Do you like this story?
Mu-gyul menantang Jung-in mengenai pernikahan mereka bertiga. Mu-gyul tidak ingin pernikahan mereka dijadikan permainan. Mu-gyul ingin jika mereka menjalani pernikahan yang serius. Jung-In akhirnya menyetujui tantangan Mu-gyul dan hal itu membuat Mung-gyul kaget. “sebenarnya apa yang sedang terjadi?” tanya Mae-ri penasaran. Mu-gyul dan Jung-in tetap diam dan tidak menjawab pertanyaan mae-ri. “aku akan meyakinkan ayah Mae-ri bahwa keputusan ini adalah tepat agar Mae-ri bisa menjadi lebih dewasa dan menjadi istri yang baik, kalau hal ini tidak berjalan lancar aku yang akan bertanggung jawab” ucap Mu-gyul dan kemudian menatap tajam ke arah Jung-In.
Mae-ri yang kesal tiba-tiba memukul meja dan berkata “apa yang kalian berdua sedang bicarakan?”. Mae-ri mengejar Mu-gyul begitu mereka keluar dari café. Mae-ri meminta penjelasan dari Mu-gyul tentang apa yang dibicarakannya barusan dengan Jung-in. “aku ingin mengakhiri semua ini, aku tidak ingin melakukan kawin kontrak terus menerus” ucap Mu-gyul “apa kau senang jika aku tinggal bersama dengan Jung-in?” tanya Mae-ri “siapa yang suka, aku tidak senang jika kau menghabiskan waktumu dengan Jung-in” jawab Mu-gyul “terus kenapa kau membuat perjanjian seperti itu, aku seperti bola saja yang bisa dilempar kesana kemari?” tanya Mae-ri lagi “aku tidak menyangka jika Mu-gyul akan menyetujui semua ini, aku hanya ingin bersama denganmu” jawab Mu-gyul dan berjalan pergi meninggalkan Mae-ri.Mae-ri terdiam kemudian mengejar Mu-gyul dan berkata “kenapa kau tidak mengatakan ini sebelumnya” ucap Mae-ri dengan wajah cemberut.
Ayah Mae-ri berbincang-bincang dengan tuan Tuan Jung dan mengatakan kalau Mu-gyul sering melemparkan pesawat kertas ke kamar Mae-ri. “aku sangat khawatir jika Mae-ri keluar malam lagi dengan pria itu, lihat ada lingkaran dibawah mataku dan berat badanku turun drastis” keluh Ayah Mae-ri yang sering begadang setiap malam hanya untuk mengawasi Mae-ri agar tidak pergi berdua dengan Mu-gyul lagi. “jadi, Mae-ri masih sering keluar dengannya, Mae-ri hanya terlalu polos” ucap Tuan Jung. “Mae-ri jatuh cinta dengan pria itu karena penampilannya saja, bagaimana kalau Mae-ri dan Jung-in tinggal bersama saja?” saran ayah Mae-ri “ide yang bagus, lagipula kita sudah mendaftarkan pernikahan mereka dan masih ada beberapa hal yang harus Mae-ri pelajari sebelum menikah dan aku akan sering bertemu dengan Mae-ri” ucap Tuan Jung menyetujui usul ayah Mae-ri.
“aku pulang” teriak Mae-ri begitu masuk ke dalam rumah. Mae-ri heran melihat ayahnya berdiri menunggunya dan ada koper disampingnya. Mae-ri bertanya kepada ayahnya apa ayahnya akan pergi ke suatu tempat. “bukan aku yang pergi tapi kamu” jawab ayah Mae-ri. Mae-ri heran dan bertanya lagi kemana ayahnya akan membawanya “mulai hari ini kau akan tinggal di rumah Jung-in, aku khawatir dan tidak bisa tidur setiap malam takut jika kau kabur dengan playboy itu. Jika kau ingin ayah tetap hidup maka pergilah ke rumah Jung-In”. Mae-ri berusaha membela diri dan mengatakan jika dia hanya mencintai Mu-gyul. Ayah Mae-ri tidak mau mendengar ucapan Mae-ri dan tetap memaksanya tinggal di rumah Jung-In. Mae-ri meminta waktu satu hari untuk memikirkan permintaan ayahnya. Sementara itu Jung-in mendapat telepon dari ayahnya yang memintanya untuk menemui ayah Mae-ri.
Mae-ri menelepon Mu-gyul dan mengabarkan kepadanya jika ayah memintanya untuk tinggal di rumah Jung-In. Mu-gyul jelas kaget mendengar wanita yang dicintainya akan tinggal bersama lelaki lain. Mae-ri berusaha meyakinkan Mu-gyul kalau semuanya akan baik-baik saja dan menyuruh Mu-gyul bersabar.
Jung-in datang mengunjungi ayah Mae-ri sesuai permintaan ayahnya. Jung-in berkata kepada ayah Mae-ri kalau dia akan membuat Mae-ri merasa nyaman tinggal di rumahnya dan Mae-ri boleh bertemu ayahnya kapan saja dia mau. Ayah Mae-ri sangat senang dan mengucapkan terima kasih kepada Jung-In. Ayah Mae-ri juga mengatakan jika dia yang akan mengunjungi Mae-ri. Jung-in meminta izin untuk pulang dan Mae-ri mengantar Jung-in keluar.
“aku ingin bertanya sesuatu padamu?kenapa kau menyetujui ide ini?” tanya Mae-ri “aku tahu kau sangat mencintai Mu-gyul, dan karena kau telah membantuku untuk mendapatkan kesempatan dari ayah maka aku akan membantumu untuk bersama Mu-gyul” jawab Jung-in. Mae-ri terdiam “baiklah, ayo kita coba, tapi aku ingin menjelaskan satu hal kalau aku hanya mencintai Mu-gyul” ucap Mae-ri. Jung-in mengangguk “aku mengerti, tapi untuk beberapa hari ini kamu tinggal dirumahku dulu sampai ayahmu tenang, baru setelah itu kamu ketempat Mu-gyul. Lebih baik kamu masuk sekarang” ucap Jung-in dan pergi.
Sementara itu Mu-gyul tidak bisa tenang dan terus berjalan mondar mandir. Mu-gyul memutuskan menelepon Mae-ri. Mu-gyul mengingatkan Mae-ri kalau dia harus hati-hati dengan yang namanya pria. Mae-ri menggoda Mu-gyul dan mengatakan kalau Mu-gyul juga seorang pria. Mu-gyul membela diri dan mengatakan kalau dia berbeda dengan pria yang lain. Mu-gyul memberi nasihat kepada Mae-ri kalau dia tidak boleh mengenakan rok pendek dan harus mengunci kamar jika ingin tidur dan jangan lupa untuk sering meneleponnya. Mae-ri tertawa dan berkata “aku mengerti, dan kau harus lebih bersabar jika merindukanku”.
Mae-ri sibuk mengatur barang bawaannya ke dalam koper. Ayah Mae-ri tiba-tiba datang dan mengagetkan Mae-ri. “kenapa barang bawaanmu banyak sekali?” tanya Ayah Mae-ri . Mae-ri spontan kaget dan dengan cepatnya memasukkan semua barang ke dalam kopernya. Ayah Mae-ri memeriksa barang bawaan Mae-ri dan heran karena Mae-ri membawa mangkok “aku tidak bisa makan tanpa ini dan aku ingin memasakkan makanan untuk Jung-in” jawab Mae-ri.
Ayah Mae-ri sedih karena membiarkan Mae-ri tinggal di rumah Jung-in. Ayah Mae-ri merasa kalau dia bukan ayah yang baik. Mae-ri menggenggam tangan ayahnya dan mengatakan kalau dia akan sering berkunjung setiap minggu. Ayah Mae-ri tersenyum tipis dan mengatakan kalau dia sangat bahagia melihatnya dengan Jung-in. “ayah mungkin kamu akan kesepian, sebaiknya kamu mencari kekasih” ucap Mae-ri . Ayah Mae-ri menggeleng dan mengatakan jika banyak wanita yang ingin bersamanya namun dia terlalu sibuk mengurus putri kecilnya yang satu ini. Ayah Mae-ri juga mengingatkan agar Mae-ri tidak menemui Mu-gyul lagi. Mae-ri mengangguk setuju dan mengatakan kalau ayah tidak perlu khawatir.
Keesokan harinya Mae-ri berpamitan kepada ayahnya dan tidak lupa memberi hormat kepada ayahnya. “ayah, aku pergi sekarang. aku meninggalkan banyak makanan yang cukup untuk seminggu ayah makan.ayah harus makan tepat waktu”. Ayah Mae-ri hanya mengangguk dan tidak sanggup berkata apa-apa karena terlalu sedih berpisah dengan putri kecilnya.
Jung-in menelepon karyawannya dan mengatakan jika Mu-gyul yang akan melanjutkan untuk menjadi produser music. Jung-In juga meminta kepada karyawannya untuk tetap mencari keberadaan Seo-joon.
Mae-ri sampai di rumah Jung-in dan disambut hangat oleh pengurus rumah dan juga Jung-in. Jung-in mengantar Mae-ri ke kamarnya dan menyuruhnya beristirahat karena sebentar malam mereka akan makan malam bersama dengan ayah Jung-in.
Mae-ri melihat koleksi-koleksi buku yang sudah disiapkan Jung-in untuknya. Di salah satu buku Mae-ri menemukan sebuah catatan kecil tulisan tangan Jung-in.
“Sama seperti dua kekasih Kelvin dan Gemma yang diatur dalam pencarian hal yang paling penting dalam hidup mereka, aku sudah bisa belajar apa kebahagiaan sejati semuanya dari buku ini dan aku harap kamu seperti Gemma bisa melakukan hal yang sama”.
Mae-ri mengambil buku yang lain lagi dan lagi-lagi dia menemukan sebuah catatan kecil tulisan tangan Jung-in.
“setelah gagal untuk memutuskan jalan mana yang harus diambil, pemain utama tidak diberikan pilihan apapun , tapi untuk membuat keputusan baru terserah pada pembaca untuk membayangkan jalan mana yang akan dia pilih.jalan mana yang akan kamu pilih?”.
Mae-ri tersenyum membaca catatan-catatan kecil Jung-in dan seakan-akan catatan itu ditujukan untuk dirinya.
Mu-gyul kesal karena Mae-ri tidak menghubungi bahkan mengirimi sms padanya. Mu-gyul berinisiatif mengirim sms duluan pada Mae-ri “apa yang kamu kerjakan sampai-sampai tidak mengirim sms seharian”. Mu-gyul mengapus isi smsnya dan menulis sms yang baru “apa kau senang bersama laki-laki itu?”. Mu-gyul kesal pada dirinya sendiri dan kembali menghapus sms dan tidak mengirimkan satu smspun kepada Mae-ri. Mu-gyul terus mentapa Hp-nya berharap kalau Mae-ri akan menelepon atau mengirimkannya pesan.
Tuan Jung, Mae-ri dan Jung-In makan malam bersama. Tuan Jung sangat senang bahkan memanggil Mae-ri dengan sebutan anak. Mae-ri tersenyum dan berkata kalau dia juga senang karena keadaan Tuan Jung sudah membaik. Jung-in menambahkan kalau ini semua berkat Mae-ri.
Tuan Jung memberikan hadiah sebuah cincin kepada Mae-ri sebagai ucapan terima kasih. Mae-ri kaget dan menolak untuk menerimanya. Namun Tuan Jung malah menyuruh Jung-in untuk memakaikan cincin tersebut ke tangan Mae-ri. Tuan Jung sangat senang melihat cincin yang diberikannya dipakai oleh Mae-ri.
“aku tidak bisa menerima ini” ucap Mae-ri begitu mereka selesai makan malam dan melepaskan cincin pemberian ayah Jung-in dari tangannya kemudian mengembalikannya kepada Jung-in “terima saja, lagipula orang-orang tahu kalau kita adalah pasangan” ucap Jung-in “aku tahu, tapi……” “ayahku hanya coba menunjukkan betapa dia sangat memperdulikanmu, tolong senangkan dia untuk saat ini, kau bisa melakukannya kan?” pinta Jung-in. Mae-ri terdiam, Jung-in menggenggam tangan Mae-ri dan berniat memakaikan cincin di tangan Mae-ri lagi, namun dia mengurungkan niatnya dan memberikan cincin ke tangan Mae-ri.
Teman-teman Mu-gyul dan Mae-ri minum-minum dan bersulang untuk merayakan malam pertama Mae-ri. “apa maksudmu dengan malam pertama?” tanya So-ra penasaran “putus,putus” jawab teman Mu-gul. Mu-gyul datang karena ajakan teman-temannya yang tidak ingin Mu-gyul menghabiskan waktunya sendirian. “hyung, ayo minum” . Mu-gyul menolak tawaran temannya dengan alasan kalau dia akan bekerja membuat lagu lagi. Teman Mu-gyul mulai memancing-mancing Mu-gyul dengan bertanya apa yang dilakukan Mae-ri saat ini. Mu-gyul hanya menjawab seadanya”tidur”. Teman Mu-gyul kembali memancing Mu-gyul dengan mengatakan kalau sekarang mungkin Mae-ri pasti sedang bersenang-senang dengan Jung-in dan mungkin mereka sekarang sedang makan malam bersama ditemani dengan cahaya lilin yang sangat banyak. Mu-gyul yang semula tidak mempunyai keinginan untuk minum pada akhirnya minum juga karena pusing memikirkan apa yang sedang dilakukan Mae-ri apalagi dia belum menelepon sama sekali. Teman Mu-gyul tidak berhenti disitu saja dan terus memancing-mancing Mu-gyul dengan menyebut nama Jung-in terus menerus. Mu-gyul kesal dengan sikap teman-temannya dan memutuskan meninggalkan mereka.
Mu-gyul memutuskan pulang ke rumah daripada harus bersama teman-temanya. Mu-gyul mulai memejamkan matanya namun pikirannya terus membayangkan ucapan teman-temannya kalau Mae-ri dan Jung-in yang sedang makan malam bersama.
Mu-gyul tiba-tiba terbangun karena teleponnya berbunyi. “apa yang kamu lakukan, kenapa belum tidur juga?” tanya Mu-gyul yang memberondong Mae-ri dengan pertanyaan “aku ingin melakukan sesuatu”jawab Mae-ri senang “apa?” tanya Mu-gyul penasaran “rahasia” jawab Mae-ri “kau masih merahasiakan sesuatu kepadaku?dimana kau” tanya Mu-gyul sedikit kesal “dilkamarku, Jung-in membuatkan perpustakaan di kamar untukku” jawab Mae-ri “dan kau menyukainya?” tanya Mu-gyul “lebih baik dari yang kubayangkan” jawab Mae-ri “begitu, kalau kau senang maka tinggallah disana selamanya dan jangan pernah kesini lagi” ucap Mu-gyul kesal dan menutup teleponnya.
Mae-ri tersenyum sambil menatap Hp-nya “tunggulah sebentar lagi” gumam Mae-ri . Sementara itu Mu-gyul menyesal telah menutup telepon duluan dan memutuskan kembali membuat lagu.
Mae-ri tidak tidur semalaman demi menyelesaikan rajutan sweater untuk diberikan kepada Mu-gyul. Mae-ri senang karena hasil jahitannya selesai tepat waktu dan dapat diberikan kepada Mu-gyul.
Mae-ri keluar dari kamar dan melihat Jung-in sedang menyiapkan sarapan pagi dan berlatih cara menyapa Mae-ri. Mae-ri tersenyum melihat tingkah lucu Jung-in. Mae-ri menghampiri Jung-in dan menyapa Jung-in yang sedang minum. Jung-in spontan menyemburkan air yang sedang diminumnya dan menyapa Mae-ri dengan perasaan malu.
Mae-ri dan Jung-in sarapan pagi bersama. Jung-in bertanya apa Mae-ri akan menemui Mu-gyul hari ini. Mae-ri mengangguk. Jung-in mengingatkan Mae-ri agar mengaktifkan terus Hp-nya agar Jung-in dapat mengirimkan pesan pada Mae-ri jika terjadi sesuatu.
Jung-in datang ke studio rekaman Mu-gyul dan mulai menanyakan mengenai aransemen lagu yang sedang dikerjakan Mu-gyul. Mu-gyul mengatakan jika dia akan menghubungi Jung-in kalau liriknya sudah selesai. “oh, kalau begitu mulailah rekaman. Ah, Seo-joon menghilang setelah konferensi pers” ucap Jung-in. Mu-gyul terkejut mendengar berita yang disampaikan Jung-in dan mulai mengingat perkataan Seo-joon padanya “aku sudah memberikan semuanya padamu, aku sudah meninggalkan keluarga dan sahabatku agar bisa bersama denganmu”. Jung-in mulai bertanya kira-kira kemana Seo-joon pergi. Mu-gyul menjawab jangan menanyakan masalah itu lagi kepadanya karena dia sudah lelah dengan semua yang telah terjadi. “baiklah, apa kau tidak penasaran dengan malam pertama kami?” tanya Jung-in “aku tidak penasaran sama sekali” jawab Mu-gyul cuek “lebih baik Mae-ri yang menceritakan semuanya padamu”ucap Jung-in kemudian pergi.
Mu-gyul berjalan pulang dan mulai bergumam sendiri “apa aku penasaran dengan malam pertama mereka, malam pertama, hak apa yang mereka punya sehingga mengatakan malam pertama mereka. Wi Mae-ri”. Mu-gyul mengambil Hp-nya dan ingin menelepon Mae-ri “ah, tidak, Kang Mu-gyul kamu jangan panic dan harus percaya pada Mae-ri” dan mulai memukul-mukul dadanya untuk menghilangkan rasa khawatirnya pada Mae-ri.
Mae-ri datang ke rumah Mu-gyul. Kebetulan saat itu ibu Mu-gyul sedang berada di rumah Mu-gyul. Ibu Mu-gyul sempat terkejut melihat Mae-ri datang apalagi dengan membawa koper. “apa Mu-gyul tidak memberitahu anda kalau aku akan tinggal disini selama 3 hari dalam seminggu?” tanya Mae-ri “tidak. Kalau begitu aku akan pergi meninggalkan rumah ini” ucap Ibu Mae-ri setengah sadar “tidak perlu, apa anda tidak jadi ke Paris?” tanya Mae-ri. Ibu Mu-gyul mulai menangis “ada sedikit masalah, aku mungkin harus putus dengan pacarku”. Mae-ri mengambil tissue dari dalam tasnya dan memberikan kepada Ibu Mu-gyul “terima kasih, kamu sangat perhatian, tapi apa ini?” tanya Ibu Mu-gyul mengambil kotak yang berisi cincin yang jatuh dari dalam tissue. Ibu Mu-gyul terkesima melihat cincin Mae-ri dan mencobanya. “wah ini sangat indah, apa ini berlian asli?” tanya Ibu Mu-gyul . Mae-ri menjawab kalau dia harus mengembalikan cincin itu kepada pemiliknya dalam waktu sebulan. Mae- ri mengambil sweater yang akan diberikannya dari dalam tas dan mencari tempat yang bagus untuk menaruhnya. Sementara itu Ibu Mu-gyul sibuk melihat cincin Mae-ri ditangannya dan mengatakan kalau dia ingin meminjamnya dan menggadaikannya agar bisa pergi ke paris.”setelah aku mendapatkan uang aku akan mengembalikannya kepadamu”. Mae-ri terkejut mendengar ucapan Ibu Mu-gyul dan ingin mengejar Ibu Mu-gyul .
Baru saja Mae-ri ingin mengejar Ibu Mu-gyul, Ayahnya menelepon dan mengatakan kalau dia akan ke rumah Jung-in membawakan obat untuk kesehatan untuknya dan Jung-in. Mae-ri kaget dan berlari pulang ke rumah Jung-in dan melupakan cincin yang dibawa ibu Mu-gyul.
Mae-ri sampai tepat sebelum ayahnya datang. Ayah Mae-ri heran karena Mae-ri terlihat seperti orang habis lari marathon. Mae-ri mengelak dan mengajak ayahnya masuk ke dalam rumah. Ayah Mae-ri terkesima dengan kemewahan rumah Jung-in dan mengatakan kalau putrinya sekarang sudah menjadi seorang putri. Mae-ri menyuruh ayahnya pulang karena tidak ada yang menjaga restoran, namun Ayah Mae-ri mengatakan kalau dia akan menunggu Jung-in dan restoran sudah ada yang menjaga.
Mae-ri menelepon Mu-gyul untuk mengabarkan kalau dirinya terlambat pulang karena ayahnya sedang berada di rumah Jung-in. “aku akan menunggumu” ucap Mu-gyul.
Sementara itu Ibu Mu-gyul sedang membereskan barang-barangnya saat Mu-gyul pulang. Mu-gyul heran “apa yang sedang kau lakukan?” tanya Mu-gyul “aku sedang membereskan barang-barangku karena ingin ke paris” jawab Ibu Mu-gyul “bukankah kau harus mengembalikan uangnya dulu?” tanya Mu-gyul “aku sudah mengembalikannya dengan memberikan cincin Mae-ri”. Mu-gyul kaget mendengar ucapan ibunya dan membentaknya. Ibu Mu-gyul membela diri dengan mengatakan kalau Mae-ri yang menyuruhnya mengambilnya. Mu-gyul tidak percaya dengan semua yang diucapkan ibunya dan menyuruh ibunya untuk pergi selamnya dari kehidupannya. “aku bukan anakmu lagi maka pergilah. kau hanya memerlukan aku saat kau senang, bukankah saat kau senang kau mencampakkanku, kau tidak tahu betapa lelahnya aku dengan semua ini”.
Ayah Mae-ri sangat senang melihat Jung-in sudah pulang. Jung-in meminta izin untuk mengganti pakaiannya dulu setelah itu mereka akan mengobrol bersama lagi. Ayah Mae-ri menyuruh Mae-ri mengikuti Jung-in. “apa yang terjadi?” tanya Jung-in. Mae-ri mulai bercerita kalau tadi dia sedang di rumah Mu-gyul namun tiba-tiba ayah meneleponnya dan mengatakan kalau akan kesini dan membawakan vitamin. Jung-in mengerti dan mengatakan kalau akan membuat ayah Mae-ri cepat pulang. “tidak perlu, ayah sudah disini sebaiknya kita makan malam bersama” jawab Mae-ri.
Ayah Mae-ri dan Jung-in minum-minum bersama. Ayah Mae-ri mulai mabuk dan menyuruh Mae-ri memanggil Jung-in dengan sebutan suami begitupun dengan Jung-in yang harus memanggil Mae-ri dengan sebutan istri. Hp Mae-ri berbunyi dan yang menelepon adalah Mu-gyul yang mengabarkan kalau dia sekarang berada di depan rumah Jung-in.
Mae-ri bergegas keluar dan menemui Mu-gyul. Mu-gyul mulai bertanya kenapa Mae-ri memberikan cincin kepada ibunya. Mae-ri membela diri dan mengatakan kalau dia tidak pernah memberikan cincin itu. “aku tidak butuh rasa kasihan, kalau kamu melakukan itu lebih baik hubungan kita sampai disini saja” ucap Mu-gyul “kamu jangan berbicara seperti itu tanpa berpikir” ucap Mae-ri “siapa yang melakukan hal tanpa berpikir?” tanya Mu-gyul marah dan berjalan meninggalkan Mae-ri.
Mae-ri terdiam dan mulai menangis. Jung-in melihat hal itu. Mu-gyul pulang ke rumah dan menemukan sebuah kotak yang berisi hadiah sweater dari Mae-ri yang diletakkan dalam kulkas. Mu-gyul mencium sweater hadiah dari Mae-ri dan pergi ke tempat ice skating.
Mae-ri berpamitan pada Jung-in untuk pergi ke suatu tempat. Jung-in menawarkan diri untuk mengantar Mae-ri, namun Mae-ri menolak. Mae-ri berteriak memanggil nama Mu-gyul begitu sampai di rumah Mu-gyul namun tidak ada jawaban. Mae-ri melihat kotak hadiahnya telah kosong dan mengingat perkataan Mu-gyul yang sangat ingin ke area skating memakai sweater buatan Mae-ri.
Mu-gyul terus menunggu Mae-ri dan berharap Mae-ri datang. Mu-gyul mengarahkan pandangannya ke sekeliling dan sangat senang melihat Mae-ri sekarang berada dihadapannya dan melambaikan tangan kepadanya “hei, Kang Mu-gyul”. Mu-gyul mengajari Mae-ri cara bermain iceskating dan Mae-ri sangat senang karena bisa bermain iceskating bersama-sama dengan Mu-gyul.
Lee-ahn dan Seo-joon bertemu di sebuah bar. Lee-ahn bertanya kenapa Seo-joon bersembunyi. “aku ingin orang-orang mencariku tapi bukan kamu yang ingin kujumpai” jawab Seo-joon. “Seo-joon kenapa kau seperti ini?jika ada seorang pria yang menyukaimu harusnya kau mengajaknya berkencan,kenapa kau selalu menolakku?” ucap Lee-ahn. Manager Bang datang ke meja mereka dan mulai menawarkan kerja sama. Seo-joon menolak dan menyiram air ke wajah Manager Bang karena masih marah soal fotonya bersama Mu-gyul yang disebarkan. “jangan berpikir karena kau adalah bintang besar bisa melakukan seenaknya” ucap Manager Bang marah “dasar sampah” ucap Seo-joon “apa!” teriak Manager dan perkelahian pun tak bisa terhindarkan. Seo-joon mendorong Manager Bang hingga kepalanya terbentur ke tembok dan berdarah. Lee-ahn kaget dan segera menolong Manager Bang.
Mu-gyul dan Mae-ri sampai di rumah. Teman-teman Mu-gyul dan Mae-ri memberi mereka kejutan dan mengajak mereka bermain sebuah permainan. Mu-gyul dan Mae-ri kalah dan teman-temannya menyuruh Mu-gyul mencium pipi Mae-ri. Mu-gyul dengan malu-malu melakukannya dan mengajak Mae-ri keluar. Mu-gyul menyanyikan sebuah lagu yang sengaja dibuatnya hanya untuk Mae-ri tetapi belum ada liriknya. Mae-ri sangat senang. (suara oppa Jang Geun-suk bagus banget). Mu-gyul meminta Mae-ri yang menulis lirik lagunya.
Mu-gyul mengantar Mae-ri ke rumah Jung-in. Ayah Mae-ri tiba-tiba keluar dari rumah Jung-in dan hal itu membuat Mae-ri dan Mu-gyul kaget. Mu-gyul bersembunyi dan Mae-ri berusaha menahan ayahnya agar tinggal dulu untuk makan. Ayah Mae-ri bertanya dari mana Mae-ri sepagi ini. Mae-ri berusaha meyakinkan ayahnya kalau dia baru saja habis berolahraga untuk menurunkan berat badannya.
Mae-ri asyik mendengarkan lagu ciptaan Mu-gyul untuknya dan mulai menulis lirik lagu yang tepat. Mu-gyul sedang tertidur dan terbangun ketika Hp-nya berbunyi. Seseorang mengabarkan kepadanya bahwa Seo-joon sedang tertidur di club. Hp Mu-gyul kembali berbunyi dan yang menelepon adalah Mae-ri yang menanyakan apakah boleh lirik lagu diulang. Mu-gyul menjawab kalau ini tidak bisa dijelaskan di telepon dan dia harus mengerjakan sesuatu hal yang mendesak. “oh, aku mengerti” jawab Mae-ri.
Mu-gyul datang ke bar dan bertanya kepada pelayan dengan siapa Seo-joon ke bar. “dia kesini dengan Lee-ahn tapi Lee-ahn pulang terlebih dahulu karena menolong seseorang yang terluka”. Jawab pelayan.
Mu-gyul membawa Seo-joon pulang ke rumahnya. Seo-joon kaget karena melihat Mu-gyul berada di rumahnya. “hidupmu sangat baik setelah apa yang sudah kau lakukan pada Jung-in” ucap Mu-gyul “kenapa kau datang?” tanya Seo-joon “pelayan yang meneleponku dan mengabarkan kalau kau mabuk dan Lee-ahn sudah mengusir para wartawan, sebaiknya kau meneleponnya jika ingin tahu lebih detail” jawab Mu-gyul dan pergi.
Mae-ri berjalan tergesa-gesa dan meninggalkan pesan kepada Mu-gyul kalau dia sekarang sedang menuju ke studio rekaman begitu juga dengan Mu-gyul yang mengabarkan hal yang sama kepada Mae-ri.
Pada saat yang bersamaan Seo-joon datang ke studio rekaman dan tidak sengaja bertemu dengan Mae-ri, Jung-in dan juga Mu-gyul di Lobby. Jung-in dan Seo-joon berbincang-bincang di ruangan kerja Jung-in. Jung-in mengkhawatirkan Seo-joon dan menyuruhnya untuk segera mulai rekaman.
Mu-gyul memperlihatkan kertas yang berisikan lirik lagu dan memberitahu Seo-joon kalau ada beberapa bagian yang harus di edit.
Seo-joon melihat kertas lirik lagu dan melihat nama Mu-gyul sebagai pembuatnya dan Mae-ri yang membuat lirik lagunya. Seo-joon melepaskan perlahan-lahan headseatnya dan berjalan mendekati Mu-gyul. “lirik lagu ini dibuat oleh Mae-ri kan?apa kau ingin aku menyanyikan kisah cintamu?” tanya Seo-joon “kau harus bersifat professional, yang penting musicnya bukan siapa yang menulisnya” jawab mu-gyul “aku tidak akan menyanyikannya sampai matipun aku tidak akan menyanyikannya” ucap Seo-joon dan melemparkan kertas lirik lagunya ke udara.
Bersambung..
Writer : Dewi Rf @pelangidrama.net
Pictures : Apni Rf @pelangidrama.net
Mae-ri yang kesal tiba-tiba memukul meja dan berkata “apa yang kalian berdua sedang bicarakan?”. Mae-ri mengejar Mu-gyul begitu mereka keluar dari café. Mae-ri meminta penjelasan dari Mu-gyul tentang apa yang dibicarakannya barusan dengan Jung-in. “aku ingin mengakhiri semua ini, aku tidak ingin melakukan kawin kontrak terus menerus” ucap Mu-gyul “apa kau senang jika aku tinggal bersama dengan Jung-in?” tanya Mae-ri “siapa yang suka, aku tidak senang jika kau menghabiskan waktumu dengan Jung-in” jawab Mu-gyul “terus kenapa kau membuat perjanjian seperti itu, aku seperti bola saja yang bisa dilempar kesana kemari?” tanya Mae-ri lagi “aku tidak menyangka jika Mu-gyul akan menyetujui semua ini, aku hanya ingin bersama denganmu” jawab Mu-gyul dan berjalan pergi meninggalkan Mae-ri.Mae-ri terdiam kemudian mengejar Mu-gyul dan berkata “kenapa kau tidak mengatakan ini sebelumnya” ucap Mae-ri dengan wajah cemberut.
Ayah Mae-ri berbincang-bincang dengan tuan Tuan Jung dan mengatakan kalau Mu-gyul sering melemparkan pesawat kertas ke kamar Mae-ri. “aku sangat khawatir jika Mae-ri keluar malam lagi dengan pria itu, lihat ada lingkaran dibawah mataku dan berat badanku turun drastis” keluh Ayah Mae-ri yang sering begadang setiap malam hanya untuk mengawasi Mae-ri agar tidak pergi berdua dengan Mu-gyul lagi. “jadi, Mae-ri masih sering keluar dengannya, Mae-ri hanya terlalu polos” ucap Tuan Jung. “Mae-ri jatuh cinta dengan pria itu karena penampilannya saja, bagaimana kalau Mae-ri dan Jung-in tinggal bersama saja?” saran ayah Mae-ri “ide yang bagus, lagipula kita sudah mendaftarkan pernikahan mereka dan masih ada beberapa hal yang harus Mae-ri pelajari sebelum menikah dan aku akan sering bertemu dengan Mae-ri” ucap Tuan Jung menyetujui usul ayah Mae-ri.
“aku pulang” teriak Mae-ri begitu masuk ke dalam rumah. Mae-ri heran melihat ayahnya berdiri menunggunya dan ada koper disampingnya. Mae-ri bertanya kepada ayahnya apa ayahnya akan pergi ke suatu tempat. “bukan aku yang pergi tapi kamu” jawab ayah Mae-ri. Mae-ri heran dan bertanya lagi kemana ayahnya akan membawanya “mulai hari ini kau akan tinggal di rumah Jung-in, aku khawatir dan tidak bisa tidur setiap malam takut jika kau kabur dengan playboy itu. Jika kau ingin ayah tetap hidup maka pergilah ke rumah Jung-In”. Mae-ri berusaha membela diri dan mengatakan jika dia hanya mencintai Mu-gyul. Ayah Mae-ri tidak mau mendengar ucapan Mae-ri dan tetap memaksanya tinggal di rumah Jung-In. Mae-ri meminta waktu satu hari untuk memikirkan permintaan ayahnya. Sementara itu Jung-in mendapat telepon dari ayahnya yang memintanya untuk menemui ayah Mae-ri.
Mae-ri menelepon Mu-gyul dan mengabarkan kepadanya jika ayah memintanya untuk tinggal di rumah Jung-In. Mu-gyul jelas kaget mendengar wanita yang dicintainya akan tinggal bersama lelaki lain. Mae-ri berusaha meyakinkan Mu-gyul kalau semuanya akan baik-baik saja dan menyuruh Mu-gyul bersabar.
Jung-in datang mengunjungi ayah Mae-ri sesuai permintaan ayahnya. Jung-in berkata kepada ayah Mae-ri kalau dia akan membuat Mae-ri merasa nyaman tinggal di rumahnya dan Mae-ri boleh bertemu ayahnya kapan saja dia mau. Ayah Mae-ri sangat senang dan mengucapkan terima kasih kepada Jung-In. Ayah Mae-ri juga mengatakan jika dia yang akan mengunjungi Mae-ri. Jung-in meminta izin untuk pulang dan Mae-ri mengantar Jung-in keluar.
“aku ingin bertanya sesuatu padamu?kenapa kau menyetujui ide ini?” tanya Mae-ri “aku tahu kau sangat mencintai Mu-gyul, dan karena kau telah membantuku untuk mendapatkan kesempatan dari ayah maka aku akan membantumu untuk bersama Mu-gyul” jawab Jung-in. Mae-ri terdiam “baiklah, ayo kita coba, tapi aku ingin menjelaskan satu hal kalau aku hanya mencintai Mu-gyul” ucap Mae-ri. Jung-in mengangguk “aku mengerti, tapi untuk beberapa hari ini kamu tinggal dirumahku dulu sampai ayahmu tenang, baru setelah itu kamu ketempat Mu-gyul. Lebih baik kamu masuk sekarang” ucap Jung-in dan pergi.
Sementara itu Mu-gyul tidak bisa tenang dan terus berjalan mondar mandir. Mu-gyul memutuskan menelepon Mae-ri. Mu-gyul mengingatkan Mae-ri kalau dia harus hati-hati dengan yang namanya pria. Mae-ri menggoda Mu-gyul dan mengatakan kalau Mu-gyul juga seorang pria. Mu-gyul membela diri dan mengatakan kalau dia berbeda dengan pria yang lain. Mu-gyul memberi nasihat kepada Mae-ri kalau dia tidak boleh mengenakan rok pendek dan harus mengunci kamar jika ingin tidur dan jangan lupa untuk sering meneleponnya. Mae-ri tertawa dan berkata “aku mengerti, dan kau harus lebih bersabar jika merindukanku”.
Mae-ri sibuk mengatur barang bawaannya ke dalam koper. Ayah Mae-ri tiba-tiba datang dan mengagetkan Mae-ri. “kenapa barang bawaanmu banyak sekali?” tanya Ayah Mae-ri . Mae-ri spontan kaget dan dengan cepatnya memasukkan semua barang ke dalam kopernya. Ayah Mae-ri memeriksa barang bawaan Mae-ri dan heran karena Mae-ri membawa mangkok “aku tidak bisa makan tanpa ini dan aku ingin memasakkan makanan untuk Jung-in” jawab Mae-ri.
Ayah Mae-ri sedih karena membiarkan Mae-ri tinggal di rumah Jung-in. Ayah Mae-ri merasa kalau dia bukan ayah yang baik. Mae-ri menggenggam tangan ayahnya dan mengatakan kalau dia akan sering berkunjung setiap minggu. Ayah Mae-ri tersenyum tipis dan mengatakan kalau dia sangat bahagia melihatnya dengan Jung-in. “ayah mungkin kamu akan kesepian, sebaiknya kamu mencari kekasih” ucap Mae-ri . Ayah Mae-ri menggeleng dan mengatakan jika banyak wanita yang ingin bersamanya namun dia terlalu sibuk mengurus putri kecilnya yang satu ini. Ayah Mae-ri juga mengingatkan agar Mae-ri tidak menemui Mu-gyul lagi. Mae-ri mengangguk setuju dan mengatakan kalau ayah tidak perlu khawatir.
Keesokan harinya Mae-ri berpamitan kepada ayahnya dan tidak lupa memberi hormat kepada ayahnya. “ayah, aku pergi sekarang. aku meninggalkan banyak makanan yang cukup untuk seminggu ayah makan.ayah harus makan tepat waktu”. Ayah Mae-ri hanya mengangguk dan tidak sanggup berkata apa-apa karena terlalu sedih berpisah dengan putri kecilnya.
Jung-in menelepon karyawannya dan mengatakan jika Mu-gyul yang akan melanjutkan untuk menjadi produser music. Jung-In juga meminta kepada karyawannya untuk tetap mencari keberadaan Seo-joon.
Mae-ri sampai di rumah Jung-in dan disambut hangat oleh pengurus rumah dan juga Jung-in. Jung-in mengantar Mae-ri ke kamarnya dan menyuruhnya beristirahat karena sebentar malam mereka akan makan malam bersama dengan ayah Jung-in.
Mae-ri melihat koleksi-koleksi buku yang sudah disiapkan Jung-in untuknya. Di salah satu buku Mae-ri menemukan sebuah catatan kecil tulisan tangan Jung-in.
“Sama seperti dua kekasih Kelvin dan Gemma yang diatur dalam pencarian hal yang paling penting dalam hidup mereka, aku sudah bisa belajar apa kebahagiaan sejati semuanya dari buku ini dan aku harap kamu seperti Gemma bisa melakukan hal yang sama”.
Mae-ri mengambil buku yang lain lagi dan lagi-lagi dia menemukan sebuah catatan kecil tulisan tangan Jung-in.
“setelah gagal untuk memutuskan jalan mana yang harus diambil, pemain utama tidak diberikan pilihan apapun , tapi untuk membuat keputusan baru terserah pada pembaca untuk membayangkan jalan mana yang akan dia pilih.jalan mana yang akan kamu pilih?”.
Mae-ri tersenyum membaca catatan-catatan kecil Jung-in dan seakan-akan catatan itu ditujukan untuk dirinya.
Mu-gyul kesal karena Mae-ri tidak menghubungi bahkan mengirimi sms padanya. Mu-gyul berinisiatif mengirim sms duluan pada Mae-ri “apa yang kamu kerjakan sampai-sampai tidak mengirim sms seharian”. Mu-gyul mengapus isi smsnya dan menulis sms yang baru “apa kau senang bersama laki-laki itu?”. Mu-gyul kesal pada dirinya sendiri dan kembali menghapus sms dan tidak mengirimkan satu smspun kepada Mae-ri. Mu-gyul terus mentapa Hp-nya berharap kalau Mae-ri akan menelepon atau mengirimkannya pesan.
Tuan Jung, Mae-ri dan Jung-In makan malam bersama. Tuan Jung sangat senang bahkan memanggil Mae-ri dengan sebutan anak. Mae-ri tersenyum dan berkata kalau dia juga senang karena keadaan Tuan Jung sudah membaik. Jung-in menambahkan kalau ini semua berkat Mae-ri.
Tuan Jung memberikan hadiah sebuah cincin kepada Mae-ri sebagai ucapan terima kasih. Mae-ri kaget dan menolak untuk menerimanya. Namun Tuan Jung malah menyuruh Jung-in untuk memakaikan cincin tersebut ke tangan Mae-ri. Tuan Jung sangat senang melihat cincin yang diberikannya dipakai oleh Mae-ri.
“aku tidak bisa menerima ini” ucap Mae-ri begitu mereka selesai makan malam dan melepaskan cincin pemberian ayah Jung-in dari tangannya kemudian mengembalikannya kepada Jung-in “terima saja, lagipula orang-orang tahu kalau kita adalah pasangan” ucap Jung-in “aku tahu, tapi……” “ayahku hanya coba menunjukkan betapa dia sangat memperdulikanmu, tolong senangkan dia untuk saat ini, kau bisa melakukannya kan?” pinta Jung-in. Mae-ri terdiam, Jung-in menggenggam tangan Mae-ri dan berniat memakaikan cincin di tangan Mae-ri lagi, namun dia mengurungkan niatnya dan memberikan cincin ke tangan Mae-ri.
Teman-teman Mu-gyul dan Mae-ri minum-minum dan bersulang untuk merayakan malam pertama Mae-ri. “apa maksudmu dengan malam pertama?” tanya So-ra penasaran “putus,putus” jawab teman Mu-gul. Mu-gyul datang karena ajakan teman-temannya yang tidak ingin Mu-gyul menghabiskan waktunya sendirian. “hyung, ayo minum” . Mu-gyul menolak tawaran temannya dengan alasan kalau dia akan bekerja membuat lagu lagi. Teman Mu-gyul mulai memancing-mancing Mu-gyul dengan bertanya apa yang dilakukan Mae-ri saat ini. Mu-gyul hanya menjawab seadanya”tidur”. Teman Mu-gyul kembali memancing Mu-gyul dengan mengatakan kalau sekarang mungkin Mae-ri pasti sedang bersenang-senang dengan Jung-in dan mungkin mereka sekarang sedang makan malam bersama ditemani dengan cahaya lilin yang sangat banyak. Mu-gyul yang semula tidak mempunyai keinginan untuk minum pada akhirnya minum juga karena pusing memikirkan apa yang sedang dilakukan Mae-ri apalagi dia belum menelepon sama sekali. Teman Mu-gyul tidak berhenti disitu saja dan terus memancing-mancing Mu-gyul dengan menyebut nama Jung-in terus menerus. Mu-gyul kesal dengan sikap teman-temannya dan memutuskan meninggalkan mereka.
Mu-gyul memutuskan pulang ke rumah daripada harus bersama teman-temanya. Mu-gyul mulai memejamkan matanya namun pikirannya terus membayangkan ucapan teman-temannya kalau Mae-ri dan Jung-in yang sedang makan malam bersama.
Mu-gyul tiba-tiba terbangun karena teleponnya berbunyi. “apa yang kamu lakukan, kenapa belum tidur juga?” tanya Mu-gyul yang memberondong Mae-ri dengan pertanyaan “aku ingin melakukan sesuatu”jawab Mae-ri senang “apa?” tanya Mu-gyul penasaran “rahasia” jawab Mae-ri “kau masih merahasiakan sesuatu kepadaku?dimana kau” tanya Mu-gyul sedikit kesal “dilkamarku, Jung-in membuatkan perpustakaan di kamar untukku” jawab Mae-ri “dan kau menyukainya?” tanya Mu-gyul “lebih baik dari yang kubayangkan” jawab Mae-ri “begitu, kalau kau senang maka tinggallah disana selamanya dan jangan pernah kesini lagi” ucap Mu-gyul kesal dan menutup teleponnya.
Mae-ri tersenyum sambil menatap Hp-nya “tunggulah sebentar lagi” gumam Mae-ri . Sementara itu Mu-gyul menyesal telah menutup telepon duluan dan memutuskan kembali membuat lagu.
Mae-ri tidak tidur semalaman demi menyelesaikan rajutan sweater untuk diberikan kepada Mu-gyul. Mae-ri senang karena hasil jahitannya selesai tepat waktu dan dapat diberikan kepada Mu-gyul.
Mae-ri keluar dari kamar dan melihat Jung-in sedang menyiapkan sarapan pagi dan berlatih cara menyapa Mae-ri. Mae-ri tersenyum melihat tingkah lucu Jung-in. Mae-ri menghampiri Jung-in dan menyapa Jung-in yang sedang minum. Jung-in spontan menyemburkan air yang sedang diminumnya dan menyapa Mae-ri dengan perasaan malu.
Jung-in datang ke studio rekaman Mu-gyul dan mulai menanyakan mengenai aransemen lagu yang sedang dikerjakan Mu-gyul. Mu-gyul mengatakan jika dia akan menghubungi Jung-in kalau liriknya sudah selesai. “oh, kalau begitu mulailah rekaman. Ah, Seo-joon menghilang setelah konferensi pers” ucap Jung-in. Mu-gyul terkejut mendengar berita yang disampaikan Jung-in dan mulai mengingat perkataan Seo-joon padanya “aku sudah memberikan semuanya padamu, aku sudah meninggalkan keluarga dan sahabatku agar bisa bersama denganmu”. Jung-in mulai bertanya kira-kira kemana Seo-joon pergi. Mu-gyul menjawab jangan menanyakan masalah itu lagi kepadanya karena dia sudah lelah dengan semua yang telah terjadi. “baiklah, apa kau tidak penasaran dengan malam pertama kami?” tanya Jung-in “aku tidak penasaran sama sekali” jawab Mu-gyul cuek “lebih baik Mae-ri yang menceritakan semuanya padamu”ucap Jung-in kemudian pergi.
Mu-gyul berjalan pulang dan mulai bergumam sendiri “apa aku penasaran dengan malam pertama mereka, malam pertama, hak apa yang mereka punya sehingga mengatakan malam pertama mereka. Wi Mae-ri”. Mu-gyul mengambil Hp-nya dan ingin menelepon Mae-ri “ah, tidak, Kang Mu-gyul kamu jangan panic dan harus percaya pada Mae-ri” dan mulai memukul-mukul dadanya untuk menghilangkan rasa khawatirnya pada Mae-ri.
Baru saja Mae-ri ingin mengejar Ibu Mu-gyul, Ayahnya menelepon dan mengatakan kalau dia akan ke rumah Jung-in membawakan obat untuk kesehatan untuknya dan Jung-in. Mae-ri kaget dan berlari pulang ke rumah Jung-in dan melupakan cincin yang dibawa ibu Mu-gyul.
Mae-ri sampai tepat sebelum ayahnya datang. Ayah Mae-ri heran karena Mae-ri terlihat seperti orang habis lari marathon. Mae-ri mengelak dan mengajak ayahnya masuk ke dalam rumah. Ayah Mae-ri terkesima dengan kemewahan rumah Jung-in dan mengatakan kalau putrinya sekarang sudah menjadi seorang putri. Mae-ri menyuruh ayahnya pulang karena tidak ada yang menjaga restoran, namun Ayah Mae-ri mengatakan kalau dia akan menunggu Jung-in dan restoran sudah ada yang menjaga.
Mae-ri menelepon Mu-gyul untuk mengabarkan kalau dirinya terlambat pulang karena ayahnya sedang berada di rumah Jung-in. “aku akan menunggumu” ucap Mu-gyul.
Sementara itu Ibu Mu-gyul sedang membereskan barang-barangnya saat Mu-gyul pulang. Mu-gyul heran “apa yang sedang kau lakukan?” tanya Mu-gyul “aku sedang membereskan barang-barangku karena ingin ke paris” jawab Ibu Mu-gyul “bukankah kau harus mengembalikan uangnya dulu?” tanya Mu-gyul “aku sudah mengembalikannya dengan memberikan cincin Mae-ri”. Mu-gyul kaget mendengar ucapan ibunya dan membentaknya. Ibu Mu-gyul membela diri dengan mengatakan kalau Mae-ri yang menyuruhnya mengambilnya. Mu-gyul tidak percaya dengan semua yang diucapkan ibunya dan menyuruh ibunya untuk pergi selamnya dari kehidupannya. “aku bukan anakmu lagi maka pergilah. kau hanya memerlukan aku saat kau senang, bukankah saat kau senang kau mencampakkanku, kau tidak tahu betapa lelahnya aku dengan semua ini”.
Ayah Mae-ri sangat senang melihat Jung-in sudah pulang. Jung-in meminta izin untuk mengganti pakaiannya dulu setelah itu mereka akan mengobrol bersama lagi. Ayah Mae-ri menyuruh Mae-ri mengikuti Jung-in. “apa yang terjadi?” tanya Jung-in. Mae-ri mulai bercerita kalau tadi dia sedang di rumah Mu-gyul namun tiba-tiba ayah meneleponnya dan mengatakan kalau akan kesini dan membawakan vitamin. Jung-in mengerti dan mengatakan kalau akan membuat ayah Mae-ri cepat pulang. “tidak perlu, ayah sudah disini sebaiknya kita makan malam bersama” jawab Mae-ri.
Ayah Mae-ri dan Jung-in minum-minum bersama. Ayah Mae-ri mulai mabuk dan menyuruh Mae-ri memanggil Jung-in dengan sebutan suami begitupun dengan Jung-in yang harus memanggil Mae-ri dengan sebutan istri. Hp Mae-ri berbunyi dan yang menelepon adalah Mu-gyul yang mengabarkan kalau dia sekarang berada di depan rumah Jung-in.
Mae-ri bergegas keluar dan menemui Mu-gyul. Mu-gyul mulai bertanya kenapa Mae-ri memberikan cincin kepada ibunya. Mae-ri membela diri dan mengatakan kalau dia tidak pernah memberikan cincin itu. “aku tidak butuh rasa kasihan, kalau kamu melakukan itu lebih baik hubungan kita sampai disini saja” ucap Mu-gyul “kamu jangan berbicara seperti itu tanpa berpikir” ucap Mae-ri “siapa yang melakukan hal tanpa berpikir?” tanya Mu-gyul marah dan berjalan meninggalkan Mae-ri.
Mae-ri terdiam dan mulai menangis. Jung-in melihat hal itu. Mu-gyul pulang ke rumah dan menemukan sebuah kotak yang berisi hadiah sweater dari Mae-ri yang diletakkan dalam kulkas. Mu-gyul mencium sweater hadiah dari Mae-ri dan pergi ke tempat ice skating.
Mae-ri berpamitan pada Jung-in untuk pergi ke suatu tempat. Jung-in menawarkan diri untuk mengantar Mae-ri, namun Mae-ri menolak. Mae-ri berteriak memanggil nama Mu-gyul begitu sampai di rumah Mu-gyul namun tidak ada jawaban. Mae-ri melihat kotak hadiahnya telah kosong dan mengingat perkataan Mu-gyul yang sangat ingin ke area skating memakai sweater buatan Mae-ri.
Mu-gyul terus menunggu Mae-ri dan berharap Mae-ri datang. Mu-gyul mengarahkan pandangannya ke sekeliling dan sangat senang melihat Mae-ri sekarang berada dihadapannya dan melambaikan tangan kepadanya “hei, Kang Mu-gyul”. Mu-gyul mengajari Mae-ri cara bermain iceskating dan Mae-ri sangat senang karena bisa bermain iceskating bersama-sama dengan Mu-gyul.
Lee-ahn dan Seo-joon bertemu di sebuah bar. Lee-ahn bertanya kenapa Seo-joon bersembunyi. “aku ingin orang-orang mencariku tapi bukan kamu yang ingin kujumpai” jawab Seo-joon. “Seo-joon kenapa kau seperti ini?jika ada seorang pria yang menyukaimu harusnya kau mengajaknya berkencan,kenapa kau selalu menolakku?” ucap Lee-ahn. Manager Bang datang ke meja mereka dan mulai menawarkan kerja sama. Seo-joon menolak dan menyiram air ke wajah Manager Bang karena masih marah soal fotonya bersama Mu-gyul yang disebarkan. “jangan berpikir karena kau adalah bintang besar bisa melakukan seenaknya” ucap Manager Bang marah “dasar sampah” ucap Seo-joon “apa!” teriak Manager dan perkelahian pun tak bisa terhindarkan. Seo-joon mendorong Manager Bang hingga kepalanya terbentur ke tembok dan berdarah. Lee-ahn kaget dan segera menolong Manager Bang.
Mu-gyul dan Mae-ri sampai di rumah. Teman-teman Mu-gyul dan Mae-ri memberi mereka kejutan dan mengajak mereka bermain sebuah permainan. Mu-gyul dan Mae-ri kalah dan teman-temannya menyuruh Mu-gyul mencium pipi Mae-ri. Mu-gyul dengan malu-malu melakukannya dan mengajak Mae-ri keluar. Mu-gyul menyanyikan sebuah lagu yang sengaja dibuatnya hanya untuk Mae-ri tetapi belum ada liriknya. Mae-ri sangat senang. (suara oppa Jang Geun-suk bagus banget). Mu-gyul meminta Mae-ri yang menulis lirik lagunya.
Mu-gyul mengantar Mae-ri ke rumah Jung-in. Ayah Mae-ri tiba-tiba keluar dari rumah Jung-in dan hal itu membuat Mae-ri dan Mu-gyul kaget. Mu-gyul bersembunyi dan Mae-ri berusaha menahan ayahnya agar tinggal dulu untuk makan. Ayah Mae-ri bertanya dari mana Mae-ri sepagi ini. Mae-ri berusaha meyakinkan ayahnya kalau dia baru saja habis berolahraga untuk menurunkan berat badannya.
Mae-ri asyik mendengarkan lagu ciptaan Mu-gyul untuknya dan mulai menulis lirik lagu yang tepat. Mu-gyul sedang tertidur dan terbangun ketika Hp-nya berbunyi. Seseorang mengabarkan kepadanya bahwa Seo-joon sedang tertidur di club. Hp Mu-gyul kembali berbunyi dan yang menelepon adalah Mae-ri yang menanyakan apakah boleh lirik lagu diulang. Mu-gyul menjawab kalau ini tidak bisa dijelaskan di telepon dan dia harus mengerjakan sesuatu hal yang mendesak. “oh, aku mengerti” jawab Mae-ri.
Mu-gyul datang ke bar dan bertanya kepada pelayan dengan siapa Seo-joon ke bar. “dia kesini dengan Lee-ahn tapi Lee-ahn pulang terlebih dahulu karena menolong seseorang yang terluka”. Jawab pelayan.
Mu-gyul membawa Seo-joon pulang ke rumahnya. Seo-joon kaget karena melihat Mu-gyul berada di rumahnya. “hidupmu sangat baik setelah apa yang sudah kau lakukan pada Jung-in” ucap Mu-gyul “kenapa kau datang?” tanya Seo-joon “pelayan yang meneleponku dan mengabarkan kalau kau mabuk dan Lee-ahn sudah mengusir para wartawan, sebaiknya kau meneleponnya jika ingin tahu lebih detail” jawab Mu-gyul dan pergi.
Mae-ri berjalan tergesa-gesa dan meninggalkan pesan kepada Mu-gyul kalau dia sekarang sedang menuju ke studio rekaman begitu juga dengan Mu-gyul yang mengabarkan hal yang sama kepada Mae-ri.
Pada saat yang bersamaan Seo-joon datang ke studio rekaman dan tidak sengaja bertemu dengan Mae-ri, Jung-in dan juga Mu-gyul di Lobby. Jung-in dan Seo-joon berbincang-bincang di ruangan kerja Jung-in. Jung-in mengkhawatirkan Seo-joon dan menyuruhnya untuk segera mulai rekaman.
Mu-gyul memperlihatkan kertas yang berisikan lirik lagu dan memberitahu Seo-joon kalau ada beberapa bagian yang harus di edit.
Seo-joon melihat kertas lirik lagu dan melihat nama Mu-gyul sebagai pembuatnya dan Mae-ri yang membuat lirik lagunya. Seo-joon melepaskan perlahan-lahan headseatnya dan berjalan mendekati Mu-gyul. “lirik lagu ini dibuat oleh Mae-ri kan?apa kau ingin aku menyanyikan kisah cintamu?” tanya Seo-joon “kau harus bersifat professional, yang penting musicnya bukan siapa yang menulisnya” jawab mu-gyul “aku tidak akan menyanyikannya sampai matipun aku tidak akan menyanyikannya” ucap Seo-joon dan melemparkan kertas lirik lagunya ke udara.
Bersambung..
Writer : Dewi Rf @pelangidrama.net
Pictures : Apni Rf @pelangidrama.net
0 comments:
Post a Comment