Recent Post


[Sinopsis] Personal Taste Episode 15

Do you want to share?

Do you like this story?

Dengan terbata-bata karena syok Kae-in berkata kepada ayahnya, "Saat aku kecil, aku selalu bertanya-tanya kenapa ayah membenciku. Akupun akan melakukan hal yang sama, karena akulah pembunuh ibu".
Kae-in menangis tidak kuat menanggung rasa syok. Ayah Kae-in terkejut bukan kepalang.
"Kae-in" panggil Jeon Jin Hoon kebingungan. Ayah Kae-in pun bertanya siapa Jeon Jin Hoon. Dan Jeon Jin Hoon pun memperkenalkan dirinya. Ayah Kae-in menyuruh Jeon Jin Hoon pergi. Mendadak Kae-in hampir ambruk.
Dengan terbata-taba Kae-in berkata bahwa dia telah mengingat semuanya. Tragedi yang merenggut nyawa ibunya. Kae-in kecil yang sedang bermain diatas kaca tepat ibunya sedang bekerja. Kae-in kecil yang memanggil-manggil ibunya dengan mengetuk-etuk kaca, tak disangka kaca retak, in Kae-in kecil jatuh dan menimpa ibunya yang berada tepat dibawah Kae-in.
"Kae-in, itu hanya mimpi buruk!".
Kae-in tetap menanggis sesegukan, walau ayahnya menyakinkan bukan kesalahan dia. Jin-ho merasa cemas dengan keadaan Kae-in. "Aku ingat semuanya." Giliran ayah Kae-in yang syok demi melihat foto Kae-in bersama ibunya yang disimpan di gudang bawah tanah yang ditutup rapat."Dari mana foto ini?" tanya ayah Kae-in sambil menatap tajam kearah Jin-ho dan dia melihat gudang bawah tanya telah dibuka.
"Apakah kau yang telah membukanya? Punya hak apa kau membukanya?!"teriak ayah Kae-in dengan murkanya kepada Jin-ho. Sedang Jin-ho merasa sangat bersalah. "Pergi!" usir Ayah Kae-in. Kae-in hampir tidak sadarkan diri.
Dengan langkah gontai ayah Kae-in masuk keruangan bawah tanah. Dia tertunduk lemas dan menanggis sambil memandang foto Kae-in bersama ibunya. Penyesalan tampak diraut wajahnya.
Ditempat lain, Kae-in bersama Jin-ho mendatangi kuburan ibunya. "Ibu, karena ingin menyelamatkanku..ibu.." Kae-in tidak sanggup melanjutkannya. Jin-ho memeluknya untuk menguatkan hati Kae-in.
Sang-joon menyuruh Tae-hoon untuk mencetak ulang cetakan biru yang ditemukan Jin-ho dikediaman Sang Go Jae yang tanpa diketahui bahwa itu merupakan hasil buatan ayah Kae-in. Dan teman Jin-ho mengira gambar itu merupakah hasil kerja Jin-ho.

Mendadak Sang-joon mendapat telepon ditelepon dari Direktur untuk menyerahkan uang 200juta dalam waktu sebulan jika tidak mereka akan membawa masalah ini kepengadilan.
Sang-joon dengan perasaan gundah terpaksa membawa gambar rumah Sang Go Jae untuk diperlihatkan kepada Direktur Galeri Seni. Sang-joon berniat untuk meminta opini Direktur terhadap 'karya ' Jin-ho walaupun itu melanggar peraturan. Sebenarnya Sang-joon ingin meminta dukungan.
Direktur : Yang aku tahu dari Direktur Jun tidak akan melakukan hal semacam ini (tidak sesuai aturan). Itulah sifatnya. Atau aku yang salah? Silakan untuk membawanya kembali.

Sang-joon gugup mendengar penuturan Direktur yang benar apadanya.
Sang-joon : Sebenarnya, perusahaan kami sedang dalam masalah sekarang, sayalah yang berinisiatif untuk menemui anda. Saya mohon.
Direktur terdiam.
Malamnya, Jin-ho mengantar pulang Kae-in. Sesampainya, Kae-in menyuruh Jin-ho untuk pulang. "Aku tidak tahu harus berkata apa, hanya saja aku akan selalu disampingmu" kata Jin-ho. Kae-in merasa tenang.
Ayah Kae-in keluar saat Kae-in hendak menuju kekamarnya. Kae-in merasa belum sanggup berhadapan dengan ayahnya. Ayah Kae-in sempat marah karena mengetahui Kae-in hidup serumah dengan Jin-ho. Kae-in berkata lirih bahwa dia hanya menyewakannya. Kae-in melihat tempat duduk telah dikembalikan kesedia kala. Ayahnya berujar dia telah menutup ruang bawah tanah dan Kae-in harus melupakkan semuanya.
"Sesuatu yang telah terjadi tidak akan mudah untuk dilupakan."
Kae-in dengan langkah lemah masuk kedalam kamar dan menanggis.
Keesokan harinya Ayah Kae-in bertemu dengan Direktur Choi karena dia telah terpilih sebagai juri.
Direktur : Kami tidak tahu bagaimana untuk membalasnya.
Ayah Kae-in : Proyek Dam sudah seperti takdirku. Walaupun aku telah bersedia menjadi juri, aku tidak tahu bagaimana untuk menolong Direktur Choi.
Sementara itu, dikantor Jin-ho, Sang-joon telah mengatakan bahawa cetakan biru miliknya telah diperlihatkan kepada Direktru Choi. Jin-ho kaget bukan kepalang saat mengetahui cetakan biru yang dimaksud. "Aah..aku tidak menggambarnya!" teriak Jin-ho putus asa. "Yang menggambarnya Prof. Park, ayah Kae-in.".
Sang-joon syok, Jin-ho langsung pergi ke galeri untuk menemui Direktur Choi.
Dengan langkah tergesa-gesa, Jin-ho memasuki galeri.
Diwaktu yang sama, Direktur Choi memperlihatkan cetakan biru yang diserahkan Sang-joon kepada Prof. Park untuk dimintai pendapatnya.
Alangkah terkejurnya Prof. Park saat melihat gambar didepannya. Saat itulah Kae-in masuk dan memberi salam kepada Direktur Choi. Ayah Kae-in terkejut melihat Kae-in datang begitupu Kae-in.

Direktur Choi : Dia yang bertanggungjawab dalam renovasi ruang bermain anak-anak. Saat saya mendengar anda akan datang, saya meminta Kae-in bergabung agar kita bisa makan siang bersama. Setelah anda mengetahui Kae-in bekerja bersama kami, apakah anda merasa khawatir?
Prof. Park : Dia banyak kekurangannya. Jadi saya harap dia tidak membuat masalah.
Direktur Choi malah berkata sebaliknya, dia senang telah menemukan bakat Kae-in.
Selanjutnya, Ayah Kae-in bertanya siapa yang telah membuat gambar yang sedang dilihatnya. "Direktur Firma Arsitektur M, Jun Jin-ho" jawab Direktur Choi, dan mengatakan bahwa Kae-in sedang dekat dengan Jin-ho.
Saat itulah Jin-ho masuk, sontak dengan murkanya ayah Kae-in berteriak sambil mengacungkan gambarnya. "Apakah gambar cetakan biru ini milikmu?!".
"Maafkan saya" kata Jin-ho dengan nada penuh penyesalan.
Kae-in yang tidak mengerti apa yang terjadi menghampiri mereka. Ayah Kae-in melempar gambar cetakan biru kearah Jin-ho.
"Ini adalah gambar desain yang aku hentikan untuk Galeri Seni Dam 30 tahun yang lalu!" teriak Ayah Kae-in.
Direktur Choi dan Kae-in sontak syok bukan kepalang.
"Apa kau masuk ke Sang Go Jae hanya untuk mengambil ini". "Saya tidak berniat untuk mengambilanya." kata Jin-ho berusaha menjelaskan. "Dan pada akhirnya kau hanya mempermainkan perasaan Kae-in?".

Kae-in semakin syok. Jin-ho serta merta menyanggahnya. Akan tetapi ayah Kae-in sudah tidak dapat percaya. Direktur Choi tertunduk lemah, merasa bersalah.
Kae-in berusaha untuk membela Jin-ho dan berusaha menyakinkan ayahnya bahwa semua ini hanya salah paham. "Laki-laki ini hanya memperalatmu hanya untuk mendapatkan proyek ini!". Kae-in tidak mau mepercayainya. Jin-ho hanya terdiam saja. Pada akhirnya Jin-ho membenarkan bahwa dia pada mulanya berniat ke Sang Go Jae hanya untuk bertemu dengan Prof. Park, ayah Kae-in karena dia yang mendesain Galeri Dam yang berdasarkan konsep Sang Go Jae. Akan tetapi sejak aku menyukai Kae-in aku telah menyerah, kata Jin-ho.
Kae-in seperti mendapat hantaman besar, dan merasa sakit hati.
Direktur Choi masih diruangannya, dan melihat gambar milik Prof. Park, dia merasa semua ini terjadi karena dirinya.
Sang-joon yang menyusul Jin-ho ke galeri merasa semakin menyesalinya, karena dia semua jadi berantakan. Dia memaksa Jin-ho untuk menjelaskan duduk perkaranya karena nasib perusahaan dan Jin-ho bisa hancur, Jin-ho sudah sedikit pasrah, dan menghalangi Sang-joon karena merasa ini semua salahnya.
In-hee menemui Chang-ryul dan memberitahu bahwa Jin-ho telah melakukan kesalahan fatal yang membuat ayah Kae-in murka. In-hee mengatakan sekarang keberuntungan ada dipihak Chang-ryul.
Secara tidak sengaja salah satu karyawan Jin-ho memberikan gambar desain yang sebenarnya milik Prof. Park, dan sekarang Jin-ho sama-sekali tidak akan mendapatkan kepercayaan darinya. Chang-ryul kaget mendengarnya.
Kae-in berdiri didepan kamar Jin-ho yang lama. Ayah Kae-in menyuruh memindahkan semua barang milik Jin-ho, Kae-in merasa sedih dan dikhianati.
Sedang, Jin-ho merasa frustasi terduduk lemas dimejanya. Sang-joon menghampirinya, Apakah kau benar-benar tidak akan menjelaskan yang sebenarnya? Jin-ho merasa tidak ada gunanya. Ini semuanya salahku!.
Jika kalian benar-benar putus bagaimana aku akan menghadapi kau Jin-ho? kata Sang-joon masih dengan nada penyesalan.
Jin-ho semakin frustasi.
Kae-in mulai memberesi barang-barang Jin-ho yang tertinggal. Tidak disangka seorang tamu datang, ternyata dia adalah ayah Chang-ryul dan Chang-ryul sendiri. Kae-in merasa tidak senang akan kedatangan Chang-ryul karena sepertinya mempunyai maksud lain.

Chang Ryul menghampiri Kae-in yang sedang membuat minuman.
Chang-ryul : Aku mendengar bahwa Jin-ho mengambil gambar cetakan biru Prof. Park. Seharunya aku meyuruhnya untuk menjahuimu.
Kae-in : Kau juga mengetahuinya? Alasan Jin-ho datang ke Sang Go Jae.
Chang-ryul : Pada akhirnya kau akan mengetahuinya. Aku hanya takut kau akan terluka, Kae-in tidak akan dekat-dekat dengan dia lagi setelah semunya ini terjadi bukan? Dia berpura-pura gay dan mencuri gambar ayahmu.

Merasa jengah dengan perkataan Chang-ryul, Kae-in pun membalas perkataannya tak kalah pedas. "Bukankah kau dan ayahmu sama saja?!." Kae-in tahu Chang-ryul mulai mendekatinya lagi setelah mengetahui dia putri dari Prof. Park dan karena proyek Dam. "Semua orang sama saja!". Kae-in berlalu dari hadapan Chang-ryul.
Sedang dihadapan ayah Kae-in, ayah Chang-ryul mulai menghina dan menjelek-jelekan nama Jin-ho. Ayah Chang-ryul berkata bahwa Jin-ho hanya mendekati Kae-in hanya untuk dimanfaatkan saja, dan karena ingin membalas dendam kapada keluarga Chang-ryul, Jin-ho berusaha merusak hubungan Chang-ryul dan Kae-in.
Ayah Chang Ryul : Sekarang, beberapa pasangan putus dan kembali bersama lagi sudah biasa. Bagaimanapun, Chang-ryul mempunyai maksud baik. Saat dia membeli semua desain Kae-in.
Chang-ryul : Memiliki merk sendiri merupakan impian setiap designer.

Kae-in terkejut mendengar perkataan Chang-ryul bahwa dialah yang merencanakan Doyle dan mengontrak Kae-in untuk menjual karya Kae-in. Pikiran Kae-in berkecamuk.
Jin-ho sedang berada didepan Sang Go Jae, dan memikirkan perkataan ayah Sang-joon sebelumnya. Jin-ho memantabkan hatinya untuk menemui Kae-in dan ayahnya. Saat itulah Chang-ryul dan ayahnya keluar dari Sang Go Jae dan mereka tampak akrab. Jin-ho seketika meengurungkan niatnya. Jin-ho semakin syok saat mendengar ayah Kae-in telah merestui hubungan Chang-ryul dan Kae-in.
Sedang Kae-in didalam semakin frustasi dengan masalah yang dihadapinya. Ayah Kae-in menghampiri Kae-in. "Chang-ryul sepertinya lelaki yang baik".
"Ayah kau bahkan tidak tahu apapun." kata Kae-in menyanggah "Ayah tidak tahu betapa Chang-ryul pernah menyakitiku dulu".
"Jika memang Jin-ho tidak bersalah seperti yang kau sangka, maka seharunya dia datang kesini dan menjelaskan semuanya!". Ayah Kae-in mulai berapi-api.
"Pada akhirnya ayah tidak pernah mendengarkanku dan tidak pernah percaya kepadaku" kata Kae-in lemah.
Kae-in pergi meninggalkan ayahnya.
Jin-ho pergi meninggalkan Sang Go Jae dan benar-benar mengurungkan niatnya untuk menjelaskan semuanya kepada Kae-in dan ayahnya. Jin-ho menngendarai mobilnya dengan pikiran yang berkecamuk. Teringat kejadian di kantor Direktur Choi dan saat Chang-ryul begitu diterima oleh Ayah Kae-in.
Sedang Kae-in semakin binggung dikamarnya. Dan tidak habis pikir kenapa Jin-ho tidak datang dan mencoba meluruskan semuanya.
Kae-in dihubungi oleh Young-Seon dan dia menanyakan apakah Jin-ho sudah datang ke Sang Go Jae. Belum, jawab Kae-in dengan lunglai. Dari yang aku dengar dari Sang-joon, Jin-ho sedang dalam perjalanan menemuimu, bantah Young-sun.
Kae-in semakin kesal mendengar perkataan Young -sun. Tiba-tiba Young-sun menjelaskan bukan salah Jin-ho, akan tetapi Sang-joon yang mengira cetakan biru itu karya Jin-ho sehingga dia memperlihatkan kepada Direktur Choi.
Tetap saja Kae-in terluka karena Jin-ho masuk ke Sang Go Jae karena alasan tertentu dan membohonginya.
Tetap saja, harus diingat bahwa Jin-ho tidaklah salah sepenuhnya, kata Young-Seon sambil menatap jengkel Sang-joon yang masih asik makan dan menutup telepon Kae-in.
Jin-ho berada di persemayaman ayahnya. Ayah, kau selalu ingin mengomeli aku karena kekurangan aku bukan? Walaupun salah, aku bahkan tidak mau meminta maaf. Aku benar-benar orang yang menyedihkan. Tapi, tidak ada yang bisa aku lakukan untuk wanita yang kucintai. Seorang wanita yang berharap mendapat pengakuan dari ayahnya. Aku membuat dia malu didepan ayahnya.
Kae-in menelepon Jin-ho agar mereka bisa bertemu dan berbicara. Kae-in menyuruh Jin-ho datang ke toko yang sebelumnya mereka datangi berdua
Kae-in menunggu Jin-ho diluar, dan bersabar menunggu kedatangannya.
Dan sebenarnya Jin-ho telah sampai, akan tetapi Jin-ho hanya memperhatikan Kae-in dari kajauhan. Apa keinginanmu? tanya Jin-ho. Aku ingin kelak kita tidak saling menyembunyikan sesuatu, jawab Kae-in. Jin-ho yang teringat kata-kata Kae-in semakin merasa telah menyakiti Kae-in.
Kae-in melihat Jin-ho yang hanya duduk diam didalam mobil dan menghampirinya.ida Jin-ho memutuskan untuk berbicara kepada Kae-in.
Kae-in : Aku sangat marah sehingga aku bersumpah tidak ingin bertemu lagi. Aku ingin memberikan kesempatan terakhir agar kau bisa menjelaskan semuanya kepadaku. Sebelum aku mendengar penjelasnmu, aku tidak akan mempercayai semua. Katakan kepada Jin-ho.
Jin Ho : Aku yang melakukan segalanya.
Kae-in : Jangan berbohong kepadaku, pandang diriku Jin-ho dan katakan padaku.
Jin-ho : Alasan aku masuk ke Sang Go Jae, berpura-pura gay dan mengembik cetakan biru semuanya jelas, karena akulah yang melakukan semuanya. Aku masuk ke Sang Go Jae karena konsep proyek Galeri Seni Dam.
Kae-in syok mendengar perkataan Jin-ho.
Jin-ho : Dan saat aku melihat cetakan biru Prof. Park, aku tidak akan bepura-pura lagi. Sebagai wanita kau telah tunduk kepadaku. Sekarang, apa kau sudah mengerti?
Kae-in : kenapa kau seperti ini Jin-ho? (Kae-in benar-benar tidak ingin mempercayai semuanya).
Jin-ho : Kau masih saja percaya kepadaku? benar-benar seperti orang bodoh. Kau pikir aku akan menyukai wanita yang menyedihkan seperti dirimu?
Kae-in : Tapi, Jin-ho..kau mencintaku bukan?
Jin-ho : Aku hanya pura-pura! Karena aku ingin sukses, bagaimanapun caranya.

Kae-in menahan tangis dan menyuruh Jin-ho untuk berhenti pura-pura berkata yang sengaja untuk menyakiti Kae-in, karena Kae-in tahu bukan sifat Jin-ho.
Tidak, beginilah aku yang sebenarnya dari awal, alasan aku mengatakan kepadamu sekarang karena mengenyahkan perasaanmu kepadaku!, kata Jin-ho benar-benar dingin.
Apakah kau bersikap seperti ini karena menyesal kepadaku? tanya Kae-in terbata-bata.
Tidak, dan jangan muncul dihadapan aku lagi, tegas Jin-Ho dan meninggalkan Kae-in sendirian. Remuk redam perasaan Kae-in.
Aku tidak mencintai Park Kae-in, aku tidak mencintainya. Guman Jin-ho dengan menahan rasa tangis.
Ayah Kae-in menunggu Kae-in dengan cemas. Darimana saja kau? tanyanya kepada Kae-in yang baru saja datang. Aku baru saja berpisah dari Jin-ho sesuai keinginan ayah, jawab Kae-in tanpa memandang ayahnya dan berlalu menuju kamarnya.
Sedang, Jin-ho kembali kerumahnya. Jadi kau memutuskan untuk kembali kerumah? tanya ibu Jin-ho. Ya, jawab Jin-ho dengan suara lemah. Jadi kau dan wanita itu sudah putus?. Jin-ho mengiyakan dan pergi kekamarnya dengan wajah sedih yang tidak bisa disembunyikan
Kae-in menangis tersedu-sedu dikamarnya, ayahnya melihatnya dan membiarkan Kae-in memangis sendiri. Begitu juga dengan Jin-ho yang hanya terduduk dan berusaha menguatkan hatinya. Ibu Jin-ho melihatnya dan seperti ayah Kae-in lakukan, membiarkan mereka sendiri.
Keesokan harinya Kae-in berada di Galeri untuk menyelesaikan pekerjaannya. Diam-diam Direktur Choi mengagetkan dan berusaha membuat Kae-in terkejut, akan tetapi Kae-in yang suasana hatinya sedang buruk benar-benar tidak bersemangat. Kae-in berpura-pura semua baik-baik saja didepan Direktur Choi.
Jin-ho datang ke kantor dan langsung diberondong pertanyaan oleh Sang-joon yang menanyakan tentang kejadian kemarin. Jin-hoo terduduk lemas dikursi “Semua sudah berakhir” ucap Jin-ho dan meminta Sang-joon untuk tidak membahas lagi masalahnya dengan Kae-in.
Kae-in dan Direktur Choi makan siang bersama. Direktur Choi bertanya tentang Jin-ho kepada Kae-in.
“Semuanya sudah berakhir dan selama ini Jin-ho tidak pernah mencintaiku” jawab Kae-in. Direktur Choi kaget mendengar jawaban Kae-in dan berusaha meyakinkan Kae-in kalau Jin-ho sangat mencintainya. Kae-in hanya terdiam dan meneruskan kembali makannya.
Jin-ho bekerja hingga larut malam menyelesaikan desain agar bisa melupakan apa yang terjadi dengan dirinya dan Kae-in.
Keesokan harinya Jin-ho ditemani Sang-joon datang ke galeri untuk menyerahkan formulir baru. Direktur Choi melihat Jin-ho dan meminta kepada In-hee untuk memanggil Jin-ho ke kantornya.
“Aku akan mencoba mempercayaimu sekali lagi” ucap Direktur Choi “Dari awal aku memang sudah salah” jawab Jin-ho. Direktur Choi menghibur Jin-ho dan mengatakan kepada Jin-ho “Kalau memang dirimu salah maka beranilah untuk mengakui kesalahanmu”.
Young-sun dan Kae-in pergi bersama dan minum-minum. Young-sun mulai mengorek informasi tentang hubungan Jin-ho dan Kae-in setelah masalah kemarin. Kae-in yang masih sedih berkata kepada Young-sun dirinya akan pergi kalau Young-sun membahas masalah ini lagi.
Young-sun yang tidak ingin melihat sahabatnya sedih terus menerus mencoba membujuk Kae-in agar memaafkan Jin-ho dan kembali seperti dulu lagi. Kae-in yang mulai mabuk tidak menanggapi ucapan Young-sun dan jatuh tertidur di meja.
Jin-ho terus menerus menatap Sang Go Jae dari dalam mobilnya. Jin-ho memutuskan pergi, namun baru saja mau menstarter mobil, Young-sun meneleponnya dan mengabarkan jika Kae-in mabuk berat dan Jin-ho harus mengantar Kae-in pulang. Jin-ho menolak permintaan Young-sun namun Young-sun bersikeras kalau Jin-ho harus datang dan menjemput Kae-in.
Karena bujukan Young-sun, Jin-ho akhirnya datang ke bar dan menjemput Kae-in. Young-sun langsung pergi melihat Jin-ho datang dan sengaja membiarkan mereka berdua agar bisa menyelesaikan masalah.
Jin-ho duduk dihadapan Kae-in dan menatap wajah Kae-in yang sedang tertidur pulas. Kae-in hampir jatuh namun Jin-ho menahan Kae-in. Kae-in terbangun dan terkejut melihat Jin-ho dihadapannya. Kae-in memutuskan pulang sendiri dan meninggalkan Jin-ho.
Jin-ho mengikuti Kae-in dari belakang dan menolong Kae-in lagi yang hampir tejatuh karena kebanyakan minum.”Kenapa kau datang kesini?” tanya Kae-in “Young-sun yang menyuruhku”jawab Jin-ho “Hubungan kita sudah berakhir”ucap Kae-in dan berjalan pergi. Jin-ho menahan Kae-in dan menyuruh Kae-in naik ke punggungnya. “Aku tidak mau, hubungan kita sudah berakhir. Kau orang yang benar-benar jahat, seharusnya aku tidak pernah bertemu denganmu, sekarang hidupku jadi berantakan” teriak Kae-in.
Jin-ho sedih mendengar perkataan Kae-in. Jin-ho kembali meminta kepada Kae-in untuk naik kepunggungnya namun Kae-in tetap menolak. Jin-ho menarik paksa Kae-in dan menggendongnya ke punggungnya. “Turunkan aku” teriak Kae-in dan memukul punggung Jin-ho terus menerus hingga akhirnya tertidur. Kae-in mengigau dan berkata “Laporan cuaca Park Kae-in. Setelah kami berpisah langit mulai mendung lagi. Badai yang ada dalam hatiku kembali mengacaukan segalanya, tapi entah mengapa punggungya tetap terasa hangat . Setelah semua ini, aku tidak memiliki alasan lagi untuk memeluk punggungnya. Benar kan?”.
Jin-ho menggendong Kae-in hingga ke Sang Go Jae. Ayah Kae-in terkejut melihat Kae-in berada dipelukan Jin-ho. Ayah Kae-in sangat marah. Kae-in terbangun dan turun dari punggung Jin-ho. “Apa kau minum-minum bersama dengannya?” tanya Ayah Kae-in penuh nada emosi. Kae-in membela diri namun Ayah Kae-in tidak mempercayainya dan mengatakan jika Kae-in sangat sembrono. “Maafkan aku ayah” ucap Kae-in merasa bersalah dan tertunduk.
Ayah Kae-in berjalan ke dalam rumah namun Jin-ho menghentikannya dan berkata “Kae-in tidak salah terus kenapa dia harus meminta maaf”. Ayah Kae-in kaget begitupun dengan Kae-in “Kae-in sangat tertekan mengetahui kenyataan tentang ibunya tetapi kenapa anda terus membuatnya semakin bersalah? Mengapa anda membuat seolah-olah Kae-in yang sudah membunuh ibunya” tambah Jin-ho.
“Tahu apa kau tentang masalah ini?” tanya Ayah Kae-in balik “Aku tahu banyak tentang masalah ini termasuk anda yang mencoba mengalihkan perasaan bersalah anda kepada Kae-in” jawab Jin-ho. Ayah Kae-in sangat marah dan menampar Jin-ho. Kae-in berteriak kaget melihat ayahnya menampar Jin-ho. “Pergi kau dari sini” teriak Ayah Kae-in.
“Aku tahu kenapa anda tidak mau menerima proyek gallery seperti Sang Go Jae, karena Sang Go Jae adalah proyek gagal!” seru Jin-ho. Ayah Kae-in menatap tajam kearah Jin-ho.

Note penulis:
Terimakasih aku ucapakan kepada mbak dewi yang sudah membantu menyelesaikan sinopsis ini dimenit-menit terakhir dikarenakan kesalahan teknis a.k.a video macet. Terimakasih mbak dewi. ^__^

Pictures : Ari Rf

BACA JUGA SINOPSIS LAINNYA



0 comments:

Post a Comment


Friend Link List