Do you like this story?
Jung In membuka perlahan-perlahan kotak yang diberikan Mu Gyul kepadanya. Jung In terdiam begitu melihat cincin yang diberikan ayahnya kepada Mae-ri dikembalikan Mu Gyul. Cincin yang digadaikan oleh Ibu Mu Gyul.
Mae-ri mengejar Mu Gyul dan berusaha menjelaskan semua yang dilihat Mu Gyul tadi antara dirinya dan Jung In.
“Aku mohon jangan salah paham seperti ini, aku menunggumu seharian di rumah. Aku menemuinya karena ingin menjelaskan sesuatu”ucap Mae-ri berusaha meyakinkan Mu Gyul.
”Lantas kenapa kalian berpelukan?”tanya Mu Gyul dan menatap tajam ke arah Mae-ri. “Tolong, jangan berkata seperti itu”pinta Mae-ri.
“Jadi, aku yang salah lihat”ucap Mu Gyul dan berjalan meninggalkan Mae-ri.
“Kang Mu Gyul”panggil Mae-ri, namun Mu Gyul sama sekali tidak menoleh sedikit pun.
Mu Gyul kembali mengingat kejadian yang menyakitkan baginya dan tidak menyangka jika Mae-ri tega mengkhianatinya.
Sementara itu Mae-ri kembali ke rumah Mu Gyul dan berharap bisa bertemu dengan Mu Gyul. Mae-ri berdiri mematung dan melihat ke sekeliling mencari sosok Mu Gyul. Mae-ri duduk dan menghela nafas.
Hp-nya berbunyi dan yang menelepon adalah teman Mu Gyul dan temannya, So Ra dan Ji Hye yang mengajaknya merayakan malam natal bersama-sama. Mae-ri menolak dan mengatakan kalau dia akan menunggu Mu Gyul pulang.
Begitu Mae-ri menutup telepon, teman Mu Gyul dan Mae-ri mulai mengobrol. Mereka heran karena suara Mae-ri terdengar aneh dan seperti ada masalah.
Mu Gyul bersandar di jendela Bus. Tatapannya kosong dan terus memikirkan kejadian tadi. Penumpang Bus lainnya saling berbisik-bisik dan diam-diam mulai memotret Mu Gyul.
Mae-ri terus menunggu Mu Gyul. Ingatannya kembali ke masa saat dirinya dan Mu Gyul bersama. Perlahan-lahan air matanya mulai menetes.
“Mu Gyul ah”ucap Mae-ri melihat Mu Gyul datang. Mu Gyul hanya terdiam dan tidak memperdulikan Mae-ri.
“Mu Gyul, kamu dari mana saja?Diluar sangat dingin. Mohon jangan salah paham, aku menemui Jung In untuk menjelaskan sesuatu kepadanya”ucap Mae-ri lalu terdiam.
“Aku memintanya untuk menceraikanku”lanjut Mae-ri.
“Biarkan saja, aku tidak mau mendengar apapun hari ini”ucap Mu Gyul.
“Seharusnya tidak seperti ini, hari ini adalah ulang tahunmu, aku sudah mempersiapkan semuanya untukmu, ayo cepat tiup lilinnya”ucap Mae-ri berusaha terdengar riang dan terus memegang jaket Mu Gyul.
“CUKUP”teriak Mu Gyul dan berbalik menghadap Mae-ri.
“Setelah bertemu denganmu, perlahan-lahan aku merasa diriku sudah mulai berubah termasuk gaya bermusikku, sebaiknya kau jujur saja, bagimu Jung In itu seperti apa?apa kau menyukainya?”seru Mu Gyul.
“Tidak, kau juga sangat tahu kalau aku hanya menyukaimu”jawab Mae-ri.
“Aku tidak tahu, aku merasa seperti tidak mengenalmu lagi, pulanglah”ucap Mu Gyul .
“Mu Gyul ah”panggil Mae-ri.
“Aku mohon pulanglah, aku ingin sendiri”ucap Mu Gyul. Mu Gyul dan Mae-ri sama-sama terdiam.
Mae-ri berjalan peralahan-lahan dan terus berbalik ke belakang berharap kalau Mu Gyul akan mengejarnya dan memintanya masuk ke dalam rumah kembali. Mae-ri mulai menangis dan kembali berjalan.
Sementara itu Mu Gyul terduduk di kursi dan menatap kue ulang tahun yang sudah disiapkan Mae-ri untuknya.
Ibu Mu Gyul sedang sibuk mengepel lantai. Ayah Mae-ri marah karena Ibu Mu Gyul tidak hati-hati dalam mengepel lantai.
“Hei, bisa pelan sedikit tidak nanti lantainya rusak”teriak ayah Mae-ri.
“Ini tidak apa-apa, kau sedang membuat apa?”tanya Ibu Mu Gyul penasaran.
“Jika tahu akan seperti ini, aku akan melakukan pendekatan kepada orang-orang, aku bingung ingin mengundang siapa di acara pernikahan Mae-ri nanti”ucap ayah Mae-ri.
Ibu Mu Gyul terkejut mendengar ucapan ayah Mae-ri, dan berhenti mengepel lalu melihat undangan pernikahan Mae-ri.
“Hah, Mae-ri akan menikah?kenapa dia bisa melakukan hal ini, harusnya dari awal dia melepaskan Mu Gyul”ucap Ibu Mu Gyul.
“Apa maksudmu, bukankah Mu Gyul yang tidak ingin melepaskan Mae-ri”ucap ayah Mae-ri.
“Baikalah, lebih baik kalau Mu Gyul tidak bersama dengan Mae-ri dengan begini dia bisa menjadi lebih terkenal”ucap Ibu Mu Gyul cuek.
“Apa maksudmu, jadi kau pikir Mae-ri membawa hal yang buruk untuk Mu Gyul”ucap ayah Mae-ri.
Ibu Mu Gyul berdiri dan pergi dengan membawa undangan di tangannya.
“Hei, kau mau kemana, kau belum selesai mengepel lantai”teriak ayah Mae-ri.
Mu Gyul mendengar pintu dibuka dan mengira Mae-ri yang datang .
“Mu Gyul ah”panggil ibunya.
“Aku benar-benar kecewa dengan Mae-ri, walaupun aku memintanya untuk meninggalkanmu, tetapi ini terlalu cepat”protes ibu Mu Gyul.
“Jangan berkata seperti itu, Mae-ri bukan gadis seperti itu”ucap Mu Gyul berusaha membela Mae-ri .
Ibu Mu Gyul mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan memperlihatkannya kepada Mu Gyul.
“Lihat ini”ucap Ibu Mu Gyul.
Mu Gyul mengambil undangan pernikahan Mae-i dari ibunya dan melihat nama Mae-ri dan Jung In tertera di dalamnya, Mu-gyul terdiam.
“Ini mustahil, dia tidak akan melakukannya, dari mana kau mendapatkan undangan itu?” ucap Mu Gyul dan melemparkan undangannya ke lantai.
“Dari ayah Mae-ri sendiri”jawab Ibu Mu Gyul.
“Kau tidak perlu tinggal lagi di rumah ayah Mae-ri karena aku sudah mendapatkan cincinnya dan mengembalikannya”ucap Mu Gyul.
Ibu Mu Gyul sangat senang dan menelepon ayah Mae-ri dan mengabarkan kalau tidak akan kembali lagi ke rumahnya karena Mu Gyul sudah mengembalikan cincin yang digadaikannya. Ibu Mu Gyul juga mengatakan kalau ayah Mae-ri sangat jahat karena sudah menjual putrinya kepada keluarga kaya dan yang tidak saling mencintai. Ayah Mae-ri tidak terima dengan ucapan Ibu Mu Gyul dan marah-marah sendirian begitu ibu Mu Gyul menutup telepon.
Ayah Mae-ri berhenti mengomel sendiri begitu melihat Mae-ri datang.
“Apa yang kau lakukan disini, ini kan sudah malam?”.
“Aku ingin bertemu dengan ayah”jawab Mae-ri dengan mata berkaca-kaca.
“Apa kau bertengkar dengan Jung In, malam natal seperti ini harusnya kau bersama menantuku”ucap ayah Mae- ri.
“Ayah, dia bukan menantumu lagi, aku sudah memintanya menceraikan aku”jawab Mae-ri.
“Apa maksudmu, kenapa kau mengatakan seperti itu. Sebentar lagi kau akan menjadi istrinya dan akan dipanggil nyonya besar, ayo cepat kembali ke sana dan minta maaflah padanya”ucap ayah Mae-ri.
“Aku tidak bisa kembali ke sana lagi ayah, sebentar lagi kami akan bercerai”ucap Mae-ri.
“Apa ini karena laki-laki yang bernama Kang Mu Gyul, aku akan berbicara dengannya sekarang juga”teriak ayah Mae-ri.
“Ayah, hari ini aku sangat lelah dan ini tidak ada hubungannya dengan Mu Gyul, aku mohon jangan melakukannya”pinta Mae-ri.
“Kamu juga bertengkar dengannya?”tanya ayah Mae-ri.
“Hari ini aku benar-benar sangat lelah ayah, aku tidak ingin membicarakan masalah ini, aku ke kamar dulu”jawab Mae-ri sedih dan pergi ke kamarnya.
Di dalam kamar, Mae-ri mulai menangis begitupun dengan Jung In yang duduk termenung di tempat tidur.
Jung In melihat data dari drama Wonderful day. Dia sangat senang karena drama wonderful day terus mengalami peningkatan. Anak buahnya membenarkan hal tersebut dan mengatakan kalau Mu Gyul yang sudah membuat drama ini semakin baik. Jung In mempunyai ide membawa semua kru liburan. Anak buahnya sangat setuju apalagi pihak sponsor sudah lama ingin menawarkan liburan. Jung In menyuruh anak buahnya untuk mengaturnya dan memastikan semua ikut dalam liburan kali ini termasuk Mae-ri.
Mu Gyul masuk tiba-tiba ke ruangan Jung In. “Kau sudah merencanakan semua ini dengan baik dari awal kan?”tanya Mu Gyul.
Jung In terdiam, “Aku ingin meneleponmu tadi” ucap Jun In.
“Apa dengan kau membuatkan undangan dan pakaian pengantin untuk Mae-ri, kau pikir bisa menikah dengannya”ucap Mu Gyul.
“Ini semua rencana ayah, aku tidak tahu apa-apa”jawab Jung In dan tidak melihat ke arah Mu Gyul.
“Huh, pengecut. Apa kau mencintai Mae-ri?”tanya Mu Gyul.
“Aku tidak bisa menyangkal hal itu, jangan salah paham pada Mae-ri karena masalah kemarin. Aku yang memintanya datang untuk menemuiku”jawab Jun In.
“Ini”ucap Jun In lalu menyerahkan map berisi jadwal kegiatan pada Mu Gyul.
“Semua sudah selesai, aku tidak ingin melanjutkannya lagi”ucap Mu-gyul dan pergi.
Ayah Mae-ri sedang asyik membaca koran. Mae-ri keluar dari kamar.
“Kau mau kemana?”tanya ayah Mae-ri.
“Hanya jalan-jalan”jawab Mae-ri.
“Di luar sangat dingin, sebaiknya kau membereskan barang-barangmu dan kembali ke rumah Jung In”ucap ayah Mae-ri.
“Ayah, apa kau sangat ingin aku menikah dengan Jung In?”tanya Mae-ri dan melihat ke arah ayahnya.
“Tentu saja, aku ingin melihatmu bahagia dan hal ini membuatku sangat senang. Mae-ri ayah harap kau memikirkannya lagi, cinta dan kenyataan adalah hal yang berbeda”ucap ayah Mae-ri dan menggenggam tangan Mae-ri.
Mae-ri terdiam,“Ayah, aku pergi dulu”ucapnya.
“Mae-ri harap pikir baik-baik”teriak ayahnya namun Mae-ri terus berjalan dan tidak merespon perkataan ayahnya.
Mae-ri memutuskan ke toko buku untuk menghilangkan kesedihannya. Jung In yang kebetulan berada di tempat yang sama melihat Mae-ri dan ikut duduk di sampingnya. Mae-ri menatap Jung In begitupun dengan Jung In. Mereka sama-sama terdiam dan kembali melanjutkan membaca buku.
Hp Jung In berbunyi dan seseorang mengabarkan kepadanya bahwa Kang Mu Gyul menghilang. Mae-ri yang sedang asyik membaca terkejut dan menoleh ke arah Jung In. Jung In melakukan hal yang sama begitu selesai menutup telepon. Jung In berpamitan pada Mae-ri dan mulai mencari Mu Gyul.
Mu Gyul terus memainkan gitarnya dan tidak berhenti walaupun teman-temannya menegurnya dan menyuruhnya mengangkat teleponnya yang terus berbunyi.
Jung In datang dan mencabut kabel yang menghubungkan gitar Mu Gyul dengan speaker. Mu Gyul menaruh gitarnya dan berjalan pergi.
“Aku heran denganmu, kau sama sekali tidak bertanggung jawab. Kau sudah melanggar perjanjian yang sudah kita buat, apa kau ingin menghancurkan karirmu?”ucap Jung In dan hal itu menghentikan langkah Mu Gyul.
Mu Gyul berbalik dan menatap tajam ke arah Jung In.
“Aku tidak ingin bekerjasama denganmu lagi, lagipula kau juga sudah melanggar perjanjian kita”seru Mu Gyul.
“Jadilah pria sejati, apa orang seperti ini yang dicintai Mae-ri, berarti aku masih memiliki kesempatan sekarang”ucap Jung In.
“Aku tidak akan memberikan Mae-ri pada orang sepertimu”seru Mu Gyul.
“Jika kau ingin aku menyerah bersikaplah lebih baik lagi”tambah Jung In dan pergi meninggalkan Mu Gyul.
Teman-teman Mu Gyul, So Ra dan Ji Hye berkumpul bersama dan mulai membicarakan masalah yang sedang dihadapi Mae-ri dan Mu Gyul dan solusi untuk menyelesaikan masalahnya.
Yo Han, teman Mu Gyul mempunyai ide dan menyampaikan kepada semuanya.
Teman Mu Gyul menelepon Mu Gyul dan mengabarkan jika ada salah satu anggota band yang akan keluar.
Ji Hye melakukan hal yang sama juga, dia menelepon Mae-ri dan mengabarkan kalau So Ra saat ini sedang bersedih karena baru saja diputuskan oleh pacarnya.
Mu Gyul memutuskan menemui temannya dan Mae-ri juga melakukan hal yang sama karena tidak tega melihat So Ra bersedih dan dia harus menghiburnya.
Mu Gyul datang ke tempat yang dimaksud temannya. Mu Gyul melihat di atas meja terdapat seikat bunga mawar merah yang dikelilingi lilin yang dibuat berbentuk hati.
Mu Gyul menatap kesal dan merasa dibohongi oleh teman-temannya. Mu Gyul bergegas pergi dan di depan pintu dia berpapasan dengan Mae-ri yang baru saja datang.
“Mu-gyul ah…. Maaf aku belum sempat menghubungimu, dari mana saja kau?”tanya Mae-ri.
“Bukan urusanmu”jawab Mu Gyul ketus.
“Kenapa denganmu, apa kau akan terus seperti ini?aku tidak bisa tenang dan menganggap tidak terjadi apa-apa”ucap Mae-ri.
“Memang ada apa denganku?”jawab Mu Gyul lalu pergi.
Teman Mae-ri dan Mu Gyul yang sedari tadi bersembunyi keluar dan memanggil-manggil Mu Gyul. Mu Gyul tidak mengindahkan panggilan teman-temannya dan terus saja berjalan.
“Mae-ri kau baik-baik saja?”tanya So Ra khawatir.
“Aku tidak apa-apa”jawab Mae-ri berusaha terlihat ceria.
“Mae-ri maafkan kami, kami tidak menyangka kalau akan terjadi seperti ini, kami hanya ingin membantumu dan Mu Gyul”ucap salah satu teman Mu-gyul.
“Tidak apa-apa, aku sebaiknya pergi dulu jawab Mae-ri.
“Mae-ri ah, jangan pergil”panggil So-ra.
Mu Gyul sangat kesal dengan ulah teman-temannya. Saking kesalnya Mu Gyul menendang tempat sampah dan melihat cream wajah yang sudah dibelikan Mae-ri untuknya . Hp Mu Gyul berbunyi dan tertera nama Seo Joon.
Ayah Mae-ri melihat hanbok yang akan dikenakan Mae-ri.
“Aku pulang”ucap Mae-ri.
“oh, Mae-ri kau sudah pulang, ayo sini. Coba liat ini, kau harus memakainya, sejak zaman dahulu orang-orang harus memakai hanbok untuk pergi ke rumah suami mereka” ucap ayah Mae-ri senang.
“Ayah, kenapa kau harus menghabiskan uangmu membeli barang ini”tanya Mae-ri.
“Aku tidak menghabiskan uangku, lagipula Tuan Jung yang membelikannya untukmu”jawab ayah Mae-ri.
“Aku ke kamar dulu”ucap Mae-ri dan meninggalkan ayahnya sendiri.
“Anak yang dulunya ceria sekarang tidak bersemangat”gumam ayah Mae-ri.
Seo Joon mengajak Mu Gyul bertemu di bar.
“Aku melakukan hal ini semua karena kau”ucap Seo Joon.
“Kenapa aku, aku tidak pernah memintamu melakukannya”jawab Mu Gyul .
“Aku tidak hanya melakukannya untukmu tetapi juga demi rasa setiaku pada Jung In” ucap Seo Joon.
“Setia?”ucap Mu Gyul dan tertawa dipaksakan.
“Mengapa kau berubah seperti ini?apa kalian berkelahi?kau seharusnya berterima kasih pada orang yang telah membantumu berdebut”ucap Seo Joon.
“Siapa sebenarnya yang membantu , aku atau dia?”ucap Mu Gyul menatap tajam ke arah Seo Joon.
“Kau ini benar-benar menyedihkan Mu Gyul, datanglah besok ke acara yang diadakan kantor”ucap Seo Joon.
Mae-ri bersiap-siap. Ayah datang dan duduk disampingnya. Ayah Mae-ri bertanya kemana dia akan pergi sepagi ini. Mae-ri menjelaskan kalau kantor mengadakan liburan dan hal itu membuat ayah Mae-ri sangat senang dan mengatakan kalau itu seperti bulan madu untuknya dan Jung In.
Sementara itu Tuan Jung sedang mencoba baju yang akan dikenakan pada pernikahan Jung In dan Mae-ri . Tuan Jung terlihat sangat senang dan mengatakan kepada pengurus rumah untuk memastikan semua undangan sudah terkirim.
Mae-ri sampai di kantor dan melihat semuanya sudah bersiap-siap. Mae-ri menyapa Jung In dan beberapa karyawan Jung In.
“Selamat pagi”sapa Mae-ri .
“Selamat pagi Mae-ri, ah tidak seharusnya kami memanggilmu nyonya Jung sekarang” ucap karyawan Jung In senang.
“Apa maksudmu?”tanya Mae-ri heran.
“Kami sudah menerima undangan pernikahan kalian, kami pikir selama ini kau berpacaran dengan Mu Gyul, kalian tega menyembunyikan semua ini dari kami”jawab karyawan Jung In yang satunya .
“Jung In…”ucap Mae-ri berusaha mencari tahu apa maksud karyawannya.
“Lebih baik kita berangkat sekarang”ucap Jung In berusaha mengalihkan pembicaraan. “Aku sebaiknya tidak pergi”ucap Mae-ri.
So Ra dan Ji Hye datang dan mengagetkan Mae-ri . So- Ra dan Ji Hye mengucapkan terima kasih karena sudah mengundang mereka. Mae-ri yang semula berencana pulang akhirnya ikut juga karena bujukan teman-temannya. Jung In sangat senang.
Jung In dan Mae-ri duduk terpisah. Jung In terus menatap Mae-ri yang melihat keluar jendela. Karyawan Jung In melihat hal tersebut dan menyuruh Jung In duduk bersama dengan Mae-ri.
Jun In duduk di samping Mae-ri dan karyawan Jun In mulai mengambil gambar mereka berdua.
Jung In tertidur begitupun dengan yang lainnya kecuali Mae-ri yang terus menatap keluar jendela. Jung In bersandar di bahu Mae-ri, Mae-ri kaget dan berusaha menegakkan kepala Jung In. Berulang kali Jung In bersandar di bahu Mae-ri dan berulang kali juga Mae-ri menegakkan kepala Jung In. Akhirnya Mae-ri membiarkan Jung In bersandar di pundaknya.
Mu Gyul sama sekali tidak berminat ke acara liburan dan lebih memilih menghabiskan waktunya menonton penampilannya di tv.
Seo Joon menelepon dan bertanya kenapa Mu Gyul tidak pergi. Seo Joon juga memperdengarkan suara teman-temannya yang berteriak mengajaknya ikut liburan. Mu Gyul tetap tidak ingin pergi padahal Seo Joon sudah memanas-manasinya.
“Kau tidak akan pernah tahu apa yang terjadi kalau perempuan dan lelaki bersama, sudahlah, kalau kau memang ingin tinggal di rumah”.
Seo Joon dan teman-teman band Mu Gyul pun, pergi berlibur sendiri menggunakan mobil Seo Joon.
Jung In dan semua kru telah sampai di lokasi tujuan begitupun dengan Seo Joon dan teman-teman Mu Gyul yang berangkat menggunakan mobil pribadi. Mereka mulai sibuk memanggang barbeque .
“Terima kasih selama ini sudah bekerja keras, aku harap kalian semua menikmati liburan kali ini, ayo bersulang”ucap Jung In.
Mae-ri hanya diam dan perlahan-lahan mulai menjauh pergi. Seo Joon yang melihatnya mengikutinya dan mengajaknya berbicara.
“Mae-ri, aku dengar sebentar lagi kau akan menikah dengan Jung In. Aku pikir selama ini kau mencintai Mu Gyul”ucap Seo Joon.
“Itu tidak benar, aku tidak akan menikah dengan Jung In”jawab Mae-ri santai.
“Sekarang kau sudah menyakiti Mu Gyul dengan semua yang kau lakukan. Kau dan Jung In mempunyai dunia yang berbeda dengan Mu Gyul. Sejak kau bertemu dengannya hidup Mu Gyul selalu berantakan, tidak perduli kau mengatakan kau mencintainya. Bukankah sekarang waktu yang tepat untuk menyudahi hubunganmu dan Mu Gyul. Siapa sebenarnya yang kau cintai?karena dari sudut pandangku kau sama sekali tidak mencintai Jung In ataupun Mu Gyul, semuanya hanya demi perjanjian 100 hari”ucap Seo Joon dan pergi.
Mae-ri merasa perkataan Seo Joon ada benarnya. Selama ini dia memang selalu menyakiti Mu Gyul. Mae-ri berjalan perlahan-lahan ke gunung dan diam-diam Jung In mengikutinya.
Mae-ri mengingat semua kenangan yang sudah dilaluinya bersama Mu Gyul, perlahan-lahan air matanya mulai menetes.
Mu Gyul melakukan hal yang sama dan mulai memandangi hadiah berbentuk kucing yang akan diberikannya kepada Mae-ri.
Mae-ri sampai di puncak gunung dan mulai berteriak.
“Mu-gyul maafkan aku selama ini sudah membuatmu menderita. Pernikahan pura-pura dan tinggal seatap semua itu adalah kesalahanku. Aku terlalu egois. Aku benar-benar minta maaf Mu Gyul” (jadi ingat cerita My Sassy Girl waktu gadis berteriak meminta maaf kepada Gyeon-woo). Tanpa Mae-ri sadari Jun In mendengar semua itu.
Jung In perlahan-lahan mendekati Mae-ri yang terduduk lemas.
“Ayo kita kembali dan segera menyelesikan masalah ini”ajak Jung In.
Mu Gyul mencoba memejamkan mata, namun tiba-tiba Hpnya berbunyi dan Seo Joon mengabarkan kalau Jung In dan Mae-ri hilang.
Mu Gyul kaget dan bergegas pergi dengan menggunakan taxi.
“Mae-ri ah”teriak teman Mu Gyul, Seo Joon dan teman Mae-ri. Tidak ada jawaban. “Sebaiknya kita kembali ke penginapan, di sini semakin dingin”ucap karyawan Jung In. “Terus apa yang harus kita lakukan, kita tidak bisa meninggalkan mereka sendirian”ucap Seo Joon.
“Kita sudah menelepon 119, ayo kita kembali, kalau kita terus mencari justru kita yang akan mati kedinginan di sini”jawab karyawan Jung In. Seo Joon akhirnya mengalah dan memutuskan kembali ke penginapan.
Sementara itu Jung In dan Mae-ri terus berjalan mencoba mencari jalan keluar. Mae-ri tidak henti-hentinya meminta maaf karena dirinya sekarang mereka tersesat. Kaki Mae-ri tidak sengaja tersandung kayu dan Jung In dengan sigapnya melindungi Mae-ri.
“Jung In, apa yang harus kulakukan?tolong…. tolong kami”teriak Mae-ri melihat kepala Jung In berdarah terbentur batu.
Seo Joon khawatir pada Mae-ri dan Jung In. Mu Gyul datang dan menanyakan Mae-ri pada Seo Joon. Seo Joon menggeleng dan hal itu membuat Mu-Gyul semakin khawatir.
Mu-Gyul merebut paksa senter di tangan Seo Joon dan berniat mencari Mae-ri sendirian
“Mu-gyul kau mau kemana?”tanya Seo Joon memegang jaket Mu Gyul dan berusaha menahannya.
“Aku harus pergi mencari Mae-ri”ucap Mu Gyul dan berlari ke dalam hutan.
Mu Gyul terus berteriak memanggil nama Mae-ri.
Mu Gyul terdiam melihat Mae-ri memeluk Jung In.”Mu Gyul ah”ucap Mae-ri namun Mu Gyul tetap terdiam. Mu Gyul lagi-lagi salah paham, padahal maksud Mae-ri memeluk Jung In agar Jung In tidak kedinginan.
Jung In dibawa ke rumah sakit dan Mae-ri dengan setia menjaga Jung In dan tidak berniat sedikitpun untuk meninggalkannya. Ayah Mae-ri menelepon menanyakan kabar Jung In dan apa Mae-ri sudah makan. Mae-ri mencoba menenangkan ayahnya kalau dia baik-baik saja dan menutup teleponnya.
“Oh, bagaimana ini. Apa anakku akan menjadi janda sebelum dia menikah”gumam ayah Mae-ri.
Mae-ri keluar dari kamar Jung In dan tidak menyadari kehadiran Mu Gyul yang daritadi berdiri di depan kamar. Mu Gyul memandangi Mae-ri yang mulai menjauh.
Teman-teman Mu Gyul dan Mae-ri berkumpul bersama. Mereka mulai khawatir dengan hubungan Mae-ri dan Mu Gyul yang semakin memburuk. Ditambah dengan Mae-ri yang selalu menunggui Jung In karena merasa bersalah dengannya.
Mu Gyul kembali ke rumah dan disambut oleh senyum hangat ibunya yang membuatkannya sup pasta kacang. Mu Gyul terpaksa memakannya karena tidak tega mengecewakan ibunya yang sudah susah payah membuatkannya meskipun rasanya tidak enak. Ibu Mu Gyul mencicipi hasil masakannya dan meminta maaf karena masakan buatannya tidak enak, karena dia jarang memasak.
Mu Gyul kembali mengingat Mae-ri yang juga selalu memasakkan sup pasta kacang kesukaannya.
Ibu Mu Gyul heran karena rasa masakannya tidak enak tetapi Mu Gyul terus saja memakannya.
“Apa kau benar-benar mencintai Mae-ri, dulu kau pernah bilang bahwa aku boleh berpacaran tapi jangan terlalu berharap. Aku berharap kau cepat mencari wanita lain dan tunjukkan kepada Mae-ri kalau kau bisa hidup walaupun tanpa dirinya”ucap Ibu Mu Gyul. Mu Gyul hanya terdiam dan tetap melanjutkan makannya.
Mu Gyul datang ke kantor dan melihat Lee Ahn dan managernya yang sedang berdebat masalah drama Wonderful day yang akan mengalami penurunan rating, apalagi Jung In sekarang sedang koma di rumah sakit. Mu Gyul memandangi surat pengunduran dirinya dan berjalan ke kantor Jung In.
Seo Joon sedang sibuk menelepon saat Mu Gyul datang. Seo Joon menutup teleponnya dan mempersilahkan Mu Gyul duduk.
Seo Joon terkejut karena Mu Gyul menyerahkan surat pengunduran dirinya.
“Kang Mu Gyul”ucap Seo Joon.
“Aku tidak bisa melanjutkan ini semua, aku sudah lelah”ucap Mu Gyul.
“Dasar bodoh, hal ini juga yang kau lakukan saat melihat seorang pria di depan rumahku. Kau tidak berusaha mencari penjelasan dari kesalahpahaman kita, padahal aku selalu menunggumu untuk membicarakannya. Walaupun hubungan kita sudah berakhir, aku tidak ingin kau juga seperti ini dengan Mae-ri. Aku benar-benar kasihan melihatmu selalu lari dari masalah dan tidak pernah berusaha untuk menyelesaikan, Kau orang yang menyedihkan”ucap Seo Joon.
Mu Gyul berdiri dan tidak memperdulikan ucapan Seo Joon.
“Kang Mu Gyul, kau mengerti dengan maksud pembicaraanku kan?”tanya Seo Joon yang membuat langkah Mu Gyul terhenti. Mu Gyul terdiam dan berlalu pergi meninggalkan Seo Joon sendirian.
Mae-ri masih menunggu Jung In. Mae-ri kembali mengingat perkataan dokter.
”Tidak ada luka serius, itulah yang membuat kami heran mengapa Tuan Jung belum sadar juga. Anda sebaiknya bersabar menunggu hingga dia sadar”.
Ayah Jung In datang dan duduk disamping Jung In.
“Kenapa Jung In belum sadar juga padahal ini sudah hari ke-3”gumam ayah Jung In. Ayah Jung-in khawatir dengan kondisi Mae-ri dan menyuruhnya pulang.
Mae-ri menolak dan berkata kalau dia akan tetap di sini dan menjaga Jung In. Ayah Jung In tetap memaksa Mae-ri, akhirnya Mae-ri luluh juga dan mengikuti perintah ayah Jung In.
Mae-ri pun pulang namun ia tidak melihat kalau Mu Gyul menunggunya.
“Mae-ri ah”panggil Mu Gyul. Mae-ri reflex berbalik mendengar namanya dipanggil oleh Mu Gyul.
Mae-ri dan Mu Gyul duduk di cafe.
“Aku belum berterima kasih, aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau kau tidak ada saat itu. Jung In sekarang sakit, bagaimana dengan Ost drama, apa yang harus aku lakukan?”ucap Mae-ri.
“Wi Mae-ri, kau tidak apa-apa kan?”panggil Mu Gyul.
“Apakah karena aku?”ucap Mae-ri.
“Mengapa kau berpikir kalau ini semua karenamu”ucap Mu Gyul.
“Jung In terluka karena aku, bagaimana aku bisa diam seolah-olah tidak terjadi apa-apa”ucap Mae-ri sedih.
“Tidak ada yang akan menyalahkanmu”ucap Mu Gyul berusaha menenangkan Mae-ri. “Jika aku tidak melakukan ini maka kau tidak akan meninggalkan Jung In, maaf karena selama ini sudah bersikap dingin terhadapmu, saat aku mendengar kau dalam bahaya, aku merasa sudah saatnya aku bertindak, kau harus mendengar apa yang ingin aku katakan, buatlah keputusan sekarang juga”tambah Mu-gyul.
“Mu Gyul aku mohon untuk bersabar sampai Jung In sadar. Aku mohon”pinta Mae-ri. “Jika kau tidak bisa menjawab sekarang, hasilnya juga akan tetap sama. Sekarang kau pilih aku atau Jung In?”tanya Mu Gyul.
Mae-ri terdiam dan bingung dengan pilihannya, disatu sisi dia sangat mencintai Mu Gyul dan disisi lain dia merasa bersalah dengan Jung In dan ingin tetap disampingnya sampai Jung In sadar. Mu-gyul menatap Mae-ri dan berusaha mencari jawaban dengan diamnya Mae-ri. Mu Gyul sadar kalau Mae-ri lebih memilih Jung In daripada dirinya. Mu Gyul memutuskan pergi dan meninggalkan Mae-ri seorang diri.
Mae-ri mengejar Mu Gyul dan berusaha menjelaskan semua yang dilihat Mu Gyul tadi antara dirinya dan Jung In.
“Aku mohon jangan salah paham seperti ini, aku menunggumu seharian di rumah. Aku menemuinya karena ingin menjelaskan sesuatu”ucap Mae-ri berusaha meyakinkan Mu Gyul.
”Lantas kenapa kalian berpelukan?”tanya Mu Gyul dan menatap tajam ke arah Mae-ri. “Tolong, jangan berkata seperti itu”pinta Mae-ri.
“Jadi, aku yang salah lihat”ucap Mu Gyul dan berjalan meninggalkan Mae-ri.
“Kang Mu Gyul”panggil Mae-ri, namun Mu Gyul sama sekali tidak menoleh sedikit pun.
Mu Gyul kembali mengingat kejadian yang menyakitkan baginya dan tidak menyangka jika Mae-ri tega mengkhianatinya.
Sementara itu Mae-ri kembali ke rumah Mu Gyul dan berharap bisa bertemu dengan Mu Gyul. Mae-ri berdiri mematung dan melihat ke sekeliling mencari sosok Mu Gyul. Mae-ri duduk dan menghela nafas.
Hp-nya berbunyi dan yang menelepon adalah teman Mu Gyul dan temannya, So Ra dan Ji Hye yang mengajaknya merayakan malam natal bersama-sama. Mae-ri menolak dan mengatakan kalau dia akan menunggu Mu Gyul pulang.
Begitu Mae-ri menutup telepon, teman Mu Gyul dan Mae-ri mulai mengobrol. Mereka heran karena suara Mae-ri terdengar aneh dan seperti ada masalah.
Mu Gyul bersandar di jendela Bus. Tatapannya kosong dan terus memikirkan kejadian tadi. Penumpang Bus lainnya saling berbisik-bisik dan diam-diam mulai memotret Mu Gyul.
Mae-ri terus menunggu Mu Gyul. Ingatannya kembali ke masa saat dirinya dan Mu Gyul bersama. Perlahan-lahan air matanya mulai menetes.
“Mu Gyul ah”ucap Mae-ri melihat Mu Gyul datang. Mu Gyul hanya terdiam dan tidak memperdulikan Mae-ri.
“Mu Gyul, kamu dari mana saja?Diluar sangat dingin. Mohon jangan salah paham, aku menemui Jung In untuk menjelaskan sesuatu kepadanya”ucap Mae-ri lalu terdiam.
“Aku memintanya untuk menceraikanku”lanjut Mae-ri.
“Biarkan saja, aku tidak mau mendengar apapun hari ini”ucap Mu Gyul.
“Seharusnya tidak seperti ini, hari ini adalah ulang tahunmu, aku sudah mempersiapkan semuanya untukmu, ayo cepat tiup lilinnya”ucap Mae-ri berusaha terdengar riang dan terus memegang jaket Mu Gyul.
“CUKUP”teriak Mu Gyul dan berbalik menghadap Mae-ri.
“Setelah bertemu denganmu, perlahan-lahan aku merasa diriku sudah mulai berubah termasuk gaya bermusikku, sebaiknya kau jujur saja, bagimu Jung In itu seperti apa?apa kau menyukainya?”seru Mu Gyul.
“Tidak, kau juga sangat tahu kalau aku hanya menyukaimu”jawab Mae-ri.
“Aku tidak tahu, aku merasa seperti tidak mengenalmu lagi, pulanglah”ucap Mu Gyul .
“Mu Gyul ah”panggil Mae-ri.
“Aku mohon pulanglah, aku ingin sendiri”ucap Mu Gyul. Mu Gyul dan Mae-ri sama-sama terdiam.
Mae-ri berjalan peralahan-lahan dan terus berbalik ke belakang berharap kalau Mu Gyul akan mengejarnya dan memintanya masuk ke dalam rumah kembali. Mae-ri mulai menangis dan kembali berjalan.
Sementara itu Mu Gyul terduduk di kursi dan menatap kue ulang tahun yang sudah disiapkan Mae-ri untuknya.
Ibu Mu Gyul sedang sibuk mengepel lantai. Ayah Mae-ri marah karena Ibu Mu Gyul tidak hati-hati dalam mengepel lantai.
“Hei, bisa pelan sedikit tidak nanti lantainya rusak”teriak ayah Mae-ri.
“Ini tidak apa-apa, kau sedang membuat apa?”tanya Ibu Mu Gyul penasaran.
“Jika tahu akan seperti ini, aku akan melakukan pendekatan kepada orang-orang, aku bingung ingin mengundang siapa di acara pernikahan Mae-ri nanti”ucap ayah Mae-ri.
Ibu Mu Gyul terkejut mendengar ucapan ayah Mae-ri, dan berhenti mengepel lalu melihat undangan pernikahan Mae-ri.
“Hah, Mae-ri akan menikah?kenapa dia bisa melakukan hal ini, harusnya dari awal dia melepaskan Mu Gyul”ucap Ibu Mu Gyul.
“Apa maksudmu, bukankah Mu Gyul yang tidak ingin melepaskan Mae-ri”ucap ayah Mae-ri.
“Baikalah, lebih baik kalau Mu Gyul tidak bersama dengan Mae-ri dengan begini dia bisa menjadi lebih terkenal”ucap Ibu Mu Gyul cuek.
“Apa maksudmu, jadi kau pikir Mae-ri membawa hal yang buruk untuk Mu Gyul”ucap ayah Mae-ri.
Ibu Mu Gyul berdiri dan pergi dengan membawa undangan di tangannya.
“Hei, kau mau kemana, kau belum selesai mengepel lantai”teriak ayah Mae-ri.
Mu Gyul mendengar pintu dibuka dan mengira Mae-ri yang datang .
“Mu Gyul ah”panggil ibunya.
“Aku benar-benar kecewa dengan Mae-ri, walaupun aku memintanya untuk meninggalkanmu, tetapi ini terlalu cepat”protes ibu Mu Gyul.
“Jangan berkata seperti itu, Mae-ri bukan gadis seperti itu”ucap Mu Gyul berusaha membela Mae-ri .
Ibu Mu Gyul mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan memperlihatkannya kepada Mu Gyul.
“Lihat ini”ucap Ibu Mu Gyul.
Mu Gyul mengambil undangan pernikahan Mae-i dari ibunya dan melihat nama Mae-ri dan Jung In tertera di dalamnya, Mu-gyul terdiam.
“Ini mustahil, dia tidak akan melakukannya, dari mana kau mendapatkan undangan itu?” ucap Mu Gyul dan melemparkan undangannya ke lantai.
“Dari ayah Mae-ri sendiri”jawab Ibu Mu Gyul.
“Kau tidak perlu tinggal lagi di rumah ayah Mae-ri karena aku sudah mendapatkan cincinnya dan mengembalikannya”ucap Mu Gyul.
Ibu Mu Gyul sangat senang dan menelepon ayah Mae-ri dan mengabarkan kalau tidak akan kembali lagi ke rumahnya karena Mu Gyul sudah mengembalikan cincin yang digadaikannya. Ibu Mu Gyul juga mengatakan kalau ayah Mae-ri sangat jahat karena sudah menjual putrinya kepada keluarga kaya dan yang tidak saling mencintai. Ayah Mae-ri tidak terima dengan ucapan Ibu Mu Gyul dan marah-marah sendirian begitu ibu Mu Gyul menutup telepon.
Ayah Mae-ri berhenti mengomel sendiri begitu melihat Mae-ri datang.
“Apa yang kau lakukan disini, ini kan sudah malam?”.
“Aku ingin bertemu dengan ayah”jawab Mae-ri dengan mata berkaca-kaca.
“Apa kau bertengkar dengan Jung In, malam natal seperti ini harusnya kau bersama menantuku”ucap ayah Mae- ri.
“Ayah, dia bukan menantumu lagi, aku sudah memintanya menceraikan aku”jawab Mae-ri.
“Apa maksudmu, kenapa kau mengatakan seperti itu. Sebentar lagi kau akan menjadi istrinya dan akan dipanggil nyonya besar, ayo cepat kembali ke sana dan minta maaflah padanya”ucap ayah Mae-ri.
“Aku tidak bisa kembali ke sana lagi ayah, sebentar lagi kami akan bercerai”ucap Mae-ri.
“Apa ini karena laki-laki yang bernama Kang Mu Gyul, aku akan berbicara dengannya sekarang juga”teriak ayah Mae-ri.
“Ayah, hari ini aku sangat lelah dan ini tidak ada hubungannya dengan Mu Gyul, aku mohon jangan melakukannya”pinta Mae-ri.
“Kamu juga bertengkar dengannya?”tanya ayah Mae-ri.
“Hari ini aku benar-benar sangat lelah ayah, aku tidak ingin membicarakan masalah ini, aku ke kamar dulu”jawab Mae-ri sedih dan pergi ke kamarnya.
Di dalam kamar, Mae-ri mulai menangis begitupun dengan Jung In yang duduk termenung di tempat tidur.
Jung In melihat data dari drama Wonderful day. Dia sangat senang karena drama wonderful day terus mengalami peningkatan. Anak buahnya membenarkan hal tersebut dan mengatakan kalau Mu Gyul yang sudah membuat drama ini semakin baik. Jung In mempunyai ide membawa semua kru liburan. Anak buahnya sangat setuju apalagi pihak sponsor sudah lama ingin menawarkan liburan. Jung In menyuruh anak buahnya untuk mengaturnya dan memastikan semua ikut dalam liburan kali ini termasuk Mae-ri.
Mu Gyul masuk tiba-tiba ke ruangan Jung In. “Kau sudah merencanakan semua ini dengan baik dari awal kan?”tanya Mu Gyul.
Jung In terdiam, “Aku ingin meneleponmu tadi” ucap Jun In.
“Apa dengan kau membuatkan undangan dan pakaian pengantin untuk Mae-ri, kau pikir bisa menikah dengannya”ucap Mu Gyul.
“Ini semua rencana ayah, aku tidak tahu apa-apa”jawab Jung In dan tidak melihat ke arah Mu Gyul.
“Huh, pengecut. Apa kau mencintai Mae-ri?”tanya Mu Gyul.
“Aku tidak bisa menyangkal hal itu, jangan salah paham pada Mae-ri karena masalah kemarin. Aku yang memintanya datang untuk menemuiku”jawab Jun In.
“Ini”ucap Jun In lalu menyerahkan map berisi jadwal kegiatan pada Mu Gyul.
“Semua sudah selesai, aku tidak ingin melanjutkannya lagi”ucap Mu-gyul dan pergi.
Ayah Mae-ri sedang asyik membaca koran. Mae-ri keluar dari kamar.
“Kau mau kemana?”tanya ayah Mae-ri.
“Hanya jalan-jalan”jawab Mae-ri.
“Di luar sangat dingin, sebaiknya kau membereskan barang-barangmu dan kembali ke rumah Jung In”ucap ayah Mae-ri.
“Ayah, apa kau sangat ingin aku menikah dengan Jung In?”tanya Mae-ri dan melihat ke arah ayahnya.
“Tentu saja, aku ingin melihatmu bahagia dan hal ini membuatku sangat senang. Mae-ri ayah harap kau memikirkannya lagi, cinta dan kenyataan adalah hal yang berbeda”ucap ayah Mae-ri dan menggenggam tangan Mae-ri.
Mae-ri terdiam,“Ayah, aku pergi dulu”ucapnya.
“Mae-ri harap pikir baik-baik”teriak ayahnya namun Mae-ri terus berjalan dan tidak merespon perkataan ayahnya.
Mae-ri memutuskan ke toko buku untuk menghilangkan kesedihannya. Jung In yang kebetulan berada di tempat yang sama melihat Mae-ri dan ikut duduk di sampingnya. Mae-ri menatap Jung In begitupun dengan Jung In. Mereka sama-sama terdiam dan kembali melanjutkan membaca buku.
Hp Jung In berbunyi dan seseorang mengabarkan kepadanya bahwa Kang Mu Gyul menghilang. Mae-ri yang sedang asyik membaca terkejut dan menoleh ke arah Jung In. Jung In melakukan hal yang sama begitu selesai menutup telepon. Jung In berpamitan pada Mae-ri dan mulai mencari Mu Gyul.
Mu Gyul terus memainkan gitarnya dan tidak berhenti walaupun teman-temannya menegurnya dan menyuruhnya mengangkat teleponnya yang terus berbunyi.
Jung In datang dan mencabut kabel yang menghubungkan gitar Mu Gyul dengan speaker. Mu Gyul menaruh gitarnya dan berjalan pergi.
“Aku heran denganmu, kau sama sekali tidak bertanggung jawab. Kau sudah melanggar perjanjian yang sudah kita buat, apa kau ingin menghancurkan karirmu?”ucap Jung In dan hal itu menghentikan langkah Mu Gyul.
Mu Gyul berbalik dan menatap tajam ke arah Jung In.
“Aku tidak ingin bekerjasama denganmu lagi, lagipula kau juga sudah melanggar perjanjian kita”seru Mu Gyul.
“Jadilah pria sejati, apa orang seperti ini yang dicintai Mae-ri, berarti aku masih memiliki kesempatan sekarang”ucap Jung In.
“Aku tidak akan memberikan Mae-ri pada orang sepertimu”seru Mu Gyul.
“Jika kau ingin aku menyerah bersikaplah lebih baik lagi”tambah Jung In dan pergi meninggalkan Mu Gyul.
Teman-teman Mu Gyul, So Ra dan Ji Hye berkumpul bersama dan mulai membicarakan masalah yang sedang dihadapi Mae-ri dan Mu Gyul dan solusi untuk menyelesaikan masalahnya.
Yo Han, teman Mu Gyul mempunyai ide dan menyampaikan kepada semuanya.
Teman Mu Gyul menelepon Mu Gyul dan mengabarkan jika ada salah satu anggota band yang akan keluar.
Ji Hye melakukan hal yang sama juga, dia menelepon Mae-ri dan mengabarkan kalau So Ra saat ini sedang bersedih karena baru saja diputuskan oleh pacarnya.
Mu Gyul memutuskan menemui temannya dan Mae-ri juga melakukan hal yang sama karena tidak tega melihat So Ra bersedih dan dia harus menghiburnya.
Mu Gyul datang ke tempat yang dimaksud temannya. Mu Gyul melihat di atas meja terdapat seikat bunga mawar merah yang dikelilingi lilin yang dibuat berbentuk hati.
Mu Gyul menatap kesal dan merasa dibohongi oleh teman-temannya. Mu Gyul bergegas pergi dan di depan pintu dia berpapasan dengan Mae-ri yang baru saja datang.
“Mu-gyul ah…. Maaf aku belum sempat menghubungimu, dari mana saja kau?”tanya Mae-ri.
“Bukan urusanmu”jawab Mu Gyul ketus.
“Kenapa denganmu, apa kau akan terus seperti ini?aku tidak bisa tenang dan menganggap tidak terjadi apa-apa”ucap Mae-ri.
“Memang ada apa denganku?”jawab Mu Gyul lalu pergi.
Teman Mae-ri dan Mu Gyul yang sedari tadi bersembunyi keluar dan memanggil-manggil Mu Gyul. Mu Gyul tidak mengindahkan panggilan teman-temannya dan terus saja berjalan.
“Mae-ri kau baik-baik saja?”tanya So Ra khawatir.
“Aku tidak apa-apa”jawab Mae-ri berusaha terlihat ceria.
“Mae-ri maafkan kami, kami tidak menyangka kalau akan terjadi seperti ini, kami hanya ingin membantumu dan Mu Gyul”ucap salah satu teman Mu-gyul.
“Tidak apa-apa, aku sebaiknya pergi dulu jawab Mae-ri.
“Mae-ri ah, jangan pergil”panggil So-ra.
Mu Gyul sangat kesal dengan ulah teman-temannya. Saking kesalnya Mu Gyul menendang tempat sampah dan melihat cream wajah yang sudah dibelikan Mae-ri untuknya . Hp Mu Gyul berbunyi dan tertera nama Seo Joon.
Ayah Mae-ri melihat hanbok yang akan dikenakan Mae-ri.
“Aku pulang”ucap Mae-ri.
“oh, Mae-ri kau sudah pulang, ayo sini. Coba liat ini, kau harus memakainya, sejak zaman dahulu orang-orang harus memakai hanbok untuk pergi ke rumah suami mereka” ucap ayah Mae-ri senang.
“Ayah, kenapa kau harus menghabiskan uangmu membeli barang ini”tanya Mae-ri.
“Aku tidak menghabiskan uangku, lagipula Tuan Jung yang membelikannya untukmu”jawab ayah Mae-ri.
“Aku ke kamar dulu”ucap Mae-ri dan meninggalkan ayahnya sendiri.
“Anak yang dulunya ceria sekarang tidak bersemangat”gumam ayah Mae-ri.
Seo Joon mengajak Mu Gyul bertemu di bar.
“Aku melakukan hal ini semua karena kau”ucap Seo Joon.
“Kenapa aku, aku tidak pernah memintamu melakukannya”jawab Mu Gyul .
“Aku tidak hanya melakukannya untukmu tetapi juga demi rasa setiaku pada Jung In” ucap Seo Joon.
“Setia?”ucap Mu Gyul dan tertawa dipaksakan.
“Mengapa kau berubah seperti ini?apa kalian berkelahi?kau seharusnya berterima kasih pada orang yang telah membantumu berdebut”ucap Seo Joon.
“Siapa sebenarnya yang membantu , aku atau dia?”ucap Mu Gyul menatap tajam ke arah Seo Joon.
“Kau ini benar-benar menyedihkan Mu Gyul, datanglah besok ke acara yang diadakan kantor”ucap Seo Joon.
Mae-ri bersiap-siap. Ayah datang dan duduk disampingnya. Ayah Mae-ri bertanya kemana dia akan pergi sepagi ini. Mae-ri menjelaskan kalau kantor mengadakan liburan dan hal itu membuat ayah Mae-ri sangat senang dan mengatakan kalau itu seperti bulan madu untuknya dan Jung In.
Sementara itu Tuan Jung sedang mencoba baju yang akan dikenakan pada pernikahan Jung In dan Mae-ri . Tuan Jung terlihat sangat senang dan mengatakan kepada pengurus rumah untuk memastikan semua undangan sudah terkirim.
Mae-ri sampai di kantor dan melihat semuanya sudah bersiap-siap. Mae-ri menyapa Jung In dan beberapa karyawan Jung In.
“Selamat pagi”sapa Mae-ri .
“Selamat pagi Mae-ri, ah tidak seharusnya kami memanggilmu nyonya Jung sekarang” ucap karyawan Jung In senang.
“Apa maksudmu?”tanya Mae-ri heran.
“Kami sudah menerima undangan pernikahan kalian, kami pikir selama ini kau berpacaran dengan Mu Gyul, kalian tega menyembunyikan semua ini dari kami”jawab karyawan Jung In yang satunya .
“Jung In…”ucap Mae-ri berusaha mencari tahu apa maksud karyawannya.
“Lebih baik kita berangkat sekarang”ucap Jung In berusaha mengalihkan pembicaraan. “Aku sebaiknya tidak pergi”ucap Mae-ri.
So Ra dan Ji Hye datang dan mengagetkan Mae-ri . So- Ra dan Ji Hye mengucapkan terima kasih karena sudah mengundang mereka. Mae-ri yang semula berencana pulang akhirnya ikut juga karena bujukan teman-temannya. Jung In sangat senang.
Jung In dan Mae-ri duduk terpisah. Jung In terus menatap Mae-ri yang melihat keluar jendela. Karyawan Jung In melihat hal tersebut dan menyuruh Jung In duduk bersama dengan Mae-ri.
Jun In duduk di samping Mae-ri dan karyawan Jun In mulai mengambil gambar mereka berdua.
Jung In tertidur begitupun dengan yang lainnya kecuali Mae-ri yang terus menatap keluar jendela. Jung In bersandar di bahu Mae-ri, Mae-ri kaget dan berusaha menegakkan kepala Jung In. Berulang kali Jung In bersandar di bahu Mae-ri dan berulang kali juga Mae-ri menegakkan kepala Jung In. Akhirnya Mae-ri membiarkan Jung In bersandar di pundaknya.
Mu Gyul sama sekali tidak berminat ke acara liburan dan lebih memilih menghabiskan waktunya menonton penampilannya di tv.
Seo Joon menelepon dan bertanya kenapa Mu Gyul tidak pergi. Seo Joon juga memperdengarkan suara teman-temannya yang berteriak mengajaknya ikut liburan. Mu Gyul tetap tidak ingin pergi padahal Seo Joon sudah memanas-manasinya.
“Kau tidak akan pernah tahu apa yang terjadi kalau perempuan dan lelaki bersama, sudahlah, kalau kau memang ingin tinggal di rumah”.
Seo Joon dan teman-teman band Mu Gyul pun, pergi berlibur sendiri menggunakan mobil Seo Joon.
Jung In dan semua kru telah sampai di lokasi tujuan begitupun dengan Seo Joon dan teman-teman Mu Gyul yang berangkat menggunakan mobil pribadi. Mereka mulai sibuk memanggang barbeque .
“Terima kasih selama ini sudah bekerja keras, aku harap kalian semua menikmati liburan kali ini, ayo bersulang”ucap Jung In.
Mae-ri hanya diam dan perlahan-lahan mulai menjauh pergi. Seo Joon yang melihatnya mengikutinya dan mengajaknya berbicara.
“Mae-ri, aku dengar sebentar lagi kau akan menikah dengan Jung In. Aku pikir selama ini kau mencintai Mu Gyul”ucap Seo Joon.
“Itu tidak benar, aku tidak akan menikah dengan Jung In”jawab Mae-ri santai.
“Sekarang kau sudah menyakiti Mu Gyul dengan semua yang kau lakukan. Kau dan Jung In mempunyai dunia yang berbeda dengan Mu Gyul. Sejak kau bertemu dengannya hidup Mu Gyul selalu berantakan, tidak perduli kau mengatakan kau mencintainya. Bukankah sekarang waktu yang tepat untuk menyudahi hubunganmu dan Mu Gyul. Siapa sebenarnya yang kau cintai?karena dari sudut pandangku kau sama sekali tidak mencintai Jung In ataupun Mu Gyul, semuanya hanya demi perjanjian 100 hari”ucap Seo Joon dan pergi.
Mae-ri merasa perkataan Seo Joon ada benarnya. Selama ini dia memang selalu menyakiti Mu Gyul. Mae-ri berjalan perlahan-lahan ke gunung dan diam-diam Jung In mengikutinya.
Mae-ri mengingat semua kenangan yang sudah dilaluinya bersama Mu Gyul, perlahan-lahan air matanya mulai menetes.
Mu Gyul melakukan hal yang sama dan mulai memandangi hadiah berbentuk kucing yang akan diberikannya kepada Mae-ri.
Mae-ri sampai di puncak gunung dan mulai berteriak.
“Mu-gyul maafkan aku selama ini sudah membuatmu menderita. Pernikahan pura-pura dan tinggal seatap semua itu adalah kesalahanku. Aku terlalu egois. Aku benar-benar minta maaf Mu Gyul” (jadi ingat cerita My Sassy Girl waktu gadis berteriak meminta maaf kepada Gyeon-woo). Tanpa Mae-ri sadari Jun In mendengar semua itu.
Jung In perlahan-lahan mendekati Mae-ri yang terduduk lemas.
“Ayo kita kembali dan segera menyelesikan masalah ini”ajak Jung In.
Mu Gyul mencoba memejamkan mata, namun tiba-tiba Hpnya berbunyi dan Seo Joon mengabarkan kalau Jung In dan Mae-ri hilang.
Mu Gyul kaget dan bergegas pergi dengan menggunakan taxi.
“Mae-ri ah”teriak teman Mu Gyul, Seo Joon dan teman Mae-ri. Tidak ada jawaban. “Sebaiknya kita kembali ke penginapan, di sini semakin dingin”ucap karyawan Jung In. “Terus apa yang harus kita lakukan, kita tidak bisa meninggalkan mereka sendirian”ucap Seo Joon.
“Kita sudah menelepon 119, ayo kita kembali, kalau kita terus mencari justru kita yang akan mati kedinginan di sini”jawab karyawan Jung In. Seo Joon akhirnya mengalah dan memutuskan kembali ke penginapan.
Sementara itu Jung In dan Mae-ri terus berjalan mencoba mencari jalan keluar. Mae-ri tidak henti-hentinya meminta maaf karena dirinya sekarang mereka tersesat. Kaki Mae-ri tidak sengaja tersandung kayu dan Jung In dengan sigapnya melindungi Mae-ri.
“Jung In, apa yang harus kulakukan?tolong…. tolong kami”teriak Mae-ri melihat kepala Jung In berdarah terbentur batu.
Seo Joon khawatir pada Mae-ri dan Jung In. Mu Gyul datang dan menanyakan Mae-ri pada Seo Joon. Seo Joon menggeleng dan hal itu membuat Mu-Gyul semakin khawatir.
Mu-Gyul merebut paksa senter di tangan Seo Joon dan berniat mencari Mae-ri sendirian
“Mu-gyul kau mau kemana?”tanya Seo Joon memegang jaket Mu Gyul dan berusaha menahannya.
“Aku harus pergi mencari Mae-ri”ucap Mu Gyul dan berlari ke dalam hutan.
Mu Gyul terus berteriak memanggil nama Mae-ri.
Mu Gyul terdiam melihat Mae-ri memeluk Jung In.”Mu Gyul ah”ucap Mae-ri namun Mu Gyul tetap terdiam. Mu Gyul lagi-lagi salah paham, padahal maksud Mae-ri memeluk Jung In agar Jung In tidak kedinginan.
Jung In dibawa ke rumah sakit dan Mae-ri dengan setia menjaga Jung In dan tidak berniat sedikitpun untuk meninggalkannya. Ayah Mae-ri menelepon menanyakan kabar Jung In dan apa Mae-ri sudah makan. Mae-ri mencoba menenangkan ayahnya kalau dia baik-baik saja dan menutup teleponnya.
“Oh, bagaimana ini. Apa anakku akan menjadi janda sebelum dia menikah”gumam ayah Mae-ri.
Mae-ri keluar dari kamar Jung In dan tidak menyadari kehadiran Mu Gyul yang daritadi berdiri di depan kamar. Mu Gyul memandangi Mae-ri yang mulai menjauh.
Teman-teman Mu Gyul dan Mae-ri berkumpul bersama. Mereka mulai khawatir dengan hubungan Mae-ri dan Mu Gyul yang semakin memburuk. Ditambah dengan Mae-ri yang selalu menunggui Jung In karena merasa bersalah dengannya.
Mu Gyul kembali ke rumah dan disambut oleh senyum hangat ibunya yang membuatkannya sup pasta kacang. Mu Gyul terpaksa memakannya karena tidak tega mengecewakan ibunya yang sudah susah payah membuatkannya meskipun rasanya tidak enak. Ibu Mu Gyul mencicipi hasil masakannya dan meminta maaf karena masakan buatannya tidak enak, karena dia jarang memasak.
Mu Gyul kembali mengingat Mae-ri yang juga selalu memasakkan sup pasta kacang kesukaannya.
Ibu Mu Gyul heran karena rasa masakannya tidak enak tetapi Mu Gyul terus saja memakannya.
“Apa kau benar-benar mencintai Mae-ri, dulu kau pernah bilang bahwa aku boleh berpacaran tapi jangan terlalu berharap. Aku berharap kau cepat mencari wanita lain dan tunjukkan kepada Mae-ri kalau kau bisa hidup walaupun tanpa dirinya”ucap Ibu Mu Gyul. Mu Gyul hanya terdiam dan tetap melanjutkan makannya.
Mu Gyul datang ke kantor dan melihat Lee Ahn dan managernya yang sedang berdebat masalah drama Wonderful day yang akan mengalami penurunan rating, apalagi Jung In sekarang sedang koma di rumah sakit. Mu Gyul memandangi surat pengunduran dirinya dan berjalan ke kantor Jung In.
Seo Joon sedang sibuk menelepon saat Mu Gyul datang. Seo Joon menutup teleponnya dan mempersilahkan Mu Gyul duduk.
Seo Joon terkejut karena Mu Gyul menyerahkan surat pengunduran dirinya.
“Kang Mu Gyul”ucap Seo Joon.
“Aku tidak bisa melanjutkan ini semua, aku sudah lelah”ucap Mu Gyul.
“Dasar bodoh, hal ini juga yang kau lakukan saat melihat seorang pria di depan rumahku. Kau tidak berusaha mencari penjelasan dari kesalahpahaman kita, padahal aku selalu menunggumu untuk membicarakannya. Walaupun hubungan kita sudah berakhir, aku tidak ingin kau juga seperti ini dengan Mae-ri. Aku benar-benar kasihan melihatmu selalu lari dari masalah dan tidak pernah berusaha untuk menyelesaikan, Kau orang yang menyedihkan”ucap Seo Joon.
Mu Gyul berdiri dan tidak memperdulikan ucapan Seo Joon.
“Kang Mu Gyul, kau mengerti dengan maksud pembicaraanku kan?”tanya Seo Joon yang membuat langkah Mu Gyul terhenti. Mu Gyul terdiam dan berlalu pergi meninggalkan Seo Joon sendirian.
Mae-ri masih menunggu Jung In. Mae-ri kembali mengingat perkataan dokter.
”Tidak ada luka serius, itulah yang membuat kami heran mengapa Tuan Jung belum sadar juga. Anda sebaiknya bersabar menunggu hingga dia sadar”.
Ayah Jung In datang dan duduk disamping Jung In.
“Kenapa Jung In belum sadar juga padahal ini sudah hari ke-3”gumam ayah Jung In. Ayah Jung-in khawatir dengan kondisi Mae-ri dan menyuruhnya pulang.
Mae-ri menolak dan berkata kalau dia akan tetap di sini dan menjaga Jung In. Ayah Jung In tetap memaksa Mae-ri, akhirnya Mae-ri luluh juga dan mengikuti perintah ayah Jung In.
Mae-ri pun pulang namun ia tidak melihat kalau Mu Gyul menunggunya.
“Mae-ri ah”panggil Mu Gyul. Mae-ri reflex berbalik mendengar namanya dipanggil oleh Mu Gyul.
Mae-ri dan Mu Gyul duduk di cafe.
“Aku belum berterima kasih, aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau kau tidak ada saat itu. Jung In sekarang sakit, bagaimana dengan Ost drama, apa yang harus aku lakukan?”ucap Mae-ri.
“Wi Mae-ri, kau tidak apa-apa kan?”panggil Mu Gyul.
“Apakah karena aku?”ucap Mae-ri.
“Mengapa kau berpikir kalau ini semua karenamu”ucap Mu Gyul.
“Jung In terluka karena aku, bagaimana aku bisa diam seolah-olah tidak terjadi apa-apa”ucap Mae-ri sedih.
“Tidak ada yang akan menyalahkanmu”ucap Mu Gyul berusaha menenangkan Mae-ri. “Jika aku tidak melakukan ini maka kau tidak akan meninggalkan Jung In, maaf karena selama ini sudah bersikap dingin terhadapmu, saat aku mendengar kau dalam bahaya, aku merasa sudah saatnya aku bertindak, kau harus mendengar apa yang ingin aku katakan, buatlah keputusan sekarang juga”tambah Mu-gyul.
“Mu Gyul aku mohon untuk bersabar sampai Jung In sadar. Aku mohon”pinta Mae-ri. “Jika kau tidak bisa menjawab sekarang, hasilnya juga akan tetap sama. Sekarang kau pilih aku atau Jung In?”tanya Mu Gyul.
Mae-ri terdiam dan bingung dengan pilihannya, disatu sisi dia sangat mencintai Mu Gyul dan disisi lain dia merasa bersalah dengan Jung In dan ingin tetap disampingnya sampai Jung In sadar. Mu-gyul menatap Mae-ri dan berusaha mencari jawaban dengan diamnya Mae-ri. Mu Gyul sadar kalau Mae-ri lebih memilih Jung In daripada dirinya. Mu Gyul memutuskan pergi dan meninggalkan Mae-ri seorang diri.
0 comments:
Post a Comment