Recent Post


[Sinopsis] Mary Stayed Out All Night/Marry Me, Mary! Episode 2 Part-II

Do you want to share?

Do you like this story?

Sms dari Mae Ri akhirnya sampai juga pada ayahnya. Ayah Mae Ri sedang makan bersama Ayah Jung In. Saat membaca sms itu, Ayah Mae Ri tersedak, ayah Jung In yang berada di sebelahnya memperhatikan ayah Mae Ri. Lalu ayah Mae Ri memberikan ponselnya, Ayah Jung In melihat foto pernikahan palsu Mae Ri dan Mu Gyul.
"Ada apa denganmu." ujar Jung In. Jung In sedang bersama Seo Jun di kantornya.
"Ketika aku memulai sebuah drama, aku tidak bisa menikmati hal-hal yang menyenangkan atau sekedar berkencan." ucap Seo Jun.
"Itulah kenapa kau putus dengan pacar pertamamu."
"Produksi sebuah drama sangat sulit. Hal itu tidak berjalan baik, karena hal itu adalah drama pertamaku. Kalau sekarang, kami putus."
"Apa kau menyesal?" tanya Jung In.
"Tentu. Dia sungguh pria yang sangat cool. Jadi, kapan kau akan menikah, Direktur?" tanya Seo Jun.
"Aku yakin, pertemuan kedua orang tua akan segera dilaksanakan segera." jawab Jung In.
"Ohh.. Jadi, kau akan menikah setelah semua ini. Pernikahan bukanlah suatu hal yang sesuai dengan pemikiranmu." ujar Seo Jun seraya berjalan melihat-lihat dokumen di rak-rak kantor Jung In.
"Apakah tampak seperti itu?" tanya Jung In.
"Ya? Aku pikir, kau akan hidup membosankan dengan seseorang yang hanya ingin mengambil keuntungan darimu. Ada banyak hal di luar sana. Orang-orang itu memiliki jenis upacara pernikahan yang sangat khas. Dan kemudian menunjukkan keduanya pada sebuah pernikahan dan akhirnya menuju perpisahan." ungkap Seo Jun panjang lebar. "Kenapa mereka harus repot-repot menikah?"
"Memang." Jawab Jung In singkat, ia berdiri dari duduknya kemudian meninjau berkas di meja kantornya.
"Mungkin, hidup bersama dengan orang yang sama selama sisa hidup adalah pilihan yang sangat menakutkan." jelas Seo Jun. Ya ampun, Seo Jun punya ketakutan yang besar sama yang namanya pernikahan.

Jung In mendapatkan telepon dari ayahnya.
"Permisi, tunggu sebentar." ujar Jung In pada Seo Jun.
"Ya, ayah?"
Mae Ri sedang berada di sebuah restaurant tempatnya kerja paruh waktu bersama So Ra.
"Aku rasa ada sebuah tornado yang menabrakku, kenapa aku sangat gugup? Tenanglah." Mae Ri mencoba menenangkan dirinya sendiri.
"Mae Ri Yah! Mae Ri Yah!" So Ra mendapat telepon dari ayah Mae Ri.
"Ya, ayah?" sapa So Ra pada ayah Mae Ri di telepon. "Honey Moon?! Tidak.. Tidak.. Tentu tidak.. Mae Ri bukan tipe seperti itu."
Mae Ri mengangguk-angguk membenarkan.
"Ya. Jadi, katakan padaku, ayah. ..apakah kau sudah mulai putus asa? "tanya So Ra.
Mae Ri sangat berharap ayahnya sudah mengerti dan putus asa dengan rencana perjodohannya.
"Benarkah? Ya, aku mengerti. Sampai bertemu lagi." So Ra Yah terlihat tegang, ia menutup teleponnya.
"Apa yang baru saja ia katakan? Apakah dia dalam perjalanan ke sini?" tanya Mae Ri panik.
"Tidak." jawab So Ra. "Dia bilang dia mengerti dan dia ingin kau untuk kembali sekarang."
"Benarkah?"
"Yeah."
Mae Ri sudah kembali ke rumahnya. Ayah Mae Ri terlihat sangat pucat, dan ia tidak banyak bicara.
"Aku akan kembali padanya, tapi.." Mae Ri mengkhawatirkan ayahnya. "Aku pikir tekanan darahmu akan naik."
Ayahnya tidak menjawab apa-apa.
"Ayah.. Apa kau mengerti sekarang tentang keadaanku?" tanya Mae Ri pelan.
Ayah Mae Ri mengangguk mengerti.
"Benarkah?" Mae Ri senang sekaligus terharu, ia kemudian memeluk ayahnya. "Ayah, maafkan aku! Terima kasih! Aku sungguh sangat takut. Ayahku yang malang, wajahmu tampak lebih kurus dalam satu hari ini. Kau telah memberitahu keluarganya kalau tidak akan ada lagi pembicaraan tentang pernikahan, benar?"
Ayah Mae Ri diam, ia memberikan Mae Ri sebuah amplop coklat berisi surat pernyataan pernikahan antara Mae Ri dan Jung In.
"Apa ini? Ayah, ini.. Apa ini, ayah?!" tanya Mae Ri marah.
"Situasi ini benar-benar.." ucap Ayah Mae Ri merasa bersalah.
"Jadi.. ..Situasi yang bagaimana, Tuan pengacara?" Mae Ri membawa surat itu ke seorang pengacara.
"Ayahmu tentu salah satu orang yang baik." ujar pengacara itu.
"Ya, Jadi bagaimana mengenai pilihanku, tuan pengacara?" tanya Mae Ri.
"Kau mengatakan kalau kau secara fisik tidak hadir saat pembuatan dokumen ini, benar?" tanya pengacara, pengacara itu sedang membereskan dokumen-dokumennya yang berserakan di meja. "Well, kau dapat menuduhnya sebagai pemalsuan surat. Tapi, karena karena pengadilan dipenuhi oleh jumlah peningkatan kasus semacam ini, maka mereka akan meminta bukti-bukti yang benar-benar konkrit . Dan kasusmu ini.. Kami perlu bukti bahwa ayahmu telah mendaftarkan pernikahanmu, tapi kau menolak keras pernikahan itu." pengacara itu menjelaskan panjang lebar.
"Apa yang akan terjadi pada ayahku?" tanya Mae Ri panik, satu sisi ia ingin dokumen itu menjadi tidak sah, tapi di sisi lain ayahnya akan dikenakan hukuman karena mencoba memalsukan dokumen.
"Dia bisa dikenakan sanksi hukum karena telah membuat dokumen palsu. Namun, untuk dapat memudahkan hal ini, karena ini bukan sembarang orang. Hukum memerlukannya untuk bertanggung jawab atas semua hal ini, meskipun kau tidak ingin dia dihukum." pengacara itu menerangkan seraya merapikan dirinya, ia memakai jasnya.
"Apakah itu artinya ayahku akan di penjara?" tanya Mae Ri, ia khawatir.
"Mungkin saja." jawab Pengacara itu seraya berjalan ke arah pintu keluar. "Kemudian, jika hal ini terlalu memberatkanmu. Kau bisa mengambil keputusan untuk bercerai."
"Bercerai?!" teriak Mae Ri. "Tapi bagaimana? Bagaimana dapat aku menceraikan seseorang yang aku pun belum menikah dengannya.?!" Aahhhaahaa.. Kasian Mae Ri.
"Menurut ayahnya dia baru saja menikah, tidak bisakah kita mengembalikan hal ini ke keadaan normal?" maksud Jung In, ia ingin agar pernikahan ini dibatalkan agar segalanya menjadi normal.
"Kita tidak dapat melakukan hal ini sekarang. Jika kita melakukannya keadaanmu akan sama sama seperti keadaanmu yang sebelumnya." ucap Ayah Jung In, itu berarti seluruh investasi milik ayah Jung in yang ada dalam proyek Jung in akan dicabut oleh ayahnya.
"Apa kau berbicara mengenai investasi sahammu di projekku?" tanya Jung In, ia sudah mulai tahu kemana arah pembicaraan ini.
"Benar." Ayah Jung In mengangguk. "Aku akan menginvestasikannya setelah kau menikah."
"Apakah kau hanya menginginkan agar aku segera menikah? Ada banyak wanita diluar sana yang dapat aku nikahi." kata Jung In.
"Aku... ingin anak ini menjadi anak angkatku." ujar Ayah Jung In.
"Apakah pernikahan ini sangat berarti untukmu?" tanya Jung In. "Apakah ada kaitannya dengan urusan bisnis? "Pernahkah kau berhenti berpikir kalau hal ini mungkin akan menyakitkan pihak lainnya?"
"Jika kita menyerah... Kehidupan anak ini akan menjadi runyam. Dan yang aku sangat inginkan adalah melindungi gadis ini. Tidak ada banyak waktu. Kau harus segera membuat keputusan." Ayah Jung In memastikan kalau Mae Ri akan benar-benar menikah dengan Jung In.
Jung In meneguk kopinya, ia berpikir sejenak kemudian berkata. "Aku memerlukan waktu untuk berpikir sekarang."
"Apa kau memintaku untuk memberikanmu waktu agar kau bisa berpikir tentang hal ini?" tanya Ayah Jung In.
"Setiap orang memiliki waktu untuk berpikir dengan jernih."
"Apa maksudmu?"
"Kedua-duanya, yaitu sebuah pernikahan yang terburu-buru akan menimbulkan banyak masalah. Aku tidak memiliki niat untuk memaksa seseorang yang tidak berkeinginan untuk menikah denganku. Jadi berikan ia beberapa waktu juga. Dan aku pikir, hal ini akan menjadi sangat baik jika kau memberikanku waktu untuk berpikir juga." jelas Jung In panjang lebar.
Jadi, yang kau katakan bahwa...
"Kau menginginkan beberapa waktu untuk berpikir." ucap Ayah jung In.
"Ya." jawab Jung In. "Waktu satu tahun mungkin akan sangat lama, tapi aku pikir 100 hari akan lebih baik."
"Keputusan apa yang akan kau buat setelah setelah waktu 100 hari itu?" tanya Ayah Jung In.
"Aku akan memberikan pihak lain kesempatan untuk mengambil keputusan akhir." jawab Jung in tegas.
Ayah Mae Ri tengah menelpon ayah Jung In.
"Ah, benarkah? Dia melompat ke atas gerobak? Okay, Hyung. Ayo jalankan hal ini sampai selesai. Ya.. Ya.. Ya.." Ayah Jung In tersenyum senang.
"Sayang, satu orang suami yang mengerikan aku rasa sudah lebih dari cukup." Ayah Mae Ri berbicara ke arah foto keluarga Mae Ri dan Istrinya. "Pilihan ini adalah pilihan yang terbaik untuk Mae Ri, benarkan?"
Mae Ri pulang dari tempat pengacara, Ayah Mae Ri duduk di atas sofa mencoba menenangkan diri.
"Ini adalah pemalsuan dokumen! Kau penjahat, ayah!" teriak Mae Ri. "Mana ada di dunia ini seorang ayah yang menghabiskan waktu anaknya yang kabur dan mencuri ID anak perempuannya dan mendaftarkan pernikahannya?!"
"Mae Ri Yah, tenang. Aku tahu kau marah sekarang. Tapi suatu hari kau pasti akan mengerti alasan kenapa aku mengambil keputusan seperti ini. Dan hal ini tidak akan membuatmu sengsara lagi, jadi jangan khawatir." Ayah Mae Ri mencoba memberikan pengertian pada Mae Ri.
"Mereka mengatakan kalau aku perlu untuk segera bercerai. Sekarang giliranku untuk menjadi wanita yang diceraikan, biarkan hal ini jadi bagian dari rencanamu." Mae Ri kesal.
"Kenapa kau harus bercerai? Yang hanya perlu kau lakukan menikahi Jung In." ujar Ayah Mae Ri.
"Aku katakan, aku tidak mau! Kenapa kau malah membuat masalah pada dirimu sendiri?" teriak Mae Ri pada ayahnya.

"Apa? Kau yang pertama kali menyebabkan masalah ini muncul. Kau boleh kabur dari rumah setelah menandatangani surat ini." Ayah Mae Ri bertambah marah.
Mae Ri menundukkan kepalanya. "Dan jangan ceritakan padaku tentang pernikahanmu. Bagaimana bisa kau melakukan pernikahan seperti itu tanpa meminta izin terlebih dahulu padaku?"
"Untuk hal itu, maafkan aku. Tapi.." ucap Mae Ri, ia sadar kalau ia salah.
"Kenapa kau menikahi pria gila ini tanpa izin dariku? Dan dimana dia sekarang?" tanya Ayah Mae Ri.
"Oh? Oh, dia sedang konser sekarang." jawab Mae Ri.
"Konser? Apakah dia seorang musisi?"
"Yeah.. Kau lihat.. Dia mempunyai sebuah band indie dan menjadi vocalis yang juga bermain gitar."
"Ini benar-benar menyedihkan, sangat menyedihkan. Oh, sangat mengerikan.." Ayah Mae Ri menepuk-nepuk dadanya sendiri.
"Ayah, kau dan ibu juga kawin lari, dan kau melakukan hal itu tanpa sepengetahuan kakek juga!" ujar Mae Ri.

"Itu adalah rahasia keluarga, dan cerita itu tidak boleh terulang lagi padamu! Dan karena aku tidak ingin melihatmu menikah dengan seseorang yang buruk seperti yang ibumu lakukan. Kau lebih baik melupakan pria bodoh itu dan menikahlah dengan pria yang sudah aku tetapkan, mengerti?" Ayah Mae Ri berkata tegas pada Mae Ri.
"Aku benar-benar dalam situasi yang sangat buruk." Mae Ri menundukkan kepalanya. "Ayah, Jangan bersembunyi di belakangnya seperti seorang yang pengecut. Katakan padaku yang sebenarnya. Kau hanya berusaha untuk menikahkanku untuk membayar semua hutang-hutangmu, kan?"
Mae Ri duduk sendiri di dalam sebuah restaurant, ia tengah minum sendirian. Mae Ri sedih dengan keputusan ayahnya. Saat hendak meneguk minumannya, Mu Gyul datang dan mengambil gelas Mae Ri. "Apa ini? Apakah kau melarikan diri lagi? "
"Tidak,aku tidak melakukan hal itu. Duduklah." ujar Mae Ri.
"Kau bilang kita tidak akan pernah bertemu lagi, jadi kenapa kau menghubungiku?" tanya Mu Gyul.
"Aku hanya ingin berterimakasih karena foto-foto itu, jadi aku akan membelikanmu minuman." Mae Ri menuangkan minuman untuk Mu Gyul.
"Tidak." Jawab Mu Gyul.
Mae Ri menuangkan segelas untuknya sendiri, Mu Gyul hanya memperhatikannya. Ketika hendak meneguknya, lagi-lagi Mu Gyul mengambil gelas itu lalu meminumnya sendiri.
"Kau bilang kau akan meminumnya." ucap Mae Ri.
"Bisakah aku melihat seorang gadis minum dengan dirinya sendiri? Tapi, ini harus dilakukan, karena aku tidak dapat mengantarkanmu ke rumah hari ini." jawab Mu Gyul.
Mae Ri mengangguk, lalu ia menuangkan minuman untuknya. Mae Ri meminumnya dengan perlahan, ia benar-benar tidak kuat dengan alkohol.
Mae Ri menuangkan segelas untuknya sendiri, Mu Gyul hanya memperhatikannya. Ketika hendak meneguknya, lagi-lagi Mu Gyul mengambil gelas itu lalu meminumnya sendiri.
"Kau bilang kau akan meminumnya." ucap Mae Ri.
"Bisakah aku melihat seorang gadis minum dengan dirinya sendiri? Tapi, ini harus dilakukan, karena aku tidak dapat mengantarkanmu ke rumah hari ini." jawab Mu Gyul.
Mae Ri mengangguk, lalu ia menuangkan minuman untuknya. Mae Ri meminumnya dengan perlahan, ia benar-benar tidak kuat dengan alkohol.
Mae Ri dan Mu Gyul keluar dari restaurant bersama.
"Ahh.. aku sangat senang. Inilah kenapa orang-orang minum di tengah hari seperti ini, bukankah seperti itu?" ujar Mae Ri dengan tertawa senang.
"Pulang ke rumah sekarang." suruh Mu Gyul. "Hati-hati." Mu Gyul menepuk-nepuk ubun-ubun Mae Ri.
Mae Ri tidak ingin pulang, ia malah mengikuti Mu Gyul.
"Apa mimpimu?" tanya Mae Ri yang berjalan tepat dibelakang Mu Gyul. "Apakah kau berpikir untuk menghabiskan seluruh hidupmu untuk bermain musik?"
"Seperti inilah aku hidup." jawab Mu Gyul.
"Aku iri padamu." ujar Mae Ri.
Mu Gyul menghentikan langkahnya, ia membalikkan badan dan menatap Mae Ri.
"Bagaimana denganmu? Apa mimpimu?" tanya Mu Gyul.
"Aku.. ingin sebuah kehidupan dengan sederhana." jawab Mae Ri.
"Eh?! Itukah impianmu?" Mu Gyul tidak menyangka sesederhanakah itu impian Mae Ri.
"Ada seorang ibu saat aku pulang ke rumah, tidak harus menderita karena situasi keuangan ayah, dan datang ke sekolah tanpa ada rasa kekhawatiran tentang biaya kuliah. " jelas Mae Ri.
"Kau benar-benar menjalani hidup yang berat, benarkah?" terka Mu Gyul
"Ah! Benar.." jawab Mae Ri.
Hhahaa.. Mereka ledek-ledekan lagi, mengikuti suara kucing.
"mauw.. mauw" ledek Mu Gyul
"Aish.. Maurgh.. maurgh.." balas Mae Ri.
Dan mereka berdua tertawa bersama.
Mae Ri teringat sesuatu, ia ingin menunjukkan surat pernyataan pernikahannya dengan Jung In pada Mu Gyul.
"Aku ada sesuatu yang akan aku tunjukkan padamu." Mae Ri memberikan surat itu.
"Kau adalah seorang yang sudah menikah?" tanya Mu Gyul kaget, setelah membaca surat itu.
"Seorang wanita yang sudah menikah? Ah, benar! Aku memang seperti itu, benarkan?
Aku seorang wanita yang sudah menikah!" Mae Ri sedih.

"Jujur, aku menghubungimu karena aku ingin meminta kebaikan hatimu." ujar Mae Ri.
"Dan apa lagi yang kau ingin aku lakukan untukmu sekarang?" tanya Mu Gyul dengan enggan.
"Ah, tidak! Tidak! Tidak."
Mu Gyul sedang bernyanyi di sebuah taman bermain, orang-orang mengelilinginya dan beberapa dari mereka meletakkan uang di tas gitar milik Mu Gyul. Mae Ri duduk di seluncur anak-anak tepat di belakang Mu Gyul. Ia melihat Mu Gyul bernyanyi, Jang Geun Suk oppa nyanyi 'my precious - download link'. Mae Ri melamun, ia jadi teringat kata-kata ayahnya.

"Mae Ri Yah... Mereka bertujuan melakukan sesuatu karena kau mencoba untuk membatalkan pernikahan ini.. Jung In mengatakan bahwa ia memberikanmu waktu 100 hari untuk berpikir. Kau dapat menyadari kembali tentang hakikat pernikahan itu dan keadaan yang sebenarnya."
Semua orang bertepuk tangan dengan meriah, ketika Mu Gyul mengakhiri lagunya.
"Terima kasih. Terima kasih." ucap Mae Ri seraya membungkuk-bungkuk. Mae Ri membereskan uang yang berserakan di dalam tas gitar Mu Gyul lalu memberikan uang itu pada Mu Gyul. "Maaf, ini. Koin juga." ujar Mae Ri menyerahkan uang pada Mu Gyul.
"Hal-hal menjadi sangat rumit setelah kita melakukan pemotretran ini. Jika kau tidak menyetujui pernikahan itu dan setiap orang mengetahui tentang pernikahan palsu kita.. Aku akan benar-benar menikah dengan pria ini." kata Mae Ri. Ia mencoba untuk membujuk Mu Gyul agar membantunya.
"Yah, bukan kau mengatakan pria itu tampan dan kaya? Cepat nikahi saja dia." ujar Mu Gyul asal bicara, ia sedang sibuk menghitung uang yang didapatnya.
"Dan aku akan membuat beberapa jenis kacang kedelai? Bagaimana bisa aku menikahi seseorang yang tidak aku cintai? Aku tidak pernah berkencan dengan seseorang sebelumnya." kata Mae Ri dengan jujur.
"Kau lebih polos dari yang aku pikirkan." kata Mu Gyul.
"100 hari. Itu hanya 100 hari. Ayahku tidak akan mengizinkanku untuk bertemu denganmu dan aku tidak akan pernah mencarimu lagi. Aku pasti tidak akan menganggumu." Mae Ri memohon pada Mu Gyul.
"Cepat akhiri ini ."
"Tolong aku." "Tolong aku." pinta Mae Ri.
"Ini tidak ada hubungannya lagi denganku." Jawab Mu Gyul.
Diam-diam Mae Ri mengikuti Mu Gyul pergi, tapi Mu Gyul tahu kalau ia sedang diikuti.
Sampai malam Mae Ri masih mengikuti Mu Gyul, tapi Mu Gyul masih juga tidak memperhatikannya.
"Ahh.. Dingin!" ucap Mae Ri seraya merapatkan sweaternya.
"Bagaimana bisa dia seperti itu dan hanya mementingkan dirinya sendiri?" keluh Mae Ri.
Tiba-tiba di pertengahan jalan Mae Ri dihadang oleh dua orang berandal, tapi Mu Gyul segera datang dan memeluk pundak Mae Ri, dua orang brandal itu langsung pergi ketika melihat Mu Gyul.
Mae Ri duduk di sebuah kursi taman.
"Kau benar-benar kelelahan, benarkah?" tanya Mu Gyul.
"Maaf." jawab Mae Ri.
Mu Gyul melihat kaki Mae Ri yang lecet. Mu Gyul menawarkan pundaknya.. Sweet.. Ia menyuruh Mae Ri untuk segera naik ke pundaknya,
"Tapi, aku baik-baik saja." jawab Mae Ri.
"Kau tidak dapat berjalan dengan kaki seperti itu. Naiklah." pinta Mu Gyul, bagaimanapun juga ia tidak tega melihat seorang perempuan kelelahan dan terluka seperti Mae Ri.
"Aku sangat berat." kata Mae Ri seraya naik ke pundak Mu Gyul.
"Apakah sebelumnya ada seorang pria yang memberikan pinggy back seperti ini ?" tanya Mu Gyul.
"Yeah, tapi hanya ayahku saat aku masih kecil." Jawab Mae Ri.
Mae Ri sangat nyaman berada di pundak Mu Gyul. Mereka berbicara satu sama lain.
Mu Gyul : Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang? Huh?
Mae Ri : Kau tidak perlu melakukan apapun!
Mu Gyul : Benarkah tidak ada yang mengganggu pikiranmu?
Mae Ri :Tentu tidak. Aku berjanji. Aku bahkan akan menuliskannya di atas hitam putih.
Mu Gyul :Yah
Mae Ri :Hmmm?
Mu Gyul : Tapi kau tidak boleh jatuh cinta padaku, okey?
Mae Ri : Yaah.. Aku tidak akan pernah seperti itu. Kau harus tahu hal itu.
Mu Gyul :Aku tahu, oleh karena itu aku akan membantumu.
Mae Ri : Benarkah! Kau sungguh keren keliatannya, tapi sebenarnya kau tidak seperti laki-laki biasanya.
Mu Gyul :Yah, kau terlihat sangat cute keliatannya, tapi sebenarnya kau tidak seperti seorang gadis sama sekali.
Mae Ri : Untuk itulah kita tidak perlu khawatir tentang hal itu. Selain itu, kau juga sudah punya seorang pacar.
Mu Gyul : Pacar?
Mae Ri : Yah? Foto gadis yang ada di tempat gitarmu itu. So Young? Anyway, kau tidak perlu khawatir.
Mu Gyul : Jadi.. Apa yang akan kau lakukan setelah 100 hari berlalu?
Mae Ri : Apa maksudmu? Karena ia sudah memberikanku pilihan, aku pasti akan memilih untuk tidak memilihnya.
Mu Gyul : Benarkah?
Mae Ri : Mereka setuju membayarkan semua hutang-hutang ayahku selama aku menerima kesepakatan 100 hari itu. Jadi, semua akan baik-baik saja jika aku tidak memilih siapapun. Itulah kenapa aku memilih untuk menyetujui tawaran itu, semua demi rumahku dan diriku sendiri.
Keesokkan paginya, Ayah Mae Ri mempersiapkan kegiatan selama 100 hari yang akan dijalani Mae Ri dan Jung In.
Mae Ri meletakkan cap jempolnya pada schedule itu.
"Aku menempatkan laki-laki itu di schedule malam, seperti yang kau mau. Lihat. Aku sudah membagi hari seperti ini, dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore, kau harus bersama Jung In. Dari pukul 5 sore sampai 10 malam adalah terserah pria itu. Sabtu untuk Jung In dan Minggu untuk orang itu. Tapi, saat malam kau harus menjaga dirimu dan pastikan kau kembali pada jam 10 malam tepat. Kau tahu betapa khawatirnya aku tentang hal ini. Kau harus berhati-hati." jelas Ayah Mae Ri panjang lebar. Hei, isi rumah Mae Ri kembali normal. Perabotan kembali utuh.
"Aku mengerti, jangan khawatir." jawab Mae Ri.
Di kamar, Mae Ri sedang menelpon Mu Gyul memberi tahu jadwal yang telah disiapkan ayahnya.
"Yah, begitulah kita mengatur jadwal. Aku mengerti, tutuplah handphonenya. Dan tidak ada alasan untuk menghubungimu lagi. " ucap Mae Ri.
Ayah Mae Ri datang ke kamar.
"Apa ini? Apa kau berbicara dengan orang itu lagi?" tanya Ayah Mae Ri kesal.
"Ohh, darling, selamat tidur!! Mimpikan aku!! Byee!!" Mae Ri sengaja memperbesar suaranya agar ayahnya mendengar. "Ini adalah orang yang sangat aku sayangi."
"Pastikan kau membawanya kemari besok, agar aku bisa duduk dan berbicara dengannya." suruh Ayah.
Mae Ri segera menolak, "Tidak ada keperluan apapun, jadi kau tidak harus menemuinya. Aku sudah menerangkan hal itu padanya."
"Baiklah, tekanan darahku akan naik jika aku bertemu dengannya. Ingat, kau tidak boleh menemuinya selama 100 hari ini." kata Ayah dengan lantang.
"Ayah!"
"Okay! Okay!"
"Apa lagi?"
Ayah Mae Ri menempelkan pengingat hari di tembok. Mae Ri protes, "Apakah aku seperti seorang pelajar yang akan menghadapi ujian?"
"Benar, kau adalah seorang murid yang akan mengikuti ujian pernikahan."
"Kau harus bertemu dengan Jung In besok, jadi tidurlah cepat. Kau masih menyimpan fotonya, benarkah? Well, dia orang yang sangat baik., jadi kau dapat berharap untuk dapat bertemu dengannya."
"Aku sudah katakan, aku tahu hal itu ayah. Sekarang tolong matikan lampu dan tinggalkan aku sendiri karena aku sangat lelah." ucap Mae Ri.
Mae Ri sedang mencari tempat tinggal Jung In.
"Ahh.. Dimana? Ingatanku sangat buruk saat mengingat jalan. Dimana?" Akhirnya Mae Ri menemukan alamat yang tertera di kertasnya.
"Whoaa.. Ini sangat besar. Wow, apakah ini sebuah rumah?! Ini lebih seperti rumah model dari pada rumah seseorang." Mae Ri terkesima melihat rumah besar milik Jung In.
Mae Ri masuk ke dalam rumah itu.
"Ah, mungkin dia masih ada di kantornya. "Whoaah.. TVnya sangat besar! Menonton drama di sini pasti sangat menyenangkan. Whoaa.. Sangat rapi sekali. Sungguh mengagumkan. Ah.. TV."
Mae Ri menonton drama kesukaannya sampai ia tertidur di sofa. Mae Ri tidak menyadari kehadiran Jung In. Jung In mendapati rumahnya ramai dengan suara TV yang sangat keras. Jung In menuju ke ruang TV dan ia mendapati Mae Ri tengah tertidur dengan wajah yang tertutup rambut. Tentu saja Jung In tidak menyadari kalau calon istirnya adalah Mae Ri, seseorang yang pernah ia tolong saat di hotel. Jung In tidak mempedulikan Mae Ri, ia mengambil remot TV yang dipegang oleh Mae Ri, lalu ia mematikan TV. Jung In pergi ke dapur untuk mengambil minum. Tiba-tiba Mae Ri terbangun, ia terjatuh dari sofa.
"Ahh.. sakit!" keluh Mae Ri.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Jung In yang segera menghampiri Mae Ri. "Kapan kau datang? aku pikir kau harus berangkat kerja."
Mae Ri segera bangkit, lalu menundukkan kepala. "Aku tidak bisa tidur semalam."
"Senang bertemu dengan anda, aku Wi Mae Ri." Mae Ri mengenal dirinya, ia masih menunduk.
"Senang bertemu dengan anda, aku Jung In." ucap Jung In.
Mae Ri memberanikan diri untuk menatap Jung In dan tentu saja, Mae Ri terkejut saat tahu orang yang ada dihadapannya adalah orang yang sama yang telah menolongnya di hotel.
"Oh, orang bodoh!" ucap Mae Ri seraya menunjuk Jung In.
Bersambung.. Sinopsis Mary Stayed Out All Night/ Marry Me, Mary! Episode 3
Written by elok langita

BACA JUGA SINOPSIS LAINNYA



0 comments:

Post a Comment


Friend Link List