Recent Post


[Sinopsis] Tamra The Island-Tempted Again Episode 8

Do you want to share?

Do you like this story?

Dibuka dengan adegan Yi Bang yang memergoki Park Kyu sedang membantu Beo Jin turun dari tembok sebuah rumah yang mereka panjat (rumahnya tetua). Melihat hal tersebut, tentu saja yang terlintas dipikiran pria itu adalah perbuatan Park Kyu yang dinilai amoral. Dirinya menyangka mereka berdua sedang akan berbuat mesum. (Separah itukah Park Kyu di mata Yi Bang??? Parah abis, muhahaha - tapi dimataku tidak aru, oppa sangat baik muhaha^^-iis)
“Untuk seorang bangsawan, caramu bermain wanita telah menjadi sebuah kebiasaan. Atas dasar apa kau memanjat tembok ke rumah itu? Apa kau mencoba mencari tempat untuk bermesraan?”tanya Yi Bang sinis.
Belum sempat Park Kyu menjawab, William sudah keburu turun dari tembok itu. Alhasil, Yi Bang pun terkejut melihat ada orang asing dihadapannya. Keadaan berubah menjadi buruk. Beo Jin berusaha melindungi William dari Yi Bang dengan mengatakan kalau William bukan orang jahat. Beo Jin memohon agar Yi Bang tidak menangkapnya.
“Omong kosong apa ini! Apa yang kalian berdua lakukan dengan menyembunyikan orang asing?!”. Yi Bang pun murka karena menganggap Park Kyu dan Beo Jin telah menyembunyikan hal ini dari dirinya. “Aku akan hukum kalian bertiga! Bersiaplah, kalian tidak akan bisa lari lagi kali ini”ancam Yi Bang.
“Tidak, jangan!” Beo Jin memohon sambil menangis.

Saat Yi Bang mencoba mendekati William, Park Kyu berusaha menghalangi Yi Bang. Meski pria paruh baya itu menyuruhnya minggir, dia tetap berusaha mencegah Yi Bang menangkap William. Bahkan dirinya berani menyentuh bahu polisi itu.
“Ada sesuatu yang ingin saya katakan pada Anda” Perlahan Park Kyu melepaskan genggaman tangannya dari bahu Yi Bang.
Yi Bang hanya diam dan memandang Park Kyu dengan rasa curiga.
Akhirnya Park Kyu mau tidak mau mengambil sesuatu dari dalam bajunya dan memperlihatkannya kepada Yi Bang. Pria itu pun terkejut karena ternyata benda itu adalah sebuah medali emas yang menandakan bahwa Park Kyu adalah seorang inspektur rahasia kerajaan. (Ih waw!)
Beo Jin membawa kembali William ke rumah tetua. Di sana mereka bertemu dengan pembantu setia sang tetua. Beo Jin pun bertanya tentang keberadaan Yi Bang.
“Apakah Yi Bang sudah pergi?”tanya Beo Jin panik.
“Apa kau salah seorang yang menyembunyikannya (William)?”
“Aku bisa katakan dia akan serta merta menggeledah ruangan”jelas Beo Jin.
“Kau melakukannya dengan baik”puji pria itu. “Ini sudah larut, kau harus segera pulang sekarang”.
“Baik”.
Lalu Beo Jin segera menyuruh William kembali ke tempatnya. Sebelum mereka berpisah, Beo Jin memberikan isyarat kepada William itu untuk diam. William pun mengangguk tanda dia mengerti.
Di sebuah tempat makan, Park Kyu dan Yi Bang terlibat sebuah percakapan yang serius dimana Park Kyu akhirnya memutuskan untuk menceritakan yang sebenarnya kepada Yi Bang.
“Saya telah melakukan tindakan yang tidak termaafkan dan tidak memperhatikan pangkat Anda sebelumnya”kata Yi Bang yang kemudian menundukkan kepalanya pada Park Kyu. Yi Bang merasa bersalah karena telah memperlakukan Park Kyu dengan buruk.
Park Kyu juga mengerti kondisinya saat itu dan memaklumi perbuatan Yi Bang. Dia lalu menyuruh polisi itu duduk. Park Kyu akhirnya menjelaskan alasannya menyembunyikan identitas dirinya yang sebenarnya.
“Karena pemerintah yang mengirimku, aku tidak bisa mengungkapkan identitasku begitu saja. Aku pikir andalah pelakunya, bahkan kita”.
“Apakah Anda kemudian melihat saya?”
“Tidakanmu mencurigakan dan membuatku menghubungkanmu dengan para pencuri, itulah kecurigaanku”ucap Park Kyu penuh wibawa. (biasa diintimidasi mulu sama Yi Bang, wkwkwkwk)
“Ketika saya pergi mengawasi barang-barang yang dikirim kepada tetua, saya melihat Anda diam-diam masuk ke sana”kata Yi Bang polos.
Sadar perkataannya takut menyinggung Park Kyu, Yi Bang langsung meminta maaf. Park Kyu hanya tersenyum, dia mengerti alasan Yi Bang mencurigainya saat itu. Park Kyu juga lega karena sekarang dia tahu kalau Yi Bang berada di pihaknya. Topik pembicaraan pun beralih kepada William.
“Apa rencana Anda pada orang asing itu?”tanya Yi Bang.
“Jika kita kita mencemaskan mereka sekarang, ini hanya akan menyulitkan kita untuk fokus pada masalah saat ini. Jadi aku memintamu untuk mengabaikannya. Saat aku kembali, aku akan membawanya bersamaku”.
Yi Bang hanya bisa menuruti kata-kata pemuda itu. Lagi pembicaraan mereka beralih. Kali ini Yi Bang menyinggung tentang hubungan antara Park Kyu dan Beo Jin. Agar tidak terjadi kesalahpahaman dengan segera dirinya menjelaskan kepada pria tersebut bahwa mereka tidak memiliki hubungan apa-apa (padahal dalam hati mah ngarep, kekeke). Itu semua dia lakukan hanya untuk menutupi identitasnya yang sebenarnya, bukan karena dirinya punya perasaan khusus pada gadis itu. Tapi sayangnya, Yi Bang hanya bermaksud menanyakan apakah Beo Jin tahu mengenai identitas Park Kyu yang sebenarnya atau tidak. Cowok itu menjadi salah tingkah mendengarnya dan mencoba menutupinya dengan berpura-pura memanggil pelayan. (Ow ow aku ketahuan lalala~, wkwkwkwk)
Beo Jin sedang duduk sendirian dengan memegang sekuntum bunga. Tidak lama, Park Kyu melintas dihadapannya dan dengan segera gadis itu menghampirinya. Namun rupanya Park Kyu masih kesal dengan perbuatan Beo Jin tadi dan tidak mengidahkan gadis itu. Beo Jin pun segera mengejar Park Kyu yang sudah pergi meninggalkannya kembali menuju rumah keluarga Jang.

Melihat kedatangan putrinya dengan Park Kyu menuai pertanyaan dari kedua orang tua Beo Jin yang sedang menganyam sepatu jerami.
“Dari mana saja kau bersamanya selarut ini?”tanya ayahnya penasaran.
“Ada apa? Ada apa dengan ekspresimu?”. Sang ayah kembali bertanya.
Ibu Beo Jin yang masih menyangka mereka berdua berpacaran mencoba membelanya.
“Apakah dia tidak pernah punya ekspresi bahagia sebelumnya? Aku rasa kita harus masuk. Ayo. Ayo"ajak istrinya menyuruh suaminya itu masuk ke rumah.
“Pastikan untuk membicarakannya”kata sang ibu sebelum pergi.
Setelah orang tuanya berlalu, Beo Jin langsung mencecar Park Kyu dengan beberapa pertanyaan. Gadis itu masih bingung dengan tindakan Y Bang yang tidak jadi membawa Willian dan mendengarkan perkataan Park Kyu. Dia juga ingin tahu apa yang dibicarakan oleh mereka berdua. Park Kyu berusaha mengalihkan topik pembicaraan Beo Jin dengan menanyakan keadaan William, tapi yang ada gadis itu malah meragukan status Park Kyu sebagai seorang ‘yandari’ (orang yang diasingkan). Park Kyu terus mengelak yang akhirnya membuat Beo Jin kesal. Gadis itu tetap ingin Park Kyu memberitahukan yang sebenarnya.
“Kenapa kau datang ke Tamra? Kau pasti bukan benar-benar seorang yandari kan?! Kau hanya datang untuk mengurusi bisnis dan berencana pergi setelahnya!”cecar Beo Jin.
“Itu tidak benar”jawab Park Kyu kalem. (kalem??? Bahasa tahun berapa yak, muhahaha)
“Apa itu benar?”tanya Beo Jin tidak percaya.
“Iya, sekarang kau masuklah dan istirahat”. Park Kyu menenangkannya.
“Jangan beritahu yang lain tentang apa yang terjadi hari ini. Bila kau membocorkannya, maka orang pertama yang dalam bahaya adalah William. Hati-hati dengan apa yang kau ucapkan” pesan Park Kyu sambil memperingatkannya.
Beo Jin pun mengangguk tanda mengerti dan seketika memegang bibirnya sebagai tanda dia tutup mulut, tapi yang ada gadis itu malah jadi ingat dengan kejadian ketika Park Kyu menciumnya (kekekeke). Akibatnya Beo Jin kemudian menyindir Park Kyu atas perbuatannya itu.
“Siapa di dunia ini yang menutup mulut seseorang dengan mulutnya?”
“Kau pikir aku melakukannya karena aku menginginkannya?”. Park Kyu menjadi salah tingkah. “Itu hanya tindakan untuk mencegahmu menciptakan masalah”ucapnya membela diri.
“Meski demikian…”

Belum menyelesaikan perkataannya, Beo Jin langsung berlari menuju kamarnya meninggalkan Park Kyu yang hanya tersenyum. Sesampai di kamar, Beo Jin kembali senewen mengingat ciumannya dengan Park Kyu, sedangkan Park Kyu sendiri terlihat membuka suatu kotak kecil berisi bubuk putih yang berkilauan. (Whats that?)

Keesokkan harinya di kantor polisi, salah satu petinggi Yi Bang memarahi Yi Bang yang telah tanpa izin memasuki kediaman tetua. Pria itu pun segera bersujud dan meminta maaf kepada orang tua tersebut yang juga sedang berada di sana. Sang pimpinan menilai pria itu sudah bertindak seenaknya dan melanggar peraturan. Oleh karena itu untuk sementara waktu kekuasaan Yi Bang dicabut. Dia lalu menyuruh Yi Bang untuk kembali ke rumahnya sampai menunggu kabar darinya lebih lanjut. (Kasian si om…)

Di tempat lain, Beo Jin yang masih curiga dengan Park Kyu berusaha membututinya tapi sayangnya ketahuan. Meski sudah diketahui, Beo Jin tetap saja berpura-pura. Park Kyu tidak ambil pusing dan langsung menanyakan alasan gadis itu mengikutinya.
“Kenapa kau mengikutiku?”
“Semalam aku benar-benar memikirkan tentang itu, tapi ada sesuatu yang aneh”
“Apa itu?”tanya Park Kyu bingung.
“Bisakah kau mengatakan padaku yang sebenarnya? Yi Bang…”
“Tidakkah aku sudah memberitahumu kalau aku tidak punya apa-apa lagi untuk kukatakan kepadamu?”, potong Park Kyu karena dirinya sudah memberitahukan semuanya pada Beo Jin.
“Terakhir aku mengatakan padamu yang sebenarnya! Jadi bagaimana bisa kau katakan itu kepadaku?” Beo Jin bersikeras menganggap Park Kyu tidak berkata yang sebenarnya.
Merasa kesal dengan ulah Beo Jin, Park Kyu memutuskan pergi meninggalkan Beo Jin yang juga kesal padanya.

Adegan berpindah ke kota Nagasaki, Jepang di mana Seo Rin melakukan tindakan yang tidak disangka-sangka yaitu membanting guci-guci. Ternyata hal itu dilakukannya untuk memberi peringatan kepada salah satu kliennya tentang nilai dari barang-barang asal Cina di dunia barat. Wanita itu juga berkata kalau Chosun (Korea) merupakan tempat terbaik mendapatkan semua barang-barang itu dan dia pun kembali membanting kembali guci-guci itu. Namun belum sempat membanting, sang klien yang merupakan orang Jepang menghentikannya. Seo Rin berhasil membujuk pria itu untuk berbisnis padanya dan untuk lebih meyakinkannya dia juga menjamin kalau yang mereka peroleh hanyalah keuntungan. Sebagai tanda sepakat, orang Jepang itu menyerahkan sekotak besar berisi batang-batang perak kepada Seo Rin.
Setelah itu, salah seorang pegawai Seo Rin rupanya khawatir dengan tindakan sang bosnya itu. Dia berpesan agar Seo Rin tidak menjadi musuh kliennya itu. Pegawainya juga menjelaskan akibatnya bila wanita itu mencoba berkhianat. Mendengar hal itu, Seo Rin tampak tidak takut sedikit pun. Dirinya beranggapan kalau semakin besar bahaya dalam berbisnis maka semakin besar juga keuntungan yang akan diperolehnya (matre!) dan kadang mereka perlu menggandeng tangan musuhnya itu.
Beberapa saat kemudian sang orabunni, Chi Young datang melapor kalau ada kliennya yang berusaha memutuskan kerja sama dengan Seo Rin dan menjalin kerja sama dengan ‘sangdan’ selain milik wanita itu.

“Ada kabar kalau perusahaan Dong In Do berencana bekerja dengan perusahaan lain selain perusahaanku. Apa itu benar?”tanya Seo Rin.
“Jika kalian meninggalkan kami dan berkerja dengan yang lain, rencana kalian untuk menggunakan Jeju (Tamra) sebagai pusat perdagangan tidak akan terjadi”. Wanita itu memperingatkan kliennya.
“Rencana kami adalah untuk bekerja sama dengan Anda, Seo Rin Sangdan, hanya saja apa pun yang dibicarakan oleh yang lainnya itu hanya sekedar rumor”.
“Jika kalian mengkhianati perusahaan dagang kami, kalian harus ingat bahwa Ding In Do tidak akan menapakkan kakinya di pulau Chosun”.
Setelah mengancam kliennya itu, Seo Rin pun langsung berlalu. Yan rupanya ikut mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Dia beranggapan kalau mereka tidak akan kehilangan apa pun meski berencana berbisnis dengan dua sumber yang berbeda. (Kya~! Yan so cool. xD)
Seo Rin sendiri tampak sangat kesal dengan kliennya itu. Untuk mencegah pengkhianatan itu terjadi, wanita itu menyuruh Chi Young kembali ke Tamra untuk bertemu sang tetua dan mengawasi utusan resmi pemerintah yaitu Park Kyu (So she knew the truth).
Di sebuah tempat persembunyian terlihat sekelompok pria tengah berlatih mengayunkan tombak dan secara mengejutkan si tetua juga berada di sana. Rupanya orang tua itu berniat mendirikan negaranya sendiri di tanah Tamra.

Kemudian scene beralih diaman sang orabunni Chi Young dan Yan ternyata berada dalam satu kapal yang sepertinya menuju pulau Tamra.
Beralih ke Tamra, tepatnya di kediaman tetua desa tempat William sementara tinggal. Di sana rupanya Beo Jin sedang menengoknya dan senang karena William membuatkannya sebuah boneka (aih, gak nyangka, kekeke).
“William, ini bagus sekali! Kau sangat berbakat ya?”tanya Beo Jin pada William yang sedang menyangrai biji kopi.
“Sejak batu berpori, tidak akan sulit membuatnya”katanya sambil tersenyum. (ow, jadi itu boneka dari batu toh)
Tidak beberapa lama, tetua pun muncul dihadapan mereka dan menyapa Beo Jin. Dia rupanya penasaran dengan apa yang dimasak oleh William setelah mencium aroma yang asing. William menjelaskan kalau itu adalah kopi, bawaannya dari Inggris yang sudah seperti teh di negaranya. Pemuda asing itu dengan senang hati akan membagikannya kepada tetua bila dia menginginkannya. Akhirnya agar adil, orang tua itu menyuruh Beo Jin dan William untuk mengumpulkan para penduduk agar mereka juga bisa menyicipi kopi William. Beo Jin tentu saja senang melihat William diizinkan keluar rumah meski hanya sebentar. (maklum, tahanan rumah statusnya)
Sementara itu di desa, Park Kyu yang ikut membantu para penduduk mengangkat barang diam-diam diperhatikan oleh ibu Beo Jin (calon menantu yg rajin, wkwkwkwk). Melihat hal tersebut membuat wanita itu menjadi bersemangat. Kemudian di tengah kesibukkan, tetua dan pengawal setianya menghampiri mereka.
“Aku telah menyiapkan makanan untuk kalian semua yang telah bekerja keras”ucap pria tua itu penuh wibawa. Mendengar hal itu tentu saja para penduduk sangat senang karena dijamu.
“Kita semua harus pergi.”
Namun para polisi menggoda penduduk dan berkata kalau mereka harus segera mengantar barang-barang pajak tersebut ke kantor Jeju. Mereka hanya tertawa mendengar leluconnya. Setelah itu perhatian tetua terfokus kepada Park Kyu yang juga turut mengundangnya.
“Kenapa kau tidak ikut saja bersama kami?”
Park Kyu tidak menjawab. Di hadapannya secara sembunyi-sembunyi, sang Yibang ternyata juga ikut mengawasi tetua dan ini sepertinya atas perintah Park Kyu.
Di tempat lain, William yang sementara bisa bebas sedang meracik kopi dibantu oleh Beo Jin dan adiknya untuk disajikan kepada para penduduk desa. Teman-teman Beo Jin satu persatu mendatangi mereka dan penasaran dengan apa yang dimasak oleh gadis itu.
“Beo Jin, apa ini semua?” tanya Ibu Kkeut Bon.
“Ini kopi.”
“Ko-pi…?” ujar mereka bertiga bebarengan dengan nada penasaran.
“Ini adalah teh yang kami minum di Inggris, ini sangat baik jadi pastikan semua ikut mecobanya.” ucap William memberi penjelasan singkat kepada ketiga wanita tersebut.
Akhirnya para penduduk pun ikut menyicipi minuman unik tersebut dimulai dari Ibu Kkeut Bon. Wanita itu baru pertama kali meminumnya dan disusul dengan penduduk lainnya. Karena belum terbiasa, ada yang langsung memuntahkannya.
“Bagaimana rasanya?”
“Ini sangat pahit.” kesan Ibu Kkeut Bon pada minuman kopi. (ya iyalah, orang gak pake gula)
“Ini pasti seperti sejenis obat!” teriak wanita satu lagi. Tanpa ragu dia pun meminumnya dan akhiranya semuanya ikut mencicip.
Tidak lupa Beo Jin menyuruh para penduduk untuk berterima kasih kepada William yang telah membagi-bagikan minuman tersebut secara gratis dimana yang lainnya langsung menyerbu mereka (denger gratisan, wkwkwkwk). Sementara itu, tidak jauh dari tempat pembagian kopi, tetua sedang bercakap-cakap dengan orang tua Beo Jin beserta Park Kyu.
“Aku ingin berterima kasih kepada semuanya.” Ucap si tetua memulai pembicaraan.
“Karena bantuan Anda, tahun ini menjadi lebih mudah.” Ibu Beo Jin mencoba merendah.
“Sayangnya kita tidak bisa menyimpan barang-barang ini untuk Tamra. Jika saja kita bisa menggunakannya untuk kepentingan para penduduk, kita mungkin akan mendapat hidup yang lebih baik.” Kata sang tetua lagi. Yang lain hanya bisa diam dan Park Kyu sesekali memandang pria tua itu. “Saat kita tidak dipajak oleh Chosun, hidup kita di sini lebih kaya. Bila Tamra mengingat Tamra, mungkin kita akan lebih baik.” Rupanya secara diam-diam tetua mencoba menghasut mereka dengan omongannya tersebut.
“Jika barang tersebut bukan untuk jinsangpoom (pencuri barang pajak), kita tidak harus menjalankan hidup yang sulit.” Ternyata Ayah Beo Jin memiliki pandangan berbeda darinya.
“Jinsangpoom yang sangat besar bisa jadi beban tetapi Tamra masih milik Chosun.” Tambah Park Kyu. “Barang-barang itu bisa digunakan dengan baik untuk menolong kekuatan negara kita. Jika saja mereka tidak sering mencuri, mungkin tidak akan berdampak pada hidup para penduduk.” Pemuda itu secara tidak langsung menyinggung sang tetua.
“Kau berpikir seperti seorang berpendidikan dari luar negeri yang berbeda dengan kami.” Balas si tetua pada Park Kyu. Pemuda itu tidak menjawab karena dia masih menyembunyikan identitas yang sebenarnya.
Yi Bang menghampiri kedua anak buahnya dan menyuruh untuk bersiap-siap (sepertinya mau menyerbu markas para jinsangpoom).

Park Kyu yang telah selesai berurusan dengan tetua, kemudian menghampiri Beo Jin dan William yang sedang membagi-bagikan kopi. Beo Jin lalu memberikan semangkuk kecil minuman itu untuk dicicipi Park Kyu. Alhasil, Park Kyu sama seperti yang lain pas pertama kali meminumnya (mukanya gak nahan, wkwkwkwk) alias terkejut dengan rasanya yang pahit. Melihat hal tersebut, Beo Seol menawarkan madu untuk dicampur ke kopi Park Kyu agar tidak terasa begitu pahit. Seperti biasa, Kkeut Boon yang juga berada di situ langsung menempel pada Park Kyu. Gadis genit itu memesan semangkuk besar kopi dengan banyak madu. Sebelumnya William kembali mengingatkannya agar tidak meminum terlalu banyak atau dia akan kesulitan tidur (like me, kekeke).
Salah satu penduduk rupanya tertarik dengan patung boneka beruang kecil yang dibuat oleh William. Pria itu sangat terkesan dengan hasil kerajinan William dan mengakui bakatnya sebagai seorang seniman (gak penting). Ibu Beo Jin mendatangi anaknya yang sedang membagikan kopi.
“Apakah ini yang disebut…kopi?” tanya wanita itu.
“Ibu, kau juga harus mencobanya.” Kata Beo Jin sambil memberikan semangkuk kopi.
“Aku baik-baik saja tanpa ini, tetapi pastikan untuk menyisakannya buat Park-songbae (mgkn artinya kurang lebih kyk ‘guru’).” Pesan ibunya.
“Park-songbae?”ucap Beo Jin bingung.
“Yandari… Kita perlu memanggilnya dengan nama yang tepat.”
“Ibu, kenapa kau bersikap seperti ini belakangan?” Beo Jin kembali heran dengan tingkah ibunya yang kelihatan sangat mempedulikan Park Kyu. Namun sang ibu tidak memberinya penjelasan.
“Jaga dia baik-baik.” Kata wanita itu yang lalu pergi meninggalkan putrinya yang masih tidak mengerti. Kemudian Beo Jin segera menatap Park Kyu yang masih berada di situ. Sedang perhatiannya beralih ke gerak-gerik tetua dan pengawal setianya yang makin mencurigakan.
Adegan beralih ke tengah hutan dimana para petugas Yi Bang sedang mengawal barang-barang pajak untuk diserahkan ke kantor Jeju. Tiba-tiba diperjalanan, mereka dihadang oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai polisi Jeju yang bertugas untuk mengamankan barang pajak.
“Kami Polisi Jeju datang ke sini untuk mengamankan barang-barang pajak.” Kata salah satu dari mereka.
Petugas Yi Bang tentu saja curiga dengan kedatangan para polisi tersebut.
“Kenapa kalian semua datang kemari? Lagi pula kami akan mengantarkannya ke sana.”
“Karena pencurian akhir-akhir ini, kami dikirim ke sini untuk mengamankannya.” Polisi itu memberi alasan agar para petugas Yi Bang tidak curiga.
Akhirnya para Yi Bang mempercayai ucapannya dan menyerahkan semua barang-barang pajak kepada mereka. Tidak jauh dari tempat itu, Yi Bang secara diam-diam mengawasi. Rupanya ini sebuah pancingan yang diperintahkan oleh Park Kyu agar dia bisa mengetahui markas mereka dan dengan sengaja menyuruh anak buahnya berbuat demikian. Sementara Park Kyu mengikuti sang tetua pergi dan kemudian pemuda itu tanpa sadar diikuti oleh Beo Jin secara diam-diam (ini apa siy? Malah ikut-ikutan gini, kekeke).
Yi Bang akhirnya berhasil menemukan markas rahasia para pencuri itu yang tidak lain menyamar sebagai Polisi Jeju tadi. Park Kyu yang sedang mengawasi si tetua terkejut setengah mati saat Beo Jin tiba-tiba ada di belakangnya. Dia segera menyuruh gadis itu untuk segera pulang, tapi Beo Jin berdalih kalau dia mengikuti Park Kyu karena perintah ibunya. Park Kyu tetap memaksa Beo Jin pulang dan akibatnya Beo Jin secara tidak langsung malah membuat keributan yang hampir membuat mereka berdua ketahuan. Melihat sasarannya pergi, Park Kyu sekali lagi berusaha membujuk Beo Jin untuk kembali.
“Beo Jin, dengarkan aku baik-baik. Apa pun yang terjadi, kau tidak boleh meninggalkan Sanbanngol.” Kata Park Kyu dengan raut serius sembari memegang bahu gadis itu. “Dan juga kau tidak boleh pergi ke rumah ritual tetua.”
“Kenapa?” tanya Beo Jin tidak mengerti. “Apa alasannya?”
“A…Aku tidak ingin sesuatu terjadi kepadamu. Berjanjilah!” Park Kyu menatap tajam Beo Jin. Gadis itu pun menjadi salah tingkah dan lalu melepaskan tangan Park Kyu dari bahunya.
“Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku akan menemui William. Yandari, kau juga harus berhati-hati.” Beo Jin berpesan sebelum dirinya kemudian pergi. Setelah itu dengan segera Park Kyu menyusul si tetua tapi sayang dia sudah kehilangan jejaknya. Tidak lama, pemuda itu melihat sebuah asap yang mengepul ke udara.
Tetua yang baru tiba di markas rahasianya juga menyadari hal itu dan mencurigai. Dia pun menyuruh pengawalnya untuk menyelidiki asap itu.
Ternyata asap yang dilihat tetua dan Hyang Dol adalah berasal dari kayu yang dibakar Yi Bang. Yi Bang merasakan sesuatu mendekat. Seseorang tiba-tiba mengarahkan pedang tepat di leher Yi Bang. Yi Bang sontak terkejut namun dengan cepat dan diam-diam mengambil sebuah kayu panjang yang tergeletak tepat disampingnya. Perkelahian pun tak bisa terhindarkan. Yi Bang kewalahan bahkan hingga terjatuh ke tanah. Pria tersebut sudah siap menusuk Yi Bang tepat di dadanya, namun Park Kyu yang sedari tadi membuntuti tetua datang pada saat yang tepat.
“Tuan”ucap Yi Bang pada Park Kyu yang datang menolongnya.
“Anda tidak apa-apakah?”tanya Park Kyu khawatir.
“Ya”jawab Yi Bang singkat dan dengan cepat mematikan kayu yang sedang dibakarnya agar tidak menimbulkan kecurigaan lagi.
Sementara Park Kyu terus mengamati pria yang sudah tidak berdaya di tanah dan mempunyai sebuah ide.
Yi Bang dan Park Kyu melihat tempat rahasia Tetua.
“Dalam gunung terpencil seperti ini ternyata masih ada tempat seperti ini”ucap Park Kyu.
“Aku mendengar kalau tukang besi sudah ditangkap, tidak disangka ternyata begitu”ucap Yi Bang memberitahukan informasi yang diketahuinya kepada Park Kyu.
“Aku tidak menyangka dia memiliki banyak tentara, aku akan tinggal lebih lama lagi di sini, sebaiknya anda kembali ke desa saja dan bersiap-siap”ucap Park Kyu.
“Bersiap?”tanya Yi Bang heran.
Tetua dan Hyang Dol melihat gudang penyimpanan barang.
“Barang sekarang telah sangat penuh, sekarang tinggal menunggu transaksi dengan Tim Dong Yin Du, asalkan transaksi berjalan lancar kita akan bisa pergi jauh”ucap Tetua senang dan kemudian pergi. Hyang Dol memeriksa tempat penyimpanan barang dan sangat terkejut saat mengetahui di dalamnya yang tersisa hanya cangkang sementara isi dari tiram sendiri sudah tidak ada. Begitupun dengan guci-guci yang lainnya hanya berisikan kayu saja.
Tetua yang baru saja keluar dari pintu terkejut melihat ekspresi Hyang Dol dari sela-sela dinding dan kayu yang sedang dipegang Hyang Dol. Tetua pun dengan cepat memeriksa sebuah guci yang berada tepat dihadapannya dan sama terkejutnya dengan Hyang Dol saat mengetahui isi dari guci tersebut adalah batu.
“Cepat cari orang yang pergi memeriksa asap tadi”ucap Tetua emosi pada Hyang Dol.
Hyang Dol ditemani dengan beberapa pekerja mulai mencari ke dalam hutan keberadaan orang yang disuruh memeriksa tadi. Hyang Dol melihat seseorang terikat di pohon dan memakai jubah putih. Di sampingnya kayu yang menimbulkan asap tadi masih mengeluarkan sedikit asap. “Cepat cari, mereka pasti belum jauh”perintah Hyang Dol pada yang lainnya. Rupanya Park Kyu sengaja melakukannya dan memakaikan jubah putihnya kepada orang yang hendak membunuh Yi Bang, sementara dirinya memakai pakaian orang tersebut.
Yi Bang mulai berlarian kembali ke desa sementara itu Park Kyu mulai mengamati Tetua dari kejauhan. Para pekerja sepertinya sengaja dilatih semaksimal mungkin, buktinya mereka sangat ahli dalam hal memanah.

Yi Bang terus berlari hingga berulang kali terjatuh karena Hyang Dol dan para tentara semakin dekat. Park Kyu mulai berbaur dengan pekerja lainnya.

Beo Jin dan William berjalan bersama. William tiba-tiba bertanya sesuatu kepada Beo Jin yang membuatmu Beo Jin sedikit terkejut.
“Beo Jin, menurutmu Park Kyu itu orang seperti apa?.
“Mana ada pertanyaan seperti itu? Dia tinggal di rumahku dan tidak mengerjakan apapun”jawab Beo Jin sedikit emosi.
“Aku juga ingin tinggal di rumahmu Beo Jin”ucap William
“Apa yang kau katakan, tinggal di rumah Tetua adalah hal yang terbaik”ucap Beo Jin sedih.
“Tapi di sana tidak ada Beo Jin”ucap William (Oh William, kan ada aku, hehehehe).

Beo Jin terkejut dan berhenti berjalan. Sekarang muka Beo Jin memerah seperti kepiting rebus karena ucapan William tadi, Beo Jin melihat tangannya yang sedaritadi digenggam William dan dengan cepat menariknya.
“Kamu berbicara seperti itu, mukaku jadi memerah”ucap Beo Jin memegang mukanya kemudian memukul lengan William.
“Ada cara apa lagi, hatiku ya seperti ini”ucap William tersenyum dan melihat Beo Jin. Beo Jin yang sedang menggigiti kukunya saking groginya tersenyum kepada William.
“Sudahlah William, kita sudah susah untuk keluar, aku ingin memperlihatkan sesuatu kepadamu”ucap Beo Jin.
Beo Jin mengajak William ke sebuah tempat, “Bagus kan”ucap Beo Jin ketika memperlihatkan sebuah tempat penampungan air yang terbuat dari batu dan kayu.
“Di tempatku juga ada alat seperti ini, kami sering menggunakannya untuk menampung air”ucap William senang.
“Benarkah, aku tidak percaya, walaupun wajah kita berbeda tetapi pemikiran kita sama, Wiliam ayo kita ke sana, masih ada hal yang menarik lagi, kita lihat apakah di tempatmu juga ada hal seperti itu”ucap Beo Jin.
Baru saja Beo Jin dan William meninggalkan tempat itu, Yi Bang tiba-tiba muncul dan berlari ketakutan. Yi Bang seketika terhenti saat melihat segerombolan orang datang menghadang dirinya dari dua sisi sekaligus. Yi Bang kewalahan menghadapi mereka, apalagi dirinya sama sekali tidak memiliki senjata apapun sebagai tameng.

Yi Bang terduduk lemas sambil memegang lengannya yang mulai mengeluarkan darah karena sabetan pedang para pekerja Tetua. Hyang Dol muncul, Yi Bang dengan sisa kekuatan yang dimilikinya berusaha berdiri.
“Kamu bisa mengerti Tamra berapa banyak?berani memutuskan akar nyawa kami”ucap Hyang Dol dan menatap tajam Yi Bang.
“Mencuri barang yang masuk bukan kesalahan biasa,kalian mungkin mengerti kan? Terhadap rakyat Tamra yang percaya dan mengikuti kalian adalah penipuan, mereka pasti tidak akan mengampuni kalian”ucap Yi Bang tak kalah emosinya.
Beo Jin dan William yang berada tidak jauh dari lokasi kejadian terkejut ketika mendengar suara ribut-ribut. Mereka diam-diam memperhatikan apa yang sedang terjadi dari kejauhan.
Hyang Dol yang tidak ingin kejahatan yang dilakukannya bersama Tetua diketahui oleh rakyat Tamra mengeluarkan pedangnya dan mengibas tubuh Yi Bang hingga Yi Bang kembali terluka dan terjatuh ke dalam sungai.
Beo Jin dan William sontak terkejut melihatnya. Beo Jin tanpa sengaja mengeluarkan suara pekikan yang memancing rasa keingin tahuan dari Hyang Dol dan para pekerja.
Hyang Dol dan para pekerja berhasil menemukan suara pekikan tersebut dan para pekerja dengan cepat mengejar William dan Beo Jin. Hyang Dol berjalan ke tempat persembunyian Beo Jin dan William. Hyang Dol menemukan sebuah pisau yang biasa digunakan Beo Jin untuk mengambil tiram.
Beo Jin dan William berlari dengan cepat. Namun sayang Beo Jin terjatuh.
“Beo Jin”ucap William.
“William, cepat pergi”teriak Beo Jin histeris. Para pekerja mulai mendekat dan menghalangi mereka agar tidak bisa pergi lebih jauh lagi.
“Tidak Beo Jin”ucap William. Salah satu dari pekerja siap-siap membunuh Beo Jin namun William dengan cepat berlari ke arah Beo Jin dan melindunginya dari sabetan pedang. William merintih kesakitan.
“William”panggil Beo Jin sedih dan mulai menangis. Hyang Dol sudah berdiri di belakang mereka dan siap-siap untuk mengarahkan pedang ke arah Beo Jin dan William lagi.
“Abang”mohon Beo Jin sambil menangis.
“Apa yang kamu lakukan?”teriak Tetua yang tiba-tiba muncul. Hyang Dol menurunkan pedangnya dan memberi hormat kepada Tetua.
“Jika kau membunuh orang asing, transaksi kita dengan Dong Yi Du akan gagal”tambah Tetua. “Tapi Tetua, orang asing dan Beo Jin sudah melihat semuanya”ucap Hyang Dol berusaha membela diri.
“Mereka masih bisa diperalat dan belum saatnya untuk membunuh mereka, cepat kurung mereka”perintah Tetua. Beo Jin dan William semakin ketakutan mendengarnya.

Park Kyu menyembunyikan baju penjaga yang dipakainya tadi. Park Kyu sama sekali tidak menyadari kehadiran Chi Young yang diam-diam mengikutinya.
Pria yang selalu mabuk dan pernah mendapati William memakai topeng dan menyangkanya adalah hantu buang air kecil di sungai. Dia mulai bernyanyi dan bersiul-siul ringan. Pandangannya kemudian tertuju pada sosok seseorang yang tergeletak di pinggir sungai. “Arrrrgggggghhhhhhhhhh”teriak pria tersebut ketakutan dan berlarian.
“Tolong, semuanya datang ke sini, Tuan Yi Bang telah mati”.(ketawa ngakak setiap melihat pria ini, hehehehe).
Para warga dan penjaga mulai berkumpul. Mereka bersama-sama mengangkat tubuh Yi Bang ke atas.
“Sebenarnya apa yang terjadi?”ucap penjaga sedih. Para warga yang lain pun terkejut dan tidak menyangka jika Yi Bang, sosok polisi yang terkenal kuat dan tegas akan tewas dengan cara yang mengenaskan.
Park Kyu yang baru saja kembali ke desa dan tidak sengaja melintas di tempat tersebut berlarian ketika mendengar ribut-ribut. Park Kyu memeriksa denyut nadi Yi Bang namun penjaga dengan cepat mengusirnya.
“Kenapa bisa seperti ini, ayo cepat angkat”perintah penjaga pada temannya yang lain. Park Kyu mulai menjauh dan hal itu menimbulkan rasa penasaran dari ke dua penjaga yang merupakan anak buah setia Yi Bang.
“Ada apa?”tanya ke dua penjaga heran.
“Dia masih hidup”ucap Park Kyu.
“Apa?”teriak penjaga bersamaan. Park Kyu berusaha menenangkan mereka dan menyuruh mereka diam.
“Harus memikirkan cara mengantarkannya ke tabib agar bisa diobati, mungkin saja masih ada harapan”.
“Benarkah?Tuan Yi Bang masih hidup”ucap ke dua penjaga senang.
“Satu hal lagi, kalian harus berjanji padaku satu hal, katakan Tuan Yi Bang telah mati dan sebarkan hal itu ke seluruh desa”tambah Park Kyu.
"Aapa, bukannya katanya masih hidup kan? Kenapa tiba-tiba harus mengatakan kepada semuanya kalau Yi Bang sudah meninggal?”tanya salah satu penjaga heran.
“Aku tahu kalian sudah mencuri barang hasil desa”ucap Park Kyu.
“Itu adalah perintah Tuan Yi Bang”ucap penjaga ketakutan.
“Lain kali kalian akan tahu semuanya, sekarang lakukan apa yang aku perintahkan sudah tidak ada waktu”ucap Park Kyu.
Ke dua penjaga berlarian menuju mayat Yi Bang yang sudah digotong. Mereka mulai menangis dan meneriakkan jika Yi Bang sudah meninggal. Warga yang lainnya kembali berdatangan dan terkejut mendengar berita tersebut.
“Tuan Yi Bang benarkah sudah meninggal?”tanya salah satu warga yang tak percaya.
“Kamu tidak lihat darah yang mengalir, sebenarnya siapa yang sudah melakukannya, dia sangat kejam”ucap warga lainnya.
“Banyak yang tidak suka dengan Yi Bang bukan cuma seorang”tambah yang lainnya.
“Sudahlah”ucap penjaga dan kembali menggotong mayat Yi Bang.
Park Kyu melihatnya dari kejauhan dan tidak menyadari kehadiran Ibu Beo Jin disampingnya. “Kau tadi bersama dengan Beo Jin, dia masih belum pulang. Aku memang pernah mengatakan kepadanya untuk tidak terlalu jauh darimu dan selalu mengikutimu”. Park Kyu yang mendengarnya terkejut.
“Atau dia bersama si mata biru yang tinggal di rumah Tetua, dasar gadis ini”ucap Ibu Bo Jin emosi dan berlalu pergi. Ibu Beo Jin sengaja melakukannya agar Park Kyu merasa bersalah, namun Park Kyu tidak menyadari maksud Ibu Beo Jin. Park Kyu hanya terdiam dan mulai memikirkan kemana perginya Beo Jin.
Park Kyu teringat sesuatu dan dengan cepat berlari ke tempat Yi Bang ditemukan. Park Kyu melihat boneka panda buatan William dan hal itu membuatnya terkejut.
William terus menerus merintih kesakitan sedangkan Beo Jin terus menangis melihat keadaan William.
“William, kamu tidak apa-apa?”tanya Beo Jin sedih. Beo Jin tidak bisa berbuat apa-apa, mendekati William saja dirinya tidak bisa. Tangan dan tubuh Beo Jin diikat. Hyang Dol tiba-tiba masuk dan melihat keadaan mereka.
“Abang, tolong lepaskan kami, aku berjanji tidak akan mengatakan kepada siapapun. Kakak adalah orang yang baik, itu yang ada dipikiranku, kenapa mau melakukan seperti ini?”ucap Beo Jin sedih.
“Akan terjadi sesuatu yang besar pada Tamra dan kamu akan berterima kasih padaku nanti. Aku tidak tahu apa kamu bisa hidup sampai saat itu tiba nanti”ucap Hyang Dol dan segera berlalu pergi.
“Abang”panggil Beo Jin.
“Abang” panggil Beo Jin sekali lagi, namun Hyang Dol sama sekali tidak bergeming dan kembali mengunci ruangan tempat Beo Jin dan William dikurung.
“William kamu tidak apa-apa kan?”tanya Beo Jin lagi pada William. William sama sekali tidak menjawab dan tiba-tiba pingsan.
“William”panggil Beo Jin dan berusaha melepaskan diri.
Park Kyu dengan emosi segera menuju ke rumah Pejabat pemerintahan. Penjaga yang berdiri di depan pintu menahan Park Kyu.
“Lepaskan, aku ingin bertemu dengan Pejabat pemerintahan hari ini juga”teriak Park Kyu. Seseorang tiba-tiba keluar,“ada apa ini?”.
“Aku ingin bertemu dengan Tuan”jawab Park Kyu.
“Kelihatannya hukuman waktu itu masih tidak cukup untukmu”ucap Pejabat itu.
“Ada hal yang penting”ucap Park Kyu dan berjalan ke depan ingin mendekat namun para penjaga menghalanginya dengan menyilangkan ke dua tombak mereka.
“Tunggu apa lagi, usir dia”perintah pejabat. Para penjaga mulai memegangi kedua tangan Park Kyu. Park Kyu dengan emosi melepaskan tangan para penjaga dan ingin mengeluarkan lencananya. Namun Park Kyu dengan cepat mengurungkan niatnya saat melihat Hyang Dol tiba-tiba keluar dari rumah Pejabat.
“Aku pulang dulu”ucap Hyang Dol pada Pejabat.
“Oh baiklah”ucap Pejabat pada Hyang Dol. Park Kyu dengan cepat memasukkan kembali lencananya ke dalam jubahnya. Park Kyu merasa ada yang tidak beres, Pejabat dan Hyang Dol pasti bersekongkol. Sekarang siapa yang harus dipercayainya lagi?
Hyang Dol berjalan melewati Park Kyu dan tanpa sengaja menjatuhkan pisau Beo Jin. Park Kyu melihatnya dan Hyang Dol dengan cepat menunduk memungut pisau tersebut dan segera pergi.
Yan sudah kembali dari Jepang dan membawa surat perjanjian transaksi antara dirinya dan Tetua.
“Ini adalah surat perjanjian transaksi kita, jika saya dan William sampai di Nagasaki, Perusahaan Dong Yin Du akan mengirimkan sebuah kapal kemari”.
“Bagaimana jika kapal tidak dikirim sementara kalian sudah sampai ke Nagasaki?aku ingin barang dikirim pertama”ucap Tetua.
“Jadi kamu bermaksud ingin menahan William sebagai sandera?”tanya Yan dan menatap tajam Tetua.
“Saya ingin berhati-hati saja”ucap Tetua.
“Aku ingin memastikan keselamatan William”ucap Yan dan pergi.
Di depan kamar Tetua, Yan berpapasan dengan Hyang Dol. Yan sama sekali tidak menyapa Hyang Dol dan kembali berjalan. Hyang Dol masuk dan menemui Tetua.
“Orang desa San Fang datang mencari anda”lapor Hyang Dol.
“Apa?”tanya Tetua terkejut.
Matahari sudah menunjukkan dirinya dan Beo Jin sama sekali belum pulang ke rumah. Hal itu membuat Ayah dan Ibu Beo Jin semakin khawatir, “apa Beo Jin sudah pulang?”tanya Ayah Beo Jin pada Beo Seol, adik Beo Jin. Beo Seol menggeleng.
“Desa sedang kacau, anak ini pergi ke mana?”keluh Ibu Beo Jin.
“Jangan terlalu khawatir, dia pasti akan baik-baik saja”ucap Ayah Beo Jin berusaha menenangkan istrinya.
“Kemarin melihatnya bersama rambut kuning, aku merasakan pasti akan terjadi masalah” tambah Ibu Beo Jin.
“Orang asing itu bukan orang jahat”ucap Ayah Beo Jin.
“Kalau begitu kenapa dia belum pulang juga?”tanya Ibu Beo Jin dan berlalu pergi sambil memanggil nama Beo Jin.
“Aigooo, Beo Jin ah”. Ayah Beo Jin dan adik Beo Jin hanya bisa diam melihat sikap Ibu Beo Jin. Mereka juga sama khawatir dengan Ibu Beo Jin, tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Park Kyu berjalan berkeliling. Kedua penjaga masih tetap mengikuti Park Kyu dan menunggu perintah selanjutnya dari Park Kyu. Park Kyu mengeluarkan secarik kertas dan memberikannya kepada ke dua penjaga, “antarkan ini ke pejabat pemerintahan”perintah Park Kyu.
“Bagaimana kami bisa membawanya ke sana dengan identitas kami seperti ini?”tanya salah satu penjaga.
“Perlihatkan dia ini dan dia akan bertemu kalian”ucap Park Kyu dan mengeluarkan lencananya. Para penjaga saling berpandangan dan tiba-tiba memekik terkejut.
William terbangun dari pingsannya. William melihat Beo Jin yang sedang tidur. William berusaha mendekati Beo Jin, namun lukanya masih terasa sakit. Beo Jin terbangun mendengar rintihan William dan sadar kalau hari sudah pagi.
“William”panggil Beo Jin.
“Aku tidak apa-apa, aku tidak ingin melihatmu terluka”ucap William. Beo Jin kembali menangis “Mana mungkin tidak apa-apa”teriak Beo Jin.
“Aku benar tidak apa-apa Beo Jin, kita pasti akan keluar dengan selamat”ucap William berusaha menenangkan. Beo Jin berhenti menangis mendengar ucapan William. William mendekat ke dinding yang terbuat dari kayu. William kemudian berteriak melalui sela-sela dinding dalam bahasa inggris,“di luar ada orang?tolong bantu kami”.
"Tidak ada gunanya William, waktu ditangkap aku sudah melihat kita berada di hutan yang sangat dalam. Yandari pernah mengatakan kepadaku untuk berhati-hati, jangan bepergian dari desa dan jangan pergi sembarangan. Yandari mungkin tahu kalau hal ini akan terjadi dan sudah menaruh kecurigaan terhadap Tetua”ucap Beo Jin sedih.
“Park Kyu? Tidak perlu khawatir, Park Kyu pasti akan datang menolong kita”ucap William antusias dan optimis .
“Iyakah?William juga berpikiran seperti itu?Benar, dia pasti akan datang”ucap Beo Jin tak kalah antusiasnya dan berusaha percaya pada ucapan William. William berusaha melemahkan ikatan tali ditangannya dengan menggesekkannya pada bebatuan. Beo Jin yang melihatnya mencoba hal yang sama seperti yang dilakukan William.
Park Kyu kembali ke markas rahasia Tetua. Kali ini Park Kyu menyamar dengan menggunakan kumis dan jenggot palsu. Sementara itu penjaga membukakan gerbang untuk Yan yang datang dengan menaiki kuda.
Tetua mulai mengumpulkan para penjaga. “Malam ini harus dilaksanakan dan tidak ada kesempatan yang lebih baik dari hari ini. Yandari mungkin adalah utusan dari Chong Ying, kalian tidak perlu khawatir, karena malam ini adalah hari kematiannya”ucap Tetua dan tanpa disadarinya Park Kyu sudah berdiri di sana, bergabung dengan para penjaga dan mendengarkan ucapannya.
Hyang Dol mengumpulkan para penjaga dan mulai memerintahkan mereka untuk mempersiapkan alat-alat. Park Kyu dan salah satu penjaga yang berdiri di belakang Hyang Dol mendapat perintah untuk memindahkan William dari gudang ke gudang selatan. Park Kyu dan penjaga bergegas pergi. Hyang Dol tiba-tiba merasakan suatu keanehan dan merasa tidak asing dengan wajah salah satu penjaga yang tak lain adalah Park Kyu.
William masih berusaha melemahkan tali dan berhasil. Beo Jin terkejut dan senang melihatnya. William kemudian melepaskan tali yang melilit Beo Jin.
“William, kamu tidak apa-apa kan?”tanya Beo Jin khawatir.
“Hussshhh, jangan mengeluarkan suara, mereka ada di luar”jawab William. William kemudian mengintip melalui celah-celah kayu dan melihat dua penjaga datang.
“Mereka datang”teriak William.
Park Kyu dan penjaga berjalan menuju tempat penyekapan William dan Beo Jin. Penjaga mulai membuka pintu dan tiba-tiba dari arah belakang Park Kyu mencekik lehernya hingga mati. Park Kyu masuk ke tempat penyekapan William dan disambut dengan pukulan dari William yang sedari tadi bersembunyi. Beo Jin juga tidak tinggal diam dan ikut memukuli Park Kyu. Park Kyu berusaha melepaskan dari dari tikar yang dilemparkan Beo Jin ke arahnya.
“Hush, ini aku”ucap Park Kyu dan melepaskan kumisnya.
“Park Kyu?”tanya William tidak percaya melihat kehadiran Park Kyu yang datang menolong dirinya dan Beo Jin.
“Yandari”ucap Beo Jin sedih dan mulai menangis.




Written by Aru Rf & Dewi Rf @pelangidrama
Pictures by Dee @pelangidrama


BACA JUGA SINOPSIS LAINNYA



0 comments:

Post a Comment


Friend Link List