Do you like this story?
Kae-in dan Jin-ho membeli kebutuhan sehari-hari mulai dari sikat gigi, piring, gelas dan lain-lainnya yang semuanya kembar. Kae-in mulai asyik bermain-main dengan sikat gigi seolah-olah sikat gigi itu dirinya dan Jin-ho. Tiba-tiba Jin-ho masuk dan mengambil sikat giginya dari tangan Kae-in. “Apa yang kau lakukan di sini? Aku yang lebih dulu masuk ke sini, jadi kau harus keluar”ucap Kae-in. Kita bisa melakukannya bersama-sama”jawab Jin-ho cuek. “Jadi, kita juga bisa mandi bersama-sama?”tanya Kae-in.
“Ide yang bagus”jawab Jin-ho dan mulai melepaskan bajunya. Kae-in terkejut melihat Jin-ho melepas bajunya dan buru-buru keluar dari kamar mandi. Jin-ho tertawa melihat tingkah Kae-in.
“Ide yang bagus”jawab Jin-ho dan mulai melepaskan bajunya. Kae-in terkejut melihat Jin-ho melepas bajunya dan buru-buru keluar dari kamar mandi. Jin-ho tertawa melihat tingkah Kae-in.
Kae-in mulai bergumam sendiri “Kenapa aku harus takut dengannya? Bukankah sekarang kami pacaran?aissshhhh,…..”. Jin-ho yang sedang di kamar mandi melakukan hal yang sama juga, bergumam pada dirinya sendiri sambil senyum dan melihat ke kaca “Jeon Jin-ho, kamu harus lebih berani sekarang”.
Kae-in dan Jin-ho selesai makan. Kae-in berniat pergi dan meninggalkan piring sisa makanan di meja makan dan tidak mau mencucinya. Jin-ho yang melihat tingkah Kae-in menghadangnya dan mengatakan kalau Kae-in harus mencuci piring terlebih dahulu.
Kae-in jengkel melihat sikap Jin-ho, namun pada akhirnya dia melakukannya juga. Jin-ho terus saja berdiri disamping Kae-in dan melihat hasil kerja Kae-in, hal itu membuat Kae-in semakin kesal. Piring yang dipegang Kae-in hampir jatuh dan Jin-ho dengan sigapnya menangkap piring sebelum jatuh kelantai. “Itu tidak mempan untukku, aku akan berdiri disini sampai kau selesai mencuci piringnya”ucap Jin-ho.
Selesai mencuci piring, Kae-in kembali ke kamar dan mulai bersiap-siap hendak ke kantor. Hp-nya berbunyi dan yang menelepon adalah Young-sun sahabat Kae-in.
Kae-in : Aku ingin ke kantor.
Young-sun : Park Kae-in, kau sangat rajin sekali sampai-sampai hari minggu pun ingin tetap kerja. Kau pasti lupa karena cinta.
Kae-in tersenyum menyadari kelupaannya
Kae-in :Kau dimana?”
Young-sun : Ah, aku ingin ke supermarket
Kae-in :Jin-ho sekarang sedikit aneh, dia berbicara dengan nada formal dan menyuruhku mencuci piring, seakan-akan kita ingin menikah.
Kae-in :Kau dimana?”
Young-sun : Ah, aku ingin ke supermarket
Kae-in :Jin-ho sekarang sedikit aneh, dia berbicara dengan nada formal dan menyuruhku mencuci piring, seakan-akan kita ingin menikah.
Young-sun : Dia sedang melatihmu untuk menjadi wanitanya.
Kae-in menggangguk tanda paham apa yang sedang terjadi.
Jin-ho keluar dari kamar sambil membawa selimut untuk dijemur. Jin-ho pun menyuruh Kae-in membawa selimutnya keluar. “aku tidak mau, aku punya banyak kerjaan”ucap Kae-in dari dalam kamar. “Oh,begitu. Baiklah, kau tidak akan mendapatkan jatah makan siang. Lagipula hari ini aku akan membuat Mixed Noddles dengan banyak sambal dan kimchi”jawab Jin-ho. Kae-in yang sangat suka menyantap Kimchi, akhirnya luluh juga dan mulai mengeluarkan selimutnya. Jin-ho tertawa melihatnya.
Jin-ho dan Kae-in mulai menjemur selimut mereka bersama-sama. Karena kelelahan mereka duduk di kursi. “Apa yang akan kita lakukan sekarang? Apa menonton film?”tanya Kae-in .“ Aku hanya ingin di rumah saja denganmu”jawab Jin-ho. Jin-ho tidur dipangkuan Kae-in dan Kae-in terus memandangi wajah Jin-ho yang tampan. “Mata, hidung, kening dan bibir Jeon Jin-ho adalah punya Park Kae-in. Entah kenapa setiap hari aku melihatmu, tapi aku masih saja gugup” gumam Kae-in.
Hp Jin-ho berbunyi dan yang menelepon adalah In-hee. Akan tetapi Jin-ho tidak mau mengangkatnya. “Kamu tidak akan meninggalkanku dan pergi ke manapun kan?”tanya Kae-in pada Jin-ho yang masih tertidur. Kae-in mencium kening Jin-ho dengan lembut dan Jin-ho yang masih tertidur tersenyum. (wah, ternyata Jin-ho pura-pura tidur…. hehehehe).
Sementara In-hee kesal karena teleponnya tidak diangkat oleh Jin-ho. Jin-ho menggendong Kae-in yang sedang tertidur ke dalam rumah . “Kau pasti kecapean”gumam Jin-ho. (So sweet….. )
Jin-ho kemudian ke ruang bawah tanah dan mulai mengecat ruangan tersebut. Jin-ho kemudian menelepon Sang-joon “Apa kau sudah mendapatkan apa yang kuminta?”tanya Jin-ho “Walaupun kau Bos tapi jangan seenaknya menyuruhku membeli ini dan itu”jawab Sang-joon . Jin-ho tertawa,“aku sedang menyiapkan sebuah konsep”jawab Jin-ho.
Kae-in bangun dan mulai mencari Jin-ho. Jin-ho tiba-tiba muncul dari pintu ruang bawah tanah “Dari mana saja, apa yang kau lakukan disitu?”tanya Kae-in khawatir. “Aku mendengar suara aneh dari bawah, makanya aku ke sana” jawab Jin-ho dan dengan santainya dia menjawab tikus. Kae-in yang mendengar kata tikus refleks ketakutan dan melompat ke Jin-ho.
“Apa kau benar-benar takut dengan tikus atau terlalu suka denganku?”tanya Jin-ho mulai menggoda Kae-in.“Aku benar-benar takut dan bahkan sangat benci dengan binatang pengerat yang satu itu” jawab Kae-in. “Di bawah sana sangat banyak tikus, jadi kau jangan berani-berani ke bawah sana"ucap Jin-ho. “Kita harus beli kucing”jawab Kae-in ketakutan. “Tidak usah”ucap Jin-ho dan melihat kuku tangan Kae-in.“Pantas, kukumu terlalu panjang makanya leherku tercakar”ucap Jin-ho dan Jin-ho memutuskan memotong kuku Kae-in.
Jin-ho yang sedang memotong kukunya Kae-in mendapat telepon dari ibunya. “Aku harus pergi menemui ibu, sepertinya dia sedang mabuk”ucap Jin-ho . Kae-in tersenyum “Pergilah” . “Aku akan pulang cepat jadi kau tidak perlu khawatir”jawab Jin-ho dan mengacak-acak rambut Kae-in.
Chang-ryul mengadakan rapat dengan para karyawannya untuk membahas masalah Sang Go Jae. Chang-ryul memperlihatkan gambar Sang Go Jae kepada karyawannya. Sekeretaris Kim masuk ke dalam ruang rapat dan membawa salah satu pekerja dan mengenalkannya kepada Chang-ryul . “Dia dulu pernah bekerja di Sang Go Jae untuk membantu proses pembangunan”. Mereka pun mulai membahas design rumah dari Sang Go Jae.
Sekretaris Kim memberitahukan kepada Chang-ryul jika In-hee menunggunya di depan.Chang-ryul : Ada keperluan apa?
In-hee : Kau masih saja bekerja padahal ini hari minggu, ini bukan sifat aslimu.
Chang-ryul : Aku sedang sibuk sekarang, jadi katakan apa yang kau inginkan.
In-hee menyerahkan amplop berisi data nama para finalis yang akan bersaing memperebutkan proyek gallery. Chang-ryul ingin membuka amplop tersebut namun dia mengurungkan niatnya.
Chang-ryul : Aku tidak boleh membukanya. Aku harus bermain adil.In-hee : Apa kau benar-benar ingin bermain adil?.
Chang-ryul : Apa kau meragukan kemampuanku? Aku akan menunjukkan kemampuanku yang sebenarnya kepada semua orang.
In-hee : Kau banyak berubah sekarang, pasti karena cinta. Oh ya, di proyek kali ini ada sesuatu yang istimewa.
Chang-ryul penasaran dengan apa maksud dari In-hee , tapi karena dia harus bermain adil jadi dia diam saja dan tidak menanggapi perkataan In-hee . In-hee yang merasa dicuekin oleh Chang-ryul memutuskan pergi.
Jin-ho sampai di rumah ibunya dan melihat ibunya sedang tertidur di kamar. Jin-ho teringat dengan ucapan ibunya yang tidak menyetujui hubungannya dengan Kae-in karena Kae-in pernah berhubungan dengan keluarga Han Chang-ryul. Jin-ho memutuskan pulang. Di depan pintu kamar dia bertemu dengan Hye-mi “Oppa, apa kau akan terus bersama Kae-in meskipun ibu melarangnya?” . Jin-ho terus saja berjalan dan tidak memperdulikan perkataan Hye-mi.
Kae-in memeluk boneka Jin-ho dan bergumam “Apa semua akan berjalan dengan baik?”. Kae-in melihat bayangan seseorang di depan pintu kamarnya dan sepertinya Jin-ho. Kae-in langsung berpura-pura tidur. Jin-ho mengintip Kae-in dari balik pintu dan menutup kembali pintunya begitu melihat Kae-in sudah tidur. Jin-ho berjalan kembali ke kamarnya.
Ibu Jin-ho duduk di depan meja rias dan mulai merenungi perkataan In-hee yang berkata agar dia berbicara langsung saja kepada Kae-in agar menjauhi Jin-ho
Jin-ho bersiap-siap tidur, namun Kae-in meneleponnya. “Apa aku membuatmu terbangun?” tanya Jin-ho “Apa ibu memarahimu?”tanya Kae-in khawatir dan tidak menjawab pertanyaan Jin-ho. “Aku akan berbicara dengan ibu dan menjelaskan semuanya”tambah Kae-in . “Tidak usah”jawab Jin-ho dan mengalihkan perhatian Kae-in dengan menyanyikannya lagu 3 beruang. “Nyanyikan lagu yang lain lagi”pinta Kae-in begitu Jin-ho selesai menyanyikan lagu 3 beruang.
Kae-in mulai mengingat kejadian-kejadian yang dialaminya bersama dengan Jin-ho mulai dari waktu Jin-ho dan dirinya memakai payung bersama, ciuman pertama mereka di Sang Go Jae dan di depan Chang-ryul dan In-hee. Jin-ho terus bernyanyi dan Kae-in tersenyum-senyum sendiri sambil memeluk boneka Jin-ho.
Pagi begitu Kae-in bangun.“Apa kau tidur nyenyak semalam?”tanya Kae-in pada Jin-ho “Semalaman aku bernyanyi untukmu tapi kau malah tertidur dan tidak berkata apa-apa”keluh Jin-ho.“Orang tidur mana bisa ngomong”jawab Kae-in.
Jin-ho tertawa mendengar jawaban Kae-in, begitupun dengan Kae-in ikut tersenyum.Kae-in dan Jin-ho berangkat ke kantor bersama-sama. Jin-ho mengantar Kae-in ke kantornya. “Kita terlambat, ini semua karenamu”ucap Jin-ho. “Maaf”ucap Kae-in dan tersenyum kepada Jin-ho . “Oh, ya. Aku menemukan sesuatu yang bagus, mana Hp-mu?”tanya Kae-in . Jin-ho tidak mau memberikan Hpnya tapi Kae-in berhasil menemukannya Hp Jin-ho dan menempelkan foto mereka berdua sewaktu foto di photobox di belakang Hp Jin-ho . “Lihat ini” ucap Kae-in senang sambil menunjuk foto mereka berdua.
“Kenapa Jin-ho belum juga datang?”ucap Sang-joon kepada Tae-hoon. Tae-hoon tidak memperdulikannya dan malah sibuk melihat Hp-nya . Sang-joon penasaran dengan yang dilihat Tae-hoon dan mengintip Hp Tae-hoon.
“Hye-mi sangat cantik ya”puji Sang-joon.“kau jangan merebutnya”ucap Tae-hoon yang takut jika Hye-mi direbut oleh Sang-joon . Pintu terbuka dan yang datang adalah ibunya Jin-ho .
Ibu Jin-ho mengajak Sang-joon minum teh bersama. Ibu Jin-ho mulai bertanya banyak hal tentang Kae-in kepada Sang-joon .
“Jangan, Kae-in adalah orang yang penting untuk proyek ini”ucap Sang-joon melarang ibu Jin-ho bertemu dengan Kae-in.
“Jika Jin-ho dan Kae-in putus , ini akan menjadi sulit untuk proyek kami”tambah Sang-joon “Jadi, Jin-ho selama ini pura-pura pacaran dengan Kae-in?”tanya ibu Jin-ho penasaran.
“Kalau itu, aku tidak terlalu tahu, tapi pasti semuanya akan berjalan dengan baik dan terungkap. Tolong anda bersabar sedikit”jawab Sang-joon .
Kae-in tertawa sendiri di ruangannya melihat foto Jin-ho di Hp-nya yang sedang tidur. In-hee masuk ke ruangan Kae-in dan mulai mencari perkara dengan Kae-in. “Ibunya Jin-ho tidak suka dengan kamu, kedepannya pasti akan sulit untuk kalian berdua. Apakah Jin-ho tidak akan membohongimu lagi? Dulu dia pernah berbohong kalau dia gay dan membohongi perasaan Direktur Choi dan tidak menutup kemungkinan jika dia akan membohongimu lagi”ucap In-hee.
“Jujur aku iri denganmu yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, tapi melihat sikapmu yang seperti ini membuatku sangat kecewa"jawab Kae-in.
In-hee kesal dengan ucapan Kae-in dan pergi. Baru beberapa langkah In-hee berjalan, Kae-in berkata “jika kau begini terus maka tidak ada seorang pun yang akan ada disisimu”ucap Kae-in.
“Darimana saja kamu?”tanya Jin-ho yang melihat Sang-joon . Sang-joon diam saja dan tidak menjawab pertanyaan Jin-ho malah berusaha mengalihkan pembicaraan dengan berbicara masalah proyek gallery dan Sang Go Jae. Jin-ho mengingat Blueprint yang ditemukannya di ruang bawah tanah Sang Go Jae tetapi dia tidak ingin memberitahukannya kepada Sang-joon .
Sementara itu Chang-ryul dan ayahnya dalam perjalanan menuju gallery. Mereka mulai membicarakan tentang Park Kae-in , Ayah Kae-in dan proyek gallery. “kita pasti berhasil ayah” ucap Chang-ryul kepada ayahnya.
Kae-in berharap Jin-ho meneleponnya namun harapannya melebihi apa yang dibayangkannya. Jin-ho sekarang duduk di depannya dan sedang memandanginya. Kae-in tidak percaya dengan apa yang dilihatnya dan mulai mengucek-ucek matanya. Kae-in sangat senang karena itu memang Jin-ho yang duduk dihadapannya.
“Apa kau rindu padaku?”tanya Kae-in malu-malu.
“Apa aku tidak punya kerjaan sehingga harus rindu denganmu”jawab Jin-ho tertawa. Kae-in ngambek dan Jin-ho mengajaknya ke lantai bawah gallery untuk memberikan design ke bagian pendaftaran proyek gallery.
Chang-ryul dan ayahnya sampai di Gallery. Mereka melihat Kae-in dan Jin-ho yang sedang berdiri di bagian pendaftaran dan terlihat sangat mesra. “Itu adalah masalahku dan aku yang akan membereskannya”ucap Chang-ryul kepada ayahny.
“Aku harap kau jangan mengecewakanku lagi” jawab ayah Chang-ryul dan bergegas pergi ke arah Direktur Choi yang sedang bersama In-hee.
Chang-ryul kembali melihat ke arah Kae-in dan Jin-ho. In-hee yang sedang berbicara dengan Direktur Choi dan ayah Chang-ryul melihat tatapan mata Chang-ryul yang terus melihat ke arah Kae-in dan Jin-ho. Dia pun ikut kesal melihat kemesraan mereka.
“Apa anda sudah mendapat kabar dari Tuan Park?”tanya ayah Chang-Ryul “Aku yakin akan memenangkan proyek gallery ini” tambah ayah Chang-Ryul senang “Jangan terlalu yakin dulu” ucap Direktur Choi dan pergi meninggalkan ayah Chang-Ryul.
Chang-Ryul yang merasa jengkel dengan kedekatan Jin-ho dan Kae-in memutuskan pergi mengikuti ayahnya. Chang-Ryul dihadang In-hee “Sepertinya kalian yang akan memenangkan proyeknya, kalau Tuan Park sampai tahu kita tidak jadi menikah karena anaknya dia pasti sangat malh” ucap In-hee sambil tersenyum licik begitupun dengan Chang-Ryul
.
Kae-in mengantar Jin-ho ke tempat parkir. “Ayo cepat pergi”ucap Kae-in . Sebelum Jin-ho pergi, dia ingin mencium kening Kae-in namun tidak jadi karena mereka sedang berada di tempat umum.
“Mungkin aku tidak akan pulang untuk beberapa hari”. Kae-in tersenyum dan berkata “Kita kan bisa ketemu kalau rindu”
“Aku akan sangat sibuk”jawab Jin-ho. Kae-in ngambek “Apa kau tidak ingin bertemu denganku walaupun hanya sebentar?”. Jin-ho tersenyum dan mulai mengacak rambut Kae-in.
“Park Kae-in-ah, jika kamu melihat laki-laki lain maka kamu akan mati mengerikan” teriak Jin-ho dan pergi. Kae-in menggerutu sendiri mendengar ucapan Jin-ho, tapi di dalam hatinya dia sangat senang.
Sang-joon tidak sabar menunggu hasil pengumuman yang dibawa Jin-ho, apa mereka berhasil masuk dalam daftar proyek gallery atau tidak. Sang-Joon sangat senang karena mereka lolos ke babak selanjutnya. Tetapi kebahagiaan itu hanya sementara begitu mereka mendapat kabar dari Tae-hoon yang membawa surat pengusiran dari kantor mereka.
Sementara itu Sekretaris Kim melaporkan kepada Chang-ryul jika Jin-ho sudah diusir dari kantornya. Chang-ryul sangat senang dan mengatakan pertempuran baru saja dimulai.
Jin-ho, Sang-joon dan Tae-hoon akhirnya pindah ke kantor yang baru yang lebih kecil dari kantor mereka sebelumnya. “Dulu kita juga memulai semuanya dari bawah”ucap Jin-ho berusaha menyabarkan mereka terutama untuk dirinya sendiri.
“Harusnya kita menjadi lebih baik bukannya malah turun seperti ini” keluh Sang-joon “Sudahlah, aku akan mentraktir kalian BBQ”ucap Jin-ho.
“Aku tidak mau, uangnya lebih baik disimpan saja agar kita bisa menyewa kantor yang lebih besar dan bagus” ucap Tae-hoon menolak ajakan Jin-ho . “Aku akan tetap mentraktir kalian, ayo kita bersih-bersih dulu” ucap Jin-ho.
“Ini pasti sangat berat untukmu”ucap Sang-joon kepada Jin-ho “Wah, kantor yang sekarang ini lebih bagus dan lebih seru karena kita saling berbaur” tambah Sang-joon menghibur Jin-ho dan Tae-hoon.
Hari ini Jin-ho tidak pulang ke rumah Kae-in (San Go Jae). Jin-ho menelepon Kae-in dan mengabarkannya agar Kae-in tidak khawatir. “Aku ingin ke kantormu” rengek Kae-in
“Tidak usah, kalau kau kesini nanti aku tidak bisa serius kerja” jawab Jin-ho. Kae-in menjadi salah tingkah “Jangan lupa mimpikan aku ya”.
“Wajah kamu selalu terbayang-bayang di pikiranku dan kamu adalah malaikat penjaga hatiku”ucap Jin-ho.
“Semangat kerjanya, hwaiting” ucap Kae-in malu2 karena dipuji Jin-ho.
Jin-ho menutup telepon dan mulai melihat blueprint yang ditemukan di ruang bawah tanah Sang Go Jae.
Paginya Sang-Joon dan Tae-hoon sarapan di kantor. “Mana Jin-ho?” tanya Sang-joon “Aku tidak tahu” jawab Tae-hoon. Jin-ho sedang berada di ruang bawah tanah rumah Kae-in . Jin-ho mulai mengukur ukuran kaca yang diperlukan untuk menutupi atap yang dulunya pecah.
Selesai mengukur kaca, Jin-ho pergi. Pada saat Jin-ho pergi, Kae-in datang, sayang mereka tidak bertemu. Kae-in masuk ke kamar Jin-ho dan melihat kamar Jin-ho yang kosong tak berpenghuni. Kae-in sedih karena biasanya ada Jin-ho yang menemaninya. Kae-in mengambil Hp dan ingin menelepon Jin-ho , namun Kae-in mengurungkan niatnya karena takut mengganggu kerja Jin-ho walaupun sebenarnya dia sangat rindu.
Jin-ho kembali ke kantor dan menyerahkan rancangan design kepada Sang-joon . “Aku pulang dulu” ucap Jin-ho kepada Sang-joon dan Tae-hoon. Di mobil, Jin-ho menelepon seseorang dan meminta bertemu dengannya di Sang Go Jae.
Kae-in kembali ke gallery dan mulai beres-beres. Direktur Choi datang
Direktur Choi : Kenapa kau terlihat lesu?
Kae-in : Ah, aku hanya memikirkan Jin-ho. Dia sekarang sangat sibuk karena mengikuti perlombaan galery.
Direktur Choi : Maafkan aku, ini semua karena aku
Kae-in tertawa mendengar ucapan Mr Dong.
Direktur Choi : Kau memiliki senyum yang indah
Kae-in : Ada seseorang yang mengatakan padaku untuk terus mengucapkan terima kasih. Kau sudah kuanggap seperti ayahku
Direktur : Bagaimana kabar ayahmu?
Kae-in : Oh, dia akan kembali ke Korea dalam waktu dekat ini (dengan ekspresi sedih).
Jin-ho kembali ke Sang Go Jae dan ingin membuat kejutan untuk Kae-in. “Oh, letakkan disini” ucap Jin-ho kepada para pekerja yang membawa kaca. Jin-ho kemudian menelepon Kae-in .
“Coba tebak, sekarang aku ada dimana?”tanya Jin-ho “Kantor”jawab Kae-in sok jual mahal
“Salah, aku sekarang ada di Sang Go Jae” jawab Jin-ho “Benarkah? Apa pekerjaanmu sudah selesai?” tanya Kae-in penasaran sekaligus senang
“Anio” jawab Jin-ho “Lantas kenapa kau ke rumah, apa ada sesuatu yang terlupakan?”tanya Kae-in
“Nanti kuberitahu jika kamu sudah di rumah”jawab Jin-ho “ehmmmm, aku lihat jadwalku dulu” ucap Kae-in kembali jual mahal
“Aku akan menunggumu”jawab Jin-ho “Baik” jawab Kae-in senang.
Jin-ho tidak sengaja menjatuhkan foto Kae-in dan Ibunya dan kaca pada foto pun pecah. Sementara itu Hye-mi ingin bertemu dengan Jin-ho di kantor, namun dia terkejut karena kantor Jin-ho sudah pindah.
“Omma, oppa sudah tidak lagi dikantornya sekarang. Dia sudah diusir”ucap Hye-mi memberitahukan ibunya melalui telepon.
Direktur Choi mendapat telepon dari Tuan Park Chul Han, ayah Kae-in. Tuan Park mengabarkan kepada kepada Direktur Choi jika dirinya sudah berada di bandara. Direktur Choi kaget mendengarnya. Sementara itu Chang-ryul, ayahnya dan sekertaris Kim sibuk mencari Tuan Park di bandara.
Kae-in sampai di rumahnya dan mulai mencari Jin-ho. Telepon di rumahnya berdering dan yang menelpon adalah ayahnya. Baru saja Kae-in ingin mengangkat telepon,telepon sudah berhenti berdering. Kae-in memutuskan mencari Jin-ho lagi di kamarnya namun Jin-ho tidak ada.
Kae-in menjadi kesal karena Jin-ho yang mengatakan akan menunggunya tapi dia sendiri pergi. Rupanya Jin-ho pergi ke toko untuk membeli bingkai baru. Sang-joon menelepon Jin-ho.
“Dimana kau simpan Blueprintnya?” tanya Sang-joon “Oh, Blueprintnya ada di samping lemari warna hijau” jawab Jin-ho. “Oh, ya aku sudah menemukannya. Bersenang-senanglah dengan Kae-in ” ucap Sang-joon dan mematikan telepon.
Sang-joon tidak sengaja menjatuhkan barang dan menemukan Blueprint Sang Go Jae yang diletakkan Jin-ho di sudut ruangan. Sang-joon heran dan membuka Blueprint perlahan-lahan. Dia sangat senang karena Blueprint yang ditemukannya adalah Blueprint Sang Go Jae.
Sang-joon juga melihat design yang lain dari Sang Go Jae. Young-sun datang menemui Sang-joon “Tempat kalian ini sangat susah dicari”keluh Young-sun. Sang-joon malah tertawa dan memeluk Blueprint dengan erat. “Apa itu?” tanya Young-sun penasaran “Oh ini, bukan apa-apa” jawab Sang-joon tertawa.
Kae-in terus menerus menghubungi Jin-ho, tapi Jin-ho tidak mengangkatnya. Kae-in melihat boneka singanya duduk di atas ruang duduk yang sudah diganti oleh Jin-ho. Kae-in menarik karpet yang menutupi kaca dan pandangannya langsung tertuju pada ruang bawah tanah.
Kae-in kembali mengingat kenangan masa kecilnya saat ia duduk dan menyanyikan lagu 3 beruang. Kae-in turun ke ruang bawah tanah dan tiba2 dia merasa mendengar suara ketukan palu. Kae-in ketakutan dan bergegas naik ke atas. Kae-in kaget begitu melihat Ibu Jin-ho sudah ada di hadapannya.
Jin-ho terjebak macet di jalan. Dia mencoba menghubungi Hp Kae-in namun tidak diangkat. Sementara itu Kae-in mulai berbicara dengan Ibu Jin-ho.
“Aku sebaiknya langsung ke inti saja. Aku tidak setuju kau bersama dengan putraku, aku harap kau menjauhinya. Apa kau sadar, karena dirimulah Jin-ho harus pindah dari kantornya”ucap Ibu Jin-ho.
Kae-in tidak mendengarkan apa yang diucapkan oleh ibu Jin-ho karena di kepalanya terus terngiang-ngiang suara ketukan palu dan bayangan masa kecilnya.
=Flashback=
Kae-in melihat Ibunya dari atas memukul-mukul palu ke kursi yang sedang dibuatnya. Kae-in mengikuti apa yang dikerjakan ibunya dan ikut mengambil mainannya dan memukulkannya ke kaca sambil memanggil nama Ibunya. Ibu Kae-in tersenyum dari bawah melihat tingkah laku anaknya. Ibu Kae-in kaget karena kaca yang diketuk-ketuk Kae-in mulai retak dan tiba-tiba Kae-in terjatuh bersama pecahan kaca.
=Flashback end=
Kae-in menutup telinganya dan mulai menangis dan menjerit. Hal itu membuat Ibu Jin-ho kaget dan bergegas pulang. Di depan pintu Ibu Jin-ho berpapasan dengan Ayah Kae-in . Kae-in melihat Ayahnya.
“Sekarang aku mengerti Appa, kenapa kau sangat membenciku. Karena aku kan yang sudah menyebabkan ibu meninggal”teriak Kae-in .
Tuan Park kaget mendengar ucapan Kae-in . Kae-in mulai menangis dan menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi pada Ibunya. Jin-ho datang dan mulai memanggil Kae-in . “Siapa kamu?” tanya Tuan Park.
Note Penulis :
hehehehe, akhirnya selesai juga. Seperti dapat durian runtuh diminta Apni buat sinop PT episode 14…. Mian ya para sesepuh jika masih banyak salah. ^__^
Written : Dewi Cendrillon
Pictures : Ari RF
Edited : Asri
0 comments:
Post a Comment