Recent Post


[Sinopsis] Mary Stayed Out All Night/Marry Me, Mary! Episode 9

Do you want to share?

Do you like this story?

Mu Gyul akhirnya mencium Mae-ri disebuah lorong yang sangat sempit. (hahha bikin bête, mending ciuman ma Shin Hye aja bang sukkie). Usai berciuman mereka saling menatap.
Tiba-tiba ponsel Mae-ri berdering. Ternyata Jung In yang menelepon Mae-ri. Mae-ri ragu untuk menjawabnya.
“Apa yang harus ku lakukan?”tanya Mae-ri pada Mu Gyul.
“Angkatlah”kata Mu Gyul.. Mae-ri terlihat ragu, “Apa kau ingin aku yang mengangkatnya?”tanya Mu Gyul.
“Ah tidak, aku akan mengangkatnya”geleng Mae-ri.
Jung In mengatakan pada Mae-ri bahwa ia ingin bertemu Mae-ri dan sekarang ia telah berada di samping rumah Mu Gyul. Mae-ri terlihat sangat terkejut.
Seo Joon dan Jung In berdebat di samping rumah Mu Gyul.
“Apa, jadi Mae-ri adalah tunanganmu? Mengapa kau tak mengatakan itu”kata Seo Joon marah.
“Aku akan mengatakannya setelah upacara pertunangan, dan ada alasan tertentu aku tidak mengatakan itu”jawab Jung In.
“Huh, mengapa laki - laki selalu memiliki alasan seperti ini”kata Seo Joon kesal.

Mae-ri dan Mu Gyul muncul dengan bergandengan tangan. Seo Joon terlihat shock.
“Kalian bergandengan tangan??”seru Seo Joon tampak kesal.
Seo Joon menatap mereka berdua, lalu pergi dengan wajah sangat kesal. Jun in pun menatap Mu Gyul sinis, namun Mu Gyul cuek saja.
Teman - teman band Mu Gyul datang membawa kunci borgol dan meminta maaf karena mereka datang terlalu lama. Jung In mendekat dan mengambil kunci itu. Ia membuka borgol dari tangan Mae-ri.
“Kau sudah pulang terlambat, ayo pulang”kata Jung In.
“Aku tak mau”kata Mae-ri. Namun Jung In tetap menggandeng tangan Mae-ri untuk segera pergi.
“Sudah ia katakan, dia tidak ingin pergi”bentak Mu Gyul. Jung In berhenti.
“Direktur, aku tidak akan pergi ke upacara pertunangan, aku tidak bisa bertunangan denganmu”kata Mae-ri. Jung In berbalik dan menatap Mae-ri kemudian Mu Gyul.

Mereka bertiga masuk ke dalam rumah Mu Gyul. Mae-ri meminta maaf pada Jun In atas masalah ini, karena dia tidak ingin lagi berbohong dengan dirinya sendiri. Tangan Mae-ri terlihat gemetar. Mu Gyul menggenggam tangan Mae-ri dan Jung In melihatnya.
“Baiklah kalau itu yang kau inginkan, aku akan membatalkan pertunangan kita” kata Jung In. “Lalu Apa rencanamu selanjutnya?"
"Itu adalah urusanku dan Mae-ri. Kau tak usah ikut campur"kata Mu Gyul.
Jung In menjelaskan agar orang tua mereka tidak curiga, dia dan Mae-ri harus tetap menjalankan perjanjian 100 hari, ini demi ayah Mae-ri maupun karir Jung In sendiri.
Mae-ri dan Mu Gyul terdiam.
Jung In meninggalkan rumah Mu Gyul dengan perasaan kecewa. (ampun deh, kasian banget ni Jun In)
Jung In tiba saat Ayahnya dan ayah Mae-ri cemas menunggu kedatangan mereka. Ayah Mae-ri panik karena Jung In tidak pulang bersama Mae-ri. Jung In menjelaskan dia ingin menunda pertungannya. Ayah Jung In Shock dan sangat marah karena Jung In menganggap tunangan ini seperti permainan.
“Katakan padaku apa ada yang membuatmu tidak suka dengan sikap Mae-ri ?"tanya ayah Mae-ri.
“Sepanjang hari ini Mae-ri terus menangis saat datang ke pemakaman Ibunya. Itulah sebabnya aku memilih menunda pertunangan ini”jawab Jung In.
Ayah Mae-ri lalu pergi mencari Mae-ri. Sementara itu ayahnya terlihat sangat kecewa. (ampun deh gak tega banget liat Jung In kayak gini, dia udah ngorbanin banyak)
Ayah Mae-ri pulang dan menemui Mae-ri. Ayah Mae-ri terlihat marah. Mae-ri meminta maaf pada ayahnya karena masalah ini, dia tak ingin bertunangan tanpa cinta.
“Lalu apa keputusanmu ini gara - gara laki - laki brengsek itu?”tanya ayah Mae-ri.
“Ayah, Mu Gyul bukan laki - laki seperti itu”kata Mae-ri sedih.
Ayah Mae-ri menjelaskan bahwa ibu Mae-ri meninggal saat dia masih muda karena bertemu dengan laki-laki seperti ayah Mae-ri. Ayah Mae-ri tidak bisa memberi hidup yang baik untuk ibu Mae-ri. Itulah sebabnya ia sungguh berharap Mae-ri bertemu dengan pria yang baik. (emm jadi kasian lihat ayahnya Mae-ri, dia mengganggap dia bukanlah suami yang baik)
Tiba - tiba ponsel Mae-ri berbunyi.
“Apa itu dari pria brengsek itu?”tanya ayah Mae-ri.
Ayah Mae-ri langsung merebut ponsel Mae-ri dan berkata “Jangan hubungi Mae-ri lagi”
Ayah Mae-ri lalu menyita ponsel Mae-ri. “Ayah,,,ayah,,,”teriak Mae-ri.
Ayah Jung In tergeletak di tempat tidur karena masih Shock dengan penundaan pertunangan Jung In. Ayah Jung In meminta Jung In mengakhiri semuanya namun Jung In menolak.
“Ayah, awalnya aku menerima pernikahan ini karena permintaanmu. Tapi sekarang... Aku yang menginginkan pernikahan ini, aku ingin Mae-ri menjadi istriku.
Jung In pulang ke rumahnya dan menatap rumahnya yang sepi. (aduh benar-benar gak tega lihat Jung In). Sementara itu Seo Joon terduduk di apartemennya dan merenungkan sesuatu sambil menatap kalung pick gitar yang dulu di berikan oleh Mu Gyul.


Ibu Mu Gyul mencoba topi dan menatap dirinya dicermin kemudian berjalan seperti model. Mu Gyul membuat pesawat - pesawatan dari kertas dan menerbangkannya. “Wow pesawat kertas, aku ingat kau selalu membuatnya ketika kau rindu padaku” gumam ibu Mu Gyul.
“Ibu apa kau sangat menantikan perjalananmu ke paris?”tanya Mu Gyul.
“Ya tentu saja” jawab ibu Mu Gyul senang.
Tiba - tiba ponsel ibu Mu Gyul berbunyi. “Woo sayang, aku menantikan teleponmu”kata ibu Mu Gyul senang. Lalu pergi meninggalkan Mu Gyul. Sementara itu Mu Gyul sangat kesal.
Mu Gyul keluar rumah, ia mengingat - ingat saat waktu kecil ia sering menerbangkan pesawat kertas dirumah pacar - pacar ibunya. Mu Gyul terlihat berkaca - kaca. (kasian Mu Gyul ya,,ibunya genit banget..eh Mu Gyul kecil imut banget)
Mae-ri tak bisa tidur hingga larut malam. Ia mengingat saat - saat bersama Jung In dan Mu Gyul menciumnya. Tiba - tiba terdengar suara dijendelanya. Mae-ri membuka jendela, ternyata
Mu Gyul sudah berada di depan kamarnya sambil menerbangkan pesawat - pesawat kertas. Mae-ri memberikan isyarat pada Mu Gyul bahwa ponselnya telah disita ayah dan ayahnya tidur di pintu.
Mae-ri jalan mengendap-endap supaya bisa keluar menemui Mu Gyul dan pergi bersama. Mae-ri melihat Ayahnya tidur di depan kamarnya. Mae-ri melihat Ayahnya kedinginan, kemudian Mae-ri membawakan bantal dan selimut untuk Ayahnya.
"Maafkan aku, ayah"ucap Mae-ri setelah memakaikan bantal di kepala ayahnya dan menyelimutinya. "Aku akan segera kembali,oke?"ucap Mae-ri. Mae-ri mengecup pelan pipi ayahnya, ayahnya tersenyum kemudian Mae-ri pergi.

Mu Gyul dan Mae-ri mengunjungi jembatan sungai Han, Mu Gyul dan Ma-ri berhenti sejenak untuk memandang sungai Han
"Ah.. Akhirnya, terselesaikan!!"teriak Mae-ri di pinggir jembatan sungai Han.
Mu Gyul menatap Mae-ri.
"Kenapa kau mengatakan itu?"tanya Mu Gyul.
"Karena akhirnya, aku jatuh cinta padamu"jawab Mae-ri.
"Ah.. Akhirnya, aku juga terselesaikan!"Mu Gyul mengikuti kata-kata Mae-ri.
Mereka berdua tertawa bersama.
"Ah.. Dingin sekali.. Kenapa kau tiba-tiba ingin pergi ke jembatan sungai Han ini?"tanya Mu Gyul.
"Aku selalu berjanji pada diriku sendiri, kalau akan datang ke sini bersama kekasihku kalau aku punya, dari sini bulan terlihat sangat cantik"kata Mae-ri.
"Oh, karena itu. Sebentar lagi bulan musim semi akan segera tiba"ucap Mu Gyul.
"Dan apa yang akan terjadi pada kita kalau perasaan kita terus berubah sama seperti bulan itu"kata Mae-ri.
"Jangan khawatir. Aku akan melakukan yang terbaik sekarang"ucap Mu Gyul berjanji.
"Apa kau serius?"tanya Mae-ri. Mu Gyul mengangguk.
"Ayah, Ahjusshi, Direktur Jung In dan Seo Joon juga. Kita telah menyakiti banyak orang di awal. Tapi, hal itu tidak akan terjadi kalau kita melakukan yang terbaik"kata Mae-ri tersenyum pada Mu Gyul dan menyandarkan kepalanya lagi dibahu Mu Gyul.
"Aku ingin pergi ke pantai"ucap Mae-ri.
"Bolehkan?"ucap Mu Gyul.
"Sekarang?"tanya Mae-ri.
”Yah sekarang”jawab Mu Gyul mengangguk.
"Go..Go?"teriak Mu Gyul.
"Go..Go."ucap Mae-ri.
Mae-ri dan Mu Gyul berada di mobil van Mu Gyul.
”Beberapa orang tidak memiliki sistem GPS sekarang”kata Mae-ri memegang peta.
”Aku benar-benar benci ketika orang-orang mengatakan padaku jalan mana yang akan kutuju ketika aku menyetir”kata Mu Gyul.
”Perilaku yang buruk, coba lihat sekarang, pantai terdekat yang akan kita tuju..........lurus” kata Mae-ri menunjuk ke jalan setelah melihat petanya.
”Aku tahu, aku tidak perlu melihat petanya” kata Mu Gyul.
”Ahhh, aku sudah menunggu-nunggu ini, sudah lama sekali sejak aku melihat mata hari terbit dilaut”Mae-ri becerita.
”Tapi kita hanya akan melihatnya saja dan kembali, karena ayahmu akan khawatir” kata Mu Gyul.
Ayah Mae-ri masih tertidur di lantai rumah, lalu suara bel rumah membangunkan ayah Mae-ri. Ayah Mae-ri bertanya siapa. Ternyata Jung In yang datang.
Ayah Mae-ri mempersilahkan Jung In masuk, ayah Mae-ri tanya apa yang terjadi karena Jung In terlihat kurus karena tidak tidur semalaman. Jung In tersenyum dan berkata kalau dia ingin mengajak Mae-ri pergi ke taman. Ayah Mae-ri merasa itu hal yang baik dan saat yang tepat untuk Jung In dan Mae-ri bicara.
Ayah Mae-ri masuk ke kamar Mae-ri untuk membangunkannya karena ada Jung In, saat membuka pintu kamar Mae-ri, akhirnya ayah Mae-ri mengetahui kalau Mae-ri tidak ada.
”Mae-ri sudah pergi, Jung In!”kata ayah Mae-ri.
Mae-ri dan Mu Gyul masih dalam perjalanan. Mae-ri melihat kembali bertanya lalu melihat ke arah timur.
”Oh, mataharinya sudah terbit!”kata Mae-ri.
”Kau benar, apa kita akan terlambat?”tanya Mu Gyul.
”Bahkan kita terlalu jauh dari laut, menyedihkan”kata Mae-ri.
”Kita hampir di laut, kenapa kita jadi merindukan matahari terbit?”tanya Mu Gyul.
”Kau benar”kata Mae-ri.
Lalu mereka berdua berpikir dan ”Oh, pantai barat!”teriak mereka berbarengan.
”Ah, tapi apa yang akan kita lakukan di pantai barat, ketika kita mau melihat matahari terbit?”tanya Mae-ri.
”Ah, aku lupa, aku hanya berpikir pergi ke pantai terdekat, karena kita tidak punya banyak waktu”jawab Mu Gyul.
”Apa?Apa kau bodoh, hah?”tanya Mae-ri.
”Yaa, siapa orang bodoh yang menyuruhku jalan terus?”tanya Mu Gyul balik.
”Ah,yah...aku selalu bertentang dengan arah, tapi kau yang menyetir, aku mungkin sudah berbuat salah, tapi bukankah kau juga? Kita seharusnya saling membenarkan”kata Mae-ri kesal.
”Tidak melihat matahari terbit setelah ke sini, aku akan dimarahi ayah bukan untuk apa-apa, ayo kembali saja”kata Mae-ri kesal.
”Hah?Kau ingin kembali setalah kita pergi sejauh ini?”tanya Mu Gyul.
”Aku takut ayahku khawatir”jawab Mae-ri.
”Yang kau pedulikan hanya ayahmu”kata Mu Gyul, lalu Mae-ri melihat ke arah Mu Gyul.
”Baiklah, aku mengerti, ayo kembali”kata Mu Gyul.
Mu Gyul memutar balik Van-nya. Saat berjalan beberapa meter, Van Mu Gyul mogok.
”Kenapa?apa rusak lagi?”tanya Mae-ri.
”Ahhh,sudah lama tidak menyetir sejauh ini, tak heran bisa rusak”jawab Mu Gyul, lalu ia keluar dari mobil.
Ayah Mae-ri masih bingung kemana Mae-ri pergi, jika Mae-ri pergi melihat Mu Gyul, ayah Mae-ri berkata tidak akan memaafkan mereka, lalu ayah mengambil ponselnya. Ayah Mae-ri menelepon Mae-ri, ternyata ponsel Mae-ri ada pada ayah Mae-ri. Jung In hanya bisa menatap ayah Mae-ri.
Van Mu Gyul sedang diperbaiki di bengkel. Sementara itu Mae-ri sedang menelepon temannya So Ra. Mae-ri menceritakan kepada So Ra kalau dia sedang dalam perjalanan melihat matahri terbit di pantai,tapi terjadi sesuatu. Mae-ri meminta So Ra untuk bicara pada ayahnya. So Ra sepertinya mau karena Mae-ri mengucapakan terima kasih pada So Ra.
Mu Gyul mendekati Mae-ri.
”Berapa lama kau akan mendengarkan ayahmu?”tanya Mu Gyul.
”Apa yang kau bicarakan?”tanya Mae-ri.
”Yaaa, kita sudah pacaran, jadi kenapa kita membutuhkan persetujuan ayahmu?”tanya Mu Gyul.
”Kau masih bisa berkata seperti itu, bahkan setelah bertemu ayahku”kata Mae-ri.
”Lagi pula dia tidak akan merestui kita”kata Mu Gyul.
”Jadi kenapa?Kau tidak akan menemui ayahku?”tanya Mae-ri.
”Ayahmu sangat tidak dewasa dan keras kepala”jawab Mu Gyul.
”Yaaa, ibumu bahkan lebih dari pada dia, tiba-tiba datang dan minta uang”kata Mae-ri membalas Mu Gyul.
”Apa?Ahhhh, lupakan saja! Kita berhenti saja disini”kata Mu Gyul.
”Kau yang bicara pertama kali tentang ayahku”kata Mae-ri.


Lalu ponsel Mu Gyul berdering, Mu Gyul tanya siapa. Mae-ri memperlihatkan layar ponsel Mu Gyul disana tertera nama,” Direktur Jung In”.
”Kau dimana? Bisakah kita bertemu, ada yang inginku bicarakan?”tanya Jung In dari dalam mobil.
”Tidak ada hal yang perlu dibicarakan, Direktur”jawab Mae-ri.
”Kalau Mu Gyul berada disana denganmu sekarang, aku tidak keberatan kalau kita bertemu bertiga”kata Jung In, Mu Gyul langsung merebut ponselnya.
”Jangan menghubunginya lagi”kata Mu Gyul lalu mematikan ponselnya. Jung In nampak pusing
Lalu ponsel Jung In berdering, Jung In mengangkatnya.
”Apa kau bisa tidur?”tanya Jung In.
”Tidak, aku tidak bia tidur sama sekali”jawab Seo Joon.
”Kau dimana?ayo bertemu, aku merasa tercekik disini”kata Seo Joon lagi.
Jung In dan Seo Joon bertemu di perpustakaan,mereka berjalan bersama.
”Aku bilang aku mau menghirup udara segar, tapi kenapa kita malah ke perpustakaan?” tanya Seo Joon.
”Tempat ini seperti kebun”jawab Jung In.
”Sepertinya begitu, lagi pula semuanya dibuat dari pohon yang mati”kata Seo Joon, Jung In tersenyum kecil mendengarnya.

Seo Joon mengambil sebuah buku dan membacanya, Jung In menghampiri Seo Joon dan mengambil buku yang sama.
”Apa ini buku yang kau sukai?”tanya Jung In sambil melihat-lihat isi buku itu.
”Ini buku yang aku sukai karena Mu Gyul”jawab Seo Joon, Jung In terdiam mendengarnya.
”Apa yang kau pikirkan?”tanya Seo Joon melihat Jung In.
”Tidak, tidak ada apa-apa”jawab Jung In tersenyum kecil.
”Ayo pergi”ajak Jung In.
”Sudah mau pergi??”tanya Seo Joon. Jung In berhenti melangkah.
”Ini hanya kebun yang dipenuhi pohon mati, kan?”tanya Jung In, Seo Joon tersenyum mendengarnya
Mu Gyul dan Mae-ri tertidur di bengkel, mereka berdua berbagi selimut bersama. Petugas bengkel masuk ke ruang tunggu Mu Gyul dan Mae-ri dan berkata kalau mobilnya sudah siap. Mu Gyul terbangun mendengarnya. Mae-ri juga jadi ikutan bangun.
”Gwenchana?”tanya Mae-ri
”Bagaimana denganmu?”tanya Mu Gyul.
”Aku baik-baik saja, Miaenhe”ucap Mae-ri.
”Untuk apa?”tanya Mu Gyul.
”Aku terlalu sensitif”jawab Mae-ri.
”Aku juga begitu, Mianhe” kata Mu Gyul, Mae-ri tersenyum.
”Kita mungkin hanya kelelahan, karena kurang tidur”kata Mae-ri, Mu Gyul menguap.
”Benar,tapi tampaknya kita merasa lebih baik, kan?”tanya Mu Gyul, Mae-ri mengangguk.
”Sayang sekali, aku tidak bisa melihat wajahmu setelah kita kembali, karena kau tidak akan diijinkan keluar lagi”kata Mu Gyul.
”Aku tahu, aku khawatir dengan apa yang akan kita lakukan sekarang”kata Mae-ri.
”Kenapa kita tidak memikirkannya lagi dan kemudian pergi menemui ayahmu” kata Mu Gyul.
”Jinja?!”tanya Mae-ri tak percaya, Mu Gyul mengangguk.
”Bisakah kita memikirkannya, ketika kita menghirup udara segar?”tanya Mu Gyul.
”Yaaa”jawab Mae-ri semangat.
”Kemana kita akan pergi?”tanya Mu Gyul.
Mae-ri berdiri dan melihat peta yang ada ditembok,”Dimana kita sekarang?”. Mu Gyul mengambil ponselnya, Mae-ri sedang melihat-lihat peta. Mu Gyul menelepon seseorang ” Hyung, ini aku. Ada sesuatu yang aku tanyakan, dimana tempatnya festival batu tahun lalu?”

Ayah bersama So Ra dan Ji Hye pergi mencari Mae-ri. Ayah malah memarahi So Ra dan Ji Hye karena telah mengusulkan pernikahan palsu pada Mae-ri. Ayah Mae-ri mencoba menelepon Mu Gyul tapi ponsel Mu Gyul tidak aktif. Ayah Mae-ri jadi marah-marah sendiri. Ji Hye menyarankan agar ayah Mae-ri menelepon teman Mu Gyul. Ayah Mae-ri setuju dan memberikan ponselnya pada Ji Hye. Ji Hye menelepon teman Mu Gyul. Ji Hye tanya apa dia tahu dimana Mu Gyul.

Mu Gyul dan Mae-ri tiba di suatu tempat yang banyak pohonnya. Mereka masih menyusuri tempat itu dengan mobilnya.
”Wah itu dia, kita menemukannya”kata Mae-ri menunjuk.
”Ah, kita akhirnya menemukannya”kata Mu Gyul.
”Kita pasti sangat beruntung, kita bisa ke sini tanpa tersesat walaupun kita tidak punya GPS” kata Mae-ri, Mu Gyul tersenyum mendengarnya.
Mereka masuk ke sebuah villa kecil.
”Aku merasa akan mati sekarang”kata Mae-ri lalu jatuh tiduran, Mu Gyul juga melakukan hal yang sama.
”Aku hanya ingin tidur seperti ini, sekarang”kata Mae-ri menghadap ke arah Mu Gyul.
”Kau bahkan tidak akan tahu kalau seseorang membawamu pergi”kata Mu Gyul.
”Di sini”lanjut Mu Gyul menyodorkan lengannya, lalu Mae-ri menjadikan lengan Mu Gyul sebagai bantal. Mereka berdua saling menatap.
”Kenapa kau melihatku seperti itu?”tanya Mae-ri.
”Terasa indah, karena ini pertama kalinya, aku berbaring seperti ini bersamamu”jawab Mu Gyul.
Lalu Mu Gyul mendekatkan wajahnya ke wajah Mae-ri dan hendak menciumnya.
”Tunggu”kata Mae-ri, Mu Gyul berhenti bergerak.
”Ini memalukan disiang hari begini”kata Mae-ri lagi. Mae-ri bangun dari posisinya dan berkata kalau cuacanya sangat bagus dan mengajak Mu Gyul keluar.
”Apanya yang bagus? Sangat berangin dan dingin diluar sana”kata Mu Gyul.
”Diluar dingin, lebih baik disini”lanjut Mu Gyul sembari menempelkan wajahnya dipunggung Mae-ri. Mae-ri nampak bingung.
”Mataharinya akan muncul! Ayo keluar melihat matahari terbit” ajak Mae-ri yang langsung menarik tangan Mu Gyul.
Seo Joon dan Jung In sedang berjalan di pasar, pasar yang dulu pernah di datangi Jung In bersama Mae-ri.
”Aku tak menyangka, kau menyukai tempat semacam ini, direktur”kata Seo Joon.
Jung In mengingat kata-kata Mae-ri saar mereka datang ke pasar bersama,”Datang ke sini selalu membuatku merasa lebih baik kapanpun aku merasa muram”
”Aku cenderung membenci keramaian”kata Seo Joon lagi.
”Hati-hati!” kata Jung In dengan reflek menarik Seo Joon yang hampir tertabrak kereta barang.
Mereka kembali berjalan menyusuri pasar. Seo Joon kembali berkata,”Ini pertama kalinya aku datang ke tempat semacam ini”.
”Sama hal denganku, ketika terakhir kali aku datang ke sini”kata Jung In, lalu Jung In melihat sesuatu dan berkata,”Karena kita sudah menandatangani kontraknya, kau mau makan sesuatu?”. Seo Joon mengangguk.
Mereka berdua makan semangkuk sup, Seo Joon sudah mulai memakannya sedangkan Jung In belum memakannya. Jung In terlihat sedang memikirkan sesuatu.
”Direktur”sapa Seo Joon membangunkan Jung In dari lamunannya.
”Aigoo, kau benar-benar cantik, nona kau bisa dengan mudahnya menjadi artis”kata ahjumma penjual sup. Jung In dan Seo Joon tersenyum.
”Haruskah aku mencoba mengikuti audisi?”tanya Seo Joon tersenyum.
”Hem, kau sangat cantik, aku yakin kau akan melakukannya dengan baik”jawab ahjumma. Lalu ahjumma itu melihat kerah mereka berdua dan berkata,”Apa kalian pasangan? Kalian benar-benar terlihat cocok”. Jung In dan Seo Joon hanya tersenyum.
Lalu datang pelanggan yang lain meminta dilayani oleh ahjumma itu. Ahjumma meminta Jung In dan Seo Joon menikmati makanan mereka.
”Korea Selatan itu tempat yang menarik. Orang disini nampak begitu nyaman memanggil orang asing dengan sebutan ’bibi’ dan ’sayang’. Dan mulai bertanya tentang umur mereka atau apa mereka sudah menikah atau belum”kata Seo Joon tertawa.
”Pada awalnya, aku benar tidak menyukainya, tapi aku merasa agak nyaman sekarang” kata Jung In.
”Aku pikir penyebab aku frustasi adalah karena aku terlalu banyak memikirkan apa yang orang lain pikir, tapi aku merasa nyaman berada di sini, karena tidak ada yang tahu siapa aku”kata Seo Joon.
”Karena itulah aku merasa nyaman”kata Jung In.
Mu Gyul dan Mae-ri naik sepeda bersama dengan gembira, lalu mereka jalan-jalan diatas jembatan dengan gembira juga. Kemudian mereka membuat api unggun di dekat Van mereka.
Lalu mereka duduk berdampingan di dekat api unggun.
”Ahh senang sekali, bukan begitu?”tanya Mu Gyul.
”Iya”kata Mae-ri lalu dia melihat ke arah sebuah keluarga yang juga sedang piknik.
”Mereka terlihat sangat bahagia mempunyai kedua orangtua”kata Mae-ri.
”Tampaknya begitu, lagipula mereka keluarga yang lengkap dan anak laki-laki bisa pergi ke sauna khusus pria nanti”kata Mu Gyul, Mae-ri tertawa mendengarnya.
”Apa kau pernah memikirkan mempunyai keluarga seperti itu suatu hari nanti?”tanya Mae-ri.
”Aku tidak tahu, aku tidak berharap banyak, entah bagaimana itu tidak terlihat nyata untukku, sepertinya hanya gambar yang dikeluarkan dari sebuah gambar, lagipula hal seperti itu tidak pernah di kehidupanku”jawab Mu Gyul.
”Begitu,tapi untukku keluarga yang lengkap seperti itu yang keluar dari pikiranku ketika aku memikirkan tentang keluarga, ketika aku masihh kecil biasanya aku memimpikan itu, karena aku tidak punya ibu ketika aku kecil dan aku hanya bersama ayahku. Aku akan tumbuh menjadi istri yang baik dan ibu yang baik suatu hari nanti”kata Mae-ri.
”Kita sangat mirip dalam hal itu tapi bagiku adalah sebaliknya, aku selalu bertanya-tanya kalau aku dibesarkan tanpa ayah dan tidak bisa tinggal dengan ibu, apa aku masih bisa memelihara keluarga dengan baik? Apakah aku akan menjadi suami dan ayah yang baik?”pikir Mu Gyul.
”Karena itukah kau hanya berkencan?”tanya Mae-ri.
”Iya lebih mudah begitu, kau bisa bertemu kapanpun kau mau dan putus kapanpun kau mau”jawab Mu Gyul.
”Jadi kau hanya menemui mereka ketika kau merasa senang”ucap Mae-ri.
”Yah, tapi itu semua karena perempuan itu semuanya sama. Awalnya semuanya baik tapi kemudian mereka mulai mengomel”kata Mu Gyul.
”Jangan khawatir aku tidak akan ngomel”kata Mae-ri.
”Benarkah? Seorang kekasih yang ideal bagi seorang musisi adalah seorang kekasih yang tidak pernah mengomel”kata Mu Gyul, Mae-ri tersenyum mendengarnya.
”Ajari aku bermain gitar”pinta Mae-ri.
”Kau mau belajar bermain gitar?”tanya Mu Gyul.
”Ehem, sebagai kekasih dari seorang rocker, aku seharusnya paling tidak tahu dasarnya” jawab Mae-ri.
”Baik” kata Mu Gyul mengambil gitarnya. ” Kemudian aku akan mulai dengan nadanya oke?”
”okeh” jawab Mae-ri.
Mu Gyul mengajari Mae-ri nada-nada dasar dalam bermain gitar. (jadi inget dulu waktu belajar gitar, tapi ga sukses-sukses sampai sekarang, lebih tertarik sama drum akhirnya, hehehehehe)
Jung In dan Seo Joon ada diruang kerja Jung In, Seo Joon sedang memetik gitarnya. Susana terasa hening. Keduanya larut dalam pikirannya masing-masing.
”Keluargaku selalu ingin aku menikah dengan orang sepertimu, Direktur. Tapi pernikahan semacam itu selalu berakhir dengan keadaan memperbudak”kata Seo Joon membuka pembicaraan.
”Begitu ya”komentar Jung In menyeruput kopinya.
”Dan tentu saja aku akan lebih memilih mengurusi diriku sendiri”kata Seo Joon.
”Jadi, kau hanya ingin berkencan seumur hidupmu tanpa pernah menikah?”tanya Jung In.
”Mu Gyul dan aku pernah mengatakan hal yang sama dan dia bilang pernikahan adalah sesuatu yang mengikat cintamu, dan aku mengatakan padanya kalau kami masih bisa bersama bahkan kalau kami tidak menikah, tapi sekarang setelah melihatnya kembali, aku hanya memikirkan diriku sendiri”kata Seo Joon.
Kembali pada Mu Gyul dan Mae-ri, mereka melihat sepasang kakek dan nenek sedang berjalan bersama dengan mesra.
”Benar-benar sangat menyenangkan”kata Mae-ri melihat kakek-nenek saling bergandengan tangan.
”Benar...aku pikir hal seperti itu tidak ada, sungguh mengagumkan”kata Mu Gyul.
”Butuh berapa banyak waktu yang diperlukan untuk menghabiskan keabadian seperti itu bersama?”tanya Mu Gyul.
”Aku bertanya-tanya, tapi dengan cinta sendirian tidak akan cukup, kan?”tanya Mae-ri.
”Maka mereka melakukannya dengan kesetiaan?”tanya Mu Gyul.
”Yah, akan mungkin dengan kesetiaan”jawab Mae-ri.
”Memang kesetiaan nampaknya keluar dari mereka”kata Mu Gyul memandang jalan yang tadi dilalui kakek dan nenek.
”Aku harap kita bisa menggunakan kesetiaan untuk bisa selama itu”kata Mae-ri menyandarkan kepalanya ke bahu Mu Gyul.
”Kalau denganmu, aku bisa melihat hal itu terjadi”kata Mu Gyul, Mae-ri tersenyum.
”Kalau kau lelah. Ayo kembali”ajak Mu Gyul.
”Tidak, aku suka disini, bersama denganmu terasa seperti mimpi, ditambah aku ingin melihat matahari terbenam”kata Mae-ri.
”Karena kita bisa melihat matahari terbit, bisakah kita melihat matahari terbenam sebelum pulang?”tanya Mu Gyul.
”Apa yang harus ku lakukan dengan ayah?”tanya Mae-ri.
”Satu-satunya cara adalah jujur. Kita akan menjelaskan semuanya pada saat kita kembali” jawab Mu Gyul, lalu dia mencium kening Mae-ri.
Mereka benar-benar menikmati hari ini.

Mu Gyul sedang membaca buku di villa, sementara itu Mae-ri tengah tidur di lantai. Kemudian Mu Gyul menghampiri Mae-ri dan menyingkap poni yang menutup kening Mae-ri lalu mencium keningnya. Mu Gyul merasa mengantuk dan memutuskan untuk tidur di sisi Mae-ri.
Ketika Mu Gyul tidur, dia berbalik ingin memeluk Mae-ri tapi dia malah memegang-megang perut ayah Mae-ri. Mu Gyul yang sedang tidur juga merasakan keanehan dengan apa yang tengah disentuhnya. Mu Gyul membuka matanya dan terkejut melihat ayah Mae-ri, lalu dia bangun dan mencari-cari Mae-ri.
”Tak peduli berapa kali kamu telepon, tidak akan ada yang menjawab”kata ayah Mae-ri.
”Di mana Mae-ri?”tanya Mu Gyul.
”Di mana kau pikir?”tanya ayah Mae-ri balik.
”Sejauh mana kalian lari semalam, kelelahan sampai tidak merasa ada orang yang datang ke kamar? Aku membawa Mae-ri pulang ke rumah ketika dia masih tidur”kata ayah Mae-ri.
”Hah? ”komentar Mu Gyul
”Jadi katakan padaku, kau berencana melihat matahari terbit, kenapa kau bisa ada disini? Kau pasti tidak peduli padaku dan ingin mempermainkanku kan?”tanya ayah Mae-ri.
”Kau lebih baik jangan berpikir bisa melihat Mae-ri lagi”kata ayah Mae-ri lalu pergi meninggalkan Mu Gyul.

Di rumah Mae-ri dan Mu Gyul diinterogasi oleh ayah Mae-ri.
”Kau menghancurkan upacara pertunangan dan membuat kacau keluarga kami, dan sekarang kau berencana melarikan diri ditengah malam juga?”tanya ayah Mae-ri.
”Kami tidak ingin melarikan diri, kami mau pulang dan bicara denganmu”jawab Mu Gyul
”Ayah, kau juga melarikan diri dengan ibu untuk menikah, karena kakek tidak merestui kalian”kata Mae-ri, Mu Gyul juga baru mengatahui hal itu.
”Ah...tahu rahasi keluarga”jawab ayah Mae-ri.
”Kami perlu bicara empat mata antar sesama pria di sini, Jadi tolong pergi ke kamarmu dan tunggu disana”kata ayah Mae-ri.
”Ayah, kenapa kau bicara formal denganku?”tanya Mae-ri.
”Aku tidak bisa bicara tidak formal dengan orang yang sudah membuatku tidak nyaman” jawab ayah Mae-ri.
Lalu Mu Gyul mengingat ayah Mae-ri pernah mengatakan hal yang seperti itu padanya. Tiba-tiba Mu Gyul tertawa mengingatnya.
”Lihat, dia tertawa ketika orang tua bicar”kata ayah Mae-ri, Mu Gyul masih tetap tertawa
”Aku tidak akan mentolerir ini”teriak ayah Mae-ri. Mu Gyul berhenti tertawa dan mulai serius.
”Aku minta maaf, kumohon ijinkan kami berpacaran ayah”kata Mu Gyul.
”Tidak sebelum neraka membeku, lagipula kenapa aku bisa jadi mertuamu? Pergi dari rumahku!”kata ayah Mae-ri.
”Aku akan kembali lagi nanti”kata Mu Gyul.
”Kau pikir kau mau kembali kemana?” tanya ayah Mae-ri keras. Mu Gyul bangkit dari duduknya.
”Mu Gyul-ah”panggil Mae-ri, lalu Mu Gyul merasa kakinya sakit dan teriak lemah. Mu Gyul tetap pergi, Mae-ri berniat mengejarnya tapi dia di cegah ayahnya. Mae-ri meminta ayahnya untuk melepaskannya. Ayahnya bersikeras tidak mau melepaskan.
Akhirnya Mae-ri berhasil lepas dari ayahnya, saat dia keluar rumah untuk mengejar Mu Gyul, Mae-ri malah bertemu dengan Jung In. Jung In menghampiri Mae-ri dan berkata ” kau pulang dengan selamat”. Mae-ri memberikan tatapan sinisnya pada Jung In. Mae-ri tanya apa yang membuat Jung In datang ke rumahnya. Jung In menjawab,”Ada satu tempat yang ingin aku datangi bersamamu”. Mae-ri menjawab kalau dia tidak mau. Jung In menunduk dan berkata kalau ayahnya benar-benar sedang sakit. Mae-ri terkejut mendengarnya.
Ayah bertekad untuk mencari Mae-ri dengan mendatangi rumah Mu Gyul. Ayah berkata pada dirinya sendiri "Wi Mae-ri lihat saja aku akan menemukanmu! Kau pikir kau bisa pergi begitu saja demi laki-laki itu? Lihat saja aku akan menangkap kalian!”. Ibu Mu Gyul lari keluar dari rumah putranya dan tidak sengaja bertabrakan dengan ayah Mae-ri.
"Oh, kau Ibu Kang Mu Gyul"ucap Ayah Mae-ri.
"Oh, kau ayahnya Merry Christmas, kan?"tanya Ibu Mu Gyul.
"Anakku ada di dalam rumah, kan?"tanya ayah Mae-ri.
"Tidak, dia tidak ada di dalam"jawab Ibu Mu Gyul.
"Aku tidak percaya, kau pasti berbohong. Aku harus membawa pergi putriku! Karena sebelumnya putramu itu membawa kabur putriku!"kata ayah Mae-ri kesal.
"Apa maksudmu hah?"tanya ibu Mu Gyul menghalang-halangi ayah Mae-ri.
”Dia kabur membawa putriku semalam”jawab ayah Mae-ri.
“Woww, anakku luar biasa”kata ibu Mu Gyul bangga dengan ulah Mu Gyul.
“Apa kau bilang hebat?”tanya ayah Mae-ri tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
“Apa yang salah dengan anakku yang berharga itu?”tanya ibu Mu Gyul mulai kesal.
“Sebaiknya kau lebih menjaga anakmu itu”kata ayah Mae-ri.
Ayah Mae-ri dan ibu Mu Gyul terus bersitegang, hingga akhirnya ibu Mu Gyul menangis dan meenceritakan pada ayah Mae-ri kalau dia melahirkan Mu Gyul saat usianya baru 17 tahun. Ayah Mae-ri merasa iba melihatnya dan berinisiatif untuk menenangkan ibu Mu Gyul.
Sementara itu Mu Gyul berada di dalam rumah, dia tengah berkutat dengan ponselnya, dia ragu-ragu mau menelepon Mae-ri atau tidak. Lalu dia mendengar suara tangisan ibunya dan bergegas keluar.
Ayah Mae-ri masih berusaha menenangkan ibu Mu Gyul. Ibu Mu Gyul berkata,"tolonglah lebih baik pada putraku. Dia tumbuh tanpa orang tua, dan tinggal di rumah saudara." Ayah Mae-ri yang tak mau kalah berkata,"Masalahnya adalah Mae-ri akan segera menikahi seorang pria kaya, jadi tolong katakan pada putramu untuk tidak kabur lagi bersama anaku. Dia memiliki orang tua yang tidak beruntung, paling tidak dia harus menikah dengan calon suami yang baik". Ibu menanggapi perkataan ayah Mae-ri dengan berkata,"Jika dia tidak beruntung dengan kami maka aku harap dia beruntung dengan laki-laki lain".
Mu Gyul keluar dari rumah dan melihat ibunya tengah menangis ditemani ayah Mae-ri.
”Kang So Young, kenapa kau menangis? Jangan menangis, itu sangat memalukan”ucap Mu Gyul.
"Mu Gyul kau sepertinya telah salah menilai ayah Mae-ri, dia laki-laki yang baik"kata ibunya sambil menghapus air matanya.
”Apa maksudmu?”tanya Mu Gyul tak mengerti.
”Kau harus lebih perhatian pada ibumu”kata ayah Mae-ri.
”Bukan Ibu tapi Kang So Young”kata ibu Mu Gyul.
Ayah mulai menanyakan keberadaan Mae-ri dirumahnya pada Mu Gyul, Mu Gyul menjawab kalau Mae-ri tidak ada. Ibu Mu Gyul juga berkata kalau dia kan sudah bilang tidak ada. Akhirnya ayah Mae-ri percaya karena yang bilang ibu Mu Gyul.
Jung In mengajak Mae-ri ke rumahnya untuk menjenguk Tuan Jung yang sedang sakit. Sekretaris keluarga Jung berkata kalau Tuan Jung sedang tidur jadi mereka harus menunggu.

Mae-ri dan Jung In duduk di ruang tamu. Jung In meminta Mae-ri untuk berpura-pura tidak ada yang terjadi di depan ayahnya. Mae-ri tak memberikan jawaban, dia hanya diam saja. Jung In merasa sudah tahu jawaban Mae-ri. Tapi Jung In tetap berharap Mae-ri mau berakting, karena stress adalah masalah yang membuat ayahnya sakit. Mae-ri berkata kalau dia tidak ingin berbohong lagi. Jung In berkata kalau Mae-ri sangat berarti untuk ayahnya, Jung In memohon kepada Mae-ri untuk melakukannya demi ayahnya.
Mae-ri mengetuk pintu kamar Tuan Jung lalu bergerak masuk ke dalam. Tuan Jung tersenyum pada Mae-ri.
"Kemarilah"ucap tuan Jung, lalu dia mengulurkan tangannya, Mae-ri menggenggam tangan Tuan Jung.
"Maafkan aku, semua ini salahku"ucap Mae-ri menyesal, Tuan Jung menggelengkan kepalanya.
"Aku yakin jika aku melihat senyuman indahmu, aku akan merasa lebih baikkan, jadi aku mohon tersenyumlah". Pinta Tuan Jung, Mae-ri akhirnya tersenyum.
"Kau terlihat sangat mirip sekali dengan ibumu saat kau tersenyum"kata Tuan Jung.
"Aku akan datang mengunjungimu lebih sering mulai dari sekarang"kata Mae-ri.
"Terima kasih, tapi setelah kita menjadi satu keluarga, aku akan dapat bertemu denganmu setiap waktu"kata Tuan Jung.
"Ingatlah agar meminum obatmu teratur jadi kau akan cepat sembuh"kata Mae-ri, Tuan Jung tersenyum melihat Mae-ri yang sangat perhatian padanya dan berkata,"Baiklah, aku mengerti".
Mu Gyul berkumpul dengan teman-teman bandnya. Teman Mu Gyul berkata,"Kita sudah hidup dengan musik dari 10 tahun tapi tetap saja kita bahkan masih tidak bisa memberikan sesuatu untuk pacar kita. Aku merasa lemas saat orang-orang membicarakan mengenai sebuah pernikahan. Itulah sebabnya orang seperti kita harusnya menikah dengan seorang fans".
"Hubungan dengan fans tidak akan berjalan lebih dari setahun. Jika kau tidak bisa mendapatkan nasi maka pada akhirnya perceraian yang akan menanti. Lagipula... Dengan jadwal kita ini, jika kita menikah maka akan sulit bertemu dengan keluarga. Ah benar-benar menyedihkan menjadi anak band. Ayo cepat minum ini"kata teman Mu Gyul yang lain.
Mu Gyul diam saja tak memberikan komentar dan dia lalu mengambil ponselnya dan mengirim SMS pada ibunya ” Ibu... Aku merindukanmu”.

Mu Gyul pulang ke rumah dan bertemu dengan ibunya.
"Bagaimana dengan persiapanmu untuk pergi ke Paris? Waktunya sudah semakin dekat, kan?"tanya Mu Gyul.
"Yang harus aku lakukan adalah menjual cafe. Ahh apa ada masalah? Kenapa kau menghubungiku?"tanya ibu balik.
"Ibu, Apakah kau tidak akan menikah?"tanya Mu Gyul.
"Kenapa ini? Kenapa membicarakan mengenai pernikahan secara tiba-tiba?"tanya ibunya tertawa terkejut mendengar pertanyaan putranya itu.
"Aku hanya penasaran"jawab Mu Gyul, ibu Mu Gyul menarik nafas panjang mendengarnya.
"Hmm kau tahu bahwa aku tidak ingin menikah... itu bukan karena aku tidak memiliki kepercayaan diri, tapi aku hanya takut"kata ibu Mu Gyul menjelaskan alasannya tidak mau menikah
"Oh jadi itu penyebabnya"kata Mu Gyul.
"Tapi karena aku sadari, aku semakin tua maka aku pun mulai merasa kesepian. Aku khawatir dengan apa yang akan aku lakukan nanti jika tidak ada satu orangpun yang ada di sisiku saat aku mulai tua, itulah salah satu alasanku menerima pergi ke Paris dengan pria itu"kata ibu Mu Gyul lagi.
"Kau memiliki aku ibu"kata Mu Gyul, ibu tersenyum mendengarnya dan menatap putranya itu.
"Kau benar. Lalu bagaimana denganmu?"tanya ibu Mu Gyul, Mu Gyul terdiam mendengarnya.
Mu Gyul mengingat saat dia pergi bersama Mae-ri waktu itu, ketika Mae-ri berkata,"Aku harap kita bisa menggunakan kesetiaan untuk bisa selama itu". Mu Gyul menjawab,”kalau denganmu, aku bisa melihat hal itu terjadi”.
Mae-ri pulang ke rumah, ayahnya sudah menunggu dengan cemas di ruang tamu.
"Kemana saja kau?"tanya ayahnya melihat Mae-ri masuk ke dalam rumah.
"Aku pergi ke tempat paman"jawab Mae-ri.
"Kenapa kau pergi ke sana?Apa kau sudah berubah pikiran lagi untuk kembali bertunangan dengan Jung In?"tanya ayah Mae-ri.
"Aku bertemu Direktur di luar dan dia mengajakku untuk ke rumahnya, itu saja. Dan lagi, perasaanku pada Mu Gyul tidak akan pernah berubah"jawab Mae-ri yakin.
"Apa? Mae-ri-ah.. Aku mohon padamu untuk berpisah dengan pria itu"pinta ayahnya.
"Ayah, katakan padaku dengan jujur, apa yang membuatmu merasa tidak suka dengan Mu Gyul?"tanya Mae-ri.
"Yang aku tidak suka? Aku tidak suka matanya, hidungnya, mulutnya"jawab ayahnya.
"Aku membenci semua hal mengenai laki-laki itu!"kata ayah Mae-ri lagi
"Tapi dia adalah orang pertama yang aku cintai. Apakah kau tidak bisa mengerti?"tanya Mae-ri.
"Apakah kau berencana untuk menikah dengannya?"tanya ayah Mae-ri, Mae-ri terkejut mendengarnya.
"Kami baru berpacaran. Mengapa membahas masalah pernikahan begitu cepat?"tanya Mae-ri.
"Kau bukanlah seorang anak kecil lagi. Jika kalian tidak berencana menikah lalu untuk apa kalian berpacaran?"tanya ayah Mae-ri.
"Jadi jika kami mempunyai rencana seperti itu, apa kau akan mengijinkannya?"tanya Mae-ri.
"Tidak! Tidak akan! Tidak dengan laki-laki itu. Dia itu tidak memiliki apapun, dia hanya seorang playboy. Kau hanya akan berakhir dengan menyedihkan jika bersama pria itu!" jawab ayah Mae-ri tegas.
"Ayah, pada awalnya memang pernikahan kami hanya palsu dan kami tidak saling mencintai, tapi kali ini berbeda. Mu Gyul akan melakukan yang terbaik"kata Mae-ri.
"Tidak bisa. Aku tetap tidak bisa percaya padanya. Mae-ri, kau seharusnya menerima cinta dari seorang laki-laki yang juga mencintaimu, tapi laki-laki itu bukanlah pilihan yang tepat"kata ayah Mae-ri tetapa pada pendiriannya.
"Ayah kau berkata seperti itu karena kau tidak mengetahui dirinya. Mu Gyul adalah laki-laki baik dan penuh kasih sayang"kata Mae-ri.
"Kau berkata begitu karena kau telah di butakan oleh cinta. Dengarkan, kau sebaiknya menyelesaikan masalah ini dan kembali pada Jung In"kata ayah Mae-ri.
"Aku tidak peduli. Aku hanya tidak ingin melewatkan cinta pertamaku!"kata Mae-ri, Ayah Mae-ri menatap Mae-ri.
"Mae-ri,cinta pertama itu tidak memiliki arti apa-apa"kata ayah Mae-ri.
”Tapi kau memiliki cinta pertama itu dengan ibu"kata Mae-ri tidak mau kalah.
"Itulah sebabnya ibumu tidak bahagia. Dia juga di butakan oleh cinta pertama dan tidak pernah menatap ke depan"kata ayah Mae-ri.
"Ayah, kenapa kau seperti ini?"tanya Mae-ri tak mengerti dengan sikap ayahnya selama ini.
"Mae -ri, dengarkan aku. Kau tidak akan bisa hidup dengan yang namanya cinta saja. Yang aku inginkan adalah kau bahagia"kata ayahnya.
"Ayah, aku bahagia saat bersama Mu Gyul. Ini adalah pertama kalinya aku merasa begitu bahagia sejak aku di lahirkan. Kau tahu kan seberapa besar aku menderita selama ini. Aku tidak pernah hidup dengan sebuah mimpi ataupun sebuah cinta, tapi sekarang aku ingin hidup dengan merasakan mimpi dan juga cinta"kata Mae-ri, ayahnya terdiam mendengar kata-kata tulus yang keluar dari mulut putrinya itu.
Jung In berada di tempat syuting, dia sedang menatap fotonya bersama Mae-ri. Seo Joon datang ke tempat syuting dan menghampiri Jung In,"Bagaimana dengan jadwal Lee Ahn? Apakah dia sudah kembali dari tournya itu?"Jung In memasukan HPnya ke dalam saku.
"Heemm dia bilang, dia akan menelepon saat dia kembali, namun hingga saat ini aku belum mendapatkan telepon darinya"jawab Jung In.
"Dia berencana tetap mengambil uangnya dan menghindar dari drama ini. Kau sebaiknya lebih berhati-hati karena aku yakin, dia akan terus berusaha menghindar"kata Seo Joon Jung In tersenyum mendengarnya.
Lee Ahn ternyata ada dilokasi syuting dia berkata,"Ah udaranya sangat dingin sekali karena musim dingin. Direktur Jung In, kau akan tetap menyediakan penghangat ruangan kan? Karena aku tidak bisa berakting jika aku kedinginan". Seo Joon kesal mendengarnya dan langsung berkata agak ketus pada Lee Ahn,"Ada apa denganmu?Setnya sudah bagus. Jangan manja dan bersikap seperti bayi yang ingin menangis".Lee Ahn kesal mendengranya dan memilih menghindar dengan melihat-lihat lokasi syuting.
Jung In menarik Seo Joon sebentar menjauh dari Lee Ahn untuk berbicara,"Seo Joon bisa kita berbicara sebentar? Hmm aku memutuskan untuk memakai produser musik yang sama, apakah kau akan merasa tidak nyaman?"
"Tidak nyaman? Kenapa? tenang saja, kali ini aku tidak akan memikirkan apapun. Aku ingin fokus pada pekerjaan. Aku permisi untuk melihat ruangan yang lainnya"kata Seo Joon, lalu berjalan pergi meninggalkan Jung In.
Manager Lee Ahn melihat keakraban antara Jung In dan Seo Joon pun langsung mendekati Jung In.
"Kalian terlihat sangat akrab. Dan aku sempat melihat kalian berdua bersama di Hong Dae"kata manager.
"Hemm sepertinya kau masih tertarik untuk mencari band indi di Hong Dae. Apa kau masih berusaha mengontrak sebuah grup band?"tanya Jung In, Manager langsung terlihat gugup dan menutupi kegugupannya dengan tertawa.
"Apa yang kau bicarakan? Bagiku hanya ada Lee Ahn yang harus aku jaga. Aku harap kau lebih berhati-hati karena gosip yang menimpa Seo Joon. Aku rasa masalah akan semakin rumit jika muncul gosip baru lagi"kata manager itu.
"Kau tidak perlu khawatir"kata Jung In.
"Aku hanya khawatir hal itu akan menjadi penghalang untuk drama ini. Aish atapnya sangat ribut. Aku pikir akan sangat sulit untuk melakukan syuting film saat atapnya sangat ribut"kata manager, lalu segera pergi meninggalkan Jung In.
Mu Gyul pulang dari mengajar gitar, dia mendapat telepon dari Mae-ri.
"Ya aku baru saja keluar kelas dan dalam perjalanan ke rumah. Ada apa?"tanya Mu Gyul.
"Aku hanya ingin melakukan sebuah hal yang nona penulis pinta padaku. Apakah kau sudah makan malam?"tanya Mae-ri.
"Belum. Aku sangat ingin memakan soup yang kau buat"jawab Mu Gyul.
"Baiklah, aku akan membuatnya setelah aku pulang kerja. Cepatlah pulang ke rumah, mengerti?"kata Mae-ri.
"Ya mengerti"jawab Mu Gyul menutup teleponnya.
Ketika Mu Gyul akan berjalan pulang, ada seseorang yang memanggilnya.”Kang Mu Gyul”, ternyata itu Jung In, Mu Gyul menoleh ke arah Jung In, lalu murid-murid Mu Gyul langsung mengerubungi Mu Gyul.
Mu Gyul dan Jung In memutuskan untuk bicara di sebuah restoran, Aura mereka begitu tegang seperti siap mau perang, hahaha.
"Kau bilang ingin membicarakan tentang pekerjaan?"tanya Mu Gyul.
"Aku memang perlu membicarakan masalah pekerjaan denganmu, tapi aku juga harus membicarakan tentang Wi Mae-ri terlebih dahulu"jawab Jung In. Jung In menatap tajam ke arah Mu Gyul. "Apa kau siap menikah, Kang Mu Gyul?"
"Siapa yang mengatakan aku akan menikah?"jawab Mu Gyul.
"Aku siap menikah..."kata Jung In dengan pasti yakin lahir batin, hehehe
"Ahh.. Maksudmu menikah dengan alasan uang?"tanya Mu Gyul.
"Aku hanya akan mengatakan hal ini sekali. Aku adalah suami sah Mae-ri di mata hukum. Dan aku harus menyetujui untuk mengakhiri semuanya setelah kontrak selesai” kata Jung In.
Mu Gyul berjalan pulang menuju rumahnya dan dia mengingat kata-kata Mae -ri yang berharap bisa hidup bersama dengan setia. Namun Mu Gyul ingat kata-kata Jung In kalau Jung In adalah suami Mae-ri yang sah secara hukum.
Mu Gyul sudah sampai di depan rumahnya dan akan masuk ke dalam rumahnya namun ada seseorang yang memanggilnya.”Kang Mu Gyu”, yang memanggil ternyata Seo Joon. Seo Joon tersenyum dan menghampiri Mu Gyul.
"Apa yang membawamu datang ke sini?"tanya Mu Gyul. Seo Joon mengeluarkan kalung pick gitar dan berkata,"Aku datang untuk mengembalikan ini". Mu Gyul melihat kalung itu dan berkata,"Buang saja". Seo Joon melemparkan kalung itu.
"Aku ingin berhenti menjadi temanmu, jadi aku akan berhenti memikirkanmu dan juga berhenti untuk datang kemari mencarimu"kata Seo Joon.
"Kau dapat menghentikannya kapanpun kau mau"kata Mu Gyul. Seo Joon mengangguk,
"Baiklah. Aku hanya ingin melakukan perpisahan dan pergi"kata Seo Joon.
Seo Joon mendekatkan wajahnya ke wajah Mu Gul dan CUP Seo Joon mencium Mu Gyul secara tiba-tiba untuk yang terakhir kalinya. Mae-ri datang, dia terkejut karena melihat Seo Joon yang sedang mencium Mu Gyul. Sementara itu Mu Gyul dan Seo Joon tidak menyadari keberadaan Mae-ri.


Writettn By Apni RF & April RF~ Support Piku by Ari RF

BACA JUGA SINOPSIS LAINNYA



0 comments:

Post a Comment


Friend Link List