano belum selesai *Ashiya suka motong perkataan orang, ini kebiasaan yang buruk loh reader, hehehehe*
“Kenapa kau marah?”tanya Ashiya.
“Ah, apa kau….”.Ashiya paham sesuatu lalu ia mendekatkan wajahnya ke wajah Sano dan berkata, “mengalami menstruasi mu?” *ahahahahaaha*, Sano melotot.
“HAH!!”. Sano terperanjat, ia tidak mampu berkata apa-apa.
“Apa? aku bercanda”kata Ashiya, Sano masih diam tanpa tahu harus berkata apa.
“Aku hanya menggodamu”kata Ashiya lagi, gadis itu kemudian duduk di belakang Sano.
Lalu Pak Guru datang dan menyuruh anak-anak untuk duduk ditempatnya masing-masing. Pak guru juga berkata pada semua muridnya bahwa ia lah yang akan jadi wali kelas mereka di semester ini lagi. Ashiya menatap Sano dari belakang dengan tersenyum kemudian ia mengingat saat Sano berkata, “Aku tidak membuat lompatan dihadapan mu, dipanggung resmi, jadi…. Jangan pergi”. Ashiya tersenyum sumringah mengingatnya, lalu ia berkata, “Terima kasih”.
Sementara itu, Reporter Hara membuat pengumuman, ia naik keatas mobil yang sedang berjalan dan berbicara dengan menggunakan toaknya.
"Semua penghuni SMU Osaka, Selamat pagi!!! Aku fotografer berbakat - Hara Akiha! Aku Hara Akiha! Aku di sini untuk memberitahu semuanya tentang berita yang sangat penting! Itu adalah… ha Yahoooo”seru Reporter Hara, Tanpa disadarinya, Dr. Umeda ada disitu dan berdiri ditengah jalan yang dilalui mobilnya.
“Apa yang kau lakukan, kau bodoh?”hardik Dr. Umeda *jangan berantem mulu entar jodoh loh, he*
“Awas, kau akan ku tabrak”ancam reporter Hara.
“Kau dapat berbicara ketika kau bermimpi. Hei keluar , kembali sana” kata Dr. Umeda.
Reporter Hara terus meneriaki, “Awas, awas,awas!!!”. Dr. Umeda agar menyingkir, tapi Dr. Umeda terus saja bicara, hingga akhirnya Dr. Umeda tertabrak atau lebih tepatnya terlindas, hahahahaha. Reporter Hara mencari keberadaan Dr. Umeda dan ia menemukan Dr. Umeda dengan keadaan di wajahnya terdapat cap ban mobil. Dr. Umeda langsung memukul Reporter Hara. Mereka terus saja bertengkar.
“Apa yang kau lakukan di sini”tanya Dr. Umeda
“Tentu saja untuk bekerja”jawab Reporter Hara sambil menyenggol Dr. Umeda.
“Jangan sentuh aku!! Sekarang dengar!!”seru Dr. Umeda
“Sano sudah melompat”kata Dr. Umeda, Reporter Hara mengangguk lalu menyodorkan mikrofon.
“Kau juga telah diakui sebagai fotografer professional” kata Dr. Umeda, reporter Hara tersenyum mengangguk
“Kau harus menepati janji dan tinggal jauh dari sekolah ini.” kata Dr. Umeda.
“Tapi aku tidak bisa melakukan itu”jawab reporter Hara.
“Apa?”
“Tunggu sebentar”
“Di sini, lihat ini”kata reporter Hara menyerahkan beberapa lembar kertas, Dr. Umeda membacanya.
“Sebuah permintaan shoot, “An An Edisi Spesial”kata Dr. Umeda.
“Itu benar”kata Reporter Hara, lalu reporter Hara berbisik di telinga Dr. Umeda, “Tolong kumpulkan mereka….untuk…..ku..tolong”.
“Kau bau…”kata Dr. Umeda menjauh dari reporter Hara.
“Mengapa kau tidak…”kata dr. Umeda belum selesai, lalu ia melihat wajahnya di kaca spion mobil. Dr. Umeda teriak histeris, “Apaan apaan ini??”
Reporter Hara datang ke kantin dimana semua siswa berkumpul.
“Semuanya!! Terima kasih sudah menungguku”seru Reporter Hara, lalu Reporter Hara bergerak maju ke hadapan sekumpulan siswa. Semua siswa bertanya-tanya dan membuat asumsi sendiri kenapa mereka dikumpulkan seperti ini.
Kemudian reporter Hara naik ke atas kursi dan berkata, “Kali ini, aku tidak mengumpulkan kalian karena suatu alasan. Aku hanya menerima tawaran dari penerbit yang terkenal”. Sano terlihat tidak begitu peduli, ia fokus dengan buku yang dipegangnya.
“Penerbit terkenal?”ucap Tenuoji.
“Jangan membuat kita menebak-nebak! Tolong beritahu kami”ucap salah satu orang
“Lihat”kata reporter Hara sambil mengangkat sebuah majalah “AN AN”
“An An?”teriak semuanya.
“An An….an an??”tanya Nakatsu masih tak percaya.
“Tentang "An An" ... Ini mencakup informasi tentang semua mode terbaru, populer di kalangan sekolah dasar, tengah sqampai kalangan untuk nenek-nenek. Sebuah majalah yang super terkenal”jelas Sekime, semuanya bertepuk tangan dan ber~oh mendengar penuturan Sekime.
“Sekime luar biasa. Dia tahu segalanya.”ucap Kayashima
“Jadi, dalam edisi khusus "Hottest on the Street” Kalian akan menjadi model dan aku akan memotretnya”kata reporter Hara.
“Model? Ini cocok untukku yang sempurna”ucap Oscar dengan gayanya.
“Aku harus membuat Osaka Gakuen terkenal secara nasional”kata Tenouji bangga, semuanya bersorak senang.
“Tunggu!! Tunggu sebentar”kata reporter Hara meminta perhatian anak-anak.
“Ini disayangkan. Tidak semua orang dapat berpartisipasi. Hanya empat orang yang dipilih oleh ku untuk majalah ini”kata reporter Hara.
“Eh kenapa begitu?”
“Dalam hal ini, silakan berbagi keindahan ku dengan dunia”ucap Oscar PD.
“Tidak, harus kecantikan fisik ku.”kata Tenouji ga mau kalah sambil memeperlihatkan abs-nya.
“Jika kau memilih aku, maka malaikatku akan dengan ku juga”kata Kayashima.
“Aku sudah membuat pilihan ku”kata Reporter Hara.
“Hah”
“Aku akan mengumumkannya”kata Reporter Hara.
“Drumroll”seru reporter Hara, tiba-tiba kantin jadi gelap dan terdengar suara drum dipukul (bayangin ajah keadaan saat akan nada pengumuman juara disuatu ajang kompetisi).
“Tenouji! Tenouji! Tenouji!” seru pendukung Tenouji
“Pertama. Orang pertama adalah ...”kata Reporter Hara, suasana hening.
“Nanba Minami-kun”ucap Reporter Hara, pendukung Nanba bersorak, Nanba senang.
“Orang kedua adalah….”kata Reporter Hara, suasana hening lagi.
“Nakatsu Suichi-Kun”kata Reporter Hara, Nakatsu senang.
“Terima kasih! Terima kasih! Baby!!”ucap Nakatsu.
“Tolong pilih kepala asrama kami”mohon salah satu anak asrama 1.
“Kalau tidak kita akan berada dalam masalah!”ucap salah satu anak asrama 1 yang lain, Tenouji menyingkirkan anak buahnya.
“Orang ketiga adalah….”.Suasan hening, semuanya harap-harap cemas.
“Sano Izumi-Kun”kata reporter Hara, semuanya terkejut, Sano menutup wajahnya yang silau karena cahaya dengan buku. Anak-anak berkumpul disekitar Sano
“Itu bagus! Sano”kata Ashiya.
“Aku tidak akan”ucap Sano.
“Mengapa tidak? Sayang sekali”kata Ashiya.
“Tidak tertarik”jawab Sano, reporter Hara tersenyum.
“Karena ia menolak, maka kita tidak boleh memaksa dia”kata Oscar mencoba mencari peluang.
“Berikutnya, orang terakhir adalah….”
“Tolong pilih aku”
“Tenouji! Tenouji!Tenouji”
“Ashiya Mizuki-Kun”kata Reporter Hara menjatuhkan pilihannya pada gadis itu. Ashiya tersenyum.
“Aku?”ucap Ashiya tak percaya, Sano menoleh saat mendengar Ashiya terpilih.
“Oh ~ Itu bagus! Mizuki!”kata Nakatsu merangkul bahu Ashiya.
“Mari kita melakukan yang terbaik!”ucap Ashiya.
“Yaaa”kata Nakatsu.
Lampu menyala lagi, suasana kantin berubah menjadi normal kembali
“Kenapa kau hanya memilih dari Dorm 2? Apa kriteria mu?!”tanya Tenouji emosi sambil menunjuk ke arah reporter Hara, anak-anak asrama 1 berusaha menenangkan Tenouji.
Sementara itu Sano langsung menarik Ashiya dan mengajaknya berbicara *cie…..*
“Kau akan berpartisipasi?”tanya Sano.
“Tentu saja”jawab Ashiya.
“Aku pikir itu akan membuat ku terlihat keren ~”ucap Ashiya bangga.
“Kau..menjadi model…kau tidak tahu jenis pakaian apa, Kau akan diminta untuk memakainya ...”kata Sano *Sano sebenernya khawatir sama Ashiya.
“Ini akan baik-baik saja”potong Ashiya.
“Aku tak sabar untuk itu”kata Ashiya.
“Bukan itu yang aku katakan ... Kau mungkin harus ... telanjang ...”kata Sano hati-hati *tuh kan khawatir,ahahahah*
“Eh? Apa?”tanya Ashiya bingung, Sano jadi salah tingkah.
“Oleh karena itu…!”kata Sano belum selesai.
“Siapa yang bersedia untuk menggantikan Sano-kun?”tanya Reporter Hara.
“Aku!Aku!Aku!”seru semuanya mengangkat tangan mereka.
Tiba-tiba secara mengejutkan Sano mengangkat tangannya, Semua melihat ke arah Sano.
“Aku akan melakukannya”kata Sano *Sano merelakan diri untuk mengalah demi melindungi Ashiya, so sweet*. Semuanya terkejut, Reporter Hara tersenyum, Nakatsu juga tersenyum, sementara Ashiya diam saja.
Keesokan paginya Sano bersiap-siap pergi, ia berusaha membangunkan Ashiya yang belum terlihat bersiap-siap.
“Hei, kita tidak punya banyak waktu”seru Sano, lalu memasukkan sesuatu ke saku celananya entah itu dompet atau hp?. Namun tidak ada jawaban dari Ashiya, Sano pun naik ke atas, Sano pun agak kaget dan segera berpaling saat melihat Ashiya masih terlelap tidur pulas dalam keadaan kaos terangkat hingga pusarnya terlihat hahaha.
Sano pun berusaha mencoba menutupinya, namun tiba-tiba pintu kamar terbuka.
“Mizuki”teriak Nakatsu. Sano pun mengurungkan niatnya haha.
“Ayo kita pergi ke “An An”!”seru Nakatsu. Dengan cepat Sano menendang selimut hingga menutupi badan Ashiya, gerakannya gesit dan lucu muhaha.
Nakatsu agak bengong melihatnya, “Aku hendak membangunkannya”ucap Sano.
“Oh, Ho”jawab Nakatsu.
Sano pun menepuk jidat Ashiya, sadisnnyo.Ashiya pun merasa kesakitan.
“Oww, sakit”keluh Ashiya terbangun.
“Ayo pergi”seru Sano.
Di kantin sekolah sebenarnya kantin atau auditorium buat pengumuman ya muhaha), wakil kepala sekolah menyampaikan pesan Kepala Sekolah pada murid-murid asrama 1,2,3 yang tersisa (Nanba, sano, Nakatsu, ashiya lagi pemotretan).
“Ini adalah permintaan Kepala sekolah. Ini darurat. Kita akan melakukan wawancara pribadi dalam seminggu ini”ucap wakil kepala sekolah.
“Peking Man apa?”tanya Tenouji.
“Itu adalah wawancara pribadi”jawab wakil kepala sekolah.
“Itu adalah wawancara pribadi”seru-seru anak-anak dorm 1 pada Tenouji.
“Kami belum pernah melakukan hal seperti itu sebelumnya”ucap Oscar.
“Mengapa tiba-tiba?”tanya Sekime.
Seraya berpaling dari hadapan anak-anak wakil kepala sekolah menjawab,”Aku tidak dapat memberitahu kalian sekarang”.
“Ini hanya salah satu lelucon kepala sekolah kan?”tanya Nakao. Lalu yang lainnya tertawa.
“Bukan”teriak wakil kepala sekolah seraya menghadap anak-anak lagi. Semuanya pun jadi ketakutan muhaha.
“Itu tidak benar. Waktu itu dia pernah berbicara padaku mengenai ini dengan serius sebelumnya”jelas wakil kepala sekolah.
“Eh.Baik”ucap Nakao.
“Entah mengapa kali ini rasanya benar-benar berbeda dari sebelumnya”ucap salah seorang murid.
“Wawancara itu tentang apa?”tanya Kayashima.
“Aku minta maaf”teriak wakil kepala sekolah lagi hingga anak-abnak terdiam ketakutan.
“Maaf, aku tidak bisa menjawabnya. Permisi”ucap wakil kepala sekolah. Lalu pergi sambil berdendang, anak-anak yang melihatnya pun merasa aneh begitu wakepsek sadar ia pun segera pergi haha.
“Ternyata, wawancara ini sangat penting”seru salah seorang murid seraya bergaya di depan.
“Sebuah wawancara pribadi ya”piker Tenouji. “Wow”ucap Oscar dengan ekspresinya konyolnya. Anak-anak asrama dua ikut mengungkapkan ekspresinya dengan mendekteksi aura seperti Kayashima muhaha.
F4 Osaka Gakuen (Nanba, Nakatsu, Sano dan Ashiya, jadi ingat F4 Joseon haha) sampai di tempat pemotretan.
“Keren”seru Nanba.
“Selamat pagi”sapa Ashiya pada reporter Hara.
“Rasanya menyegarkan bukan?”tanya reporter Hara.
“Apa kabar? Aku Nanba Minami, Aku ingin bermain”ucap Nanba pada repoter Hara. Ashiya pun berlari melihat sekeliling dan mendekat ke arah kamera.
“Ah, jangan menyentuh kamera”seru reporter Hara, spontan Ashiya pun mengangkat tangannya. Reporter Hara pun menutup ruangannya.
Nakatsu berlari ke arah deretan baju dan mengambil salah satu baju ksatria (pakaian eropa kuno gitu).
“Mizuki, Mizuki! Lihat”panggil Nakatsu seraya memperlihatkan baju yang diambilnya.
“Keren, mereka memiliki banyak jenis pakaian”ucap Ashiya. Lalu Ashiya mengambil gaun dress hitam.
“Oh , Juliet”seru Nakatsu seraya berpose dengan pakaian yang diambilnya mendekat ke arah Ashiya.
“Oh, Romeo. Mengapa kau Romeo”balas Ashiya.
“Itu karena aku akan…memberitahumu mengapa….”ucap Nakatsu belum selesai. Sano yang melihat kemesraan Ashiya dan Nakatsu tidak senang ia pun menghampirinya dan menahan muka Nakatsu.(kasian banget ni Nakatsu posenya sampae begitu muhaha).
“Juliet adalah perempuan”seru Sano.
“Tentu saja, aku sudah tahu bahwa…”jawab Ashiya.
“Datang dan pililah baju kalian”potong reporter Hara mengingatkan.
“Ya”jawab Ashiya. Sano pun merebut baju yang diambil Ashiya dan menaruhnya kembali. Dan menarik ashiya menjauh dari Nakatsu.
“Juliet”panggil Nakatsu yang terbebas dari Sano.
“Juliet, Juliet”teriak Nakatsu.
“Ju…”. Plak, Nanba pun menjitak kepala Nakatsu untuk menyadarkannya muhaha.
“Tenang Romeo”ucap Nanba (kakkoi ne Nanba kun muhaha).
“Pilih apa yang kalian suka tapi cepat”ucap reporter Hara seraya menunjukkan deretan macam-macam pakaian.
“Luar biasa. Mana yang harus aku pilih”guman Ashiya seraya melihat-lihat seretan pakaian tersebut.
“Oh, Mizuki! Satu ini cukup bagus”seru Nakatsu seraya menunjukkan dress pink pada Ashiya. Melihat itu Sano pun segera mencari-cari baju untuk Ashiya.
Sudah menjadi naluri Ashiya sebagai cewek melihat baju pink sebagus itu, Ashiya pun senang. “Cantik, Kelihatan bagus”seru Ashiya saat menccoba mengepas di depan kaca.
“Pakai saja ini”seru Sano seraya menyodorkan kemeja laki-laki.
“Ini terlihat begitu polos”ucap Ashiya tetap memilih gaun yang dipilihkan Nakatsu.
Sano pun merebut gaun yang dipegang Ashiya dan menyerahkan baju yang dipilihkannya.
“Jangan berbicara lagi, pakai yang ini!”seru sano.
“Hei, Mizuki mengatakan ia menyukai yang satu ini yang lebih bagus”potong Nakatsu.
“Yang ini”balas Sano tak mau kalah.
“Yang Ini”balas Nakatsu.
“Pasti yang satu ini”teriak Nakatsu tak mau kalah juga.
Tiba-tiba Nanba datang di depan pintu.
“Cepat dan pilih”seru Nanba.
“Ya”jawab Sano.
Pemotretan pun dimulai, giliran pertama jatuh pada Nanba yang berpose dengan memegang patung.
“Ya,membuat saya terlihat keren”ucap Nanba. Reporter Hara menghampiri Nanba dan mencengkram baju Nanba.
“Aku tidak memintamu untuk berpura-pura dingin, aku akan mmbuatmu terlihat keren Mengertii? Biarkan aku melakukan pekerjaanku”seru reporter hara.
“Ok”jawab Nanba nurut.
Reporter Hara pun kembali bersiap memotret, “Maka mari kita menjerit!”serunya.
“Eh. Anda ingin aku berteriak”tanya Nanba.
“AHHHHHH”teriak reporter Hara mencontohkan haha
“WAHHHHH”refleks Nanba mengikutinya.
“AAA sedikit lebih keras AHHHHHH!”seru reporter Hara.
“AHHH”
“Sedikit lagi”. Nanba pun berteriak , ekspresinya aneh tapi lama-lama terlihat keren.
“Bagus”ucap reporter Hara seraya memotret.
“Berikutnya, mari kita tertawa!”perintah reporter Hara.
Nanba pun tertawa dengan sedikit agak dipaksakan.
“Jadi bahagia”seru reporter Hara. Ekspresi Nanba pun semakin bagus.
“Keren, ini hampir seperti casting”guman Ashiya.
“Memang ini berbeda dengan senpai Nanba yang biasanya”ucap Nakatsu. Sano hanya terdiam.
Saatnya giliran Ashiya, namun Ashiya terlihat kaku dan grogi. Reporter hara pun mendekati Ashiya.
“Coba dari mengambil napas dalam-dalam”saran reporter Hara. Ashiya pun melakukannya. Reporter Hara pun bersiap memotert namun ashiya masih terlihat kaku.
“Ashiya-kun. Apakah ada orang yang kamu sukai?”tanya reporter Hara.
“Eh”hjawab Ashiya terkejut.
“Lalu cobalah berpikir tentang orang itu”saran reporter Hara.
Ashiya pun memperhatikan tingkah Sano memainkan tangan patung.
“Aku hanya berpikir….itu aku”guman Nakatsu saat melihat Ashiya melihat ke arahnya.
Ashiya pun tersenyum. Nakatsu pun tersenyum salah tingkah muhaha. Padahal yang dilihat itu Sano yang dibelakang Nakatsu muhaha.
“Maka, mari kita menyebut nama orang itu….”seru reporter Hara.
“Eh….. aku tidak mungkin mengatakannya”jawab Ashiya.
‘Katakan itu”ucap nakatsu percaya diri, karena ia mengira orang itu dirinya haha.
“Eh, Kenapa? Aku tidak mau”jawab Ashiya.
“Cukup berkata sudah”ucap Nakatsu.
“Tidak”jawab Ashiya.
“Kau seperti….”ucap Nakatsu
“Diam”teriak reporter Hara.
“Maaf”ucap Nakatsu.
Lalu Ashiya pun mulai berekspresi tersenyum dan reporter Hara memotretnya.
Lama-lama Ashiya secara natural berekspresi, Nakatsu pun terkagum-kagum melihatnya, Sano pun tersenyum. Bang!!!!! Terakhir gaya Ashiya seperti yang di Kurosagi muhaha.
“Selanjutnya mari kita coba duduk”ucap reporter Hara. Ashiya pun siap duduk di kursi, lalu tiba-tiba Nakatsu menyela.
“Ah, hey, hey, hey. Tolong bolehkah saya bergabung dengan Mizuki?”tanya Nakatsu.
“Aku rasa tidak akan membantu. Oke kalian berdua boleh”jawab reporter Hara.
“Terima kasih banyak”ucap Nakatsu seraya memberi hormat lalu meluncur ke samping Ashiya.
“Mengapa kau di sini?”seru Ashiya seraya mendorong Nakatsu jauh dari dekatnya. Sano pun tersenyum melihatnya.
“Mari kita mulai”seru reporter Hara.
Nakatsu dan Ashiya pun berpose bergandengan dengan berbagai macam gerakan.
“OK! Bertingkah lebih alami”seru reporter Hara.
Sano yang akan duduk kembali ternyata menyenggol patung yang dimainkannya tadi, kaki sebelah patung tersebut terlepas muhaha. Ia pun berusaha memasangnya kembali haha. Tiba-tiba Nanba masuk dan melihat Sano sibuk dengan patungnya.
“Apa yang salah?”tanya Nanba.
“Tidak ada”jawab Sano tenang.
Oscar mencoba mengintip kantor kepala sekolah. Tapi tiba-tiba menghentikan langkahnya dan berbalik. “Aku masih berpikir wawancara pribadi…aneh”gumannya.
“Memang”jawab salah satu anak buahnya.
“Tapi mengapa menyamar”tanya anak buah yang lain seraya menunjuk kea rah Oscar.
“Diam”seru Oscar. Anak buahnya pun memperingatkan supaya jangan bicara keras-keras. Oscar pun menutup mulutnya.
“Tapi mengapa dating ke kantor kepala sekolah”tanya salah satu anak buahnya lagi.
“Karena direktur Sawatari ada di dalam”jawab Oscar dengan pelan-pelan.
“Dia dan kepala sekolah mungkin, con…con-nec..connecting (terhubung)”jelas Ocar. Tiba-tiba terdengar dari dalam suara ,”Kepala Sekolah”.
Oscar dan anak buahnya berebut menguping pembicaran wakil kepala sekolah Sawatari dan kepala sekolah.
Wakil kepala sekolah menerima telepon dari kepala Sekolah.
“Wawancara pribadi yang akan berlangsung minggu depan mengalami kemajuan baik”tanya kepala sekolah di telepon.
“Eh, Ah itu. Saya sudah mengikuti instruksi Anda, dan akan memulai proses penyaringan dan seleksi secara hati-hati. Mohon jangan khawatir”jawab wakil kepala sekolah.
Oscar dan anak buahnya yang menguping panik, mereka pun menjauh dari pintu.
“Pemilihan proses?”piker Oscar.
“Seleksi hati-hati?”tambah salah satu anak buahnya.
“Gunakan isyarat tangan”ujar anak buah lain Oscar mengingatkan.
Lalu Oscar dan anak buahnya pun kembali menguping di dekat pintu.
“Ya. Hanya menjaga kualitas yang baik dan membuang yang buruk”ucap wakil kepala sekolah di telepon.
“Simpan yang baik, buang yang buruk…? Ini sesuatu yang mengerikan akan terjadi!”guman Oscar lalu ia dan anak buahnya segera pergi terbirit-birit muhaha.
Di pemotretan giliran Sano yang akan dipotret, namun Sano berpose dengan cuek tanpa ekspresi.
“Apakah lkau bosan?”tanya reporter Hara.
“Eh”
“Kau merasa seperti orang idiot jika kau terlalu berusaha memaksakan ekspresimu”ucap reporter Hara.
“Itu bukan apa yang aku pikirkan”jawab Sano.
“Atau mungkin….kau takut difoto menjadi diri sendiri?”tanya reporter Hara.
Sano pun ngambek ia bergegas pergi meninggalkan ruangan pemotretan.
“Melarikan diri?”seru reporter Hara. Sano pun menghentikan langkahnya.
“Jadi, kau pengecut”tambah reporter Hara lagi. Sano pun kembali.
“Hanya bisa begini”ucap Sano.
“Ekspresi yang bagus, beri aku silau yang lebih”seru reporter Hara semangat.
Reporter Hara pun semangat memotret Sano.
“Jadi…keren”guman Ashiya melihat eskpresi Sano saat dipotret. Ashiya p0un tersenyum ke arah Sano, sekilas Sano pun melihat ke arah Ashiya dengan ekspresi gimana gitu (tonton ya susah jelasinnya muhaha). Nakatsu yang memperhatikan Ashiya pun menjadi sedih.
“Kepala sekolah dan direktur Sawatari bercakap-cakap di telepon”jelas Ocar pada anak-anak asrama yang berkumpul di kantin.
“Percakapan di telepon antara kepala sekolah dan direktur Sawatari pergi menyeleksi dengan hati-hati hanya yang baik yang akan tetap dan yang buruk akan dibuang”ujar Kayashima mencoba menerawang (hebat ni penerawangan Kayashima betul seratus persen muhaha, Ari mau donk diterawang, sidang besok sukses kah? Siapakah dosen penguji saia muhaha*abaikan*)
“Buang apa?”tanya Sekime.
“Jadi itu berarti…sebuah wawancara berarti akan menentukan siswa yang berprestasi yang akan tinggal dan…yang buruk akan dikeluarkan dari sekolah”jawab Oscar.
“Diusir?”ujar Tenouji.
“Bagaimana ini bisa terjadi?”tanya Nakao.
“Aku pikir aku telah mendengar dari suatu tempat bahwa sekolah sedang menghadapi kesulitan”seru salah satu anak asrama 1.
“Jika demikian….mungkinkah….”pikir Kayashima. Semua murid pun terlonjak kaget menatap ke atas.
“Penutupan?”guman Tenouji,
“Apakah benar?”tanya salah satu anak asrama 2.
“Sekolah ini akan di tutup?”tanya Sekime.
“Hei, bukankah kalian membayar biaya pendidikan?”tanya Nakao pada Oscar dkk. Sedangkan Oscar hanya senyum-senyum nggak jelas muhaha. Masing-masing anak asrama mengungkapkan pendapat masing-masing.
“Biaya asrama?”
“Biaya bahan?”
“Biaya makan?”
Biaya pendidikan?”
“Biaya listrik”
“Ou Yang Fei Fei ( Penyanyi terkenal Taiwan, populer di Jepang juga”celetuk salah seorang siswa. (Jyah ini apa hubungannya juga).
“Cinta sudah berakhir”ujar Kayashima mulai menyanyi.
“Jangan menangis. Kami adalah laki-laki!.....”sahut yang lainnya mulai ikut bernyanyi.
“Hei… Jadi apa yang terjadi setelah wawancara?”tanya Tenouji pada Oscar.
“Mungkin kita akan dipindahkan ke London atau kampus Madagaskar”jawab Oscar.
“Bukan seperti itu”ujar Sekime.
“Apakah benar atau tidak….? Kembali ke asrama”seru Tenouji.
“Aku akan membuat rapat darurat!”jelas Tenouji.
“Jumbo”jawab anak buah Tenouji. Hal itu diikuti oleh Oscar.
“Kita lebih baik bergegas dan membahas strategi darurat kita”ujar Oscar pada anak buahnya dan bergegas pergi.
“Kapan kau akan selesai bernyanyi?”tanya anak-anak asrama 2 pada Kayashima.
“Kita lebih baik melakukan sesuatu tentang hal ini juga. Tapi,Nanba senpai tidak ada di sini. Apa yang dia lakukan saat kritis ini?”celetuk salah satu anak asrama 2. (asrama 2 bagaikan anak ayam kehilangan induknya muhaha).
“Nanba senpai”teriak Nakao.
“Senpai”teriak yang lainnya mengikuti Nakao. (benar-benar dah anak ayam kehilangan induknya muhaha).
Yusp, Namba Senpai, Ashiya, Nakatsu dan Sano selesai pemotrean. Nakatsu bertanya kepada Sano kenapa dia menahan Ashiya saat akan pergi, Ashiya dan Nanba Senpai berjalan didepan mereka berdua.
Sano terdiam sejenak dan teringat malam sebelumnya saat dia bertemu dengan Ashiya dan Nakatsu.
"Tidak ada alasan apapun" jawab singkat Sano.
Saat Naktsu ingin mengatakan sesuatu, tanpa disadarinya Sano sudah berjalan menjauh dari Naktsu.
Di sekolah, anak asrama 1 dan Tenouji bertekad untuk menang saat wawancara dari pihak sekolah, selalu bersemangat!
"Oleh karena itu kita harus berpura-pura melakukan wawancara!" teriak Tenouji yang disambut teriakan anak asrama 1.
Dan simulasi wawancarapun digelar oleh anak asrama 1. Tennouji yang berpakaian rapi lengkap dengan jas berdasinya, berlatih wawancara. tennouji sempat emosi saat jawaban dari pertanyaan yang dilempar anak asrama 1 dicemooh mereka. Tanouji siap menghajar, namun ditahannya saat melihat pujaan hatinya, Kanna yang memberikan support. Ganbatte!!
"Kami sudah melihat prestasimu disekolah, namun kau benar-benar siswa yang bodoh!" seerentak anak Asrama 1 melemparkan pertanyaan yang sengaja untuk membalas Tennouji yang selama ini keras kepada mereka. Mumpung ada kesempatan!
Tenouji kembali emosi dan bersiap memukul, dan ditahan saat melihat Kanna. Anak Asrama 1 kembali mengusik jiwa Tenouji, kali ini berbeda. Tenouji mengamuk. Berani mengusik macan bukan? ahah.
Tak beda jauh dari anak asrama 1, simulasi wawancarapun dilakukan anak asrama 3. Oscar dengan gayanya yang sedikit lebay (menurut aku) mulai memperkenalkan dirinya. Hibari mengintip anak asrama 3. Oscar mulai menari.
"Hentikan! Aku sduah tidak tahan lagi!" teriak Hibari menerobos masuk. Semuanya kaget.
"Jangan mengkritik jiwa seniku!"
Hibari pun mengajari dansa yang lebih atraktif. Oscar mengikutinya. Anak asrama 3 pun ikut menari.
Hibari pun mengajari dansa yang lebih atraktif. Oscar mengikutinya. Anak asrama 3 pun ikut menari.
Sementara itu, keempat anak yang tidak tahu apapun, telah kembali ke sekolah. Mereka merasa kecapaian. Sano menghentikan Ashiya yang telah membuka kemeja luarnya dan hanya memakai kaos tanpa lengan.
"Pakai kembali bajumu" bujuk Sano. Ahshiya yang binggung menuruti Sano.
"Sano, kau aneh akhir-akhir ini" jawab Ashiya.
"Karena kau tidak memperhatikan sekitarmu" ucap Sano.
"Kae benar-benar seperti ayahku" balas Ashiya lalu pergi. Sano salah tingkah karena dianggap seperti ayah-ayah. Malu atau senang? hihih.
Nanba Senpai dan Nakatsu menghampiri anak asrama 2 dengan wajah sumringah. Serentak anak asrama 2 langsung memeluk Nanba Senpai, akhirnya anak ayam menemukan induknya.
"Ini benar-benar bencana! Sekolah akan ditutup" jelas Sekime.
Nakatsu dan Ashiya yang mendengarnyapun sontak terkejut. Apa yang tejadi? ini benar-benar mengejutkan Nanba Senpai juga.
Reporter Hara memberikan hasil foto kepada dr. Umeda. Namun tidak ditanggapi positif oleh dr. Umeda.
"Kenapa? Itu terlihat sangat profesional"
"Itu memang cukup profesional, tapi secara pribadi aku menyukai gaya fotografimu seperti biasa terhadap anak-anak itu" jelas dr. Umeda.
Eh? yang dimaksud dr. Umeda adalah wajah mereka yang penuh dengan senyuman dan hanya memikirkan cara bersenang-senang, bukan tampak dalam majalah tersebut yang terlalu bersikap sok cool.
Reporter Hara pergi namun tampak kecewa. Benar apa yang dikatakan dr. Umeda.
Di halaman sekolah, anak asrama 1 berorasi yang dipimpin oelh Sekime untuk menggalang dana untuk sekolah. Bnazai! Banzai! banzai! teriak anak asram 1 bersemangat. Sedang orang-orang yang sudah tua melihat tampak kebingungan.
Apa cara ini berhasil? Ide dari Nanba Senpai yang yakin cara itu akan berhasil.
"Kita hanya punya waktu satu minggu. Berapa banyak yang bisa kumpulkan?" tanya seorang anak asrama 1 kepada Nanba Senpai.
Bahkan jika sekolah ditutup, Nanba Senpai bisa menjadi foto model, celetuk salah satu anak dan memberikan ide lain bagi Nanba Senpai.
Naktasu dan Ashiya berlari kerumah penduduk untuk mengumpulkan bantuan. Datang Kagurazaka yang keheranan melihat mereka berdua.
"Apa yang kau lakukan disini?" teriak Nakatsu mendekati kagurazaka, benar-benar dekat.
"Sano ada di lapangan dan cepat pergi"
Ashiya mencoba bersikap ramah karena manganggap Kagurazaka orang baik.
"Jika dia memang baik pasti dia sudah membantu menyumbang sekolah kita agar tidak ditutup" cerocos Nakatsu.
Kagurazaka seakan tidak percaya.
"Ya, dan Sano mungkin akan dipindahkan ke sekolah di Madagascar atau sejenisnya. Jika kau tidak ingin terjadi maka kau harus menyumbang!" cerocos Sano sambil mnyodorkan kotak kepada Kagurazaka.
Kagurazaka mengeluarkan uang dan memasukannya di kotak.
Mendadak beberapa siswa putri datang dan menghampiri Ashiya. Rupanya mereka pengagum Ashiya setelah melihat Ashiya di majalah. Mereka meminta tanda tangannya.
Hibari dan teman-temannya mengumpulkan majalah sebanyak mungin. Alasannya?
"Kita bisa mengekspoitasi ketampanan Sano-sama kepada seluruh dunia!" ujar Hibari.
"Kita bisa mengekspoitasi ketampanan Sano-sama kepada seluruh dunia!" ujar Hibari.
Teman Hibari menunjukan seorang pria yang sedang membaca majalah itu. Hibari langsung berlari kearahnya, ternyata Kagurazaka. Melihat cowok tampan, hati Hibari langsung berbunga-bunga.
"Untuk majalah ini, Berapa yang kau inginkan untuk menukarkan ini?" tanya Hibari masih dengan terpesona dengan Kagurazaka.
Sedang Kagurazaka terlihat ketakutan dengan Hibari.
Naktsu dan Ashiya merasa kelelahan setelah mencari donatur. Naktsu menyayangkan Sano yang tidak bisa ikut berpartisipasi.
"Saat ini waktu terpenting bagi dia untuk mempersiapkan kompetisi Nasional di musim gugur, jadi kita harus membantunya" jelas Ashiya.
Nakatsu mengerti. Mereka berjalan beriringan.
"Tapi apa benar sekolah ini akan ditutup?"
"Siapa tahu. Namun dengan keahlian aku bermain bola, aku bisa diterima di sekolah manapun"
"Aku tidak ingin sekolah ini ditutup" ujar Ashiya sedih.
"Siapa tahu. Namun dengan keahlian aku bermain bola, aku bisa diterima di sekolah manapun"
"Aku tidak ingin sekolah ini ditutup" ujar Ashiya sedih.
Karena Ashiya akhirnya bisa membaur dengan anak-anak lain, akan sangat menyedihakn jika harus berpisah sekaarang.
Mendengar kata-kata Ashiya, Nakatsu pun bersemangat untuk mengumpulkan sumbangan lagi. Ashiya terkejut senang karena melihat kedatangan Io-san.
Ashiya dan Io-san berbicara berdua.
"Sekolah akan ditutup, jadi kalian pastilah sangat kalut . Apa kau takut tidak bisa disisi Sano lagi?" tanya Io-san menggoda Ashiya.
"Tapi memang benar aku tidak ingin sekolah ini ditutup dan tidak bisa melihat Sano. tapi bukan itu saja alasannya" jawab Ashiya, "Aku akhirnya bisa mengenal anak-anak sedikit demi sedikit dan akan menyedikan jika berpisah begitu saja"
"Tidak peduli jika sekolah ini ditutup. Bukan sekolah ini yang menghubungkan kalian bersama. Jika kau memang peduli dengan hubungan itu, kalian bisa bertemu dimanapun dan kapanpun: jelas Io-san. Sejenak Ashiya memikirkan perkataan Io-san.
"yang terpenting adalah, perasaanmu terhadap Sano dan anak-anak lain. Sebenarnya, Minami telah meminta aku sesuatu"
"Nanba Senpai?"
"Dia mengatakan kepadaku mungkin sekolah ini akan ditutup dan anak-anak akan dikeluarkan. Seandainya saja dia (Nanba Senpai) bisa membayar kalian semua"
Nanba Senpai memang mencintai sekolahnya. Ashiya tersenyum bahagia. Io-san meminta Ashiya untuk merahasiakannya. Io-san pun memegang wajah Ashiya.
"Kau harus mempertahankan rasa tulusmu" ujar Io-san. Ashiya seperti mendapat energi baru.
Di asrama 2, anak-anak mengumpulkan uang hasil sumbangan. Betapa kecewanya karena sedikit yang terkumpul.
Datang anak asrama 1 yang berkotat kamit dan melewati anak asrama 2 dan mentertawai anak asrama 1.
"Kalian bisa tertawa, kita akan menang saat wawancara nanti" ucap Tenouji.
Lalu lawat anak asrama 3, "Lebih bersemangat dan goyang badanmu!" teriak Oscar. Nakatsu tidak sengaja melihat Sano yang baru saja pulang dari latihan.
Nakatsu memanggil Sano dan meminta dia untuk ikut membantu sokolahnya.
"Sepertinya sekolah benar-benar akan ditutup" ujar Nakatsu, namun tak dihiraukan Sano. Sano langsung masuk ke kamarnya.
Nakatsu mengikuti Sano.
"Kenapa kau bisa bersikap biasa saat keadaan seperti ini?" tanya Nakatsu sedikit emosi, "Apa kau tidak peduli jika sekolah ini ditutup?"
Nakatsu marah karena Sano seakan tidak peduli saat isu penutupan sekolah.
"Kau selalu sperti ini, aku bersikap sperti tahu segalanya. Kau tidak ingin menjadi bagian dari keajaiban sama sekali!"
"Lantas kenapa jika aku bagian dari keajaiban?"
"Jadi kau hanya menganggap sekolah ini tempat untuk melompat tinggi? Apa itu yang penting bagi dirimu?"
"Bagaiman jika iya?"
"Benar-benar tidak dimaafkan!" sengit Nakatsu.
"Jadi kau hanya menganggap sekolah ini tempat untuk melompat tinggi? Apa itu yang penting bagi dirimu?"
"Bagaiman jika iya?"
"Benar-benar tidak dimaafkan!" sengit Nakatsu.
Nakatsu mendekati Sano, dan berujar saat Sano berlatih anak-anak lain tetap mendukung Sano.
"Jadi kau bisa bersikap semaunya untuk pertama kalinya! Jadi berhentilah berfikir akan perjuanganmu sendiri!"
Ashiya melihat Sano dan Nakatsu yang bersitegang dalam kamar mereka..“Sano..”, panggilnya “Nakatsu..”.. sedangkan mereka yang dipanggil hanya diam, kemudian Nakatsu meninggalkan mereka berdua.
Ashiya yang bingung langsung bertanya pada Sano, “Sano, apa yang terjadi?”, dan Sano tetap saja tidak menghiraukannya
Malamnya Ashiya tidak bisa tidur, dia duduk dengan memandangi bulan. Begitu juga dengan Sano yang berada dilantai bawah, dia tidak dapat tidur.
“Selamat pagi..”, sapa Ashiya pada teman-temannya yang sedang sarapan
“Kau sangat beruntung..”, kata salah satu temannya menghampiri. “Fotomu seperti ini”, lanjutnya.
“Sangat keren”, komentar teman lainnya.
“Sangat bagus”,
“Aku cemburu”,
“Kalian berempat terlihat sangat keren”, dan komentar-komentar lainnya, sedangkan Ashiya hanya tersenyum menanggapi komentar teman-temannya.
“Aku juga ingin seperti ini”, salah satu teman Ashiya menambahi,
“Aku juga”, sahut yang lainnya.
“Semua orang sedang tidak mood karena akhirnya seperti ini”, komentar teman sekamar Nakatsu.
“Pasti sangat bagus kalau kita membuat beberapa memori yang indah”, lanjutnya
Mendengar ucapan teman-temannya Ashiya memperoleh sebuah ide dan meminta semua teman-temannya berkumpul di ruang serba guna tersebut. Sementara dia memanggil reporter Hara.
Teman-teman Ashiya bertanya-tanya kenapa mereka dikumpulkan diruang tersebut. Kemudian Ashiya dan reporter Hara datang.
“Mari kita semua berfoto bersama”, ajaknya pada teman-temannyat.
teman Ashiya merasa terhina, mereka dikumpulkan semua hanya untuk foto bersama?? Mereka hendak meninggalkan ruangan tersebut.
Ashiya berusaha meyakinkan teman-temannya,
“Aku akan mempertahankan momen seperi ini mulai sekarang, dengan kalian semua bersama”, katanya menahan Oscar dan anak asrama 3.
“Walaupun aku tidak mengatakannya dengan baik, ketika aku bersama kalian semua, aku merasa gembira. Ini sangat menyenangkan. Jadi, mari kita berfoto”, lanjutnya membujuk Tenouji.
Tiba-tiba salah satu anak asrama 2 mengatakan, “Sano tidak disini”.
“Jangan khawatir, aku akan membawanya kesini”, kata Ashiya.
Tapi dia tidak pernah muncul sebelumnya, teman yang lain menanggaapi
“Kalau begitu aku akan membuatnya muncul dihadapan kalian”, kata Ashiya optimis
Ashiya menghampiri Sano dikamarnya, “Sano..”, panggilnya pada Sano yang sedang asyik membaca
“Ayo kita foto bersama”, ajaknya
“Keluarlah..”, kata Sano tak mengindahkan ajakan Ashiya, dan masih melanjutkan bacaannya
Ashiya yang tak sabar langsung menarik paksa Sano,
“Ayo pergi bersama”, namun Sano masih tetap dengan pendiriannya dan menolak ajakan Ashiya
Ashiya langsung mencubit kedua pipi Sano,
“Hey… apakah kau sudah membuka matamu?”, tanyanya pada Sano.
“Aku tahu sebenarnya kau selalu memikirkan tentang temanmu. Jadi, ini saatnya untuk bertindak. Aku akan mendukungmu selama aku mampu”, lanjut Ashiya sambil tersenyum, dan Sano hanya memandangi Ashiya.
Di aula teman-teman yang lain sudah sibuk untuk pemotretan mereka, tetapi Nakatsu tampak memikirkan sesuatu, dia mencari-cari sosok Ashiya, apakah Ashiya mampu membawa Sano untuk ikut berfoto bersama mereka?.
Tak lama kemudian terlihat Ashiya bersama Sano memasuki aula,
“Maaf sudah menunggu lama”, kata Ashiya, dan teman-teman yang tampak terkejut dengan keberhasilaanya,
Sano yang tidak pernah mau berkumpul bersama mereka akhirnya muncul juga.
“Cepat kesini..”, ajak Ashiya pada Sano.
“Kau terlambat.. dasar idiot”, celoteh Nakatsu.
Tiba-tiba dr. Umeda muncul dan berkomentar tentang mereka, “Ini adalah scene yang bagus, walaupun mereka terlihat seperti orang idiot”.
Dan akhirnya mereka berfoto bersama, dari foto yang rapi sampai foto gaya bebas, dan terkesan anarkis semua ada. Mereka semua terlihat sangat bahagia.
Dr. Umeda menyerahkan hasil foto tersebut pada wakil kepala sekolah.
“Gambar ini bagus kan?”, tanyanya
Wakil kepala sekolah melihat foto tersebut satu-persatu, “yeah… ini ekpresi yang bagus”, komentarnya. “Mereka terlihat sangat bahagia”, lanjutnya, dan dr.Umeda yang sedari tadi berdiri didepan pintu tersenyum mendengarnya.
Tiba-tiba terdengar dering telpon.
“Kepala sekolah…”, kata wakil kepala sekolah pada orang diseberang telpon.
“Waktu yang tepat. Kita tidak perlu melakukan wawancara perorangan”, katanya pada kepala sekalah.
“Mereka memiliki ekspresi yang mengagumkan. Aku pikir, kita tidak perlu bertanya pada mereka “Apakah mereka menyukai sekolahan ini?”, walaupun seperti itu, aku siap melaksanakan perintahmu”.
Kembali ke ruang kelas, seperti biasa kelas Ashiya terlihat gaduh. Mereka mengomentari tentang sekolah mereka. Apakah sekolahan ini masih dapat beroperasi..
“Aku tidak peduli apa yang terjadi, selama sekolah ini baik-baik saja, mari kita berteriak “Banzai!!”, kata salah satu teman Ashiya
Kemuan semua teman sekelas Ashiya menerikkan “BANZAI BANZAI BANZAI!!”, dengan semangatnya, tapi seperti biasa Sano hanya duduk melihat teman-temannya, Nakatsu yang melihat hal tersebut langsung menghampiri Sano,
“Aku sangat senang. Karena sekolahan tidak akan ditutup”, katanya gembita.
“Dan.. aku tidak dapat menutupi ini, jadi aku harus mengatakannya”, ungkapnya pada Sano, “Aku menyukai Mizuki. Dan aku tidak akan kalah”, lanjutnya sambil menunjuk Sano, dan kemudian kembali bersorak “BANZAI BANZAI BANZAI BANZAI!!” bersama Ashiya..
Sano hanya memandangi mereka dari mejanya..
Written by April Rf, Ari Rf, Asri Rf & Ephi Rf @pelangidrama
Pictures by Ari Rf @pelangidrama
0 comments:
Post a Comment