Recent Post


[Sinopsis] Personal Taste Episode 16

Do you want to share?

Do you like this story?

Dengan berapi-api Jin-Ho berkata dengan lantang terhadap Ayah Kae-In, "Dari apa yang aku lihat, anda melemparkan perasaan bersalah anda kepada putrimu!". Ayah Ke-In emosi mendengar perkataan Jin-Ho lalu sontak menampar Jin-Ho. Kae-In teriak karena terkejut. "Lancang kamu!".
"Beraninya kau mengatakan seakan-akan tahu segalanya! Pergi!" teriak Ayah Kae-In kepada Jin-Ho. 
"Saya menduga alasan anda menolak proyek karena Sanggojae sebuah kegagalan" kata Jin-Ho "Benarkan?".
Ayah Kae-In menatap Jin-Ho dengan tajam.
"Anda menyebut Sanggojae sebuah alam semesta kecil anda, yang akan menginspirasi istri dan putri anda untuk bermimpi" Jin-Ho melanjutkan "Tapi disini, anda kehilangan istri anda dan menakuti putri anda".
Kae-In hanya terdiam mendengar perkataan Jin-Ho.
"Tapi apakah anda tahu yang menyebabkan Sanggojae gagal? yaitu anda sendiri! yang berkubang dengan penderitaan anda yang membiarkan putrinya terluka sampai  menanggung lukanya sendiri!".
"Hentikan!" perintah Kae-In, "Siapa dirimu yang mengira tahu segalanya tentang keluarga aku?" teriak Kae-In demi melihat ayahnya hanya termangu mendengar perkataan Jin-Ho. 
Jin-Ho balik kerkata kepada Kae-In untuk menghentikan sikapnya yang seolah dia seorang kriminal yang membunuh ibunya. Tetapi Kae-In membantahnya, dan berbalik marah kepada Jin-Ho yang berani mencampuri urusan keluarganya. "Pergi! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi" teriak Kae-In walau hati pedih.
Ayah Kae-In mengusir Jin-Ho dan menyuruhnya untuk tidak menginjakan kakinya ke Sanggojae. Jin-Ho tertegun.
Keesokan harinya, Kae-In dan Young-Seon sedang berada di galeri Seni Dam dan menyelesaikan pekerjaan Kae-In. Young-Seon menyinggung untuk meminta bantuan Jin-Ho akan tetapi Kae-In tidak mengindahkannya.
Young-Seon berbicara dengan Sang-Joon yang sedang khwatir dengan perusahaan karena sedang dalam keadaan bermasalah, mereka hampir bangkrut jika tidak mendapatkan proyek apapun.
"Jika kesalahpahaman masalah desain gambar Prof. Park tidak dijelaskan, kemungkinan Jin-Ho akan didiskualifikasikan dari ikut serta penawaran" kata Sang-Joon putus asa.
"Oh..sangat buruk sekali" ujar Young-Seon. "Aku hanya tidak mengerti kenapa Jin-Ho memutuskan Kae-In, akan lebih bagus bila saat ini Kae-In ada disamping Jin-Ho, memberikan dukungan kepadanya" kata Sang-Joon. Young-Seon membenarkan.
"Aku rasa sejak bisnisnya tidak bermasalah, Jin-Ho tidak ingin bertemu dengan Kae-In. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang mereka lakukan". kata Young-Seon melanjutkan.
Tanpa mereka sadari, sejak awal Kae-In mendengar pembicaraan mereka.
Kae-In mengalihkan rasa sedihnya dengan bekerja menyelesaikan pekerjaannya sampai tertidur. Jin-Ho yang melihat Kae-In tertidur memandangnya lalu menyelimuti dengan  rasa sayang. Jin-Ho pergi dengan langkah gontai.
Kae-In terbangun karena panggilan Chang-Ryul. "Apakah kau yang menyelimutiku?" tanya Kae-In saat melihat sweeter yang tersampir dipundaknya. Chang-Ryul menggeleng.
Chang-Ryul memaksa Kae-In untuk mengatarnya pulang, Jin-Ho melihatnya dari kejauhan, pedih.
Sementara itu Direktur Choi memperlihatkan sebuah gambar desain yang menurutnya lain daripada yang lain. Porf. Park melihatnya dan menanyakan siapa yang menggambarnya?. Arsitek Jeon Jin-Ho dari FirmaM, jawab Direktru Choi.
Prof. Park terpengarah, dan melihat gambar Jin-Ho sekali lagi.
Ayah Chang-Ryul menemui Ayah Direktur Choi berpengaruh dalam proyek Galeri Seni Dam dan mengemukakan pendapatnya mengenai pencurian desain gambar yang bagi Ayah Chang-Ryul mempengaruhi keputusan juri. Ayah Chang-Ryul sebenarnya berusaha menyingkirkan Jin-Ho dari persaingan. Ayah Chang-Ryul bahkan berkata bahwa Jin-Ho tidak memiliki kemampuan finansial untuk mengatasi proyek ini karena dia hampir bangkrut.
Diluar ruangan, Direktur Choi membawa Ayah Kae-In untuk mendengarkan cara kelicikan ayah Chang-Ryul demi menyingkirkan Jin-Ho.
Direktur Choi mengatakan bahwa dia sebelumnya tidak menyadari saat memperlihatkan gambar desain kepada Prof. Park yang sebenarnya miliknya. Dan berusaha menjelaskan kejadian yang sesungguhnya.
"Kenapa anda sangat mendukung dia (Jin-Ho)?" kata Prof. Park penasaran.
"Jika Direktur Jeon Jin-Ho merencanakan untuk meniru atau mencuri desain dia tidak akan mendesain gambar tadi yang saya perlihatkan kepada anda." kata Direktur Choi berharap Prof. Park mengerti.
Prof. park tersenyum dan Direktur Choi mengemukakan bahwa Jin-Ho tidak pernah mengubah berkaitan gambar desain Porf. Park .
"Apa yang adan inginkan dariku?" tanya Prof. Park ingin tahu. "Saya mohon nilai ulang gambar desain milikn Jin-Ho tanpa kecurigaan apapun" pinta Direktur Choi.
Jin-Ho bersama rekannya, Sang-Joon dan membicarakan masalah penolakan keikutsertaan mereka dalam proyek. Jin-Ho berusaha menerimanya, Sang-Joon terlihat frustasi.
Riba-tiba telepon Jin-Ho berbunyi, dan itu dari Direktur Choi.
Direktur Choi menyuruh Jin-Ho untuk menemuinya. Ada apa anda memanggil saya? tanya Jin-Ho. Mengenai bisni yang sedang terkena masalah, aku ingin menolongnya, jawab Direktur Choi.
Akan tetapi Jin-Ho menolaknya dengan halus. Dari pandanganku, orang yang selalu menerima pertolongan bukanlah orang aku ssbut teman, Jin-Ho beralasan.
Kau bahkan mengakui bahwa kaulah yang telah mencuri desain orang lain, dan sebelumnya kau tidak pernah menerima bantuan seperti ini bukan? Menanggung seluruh kesalahan bukan berarti kau membuktikan sorang pria terhormat! kata Direktur Choi.
Jin-Ho tetap bersikukuh untuk tidak menerimanya. Direktur Choi sedikit jengkel. Aku hanya takut bakatmu akan tersia-sia! Jika kau jatuh kali ini maka aku tidak bisa membiarkannya. Apakah kau benar-benar tidak mau menerima bantuanku? tanya Direktur Choi sekali lagi. Tidak mendengar jawaban Jin-Ho semakin tidak sabar  Direktur Choi mengatakan bahwa Jin-Ho telah lolos penyisihan pertama.
Jin-Ho tekejut tidak percaya. Ini hanya permulaan, kau tidak akan menyerah bukan? tanya Dirketur Choi.
Karena Jin-Ho terlihat kelelahan, Direktur Choi menyuruh Jin-Ho untuk istirahat sejenak di villanya. Jin-Ho menganggukan kepala dan terenyum.
Direktur Choi menyuruh In-Hee untuk mempersiapkan villa karena Jin-Ho akan menempatinya. Suatu pikiran terlintas dalam benak In-He.
Akhirnya proyek tempat bermain anak di Galeri Seni Dam selesai, Direktur Choi untuk mengucapkan selamat  diacara pembukaanya. In-Hee dengan sinisnya memberikan selamat. Bahkan Sang-Joon datang untuk memberikan ucapan selamat. Aigoo..akan terasa menyenangkan jika Jin-Ho juga datang untuk mengucapakan selamat kepadamu, kata Jin-Ho.
Kae-In tersenyum pahit. Tiba-tiba Ayah Kae-In datang.
Ayah Kae-In mengajak Kae-In mengobrol.
Ayah Kae-In : Aku tidak bermaksud kejam, kau yang tumbuh tanpa seorang ibu. Aku hanya tidak berani menghadapimu.
Kae-In : Aku selalu berpikir bahwa ayah sangat marah kepadaku. Aku tidak ingat bahwa ibu meninggal karena aku. Tapi alam bahwa sadarku, aku selalu cemas ayah akan membenciku sehinga aku ingin melakukan yang terbaik didepanmu.
Kudua saling mengeluarkan isi hati mereka masing-masing. Ayah Kae-In merasa menyesal apa yang telah diperbuatnya kepada Kae-In. Ayah pasti sangat mencintai ibu, kata Kae-In. Aku juga mencintaimu seperti ibumu, jawab Ayah Kae-In matab. Perasaan Kae-In membuncah atas pekertaan Ayahnya.
Alasan ayah menyingkirkan foto ibunya dibasement karena ayah berharap kau tidak ingat apapun, aku ayah Kae-In. Ayah Kae-In memandang Kae-In dengat mata berkaca-kaca Kae-In pun berkaca-kaca dan memeluk ayahnya.
Tak jauh dari mereka Jin-Ho memandang mereka dengan perasaan lega lalu pergi.
Kae-In melihat Jin-Ho yang sedang berjalan menjauh. Kae-In segera mengejarnya. Saat Kae-In menelepon Jin-Ho dia tahu Jin-Ho bersembunyi dari dirinya.
Kae-In : Kenapa kau selalu bersembunyi disekitarku.
Jin-Ho : Aku berusaha untuk tidak dekat-dekat denganmu.
Kae-In : Aku tahu semunya, kaulah yang menyelimutiku dengan sweeterku, dan kau masih menyangkal tidak dekat dengan diriku? Dari awal semuanya kebohongan

Jin-Ho walau dengan sedih membenarkan semuanya, akan tetapi dia tetap pergi dari kehidupan Kae-In. Mulai sekarang kita tidak alasan untuk saling bertemu, kata Jin-Ho sambil pergi meninggalkan Kae-In yang benar-benar kecewa.
Jin-Ho pergi ke Sanggojae untuk mengambil barang-barangnya yang tertinggal. Jin-Ho pun teringat kenangan saat bersama dengan Kae-In. Akhirnya Jin-Ho benar-benar memutuskan pergi.
Direktur Choi memberikan selamat secara pribadi kepada Kae-In atas kerjanya. Kae-In merasa senang. Direktur Choi menyinggung Jin-Ho yang tidak terlihat. Kae-In mengatakan bahwa mereka telah berpisah.
Tapi kau masih menantikannya bukan? tanya Direktur Choi penuh selidik. Jika kau memang berniat untuk berpisah dengan dia maka lakukan dengan benar. Tapi jika kau masih mempunya perasaaan kepadanya, aku mungkin bisa membantumu sekali lagi, lanjut Direktur Choi.

Kae-In terdiam. Direktur Choi memberitahukan bahwa saat ini Jin-Ho sedang berada disalah satu villanya. Tetapi Kae-In bersikukuh sekarang mereka telah mengambil jalan masing-masing.
Park Kae-In aku benar-benar kecewa, saat aku mengalah agar kau tetap berada disamping Jin-Ho, kata Direktur Choi mengakui kepada Kaee-In. Karena Direktur Choi berharap Kae-In dapat mencintai Jin-Ho dan membahagiakannya.
Walaupun anda mengatakan itu,percuma saja karena saya bukan orang yang dibutuhkan Jin-Ho, kata Kae-In dengan nada sedih.Direktur Choi pun menyerah untuk membujuk Kae-In agar kembali kepada Jin-Ho.
Kae-In sedang bersantai sambil menikmati makan apel bersama ayahnya. Tiba-tiba ayahnya memperhatikan apel yang dipotong Kae-In dengan caranya. Ini..! kata ayah Ke-In tiba-tiba, dan  tersenyum karena mengerti sesutu hal. Kae-In kebinggungan.
Aku merasa desain gambar Jeon Jin-Ho menyerupai sesuatu, jadi dia meniru apple ini, seru ayah Kae-In. Jadi Jin-Ho tidak menggunakan konsep desain Sanggojae? kata Kae-In terkejut. Dan Kae-In pun teringat  dulu dia pernah memberikan hasil karyanya yang berbentuk separuh apel.Dan Inilah yang dasar konsep Jin-Ho.
Sontak Kae-In bediri dan mengatakan akan pergi keatu tempat kepada ayahnya.
Disebuah Villa, Jin-Ho berdiri termenung disebuah danau. Hujan turun, Jin-Ho tetap bertahan dan basah kuyup. Tiba-tiba In-He datang dan memayungi Jin-Ho. Aku berfikir kau mungkin akan terjun kedanau, kata In-Hee. Jin-Ho mengacuhkan In-Hee. Jin-Ho meninggalkan In-Hee, dan In-Hee pun mengejarnya.

Kae-In menanyakan Direktur Choi alamat villanya dimana Jin-Ho berada.
Sementara itu di villa, Jin-Ho terserang demam karena hujan-hujanan. In-Hee bersikeras untuk tinggal walaupun Jin-Ho sudah menyuruhnya pergi.
Kim In-Hee, pulanglah karena walaupun kau tetap tinggal tidak ada ruang dihatiku untukmu, kata Jin-Ho. Seketika In-Hee merasa kecewa dan bersedia untuk menunggu sampai Jin-Ho benar-benar bisa melupakan Kae-In.
In-Hee menyerah, dan saat keluar dari villa dia bertemu dengan Kae-In yang dengan langkah terburu-buru menuju ke villa. Kae-In pun terkejut melihat In-Hee. Kenapa kau ada berada disini? tanya Kae-In.
Apa maksudmu? Ada kemungkinan aku menggantikan tempatmu di hati Jin-Ho bukan? ujar In-Hee dengan nada pongahnya. Kae-In kesal. Diantara aku dan Jin-Ho tidak ada tempat untukmu!

Aku benar-benar tidak tahan kepadamu, kau hidup denganku karena rasa kasihan bukan? bukan sebagai seorang teman! teriak In-Hee.
Kau adalah temanku, dan kau juga mengganggapku seorang teman! bantah Kae-In. Tidak! Aku hanya menginginkan tinggal ditempatmu,dan aku tidak pilihan, jadi aku hanya berpura-pura menjadi keluargamu! balas Kae-In tajam.
Kau hanya pura-pura? Setiap aku ada masalah dengan ayahku, kau menghiburku! Dan kau berjanji akan menemukan foto ibuku, kau mencarinya disegala penjuru rumah, itulah dirimu!, kata Kae-In tak kalah sengit.

In-Hee masih membantahnya keras, matanya mulai berkaca-kaca menahan tanggis. Bagaimanapun mereka pernah berteman, dekat bagaikan saudara. Aku membecimu! Kau memiliki segalanya! teriak In-Hee masih dengan nada emosi. Kae-In mencoba menyadarkan In-Hee bahwa semua anggapannya itu salah.

Kau benar-benar bodoh, bahwa kaulah yang tidak menyadari memiliki segalanya, ujar Kae-In sambil berlalu dari hadapan In-Hee.

Kae-In bergegas masuk ke villa, dan mencari Jin-Ho disegala penjuru villa tetapi nihil. Kae-In keluar dari villa dan mendapati In-Hee masih berada diluar.
Jin-Ho benar-benar sakit sekarang, dia berada di mobil, Ujar In-Hee dan menyuruh  Kae-In untuk melihatnya. Dia benar-benar tidak berpaling kepada yang lain, Jin-Ho benar-benar terluka karena dirimu Kae-In.

Kae-In bergegas menemui Jin-Ho yang berada dimobil. Jin-Ho..apakah kau bisa berjalan? tanya Kae-In dengan nada cemas. Jin-Ho bangun dan terkejut dengan kehadiran Kae-In.
Jin-Ho berbaring ditempat tidur dan berkata agar Kae-In jangan mencemaskan dirinya. Aku baik-baik saja, jadi pulanglah sekarang,ayahmu akan mengkhwatirkan dirimu, pinta Jin-Ho.
Kae-In yang cemas bercampur kesal berkata, Apakah aku bilang akan tinggal disini? Jadi berbaliklah, agar aku bisa mengganti handuknya.
Jin-Ho tetap memunggungi Kae-In dan bersikeras agar Kae-In pulang. Kae-In menyerah dan berniat untuk pergi. Mendadak Jin-Ho menggapai tangan Kae-In dan menghalanginya untuk tidak pergi. Jin-Ho memeluk Kae-In dari belakang.
Jangan pergi, ujar Jin-Ho. Air mata Kae-In jatuh. Aku hanya memilih untuk percaya, walaupun aku dimanfaatkan ratusan kali, aku tetap akan percaya kepadamu, itulah Park Kae-In, hanya karena aku tidak sanggup berpisah seperti ini darimu, ucap Kae-In.
Jin-Ho memandang Kae-In lantas menciumnya. (Dan selanjutnya tidak bisa saya deskripsikan..mian).
Keesokan harinya, Jin-Ho bersama Kae-In, berdua tampak bahagia. Sebelum aku mati, aku harap ada mesin waktu, kata Jin-Ho. Kae-In hanya tertawa. Aku ingin kembali saat kau berumur 5 tahun, aku akan memelukmu, dan berkata bahwa itu semua hanya kecelakaan, dan berhenti membenci dirimu sndiri, jelas Jin-Ho.
Akhirnya mereka berpelukan.
 
Mereka kembali ke Seoul. Jin-Ho mengantar Kae-In kembali ke Sanggojae, dan Kae-In meminta Jin-Ho menemui ayahnya dan berbicara kepadanya. Jin-Ho awalnya segan, mendadak ayah Kae-In datang dari arah berlawanan. kae-In dan Jin-Ho sontak terkejut. Ayah Kae-In meminta Jin-Ho masuk kerumah.
Ayah Kae-In : Sejak kau tidak mau menjelaskannya, maka aku yang akan bertanya. Apakah dirimu yang mencuri desain gambar Sanggojae?
Jin-Ho : Sejak seseorang bekerja denganku, maka sama saja aku yang bertanggungjawab.
Ayah KAe-In : Apakah kau pindah ke Sanggojae dan memperalat putriku?
Jin-Ho : Saya pindah ke Sanggojae hanya ingin memperlajari lebih jauh mengenai Sanggojae, dan karena perusahaan saya dalam krisis, maka saya harus masuk ke Sanggojae. Tapi bagaimanapun, semuanya berubah saat saya ingin menjadi lelaki yang tepat untuk Kae-In.
"Jadi untuk menjadi lelaki yang tepat untuk Kae-In, maka kau menyiapkan rencana kedua? Syukurlah, desain gambarmu lolos ditahap pertama" terang Ayah Kae-In puas dengan tindakan Jin-Ho.
Kae-In senang mendengarnya, begitupun dengan Jin-Ho. Keduanya sedikit bersilih karena Kae-In jengkel karena Jin-Ho tidak memberitahunya terlebih dahulu.

Ayah Kae-In kembali mengintrogasi Jin-Ho. Keduanya langsung terdiam. Ayah Kae-In menyuruh Jin-Ho untuk membeli minuman. Jin-Ho segera pergi, Ayah Kae-In tersenyum mengembang.
Kae-In membuat bekal untuk Jin-Ho dan orang-orang di kantor Jin-Ho. Saat itulah, ibu Jin-Ho secara mengejutkan datang menjenguk Jin-Ho.
Ibu Jin-Ho dan Kae-In pergi berbicara berdua. Ibu Kae-In berkata bahwa dia belum bisa menerima sepenuhnya Kae-In. Dan Kae-In pun mencoba terbuka kepada ibu Jin-Ho.
Kapan-kapan, datanglah kerumah bersama Jin-Ho, pinta ibu Jin-Ho yang berarti sinyal setuju. Kae-In tentu saja gembira.
Hari untuk presentasi desain masing-masihpun tiba, baik Jin-Ho dan Chang-Ryul saling manampilakan yang terbaik. Desain Chang-Ryul yang berkonsep rumah tradisonal Korea dan dinamakan "Suara Langit, dan Jin-Ho yang berkonsep gedung berbentuk apel, "Dam Apel".
Akhirnya, Direktur Choi mengumumkan bahwa desain "Dam Apel" dari Firma M lah pemenangnya. Seketika Jin-Ho dan Sang-Joon kegirangan. Chang-Ryul syok, dan tentunya ayah Chang-Ryul lebih syok lagi.
Kae-In menunggu dengan harap-harap cemas diluar ruangan. Chang-Ryul kelaur ruangan dan menghampiri Kae-In. Sejatinya, Kae-In enggan untuk bertemu dengan Chang-Ryul, akan tetapi Chang-Ryul menjabat tangan Kae-In. Ini hanya ucapan- selamat, dan kali ini benar-benar kemenangan Jin-Ho, ucap Chang-Ryul sebagai tanda melepaskan Kae-In.
Sepeninggal Chang-Ryul, Jin-Ho mendatangi Kae-In, sontak senyum Kae-In mengembang dan memberikan selamat kepada Jin-Ho. Kali ini mereka tertawa berdua.
Malamnya mereka berdua merayakan kemenangan bersama Sang-Joon dan orang kantor Jin-Ho. Kae-In memaksakan diri untuk minum-minum, akibatnya Kae-In mabuk. Sedang di Sanggojae, Ayah Kae-In menunggu kepulangan mereka berdua. Ayah Kae-In kaget melihat Kae-In dalam gendongan Jin-Ho dan tertidur pulas.Jin-Ho meminta maaf pada Ayah Kae-In dan membawa Kae-In ke dalam kamar.
Jin-Ho tersenyum melihat Kae-In yang tertidur pulas seperti anak kecil. Ayah Kae-In memanggil Jin-ho keluar kamar dan mengajaknya mengobrol. Ayah Kae-In membenarkan perkataan Jin-ho kalau Sanggojae memang proyek yang gagal. Ayah Kae-In sengaja membuatkan lantai kaca agar istrinya dapat memantau Kae-in dari bawah melalui kaca, tapi hal itulah yang menyebabkan istrinya meninggal dunia. Kae-In memang selama ini selalu menderita dan tertekan karena selalu ditinggalkan olehnya.

Jin-Ho mencoba menghibur Ayah Kae-In "bukan hanya Kae-In yang terluka, tetapi anda juga terluka, saya meminta maaf karena pernah berkata kasar pada anda tanpa pernah memperdulikan perasaan anda yang juga terluka karena kematian ibu Kae-In".
Ayah Kae-In melihat ke arah Jin-ho "aku akan kembali Inggris dan  jagalah Kae-in selama aku pergi,jangan macam-macam dengan Kae-in, karena kalau sampai  kau menyakiti Kae-in, aku sendiri yang akan menguburnya di dalam Sanggojae". Jin-Ho tertawa "aku akan menjaga Kae-in".


Kae-In dan Jin-Ho berfoto bersama dan memakai baju kembar. yang berbeda warna. Kae-In memakai baju berwarna pink sedangkan Jin-Ho berwarna biru. Puas berfoto bersama Kae-In dan Jin-Ho ke taman dengan menaiki sepeda. Kae-In sangat senang begitupun dengan Jin-Ho.

Kae-in duduk di kursi taman dan heran karena banyak anak kecil berbondong-bondong mendatanginya dan membawa banyak balon. Jin-Ho yang terakhir berjalan perlahan-lahan mendekati Kae-In dan hanya membawa satu balon.Kae-In menerima balon pemberian Jin-Ho.
"Aku sudah melamar Park Kae-In sekarang" ucap Jin-Ho tersenyum. Kae-In kaget mendengar ucapan Jin-Ho dan tanpa sadar melepaskan semua balon ditangannya.
"kenapa kau melepaskannya, di balon tadi ada cincin" ucap Jin-Ho. Jin-Ho berjongkok dan meminta Kae-In naik ke atsa pundaknya dan mengambil balon yang tersangkut di pohon.
"Ini semua karena kau, kenapa melamar dengan cara seperti ini" keluh Kae-In dan berusaha mengambil balon "Aku hanya ingin melamarmu dengan cara yang lain, tidak seperti pasangan lainnya" jawab Jin-Ho.
Jin-Ho mendekati Direktur Choi yang sedang berdiri dan memandang lukisan. Direktur Choi menyadari kedatangan Jin-Ho. Selamat atas pertunangan kalian.  Terima kasih, jawab Jin-Ho.
Aku pasti akan kesepian karena tidak ada kalian lagi disisiku, ucap Direktur Choi sedih. Jin-Ho tersenyum  Anda bisa menelepon saya kapan saja.
Direktur Choi ikut tersenyum, Sekarang aku lebih berani dalam menatap hari ke depan, semua ini karena kau dan Kae-In. Direktur Choi dan Jin-Ho berjabatan tangan.
Jin-Ho menemui Chang-Ryul . "Selamat atas keberhasilanmu, aku akan segera ke China" ucap Chang-Ryul. Jin-Ho terdiam sejenak dan mulai mengingat masa kecilnya sewaktu dengan Chang-Ryul dulu.
"Mungkin jika bukan karena keegoisan ayahku, kita sekarang pasti sudah menjadi sahabat" ucap Chang-Ryul dan tersenyum."Jika kau pulang dari China, harus meneleponku" ucap Jin-Ho.
"Kenapa, apa kau mau mengajakku ke rumahmu?" tanya Chang-Ryul "Itu sepertinya sulit, karena kau tahu kan kalau Kae-In tidak pintar memasak" jawab Jin-Ho.
Chnag-Ryul dan Jin-Ho tertawa bersamaan "Selamat atas pernikahanmu" ucap Chang-Ryul

Young-Sun dan Sang-Joon tertawa melihat hasil USG. Keduanya kemudian duduk di kursi dan semua yang melihatnya pasti mengira kalau mereka pasangan suami istri. Seseorang menarik telinga Sang-Joon. Sang-Joon berbalik dan ingin marah kepada orang yang menjewer telinganya, namun keinginannya itu diurungkan karena melihat seorang pria bertubuh besar, bertampang sangar dan ternyata suami Young-Sun.
"sayang, aku kan sudah memberitahukannya kepadamu, kalau aku tidak ingin pergi sendirian memeriksakan kandunganku jadi aku mengajak Sang-Joon" ucap Young-Sun manja kepada suaminya. Suaminya menatap tajam ke arah Sang-Joon seakan-akan ingin memakannya karena berani mendekati istrinya.
"Apa kau lihat, tadi dia cemburu dan semuanya karenamu" ucap Young-Sun senang begitu suaminya pergi "Aku benar-benar takut melihat tampang suamimu yang menyeramkan" ucap Sang-Joon.
"Aku akan mengatur acara kencan untukmu sebagai ucapan terima kasihku" ucap Young-Sun. Sang-Joon melihat jam tangannya dan tersadar kalau dia sudah terlambat untuk acara kencan. Sang-Joon berlari diiringi dengan teriakan Young-Sun yang memberi semangat untuknya.
Sang-Joon tidak sengaja bertemu dengan In-hee yang juga sedang berkencan dengan seseorang
"Apa kabar" ucap Sang-Joon "Baik, apa yang kau lakukan disini?" tanya In-hee
"Aku.... ada kencan dan kau?" tanya Sang-Joon balik "Aku juga sama" jawab In-hee malu-malu.
Hye-Mi akhirnya berpacaran dengan Tae-Hoon. Mereka pergi ke toko Hp karena Hye-Mi ingin membeli Hp baru. Tae-Hoon meminta Hye-Mi mencium pipi. Hye-Mi dengan malu-male melakukannya.
Sang-joon dan In-Hee mulai kencan dengan pasangannya masing-masing. In-hee bosan karena teman kencannya terus membicarakan masalah saham di pasaran begitupun dengan Sang-Joon dan teman kencannya yang belum apa-apa sudah mengajukan banyak syarat. Sang-Joon dan In-Hee tidak sengaja berpandangan dan akhirnya memutuskan pergi minum-minum bersama dan meninggalkan pasangan kencannya masing-masing.
"Kau mirip sekali dengan Jin-Hoo yang memilki ambisi sangat besar" ucap Sang-Joon
"Bagaimana Kae-In dan Jin-Ho sekarang?" tanya In-hee "oh, mereka akan segera bertunangan, jujur kau adalah tipe wanita idamanku" jawab Sang-Joon malu-malu
"Sang-Joon" panggil In-hee
"Apa?" tanya Sang-Joon "Bagaimana kalau kita pacaran?" tanya In-hee "Apa...??" ucap Sang-Joon kaget

Jin-Ho dan Kae-In duduk bersama sambil memandangi langit malam. "Jin-Ho apa kau tahu kenapa ibuku memberi nama tempat ini Sanggojae? Sanggojae memiliki arti siapapun yang tinggal didalamnya akan bahagia" "Dan itu benar, sekarang kita sudah bahagia" ucap Jin-Ho dan memeluk Kae-In.

Kae-In : Laporan cuaca Park Kae-In, aku tahu tidak selamanya hari akan cerah dan akan ada badai. tapi, selama ada pria ini disampingku aku akan berusaha untuk melewati semuanya.

Jin-Ho : Laporan cuaca Jeon Jin-Ho, aku berlari sekuat tenaga tanpa pernah berhenti. Tetapi semenjak bertemu wanita ini , aku berhenti sejenak dan tahu kalau aku bisa pergi lebih jauh lagi.


**END**

Note Penulis (Asri) : 
Akhirnya selesai juga sinopsis Personal Paste. Terimakasih saya ucapkan atas bantuan Dewi Cendrillon untuk sedia membantu menyelesaikan tulisan ini. Banyak ingin disampaikan mengenai sinopsis ini. Personal Taste dari segi cerita dan pemainnya bagus, hanya saja saya sempat syok saat menulis sinopsis Personal Taste bagian 16. Mungkin ada adegan yang kurang berkenan bagi orang yang sudah melihat drama ini. Sekali lagi, ambil postifnya buang negatifnya dalam segala hal.
 Terimakasih.

Writter : Asri Rf & Dewi
Pictures : Ari Rf


BACA JUGA SINOPSIS LAINNYA



0 comments:

Post a Comment


Friend Link List